LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI KRITIK SOSIAL DALAM SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI KRITIK SOSIAL DALAM SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA."

Transkripsi

1 1 Bidang Unggulan : Sosial Budaya. Kode/bidang ilmu:511/sastra (dan Bahasa) Daerah LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI KRITIK SOSIAL DALAM SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA Oleh: Dr. Drs. I Nyoman Sukartha, M.Hum. / (Ketua) Dr. Drs. I Ketut Jirnaya, M.S. / (Anggota) Drs. I Ketut Nuarca M.S. / (Anggota. PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 Dibiayai oleh DIPA PNBP UNIVERSITAS UDAYANA Nomor DIPA: SP DIPA /2015 HALAMAN PENGESAHAN

2 2 Judul : Kritik Sosial Satwa Pan Balang Tamak Dalam Menciptakan Revolusi Mental Anak Bangsa Peneliti/Pelaksana Nama : Dr. Drs. I Nyoman Sukartha, M.Hum. NIDN : Jabatan Fungsional : Lektor Program Studi : Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Dan Budaya UNUD Nomor HP : Alamat Sure1(e-mil) : inyomansukartha@yahoo.co.id Anggota (1) : Dr. Drs. I Ketut Jirnaya, M.S NIDN : Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Anggota (2) : Drs. I Ketut Nuarca, M.S NIDN : Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Penanggung Jawab : Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp ,- Biaya Keseluruhan : Rp ,- Denpasar, 5 November 2015 Mengetahui Ketua PS. Sastra Jawa Kuno Ketua Peneliti (Drs. A.A. Gede Bawa, M.Hum) NIP (Dr. Drs. I Nyoman Sukartha,M.Hum) NIP: Mengetahui, Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M. A. NIP PRAKATA

3 3 OM SWASTYASTU Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa/Hyang Widi Wasa maka, selesailah laporan penelitian Hibah Unggulan Program Studi yang berjudul: Kritik Sosial Dalam Satwa Pan Balang Tamak Sebagai Upaya Menciptakan Revolusi Mental Anak Bangsa ini dilakukan. Penelitian ini dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana dengan nomer DIPA : SP DIPA /2015. Penelitian ini direncanakan selesai pada bulan November 2015 dan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, selesai tepat pada waktunya. Penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini diucapkan trima kasih yang tiada terhingga kepada: 1) Rektor Universitas Udayana beserta staf, Ketua PNBP Universitas Udayana, dan Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana beserta staf, atas fasilitas dan dana yang diberikan. 2) Kepala Gedung Kirtya Singaraja atas kerelaannya memberikan informasi dan meminjami beberapa buku yang berkaitan dengan Satwa Pan Balang Tamak untuk difoto kopy. 3) Kepala Perpustakaan Program Pasca Sarjana Kajian Budaya dan Kepala perpustakaan Program Pasca Sarjana Linguistik Universitas Udayana atas kerelaan memberi pinjaman buku/disertasi/tesis untuk difoto kopy.

4 4 4) Para Pemangku Pura/Klian Pura/Pengempon Pura Balang Tamak di seluruh Bali serta para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi tentang Satwa Pan Balang Tamak. 5) Bapak/ibu yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini berjalan sesuai dengan harapan. Atas semua bantuan dan budi baik bapak/ibu sekalian, dalam kesempatan ini tidak lupa diucapkan terima kasih. Semoga Tuhan selalu melimpahkan kebaikan dan anugerah kepada kita semua. OM SANTHI SANTHI SANTHI OM Denpasar, 5 November 2015 Tim Peneliti.

5 5 RINGKASAN Sebuah karya sastra umumnya mengandung fungsi, makna dan nilai yang diagungkan oleh masyarakatnya. Itulah sebabnya sastra mempunyai keterjalinan hubungan secara timbal balik dengan masyarakat. Makna dalam karya sastra sering kali belum lengkap atau tertunda. Makna seperti itu dikaji, dibongkar, dan kemudian direkontruksi lagi agar ditemui makna baru yang belum pernah terungkap dan tersembunyi di balik makna yang sudah ada. Kajian mengenai makna yang tertunda dipelajari oleh teori dekontruksi sastra. Kata dekonstuksi mengingatkan kita kepada Jacques Derrida dengan bukunya De la grammatologie I dan II. Ia dilahirkan tanggal 15 Juli tahun 1930 dalam keluarga Yahudi di El Biar, Aljazair (Fayadi,2005;2). Artikelnya dimuat dalam majalah Critique yang terbit tahun 1965 dan 1966 (Kaelan,2009;252). Dekonstruksi adalah nama yang diberikan pada operasi kritik ketika oposisi dilemahkan sebagian atau, di mana dapat diperlihatkan bahwa mereka sebagian saling melemahkan dalam proses makna tekstual (Eagleton,2010;191, Piliang, 2010;125). Jadi, dekonstruksi merupakan metode analisis yang dikembangkan Derrida dengan membongkar struktur kode-kode bahasa, khususnya struktur oposisi pasangan sedemikian rupa, sehingga menciptakan satu permainan tanda yang tanpa akhir, dan tanpa makna akhir (Piliang,2010;16). Hoed (2003;153) mengatakan bahwa: Teori dekonstruksi Derrida lahir sebagai kritik terhadap teori Ferdinand de Saussure tentang tanda. Menurut Derrida teori tentang tanda dari Ferdinand de Saussure bersifat statis. Tanda dilihat sebagai hubungan antara signifiant (penanda atau bentuk) dan signifie (petanda atau makna). Makna tanda didasari oleh perbedaan semiologis (difference semiologique). Dalam kenyataannya hubungan antara signifiant dan signifie bersifat dinamis. Artinya hubungan itu seringkali tertunda, dan diberi makna baru. Argumentasi yang menguatkannya adalah bahwa, dalam bahasa Perancis kata differer tidak cuma berarti berbeda, namun juga berarti menunda. Selanjutnya dikatakan bahwa, hubungan antara petanda dan penanda

6 6 atau antara bentuk dan makna bersifat dinamis. Makna bukanlah hanya diperoleh melalui perbedaan, namun didapat juga dari penundaan semiologis. Kajian dekontruksi sastra belum begiru popular di kalangan mahasiswa, lebihlebih lagi pada mahasiswa S1. Hal ini terbukti dari belum adanya hasil penelitian berupa skripsi S1 yang menggunakan landasan teori dekonstruksi sastra. Oleh karena itu, penelitian dekontruksi sastra akan menjadi warna baru pada penelitian S1 berupa skripsi. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i

7 7 HALAMAN PENGESAHAN... i PRAKATA ii RINGKASAN... iv DAFTAR ISI. vi GLOSARIUM... vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 4 BAB III TUJUAN PENELITIAN... 9 BAB IV METODE PENELITIAN. 9 BAB V KRITIK SOSIAL DALAM SATWA PAN BALANG TAMAK Teks dan Terjemahan Satwa Pan Ballang Tamak Ringkasan Satwa Pan Balang Tamak Pengertian Kritik Sosial Episode Berburu Episode Adu Sapi Episode Pembangunan Pagar Episode Dodol Ketan Hitam Episode Kematian Pan Balang Tamak Rangkuman BAB VI SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA Pengertian Revolusi Mental Motivasi Revolusi Mental Dalam Satwa Pan Balang Tamak Revolusi Mental Pola Pikir Penguasa Revolusi Mental Masyarakat Revolusi Mental Sikap Malas Revolusi Aturan yang Tidak Tegas Revolusi Mental Sikap Ceroboh Rangkuman Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran Lampiran Foto-foto GLOSARIUM. arah-arah : pemberitahuan, pengumuman

8 8 bala balang bangkung bangkung sing megigi bendesa bengbengan caru cicing bengil iwel/uwel juru arah jero mangku kanda pat kelian pura kupas pacaruan pagehan pan pangkung sanggah sendi senggauk tama tamak tambulilingan titi : prajurit, pahlawan, anak buah/bawahan : belalang. Perumpamaan yang dikenakan terhadap orang yang tidak mau bekerja/malas tetapi banyak akal : induk babi : induk babi ompong : jabatan tradisional Bali untuk pemimpin desa : angkreman/tempat ayam mengerami telur : nama sesajen penetralisir energy alam yang negatif : anjing kurus, kotor dan sakit-sakitan : sejenis kue terbuat dari tepung ketan hitamyang dikukus : orang yang bertugas menyampaikan pemberitahuan/pengumuman desa : sebutan untuk orang yang berprofesi sebagai pengantar upacara di suatu pura. Disebut pula pinandita : ajaran tentang saudara empat yang diajak dari lahir : pimpinan pura : lapisan batang pisang yang telah kering : upacara penetralisir energy negative alam : pagar : sebutan untuk orang laki yang sudah mempunyai anak : jurang, sungai yang tidak berair : bangunan tempat pemujaan : batu dasar tiang bangunan : nasi aking : masuk, jinak, berani : rakus : kumbang : jembatan darurat dari kayu/bambu

9 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi lisan suatu masyarakat, umumnya kaya akan kandungan berbagai kearifan lokal (local wisdom) yang di dalamnya sering pula memendam kecerdasan lokal (local genius). Tradisi lisan maksudnya adalah sebuah tradisi yang diturunkan secara turuntemurun, paling tidak dua generasi dan diakui sebagai milik bersama (Sudikan, 2001:11 dan Vansina, 1985: 27-31). Hoed (2008:184) mengatakan bahwa; tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan, dan adat kebiasaan yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan. Dananjaya (1984: 21-22) menyatakan bahwa tradisi lisan (verbal folklore) merupakan bagian dari folklor (foklor lisan, dalam Moeliono, 2005:1208), di samping terdisi bukan lisan (non verbal folklore), dan tradisi sebagian lisan ( partly verbal volklore). Dalam tradisi lisan sebenarnya terkandung muatan seperti: sistem geneologi, adat-istiadat, sejarah, etika, sistem pengetahuan, bahasa rakyat, pertunjukan, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, nyanyian, kearifan lokal, ensiklopedia dan mite atau legende atau dongeng Kearifan lokal maksudnya adalah, kematangan berfikir masyarakat tingkat lokal yang tercermin dalam sikap dan cara pandang masyarakat yang kondusif dalam mengembangkan potensi dan sumber lokal, baik yang berupa material maupun yang bukan material

10 10 Satwa Pan Balang Tamak, merupakan sebuah ceritera rakyat Bali yang tergolong ke dalam salah satu tradisi lisan Bali. Pan Balang Tamak mencerminkan gambaran sosok tokoh yang memiliki sikap kritis di masyarakat. Ia merupakan tokoh yang sangat cerdas uang mencoba mengkritisi segala aturan-aturan yang diberlakukan di desanya. Di sisi lain yaitu warga desa, dan pemimpin desa kurang mampu menangkap sikap dan prilaku Pan Balang Tamak yang sangat kritis itu. Sikap kritis itu dianggap sebagai pembangkangan terhadap aturan-aturan desa yang ada. Hal itu mengakibatkan timbulnya rasa marah, dendam, dan antipati warga desa kepada Pan Balang Tamak. Sebagai puncak kemarahan warga desa yang dipimpin oleh perangkat pimpinan desa, maka Pan Balang Tamak diracuni agar mati. Bahkan, setelah mati ada niat dari beberapa wrga desa yang ingin mencuri kekayaan Pan Balang Tamak. Namun, berkat kecerdasan Pan Balang Tamak yang telah menduga akan adanya keinginan beberapa warga desa seperti itu, maka kekayaannya yang telah ditinggalnya mati tidak berhasil dicuri. Warga masyarakat desa hanya berhasil mencuri mayat Pang Balang Tamak yang ada di dalam peti. Mayat yang ada di dalam peti itu dibawa ke sebuah pura, dan di sana mayat itu disembah karena dikira ada roh suci (Tuhan) di dalam peti itu. Setelah diketahui bahwa isi peti adalah mayat Pan Balang Tamak maka mayat itu diupacarai selayaknya. Ringkasan kisah Pan Balang Tamak di atas, mencerminkan adanya kritik sosial dari salah seorang warga masyarakat terhadap aturan atau norma-norma yang telah berlaku. Kriritk sosial itu bertujuan untuk menguji kesahihan atau kebenaran aturan atau norma-norma adat yang telah dibuat dan disepakati bersama. Di sisi lain perangkat

11 11 pimpinan desa sebagai pembuat kebijakan desa merasa ditentang, dan dolecehkan oleh sikap kritis Pan Balang Tamak. Bertolak dari uraian di atas bisa dikatakan bahwa dalam ceritera itu terkandung makna adanya krtitik soaial, dan makna yang belum terungkap atau makna tertunda dalam ceritera Pan Balang Tamak. Makna-makna tersebut perlu di ungkap sebagai bahan penelitian. 1.2 Masalah Diskripsi dalam latar belakang di atas memunculkan permasalahan yang akan diteliti seperti: 1) Kritik sosial apa yang terkandung dalam Satwa Pan Balang Tamak? 2) Revolusi mental apa yang terkandung dalam Satwa Pan Balang Tamak. Sebenarnya banyak masalah yang bisa dimunculkan dalam penelitian semacam ini. Namun, kedua masalah di atas dirasa sudah cukup mewakilinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12 12 Ditemukan beberapa naskah dan tulisan yang membicarakan ceritera Pan Balang Tamak. Naskah dan tulisan yang dimaksud dapat disebutkan seperti uraian di bawah ini. 1) Transeliterasi naskah lontar Geguritan Pan Balang Tamak. Naskah geguritan ini memuat cerita Pan Balang Tamak yang digubah dalam bentuk tembang macapat dengan menggunakan bahasa Kawi Bali. Geguritan ini merupakan salah satu versi cerita Pan Balang Tamak. Di samping itu cerita yang termuat di dalamnya termasuk versi yang paling panjang dibandingkan dengan cerita-cerita versi lainya. Mengingat naskah ini adalah transeliterasi lontar tentu saja uraian berupa analisis tidak ada. Di sisi lain ceritera Pan Balang Tamak versi geguritan ini sangat jarang dikenal di Bali. 2) Naskah Tutur Pan Balang Tamak. Cerita Pan Balang Tamak ini digubah dalam bentuk tutur atau prosa dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna. Tutur Pan Balang Tamak ini tidak memuat ceritera atau perjalanan hidup Pan Balang Tamak. Di dalamnya hanyalah memuat tentang ceritera manusia semasih dalam kandungan. Manusia semasih dalam kandungan sebenarnya sudah diemban oleh 4 saudara yang masih berupa buta (roh halus). Setelah manusia lahir keempat saudaranya itu ikut terlahir dalam bentuk darah, ari-ari, plasenta, dan air ketuban. Kempatnya ini berganti nama setelah manusia dilahirkan. Jadi dalam naskah tutur ini hampir semua isinya mengenai filsafat saudara 4 yang di Bali dikenal dengan ajaran Kanda Pat. 3) Satwa-Satwa Sane Banjol Kasusastra Bali. Tulisan ini merupakan kumpulan ceritera lucu yang ada dalam kesusastraan Bali, dan dikumpulkan oleh I Gusti Ngurah Bagus (1971). Ceritera yang ada di dalamnya dibedakan menjadi dua yaitu: Satwa-

13 13 Satwa Banjol Sane Ngangge Dasar Antuk Kabelogan (ceritera-ceritera lucu yang berdasar pada kebohan), dan Satwa-Satwa Banjol Sane Ngangge Daya (ceriteraceritera lucu yang menggunakan tipu muslihat). Ceritera Pan Balang Tamak terdapat pada halaman 41 yang digolongkan ke dalam ceritera-ceritera lucu yang menggunakan tipu muslihat (Satwa-satwa banjol sane ngangge dasar daja). 4) Thomas M. Hunter dan Ni Wayan Pasek Ariati (makalah seminar, 2011), berjudul Pan Balang Tamak sebagai Anti-pahlawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktur sastra, dengan pandangan bahwa tokoh Pan Balang Tamak adalah tokoh yang antipahlawan. Pan Balang Tamak berupa tokoh antagonis yang memiliki sifat kurang baik, dan penentang aturan/norma-norma desa yang berlaku. Pandangan Tomas Hunter ini sangat bertentangan dengan kepercayaan sebagian besar masyarakat Bali terutama masyarakat yang memuliakan bahkan mendewakan tokoh Pan Balang Tamak ini. 5) Dekonstruksi Nilai Budaya Dalam Satwa Pan Balang Tamak di Desa Kaba- Kaba Kabupaten Tabanan: Perspektif Kajian Budaya, berupa tesis (S2) oleh Ni Nyoman Pariasih (2007). Dalam tulisan ini diuraikan bahwa teks satwa Pan Balang Tamak merupakan uapaya perlawanan rakyat kecil terhadap penguasa atau raja yang bertindak sewenang-wenang. Pendekatan dekonstruksi diartikan sebagai pembongkaran makna yang ada, dengan fokus kajiannya seperti: bentuk dekonstruksi nilai budaya dalam satwa Pan Balang Tamak, Fungsi dekonstruksi nilai budaya dan makna dekonstruksi yang terkandung dalam satwa Pan Balang Tamak. Dalam tulisan ini belum

14 14 dijelaskan makna yang tertunda yang sebenarnya tersirat dalam satwa Pan Balang Tamak, terutama makna dalam menciptakan revolusi mental anak bangsa. 6) Eksistensi Pura Balang Tamak di Desa Pakraman Beda Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna, oleh Mertha (2008). Dari judulnya telah tergambar bahwa isi tulisan ini lebih menekankan kajian budaya tertutama tentang eksistensi pura dalam masyarakat Desa Pakraman Beda yang ada di Kabupaten Tabanan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, belum ditemukan uraian mengenai makna yang tertunda terutama dalam kaitannya untuk merevolusi mental anak bangsa. 7) Upacara Siat Ketipat Dalam Usaba Pala Di Pura Balangtamak Desa Pakraman Nongan Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. Tulisan ini berupa tesis (S2) oleh I Made Lumbung Mahardi (2009). Penelitian ini memuat tentang upacara yang dilakukan masyarakat sebagai wujud syukur kepada Tuhan serta dewa-dewi. 8) Identitas Tokoh Balang Tamak Dalam Teks Dan Konteks Masyarakat Bali. Tulisan ini berupa disertasi oleh I Wayan Wastawa (2012). Disertasi ini menjelaskan mengenai identitas Pan Balang Tamak dalam teks dan hubungannya dengan masyarakat. Di sisi lain diuraikan juga mengenai idiologi kritis tokoh Pan Balang Tamak dalam kaitannya dengan masyarakat Bali serta dampak dan makna dekonstruksi identitas Pan Balang Tamak. Bila dicermati dengan seksama tulisan yang telah disebut di atas, semuanya memuat cerita Pan Balang Tamak. Sebagaian dari tulisan di atas menganalis dan menguraikan makna dekonstruksi atau dengan membongkar makna yang telah ada, lalu

15 15 makna itu disusun kembali menjadi makna baru. Namun demikian, terdapat pemahaman yang sedikit beda mengenai pengertian dekonstruksi. Seperti yang telah diuraikan di dalam uraian teori, bahwa, dekonstruksi dimaksudkan adalah membongkar makna yang telah ada, kemudian mencari makna tertunda yang belum terungkap. Makna tertunda seperti itu belum tercermin dalam pustaka-pustaka di atas. Lebih-lebih lagi mengenai makna yang ada di dalam Satwa Pan Balang Tamak dalam menciptakan revolusi mental anak bangsa. Adakah kandungan makna sebagai upaya menciptakan revolusi mental anak bangsa dalam Satwa Pan Balang Tamak tersebut?. Makna inilah yang akan menjadi titik fokus kajian, tentu saja di samping kritik sosial yang ada dalam Satwa Pan Balang Tamak.

16 16 BAB III TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini bisa dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pikiran tentang pentingnya warisan budaya bangsa yang adiluhung, agar bisa digunakan sebagai pembelajaran, pedoman hidup, dalam membina, menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan, kerukunan antar umat beragama demi tercapainya kedamaian. Di sisi lain penelitian ini bertujuan pula untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan dalam upaya menciptakan revolusi mental anak bangsa. 3.2 Tujuan khusus Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentu saja berkaitan dengan masalah yang ingin dicapai. Oleh karena itu maka tujuan khusus penelitian ini dapat dirinci seperti berikut ini. 1) Mengkaji kecerdasan lokal dalam wujud kritik sosial yang terkandung dalam Satwa Pan Balang Tamak.. 2) Mengungkap hal-hal yang perlu direvolusi dalam Satwa Pan Balang Tamak.

17 17 BAB IV METODE PENELITIAN Sifat penelitian ini didasari oleh filosofi fenomenologis dengan pola berfikir induktif. Oleh karena itu maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang dipertentangkan dengan penghitungan berdasarkan angka-angka (kuantitatif) (Moleong,1982:2). Secara metodologis penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan seperti di bawah ini. Tahap penyediaan data dilakukan melalui observasi lapangan dengan mengumpulkana naskah atau merekam cerita Pan Balang Tamak. Sampai saat ini ditemukan beberapa versi Satwa Pan Balang Tamak yang ada di masyarakat. Versi yang ditemukan berdasarkan atas perbedaan wilayah atau tempat atau boleh dikatakan bersifat dialektal. Tahap kedua adalah tahap analisis. Pada Tahap ini dilakukan analisis mengenai kritik sosial sebagai bagian dari kecerdasan lokal (local genius), kearifan lokal (local wisdom). Kemudian dikaji makna yang terkandung di dalamnya. Makna yang telah ditemukan dibongkar (diuraikan) kembali, dan kemudian disusun ulang untuk mendapatkan makna yang tertunda atau makna yang belum terungkap. Dalam tahap ini digunakan metode analisis data yang dibantu oleh teknik terjemahan. Tahap ketiga penyusunan laporan untuk disajikan sebagai hasil penelitian. Pada tahapan ini digunakan metode formal berupa untaian kata-kata dan metode informal berupa lambang-lambang, bagan dan sejenisnya.

