BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya, proses pemindahan barang di industri dari workstation yang satu ke workstation yang dituju menggunakan tenaga kerja manusia. Pemindahan dilakukan secara manual menggunakan suatu alat yang dapat mengangkut barang dengan lebih mudah. Tentu saja hal ini sangat membutuhkan tenaga dari manusia atau pekerja dalam mengemudikan alat transportasi manual tersebut. Perusahaan juga harus mencari pekerja yang menguasai alat transportasi tersebut secara maksimal, bukan hanya memiliki tenaga yang kuat. Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa proses pemindahan yang dikendalikan oleh manusia ini sering kali bisa terjadi kelalaian dalam kegiatannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Sebetulnya jika pengoperasian tersebut digantikan oleh alat transportasi yang otomatis maka waktu akan lebih efektif, efisien dan angka kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Dalam dunia industri, saat ini sudah mulai diterapkan beberapa sistem otomasi yang tentunya lebih efektif dan efisien dalam menangani berbagai macam permasalahan industri. Tidak hanya dapat mengurangi angka kecelakaan kerja, sistem otomasi juga mampu meningkatkan produktivitas lini produksi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktivitas produksi tinggi tentu saja sangat mengandalkan material handling equipment yang mereka miliki dalam proses produksinya. Semakin cepat proses penanganan material, maka semakin cepat pula proses produksi dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan pun semakin tinggi. Maka dari itu, untuk menyesuaikan sistem produksi yang kompleks dan memiliki aktivitas tinggi diperlukan suatu sistem otomasi untuk penanganan barang atau material dimana sistem ini tidak memerlukan manusia sebagai operator (Apple, 1972). Penggunaan sistem otomasi ini juga dapat membantu perusahaan menurunkan jumlah pekerja yang terlibat dalam proses produksi sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. 1

2 2 Penggunan sistem otomasi dalam proses penanganan material memegang peranan besar dalam kelancaran produksi di lantai produksi. Menurut Tompkins et al. (1996), material handling atau penanganan material membutuhkan hingga 25% dari seluruh karyawan, 55% dari luas pabrik, dan 87% dari keseluruhan waktu produksi. Penanganan material juga akan menghabiskan 15-70% dari total biaya produk yang dihasilkan. Dari keseluruhan waktu di pabrik, hanya 5% yang dihabiskan di mesin, 95% sisanya adalah aktivitas menunggu dan memindahkan benda kerja. Dari 5% waktu yang dihabiskan di mesin tersebut, hanya 30% yang digunakan untuk memproses di mesin, sedangkan 70% sisanya digunakan untuk loading dan positioning benda kerja. Hal ini menunjukkan bahwa waktu perpindahan dan waktu tunggu selama proses material handling memilik bagian yang lebih besar di dalam proses produksi jika dibandingkan dengan waktu proses material itu sendiri. Maka dari itu, sistem material handling perlu menerapkan otomasi karena memiliki peran penting agar efisiensi perusahaan dapat dicapai dan produktivitas perusahaan dapat ditingkatkan Proses penanganan material yang mendukung sistem otomasi tidak dapat dipisahkan dengan peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses tersebut. Terdapat berbagai macam material handling equipment yang sesuai dengan sistem otomasi diantaranya adalah hand robot, konveyor, dan Automated Guided Vehicle (AGV). Hand robot memiliki kelemahan pada jangkauan kerja sehingga sulit untuk menangani multi produk dalam area yang luas. Jika area luas maka membutuhkan jumlah hand robot yang sangat banyak (Sakrirar et al., 2011). Sedangkan kelemahan konveyor adalah tidak fleksibel dengan sistem kerja yang kompleks. Penggunaan AGV merupakan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan pada suatu lantai produksi yang membutuhkan tingkat fleksibilitas tinggi. Pergerakan AGV yang berbasis pada rute atau jalur dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan lini produksi. Menurut survei yang telah dilakukan oleh MHIA atau Material Handling Industry of America, 74% perusahaan-perusahaan yang menjadi responden mendukung proyek otomasi, di mana 17% di dalamnya memilih untuk menginvestasikan AGV (Affinity Research Solutions, 2012).