18 18 BAB V KRITIK SOSIAL DALAM SATWA PAN BALANG TAMAK 5.1 Teks dan Terjemahan Satwa Pan Balang Tamak TEKS SATWA PAN BALANG TAMAK Ada kone katuturan satwa anak madan Pan Balang Tamak. Ia maumah di desa Sunantara wewengkon panagara Keling. Pan Balang Tamak ngelah kurenan madan Ni Tanu. Ni Tanu kaliwat tresna sih, lan bakti kapining Pan Balang Tamak. Suba makelo kone ia makurenan, nanging tuara dadi ngelah pianak. Yadiastun ia tusing nyidayang ngelah pianak, mase anake tetep mungkusin ia Pan Balang Tamak ane muani, lan Men Balang Tamak ane luh. Pan Balang Tamak kasub sugih pesan di desane ento, mapan, bek ngelah emas, selaka, pipis, keto mase kasugihan tanah carik lan tegal tuara kena baana metekin. Lenan kapining sugih arta berana, Pan Balang Tamak mase ririh nutur turmaning liu ngelah daya pangupaya. Ia kasub ririh duaning suba pepes ngalahang para resi, pemangku, balian, keto mase para juru raos ane ada di sajebag panagara Keling, ento kerana liu anake brangti, ngedegin, lan ngamusuhin Pan Balang Tamak. Apa buin para prajuru desane, maka pamucuk Kelihan desane utawi Jero Bendesa. Jero Bendesa ane paling TERJEMAHAN CERITERA PAN BALANG TAMAK Konon, adalah ceritera orang yang bernama Pan Balang Tamak. Ia tinggal di desa Sunantara yang termasuk wilayah kerajaan Keling. Pan Balang Tamak mempunyai seorang istri yang bernama Ni Tanu. Istrinya sangat cinta dan setia kepada suaminya. Sudah lama mereka bersuami istri, namun belum juga memperoleh keturunan. Walaupun mereka tidak memiliki anak, namun orang-orang menjulukinya dengan sebutan Pan Balang Tamak untuk sang suami, dan Men Balang Tamak untuk sang istri. Pan Balang Tamak terkenal sangat kaya di desa itu sebab, ia banyak memiliki harta benda berupa emas, perak, uang, dan kekayaan berupa tanah sawah dan tegalan yang tidak bisa dihitung karena banyaknya. Selain dari kekayaan berupa harta benda, Pan Balang Tamak juga sangat pintar berbicara, kritis, dan banyak akalnya. Ia terkenal pandai bicara sebab sudah sering mengalahkan para resi, dukun, dan juru bicara yang berada di kerajaan Keling. Itulah sebabnya banyak orang yang marah, benci, dendam, dan memusuhinya. Lebih-lebih lagi para petinggi desa seperti Jero Bendesa sangat

19 19 gedeg lan sengit tekening Pan Balang Tamak. To kerana ia sadina-dina makeneh lakar ngalih kapelihan Pan Balang Tamak, apanga ada anggona jalaran nanda ane liu lan nundung Pan Balang Tamak mangdane ia magedi uli desa Sunantarane. Kacarita kone sedek dina anu, parum krama desane lakar nayanang lan ngalih kapelihan Pan Balang Tamak. Tetujone apanga Pan Balang Tamak kena danda. Krama desane makejang nawang mapan Pan Balang Tamak tuara ngelah siap muani ane bisa makekuruyuk. Isin parumane kararemin lakar ngalih kayu anggon ngawangun pura. Tongose ngalih kayu ditu di tengah alase wayah. Juru arahe ane patut mapangarah ka umah-umahan, suba madan kaorahin apanga nekedang arah-arahe tekening krama desane.. Makejang krama desane suba kaarahin. Caritayang jani juru arahe suba teked di umah Pan Balang Tamak. Ngomong juru arahe kene: Jero nuenang puri tiang mapangarah, buin mani, kramane mangda ka alase ngalih kayu, ngawit tuun siape medem uli pedemane. Yaning tusing teka ngayahin lakaran kena danda siu jinah bolong. Keto munyin juru arahe. Pan Balang Tamak masaut: Nggih jero juru arah, tiang ngiringang. Kacarita buin mani ngedas lemahe, ri kala siape makruyuk tur tuun uli pademanne, makejang karma desane majalan luas ka alase. Nanging, Pan Balang Tamak enu nongos jumah, membenci dan dendam kesumat pada Pan Balang Tamak. Itulah yang menyebabkan Jero Bendesa senantiasa mencari-cari kesalahan Pan Balang Tamak agar bisa dihukum, didenda, bahkan kalau bisa agar bisa diusir dari wilayah desa Sunantara. Pada suatu hari diceritakanlah warga desa Sunantara mengadakan rapat rahasia guna membicarakan cara mencari kesalahan Pan Balang Tamak. Tujuannya agar bisa mendenda Pan Balang Tamak. Seluruh warga desa tahu bahwa Pan Balang Tamak tidak mempunyai ayam jantan yang bisa berkokok. Isi keputusan rapat rahasia itu adalah bahwa, seluruh warga desa akan pergi mencari kayu bahan bangunan untuk membangun Pura. Tempat mencari kayu adalah di tengah hutan belantara. Petugas yang bertugas memberitahu warga desa, sudah diberi tahu agar pergi ke setiap rumah untuk memberi tahu warga desa. Semua warga desa sudah diberi tahu. Dikisahkanlah bahwa Juru Arah itu sudah tiba di rumah Pan Balang Tamak. Beginilah pemberitahuannya: Bapak/ibu yang punya rumah, besok warga desa agar pergi ke hutan untuk mencari kayu bahan bangunan. Berangkat ketika ayam baru turun dari tempat tidurnya. Bila tidak ikut (absen) maka akan didenda sebesar seribu keeping (uang bolong). Begitulah ucapan si Juru Arah, lalu dijawab oleh Pan Balang Tamak: Ya saya akan ikut dan terimakasih. Diceritakanlah pada keesokan harinya tat kala ayam berkokok dan turun dari tempat tidurnya, seluruh warga desa

20 20 ngantosang siapne tuun uli pedemane. Dugase ento Pan Balang Tamak wantah ngelah siap pengina aukud, tur sedekan makeem di bengbengane. Di subane tengai, ditu mara siap penginane tuun uli bengbengane bakal ngalih amah. Sesubane penginanne tuun uli bengbengane, ditu mara Pan Balang Tamak majalan ka tengah alase ngalih kayu. Di tengah jalan liu papasa krama desane suba malipetan mulih negen kayu. Duaning krama desane suba makejang pada mulih, dadi malipetan Pan Balang Tamak mulih. Di subane teked di desa, dadi kelihan desane mabaos kene: Ih cai Balang Tamak, mapan cai sing nginutin arah-arah desa, apanga cai majalan ngalih kayu ka alase ri kala siape tuun uli pedemane. Jani cai dendan kai mapengede ajin kayune ane suba bakat abana baan krama desane. Ajin kayune makejang mapangarga limang tali keteng. Keto munyin kelian desane. Duaning aketo baos Bendesane dadi masaut Pan Balang Tamak. Kene abetne masaut: Jero Bendesa, boya ja tiang nenten satinut kapining arah-arah jerone. Arah-arah desane, mangda tiang lunga ka alase ri kala tedun ayame saking genah ipune medem. Nah tiang wantah ngelah siap pengina sedeng makeem aukud. Penginanan tiange punika, tengai mara tuun uli medem di bengbengane. Ri kala ipun tuun saking pedemanipun raris tiang mamargi ka alase. Duaning asapunika, yan kamanah antuk tiang, ten patutne tiang kena denda, apan tiang nenten madan iwang. pergi ke hutan mencari kayu. Namun, Pan Balang Tamak masih belum berangkat. Waktu itu, ia masih menunggu ayam betinanya yang sedang mengerami telurnya, turun dari angkremannya.. Setelah siang barulah ayamnya turun dari angkremannya. Kala itu barulah ia pergi ke hutan mencari kayu. Di tengah jalan ia bertemu dengan warga desa lainnya yang telah kembali pulang membawa kayu. Oleh karena semua warga desa telah pulang, maka Pan Balang juga ikut kembali pulang. Setelah sampai di desa, lalu pimpinan desa berkata: Hai kamu Balang Tamak, karena kamu tidak menepati isi pemberitahuan desa, agar kamu berangkat ketika ayam turun dari tempat tidurnya maka, kamu didenda sebesar harga kayu yang diperoleh oleh wrga desa. Harga kayunya sebesar lima ribu keeping. Begitulah ucapan Kelian Desanya. Menjawablah ia seperti ini: Jero Bendesa, saya bukanlah tidak menepati perintahmu. Perintah yang diberitahukan ke pada saya berbunyi: agar saya pergi ke hutan setelah ayam turun dari tempat tidurnya. Saya hanya mempunyai satu ekor ayam betina yang sedang mengeram. Ayam saya itu turun dari tempat tidurnya setelah siang hari. Ketika itu saya langsung berangkat pergi ke dalam hutan. Oleh karena itu, menurut pemikiran saya, saya tidak wajar kalau didenda karena tidak salah. Yang salah dan patut didenda adalah Jero Bendesa. Baru begitu ucapan Pan Balang Tamak, bersoraklah seluruh warga desa membenarkan ucapannya. Itulah sebabnya

21 21 Sane patut dandain wantah jero Bendesa kewanten, mapan jerone ngaryanin arah-arah nenten pastika patut. Mara aketo munyin Pan Balang Tamake, dadi masuriak krama desane matutang munyin pan Balang Tamak. Dadi buung Pan Balang Tamak kakenain danda, tur ane kadanda wantah dane Jero Bendesa. Kala ento dadi kemengan Bendesane mapan sing sida bakal nenda Pan Balang Tamak, buina ia padidi ane kena danda. To dadi ngawinang nyangetang brangti lan sakit keneh Bendesane. Kacarita jani Jero Bendesa buin ngerincikang daya ajaka krama desane ane gedeg tekening Pan Balang Tamak. Para telik tanem Bendesane ngorain jero Bendesa, mapan Pan Balang Tamak jelema bes keliwat demit, lan tet pesan. Ento tawanga ulian sadina-dina Pan Balang Tamak tusing taen nyisaang nasi. Begbeg ia kuangan nasi dogen, apan ia tusing bani malebengan nasi ngalebiin. Duaning keto Jero Bendesa ngeka daya mangdane krama desane pesu senggauk. Gelising cerita, krama desane suba maan dedauhan apanga buin mani pesu senggauk. Kebenengan juru arahe ane ngarahin Pan Balang Tamak munyinne badil, dadi tusing bisa nyambatang senggauk. Kruna senggauk orahanga: Sanggah uug. Mani semenganne krama desane makejang pada pesu senggauk. Duke ento Pan Balang Tamak mase iju ia batal didenda, dan yang didenda adalah Jero Bendesa. Waktu itu Jero Bendesa jadi bingung sebab tidak bisa mendenda Pan Balang Tamak, bahkan berbalik ia sendiri justru yang terkena denda. Hal itulah yang menyebabkan bertambah benci dan sakit hati Jero Bendesa. Kini diceritakanlah bahwa Jero Bendesa kembali membuat tipu daya bersama warga masyarakat lainnya yang membenci Pan Balang Tamak. Menurut laporan mata-mata Jero Bendesa, bahwa Pan Balang Tamak adalah orang yang terlalu hemat dan kikir. Hal ini diketahui karena, setiap harinya Pan Balang Tamak tidak pernah menyisakan nasi. Ia selalu kekurangan nasi sebab ia tidak berani memasak lebih. Oleh sebab itu maka Jero Bendesa membuat tipu daya, agar seluruh warga desa menyumbangkan senggauk (nasi aking atau sisa-sisa nasi yang telah dijemur hingga kering). Singkat cerita, seluruh warga desa telah diberitahu agar keesokan harinya menyumbangkan senggauk (nasi aking). Kebetulan orang yang bertugas memberi tahu warga suaranya cadel, sehingga tidak bisa mengucapkan kata senggauk. Kata senggauk diucapkan: Sanggah uug. Pada keesokan harinya semua warga desa membawa senggauk. Pada waktu itu, Pan Balang Tamak juga tergopoh-gopoh memikul sanggah uug (sanggah yang telah rusak), ditaruh di samping pada Jro Bendesa duduk, menerima setoran senggauk. Ia pun berkata seperti ini: Jero Bendesa, ini saya sudah menyumbang

22 22 negen sanggah uug, abana ka tongos Bendesane nuduk pesu-pesuan senggauk. Ditu lantas Pan Balang Tamak ngaturang sanggah uug tekening Bendesane. Kene abetne mamunyi: Jero Bendesa, niki tiang suba pesu sanggah uug apanga wenten benain jerone. Keto munyin Pan Balang Tamake. Mara keto dingeha munyinne Pan Balang Tamak, dadi masaut Jero Bendesa: Iih iba Balang Tamak, jani iba dosen kai, apan arah-arahe ane patut, apanga krama desane mesuang senggauk. To ngudiang iba ngaba sanggah uug mai?. Masaut Pan Balang Tamak: Jero Bendesa, mangda sumeken tur tiang ten bogbog, indayang juru arahe takonin ajebos ipun, lamun tiang bobab tiang purun keni danda samakeh-makehne. Kebenengan juru arahe ada di samping jero Bendesane. Dadi tundena mamunyi ngoraang senggauk. Duaning ia mula badil, dadi sing bisa ngoraang raos senggauk. Ane araanga tuah raos sangga uug. Dadi ditu I juru arah ane kena danda. Kacarita kone jani, buin Bendesane ngarincikang daya pangupaya apanga sida antuka nibenin sanggah uug agar bisa diperbaiki. Begitulah ucapan Pan Balang Tamak. Baru didengar seperti itu ucapan Pan Balang Tamak, lalu menjawablah Jero Bendesa: Wah kamu Balang Tamak, sekarang kamu saya denda. Sebab pemberitahuan desa yang benar adalah, agar warga desa membawa senggauk. Tetapi, mengapakah kamu membawa sanggah yang telah rusak kemari?. Menjawablah Pan Balang Tamak: Jero Bendesa, supaya benar dan saya tidak bohong, tolong juru arah-nya disuruh kemari!. Kalau saya bohong, saya berani didenda walau sangat banyak. Ketika itu kebetulan si juru arah ada di samping Jero Bendesa, lalu disuruhlah mengucapkan kata senggauk. Akan tetapi karena ia memang cadel, maka tidak bisa mengucapkan kata senggauk. Yang terucap adalah kata sangga uug. Pada saat itu yang terkena denda adalah si juru arah. Diceritakanlah lagi kini Jero Bendesa kembali membuat tipu daya agar bisa ia mendenda Pan Balang Tamak dengan denda yang sangat besar. Ketika itu diketahui bahwa Pan Balang Tamak tidak memiliki anjing dewasa. Ia hanya memiliki seekor anak anjing kecil, kurus, dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, dibuatkanlah tipu daya agar warga desa pergi berburu ke hutan dengan membawa anjing yang galak. Diceritakanlah sekarang warga desa sudah pada berangkat ke tengah hutan serta menggendong anjing-anjing pemburu yang besar dan galak-galak. Namun, Pan

23 23 Pan Balang Tamak danda ane liu. Kala ento tawanga kone Pan Balang Tamak tuara ngelah cicing gede. Ia wantah ngelah cicing cenik, berig tur gudig. Duaning keto, gaenanga daya apanga krama desane luas maboros ka alase tur ngaba cicing ane galak ngongkong. Caritaang jani krama desane suba pada luas ka alase wayah tur suba pada ngaba cicing ane gede-gede tur galak-galak. Nanging Pan Balang Tamak majalan paling durina saha nyangkil cicing cenik tur berag-arig. Di tengah alase kabenengan ada pangkung dalem nagging tusing ada titine. Makejang krama desane suba pada liwat. Nanging Pan Balang Tamak tuara bani makecos ngaliwatin pangkunge. Dadi ditu ia ngae daya apanga nyidaang liwat. Dadi nadak ia gelur-gelur ngoraang ada bangkung sing magigi. Mara keto dingeha teken krama desane, dadi makejang kramane teka nyagjagin Pan Balang Tamak. Disubane paek krama desane, ditu lantas ia ngoraang ada pangkung sing matiti. Duaning keto dadi krama desane makejang pada igu ngae titi apanga makejang krama desane nyidayang ngaliwatin pangkunge ento. Caritayang jani, suba kone makejang krama desane neked di tengah alase. Cicing krama desane makejang pada galak ngongkong nguber baburon sakadi: celeng alasan, kijang, Balang Tamak berangkat paling terakhir dengan membawa anak anjingnya yang kecil lagi kurus itu. Di tengah perjalanan di dalam hutan, kebetulan ada jurang dalam tetapi tidak ada jembatan penyebrangan (titi). Warga desa semua sudah lewat. Tetapi Pan Balang Tamak tidak berani melewati jurang itu. Mendadak ia berteriak-teriak, meneriakkan: Ada bangkung sing magigi (ada jurang tanpa titi). Mendengar teriakan Pan Balang Tamak seperti itu, warga desa mengira ada induk babi tidak bergigi, lalu semuanya mendekatinya. Setelah dekat, barulah jelas didengar teriakanpan Balang Tamak bahwa ada jurang yang tidak ada jembatannya. Karena itu maka, semua warga desa membuat jembatan (titi) penyebrangan agar semua orang bisa melewati jurang itu. Diceritakannlah kini bahwa semua warga desa sudah sampai di tengah hutan. Anjing-anjing warga desa semuanya galak-galak menggonggong mengejar binatang buruan seperti: babi hutan, kidang, menjangan, dan sejenisnya. Banyaklah binatang buruan yang diperoleh mereka. Tetapi, hanya Pan Balang Tamak saja yang anjingnya masih digendong. Kebetulan saat itu, Pan Balang Tamak menjumpai tanah yang agak miring, serta dipenuhi dengan semak belukar seperti pohon ketket. Dilemparkalah anak anjingnya di pohon ketket yang berduri itu. Setelah itu, anak anjingnya melolong kuang-kaing kesakitan, meronta-ronta mau naik untuk mencari Pan Balang Tamak. Ketika itu

24 24 manjangan, muah ane len-lenan. Liu beburone ane bakatanga olih krama desane. Nanging Pang Balang Tamak dogen cicingne enu masangkil. Kabenengan jani Pan Balang Tamak nepukin rejeng bek misi wit ketket. Ditu cicingne entunganga di punyan ketkete ane madui ento. Disubane keto, cicingne uyut kuang-kaing ngerasgas nagih menekan ngalih Pan Balang Tamak. Dadi ditu Pan Balang Tamak gelur-gelur ngoraang cicingne galak ngongkong. Makejang krama desane nyagjagin tur kedek mara nepukin unduk cicingne Pan Balang Tamak. Duaning suba sanja gumine, dadi makejang krama desane pada mulih. Keto masih Pan Balang Tamak bareng mulih uli tengah alase. Duaning cicingne bisa mamunyi kuangkaing dadi Pan Balang Tamak tusing kakenen danda olih desane. Kacarita jani nuju sasih ka sanga, krama desane bakal ngalaksanayang brata panyepian. Nyepi ane lakar kalaksanayang Nyepi Sipeng, Krama desane kadauhin apanga ngalaksanayang brata panyepian ane madan Nyepi Sipeng. Ri kala Nyepi Sipeng, krama desane tusing kadadiang ngidupang sundih utawi dammar. Keto mase tusing dadi maleluasan, majalan megat marga, lan majejuden. Gelising satwa, suba jani kaenjekan dina Nyepi. Makejang krama desane sing ada bani Pan Balang Tamak berteriak-teriak mengatakan bahwa anjingnya sangat galak dan menggonggong. Semua warga desa mendekatinya, lalu tertawa melihat ulah anjingnya seperti itu. Karena hari telah sore, maka semua warga desa yang ikut berburu pulang ke rumah. Begitu juga Pan Balang Tamak, ikut pulang dari dalam hutan. Oleh karena anjing Pan Balang Tamak bisa bersuara maka ia tidak didenda oleh desa. Diceritakanlah kini menjelang sasih ke sanga (bulan ke 9, menurut perhitungan bulan Bali, yaitu kira-kira bulan Maret), masyarakat desa Sunantara akan melaksanakan upacara Panyepian yang disebut Nyepi Sipeng. Pada saat upacara Nyepi Sipeng, warga desa dilarang menghidupkan api dan menyalakan lampu. Begitu pula tidak boleh bepergian, berjalan memotong jalan (menyeberang), dan berjudi. Singkat cerita, sekarang sudah hari raya Nyepi. Seluruh warga desa tidak ada yang berani ke jalan raya. Tetapi, hanya Pan Balang Tamak sajalah yang berjalan di jalan akan memberi makan sapi di sawah. Kebetulan ada orang yang melihat bahwa Pan Balang Tamak berjalan menyeberang jalan. Keadaan ini dilaporkan kepada Jero Bendesa. Setelah hari Nyepi berlalu, diberitahulah Pan Balang Tamak agar datang menghadap ke balai desa, untuk membayar denda karena ada orang yang melaporkannya. Namun kala itu, Pan Balang Tamak tidak mau membayar denda. Ia mengatakan dirinya tidak bernah menghidupkan api, lampu,

25 25 ka margane. Sakewala Pan Balang Tamak dogen ane majalan di margine lakar ngamaang ngamah sampine di carik. Dadi ada kone anak nepukin Pan Balang Tamak majalan megat marga nuju ka carik. Dadi, unduke ento lapuranga ring jero Bendesa. Di subane suud Nyepi, dadi kadauhin Pan Balang Tamak apanga teka ka bale desane mayah dedosan mapan ia ada ane nepukin tur ngelapurang Pan Balang Tamak ngidupang sundih lan megat marga dugas Nyepine. Nanging Pan Balang Tamak tuara enyak kadendain. Ia ngoraang ibane tusing ada ngidupang sundih lan megat marga. Kene abetne: Jero Bendesa, tiang tusing ada ngidupang sundih lan megat marga duk Nyepine punika. Tiang saja ngidupang api. Majalan ka carik mase saja, sakewala tiang ten megat marga. Mangda mabukti, indayang cingak, margine sane encen pegat tiang, tur wenten mirib margine ane pegat?. Indayang rerehin apanga mabukti wenten margine ane pegat!. Mara keto munyin Pan Balang Tamake, dadi kaselengagan Bendesane ningehang. Mula saja marga ane pegat tusing ada. Keto masih anak saja Pan Balang Tamak tusing ngidupang sundih apan ia ngidupang api anggona malebengan di paone. Pamuput tusing kadenda. Kacarita jani buin kone krama desane maan dedauhan apanga magehin pakarangan umah lan tegalnyane suangsuang, mangdane tusing ada manusa lan dan memotong jalan. Beginilah katanya: Jero Bendesa, saya tidak pernah menghidupkan lampu dan memotong jalan ketika hari raya Nyepi. Saya memang betul menyalakan obor dan juga berjalan ke sawah tetapi, tidak pernah memotong jalan. Buktinya, silahkan lihat jalan yang mana saya potong, dan apa ada jalan yang terpotong. Silahkan cari agar terbukti bahwa jalan yang putus!. Baru seperti itu ucapan Pan Balang Tamak, maka diam tersipulah Jero Bendesa, karena memang benar tidak ada jalan yang putus. Begitu pula Pan Balang Tamak tidak terbukti menghidupkan lampu. Ia hanya menyulut korek yang digunakan memasak di dapur. Akhirnya Pan Balang Tamak tidak didenda. Diceritakanlah lagi bahwa warga desa kembali mendapat pemberitahuan agar semua warga desa memagari pekarangan rumah dan tegalannya masing-masing, agar tidak dimasuki oleh binatang ternak. Bila ada orang yang berani melanggar dengan memasuki pekarangan rumah dan tegalan orang maka ia wajib didenda. Bila binatang yang melanggar maka wajib didenda atau dirampas atau disita. Begitulah isi aturan yang diberitahukan. Singkat cerita, Pan Balang Tamak bingung menerima pemberitahuan itu sebab ia tidak mempunyai pohon-pohonan yang bisa dicari turusnya dan digunakan untuk memagari tanahnya. Di samping itu, juga disebabkan karena pekarangan rumah dan juga tanah tegalannya sangatlah luas sekali. Setelah lama ia memikirkannya maka timbullah idenya agar bisa terhindar

26 26 beburon macelep ka pekarangane. Nyen ja krama desane utawi anake ane bani macelep ka pekarangan umah anak len ia patut kadenda. Yen beburon ane nyelepin pakarangan anak len, patut mase kadenda utawi karampas kajuang beburone ento. Keto munyin arah-arahe. Gelising satwa dadi kemengan Pan Balang Tamak mapan ia tuara ngelah turus ane lakar anggone magehin pakarangane. Makelo ia makeneh-keneh, ngenehang unduk magehin pakarangan umahne. Len tekening keto, karang umah lan tegalne bes linggah pesan. Di subane makelo ia makeneh, dadi pesu rerincikan dayane apanga tusing kakenen danda. Ditu ia ngalih lidin punyan jaka lan tali kupas lakar anggona magehin pakarangane. Gelisang satwa, suba madan pragat ia mapageh. Makejang krama desane kedek nepukin pagehan Pan Balang Tamak nganggo lidin jaka, sakewala tuara ada bani ngomongang. Kaenjekan jani masan dina pasaran, liu anake teka mamasar di tentene ane ada di desa Sunantara. Kala ento ada kone dagang aukud nyakitang basing ulian makita meju. Mapan tentene rame, majalan ia ngalih tongos meju. Tepukina makejang karange masengker ban pagehan ane gede-gede, bakuh, kereng, tur nges. tusing sida bana lakar macelep kema meju. Caritayang jani kanti ia teked di sisin karang Pan Balang Tamak. Tepukina karange ento dari terkena denda. Ia pun lalu mencari lidi daun pohon aren dan tali dari batang pisang yang telah dikeringkan (tali kupas). Singkat cerita, selesailah ia memagarinya. Semua warga desa menertawakan pagar lidi yang digunakan memagari tanah Pan Balang Tamak. Tetapi, mereka diam tidak berkomentar apa-apa. Kebetulan sekali saat itu adalah hari pasaran. Banyaklah orang yang berjualan dan berbelanja di Tenten (pasar kecil yang ada di desa). Ketika itu, adalah seorang pedagang yang sakit perut ingin buang hajat. Karena pasar sedang rame, maka pergilah ia mencari tempat yang cocok digunakan buang hajat. Si pedagang melihat bahwa semua tanah warga desa dipagari dengan pagar yang sangat rapat dan kokoh sehingga tidak bisa dimasuki. Diceritakanlah ia kini sampai di samping tanah pekarangan Pan Balang Tamak. Dilihatnya tanah itu dipagari lidi aren sehingga gampang dimasuki. Selain itu tanah Pan Balang Tamak sangat rimbun karena banyak ditumbuhi tanaman perdu. Karena itulah sangat cocok untuk tempat buang hajat, sebab, tidak mungkin aka nada orang bisa melihatnya. Singkat cerita, masuklah si pedagang itu ke tanah Pan Balang Tamak untuk buang hajat. Setelah ia selesai berak maka kembalilah ia ke dalam pasar, namun, pakaiannya dipenuhi oleh buah pulet yang menempel di pakaiannya. Banyak orang melihat pakaiannya dipenuhi buah pulet. Kebetulan juga Jero Bendesa ikut pula berbelanja di pasar. Ketika dilihat pakaian dagang itu dilihat oleh Pan Balang Tamak

27 27 mapageh aji lidin jaka, dadi elah bana macelep kema lakar meju. Lenan kapining ento, karang Pan Balang Tamake ebet pesan tumbuhin bun-bunan lan punyan pulet. Ento kerana melah anggon tongos meju mapan tusing bakalan ada anak nepukin duaning karange ebet pesan. Gelisan satwa dadi macelep dagange ento ka karangne Pan Balang Tamak ane mapagehan lidin jaka lakar masakit basang. Di subaane suud ia meju, laut ia buin ka katengah tentene madagang, sakewala panganggonne ebek deketa baan buah pulete. Liu anake nepukin penganggon dagange ebek misi buah pulet. Kabenengan mase Bendesane milu mabelanja di Tentene. Kala tepukina panganggo dagange bek misi buah pulet baan Pan Balang Tamak, ditu ngalaut pesu munyine masadok tekening Bandesane. Kene munyine: Inggih jero Bendesa, puniki tiang ngelapur wenten anak macelep ngerusak ka karang tiange, turmaning biana mapiorah tekening tiang. Punika wenten bukti yaning ipun taen macelep ka karang tiange. Buktinnyane inggih punika panganggonipune bek madaging woh pulet. Indayang pedasang cingakin ring penganggennyane. Tiang nunas pamatut mangda ipun keni danda manut sakadi arah-arahe sane sampun katambiakang riin. Keto munyin Pan Balang Tamak nyadokang I dagang. Dadi kapedasang katureksain penganggon dagange, saja bek misi buah pulet. Duaning saja ada bukti nyekala, dadi I dagang kakenen danda banyak dilekati buah pulet, lalu ia berkata melaporkannya: Ya Jero Bendesa saya melaporkan bahwa ada orang yang masuk dan merusak tanah saya, lagi pula tanpa meminta izin kepada saya. Bukti ia memasuki tanah saya adalah pakaiannya yang banyak ditempeli buah pulet. Coba diperhatikan dan lihatlah pakaiannya. Nah sekarang saya mohon keadilan, supaya ia didenda sesuai dengan aturan yang diberitahukan dahulu kepada warga desa. Begitulah kata Pan Balang Tamak melaporkan si pedagang. Lalu dilihat dan diperiksalah pakaian si pedagang bahwa memang benar penuh berisi buah pulet. Oleh karena memang betul ada bukti nyata, maka si pedagang dikenai denda yang besarannya sesuai dengan bunyi aturan yang telah disepakati. Uang denda itu lalu diberikan kepada Pan Balang Tamak. Diceritakanlah bahwa warga desa akan mengadakan rapat sambil membayar denda bagi yang pernah terkena denda.rapat akan diadakan dib alai Pasamuan (pertemuan) yang terletak di halaman depan Pura Puseh. Petugas sudah diberitahu untuk memberitahukan kepada seluruh warga desa agar datang lagi tiga hari untuk rapat sambil membayar denda, bila ada yang terkena denda. Baru didengar isi pemberitahuan seperti itu, lalu Pan Balang Tamak membuat inisiatif agar terhindar dari terkena denda dan bahkan bisa mendapatkan uang.

28 28 manut cara perarem sangkepe, tur pipis dedandane ento baanga Pan Balang Tamak. Kacarita buin karma desane lakar ngadaang sangkepan sambilang mayah dedosan karamane ane taen dosa.. Tongos sangkep ditu di bale Pasamuan ane ada di bancingah pura Pusehe. Juru arahe suba mapangarah teken krama desane apanga tedun ka bale Pasamuane buin telun sangkep lan mayah dedandan, yaning kramane ada ane kena dedandan. Mara dingeha keto arah-arahe baan Pan Balang Tamak, ditu ia buin ngeka daya, ngerincikang daya pangupaya mangdane ia nyidayang tuara kena danda tur maan pipis. Ri kala peteng, buin mani lakar sangkepe kalaksanaang, Ni Tanu, somah Pan Balang Tamake, tundena ngae jaja iwel. Jaja iwele ento malakar ban injin manyanyah, matepung, lantas kaadukin nyuh makihkih lan gula Bali masisir. Sesubane kaadukang lan kaadonang apang rata, lantas kakuskus buin. Sesubane lebeng, jaja iwel ento gilinggilinga kapindayang tain cicing. Semengan pesan Pan Balang Tamak majalan ka bale Samune sambilanga ngaba jaja iwel, yeh, lan serbet. Dugase ento sedeng melaha suung pesan tuara ada anak liwat ditu. Pan Balang Tamak iju medasang tongos ane lung tur pantes pejangin jaja iwel. Di bucun bale Samune, ada saka masendi kedas. Ento piliha anggona tongos ngejang jaja iwel. Sendine ento kakedasin aji serbet, lantas Malam hari, sehari sebelum hari rapat dilaksanakan, Ni Tanu, istri Pan Balang Tamak disuruhnya membuat jajan iwel. Kuwe iwel itu dibuat dari bahan: ketan hitam (injin) yang disangrai, ditepung, lalu dicampur dengan kelapa parut dan irisan gula merah. Setelah dicampur dan diaduk agar merata tercampur, lalu dikukus lagi. Setelah matang, kuwe iwel itu digilinggiling dan dibentuk menyerupai tai anjing. Pagi-pagi sekali Pan Balang Tamak berangkat menuju balai tempat rapat diadakan, sambil membawa kue iwel, air, dan kain lap. Ketika itu, kebetulan sangat sepi, tidak ada orang yang lewat di sana. Pan Balang Tamak dengan cepat memilih tempat yang cocok untuk diisi kue iwel. Pada bagian pojok balai pertemuan ada pilar/tiang yang memakai sendi. Sendi itulah yang dipilihnya untuk tempat meletakkan kue iwel itu. Sendi itu dibersihkan dengan kain lap, lalu disirami air. Kemudian kue iwel itu diletakkan di atas sendi itu. Bila dilihat, persis sekali seperti kotoran anjing beriri air kencing. Setelah selesai ia menaruh kue iwel tersebut di sendi tiang balai pertemuan itu, lalu ia pulang. Diceritakanlah kini bahwa seluruh warga desa sudah datang berkumpul dib alai pertemuan. Begitu pula para pimpinan desa, termasuk Jero Bendesa juga sudah hadir dan duduk di depan. Pan Balang Tamak datang paling belakang. Ia lalu mencari

29 29 turuhina yeh. Sesubane kedas, jaja iwele pejanga di duur sendine. Yaning tingalin, persis sajan cara tain kuluk maiisi enceh. Sesubane pragat ia ngejang jaja di sendin saka bale Pasamuane, lantas ia mulih. Caritayang jani krama desane makejang suba teka tur negak di bale Pasamuane. Keto mase para kelian lan jero Bendesa suba mase rauh tur suba negak di arep. Pan Balang Tamak teka paling si duri. Ditu ia ngelaut ngalih tongos negak. Kabenengan di samping sendin sakane ane misi jaja iwel, tusing ada anak bani negak ditu. Dadi Pan Balang Tamak ngojog kema ngalaut ia negak di samping sendine. Disubane negak, ditu ia mapi-mapi makesiab nepukin jajane ane cara tain cicing ento. Ditu ia ngomong kene: Beh ewer pesan cicinge ngembud dini. Inggih semeton krama desane sami, sira bani naar bacin kuluke niki lakar upahin tiang siu keteng. Keto abetne mamunyi. Makejang kramane matolihan tur ngademi sada seng ningalin tain cicinge di duur sendin sakane. Ada mase ane ngomong kene: Beh mula jelema sigug buin kumel, men, nyen anake bakalan bani ngamah bacin kuluk. Keto pakerimik krama desane. Sesubane keto dadi ngeraos Jero Bendesa: Wih Cai Balang Tamak, nah ke cai jani ngamah tain kuluke ento, lamun cai bani ngamah, icang ngupahin cai siu keteng. Keto raos Bendesane sada bangras. tempat duduk. Kebetulan di sebelah sendi tiang balai pertemuan yang berisi kue iwel itu kosong karena tidak ada orang yang berani duduk di sana. Ke situlah Pan Balang Tamak, lalu duduk di samping sendi. Setelah duduk, barulah ia pura-pura kaget melihat tai anjing itu. Berkatalah ia begini: Aih, jail sekali anjing yang berak di sini. Ya teman-teman anggota desa semua, siapa saja yang berani makan tai anjing ini akan saya kasi upah seribu uang kepeng. Begitulah ia bicara. Warga desa yang hadir, semuanya menoleh dan mencibirkan bibir karena jijik melihat tai anjing di atas sendi (dasar pilar). Ada juga yang berucap begini: Ah benar-benar orang seronok lagi jorok, tidak mungkin ada orang yang berani makan tai anjing. Begitulah cibiran warga desa. Setelah itu, berkatalah Jero Bendesa: Wih, kamu Balang Tamak, silahkan kamu yang makan tai anjing itu. Bila kamu berani memakannya, akan saya kasi upah seribu keeping. Begitulah ucapan Jero Bendesa dengan ketus. Ketika baru saja Jero Bendesa berkata seperti itu, lalu di jawab oleh Pan Balang Tamak: Ya semua warga desa, saksikanlah sekarang saya yang akan makan tai anjing ini. Sehabis ia bicara seperti itu maka diambillah tai anjing itu lalu dimakan. Raut wajah Pan Balang Tamak ketika itu seperti orang mau muntah karena jijik. Lagi pula diimbuhi dengan sikap kejut-kejut dan gemetar badannya karena jijik. Semua warga desa juga jijik menyaksikan ulah Pan Balang Tamak makan tai anjing. Ada yang meludah-ludah, ada yang tidak berani menoleh, dan ada yang sampai muntahmuntah melihat Pan Balang Tamak makan

30 30 Mara Bendesane suud ngeraos keto, dadi masaut Pan Balang Tamak, Inggih jero krama desa sami, mangkin saksiang tiang lakar neda bacin cicinge niki. Sesubane ia suud mamunyi keto lantas jemaka tain kuluke lantas amaha. Sebeng Pan Balang Tamake ri kala ento, cara anak seneb ulian seng ngamah jaja tain kuluk. Buina maisi kejut-kejut tur ngejer awakne ulian seneb. Makejang kramane seneb basangne nepukin ulah Pan Balang Tamak naar bacin kuluk. Ada ane kecuh-kecuh, ada ane sing bani nolih, lan ada mase ane kanti ngutahutah nepukin unduk Pan Balang Tamak naar bacin kuluk. Gelising cerita, telah tain kuluke ane sujatinne jaja uwel ento baana naar kapining Pan Balang Tamak. Ditu lantas Pan Balang Tamak maan upah siu keteng pis bolong, tur pasangkepane suba suud. Krama desane pada mulih ngojog umah suang-suang, sambilang pagerenggeng, nuturang indik Pan Balang Tamak ngamah tain cicing. Caritayang jani jero Bendesa kaliwat gedeg tur sengit kapining Pan Balang Tamak, duaning bes kaliwat pepes dane kauluk-uluk, katungkasin lan mayah upah wiadin danda kapining Pan Balang Tamak. Sesubane makelo dane ngerincikang daya pangupaya, ditu dane tangkil ka puri, matur teken anake agung ane nyeneng agung di Sunantara. Aturanga unduk Pan Balang Tamak setata nayain, mayus, lan sesai nungkas awig-awig desa. Ento maka awanan Pan Balang Tamak gedegina baan krama desane makejang. Mara pirenga keto tai anjing. Singkat cerita habislah tai anjing yang sebenarnya adalah kue iwel itu dimakan oleh Pan Balang Tamak. Ketika itulah Pan Balang Tamak mendapatkan upah seribu keping uang bolong, lalu rapat desa berahir. Seluruh warga desa pada pulang menuju rumah masing-masing sambil berguman membicarakan prihal Pan Balang Tamak makan tai anjing. Diceritakanlah bahwa Jero Bendesa sangat dendam dan sakit hati pada Pan Balang Tamak. Hal itu desebabkan oleh sering ia dibohongi, ditentang, dan membayar denda/upah pada Pan Balang Tamak. Setelah lama ia merancang tipu muslihat, kala itu ia pergi ke keraton raja untuk melapor kepa raja yang memerintah di kerajaan Sunantara. Dilaporkanlah prihal ulah Pan Balang Tamak yang selalu memperdaya desa, malas, dan sering menentang aturan-aturan desa. Hal itu yang menyebabkan Pan Balang Tamak dibenci oleh seluruh warga desa. Baru didengar seperti itu laporan Jero Bendesa, lalu raja jadi marah. Saat itu ia menyuruh untuk membunuh Pan Balang Tamak. Namun, caranya membunuhnya agar tidak terangterangan. Jero Bendesa disuruh mencari racun yang paten/ampuh. Oleh karena itu, lalu segeralah Jero Bendesa menyuruh salah satu warga desa untuk mencari racun yang ampuh. Singkat cerita, lalu datanglah warga suruhan itu membawa racun yang sangat ampuh, dan sudah berangkat akan meracun Pan Balang Tamak.

31 31 atur Jero Bendesa dadi duka rajane. Ditu ida nunden ngamatiang Pan Balang Tamak. Sakewala apanga silib carane ngamatiang. Jero Bendesa titahanga ngaruruh cetik ane meranen. Duaning keto dadi gupuh Jero Bendesa nunden sinalih tunggil kramane ngalih cetik ane sakti. Gelising satwa, dadi ada anak ngaturang cetik ring ida anake agung, tur suba majalan lakar nyetik Pan Balang Tamak. Satwaang jani Pan Ban Balang Tamak ajak kurenane ditu di pondok sedeng matutur-tuturan. Nuturang pariindike sawireh ia liu anake ngedegin. Ida dewagung, rajane di Sunantara mase suba madan nawang sawireh ia liu anake ngedegin. Rumasa kapining padewekane kagedegin, sinah lakar cendet tuuhne. Dening aketo, dadi memunyi ia teken somahne, kene munyinne: Nah memene, dadi icang makleteg kenehe mirib lakar tuara makelo enu idup, mapan liu nyama beraya ane brangti tur ngedegin iraga jani. Nah, yen pet perade manian icang mati, ingetang pabesen icange, eda enden jeg enggal tanema. Yaning icang mati, silaang malu icang di balen sanggahe, apanga cara anak sedeng mayoga ngaregepang japa mantra. Alihang tambulilingan nyang tatelu wadahin beruk utawi bungbung. bungbunge bolongin cenikang apang tambulilingane tusing nyidayang pesu. Eda pesan nyai mangelingin bangken icange kala ento. Manian pedasang ningehang orta. Yen suba ada orta anake Ceritakanlah kini Pan Balang Tamak beserta istrinya di rumah sedang berbincang-bincang. Bertutur-tuturan perihal bahwa ia banyak warga yang membencinya. Baginda raja Sunantara juga sudah tahu karena ia banyak orang yang membencinya. Merasa dengan dirinya dibenci orang, pastilah umurnya tidak akan panjang. Karena itu, berkatalah ia kepada istrinya: Ya istriku, sepertinya saya merasa dalam hati bahwa saya tidak lama akan hidup, sebab banyak orang yang benci dan dendam kepada kita. Nah, bila seandainya saya mati nanti, ingatlah pesanku ini; jangan langsung saya dikubur!. Letakkan mayat saya dib alai yang ada di Sanggah dengan sikap bersila menyerupai orang yang sedang melakukan yoga dan merafalkan mentra/doa. Carilah kumbang pohon, barang 3 ekor, letakkan dalam tempurung kelapa (beruk) atau bungbung (potongan bambu). Potongan bambu itu dilubangi agak kecil, agar kumbang itu tidak lepas. Janganlah kamu menangisi mayatku pada saat itu. Esok lusa, dengarkanlah berita dengan pasti. Bila ada berita bahwa raja sudah mati, nah barulah pada saat itu masukkanlah mayatku ke dalam peti lalu taruh di kamar. Barang-barang kekayaan kita seperti: emas, perak, uang, serta barang kekayaan lainnya, taruhlah dibalai tempat tidur lalu atur menyerupai onggokan mayat. Kemudian selimuti dengan kain agar terlihat

32 32 agung seda, nah kala ento pejang bangken icange di petine jumaan menten. Barang-barang, emas, perak, pipis, muah arta beranane makejang, dugdugang di bale pasareane. Rurubin aji saput lan kamben apanga cara bangken icange. Ditu di sampingne nyai ngeling kasedihan, cara mangelingin bangken icange. Sinah lakar ada anak ngemaling bangken icange ane wadah peti, kadenanga kasugihane. Ingetang pesan nyin pabesen icange keto. Mara keto pabesen Pan Balang Tamake teken somahne dadi sebet ia ajaka dadua. Ane eluh ngeling ngasigsigan tuara dadi tungkulang. Satwaang jani utusane ane kanikaang nyetik Pan Balang Tamak, suba nyidaang ngeka daya, nyetik Pan Balang Tamak. Dening bes kaliwat sidi cetike dadi mati kone jani Pan Balang Tamak. Somahne iju jani ngaba bangkennne ka sanggah. Ditu tegakanga apang cara anak masila mayoga. Keto mase suba jangina tambulilingan mawadah beruk di limane. Yen pedasang aseliaban, tulen cara anak mayoga ngaregepang japa mantra. Satwaang jani telik tanem anake agung, suba madan ngintip undukne Pan Balang Tamak. Kadena Pan Balang Tamak enu idup turmaning sedeng mayoga. Unduke ento aturanga teken anake agung. Dadi jengah kayun idane tur kadena cetike tuara sidi. Dadi celekin ida cetike. Dening bes kaliwat meranen seperti mayatku. Di samping mayatku itu kamu menangis seperti menangisi mayatku. Pasti akan ada orang mencuri peti yang berisi mayatku itu, karena mereka mengira itu adalah harta benda kekayaan kita. Ingatlah pesanku ini. Baru begitu pesan Pan Balang Tamak, sangat sedih mereka berdua. Istrinya menangis tersedu-sedu tidak bisa dihibur. Diceritakanlah kini orang yang diutus untuk meracun Pan Balang Tamak. Ia sudah mampu melakukan tipu daya dan berhasil meracuni Pan Balang Tamak. Oleh karena kemanjuran racun itu maka seketika matilah Pan Balang Tamak. Istrinya segera membawa mayat suaminya ke Sanggah, lalu didudukkan dan dibuatkan sikap seolah-olah Pan Balang Tamak sedang bersila melakukan yoga. Juga telah diisi beberapa ekor kumbang yang ditempatkan di dalam tempurung kelapa dan ditaruh di tangannya. Bila dilihat sepintas, persis seperti orang yang sedang beryoga. Ceritakanlah sekarang mata-mata sang raja sudah melihat Pan Balang Tamak. Dikiranya Pan Balang Tamak masih hidup, sedang duduk beryoga. Keadaan ini dilaporkan kepada raja. Raja sangat kaget, dikiranya racun itu tidak manjur. Lalu dijilatilah racun itu. Karena racun itu sangat manjur maka seketika itu pula raja wafat. Diceritakanlah kini terdengar berita bahwa raja wafat karena menjilati racun. Ketika itu dengan segera istri Pan Balang Tamak membuat air panas. ujuannya untuk digunakan memandikan mayat agar lemes dan mudah diluruskan. Semua kekayaannya

33 33 cetike dadi seda rajane. Satwaang jani suba madan maorta rajane seda nyelekin cetik. Kala ento enggal-enggal Ni Tanu, somah Pan Balang Tamake, ngae yeh anget anggona manjusang bangkene. Tetujone apanga bangkene lemet tur elah ban ngaleserang.. Kasugihane makejang, joljolanga tur ririganga niru joljolan bangke. Sesubane keto, mara rurubina aji kamben lan saput. Di samping kasugihan ane marurub ento, Ni Tanu negak saha ngelut mangelingin. Yen tingalin tulen cara anak mangelingin bangke. Satwaang jani ri kala peteng mirib ada sametara tengah lemeng. Ada kone anak lakar mamaling ka umah Pan Balang Tamak, apan dingeha orta Pan Balang Tamak suba mati. Di subane malinge ada jumahan Pan Balang Tamak, tepukina Ni Tanu sedekan mangelingin bangken ane muani di balene diwangan menten. Ditu alihalihina pepejangangan arta berana kasugihane Pang Balang Tamak. Macelep malinge ka jumahan menten. Tepukina ada peti madalit tekek pesan. Kadena petine ento misi arta berana kasugihan Pan Balang Tamak. Petine ento tegena ban malinge ajaka papat. Sesubane ejoh uli umah Pan Balang Tamak, mereren jani malinge. Petine tuunanga lakar ungkaba tutupne. Mara pejanga petine, dadi ada ebo pengit cara ebon bangke. Kadena ento ebon bangken cicing utawi bangken siap. Mamunyi malinge aukud: Beh adi pengit ebone ditaruh dan ditata meniru onggokan mayat orang meninggal. Setelah itu, lalu diselimuti dengan kain dan selimut. Di sebelahnya Ni Tanu duduk sambil memeluk dan menangisinya. Bila dilihat mirip seperti orang menangisi mayat. Ceritakanlah kini hari sudah malam, kira-kira sudah tengah malam. Ada orang yang berniat akan mencuri ke rumah Pan Balang Tamak, sebab Pan Balang Tamak tersiar sudah mati. Setelah maling itu berada di dalam rumah Pan Balang Tamak, dilihatlah Ni Tanu sedang menangisi mayat suaminya. di tempat tidur yang ada di depan kamarnya. Ketika itu dicarinyalah tempat harta benda kekayaan Pan Balang Tamak di simpan. Lalu masuklah maling-maling itu ke dalam kamar. Dilihatnya ada peti yang terpateri dan terkunci sangat kuat. Dikiranya peti itu tempat harta benda kekayaan Pan Balang Tamak. Diangkat dan dipikullah peti itu oleh si pencuri berempat. Setelah jauh dari rumah Pan Balang Tamak, berhentilah para pencuri itu. Diturunkannya peti itu untuk dibuka tutupnya. Baru begitu tercium bau busuk seperti bau bangkai. Dikiranya itu bau bangkai anjing atau bangkai ayam. Seorang pencuri berkata: Beh, kok ada bau busuk di sini, kemungkinan ada bangkai anjing karena ini tegalan. Ayuk kita pindah dari sini, tidak tahan mencium bau bangkai yang sangat busuk. Begitulah kata si pencuri. Lalu kembali lagi peti itu diangkat dan dipikulnya untuk berpindah ke tempat lain. Ketika sudah dapat tempat lain, lalu peti itu diturunkan lagi untuk dibuka. Baru saja peti diturunkan, kembali lagi tercium

34 34 dini, miribang ada bangken cicing dini apan teba. Jalan makisid uli dini apan sing nyidaang ngadek ebon bangke pengit pesan. Keto munyin malinge. Dadi buin tikula petine, lakar makisid ngalih tongos melahan. Disubane maan tongos ane lenan, buin tuunanga petine. Mara pejanga beten, buin ada ebo pengit pesan. Kadenang ada bangkaan ane mabo pengit sawireh tongose di tegalane. Keto unduke kanti ping pat petine kapejang. Pamuput ada ane ngelah daya, ngajakin ngaba petine ka pura. Dadi mamunyi malinga ento kene: Nah kene ban madaya, mapan teba lan tegalan sinah liu ada bangkaan wiadin tai ane mebo pengit. Luungan jani petine aba ka pura, ajaka di pura gagah petine. Di pura sinah sing ada anak bani lakaran meju wiadin ngutang bangkaan. Sinah sing ada ebo pengit ditu apan pura. Keto abetne mamunyi. Dadi buin tegena petine abana ka tengah pura desane. Di subane teked di tengah purane, ditu malinge mareren. Petine pejanga di bale Piasan purane. Mara ungkaba tekep petine, dadi makesiab malinge makejang nepukin bangken Pan Balang Tamak nyegagag suba ngembetin tur mabo pengit. layahne nyelep lan matane melolod nelik. Mare tepukina keto, malaib malinge ajaka makejang mulih kumahne suang-suang. Ceritaang buin mani semengane, Jero Mangku desa macelep ka tengah purane lakar makedas-kedas mapan bau yang sangat busuk. Dikiranya ada bangkai lain yang berbau busuk karena tempat itu tegalan. Begitulah keadaannya, hingga empat kali peti diturunkan. Terahir, salah seorang pencuri mempunyai inisiatif untuk membawa peti itu ke sebuah pura. Lalu si pencuri itu berkata: Ya begini saja caranya, karena tegalan tentu akan banyak ada bangkai yang berbau busuk. Sebaiknya kita bawa dan buka peti ini di sebuah pura. Pastilah tidak ada orang yang berani berak atau membuang bangkai di dalam pura. Di pura pasti tidak aka nada bau busuk. Begitulah katanya. Lalu dipikulnya kembali peti itu dan dibawanya menuju ke sebuah pura. Setelah sampai di tengah pura, lalu berhentilah mereka dan peti itu lalu diturunkan lalu di taruh dibalai Piasan pura. Baru tutup peti itu dibuka, kagetlah semua maling itu melihat mayat Pang Balang Tamak, menangkang dan sedang membengkak, berbau busuk, lidahnya menjulur ke luar, dan matanya terbelalak melotot. Baru dilihatnya seperti itu lalu larilah mereka semua dan pulang ke rumah masing-masing. Diceritakanlah keesokan paginya. Jero Mangku desa masuk ke dalam pura, akan melakukan pembersihan karena, kebetulan hari itu adalah hari rahinan (hari untuk melakukan persembahyangan). Ketika dilihatnya ada peti di atas balai Piasan maka ia pun terkejut. Dikiranya Ida Betara menganugrahinya. Kejadian ini lalu dilaporkan kepada Jero Bendesa. Jero Bendessa percaya kepada laporan dari Jero Mangku bahwa, di pura ada anugerah. Seluruh warga desa diperintahkan agar

35 35 dinane nuju rainan. Mara tepukina ada peti di piasane, dadi makesiab Jero Mangku. Kadena Ida Batara ngicen paica mawadah peti. Dadi unduke ene orahanga teken Jero Bendesa. Jero Bendesa ngugu piorah dane Jero Mangku ada pica di pura. Tundenanga krama desane tangkil ka pura, saha ngaba aturan, praya mendak pican Ida Batara. Gelising satwa dadi makejang krama desane sumuyug tangkil ka pura saha ngaba aturan. Sesubane krama desane ngejang banten tur negak napak di natah purane, dadi bantene aturanga olih Jero Mangku. Sesubane suud maturatur dane Jero Mangku, paekina petine olih Jero Mangku, Jero Bendesa, miwah para kelihan lan panyarikan makejang. Mara bungkaha petine dadi makejang anake makesiab nepukin isin petine boya paica, sakewala bangken Pan Balang Tamak. Dadi lesu krama desane makejang, duaning isin petine tuah bangke manusa, turmaning ada di tengah purane, ditu dadi kramane kadauhin apanga mreteka bangken Pan Balang Tamak sakadi patut. Len kapining ento, desane patut nangun yadnya, ngaturang pacaruan, nyarunin pura lan desane, apan kaucap leteh. Dadi ditu krama desane nangun karya. Keto mase Pan Balang Tamak gaenanga pelinggih abesik, anggon cirri lan painget indik Pan Balang Tamak ane malu. Keto kone satwan Pan Balang Tamak ane katami kanti jani* datang ke pura hari itu disertai dengan membawa sesajen yang akan dipersembahkan sebagai ucapan terima kasih atas anugerah itu. Singkat cerita, semua warga desa telah datang ke pura disertai dengan membawa sesajen. Setelah seluruh warga desa datang dan duduk di halaman pura maka Jero Mangku menghaturkan sesajen tersebut. Setelah Jero Mangku selesai menghaturkan sesajen persembahan maka, peti itu didekati bersama. Baru dibuka peti itu maka semuanya terkejut bahwa, isi peti itu bukan anugerah tetapi berisi mayat Pan Balang Tamak. Jadi lemaslah semua warga desa, sebab isi peti itu adalah mayat manusia yaitu, mayat Pan Balang Tamak. Kala itulah warga desa diberi tahu untuk mengupacarai mayat Pan Balang Tamak sebagaimana mestinya. Di samping itu masyarakat juga harus menyelenggarakan upacara kurban Pecaruan (upacara Bhuta Yadnya) agar pura dan desa bersih kembali seperti sediakala. Setelah itu arwah Pan Balang Tamak yang telah disucikan dibuatkan satu pelinggih, sebagai cirri dan peringatan atas kejadian pan Balang Tamak dahulu.. Begitulah konon cerita Pan Balang Tamak yang diwariskan hingga saat ini. Hasil rekaman cerita yang diceceritakan oleh Jero Mangku Nyoman Serinten dari desa Sangkanbuana Klungkung, pada tanggal 11 Juli Ditulis kembali oleh I Nyoman Sukartha.

36 Ringkasan Satwa Pan Balang Tamak Ringkasan cerita akan dibagi ke dalam episode-episode seperti di bawah ini. 1) Episode mencari kayu ke hutan Di sebuah desa di kerajaan Sunantara, hiduplah sepasang suami-istri yang sangat kaya. Ia bernama Pan Balang Tamak dan istrinya bernama Ni Tanu. Ia terkenal sangat kaya, tetapi kikir dan malas. Ia sangat pintar, pandai bicara tetapi sangat licik dan penuh tipu daya. Selain itu, ia juga sangat malas dan sering menentang aturan-aturan desanya. Hal itu menyebabkan ia sangat dibenci oleh warga desa lainnya, terutama oleh para ketua desanya (Jero Bendesa). Itulah sebabnya dicarikan segala daya upaya agar ia bisa dijatuhi hukuman atau denda yang seberat-beratnya, bahkan kalau mungkin agar bisa diusir dari wilayah desa tersebut. Pada suatu ketika para pimpinan desa mengadakan rapat untuk mencari kesalahan Pan Balang Tamak agar bisa didenda. Para pemimpin desa mengetahui bahwa Pan Balang Tamak tidak mempunyai ayam. Untuk itu disepakatilah akan mengadakan kerja bakti mencari kayu untuk bahan bangunan ke dalam hutan. Diberitahulah seluruh warga desa agar melakukan kerja bakti pada keesokan harinya termasuk Pan Balang Tamak. Pemberitahuan yang disampaikan kepada Pan Balang Tamak bunyinya bahwa warga desa harus pergi ke hutan mencari kayu, dan berangkat

37 37 ketika ayam turun dari tempat tidurnya. Kesokan harinya pagi-pagi sekali ketika ayam sudah berkokok dan turun dari tempat tidurnya seluruh warga desa pergi ke hutan mencari kayu. Namun Pan Balang Tamak masih diam di rumahnya menunggu ayamnya turun dari tempat tidurnya. Pan Balang Tamak hanya memiliki seekor ayam yang sedang mengerami telurnya. Ayamnya itu baru turun dari mengeram setelah hari agak siang. Ketika ayamnya turun dari mengeram itu barulah Pan Balang Tamak berangkat pergi ke hutan. Di Tengah perjalanan ia berpapasan dengan warga desa lainnya yang sudah kembali dari hutan dan memikul kayu hasil yang didapatkan di hutan. Karena warga desa sudah kembali dari hutan maka Pan Balang Tamak pun juga ikut pulang. Keesokan harinya para pinpinan desa menyuruh warga desa untuk melakukan rapat, tujuannya membicarakan ulah Pan Balang Tamak yang tidak menepati isi pemberitahuan desa. Dalam rapat diputuskanlah bahwa Pan Balang Tamak dijatuhi denda berupa sejumlah uang karena tidak menepati pemberitahuan desa. Pan Balang Tamak menolak didenda dengan sejumlah uang karena merasa tidak bersalah. Alasannya adalah ia sudah berangkat ke hutang setelah ayamnya turun dari tempat tidurnya. Ia hanya memiliki satu ekor ayam yang sedang mengeram. Ayamnya yang sedang mengeram ini baru turun dari tempatnya mengeram setelah hari siang. Itulah sebabnya Pan Balang Tamak baru berangkat ke hutan setelah hari siang. Alasan tersebut menyebabkan Pan Balang Tamak tidak jadi di denda.

38 38 2) Episode menyumbang senggauk Dalam kesempatan lain warga desa disuruh untuk menyumbang ke desa berupa senggauk (nasi aking). Siapa pun warga desa yang tidak menyumbang akan didenda. Pimpinan desa mengetahui bahwa Pan Balang Tamak sangat irit dan pelit, termasuk juga istrinya. Ia dan istrinya sehari-harinya memasak nasi secukupnya saja dan tidak pernah menyisakan nasinya, apa lagi sampai menjemur nasi untuk dijadikan senggauk (nasi aking). Tentu saja ia tidak akan mempunyai nasi aking (senggauk). Karena itu dengan mudah ia akan dikenakan denda oleh warga desa. Kesokan harinya Pan Balang Tamak pergi ke balai desa dengan membawa sanggah uug (sejenis bangunan tempat sembahyang yang sudah rusak). Alasannya, karena ia mendengar pemberitahuan dari juru arah ( orang yang bertugas menyampaikan pemberitahuan/pengumuman desa kepada warganya) bahwa juru arah yang bersuara cadel mengatakan agar warga desa mengeluarkan sanggah uug. Alasan itu menyebabkan Pan Balang Tamak tidak didenda. 3) Episode berburu Pada hari berikutnya warga desa kembali lagi melakukan rapat. Pimpinan desa mengetahui bahwa Pan Balang Tamak tidak mempunyai anjing besar, karena ia hanya memiliki seekor anjing kecil dan sangat kurus. Untuk itu dibuatkanlah jebakan agar ia bisa didenda. Keesokan harinya warga desa diberitahu agar semua warga desa pergi ke hutan untuk berburu dengan membawa serta seekor anjing yang sudah galak serta senjata untuk berburu. Pagi-pagi sekali seluruh warga desa pergi ke tengah hutan untuk

39 39 berburu, termasuk Pan Balang Tamak. Karena Pan Balang Tamak tidak mempunyai anjing besar maka ia membawa anjing kecilnya saja. Sesampainya di tengah hutan semua warga desa sibuk berburu dengan melepas anjing buruannya. Banyak binatang buruan yang diperoleh oleh warga desa. Alkisah Pan Balang Tamak di tengah hutan berjumpa dengan jurang dalam (pangkung) yang tidak ada jembatan penyeberangannya (dalam bahasa Bali jurang yang tidak ada jembatannya disebut (pangkung sing metiti). Pan Balang Tamak tidak berani melewatinya. Untuk bisa melewatinya dikeluarkanlah akal bulusnya. Pan Balang Tamak berteriak-teriak mengatakan bahwa ada bangkung sing megigi. (induk babi ompong/tidak bergigi). Warga desapun berlarian semua mendekati Pan Balang Tamak. Ketika sampai di dekatnya maka Pan Balang Tamak mengatakan: Ada pangkung sing metiti (ada jurang yang tidak bertiti). Warga desapun membuat titi penyebrangan dari kayu dan bambu agar seluruh warga desa yang ikut berburu bisa melewati jurang dalam itu. Setelah semua warga desa sampai di tengah hutan, kembali warga desa sibuk berburu. Ketika itu Pan Balang Tamak menjumpai pohon ketket (sejenis perdu yang berduri) dan sangat lebat dauunya di pinggir jurang. Pan Balang Tamak melemparkan anak anjingnya ke tengah perdu/pohon ketket itu. Anak anjing itupun bersuara keraskeras karena kesakitan dan meronta-ronta ingin ke luar dari perdu berduri itu. Ketika anak anjingnya bersuara keras-keras kesakitan, Pan Balang Tamak juga berteriak-teriak mengatakan bahwa anjingnya galak menggonggong karena melihat bangkung sing megigi (induk babi yang tidak mempunyai gigi). Karena anjing Pan Balang Tamak mau

40 40 bersuara ketika di bawa berburu maka Pan Balang Tamak tidak didenda oleh pimpinan desanya. 4) Episode memagari pekarangan Hari berikutnya para pimpinan desa kembali berembug mencari akal agar Pan Balang Tamak bisa didenda. Kebetulan tanah pekarangan dan tanah tegalan milik Pan Balang Tamak tidak masengker (diisi pagar/tembok pembatas). Karena itu dibuatkanlah aturan desa agar semua tanah pekarangan dan tanah tegalan dikitari dengan penyengker (tembok/pagar pembatas). Bila tidak dipatuhi maka akan didenda dengan denda yang cukup berat. Begitu pula bila ada orang yang memasuki tanah milik orang lain tanpa izin maka orang itu didenda dengan denda yang cukup besar pula. Pan Balang Tamak mengetahui bahwa aturan yang dibuat oleh desa tujuannya untuk menyudutkan, dan mendendanya karena, hanya rumah dan tegalannyanya saja yang tidak ada pagar pembatasnya. Di samping itu Pan Balang Tamak juga tidak mempunyai pohonpohonnan yang bisa dijadikan pagar pembatas. Karena itu iapun mencari akal agar tidak bisa didenda oleh warga desa. Karena ia tidak memiliki turus/batang pohon-pohonan untuk dijadikan pagar, maka Pan Balang Tamak memagari tanahnya dengan lidi yang diambil dari daun enau. Lidi-lidi itu ditancapkan mengitari tanah milik Pan Balang Tamak. Kebetulan tanah Pan Balang Tamak letaknya berdekatan dengan pasar desa, dan banyak ditumbuhi oleh perdu yaitu pohon pulet (sejenis pohon perdu yang buahnya kecil-kecil, berbulu, mudah lepas, dan bergetah seperti pellet/lem. Apapun yang

41 41 menyentuhnya maka buah pullet itu akan terlepas dan menempel pada benda yang menyentuhnya). Ketika pasar sedang ramainya, ada seorang pedagang yang sedang berjualan sakit perut ingin buang hajat. Pada zaman itu pasar tradisional umumnya tidak memiliki WC sebagai tempat buang hajat. Maka pedagang itu pergi ke tempat yang mudah dimasuki, ada pepohonan/perdu yang rimbun agar bisa dijadikan pelindung ketika buang hajat. Kebetulan tanah Pan Balang Tamaklah yang dekat dan mada perdu yang rimbun sebagai tempat buang hajat, lalu pedagang itu masuk ke tanah Pan Balang Tamak yang hanya dipagari lidi sehingga sangat mudah dilewati. etelah selesai buang hajat maka pedagang itu kembali berjualan. Ketika pasar sedang ramainya, maka pan Balang Tamak pergi ke pasar. Sesampainya di pasar ia melihat pedagang yang kainnya penuh ditempeli buah pullet. Lalu Pan Balang Tamak melaporkannya kepada pimpinan desanya, bahwa ada orang yang melanggar aturan desa dengan memasuki tanah milik orang lain tanpa seizing dari pemiliknya. Sebagai bukti ditunjukkannya buah pohon pullet yang menempel di kain pedagang itu. Alasan yang lain adalah bahwa, hanya tanah pekarangannya Pan Balang Tamak sajalah yang ditumbuhi pohon pullet, sedangkan tanah milik orang lain semua bersih-bersih karena sering disiangi rumput dan perdu yang tumbuh di tanah mereka itu. Akhir kata maka pedagang tersebut di denda dan dendanya diberikan kepada Pan Balang Tamak. Para pimpinan desa sepertinya sudah kehabisan akal untuk membuat program kerja agar bisa mendenda Pan Balang Tamak. Pada suatu hari datanglah pengaduan dari warga desa yang merupakan mata-mata kepala desa. Laporan itu mengatakan bahwa

42 42 Pan Balang Tamak tidak memiliki sapi jantan. Mendengar laporan itu maka para pimpinan desa sepakat untuk mengadakan lomba adu sapi. Dalam lomba itu dibuatkan aturan bahwa sapi yang boleh diikutan lomba adalah sapi jantan saja. Siapa pun warga desa yang tidak ikut serta dalam lomba itu walau dengan alasan tidak memiliki sapi jantan akan dikenai sangsi yang sangat berat berupa denda uang atau diusir dari desa. Kali ini pimpinan dan warga desa yang tidak simpati kepada Pan Balang Tamak sangat kegirangan dan merasa yakin bahwa dalam acara ini Pan Balang Tamak pasti bisa didenda. Maka diumumkanlah bahwa desa akan mengadakan lomba adu sapi, dan siapa pun warga yang tidak ikut akan didenda seberat-beratnya. Mendengar pengumuman itu maka Pan Balang Tamak sangat kecewa dan sedih. Ia pun berpikir keras memutar otak agar bisa ikut lomba. Pan Balang Tamak hanya memiliki seekor sapi betina yang sedang menyusui anaknya yang baru berumur 3 bulan. Karena itu ia berusaha meminjam atau menyewa sapi jantan besar kepada para tetangganya yang mempunyai sapi jantan lebih dari satu. Namun, semua warga yang didatangi untuk meminjamkan atau menyewakan sapi jantannya tidak ada yang memberinya. Iapun pergi ke desa tetangga untuk menyewa sapi jantan yang akan dijadikan aduan tetapi, tidak juga ada yang mau menyewakan sapinya karena mereka takut sapinya nanti akan cedera. Akhirnya usaha Pan Balang Tamak tidak membuahkan hasil. maka pulanglah Pan Balang Tamak ke rumahnya.

43 43 5) Episode adu sapi Dikisahkanlah sesampainya Pan Balang Tamak tiba di rumahnya. Istrinya melihat suaminya datang dengan wajah sedih, pucat dan seperti orang tidak mempunai gairah hidup. Istri Pan Balang Tamakpun bertanya: Mengapa kanda seperti kebingungan, sedih, dan wajahmu pucat pasi kanda?. Begitulah pertanyaannya sambil menyiapkan kopi. Silahkan minum kanda, dan jangan bersedih nanti membuat saya ikut berdih pula. Bbegitulah kata-kata istri Pan Balang Tamak. Lama Pan Balang Tamak tidak menjawab pertanyaan istrinya. Pada akhirnya, setelah ia selesai meminum kopi suguhan istrinya, maka iapun menceritakan penyebab kesedihannya. Setelah agak lama mereka berdua tenggelam dalam kesedihan, akhirnya istri Pan Balang Tamak berkata: Kanda saya punya ide bagus. Kita kan punya sapi yang sedang menyusui anaknya, dan kebetulan anak sapi kita jantan. Kanda adu saja anak sapi itu, pasti akan menang. Begitulah mereka berdua berbincang-bincang membicarakan siasat yang akan digunakan dalam adu sapi keesokan harinya. Pan Balang Tamak sangat lega dan puas karena merasa yakin ia akan menang dalam lomba adu sapi besok. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seluruh warga desa sudah berkumpul di sebuah tegalan yang sangat luas dan datar untuk mengikuti lomba adu sapi. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda banyak yang datang untuk menyaksikan lomba dan akan bertaruh. Semua anggota warga desa membawa sapi aduan yang besar-besar. Tetapi, hanya Pan Balang Tamak yang membawa anak sapi yang masih menyusu. Banyak warga desa yang menertawakan dan mengejek Pan Balang Tamak, namun, ia tidak perduli dan tidak menghiraukannya.

44 44 Setelah banyak sapi yang beradu, ada yang kalah dan ada yang menang, dan ada pula yang seri, maka kini tibalah giliran Pan Balang Tamak untuk mengeluarkan sapi aduannya. Sapi yang akan dilawan adalah sapi aduan kepala desa yang sangat besar lagi gemuk. Siasat ini memang sudah diatur oleh kepala desa agar ia dapat dengan mudah memenangkan lomba dan memperoleh uang hasil taruhan yang sangat banyak. Pan Balang Tamak sebenarnya sudah tahu siasat licik kepala desa yang ingin memojokkannya dan menguras harta kekayaannya. Itulah sebabnya ia sudah memnyiapkan sebuah taktik jitu untuk mengantisipasi agar tidak kalah dalam lomba adu sapi ini. Dari rumah ia telah menyiapkan air susu induk sapi tersebut yang diperah tadi paginya. Air susu itu dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari batok kelapa yang telah dihaluskan. Batok kelapa itu dalam bahasa Bali disebut beruk. Air susu induk sapi yang ada dalam beruk ini dibawa Pan Balang Tamak ke tempat lomba. Sebelum lomba dimulai Pan Balang Tamak berpura-pura berkeliling melihat-lihat sapi aduan milik warga lainnya. Ketika itu ia memilih beberapa ekor sapi jantan yang sangat besar, lalu ia berpura-pura meraba-raba bagian bawah, tepatnya buah pelir sapi aduan tersebut. Pada saat Pan Balang Tamak meraba-raba bagian bawah sapi aduan, ia mengelenggelengkan kepala sambil berpura-pura kagum dan memuji sapi aduan yang sangat besar itu. Ketika pemilik sapi lengah maka ia memoleskan air susu induk sapi yang dibawanya pada buah pelir dan kemaluan sapi aduan itu, tidak terkecuali pada sapi aduan si kepala desa juga ikut diolesinya. Diceritakanlah setelah kedua sapi aduan dari Pan Balang Tamak dan kepala desa sudah berhadap-hadapan. Kepala desa mengajak Pan Balang Tamak untuk bertaruh

45 45 sebanyak-banyaknya, hingga seluruh kekayaannya yang dimiliki Pan Balang Tamak dan juga kepala desa habis menjadi taruhannya. Kepala desa sangat gembira. Ia berpikir semua kekayaan Pan Balang Tamak sebentar lagi akan berpindah tangan menjadi miliknya. Ketentuan kalah-menang pun sudah diberitahukan. Sapi siapapun yang ke luar meninggalkan arena maka akan dinyatakan kalah, dan taruhan menjadi milik pemenang. Setelah besaran taruhan disepakati dan ketentuan kalah-menang sudah diberitahukan maka kedua sapi itupun di lepaskan untuk di adu. Ketika itu anak sapi jantan Pan Balang Tamak pergi mencari sapi si kepala desa. Sapi itupun memasukkan kepalanya ke bagian bawah sapi si kepala desa. Sapi jantan si kepala desa dikiranya induk sapi karena berbau susu. Sapi jantan kepala desa menjadi kebingungan lalu berlari karena tidak tahan kemaliannya dan buah oelirnya terus dijilati oleh anak sapi Pan Balang Tamak. Karena sapi jantan itu tidak tahan maka iapun ke luar meninggalkan arena adu sapi. Katika sapi kepala desa sudah ke luar arena maka sapi kepala desa dinyatakan kalah. Kepala desa tidak mau dikalahkan. Tetapi, Pan Balang Tamak tetap menuntut bahwa sapi kepala desa harus dinyatakan kalah karena sudah meninggalkan arena adu sapi. Akhirnya keputusan wasitpun tetap menetapkan bahwa sapi kepala desa kalah. Pada saat itulah dengan disaksikan oleh seluruh warga desa maka suluruh kekayaan yang dimiliki oleh kepala desa berpindah menjadi milik Pan Balang Tamak.

46 46 6) Episode jaja iwel Hari berikutnya tibalah saatnya warga desa akan mengadakan rapat desa untuk membicarakan program desa, dan membayar denda bagi warga desa yang terkena denda. Seluruh warga desa sudah diberi tahu bahwa besoknya agar seluruh warga desa pergi ke balai desa untuk rapat dan membayar denda. Pan Balang Tamak kembali mencari akal agar bisa mendapat uang. sehari sebelum rapat diadakan, Pan Balang Tamak membuat jajan iwel, yaitu sejenis kue yang terbuat dari ketan hitam yang disangrai, lalu ditumbuk halus hingga berupa tepung. Tepung ketan yang telah disangrai ini dicampur dengan kelapa yang telah diparut, kemudian dikukus, dan setelah matang digiling/dipulung menyerupai tai/kotoran anjing. Pagi-paginya sebelum rapat dimualai dan kebetulan masih sangat sepi, Pan Balang Tamak pergi ke balai desa dengan membawa jajan iwel yang telah dibuat menyerupai kotoran anjing dan air secukupnya. Jajan iwel itu diletakkan di atas sendi (dasar/kaki tiang/pilar) yang ada di bawah tiang/pilar kayu balai desa. Jajan iwel itu lalu dituangi air agar kelihatan seperti kencing anjing. Ketika rapat desa akan dimulai, seluruh warga desa sudah datang untuk ikut rapat desa. Ketika itu Pan Balang Tamak berkata: Inggih krama desa sami, sapa sira ja purun ngajengang tain cicinge niki lakar upahin tiang siu keteng, Wahai warga desa semua, siapa saja yang berani makan kotoran anjing ini akan saya kasi uang sebanyak seribu kepeng. Mendengar perkataan Pan Balang Tamak seperti itu, tentu saja warga desa diam, dan tidak ada yang berani menyauhut untuk makan jajan yang dikiranya kotoran anjing itu. Pada saat itu pimpinan desa berkata,: Nah lamun cai ne bani ngamah tain cicinge ȇnto, icang bakalan ngupahin cai aji siu keteng pis bolong,

47 47 Ya bila kamu yang berani makan kotoran anjing itu, maka saya yang akan mengupahimu sebesar seribu keping uang bolong. Ketika di dengar ucapan sang pimpinan desa seperti itu maka dimakanlah kotoran anjing itu oleh Pan Balang Tamak hingga habis. Warga desa pun terheran-heran akan keberanian Pan Balang Tamak yang sedikit pun tidak menunjukkan rasa jijik. Setelah selesai makan kotoran anjing itu maka Pan Balang Tamak diberi upah yang sangat banyak yaitu seribu keping uang kepeng/bolong. Semakin bertambah-tambahlah kekayaan Pan Balang Tamak. 7) Episode mati minum racun Warga desa trutama kepala desa sangat marah dan dendam akan keberadaan Pan Balang Tamak. Akhirnya, karena sudah kehabisan akal maka kepala desa melaporkan Pan Balang Tamak kepada raja. Kepala desa melaporkan bahwa Pan Balang Tamak adalah warga desa yang sangat licik, tidak mau bergotong-royong dan selalu menentang awig-awig (aturan) yang diterapkan di desa. Mendengar laporan kepala desa seperti itu maka raja sangat marah dan akan menghukum Pan Balang Tamak. Raja bermasuk akan membunuh Pan Balang Tamak dengan cara meracunnya. Kepala desa disuruh mencarikan racun yang sangat ampuh dan orang suruhan untuk meracun Pan Balang Tamak. Pan Balang Tamak tahu akan niat buruk pimpinan desa bersama sang raja. Maka diberitahulah istrinya bahwa ia akan diracun oleh raja. Namun sebelum ia mati ia berpesan kepada istrinya: Istriku tercinta, bila aku nanti mati, dudukkanlah mayatku di tempat suci dan aturlah sikapku agar aku kelihatan seolah-olah sedang duduk bersila seperti meditasi. Carikanlah beberapa ekor kumbang lalu masukkan ke dalam beruk,

48 48 lalu taruhlah di belakangku. Usahakan kamu agar tidak menangis. Bersikaplah tenang seolah-olah aku masih hidup. Besoknya raja pasti akan mati. Bila sudah terdengar kabar bahwa raja sudah mati, masukkanlah mayatku ke dalam peti tempat kekayaan kita, sedang, semua harta benda kekayaan kita taruhlah di tempat tidur. kemudian selimuti agar mirip seperti onggokan mayat. Kamu, menangislah di sampingnya supaya kamu kelihatan seolah-olah sedang menangisi mayatku. Peti tempat mayatku pasti akan dicuri orang. Ingatlah pesanku itu istriku. Alkisah Pan Balang Tamak sudah meninggal dunia karena diracun. Sesuai dengan pesannya, maka mayatnya didudukkan di Sanggah (tempat suci keluarga) dengan sikap duduk bersila. Malam harinya mata-mata sang raja melihat bahwa Pan Balang Tamak duduk bersila di Sanggahnya sedang bermeditasi. Hal ini dilaporkan kepada sang raja bahwa Pan Balang Tamak sedang bermeditasi di Sanggahnya. Raja pun sangat geram. Dikiranya racun yang diberikan untuk dimakan Pan Balang Tamak tidak manjur. Karena saking dongkolnya maka dimakanlah sedikit racun tersebut. Karena keampuhan racun itu maka raja pun wafat. Setelah istri Pan Balang Tamak mendengar kabar bahwa sang raja telah wafat maka digonglah mayat suaminya lalu dimasukkan ke dalam peti. Semua harta benda dan uang yang merupakan kekayaannya dikumpulkan dan datur menyerupai gundukan mayat, lalu kemudian diselimuti dengan kain. Gundukan kekayaannya itu persis kelihatan seperti onggokan mayat Pan Balang Tamak. Istri Pan Balang Tamak lalu menangisinya dengan keras sambil merintih-rintih menghibakan hati. Pada malam harinya datanglah beberapa orang pencuri yang ingin mencuri kekayaan Pan Balang

49 49 Tamak. Pencuri itu pun tertipu dengan taktik istri Pan Balang Tamak. Dicurilah peti yang dikira berisi barang-barang berharga kekayaan Pan Balang Tamak. Sesampainya di suatu tempat yang sudah dikira aman maka pencuri itupun sepakat berhenti dan akan membuka isi peti untuk dibagi, Namun karena ada bau yang tidak sedap maka peti itu urung di buka. Begitulah berulang-ulang dan berpindah-pindah tempat peti itu mau dibuka, tetapi tetap saja ada bau bangkai yang dikiranya bau bangkai anjing atau ayam. Akhirnya atas kesepakatan bersama maka dicarinya tempat yang kemungkinan tidak ada bangkainya yaitu di sebuah pura. Peti itu pun di bawa ke dalam pura. Sesampainya di dalam pura maka peti itupun di buka, dan ternyata isinya adalah mayat Pan Balang Tamak. Setelah diketahui isi peti itu adalah mayat maka rombongan pencuri itu pergi meninggalkannya. Pada keesokan harinya datanglah Jero Mangku (pinandita pura) untuk melakukan pembersihan di pura itu. Ketika ia memasuki pura dilihatlah ada peti yang sangat besar. Dikiranya itu anugerah dari Dewa yang berstana di pura itu. Lalu Jero Mangku memberi tahu pinpinan desa bahwa ada anugerah dewa di pura berupa peti. Pemimpin desa lalu mengajak seluruh warga desa untuk datang ke pura dengan membawa sesajen untuk dihaturkan kepada Dewa yang menganugrahi peti. Pemujaan lalu dimulai dan sesajenpun dihaturkan oleh Jero Mangku. Setelah selesai menyembah lalu peti dibuka, dan ternyata isinya adalah mayat Pan Balang Tamak. Semua warga desa sangat kecewa, namun apa boleh dikata kadong sudah dilakukan pemujaan, maka disepakatilah untuk mengubur dan mengupacarai mayat Pan Balang Tamak. Untuk

50 50 memperingati dan menghormati Pan Balang Tamak maka warga desa sepakat untuk membuatkan sebuah bangunan berupa sebuah pelinggih di dalam pura itu. 5.3 Pengertian Kritik Sosial Kritik sosial dalam Kamus Besar bahasa Indonesia merupakan istilah yang terdiri atas dua kata yaitu: kata kritik dan kata sosial. Kata kritik diartikan dengan kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik-buruk terhadap hasil karya, pendapat, dan sebagainya (Muliono, 2014: 742). Sedang kata sosial diartikan dengan yang berkenaan dengan masyarakat (ibid, 2014: 1331). Kritik sosial diartikan sebagai tanggapan masyarakat. Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu (Luxemburg dkk,1986: 23). Satwa (cerita) Pan Balang Tamak merupakan salah satu cerita lisan yang ada dalam ranah sastra Bali. Sebagai ciri sastra lisan, Satwa Pan Balang Tamak tidak dapat diketahui siapa pengarangnya, kapan cerita itu mulai muncul, dan di mana awal cerita itu dikenal di Bali. Di samping itu penyebaran cerita lisan ke masing-masing daerah cukup baik. Indikasinya Satwa Pan Balang Tamak dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Bali. Hal ini disebabkan karena, relevansi isi ceritanya dengan kehidupan nyata yang cukup fungsional. Konsekuensi dari genre cerita lisan, Satwa Pan Balang Tamak memiliki variasi bahkan cenderung ke versi cerita yang cukup banyak. Seperti biasa cerita lisan sering

51 51 menarik hati para pengawi (pengarang) untuk mentransformasikan ke bentuk sastra tulis. Kini telah ada sebuah karya sastra geguritan yang merupakan gubahan dari sastra lisan Satwa Pan Balang Tamak. Bentuk lainnya ada tulisan berupa Tutur Pan Balang Tamak dan ringkasan cerita. Kajian kritik sosial dalam Satwa Pan Balang Tamak akan difokuskan ke Satwa Pan Balang Tamak yang disampaikan dalam bentuk lisan yang direkan dan ditulis kembalai oleh peneliti. Pertimbangannya adalah, insiden-insiden yang terjadi, yang menimbulkan konflik, seperti: episode berburu, episode adu sapi, episode pelaksanaan hari raya Nyepi, episode pagar pekarangan, episode jaja iwel, dan episode kematian, ini yang umum diketahui masyarakat Bali. Satwa Pan Balang Tamak, baik dalam bentuk sastra geguritan maupun yang digubah berbentuk prosa, kurang umum diketahui oleh masyarakat Bali. Hal ini diketahui dengan menanyakan langsung kepada para informan yang mengenal ceritera Pan Balang Tamak (wawancara dengan para informan seperti yang tertera dalam daftar informan di belakang, pada hari, waktu, dan tempat yang berbeda). Lebih-lebih lagi mengenai teks Geguritan Pan Balang Tamak yang sudah merupakan versi tersendiri. Uraian ceritanya sangat panjang dan ada peran pertapa, dewa, resi yang dibalut dengan memasukkan unsur filosopi agama Hindu. Selain itu, adanya unsure pengkultusindividuan atau penonjolan tokoh dengan mendewakannya oleh beberapa masyarakat, yang bertujuan untuk mengenang kebaikan, kekritisan dan kejeniusan tokoh Pan Balang Tamak. Hal itu tercermin dengan dibuatkannya pura ataupun pelinggih sebagai tugu peringatan dan penghargaan oleh masyarakat. Pura yang ada di desa Nongan Kabupaten Karangasem, desa Beda Tabanan, Badung, Denpasar,

52 52 Klungkung, dan juga di Kabupaten Jembrana merupakan bukti nyata. Persepsi masyarakat seperti itu pastilah mempunyai alasan yang sangat kuat. 5.3 Episode Berburu Episode ini merupakan awal cerita bahwa raja akan melaksanakan kegiatan berburu ke hutan. Untuk itu ada beberapa prajuru (petugas) menginformasikan ke krama (anggota masyarakat). Inggih para krama lanang, desane benjang jaga maboros ka alase. Semengan rikala tuun siape i krama apang suba tedun tur majalan ka alase. Ingetang ngaba kuluk ane galak ngongkong. Nyen kramane ane tusing manut teken araharah, ia lakar dandaina teken desane. Terjemahan: Hai para warga yang laki-laki, besok desa akan berburu ke hutan. Pagi pada saat turun ayam, para warga agar sudah kumpul dan segera berangkat bersama menuju hutan. Jangan lupa membawa anjing yang galak menggonggong. Barang siapa yang tidak mematuhinya akan dikenakan denda uang oleh desa. Pemberitahuan ini sempat mengagetkan Pan Balang Tamak karena merasa tidak memiliki anjing sesuai dengan ketentuan yang diinformasikan prajuru. Sejenak Pan Balang Tamak berpikir dan di dalam hatinya sudah ada solusi yang paling penting tidak sampai kena denda. Keesokan harinya sekitar pukul saat biasanya ayam-ayam pada turun dari kandang atau tempat tidurnya, warga desa telah berkumpul di balai desa lengkap dengan alat-alat perburuan seperti parang, tombak, jaring, dan tentunya anjinganjing pemburu. Sesuai denga kesepakatan, akhirnya warga dengan riuhnya serta semangat berangkat menuju hutan untuk berburu. Pan Balang Tamak tidak ikut serta di dalam

53 53 rombongan tersebut ia masih menunggu ayam satu-satunya miliknya yang sedang mengeram di kandang (bengbengan). Sekitar pukul ayam itu baru turun dari eramannya. Barulah Pan Balang Tamak menyusul ke hutan dengan membawa anjing kecil yang memang itu saja yang dimilikinya. Di samping kecil, kurus, juga anjing itu banyak kutunya. Sementara warga di hutan saling berbisik dan dari wajahnya mereka menunjukkan rasa senang karena Pan Balang Tamak tidak hadir. Dalam perbincangan mereka tau rasa Pan Balang Tamak, pasti ia akan kena denda. Demikian isi perbincangan mereka. Tiba-tiba terdengar teriakan ada bangkung sing magigi ada induk babi tidak bergigi berulang-ulang dari Pan Balang Tamak. Teriakan itu didengar oleh beberapa warga kemudian berlari menuju sumber suara tersebut. Setelah tiba dan tahu di seberang jurang ada Pan Balang Tamak, mereka bertanya mana induk babinya? Dijawab oleh Pan Balang Tamak, yang bilang ada induk babi (bangkung) siapa? Yang saya katakan, ada pangkung sing matiti ada jurang tidak berjembatan. Bagaimana saya bisa lewat, ayo mari kita buat titi (jembatan bambu/kayu). Akhirnya dibuatkan titi. Warga tadi sudah mencatat bahwa Pan Balang Tamak harus denda karena datang terlambat. Hal itu akan dilaporkan pada ketua rombongan. Dekat dengan kumpulnya warga yang lain, Pan Balang Tamak melempar anjingnya di semak-semak penuh duri. Jelas anjing kurusnya itu bersuara kaing-kaing kesakitan sambil berusaha untuk keluar dari semak. Saat itu Pan Balang Tamak berseru, hai warga semua! Lihat, apa ada yang membawa anjing galak dan kuat seperti anjing saya? Tidak memandang

54 54 duri, ke sana tadi ia mengejar binatang!, kalau ada coba buktikan! Karena tidak ada yang berani berarti anjingnya Pan Balang Tamak termasuk paling kuat dan pemberani, berarti selain dia, semua warga harus membayar denda pada Pan Balang Tamak karena tidak membawa anjing galak dan pemberani. Warga menjadi kesal pada ulah Pan Balang Tamak. Saat itu dilanjutkan dengan penagihan uang denda dari Pan Balang Tamak karena datang terlambat. Nah Pan Balang Tamak, jani pesuang pipis caine anggon mayah dedosan sawireh cai teka suba tengai. Tusing anut teken arah-arahae Terjemahan: Nah Pan Balang Tamak, sekarang keluarkan uangmu untuk membayar dendamu karena engkau dating kesiangan. Tidak sesuai dengan apa yang diinformasikan. Pan Balang Tamak kemudian menjawab membela diri. Nden malu, ngudiang tiang dadi kena danda. Kaden arah-arahane i krama tedun semengan tuun siape. Tiang ngelah siap tuah aukud tur sedeng makeem, ento uling pelimunan baan tiang ngantos sing tuun-tuun. Sawatara jam dasa mara tuun. Ditu lantas tiang mara majalan kal maboros ajak krama desane. Dija tongos pelih tiange? Terjemahan: Nanti dulu, kenapa saya kena denda. Pemberitahuannya kan warga kumpul pagi hari ketika ayam pada turun dari tempat tidurnya. Saya punya ayam hanya seekor itupun sedang mengeram, dari subuh saya sudah bangun menunggu ayamku turun dari kandang (bembengan) tempat pengeramannya tidak kunjung-kunjung. Kira-kira jam sepuluhan ia baru turun. Saat itu saya baru berangkat untuk berburu bersama warga yang lain. Dimana letak kesalahanku? Warga yang berkumpul pada saat itu tidak ada yang berani menjawab, karena itu Pan Balang Tamak kembali menegaskan dirinya tidak bersalah dan desalah yang patut membayar karena menyalahkan orang yang tidak bersalah. Lebih-lebih lagi mau mendenda. Akhirnya desa pun membayarnya. Wacana yang ada dalam teks di atas sesungguhnya sebuah kritik di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat itu. Kritik mengandung pengertian; kecaman yang

55 55 sering kali disertai dengan pertimbangan baik-buruk dan jalan ke luar (Tim,tt:388, Alwi, dkk ). Satwa Pan Balang Tamak sebagai sebuah karya sastra tidak ubahnya sebagai media pembelajaran dan memuaskan hati atau menghibur. Sejalan dengan apa yang disampaiakna Horatius, seniman bertugas untuk docere dan delecture memberi ajaran dan kenikmatan. Seni harus menggabungkan sifat utile dan dulce, bermanfaat dan manis. Pembaca kena, dipengaruhi, digerakkan untuk bertindak oleh karya seni yang baik (dalam Teeuw, 1984:51). Zaman dahulu sarana untuk belajar secara formal seperti sekolah belum ada. Masyarakat yang ingin meningkatkan kemampuan dalam menjalani kehidupan akan belajar melalui karya sastra yang telah tersedia baik lisan maupun yang tertulis. Dahulu sebelum sekolah sebagai lembaga formal ada, orang belajar hidup yang baik dan benar melalui pemahaman sastra. Setelah membaca atau mendengarkan, batin mereka merasa puas dan terhibur. Lebih-lebih lagi ada sesuatu yang diingat yang nantinya dapat dipakai pedoman hidup dan tuntunan dalam menjalani kehidupan (Jirnaya, 2010: 6). Hal ini sesuai dengan ajaran agama Hindu menuju kehidupan yang lebih baik melalui jalan yang benar. Agama Hindu mengajarkan dan menuntun agar manusia tahu untuk apa ia hidup, tahu tujuan hidupnya, dan tahu cara hidup (Cudamani, 1990: 11). Kehadiran Satwa Pan Balang Tamak sebagai sastra lisan merupakan salah satu acuan bagi masyarakat Bali tempat lahirnya karya sastra tersebut. Untuk mengungkap ide atau gagasan dari pengarang Satwa Pan Balang Tamak memerlukan kecermatan dari berbagai dimensi. Sejatinya Satwa Pan Balang Tamak sarat dengan kritik sosial antara

56 56 masyarakat dan pemimpin. Di dalam episode berburu hal itu nampak bahwa sebuah kritik ditujukan kepada seorang pemimpin seperti uraian di bawah ini. 1) Seorang pemimpin harus tegas Pan Balang Tamak tidak dapat disalahkan ketika terlambat berkumpul karena arah-arahan (instruksi) dari prajuru bahwa krama (warga) berkumpul ketika ayam turun dari tempat tidurnya (kandang, atap rumah, pohon, dan lainnya). Pan Balang Tamak dikatakan sudah bangun pagi tetapi ayam satu-satunya belum juga turun karena sedang mengeram. Turunnya sekitar pukul Seorang pemimpin tidak boleh memakai ukuran waktu seperti itu turunnya ayam. Bagaimana apabila warga tidak memiliki ayam? Apa yang akan dipakai mengukur waktu atau kasus seperti Pan Balang Tamak. Dulu memamng belum ada alat pengukur waktu berupa jam, akan tetapi masyarakat Bali memiliki pembagian waktu secara tradisional, seperti ndag ai, seng kangin, jejeg surya, neduhang, seng kauh, engseb. Seharusnya pembagian waktu itu yang dipakai sehingga meminimalisir permasalahan yang terkait dengan waktu. Jam sebagai penunjuk waktu secara modern sangat membantu mengurangi permasalahan kesepakatan tentang waktu. Kenyataannya sampai saat ini masih sering orang Bali membuat kesepakatan waktu memakai kata semengan, tengai, sanja, peteng. Contoh: Mani semengan kramane gotong royong di pura besok pagi warga akan bergotong royong di pura. Kata semengan memiliki rentang waktu kira-kira mulai jam sampai jam Jadi ada rentang waktu sekitar 5 jam, rentang waktu yang cukup panjang, rentang waktu yang tidak bisa ditoleransi. Artinya warga yang datang

57 57 pukul akan kasihan karena terlalu pagi. Warga yang datang pukul tentu akan dianggap terlambat dan masalah. Di sinilah seorang pemimpin harus tegas dan jelas. Satwa Pan Balang Tamak sesungguhnya memberi pelajaran kepada seorang pemimpin yang harus bersifat tegas. Ketidaktegasan seorang pemimpin hanya akan menuai permasalahan. 2) Logika dan kemampuan berpikir Anjing kecil, kurus, dan bulu rontok (gudig) yang dilempar ke semak berduri oleh Pan Balang Tamak dan meraung kesakitan. Ia mengatakan anjingnya yang paling galak serta menantang para warga apakah ada yang berani mencoba seperti anjingnya. Semua warga tidak ada yang berani menerima tantangan Pan Balang Tamak sehingga warga harus membayar atas kekalahannya kepada Pan Balang Tamak. Kritik sosial yang disampaikan pengarang melalui episode ini adalah semua warga harus sadar atas pentingnya pengetahuan. Pengetahuan mampu akan mengasah kemampuan berpikir dan menuntun seseorang ke jalan yang lebih ringan dalam menjalani kehidupan. Pengetahuan dalam konteks masyarakat Bali adalah sastra. Bagi pembaca atau yang pernah mendengarkan cerita Pan Balang Tamak khususnya episode ini akan berkomentar masak amonto liun wargane bakat baana ngolok-olok tur sing nawang kuluk gudig ane sengguhanga galak ken Balang Tamak!. Masak begitu banyaknya warga bisa ditipu dan tidak tahu anjing kurus dikatakan anjing galak oleh Balang Tamak. Apa yang dikatakan atau dirasakan pembaca seperti itu sesungguhnya indikasi bahwa level berpikir warga masih di bawah Pan Balang Tamak. Perlu adanya

58 58 peningkatan diri untuk tidak henti-hentinya belajar. Lebih-lebih seorang pemimpin seharusnya memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan warga biasa. 5.4 Episode Adu Sapi Warga desa dan pemuka desa mulai kesal, malu, dan jengah atas ulah Pan Balang Tamak. Tercetuslah ide membuat acara adu sapi dengan tujuan menjerat Pan Balang Tamak agar dapat dikenai denda. Para prajuru desa disuruh menginformasikan (mapangarah) ke semua warga tentang acara tersebut. Inggih krama desa samian, buin mani desane lakar ngadaang acara ngadu sampi. Para krama apang ngaba sampi ane galak tur tandukne suba dawa. Sampine ento lakar aduna. Nyen ane tusing ngaba sampi, lakar kena danda. Keto masi sampin kramane engken ane suba matatu kanti sing ngidaang maplawanan, ento kaadanin kalah. Sampine ane madan kalah ada masi yen tusing ngelawan ulian ia takut tur melaib (jerih). Terjemahan: Hai semua warga desa semua, besok desa kita akan mengadakan acara adu sapi. Semua warga desa agar membawa sapi yang sudah galak serta tanduknya panjang. Sapi itulah yang akan diadu. Barang siapa tidak membawa sapi, maka ia akan didenda. Demikian pula sapi warga yang terluka sampai tidak dapat melanjutkan pertandingan, akan dinyatakan kalah. Sapi yang juga dinyatakan kalah adalah sapi yang tidak ada perlawanan karena takut dan melarikan diri. Pan Balang Tamak hanya memiliki induk sapi betina yang sedang menyusui. Artinya tidak mungkin akan bisa mengikuti pertandingan sapi karena sapi betina dan anaknya (godel) masih kecil. Walaupun demikian, kesesokan harinya anak sapi (godel) itu yang di bawa ke lapangan dan ditambatkan di sebuah pohon. Sebatas warga yang meliriknya pasti tersenyum dan dalam hatinya berkata rasain kamu Balang Tamak, kini

59 59 saatnya kamu membayar denda. Pan Balang Tamak tenang-tenang saja. Kini giliran Pan Balang Tamak dipanggil untuk maju beserta sapinya sementara sapi lawan telah menunggu di tengah lapangan pertandingan. Pan Balang Tamak melepas tali sapinya kemudian menuntunnya ke tengah lapangan. Sapinya dari pagi belum dapat menyusu pada induknya. Terang saja anak sapi Pan Balang Tamak kelaparan dan kehausan. Begitu dekat dengan sapi musuhnya, langsung anak sapi Pan Balang Tamak menyusul dan mencari letak susu sapi yang dikira induknya. Sapi jantan musuhnya merasa terganggu dan geli atas ulah anak sapi Pan Balang Tamak akhirnya sapi jantan itu lari meninggalkan lapangan pertandingan. Di situ pemuka desa memanggil Pan Balang Tamak, menjelaskan kesalahannya sehingga harus membayar denda. Pan Balang Tamak tidak terima atas kesalahan yang ditimpakannya apalagi harus membayar denda. Terjemahan: Nawegang jero bendesa, napi kaiwangan tiange dadi jeg gegeson nagih nendain tiang. Kaden arah-arahane ane madan menang yen musuhe sing mapelawanan ulian matatu utawi takut kanti sampine ento magedi uling kalangane. Ne jani nyekala, yadiastun sampin tiange nu cenik konden matanduk dawa, musuhne jerih tusing ngelawan tur melaib. Patutne nikel tiang maan ayahan pipis mapan sampin tiange cenik lawanang sampi jagiran. Sakewala tiang sing nagih bayah nikel, kanggoang ambul biasane dogen. Maaf bapak ketua, apa kesalahanku kenapa tergesa-gesa mau mendendai saya. Pemberitahuan syarat maupun kriteria permainan yang disampaikan oleh prajuru yang dinyatakan menang jika sapi musuh tidak ada perlawanan lagi karena terluka atau takut sampai sapi musuh pergi bahkan lari meninggalkan lapangan pertandingan. Sekarang nyatanya walaupun sapi saya masih kecil dan tanduknya belum panjang, musuhnya pergi tidak mengadakan perlawanan bahkan lari. Seharusnya saya mendapat uang dua kali lipat karena sapi saya masih kecil ditandingkan dengan sapi besar (jagiran). Tetapi saya tidak akan minta bayaran dua kali lipat. Silakan bayar saya seperti biasanya saja.

60 60 Bendesa (kepala desa adat) serta warga yang lain tidak memiliki sanggahan lagi dan merasa apa yang dikatakan Pan Balang Tamak itu benar. Akhirnya desa pun membayar pada Pan Balang Tamak. Situasi ini tentu membuat rasa jengkel warga yang lain semakin bertambah pada Pan Balang Tamak. Lahirnya ide dari warga yang disetujui oleh pemuka desa karena ada rasa dendam, jengkel, jengah, dan sejenisnya ketika warga dikalahkan oleh Pan Balang Tamak dalam episode berburu. Tujuannya jelas untuk menjerat Pan Balang Tamak setelah diketahui Pan Balang Tamak tidak memiliki sapi sesuai kriteria yang ditetapkan. Dalam episode ini ada kritik sosial yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui tokoh Pan Balang Tamak. Sosok Pan Balang Tamak adalah sosok warga yang tergolong kurang mampu. Pekerjaannya sebagai petani sambil memilihara seekor sapi. Profesinya ini memberikan pengetahuan sampai ia memiliki pengalaman berdasarkan pengamatannya. Anak sapi (godel) tidak mampu membedakan mana induknya ketika sudah lapar atau haus. Seringkali di kandang Pan Balang Tamak ada anak sapi tetangga ikut menyusu ke sapinya atau sebaliknya, anak sapinya hilang setelah dicari ternyata ada di tetangganya sedang menyusu ke sapi tetangganya tersebut. Pengamatan dan pengalaman ini sangat membantu dalam episode adu sapi. Warga yang lain pasti banyak pula yang memilihara sapi, tetapi tidak pernah memperhatikan seperti pengamatan Pan Balang Tamak. Begitu anak sapinya Balang Tamak di lepas di tengah lapangan dalam keadaan haus, pasti akan mencari sapi yang ada di sekitarnya dengan harapan akan menyusu. Karena sapi yang paling dekat saat itu

61 61 adalah sapi musuhnya, itu yang dikejar dan disusul dikira induknya sampai sapi jantan merasa geli, terganggu, dan akhirnya pergi meninggalkan lapangan pertandingan (walk out). Kritik sosial yang dimuat dalam episode adu sapi. 1) Bagi warga atau pemimpin hendaknya membuat program tidak berdasarkan emosi tanpa memikirkan akibatnya. 2) Bagi warga ketika melakukan suatu pekerjaan apapun harus diamati sehingga mengerti betul hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu. Suatu saat pengalaman itu akan sangat berguna untuk ikut memacahkan suatu masalah yang terkait dengan pekerjaan itu atau pekerjaan yang sejenis. 3) Seandainya ada warga yang memiliki pengetahuan tentang peternakan sapi seperti pengetahuan Pan Balang Tamak, pasti akan menggagalkan sapinya Pan Balang Tamak sebagai peserta kontestan. Kenyataannya tidak ada sampai diputuskan sapinya Pan Balang Tamak sebagai pemenang. 5.5 Episode Pembangunan Pagar Pimpinan desa tidak henti-hentinya menyusun strategi untuk menjerat Pan Balang Tamak agar dapat dikenai denda. Pan Balang Tamak adalah sosok warga yang memiliki perekonomian di bawah rata-rata penduduk di sana. Kebun hanya dimiliki beberapa are saja. Berbeda dengan warga yang lain kebanyakan tergolong kayak arena memiliki tebun cukup luas bahkan ada di beberapa lokasi. Suatu saat desa memiliki program pembangunan agar semua yang memiliki kebun, kebunnya dipagar. Tujuannya agar orang lain dan binatang piaraannya tidak bisa masuk ke tanah orang. Kembali

62 62 prajuru dari pintu ke pintu menyampaikan kepada warga tentang pembangunan tersebut beserta sangsinya. Para krama ane ngelah tanah abian apang magehin tanahne. Nyen kramane ane tusing magehin tanahne lakar kena danda. Yen ada anak macelep ke abian anak len tusing morahan, wenang kadendain olih ane ngelah tanahe. Keto masi sarwa ubuh-ubuhan anake yen kanti macelep ke tegale, wenang kadendain olih ane ngelah tanahe. Terjemahan: Semua warga yang memiliki tanah kebun agar segera memagari kebunnya. Barang siapa yang tidak memagari tanah miliknya maka akan dikenakan denda. Jika ada orang masuk ke kebun yanpa permisi pada pemiliknya, patut didendai oleh pemilik tanah tersebut. Demikian pula jika ada binatang piaraannya sampai masuk ke tanah orang lain, patut didendai oleh pemilik tanah. Pan Balang Tamak memiliki secuil tanah kebun dekat pasar. Kalau program desa diikuti tentu akan menyulitkannya karena ketiadaan uang untuk membeli bahan pagar. Akhirnya Pan Balang Tamak memagari tanah kebunnya dengan lidi yang diambil dari beberapa sapu lidi. Di kebun Pan Balang Tamak banyak tumbuh tanaman pulet (sejenis perdu bunganya berduri dan mudah lepas ketika disentuh benda lain serta menempel pada penyentuhnya). Tidak satu pun orang hirau bahwa tanahnya Pan Balang Tamak sesungguhnya telah dipagari karena pagarnya hanya dari lidi. Itu pun ditancapkan jaraknya agak jarang. Situasi ini tentu membuat warga yang lain merasa senang karena dalam hatinya sekarang giliran Pan Balang Tamak harus bayar denda karena tidak memagari tanahnya. Pada suatu pagi hari Pan Balang Tamak terkejut dan jengkel karena di lahan kebunnya ada kotoran manusia. Pan Balang Tamak berpikir tentang pelakunya dan dipastikan orang yang sedang ke pasar kebelet buang air besar. Untuk itu ia

63 63 mengadakan penyelidikan ke pasar untuk mencari pelakunya. Tidak sulit baginya untuk menemukan pelakunya karena ada orang sarungnya penuh dengan bunga pulet. Akhirnya orang tersebut dilaporkan ke kepala desa dan disidangkan. Pelaku tersebut mengaku buang air besar di tanahnya Pan Balang Tamak alasannya karena tanahnya tidak dipagar. Hal ini disangkal oleh Pan Balang Tamak yang mengatakan tanahnya telah dipagar dengan lidi karena ketiadaan biaya. Buktinya bisa dilihat beberapa lidi tersebut jatuh bergelimpangan dan bahkan patah-patah. Disitulah Pan Balang Tamak berkata. Terjemahan: Jero Bendesa, manut kesalahan anake ene patutne tiang liu maan pipis dandaan krana pagar tiange uuganga, macelep ke tanah tiange tusing moraan, tur misi ngendig. Pokokne tiang nyerahang teken jero Bendesa. Bapak Kepala Desa, sesuai dengan kesalahan orang ini seharusnya saya banyak memperoleh uang dendanya, oleh karena pagar kebun saya hancur, dia masuk ke kebun tanpa permisi, dan berak lagi. Pokoknya saya menyerahkan sepenuhnya ke bapak Kepala Desa. Bapak Kepala Desa tidak bisa berbicara banyak karena permasalahannya sudah jelas. Akhirnya orang itu dikenakan denda atas kesalahannya yang telah dirinci tersebut. Pan Balang Tamak mendapat uang denda cukup lumayan. Kali ini jerat dari warga untuk mengenai denda Pan Balang Tamak tidak berhasil, dan justru Pan Balang Tamak yang menikmati uang denda. Pengarang melihat fenomena di masyarakat ada sesuatu yang harus disikapi oleh para pemimpin sebagai pemegang kebijakan. Kritik sosial pengarang melalui episode ini ditujukan kepada warga maupun pemimpin.

64 64 1) Seorang pemimpin ketika ingin memutuskan suatu program pembangunan yang muaranya berdasarkan kemampuan masyarakat, buatlah program yang bijak yang tidak ada memberatkan warga. Keputusan itu harus diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Kemampuan warga yang paling rendah hendaknya itu yang dipakai ukuran atau adakan subsidi silang. 2) Ketegasan pemimpin kembali dipentingkan, jangan sampai seperti episode ini hanya ada instruksi semua warga harus memagari kebunnya. Kalau ada warga yang tidak memagari kebunnya maka warga itu akan didenda. Di sini tidak ada ketegasan warga harus memagari kebunnya dengan material apa. Artinya bisa diartikan memagari dengan pagar apa saja yang penting dipagari. Jangan salahkan warga ketika ada yang memagari kebunnya disesuaikan dengan kemampuannya. Oleh karena ketakutan akan didenda ketika tidak mengikuti program desa. Objek yang lain yang dimunculkan pengarang dalam episode ini adalah adanya objek pasar. Pengarang mengkritisi pemuka desa atau siapapun sebagai pengambil kebijakan agar memperhatikan fasilitas pasar yaitu toilet atau kamar kecil. Bisa dibayangkan kalau ada warga sakit perut ingin buang air besar atau buang air kecil. Mereka harus ke mana mencari tempat. Karena merasa tidak tahan (kebelet) akhirnya mereka buang air kecil sembarangan seperti di got atau ditempat lain. Dari segi kenyamanan pasar akan terganggu karena bau zat amoniak yang menyengat. Demikian juga dari segi kesehatan karena dapat menyesakkan nafas para pelaku pasar.

65 65 Pembangunan pasar tradisional semakin berkembang khususnya pasar tradisional di Bali Jika diamati kini hampir setiap desa terdapat pasar tradisional yang dikelola oleh desa pakraman atau desa adat. Fasilitas pendukung sering kurang diperhatikan, seperti penyediaan lahan parkir, tempat sampah, dan kamar kecil (WC). Walaupun sudah disediakan kamar kecil, seringkali kamar kecil tersebut kurang bersih, terkadang tidak ada air, tidak ada gayung, dan bahkan airnya ngadat. Di sisi lain di situ ada penjaga pemungut restribusi untuk penggunaan kamar kecil. Seharusnya kebersihan kamar kecil tanggung jawabnya ada di pihak pengelola pasar. Bukan hanya uang restribusinya saja yang dipentingkan. Hal ini yang dikritisi oleh pengarang cerita Pan Balang Tamak dalam episode ini yang berisi insiden seseorang sakit perut ketika di pasar dan orang tersebut berak di kebunnya Pan Balang Tamak. Kebersihan pasar sangat terkait dengan kesehatan lingkungan (sanitasi). Kalau ada orang berak sembarangan apalagi dekat pasar, di samping baunya tidak sedap, juga akan menimbulkan penyakit. Lalat-lalat yang tadinya hinggap di tinja itu bisa saja terbang dan hinggap di barang-barang dagangan seperti makanan. Kalau ini terjadi, penyakit diare dan sejenisnya akan berjangkit di sana. 5.6 Episode Jajan Dodol Ketan Hitam (Iwel) Suatu hari warga desa akan mengadakan rapat untuk membicarakan acara gotong royong bersih-bersih di pura Desa, dan juga sambil membayar denda. Secara iseng Pan Balang Tamak lewat dan masuk ke balai desa tempat rapat akan diadakan. Di sana suasananya sepi sekali karena jarang anggota masyarakat yang berani datang ke

66 66 balai desa. Ia pulang menemui istrinya dan menyuruhnya membuatkan jajan dodol injin (ketan hitam, dalam bahasa Bali disebut jajan iwel). kue ketam hitam itu dibuat menyerupai tai anjing. Keesokan harinya pagi-pagi sekali jajan iwel itu dibawa ke balai desa. akkan di kaki pilar kayu dan disirami sedikit air. Jajan itu lalu diletakkan di kaki pilar kayu dan disirami sedikit air. Sepintas apa yang dibuat Pan Balang Tamak itu persis kotoran anjing dan air yang dituangi di sisinya seperti kencingnya anjing. Ketika tiba saatnya warga berkumpul di balai desa untuk rapat. Banyak warga yang kaget dan menghindar jauh setelah di salah satu sendi tiang balai dilihat ada kotoran anjing. Saat itulah Pan Balang Tamak berkata. Inggih krama desa, nyen bani naar tain kuluke ene, tiang lakar maang pipis. Lamun tusing ada ane bani, tiang lakar naar sakewala para kramane apang mayah teken tiang. Terjemahannya: Wahai para warga desa, siapa yang berani makan kotoran anjing ini, saya akan memberikan uang. Jika tidak ada yang berani, saya akan memakannya akan tetapi warga harus membayar kepada saya. Mendengar Pan Balang Tamak berkata seperti itu, semua warga merasa jijik, ada yang meludah terus, ada yang sampai muntah, dan tidak sedikit yang mengumpat Pan Balang Tamak. Wih cai Balang Tamak! Ngawag-ngawag bungut caine mapeta. Suba karwan tain cicing orain timpale ngamah. Nah jani cai ane ngamah tain cicinge ento, ne I krama lakar ngemaang pipis. Lamun tusing telah baan cai ngamah, cai patut mayah danda teken I krama! Terjemahan: Hai kau Balang Tamak! Sembarangan mulutmu berkata. Sudah nyata itu kotoran anjing kau suruh wraga yang lain memakannya. Nah sekarang kamu saja yang makan kotoran anjing itu, kami warga akan memberimu uang. Jika tidak habis kau makan kotoran anjing itu, kamu patut membayar denda kepada warga. Demikian kata-kata warga amat kasar karena sangat jengkel atas ulah Pan Balang Tamak. Tantangan itu jelas diterima oleh Pan Balang Tamak dengan senang

67 67 hati. Dodol yang dikira warga kotoran anjing dilahap habis oleh Pan Balang Tamak. Warga yang menyaksikan menjadi histeris jijik, bahkan tidak sedikit yang langsung muntah menyaksikannya. Akhirnya sesuai dengan perjanjian, pimpinan desalah yang membayar pada Pan Balang Tamak. Pura bagi masyarakat Hindu di Bali merupakan tempat suci untuk pemujaan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan). Karena merupakan tempat suci, kesucian pura harus menjadi perhatian umat dengan menjaga kebersihan. Apalagi status pura itu sebagai pura desa yang seharusnya seluruh umat di desa itu menjaga kebersihan demi kesucian pura itu. Membersihkan (mereresik) tidak harus menunggu odalan (upacara rutin) yang datangnya enam bulan Bali (420 hari) sekali atau setahun sekali (840 hari). Barangkali setiap bulan purnama secara bergilir kelompok (tempek) tertentu yang mendapat tugas bersih-bersih. Tentu harus didahului dengan menghaturkan canang sari atau pejati. Usaha yang paling penting demi menjaga kesucian pura adalah memagari pura. Manfaatnya cukup banyak ketika pura telah berpagar. Manfaat yang dimaksud sebabagi berikut. (1) Memberi batas wilayah kesucian pura. Masyarakat Hindu di Bali melarang orang cuntaka, seperti salah satunya wanita datang bulan, tidak boleh masuk ke areal pura. (2) Menjaga agar areal pura tidak dimasuki hewan piaraan seperti babi dan sapi. Ketika hewan itu masuk ke areal pura dianggap sebuah

68 68 pertanda buruk bagi desa dan desa harus menghaturkan sajen peneduh panglempana atau guru piduka. (3) Anjing walaupun tidak termasuk hewan yang cuntaka ketika masuk ke areal pura, tetapi cukup merusak keindahan dan kesehatan karena anjing tersebut seringkali berak di pura. Ini harus dimaklumi karena anjing tidak bias membedakan tempat suci atau tidak. (4) Meniadakan atau meminimalis orang yang tidak berkepentingan masuk ke areal pura, seperti orang gila, anak-anak bermain, dan pencuri prtatima. Rasa kurang peduli terkait dengan kesucian, kesehatan dan keindahan pura merupakan fenomena yang dilihat oleh pengarang cerita Pan Balang Tamak. Masih ada pura yang dipagari sekedar saja, lebih-lebih lagi tidak memakai pintu pagar. Jelas anjing sering lalulalang dan tentunya berak di pura. Gagasan mengkritisi masyarakat atau pemuka desa dalam insiden jajan dodol dikatakan kotoran anjing bagi pengarang Pan Balang Tamak dengan mulus dapat dilaksanakan. Artinya karena suasana di pura selalu sepi, pura tidak berpintu pagar, dan pagarnya rendah. Kondisi ini memang bisa diterima dengan akal sehat anjing itu sering masuk ke areal pura sambil berak. Seandainya warga memiliki daya nalar yang baik, mereka akan berpikir tidak mungkin ada manusia berani makan kotoran anjing sekalipun ia orang gila. Namun saying tidak ada satu pun warga yang berpikir seperti itu. Di sini lagilagi persoalan pengetahuan dan pengalaman bagi setiap orang mutlak

69 69 diperlukan. Hal itu bisa diperoleh melalui belajar dan belajar terus. Kondisi kelemahan di bidang pengetahuan yang bermuara pada nalar menjadi bahan kritikan oleh pengarang cerita Pan Balang Tamak. Dengan kelemahan ini, warga percaya bahwa jajan dodol itu kotoran anjing. Keluarlah uang warga untuk membayar kekalahan dari tantangan Pan Balang Tamak. 5.7 Episode Kematian Pan Balang Tamak Perilaku perbuatan Pan Balang Tamak dalam kehidupan bermasyarakat menjadi pergunjingan warga bersama para pemimpin termasuk raja. Kini raja turun tangan memutuskan bahwa Pan Balang Tamak harus dibunuh. Cara yang paling aman tanpa meninggalkan jejak adalah dengan cara diracun. Raja menyuruh salah seorang warganya menyiapkan racun yang paten/ampuh dan mematikan. Nah ne cai parekan, aba cetike ene tur pulang di caratan ane biasa anggone I Balang Tamak nginem. Pejalan caine melahang apang silib, eda pesan kanti ada anak nawang pejalan caine. Terjemahan Nah kamu abdiku, bawa racun ini dan tuangkan ke kendi yang biasa dipakai Balang Tamak untuk minum. Rahasiakanlah perjalananmu, jangan sekali sampai ada orang lain tahu tentang perjalananmu. Singkat cerita racun yang dituang ke dalam kendi tempat air minum Pan Balang Tamak tanpa diketahui oleh Pan Balang Tamak air tersebut diminumnya. Pan Balang Tamak tahu dirinya kena racun yang mematikan. Untuk itu ia menginstruksikan dan berpesan kepada istrinya.

70 70 Nah adi kurenan beli, beli suba lakar mati kena cetik. Mani lamun suba beli mati, bangken beline wadahin peti pejang di jumahan meten. Ento barangbarang arta branane dini di bale sakeneme pejang kerudungin kamben batike. Gae ya apang lantang selantang ukudan beline. Ejukang sengwengan wadahin sibuh pejang dini di tengah arta branane ane makerudung. Keto masi nyai dini barange ene jangkutin. Eda pesan ngortaang kurenan ke rurunge suba mati Terjemahan Nah engkau istriku, suamimu ini sudah akan mati terkena racun. Besok kalau aku sudah meninggal, mayatku masukkan di dalam peti dan taruh di dalam kamar. Barang-barang dan semua harta taruh di balai Sakenem (balai panjang bertiang enam) tutup dengan kain batik. Atur tempatnya sehingga terbujur panjang sepanjang tubuhku. Carikan sengwengan (kumbang) kemudian simpan di dalam sibuh (batok kelapa gading) dan letakkan di dalam kerudungan barangbarang itu. Demikian pula engkau tidur-tiduran di sini seolah-olah memeluk diriku. Jangan sekali engkau bercerita atau menginformasikan ke jalan-jalan bahwa suamimu telah mati. Istri Pan Balang Tamak orangnya polos dan lugu. Ia tidak berani menampakkan wajah duka walaupun sesungguhnya hatinya sangat bersedih akan ditinggal suami selamanya. Kini Pan Balang Tamak telah meninggal. Semua instruksi suaminya dilaksanakan. Seorang abdi raja diutus untuk mengecek keadaan Pan Balang Tamak dan kemudian melaporkannya pada raja. Abdi tersebut melaporkan bahwa Pan Balang Tamak masih hidup karena sempat didengar ngobrol-bgobrol santai dengan istrinya di balai Sakenem sambil tidur-tiduran. Raja amat kaget karena menganggap racun itu tidak dahsyat. Untuk membuktikan bahwa racun itu tidak bekerja dengan baik, maka racun tersebut dicicipi oleh raja. Dalam hitungan menit raja meninggal karena kedahsyatan racun tersebut. Suasana menjadi geger karena rajanya yang tidak terdengar berita sakit tiba-tiba meninggal. Sementara warga masyarakat disibukkan dengan berita kematian raja, ada dua orang pencuri beraksi di rumah Pan Balang Tamak. Pencuri itu sempat bingung setelah berhasil masuk ke rumah Pan Balang Tamak. Di satu sisi sudah terlihat ada sebuah peti

71 71 dan di tempat lain terlihat seonggok bujuran berselimut kain batik dan istri Pan Balang Tamak berada di sisi bujuran tersebut. Suara kumbang (tambulilingan) yang ada di dalam sibuh (tempurung kelapa gading) dan diletakkan di dalam bujuran tersebut, dikira tangis istri Pan Balang Tamak sedang menangisi kepergian suaminya. Di atas telah diceritakan bahwa bujuran yang diselimuti kain batik seolah-olah mayat, adalah harta benda milik Pan Balang Tamak. Sedang peti tersebut isinya bukan harta benda, tetapi mayat Pan Balang Tamak. Dua orang pencuri tersebut akhirnya berkeyakinan bahwa peti tersebut adalah harta benda. Peti ini dibawa kabur oleh pencuri tersebut. Setelah dirasakan tempat itu sepi, kedua pencuri tersebut menurunkan peti untuk membukanya. Belum sempat dibuka, ada bau busuk menyengat yang sesungguhnya bau mayatnya Pan Balang Tamak yang telah membusuk. Tetapi kedua pencuri tersebut mengira dekat lokasi tersebut ada bangkai binatang. Mereka sepakat pindah lokasi. Setiap pindah lokasi selalu mereka mencium bau busuk yang dikira bau bangkai binatang. Akhirnya mereka memutuskan untuk membawa peti tersebut ke pura. Dasar pemikirannya, tidak mungkin di pura ada bangkai binatang apa lagi kotoran manusia. Setelah tiba di pura, dibukalah peti tersebut. Alangkah kagetnya karena yang ada di dalam peti tersebut ternyata mayatnya Pan Balang Tamak. Mereka lari meninggalkan peti tersebut. Gegerlah warga ketika ada berita di pura yang disucikan tersebut ada mayat. Akhirnya mayat itu diupacarai secara layak bersamaan dengan upacara Pelebon ( pembakaran mayat ) sang Raja.

72 Rangkuman Episode demi episode di atas merupakan kritik sosial terhadap warga maupun pemuka desa sebagai pengambil kebijakan. Tokoh Pan Balang Tamak dihadirkan dalam cerita ini merupakan tokoh yang kritis. Apa yang dilakukan Pan Balang tamak sesungguhnya memberikan penyadaran dan pembelajaran bagi penikmat karya sastra bahwa kritikan itu penting. Kritik adalah sesuatu yang bernilai besar dan bahkan merupakan salah satu nilai dasar eksistensi kemanusiaan. Di samping itu, kiritik juga merupakan sumber dari segala kemajuan. Tidak akan ada kemajuan kalau seseorang menutup diri terhadap suatu kritik (Kwant, 1975:4). Seseorang entah siapapun dia dan apapun posisinya tidak boleh melihat fisikal pengritiknya, tetapi yang paling penting apa isi dan relevansi masukan, pendapat, atau kritiknya. Jangan sampai suatu pendapat atau kritik disampaikan oleh orang yang rendah pendidikan, kurang mampu dalam perekonomian, kemudian dicemoh, dilecehkan, dan bahkan dimusubi. Kasus cerita Pan Balang Tamak yang dihadirkan sebagai tokoh kurang mampu selalu dicemoh dan dilecehkan bahkan dimusuhi. Lebihlebih lagi di awal cerita (episode berburu) warga termasuk pemuka desa dikalahkan berlogika oleh Pan Balang Tamak. Baik atau buruk prilaku anggota masyarakat tidak patut dikucilkan. Mereka harus dirangkul diberikan pencerahan. Setiap oarng tidak ada yang sempurna (paripurna), pasti memiliki sisi kekurangan dan kelebihan. Karya sastra merupakan wahana komunikasi antara karya sastra, pengarang, dan pemabaca (masyarakat). Karya sastra pula akan selalu memproyeksikan nilai yang terkandung pada saat karya sastra itu

73 73 diciptakan sesuai dengan fenomena yang ditangkap oleh pengarang, dan tidak sedikit karya tersebut mengandung nilai yang abadi atau sepanjang zaman. Hal ini bisa terjadi karena nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut selalu terkait dengan sisi sosial kehidupan manusia. Satwa Pan Balang Tamak mengritisi sikap masyarakat atau pemimpin yang tidak pernah mau menerima kritik dalam kehidupan sehari-hari. Wacana kritik sosial akan dapat mengajak masyarakat untuk berpikir, merenung, memahami kekeliruan, dan kemudian berniat untuk berbenah diri. Masyarakat yang dikritik tersebut secara sadar akan berupaya mengubah prilaku mereka ke arah yang benar dan akan belajar dari kekeliruan atau kesalahannya (Suwija, 2008: ). Fakta yang ada di masyarakat adalah masih adanya arogansi kolektif mengucilkan seseorang atau sekelompok kecil masyarakat yang dianggap memiliki level lebih rendah atau pun miskin. Penekanan (pressing) pada kelompok minoritas atau kelompok yang lebih rendah dapat melahirkan kelompok otoriterisme massa. Jadi kebenaran di dunia ini tidak ada, yang ada hanyalah kekuatan (power). Siapa saja yang mampu menguasai kekuatan (politik dan uang), maka dialah membangun kebenaran dan keadilan (Putra, 2004:103). Akhirnya muncul gerakan kolektif tanpa akal sehat, tanpa pertimbangan benar salah, dan mengabaikan aturan-aturan atau hukum yang telah jamak berlaku. Dengan kata lain, suryak siu (suara terbanyak) atau briuk siu (kesepahaman bersama) identik dengan arogansi mayoritas yang kurang mengutamakan kecerdasan dalam menyelesaikan konflik. Dalam hal ini masyarakat (pembaca) harus bercermin pada Satwa Pan Balang Tamak sebagai sosok individu simbol minoritas. Ia memiliki kecerdasan, akal, dan logika yang selalu menang

74 74 di dalam perdebatan dengan warga masyarakat atau pemuka desa. Seharusnya tidak usah dilindas/dihantam dengan arogansi kolektif, tetapi perlu dikaji, dicermati perihal perilaku, sikap, dan cara berfikir Pan Balang Tamak.

75 75 BAB VI SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA DALAM MENCIPTAKAN REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA. 6.1 Pengertian Revolusi Mental Kata revolusi merupakan sebuah kata benda yang berarti perubahan yang sangat mendasar pada suatu bidang, peredaran bumi dan planet-planet lain dalam mengelilingi matahari, perubahan politik atau pemerintahan yang dilakukan dengan kekerasan (Kuper cs, 1996: 924, Moeliono, 2014: 901, Echol cs, 1996; 378).. Dalam kaitannya dengan Satwa Pan Balang Tamak, maka revolusi diartikan dengan perubahan yang mendasar. Mental diartikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan kejiwaan, watak, otak, batin perasaan yang tercermin dari sikap dan prilaku sehari hari (Suryadipura, 1961: 222). Revolusi mental dalam Satwa Pan Balang Tamak diartikan: perubahan pada unsur kejiwaan, pola pikir, dan sikap secara mendasar. Seperti telah dijabarkan dalam bab 5 di atas, bahwa Satwa Pan Balang Tamak mengisahkan seorang warga masyarakat minoritas yang dikucilkan, tidak disenangi, dan dicari-cari kesalahannya agar bisa didenda, diusir, bahkan dibunuh. Para pimpinan desa yang didukung oleh sebagaian besar warga desa bertindak arogan dan sewenangwenang. Bahkan sampai tega membunuh dengan meracuni Pan Balang Tamak. Makna itu akan dicoba untuk dikaji lebih jauh dengan membongkar makna yang telah tercermin untuk ditemukan makna yang belum terungkap atau masih tertunda.

76 Motivasi Revolusi Mental Anak Bangsa Dalam Satwa Pan Balang Tamak. Motivasi tidak lain merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan individu untuk mencapai tujuannya (Mitchel, 1997: 60-62).Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah; intensitas, arah dan ketekunan.teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan dari Abraham Maslow (Harper & Row, 1954: 57-67). Berdasarkan teori herarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Duglas McGregor ataupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang melandasi sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seorang dapat dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang kuat untuk mencapai apa yang diinginkan dengan mengerjakan pekerjaan yang sekarang. Jadi, motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju ke kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Teori motivasi dikelompokkan menjadi 5 kategori kelompok pendekatan seperti: teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran. Kebutuhan merupakan motivasi yang berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai: need for achievement (kebutuhan akan prestasi) need for affiliation (kebutuhan akan hubungan sosial) need for power (dorongan untuk mengatur) (Mc Clelland, 1961 dalam Wikipidea.org/wiki/motivasi:4)

77 77 Kebutuhan berprestasi merupakan dorongan untuk melebihi, mencapai standarstandar, dan berusaha keras untuk berhasil. Kebutuhan akan hubungan sosial sama dengan kebutuhan berafiliasi, yaitu keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. Kebutuhan yang merupakan dorongan untuk mengatur merupakan kebutuhan untuk berkuasa, untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa (baik, patuh, rajin, tekun), dan tidak berperilaku sebaliknya. Sementara itu kebutuhan berafiliasi maksudnya adalah keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab (Wikipedia.org/wiki/motivasi:3 of 7). Area motivasi manusia ada empat seperti; makanan, cinta, seks, dan pencapaian. Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya. Individu dianggap tergerak untuk melakukannya agar tercapainya tujuan yang diakibatkan motivasi intrinksik dankarenamotivasi ekstrinksik. Motivasi intrinksik yakni keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut. Sementra itu motivasi ektrinsik yakni kemauan mengejar suatu tujuan yang diakibatkan imbalan-imbalan eksternal (dari luar diri) dan faktor internal (dari dalam diri) Motivasi yang digunakan dalam membedah motivasi terciptanya revolusi mental anak bangsa dalam Satwa Pan Balang Tamak, ini adalah teori motivasi kebutuhan dari Maslow seperti yang sudah disebutkan di atas. Hal itu dilakukan karena teori tersebut paling terkenal di antara teori motivasi. Di sisi lain, tiori itu dirasa cocok digunakan untuk mengungkapkan motivasi yang menyebabkan terciptanya revolusi mental anak

78 78 bangsa dalam Satwa Pan Balang Tamak. Revolusi itu dapat dijabarkan seperti uraian di bawah ini. 6.3 Revolusi Mental Pola Pikir Penguasa Mental para pemimpin termasuk sang raja di dalam ceritera Pan Balang Tamak diceritakan sebagai mental penguasa yang sangat tegas, menekan golongan minoritas, dan mental negatif seorang pemimpin yang berpola pikir agar segala keinginan atau aturan yang dibuatnya tidak ada yang berani menentangnya. Bila ada salah satu warga yang menentangnya maka itu dianggapnya sebagai pembangkangan bahkan pemberontakan. Orang yang berani menentang itu harus diupayakan agar didenda seberat-beratnya. Bila memungkinkan bahkan, agar bisa diusir dari kampungnya. Sikap mental pemimpin seperti itu tentu saja sangat bertentangan dengan ajaran agama dan hak asasi manusia. Bila ada warga masyarakat yang melakukan kesalahan, menentang kebijakan pemimpin, sebaiknya dicari akar penyebabnya. Sikap mental menentang dari warga desa tentu ada penyebabnya. Penyebab yang dimaksud seperti: aturan yang tidak jelas atau sangat memberatkan warga masyarakat, terlalu dibuat-buat, keputusan pimpinan yang memihak, adanya sikap iri hati atau kecemburuan sosial, dan masih banyak penyebab lain yang tidak perlu disebutkan satu persatu. Seorang pemimin seharusnya bersikap bijak, mampu bersikap adil terhadap semua warganya, mampu menciptakan kebahagiaan, ketentraman pada seluruh warganya, dan mampu memberi pengayoman sehingga tidak ada rasa takut pada seluruh warga desanya. Sikap mental seperti ini tidak dimiliki oleh para pimpinan desa. Untuk itu lewat cerita Pan Balang

79 79 Tamak, pembaca dihimbau dan diajak agar merubah sikap mental bila menjadi seorang pemimpin. Cerita Pan Balang Tamak merupakan cermin yang sangat mendidik untuk ditauladani dalam tata cara memimpin. 6.4 Revolusi Mental Masyarakat Masyarakat merupakan sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berbudaya. Masyararakat desa adalah kelompok orang-orang yang menghuni suatu wilayah desa. Sikap mental suatu masyarakat yang terdiri atas sejumlah orang-orang sangat beragam. Ada orang yang selalu berprilaku baik dengan mengedapankan ajaran agama, etika atau bersikap susila. Pada sisi lain ada juga masyarakat atau orang-orang yang memiliki sikap iri hati, cemburu, angkuh, sombong, ingin menang sendiri, selalu mengaku benar, atau tidak mau disalahkan, tidak mau disebut bodoh, jelek dan sejenisnya. Sikap mental yang jelek disebut amoral, sedangkan sikap mental yang baik disebut susila/beretika atau bermoral. Bertens (2011: 3-6) mengutip arti kata etika di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 1998), mengatakan bahwa etika berarti: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (2) kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Bertens lebih menyetujui arti etika seperti yang ada di dalam KBBI edisi 1998 dibandingkan dengan arti yang diberikan pada KBBI edisi KBBI edisi 1991 memberikan arti kata etika pada arti yang nomer

80 80 1 saja. Sedangkan arti ke 2 dan ke 3 dimasukkan sebagai arti kata etik. Dalam tulisan ini pun arti kata etika yang diikuti sesuai dengan pendapat Bertens. Etika disini diartikan sebagai system nilai, filsafat moral, moral yang baik atau sikap mental yang baik. Beretika/bermoral atau susila adalah sikap mental atau moral yang baik. Susila merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yang kemudian dipungut menjadi bahasa Jawa Kuno, yaitu kata ṡila. Kata ṡila berarti: (1) sikap duduk dengan kaki bersilang, (2) mengumpulkan sisa bulir-bulir padi di sawah yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya (3) batu, karang, dan (4) berarti tingkah laku, karakter moral, tindakan, kelakuan (Zoutmulder,2006:1089). Kata sila mendapat prefix su- dalam bahasa Jawa Kuno, yang berarti baik. Susila berarti prilaku yang baik, atau tingkah laku yang baik, atau prilaku yang bermoral/beretika. Dalam cerita Pan Balang Tamak tercermin bahwa, sikap mental anggota masyarakat desa yang ada dalam cerita Pan Balang Tamak cendrung bermental negatif. Artinya hampir seluruh anggota masyarakatnya memiliki sikap iri hati, kecemburuan sosial kepada tokoh Pan Balang Tamak. Sikap mental yang tidak baik itu tergambar pada diadakannya kegiatan yang bertujuan untuk mendenda atau menghukum Pan alang Tamak dengan sejumlah uang. Bahkan bila memungkinkan bertujuan untuk mengusir Pan Balang Tamak dari wilayah desanya. Kejelekan mental masyarakat yang lain adalah, tidak adanya warga lain selain Pan Balang Tamak untuk mengritisi dan mencari solusi yang etis pada aturan atau kegiatan yang diundangkan oleh penguasa desa. Seluruh masyarakat menyetujuai apa pun aturan atau kegiatan yang dilakukan oleh

81 81 pimpinan/penguasa desa tanpa mencermatinya terlebih dahulu. Begitu pula ketika ada niat untuk membunuh Pan Balang Tamak. Keputusan seperti itu sangat bertentangan dengan hukum agama, lebih-lebih lagi pada masyarakat yang sangat kental kepercayaannya pada hukum krama pala (hukum sebab akibat). Dalam kepercayaan tentang hukum krama pala (sebab akibat), terdapat kepercayaan bahwa segala perbuatan yang dilakukan manusia berdampak kepada timbulnya pahala (akibat/buah perbuatan). Pahala yang ditimbulkan oleh sebuah perbuatan pasti akan terjadi. Pahala itu bisa dinikmati ketika perbuatan itu baru habis dilakukan (prarabdha krama phala), pasti dinikmati nanti setelah perbuatan itu agak lama dilakukan tetapi masih dalam kehidupan saat ini, dan juga akan dinikmati setelah meninggal, dan bahkan setelah menitis kembali sebagai manusia dalam kehidupan yang akan datang (sancita krama phala). Sikap mental cemburu, iri hati, marah, dendam, dan lebih-lebih lagi sikap suka membunuh, merupakan sikap yang lahir dari mental yang tidak baik alias jahat. Lebihlebih lagi pada karma membunuh yang sangat ditentang oleh ajaran agama apapun itu. Sikap mental yang jahat seperti itu bahkan dianggap musuh yang sangat jahat yang ada di hati manusia. Mental seperti itu sangat perlu dirubah atau direvolusi. Cerita Balang Tamak menganjurkan masyarakat atau pembacanya untuk menghindari sikap mental jahat, dan bahkan merevolusi sikap jahat seperti yang dimiliki oleh warga desa tersebut. Memang diakui ajakan seperti itu secara tersurat tidak ada. Tetapi bila dicermati dan dimaknai dengan seksama, maka ajakan seperti itu tersirat atau ada dalam cerita Pan Balang Tamak. Ajakan yang tersirat itu menganjurkan agar pembaca jangan melakukan atau memiliki sikap mental yang jahat seperti sikap mental warga desa Sunantara. Pan

82 82 Balang Tamak menginfirasi, bahkan mengajak warga untuk melakukan perbuatan baik. Menentang aturan yang dibuat penguasa yang arogan, tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pemimpin, atau tidak etis, dan tidak mendidik. Bila perlu merevolusinya walau harus dibayar mahal seperti dibayar dengan nyawa. Kematian Pan Balang Tamak yang disebabkan oleh arogansi dan sikap mental jahat penguasa dengan pengikutnya, merupakan sebuah bentuk protes, bahkan revolusi agar mental warga masyarakat menjadi baik dan kritis. Bertolak dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Pan Balang Tamak ingin mengajak warga masyarakatnya atau pembacanya merevolusi sikap jahat, sikap kurang peduli terhadap sesama atau lingkungan, sikap dengki atau iri hati agar dilenyapkan dan dirubah menjadi sikap kritis, sikap manut, dan sikap mental yang beretika/bermoral/susila. 6.5 Revolusi Mental Sikap Malas Sikap malas atau di Bali biasa disebut sifat rajas (Punyatmaja,2010:23), merupakan musuh manusia yang ada di dalam diri. Dalam Kakawin Ramayana, sargah 1bait tiga disebutkan ragȃdi musuh maparȍ, ri hati ya tonggwanya tan madoh ring awak. Artinya; musuh utama manusia adalah hawa nasu yang berada di dalam diri dan tidak jauh dari badan. Salah satu hawa nafsu itu adalah sifat malas. Sifat malas seperti itu perlu diperangi dan dihilangkan dari diri manusia. Pan Balang Tamak sebagai tokoh sentral dalam cerita ini, diceritakan sebagai sosok tokoh yang sangat malas. Kemalasannya dibungkus dengan rapi melalui

83 83 kecerdikan yang diaktualisasikan dengan sikap kritis. Semua aturan yang dikeluarkan pimpinan desa dikritisinya. Dicarinya kelemahan atau pun kelonggaran aturan tersebut. Setelah diperolehnya kelemahan aturan yang dibuat oleh pimpinan desanya, maka ia (Pan Balang Tamak) tidak segan-segan menggugat atau menentangnya. Hal itu terlihat jelas pada seluruh episode dari cerita Pan Balang Tamak. Dalam episode mencari kayu ke hutan, Pan Balang Tamak berangkat ke hutan setelah hari siang. Ia berdalih pada ayam betinanya yang baru turun dari mengerami telurnya pada waktu siang hari. Kesalahannya tidak diakui karena pemberitahuan yang diperolehnya dari juru arah mengatakan bahwa, warga masyarakat harus berangkat setelah ayam turun dari tempat tidurnya. Kapan ayam turun dari tempat tidurnya, atau jam berapa ayam turun sebagai acuan keberangkatan ke hutan tidak ada. Jadi tidak jelas masalah waktu keberangkatan. Walau pun Pan Balang Tamak berangkat sangat terlambat, namun ia tidak bisa disalahkan. Orang yang bersalah adalah si pembuat aturan atau pimpinan desa. Jadi pimpinan desalah yang patut di denda dengan uang. Dalam episode lain, yaitu ketika disuruh menyumbang nasi aking (senggawuk) Pan Balang Tamak membawa sanggah wug (sanggah rusak). Dalam hal ini Pan Balang Tamak juga tidak salah, karena ucapan si pembawa berita (juru arah) kurang jelas terdengar. Hal itu disebabkan karena juru arah oadalah orang cadel atau alat ucapnya terganggu. Ketika dicek ulang ternyata ucapan juru arah kabur ketika mengucapkan kata senggawuk yang juga kedengaran sanggah wug. Pada episode berburu, Pan Balang Tamak pergi berburu dengan membawa anjing kecil yang sangat kurus dan sakit-sakitan. Anjingnya ketika dilemparkan di

84 84 semak-semak berduri mengerang kesakitan. Erangan kesakitan itu disebutnya dengan menggonggong. Ia tidak dapat disalahkan, karena dalam perburuan itu aturan besar anjing dan model gonggongan anjing tidak ada. Batasan dari kalimat ; anjing galang ngongkong tidak disebutkan. Pan Balang Tamak mengartikan bahwa anjing galak ngongkong adalah anjing yang bersuara terus tiada henti. Ukuran besar-kecil anjing dalam edaran pemberitahuan atau aturan yang disampaikan tidak ada. Hal itu menyebabkan Pan Balang Tamak tidak bisa disalahkan. Dalam episode memagari tanah, Pan Balang Tamak memagari tanahnya dengan menggunakan lidi aren yang diikat dengan tali kupas (tali yang terbuat dari otot batang pisang). Hal itu dilakukan karena, aturannya tidak mencantumkan bahan pagar, besar pagar, dan tali pagar harus yang bagimana. Maksudnya adalah, bahan dan besarnya pagar tidak disebutkan dalam aturan yang diedarkan. Bahan atau tali pengikat yang digunakan sebagai pengikat pagar juga tidak disebutkan. Di sisi lain, aturan mendenda orang yang memasuki tanah/pekarangan orang lain yang telah dipagari juga tidak jelas. Aturannya adalah, setiap orang yang memasuki tanah orang lain tanpa ada izin pemiliknya wajib dan harus didenda. Ketentuan seperti untuk apa orang memasuki tanah orang, tidak ada. Alasan apa pun orang masuk ke tanah orang lain, tetap merupakan pelanggaran dan harus didenda dengan uang. Contohnya seperti si pedagang yang memasuki tanah pekarangan Pan Balang Tamak. Ia masuk hanya untuk buang air, atau bukan mencuri. Ia buang air karena di pasar tradisional waktu itu belum ada pasilitas wc atau tempat khusus untuk buang air. Si pedagang waktu itu kebelet, dan kebetulan tanah Pan Balang Tamak sangat luas dan berisi tumbuhan dan perdu yang

85 85 sangat rimbun. Jadi sangat baik untuk dijadikan tempat buang air, karena tidak mungkin aka nada orang yang melihatnya. Alasan kebelet untuk buang air dan tidak adanya wc umum aebagai tempat buang air pada waktu itu tidak bisa diterima akal sehat. Dengan kata lain, si pedagang tetap bersalah dan harus membayar denda sebanyak seribu uang kepeng. Akal kritis seperti yang dijelaskan di atas, sebenarnya merupakan tipu muslihat atau akal bulus sebagai upaya untuk mencari pembenar. Namun dalam kenyataannya terlihat jelas bahwa sikap malas Pan Balang Tamak itulah penyebab lahirnya tipu daya licik. Ia menyembunyikan sikap malasnya melalui cara-cara dengan mencari kesalahan orang lain, atau kelemahan aturan. Kelicikan dan kemalasan itu menyebabkan Pan Balang Tamak dibenci oleh warga masyarakat lainnya, terutama pimpinan desa ( jero bendesa). Kebencian warga masyarakat, merupakan cermin ketidaksenangan mereka terhadap sikap malas dan licik. Masyarakat menginginkan sikap itu tidak ada pada manusia, yang dalam hal ini adalah manusia-manusia warga desa Sunantara. Pan Balang Tamak dipakai sebagai contoh tokoh malas. Bila ceriterapan Balang Tamak disimak dengan baik, terdapat makna tersebunyi yang menghimbau dan mengajak warga masyarakat agar tidak memiliki atau melenyapkan sikap malas seperti tokoh Pan Balang Tamak. Sikap atau sifat malas merupakan sifat jelek yang pada akhirnya akan menjerumuskan manusia ke dalam kesengsaraan dan bahkan bisa menyebabkan atau berpahala kematian. Bertolak dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa siat malas merupakan sifat jelek manusia yang bisa berpahala keburukan. Untuk itu sifat seperti itu perlu

86 86 direvolusi. Tujuannya tentu saja agar semua manusia dalam hal ini bangsa Indonesia tidak memiliki sifat malas. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, cerita Pan Balang Tamak mangajak, menyarankan agar anak bangsa selalu bersiat rajin, giat bekerja, mau bergotong royong, dan memiliki kemauan belajar sepanjang hayat. Makna itulah yang merupakan makna tertunda yang bisa didekonstruksi dalam kajian ini. 6.6 Revolusi Aturan yang Tidak Tegas Revolusi pada aturan yang tidak tegas atau ketidaktegasan aturan, sebenarnya telah tergambar dalam uraian revolusi sikap malas dan juga pada uraian tentang kritik sosial. Seperti yang telah diuraikan dalam uraian terdahulu, bahwa hampir seluruh episode yang ada dalam cerita Pan Balang Tamak, memuat aturan yang tidak jelas atau tidak tegas. Semua aturan yang dibuat oleh pimpinan desa (jero bendesa), memiliki pemahaman yang kabur, karena tidak jelasnya batasan-batasan aturan yang dibuat itu. Ketidakjelasan batasan aturan itu membuat aturan tersebut sangat lemah sehingga bisa diakali oleh Pan Balang Tamak. Pan Balang Tamak yang merupakan tokoh cerdik, kritis namun sangat malas mampu menunjukkan kelemahan aturan yang dibuat oleh pimpinan desa. Seharusnya setiap aturan dibuat setegas dan sejelas mungkin. Ketegasan dan kejelasan batasan sebuah aturan yang dibuat tentu tidak akan memberi peluang untuk menafsirkan lain atau menentang aturan tersebut. Di sisi lain, aturan yang dibuat oleh pimpinan desa (jero bendesa) tidak berdasarkan musyawarah mufakat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, aturan

87 87 tersebut dibuat sendiri oleh jero bendesa. Sebuah aturan yang dibuat sendiri atau merupakan hasil pikiran sendiri tentu saja banyak kelemahan dibandingkan aturan yang dibuat berdasarkan hasil pikiran orang banyak. Lebih-lebih lagi bila aturan yang dibuat sendiri itu bertujuan untuk mencari kelemahan/kekurangan orang lain agar orang tersebut terkena sangsi berupa denda uang. Contohnya seperti dalam episode adu sapi/banteng. Aturan itu dibuat untuk mencari kelemahan atau kesalahan Pan Balang Tamak agar bisa didenda. Waktu itu Pan Balang Tamak tidak mempunyai sapi besar/banteng untuk diadu. Ia hanya mempunyai sapi betina yang sedang menyusui anaknya. Mengetahui bahwa Pan Balang Tamak tidak mempunyai sapi besar untuk aduan maka jero bendesa mengadakan lomba adu sapi. Namun sayang aturan yang dibuatnya tidak menyebutkan bahwa sapi yang layak untuk diadu adalah, sapi yang sudah besar, galak, dan jantan. Ketentuan lain seperti; batasan kalah-menang yang tidak jelas. Sapi yang menang adalah sapi yang mengejar sapi musuhnya. Sapi yang kalah adalah sapi yang ke luar dari arena pertandingan. Kalah-menang karena bertarung juga tidak disebutkan. Yang penting, asal salah satu sapi yang diadu itu ke luar arena, maka dinyatakan kalah. Pan Balang Tamak mengetahui bahwa lomba adu sapi itu di buat untuk mendenda dirinya karena ia tidak memiliki sapi aduan. Ia tahu bahwa sapi aduan adalah sapi besar, kuat, jantan, dan galak. Tetapi karena aturannya tidak jelas maka ia mengadu anak sapinya yang masih kecil dan masih menyusu. Sebelumnya ia mempersiapkan susu induk sapinya dengan memerahnya lalu mewadahinya dengan kain tebal. Susu induk sapi yang melekat pada kain itu lalu dibawanya ke arena adu sapi. Ketika giliran

88 88 sapinya beradu maka kain yang berisi cairan susu sapi itu dioleskannya pada sapi jantan yang merupakan musuh sapinya. Ketika kedua sapi aduan dilepas, tentu saja anak sapi Pan Balang Tamak akan mengejar sapi musuhnya yang berbau susu karena, disangka sapi itu adalah induknya. Ssegede dan segalak apa pun seekor sapi, tidak mungkin akan tahan bila ada anak sapi yang meminta susu padanya. Sapi itu akan menghindar agar tidak disusui oleh anak sapi. Itulah yang menyebabkan sapi besar, musuh sapi Pan Balang Tamak lari ke luar dari arena perlombaan karena, tidak tahan kemaluannya dikira susu induk sapi. Ke luarnya sapi tersebut dari arena adu atau lomba sapi maka dinyatakan kalah. Pemilik sapi yang kalah harus membayar taruhan sebesar seribu keping uang bolong kepada pemilik sapi pemenang. Kebetulan sapi yang kalah itu milik jero bendesa. Maka jero bendesa harus membayar kekalahan sapinya sebesar seribu kepeng. Bertolak dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa, aturan yang tidak jelas, terlebih lagi aturan itu tidak berdasarkan musyawarah mufakat tentu sangat jelek. Aturan untuk sebuah kegiatan yang bertujuan menjatuhkan teman atau orang lain tentu tidak perlu dibuat dan dilaksanakan. Seorang pimpinan seyogyanya membuat kegiatan demi kemaksuran dan kesejahteraan warganya, dan bukan untuk mencelakakan. Dalam ceritera disebutkan bahwa pimpinan desa (jero bendesa) sengaja membuat lomba adu sapi karena mengetahui Pan Balang Tamak tidak memiliki sapi besar sebagai sapi aduan. Di samping itu, jero bendesa sengaja memilih sapi Pan Balang Tamak sebagai lawan sapinya. Jero bendesa menyangka sapinya pasti menang. Itu berarti ia pasti mememenangkan dan memperoleh uang taruhan yang sangat banyak. Adanya tujuan

89 89 yang tidak baik dalam lomba adu sapi, adanya sifat serakah jero bendesa yang ingin memperkaya diri sendiri, menyebabkan jero bendesa tidak cermat dalam membuat aturan dalam lomba adu sapi. Ketidakcermatan dalam membuat aturan, terlebih lagi pembuatan aturan tersebut bertujuan mencari kesalah orang lain, dan juga demi memperkaya diri sendiri, menyebabkan aturan tersebut tidak kritis, logis, dan tidak tegas. Tidak tegas, logis, dan tidak kiritisnya aturan sangat perlu untuk decermati. Pencermatan seperti itu dalam membuat sebuah aturan sangat perlu ditegakkan. Lebihlebih lagi lahirnya sebuah aturan haruslah berdasakan hasil pemikiran orang banyak yang sudah disetujui bersama (berdasarkan musyawarah mufakat). Aturan seperti yang ada di dalam ceritera Pan Balang Tamak sangat perlu direvolusi. Perubahan mendasar yang dihasilkan dengan merevolusi aturan yang tidak jelas, tegas, logis, dan kritis pasti akam membawa masyarakat pada kehidupan yang man, tentram, dan sejahtera. Bertolak dari uraian di atas maka merevolusi mental aturan yang tidak tegas, jelas, logis, dan tidak kritis sangat perlu dilakukan. Hal itu bertujuan demi kepentingan sikap mental atau karakter anak bangsa pada masa mendatang. 6.7 Revolusi Mental Sikap Ceroboh. Sifat ceroboh dimaksudkan dalam tulisan ini adalah suatu sikap mental yang tidak hati-hati atau waspada, tidak cermat, dan tidak kritis. Sikap mental seperti itu ada pada tokoh raja dalam cerita Pan Balang Tamak. Dalam ceritera Pan Balang Tamak, diceritakanlah bahwa ketika raja mendapat laporan dari jero bendesa, raja mempervayai begitu saja laporan itu. Raja tidak berfikir,

90 90 apakah laporan jero bendesa itu benar atau salah. Pada saat itu raja langsung memerintahkan jero bendesa membunuh Pan Balang Tamak. Pembunuhan harus dilakukan dengan cara tersembunyi, yaitu dengan cara meracuni Pan Balang Tamak. Untuk itu diperintahkanlah seseorang untuk mencarikannya racun yang sangat ampuh/manjur. Di sisi lain, Pan Balang Tamak telah mengetahui dirinya akan diracun. Itulah sebabnya ia berpesan kepada istrinya, bila ia nanti mati, agar mayatnya jangan buruburu dikubur. Pesannya berbunyi: Istriku, aku dengar kabar bahwa raja sangat marah dan akan meracuniku. Bila seandainya nanti aku mati, tolong mayatku diatur seperti sikap orang meditasi. Carikanlah beberapa ekor kumbang, lalu masukkan kumbang itu ke dalam sibuh (tempurung kelapa yang bagian atasnya sudah dilubangi). Tutuplah sibuh itu agar kumbangnya tidak bisa terbang dan masih tinggal di dalamnya. Kumbang itu pastilah akan bersuara did ala sibuh karena ingin ke luar. Mayatku itu pasti akan ada yang mengintipnya dan mereka menduga bahwa aku masih hidup dan sedang bermeditasi/bermentra. Setelah itu pengintip mayatku pasti akan melaporkan kepada raja bahwa aku masih hidup dan sedang bermentra. Bila kamu mendengar kabar bahwa raja sudah meninggal, maka buru-buru buat air panas lalu mandikan mayatku dengan air panas itu. Hal itu akan menyebabkan mayatku menjadi lemas dan mudah diluruskan untuk diatur. Taruhlah mayatkua di dalam peti. Taruhlah peti itu di kamar yang biasa kita pakai tempat menyimpan kekayaan kita. Barang-barang kekayaan kita semua, bawa dan taruhlah di tempat tidur. Susunlah barang-barang itu agar menyerupai mayatku, lalu tutuplah dengan kain. Di sana kamu harus menangisi kekayaan kita. Pastilah orangorang akan menduga bahwa kamu sedang bersedih dan menangisi mayatku. Mayatku yang ada di dalam peti pasti akan dikira barang-barang kekayaan kita, dan itu akan dicuri oleh para pencuri. Untuk itu jangan kamu hiraukan mayatku yang dicuri itu. Kuharap kau jangan bersedih atas kematiankua, istriku!. Dugaan Pan Balang Tamak ternyata benar. Tidak berselang beberapa lama ia pun meninggal terkena racun. Setelah ia meninggal, mayatnya diatur oleh istrinya, dibuat mirip menyerupai orang yang sedang duduk berdoa. Dengungan sura kumbang yang ada di dalam tempurung kelapa, dikira doa-doa/mentra-mentra yang sedang

91 91 diucapkan. Hal itu dilihat oleh mata-mata raja. Mata-mata itu langsung melaporkan hal yang dilihatnya itu kepada raja. Mereka melaporkan bahwa Pan Balang Tamak dijumpainya sedang berdoa/sembahyang. Mendengar laporan para mata-mata (telik tanem) seperti itu maka raja berfikir dan menduga bahwa dirinya telah ditipu oleh pemberi racun (cetik). Raja mengira bahwa, pasti bukan racunlah yang diberikan itu. Raja juga marah kepada jero bendesa yang dikiranya membohonginya. Raja lalu menyuruh patihnya untuk membunuh jero bendesa dan si pemberi racun. Jero bendesa dan pemilik racunpun mati terbunuh saat itu. Kebetulan pada waktu itu, racun yang digunakan untuk meracuni Pan Balang Tamak masih ada sisanya dan sisa itu disimpan oleh raja. Raja lalu mengeluarkan sisa racun itu. Sisa racun yang dikira tidak ampuh itu lalu dijilat oleh raja untuk memastikan apakah benda itu benar-benar racun atau bukan. Karena racun itu adalah racun yang memang sangat ampuh, maka setelah dijilatinya, seketika itu pula wafatlah sang raja tanpa bisa diberi pertolongan. Setelah raja wafat maga gegerlah seluruh kerajaan mendengar berita kematian sang raja. Kematian raja itu menandakan bahwa raja sangat ceroboh. Sikap ceroboh itulah yang menyebabkan kematiannya. Bertolak dari ceritera di atas, dapat dikatakan bahwa, raja memiliki sikap yang sangat ceroboh. Kecerobohan itu membuat orang lain seperti jero bendesa dan pemilik racun mati tanpa alasan. Kecerobohan itu pula yang menyebabkan sebuah petaka pada diri sang raja sehingga ia mengalami kematian. Jadi kecerobohan bisa menyebabkan kehancuran dan bahkan kematian. Kematian yang disebabkan oleh kecerobohan diri

92 92 sendiri dalam pandangan orang Bali disebut dengan kematian yang sangat nista (salah pati). Keadaan seperti itu tentu saja tidak diinginkan oleh masyarakat manapun juga. Tokoh raja yang wafat karena sifat kecerobohannya dalam cerita Pan Balang Tamak seperti memberi petunjuk atau infirasi kepada masyarakat (pembaca) agar jangan pernah memiliki sifat ceroboh seperti yang dimiliki sang raja. Sifat seperti itu patut dibuang jauh-jauh. Manusia dalam seluruh hidupnya haruslah selalu waspada, kritis dan mawas diri. Sifat ceroboh merupakan pertanda kebodohan. Sifat seperti itu harus direvolusi demi kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 6.8 Rangkuman Ceritera Pan Balang Tamak merupakan ceritera yang memberi isfirasi dan motivasi (pembaca) untuk merevolusi sikap mental yang kurang baik. Sikap mental penguasa yang arogan, ingin memperkaya diri dengan jalan tidak halal, membuat aturan tanpa berdasarkan musyawarah mufakat, membuat aturan yang bertujuan mencelakakan orang lain dengan mencari kelemahannya, sangat perlu dirubah dan dihilangkan. Begitu pula dengan sifat malas, tidak mempunyai rasa kebersamaan, gotong royong, sikap menentang, juga perlu direvolusi. Lebih-lebih lagi sikap mental yang ceroboh yang mau memaksakan kehendaknya kepada orang lain sangat perlu dirubah bahkan direvolusi. Sebab sikap mental semacam itu merupakan cerminan kebodohan, kelalaian yang pada akhirnya membawa kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, bangsa, dan Negara.

93 93 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Pandangan masyarakat terhadap tokoh Pan Balang Tamak dalam ceritera itu bersifat negatif. Pang Balang Tamak dipandang sebagai sosok tokoh yang malas, tidak mau gotong royong, dan menentang segala aturan. Namun pada akhirnya mereka menyadari bahwa Pan Balang Tamak merupakan sosok kritis, berjasa, bahkan dianggap sosok yang perlu ditauladani. Hal itulah yang menyebabkan masyarakat memaafkan segala kesalahan Pan Balang Tamak semasa hidupnya. Masyarakat mengupacarai mayat Pan Balang Tamak, lalu menyucikannya dalam bentuk tugu peringatan, yang kelak kemudian hari dijadikan sebuah pelinggih, sebagai tempat memuliakan dan memujanya. Roh sucinya disembah dan dipuja sebagai energy penyembuh dan pemberi kesuburan. 2) Ceritera Pan Balang Tamak sangat baik dijadikan motivasi dalam merevolusi sikap mental yang bersifat negatif. Sikap mental penguasa yang arogan, rakus, berat sebelah, ceroboh sangat perlu direvolusi. Sif malas, tidak mau gotong-royong juga harus direvolusi. Begitu pula segala aturan yang dibuat tanpa berdasarkan musyawarah mufakat, lebih-lebih lagi bila aturan itu dibuat demi kepentingan satu orang/golongan tertentu, harus direvolusi. Revolusi dilakukan demi lahirnya generasi yang menjunjung tinggi kebenaran, kebersamaan yang pada akhirnya bermuara pada

94 94 sikap mental yang mengedepankan kebinekaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara. Saran 1). Pemerintah melalui para pemegang kebijakan agar lebih memperhatikan kearifan lokal khazanah budaya bangsa. Sebab di dalamnya terkandung ajaran yang sangat berguna bila dijadikan pedoman dalam mendidik atau menanamkan budi pekerti untuk melahirkan generasi anak bangsa yang bermoral/berkarakter. 2) Ceritera Pan Balang Tamak perlu diteliti secara mendalam dan diungkap untuk disajikan kepada khalayak ramai, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa dikenal dan dijadikan panutan. Setidaknya sebagai upaya pelestariannya.

95 95 DAFTAR PUSTAKA ATL Pedoman Kajian Tradisi Lisan (KTL) Sebagai Kekuatan Kultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Bagus. I Gusti Ngurah Satua-Satua Sane Banyol ring Kasusastran Bali. Singaradja; Lembaga Bahasa Nasional Tjabang Singaradja. Dananjaya. James. 2002: Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti. Eagleton, Terry Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra. Halliday, M.A.K dan Hasan R Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotika Sosial, (Diterjemahkan oleh Barori, Ramlan). Yogyakarta: Universitu Press Hoed. Benny H Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu. Motivasi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Hutomo, Suripan Sadi. 1998c. Kedudukan Sastra Lisan Kawasan Timur Indonesia Dalam Sastra Nusantara. Surabaya: IKIP Surabaya. Hoed. Benny H Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu. Hunter, Thomas, M, dan Ni Wayan Pasek Ariati Pan Balang Tamak Sebagai Anti Pahlawan Makalah seminar yang dibawakan dalam pertemuan Himbasadi di Yogyakarta. Kaelan Filsafat Bahasa, Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Paradigma. Kleden, Ignas Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES. Kleden, Ignas Fakta Fiksi Dan Imajinasi Dalam Karya Sastra Dan Ilmu Sosial (dalam majalah Kalam). Yogyakarta.

96 96 Locke, E. A Toward a Theory of Task Motivation and Incentive. Inggris: Organizational Behavior and Human Performance Mahardi. Made Lumbung Upacara Siat Ketipat Dalam Usaba Pala Di Pura Balang Tamak Desa Pakraman Nongan Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. Maslow. Abraham Motivation and Personality. New York: Harper & Row McClelland, D.C The Achieving Society. New York: Van Nostrand Reinhold Mertha Eksistensi Pura Balang Tamak di Desa Pakraman Beda Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna (Thesis S 2). Denpasar. Moeliono, Anton M, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Pariasih. Ni Nyoman Dekonstruksi Nilai Budaya Dalam Satwa Pan Balang Tamak di Desa Kaba-Kaba Kabupaten Tabanan (thesis Kajian Budaya). Denpasar. S2 Kajian Budaya Universitas Udayana. Piliang, Yasraf Amir Hipersemiotika; Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Reffaterre, Michael Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press Sudikan, Setya Yuwana Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya:Citra Wacana Suparta, I Ketut Satua Bali Pan Balang Tamak. Denpasar. Tim Prima Pena, tt. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Yogyakarta: Gita Media Press. Vansina, Jan Oral Tradision As History. United States of Amerika: The University of Wisconsin Press. Vikers, Adrian Bali Tempo Doeloe. Depok: Komunitas Bambu.

97 97 Wastawa, I Wayan Identitas Tokoh Balang Tamak Dalam Teks Dan Konteks Masyarakat Bali. Disertasi (S3 Kajian Budaya). Denpasar. Kajian Budaya Program Pascasarjana (S3) UNUD. Naskah-Naskah: Geguritan Pan Balang Tamak Tutur Pan Balang Tamak

98 98 Lampiran Foto/gambar Foto Palang Nama Pura Balang Tamak Nongan Karangasem. Dok. I Nyoman Sukartha 2015 dan Gapura (bawah)

99 99 Atas. Pelinggih Bala Tama. Bawah. Pelinggih (tengah) Pada Pura Balang Tamak.

100 Pelinggih Batara Bala Tama Dok. I Nyoman Sukartha

101 Foto Pelinggih di sebuah pura Bala Tama di Tabanan 101

102 Foto Pelinggih Ida Batara Bala Tama di Tabanan 102

103 Foto Pelinggih Batara Balang Tama Di Panghiangan Dok I Nyoman Sukartha

104 Foto Pelinggih Batara Belang Tamba (Balang Tama) Di Sebuah Tegalan Di Desa Sangkanbuana Klungkung. Dok. I Nyoman Sukartha

105 105 Pelinggih Balang Tamak (yang diapit paying hitam) di Pura Tanayu Desa Angantaka Badung Foto Pelinggih Ratu Bala Tama di Belulang. Dok. I Nyoman Sukartha 2015

106 Foto Ketua Tim Peneliti Ketika sedang wawancara. 106

Ada reko anak madan Pan Balang Tamak, maumah di désa anu. Di suatu desa, tinggallah seorang bernama Pan Balang Tamak.

Ada reko anak madan Pan Balang Tamak, maumah di désa anu. Di suatu desa, tinggallah seorang bernama Pan Balang Tamak. Balang Tamak Ada reko anak madan Pan Balang Tamak, maumah di désa anu. Di suatu desa, tinggallah seorang bernama Pan Balang Tamak. Kacrita ia sugih pesan tur ririh makruna, muah tra nyak kalah tekén pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian

BAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan dalam arti seluas-luasnya selalu memerlukan saling berhubungan atau saling berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dan anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Pulau Bali Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia 1. Sebelum dimekarkan menjadi Provinsi tersendiri, Pulau Bali merupakan wilayah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

BAB VI DINAMIKA PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT PETANI TABANAN. Dinamika dapat diartikan sebagai gerak. Misalnya, gerak sosial diartikan

BAB VI DINAMIKA PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT PETANI TABANAN. Dinamika dapat diartikan sebagai gerak. Misalnya, gerak sosial diartikan 146 BAB VI DINAMIKA PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT PETANI TABANAN Dinamika dapat diartikan sebagai gerak. Misalnya, gerak sosial diartikan gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

KONJUNGSI ANTARKALIMAT DALAM BAHASA BALI. GUSTI NYOMAN MASTINI Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KONJUNGSI ANTARKALIMAT DALAM BAHASA BALI. GUSTI NYOMAN MASTINI Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar PROSIDING SEMINAR NASIONAL BAHASA DAN BUDAYA 2017 ISBN: 978-602-50777-0-8 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA AGAMA FAKULTAS DHARMA ACARYA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR KONJUNGSI ANTARKALIMAT

Lebih terperinci

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur

Lebih terperinci

Oleh: I MADE DIAN SAPUTRA. Abstract. Abstrak

Oleh: I MADE DIAN SAPUTRA. Abstract. Abstrak PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SATUA BALI I RARE ANGON Oleh: I MADE DIAN SAPUTRA Abstract Balinese Folktales is one of the products of traditional Balinese arts which prioritized to children, but unfortunately

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM:

TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM: TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM: 1101215023 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 TEKS GEGURITAN DARMAKAYA:

Lebih terperinci

TINGKATAN BAHASA BALI UNTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SD NEGERI 1 SINABUN

TINGKATAN BAHASA BALI UNTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SD NEGERI 1 SINABUN TINGKATAN BAHASA BALI UNTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SD NEGERI 1 SINABUN I. B. M. Ludy Paryatna, I.A. Sukma Wirani. Jurusan Pendidikan Bahasa Bali, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM 0901215024 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 GEGURITAN PURA TANAH

Lebih terperinci

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan

Lebih terperinci

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya. Keberanian Pagi itu di pedesan Kaliurang udara tampak sejuk dan embun pagi mulai pupus. Pada hari pahlawan 10 November tahun dimana kita mengingat perjuangan para pahlawan Indonesia. Ibu Malino sedang

Lebih terperinci

TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH : NI NYOMAN AYU PUSPITA DEWI NIM: 1101215012 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i TEKS TUTUR

Lebih terperinci

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA OLEH IDA AYU PUTRI PERTIWI NIM 1001215010 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA PADA TANGGAL: 1 JULI 2016 Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Lebih terperinci

BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM:

BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM: BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM: 1101215005 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i BABAD PASEK KAYU SELEM: ANALISIS

Lebih terperinci

TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM:

TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM: TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM: 1101215008 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i TEKS TUTUR JONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

CITRA WANITA PENYIHIR DALAM NOVEL RATNA TRIBANOWATI KARYA I MADE SUGIANTO: SUATU KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS

CITRA WANITA PENYIHIR DALAM NOVEL RATNA TRIBANOWATI KARYA I MADE SUGIANTO: SUATU KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS CITRA WANITA PENYIHIR DALAM NOVEL RATNA TRIBANOWATI KARYA I MADE SUGIANTO: SUATU KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS OLEH: NI LUH KADEK RICHA DWITASARI NIM: 1101215025 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12 Dahulu, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja bernama Laku Leik. Ia adalah raja yang bengis dan kejam. Ia tidak segan-segan menganiaya, bahkan

Lebih terperinci

1. Bagaimana Mordekhai dan orang-orang Yahudi menerima berita itu?

1. Bagaimana Mordekhai dan orang-orang Yahudi menerima berita itu? Ester Bagian ke-2 Pengantar Dalam bagian pertama dari pelajaran ini, kita telah belajar bagaimana Ester menjadi ratu dari penguasa tertinggi pada jaman ini dan bagaimana perbuatan satu orang jahat hampir

Lebih terperinci

WACANA PERSAHABATAN DALAM KUMPULAN SATUA I PUNYAN KEPUH TEKEN I GOAK. Ni Nyoman Yuliawati Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Unud.

WACANA PERSAHABATAN DALAM KUMPULAN SATUA I PUNYAN KEPUH TEKEN I GOAK. Ni Nyoman Yuliawati Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Unud. 1 WACANA PERSAHABATAN DALAM KUMPULAN SATUA I PUNYAN KEPUH TEKEN I GOAK Ni Nyoman Yuliawati Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Unud Abstract Research "Discourse Friendship in corps Satua I Punyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran

Lebih terperinci

CINTA TANPA DEFINISI 1 Agustus 2010

CINTA TANPA DEFINISI 1 Agustus 2010 CINTA TANPA DEFINISI 1 Agustus 2010 Catatan Harian Seorang Teman Jadi, apalah arti semua ini? Cinta itu datang di saat yang tidak tepat. Di saat kami sudah terikat dengan pasangan masing-masing, cinta

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

GURATAN PENULIS AMATIR

GURATAN PENULIS AMATIR MALDALIAS GURATAN PENULIS AMATIR SECERCAH HARAPAN TERSELIP DARI TULISANKU Amateur_Blogger Penerbit Maldaz Prosa GURATAN PENULIS AMATIR Oleh: Maldalias Copyright 2010 by Maldalias Penerbit Maldaz Poem mxforefer.blogspot.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Bali terus mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala aspek permasalahan dan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra lisan adalah karya sastra yang bentuknya murni lisan, sastra lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang penting disebutkan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN MESATUA BALI SEBAGAI EKSPRESI MEDIA BERMAIN DRAMA MONOLOG PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24

ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN MESATUA BALI SEBAGAI EKSPRESI MEDIA BERMAIN DRAMA MONOLOG PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24 ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN MESATUA BALI SEBAGAI EKSPRESI MEDIA BERMAIN DRAMA MONOLOG PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24 DAUH PURI KECAMATAN DENPASAR BARAT Oleh : I WAYAN SUWEKA MULYAWAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

Ada apa di Betania? GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. #1 Hidup intim. Pesan Gembala Pdt Sutadi Rusli Doa Pelayan Jemaat Senin, 07 Mei 2012

Ada apa di Betania? GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. #1 Hidup intim. Pesan Gembala Pdt Sutadi Rusli Doa Pelayan Jemaat Senin, 07 Mei 2012 GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA Pesan Gembala Pdt Sutadi Rusli Doa Pelayan Jemaat Senin, 07 Mei 2012 Ada apa di Betania? Shalom, saya percaya setiap pribadi kita amat bergairah hari-hari ini. Hari-hari

Lebih terperinci

Simson, Orang Kuat Tuhan

Simson, Orang Kuat Tuhan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Simson, Orang Kuat Tuhan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Janie Forest Disadur oleh: Lyn Doerksen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No.31 th. 1971 30 April 1971. No. : 34 / DPRD-GR /1969. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG KABUPATEN BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

SISTEM MOOD BAHASA BALI

SISTEM MOOD BAHASA BALI MAKALAH RINGKAS SISTEM MOOD BAHASA BALI DRS. PUTU SUTAMA, MS FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 1. Pendahuluan Bahasa Bali (BB) adalah bahasa ibu bagi mayoritas etnik Bali ( Bagus, dkk. 1981). Fungsi

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gambar 1.1 Permukaan Bulan Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan bulan saat malam hari, membuat malam menjadi

Lebih terperinci

MENGAMPUNI ORANG LAIN

MENGAMPUNI ORANG LAIN Level 2 Pelajaran 9 MENGAMPUNI ORANG LAIN Oleh Don Krow Hari ini kita akan membahas mengenai pengampunan yang di ambil dari Matius 18:21-22: Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus:"Tuhan, sampai

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Simson, Orang Kuat Tuhan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Simson, Orang Kuat Tuhan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Simson, Orang Kuat Tuhan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Janie Forest Disadur oleh: Lyn Doerksen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan 354 2 Petrus 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus kepadamu semua yang telah menerima iman yang sama harganya dengan yang kami telah terima. Kamu menerima iman itu karena Allah dan Juruselamat

Lebih terperinci

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu Bab 1 Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu M e n u U t a m a Peta Konsep Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu dibahas Memahami petunjuk dan cerita anak Bercerita dan menanggapi Memahami teks Menulis

Lebih terperinci

TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA. Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI

TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA. Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI 1101215002 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 i TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 1. Bacaan untuk soal nomor 2-4 Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

Simson, Orang Kuat Tuhan

Simson, Orang Kuat Tuhan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Simson, Orang Kuat Tuhan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Janie Forest Disadur oleh: Lyn Doerksen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

medium Buku siswa dengan Buah Roh Medium

medium Buku siswa dengan Buah Roh Medium Unit 3 medium dengan Buah Roh Medium Medium Buku siswa Untuk menjadi JUARA kamu dan saya harus belajar hidup dengan Buah Roh, dan melawan dosa kita sehari-hari. Ini bukanlah olahraga yang mudah, dan akan

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #42 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #42 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #42 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #42 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Liburan 63. Bab 6. Liburan

Liburan 63. Bab 6. Liburan Liburan 63 Bab 6 Liburan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) mengomentari tokoh cerita Gara-gara Tape Recorder ; 2) memberikan tanggapan dan saran tehadap suatu masalah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata. Hikayat Cabe Rawit Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami-isteri di sebuah kampung yang jauh dari kota. Keadaan suami-isteri tersebut sangatlah miskin. Rumah mereka beratap anyaman daun rumbia,

Lebih terperinci

PRONOMINA PENUNJUK DALAM BAHASA BALI

PRONOMINA PENUNJUK DALAM BAHASA BALI PRONOMINA PENUNJUK DALAM BAHASA BALI DEMONSTRATIVE PRONOUNS OF BALINESE Ni Luh Partami Balai Bahasa Bali JalanTrengguli I No. 34 Denpasar, Bali, Indonesia 80238 Telepon (0361) 461714, Faksimile (0361)

Lebih terperinci

Pancor. Sebuah desa terpencil di sebelah timur pulau Lombok menawarkan kisah nyata yang begitu memotivasi dalam mengarungi dahsyatnya gelombang

Pancor. Sebuah desa terpencil di sebelah timur pulau Lombok menawarkan kisah nyata yang begitu memotivasi dalam mengarungi dahsyatnya gelombang Pancor. Sebuah desa terpencil di sebelah timur pulau Lombok menawarkan kisah nyata yang begitu memotivasi dalam mengarungi dahsyatnya gelombang kehidupan. Alkisah, terlihat seorang lelaki berdiri di dekat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Level 3 Pelajaran 5. PENGANIAYAAN Oleh Don Krow

Level 3 Pelajaran 5. PENGANIAYAAN Oleh Don Krow Level 3 Pelajaran 5 PENGANIAYAAN Oleh Don Krow Di Matius 10:16-23, Yesus ingin mempersiapkan murid-muridnya untuk menghadapi oposisi (perlawanan); Dia ingin memberitahu mereka bahwa akan muncul perlawanan.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 1. Perhatikan penggalan teks fabel di bawah ini! SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang

Lebih terperinci

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #31 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #31 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Dan Ia mengucapkan dan mengajar banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: Adalah seorang penabur keluar untuk menabur benihnya.

Dan Ia mengucapkan dan mengajar banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: Adalah seorang penabur keluar untuk menabur benihnya. Xb4 Perumpamaan tentang Kerajaan Allah 64 Perumpamaan tentang Penabur Matius 13:1-23, Markus 4:1-20, Lukas 8:4-15 1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau dan mulai pula mengajar

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH

STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH oleh: Nama : Nur Hidayah, S.Pd. NUPTK : 1634763664210142 Kabupaten/Kota : Kota Semarang Provinsi : Jawa Tengah Tahun 2016 i LEMBAR

Lebih terperinci

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA Pradistya Arifah Dwiarno Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Modern Ngawi Email: pradistyaarifa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Simson, Orang Kuat Tuhan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Simson, Orang Kuat Tuhan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Simson, Orang Kuat Tuhan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Janie Forest Disadur oleh: Lyn Doerksen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

Bab 5. Pengalamanku. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Pengalamanku. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita

Bab 5. Pengalamanku. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Pengalamanku. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita Bab 5 Pengalamanku M e n u U t a m a Peta Konsep Pengalamanku dibahas Memahami cerita dan teks drama Bertelepon dan bercerita Memahami teks Menulis paragraf dan puisi fokus fokus fokus fokus Menanggapi

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM

NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM 0901225006 PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2013 i Halaman Prasyarat Gelar Sarjana NUMERALIA BAHASA JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari budaya yang harus dilestarikan karena selain sebagai hiburan, cerita rakyat kaya akan nilai-nilai etika dan kearifan

Lebih terperinci

Mudah. Buku siswa. dengan Buah Roh. Mudah

Mudah. Buku siswa. dengan Buah Roh. Mudah Unit 3 Mudah dengan Buah Roh Mudah Mudah Buku siswa Untuk menjadi JUARA kamu dan saya harus belajar hidup dengan Buah Roh, dan melawan dosa kita sehari-hari. Ini bukanlah olahraga yang mudah, dan akan

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR A.A. ISTRI AGUNG BINTANG SURYANINGSIH NIM 1490161024

Lebih terperinci

CERPEN TUSING ULIAN I SEPI, BLI KADEK, DAN CUCU DALAM PUPULAN CERPEN BLI KADEK : ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

CERPEN TUSING ULIAN I SEPI, BLI KADEK, DAN CUCU DALAM PUPULAN CERPEN BLI KADEK : ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA 1 CERPEN TUSING ULIAN I SEPI, BLI KADEK, DAN CUCU DALAM PUPULAN CERPEN BLI KADEK : ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Ni Nyoman Eni Sukmayanti Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

Asal Mula Candi Prambanan

Asal Mula Candi Prambanan Asal Mula Candi Prambanan Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia

Lebih terperinci

ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus NARATOR: Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu:

ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus NARATOR: Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu: NASKAH DRAMA/FRAGMEN NATAL INILAH KISAH KELAHIRAN YESUS KRISTUS ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu:

Lebih terperinci

Surat Petrus yang kedua

Surat Petrus yang kedua 1 Surat Petrus yang kedua Kepada yang kekasih Saudara-saudari saya seiman yaitu kalian yang sudah diberkati Allah sehingga kalian percaya penuh kepada Kristus Yesus sama seperti kami. Dan oleh karena percaya

Lebih terperinci

GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA

GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA SKRIPSI GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDA BAGUS DWIJA NANDANA PERSADA NIM 1201215035 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017 i SKRIPSI GEGURITAN

Lebih terperinci

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya. Keledai Cerpen Dedy Tri Riyadi (Koran Tempo, 6 April 2014) LELAKI tua itu memandang ke arah jalan yang ramai di luar jendela. Di jalanan, entah karena apa, banyak sekali orang seperti sedang menunggu sesuatu

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

Pengetahuan Baik & Jahat. Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan. Pengetahuan Baik & Jahat "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan." Manusia bukan boneka ALLAH Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya (Grebstein dalam Damono,

Lebih terperinci

Mengajarkan Budi Pekerti

Mengajarkan Budi Pekerti 4 Mengajarkan Budi Pekerti Sukakah kamu membaca cerita dan dongeng? Banyak cerita dan dongeng anak-anak yang dapat kamu baca. Dalam sebuah cerita, terdapat pelajaran. Belajarlah dari isi cerita dan dongeng.

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun 1. Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, SH., MS (0014095303) 2. Dr. I Gede Artha, SH., MH (0022015803) 3. I Made Tjatrayasa,

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang UCAPAN TERIMA KASIH Om Swastyastu, Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi yang berjudul

Lebih terperinci