3 3 Meskipun investasi yang dikeluarkan tidak sedikit, namun hasil yang diperoleh jika mampu menerapkan AGV pada sistem produksi akan sebanding. Sehingga implementasi AGV pada sistem produksi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Industri Tekstil dan Produk Tesktil (TPT) di Indonesia merupakan sektor industri yang sedang ditargetkan Pemerintah untuk mengalami peningkatan dan juga salah satu sektor yang menjadi andalan pemerintah. Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka sebesar 6,33% dan memberi kontribusi 2,43% terhadap produk domestik bruto (PDB). Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Kementerian Perindustrian, Muhdori juga mengungkapkan bahwa saat ini industri TPT menempati peringkat ketiga ekspor nasional dan mampu memenuhi 70 persen kebutuhan sandang dalam negeri. Sepanjang 2015, sektor TPT telah memberikan kontribusi 1,22 persen terhadap PDB nasional dan surplus ekspor sebesar US$ 4,31 miliar (Mulia, 2016). Sejalan dengan target pemerintah untuk tumbuh, permintaan akan industri TPT juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan impor industri TPT. Rata-rata impor industri TPT naik 19,9% dalam lima tahun terakhir dibandingkan dengan ekspor yang hanya naik 6,8%. Sedangkan konsumsi TPT di dalam negeri meningkat 18,3% dalam lima tahun terakhir. Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perindustrian menunjukkan nilai ekspor industri garmen merosot 0,25% dari US$1,81 miliar pada kuartal I/2015 menjadi US$1,8 miliar pada kuartal I/2016 (Gosta, 2016). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa permintaan terhadap industri TPT semakin meningkat namun produk yang dihasilkan industri TPT justru semakin menurun, dilihat dari tingkat ekspor yang turun dalam setahun terakhir. Industri TPT harus mampu memenuhi tingkat kebutuhan konsumsi pasar, jika tidak maka pendapatan nasional akan menurun. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri TPT adalah dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan industri TPT. Semakin meningkat jumlah produk yang dihasilkan maka tingkat ekspor juga semakin meningkat dan

4 4 kebutuhan impor semakin menurun. Apabila kebutuhan impor semakin menurun dan konsumsi akan produk industri TPT semakin dapat dipenuhi dengan produk dalam negeri maka hal ini dapat membantu meningkatkan PDB nasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis penerapan atau implementasi AGV secara langsung pada salah satu industri TPT tingkat hulu, yaitu PT Primissima (Persero). Penelitian ini dilakukan pada Divisi Spinning, Plant 3, PT Primissima dan akan menganalisis perbandingan produktivitas dari penerapan sistem penanganan material secara langsung menggunakan AGV dengan sistem penanganan material secara manual tanpa menggunakan AGV. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk dapat meyakinkan PT Primissima (Persero) dalam menerapkan penggunaan AGV pada sistem produksinya. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memeberikan manfaat bagi seluruh perusahaan di Indonesia, khususnya bagi perusahaanperusahaan industri tekstil seperti PT Primissima (Persero). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai hal-hal sebagai berikut. a. Bagaimana perbandingan waktu transportasi material yang dilakukan secara manual tanpa Automated Guided Vehicle (AGV) dengan menggunakan bantuan AGV sesuai dengan kondisi layout pabrik di Divisi Spinning, Plant 3, PT Primissima (Persero)? b. Apa pengaruh dari penerapan Automated Guided Vehicle (AGV) pada sistem penanganan material terhadap produktivitas lini produksi pada Divisi Spinning, Plant 3, PT Primissima (Persero)? c. Bagaimana hasil analisis ekonomi penggantian sistem penanganan material dari sistem manual menjadi sistem yang berbasis Automated Guided Vehicle (AGV)?

5 5 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Berikut adalah asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. a. Bahan baku selalu tersedia selama proses implementasi. b. Harga jual produk akhir setelah implementasi AGV tetap. c. Semua produk akhir setelah implementasi AGV 80% laku terjual Berikut adalah batasan yang digunakan dalam penelitian ini. a. Penelitian dilakukan berdasarkan studi kasus pada lini produksi Divisi Spinning, Plant 3, industri tekstil PT Primissima (Persero). b. Pada penelitian ini menggunakan Prototype II AGV yang dikembangkan oleh program studi Teknik Mesin, Teknik Industri, dan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada untuk pengujian sistem pengantaran material dengan AGV. c. Analisis ekonomi tidak mencakup analisis sensitivitas. d. Titik berat penelitan pada implementasi AGV, bukan pengujian teknis. d. Peneliti tidak mendesain dan membuat Automated Guided Vehicle (AGV), tetapi hanya memberikan umpan-balik terhadap pengembangan AGV. 1.4 Tujuan Penelitian a. Membandingkan waktu transportasi sistem penanganan material secara manual tanpa menggunakan AGV dengan sistem penanganan material berbasis AGV pada Divisi Spinning, Plant 3, PT Primissima (Persero) b. Menganalisis pengaruh dari penerapan Automated Guided Vehicle (AGV) pada sistem penanganan material terhadap produktivitas lini produksi pada Divisi Spinning, Plant 3, PT Primissima (Persero)? c. Melakukan analisis kelayakan ekonomi dari penerapan AGV pada Divisi Spinning, Plant 3, PT Primissima (Persero).

6 6 1.5 Manfaat Penelitian Berikut adalah manfaat dari penelitian ini. a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan Automated Guided Vehicle (AGV) pada sistem penanganan material yang terotomasi menggantikan sistem penanganan manual antar stasiun kerja jika ditinjau secara waktu dan produktivitas yang dihasilkan. b. Mampu memberikan manfaat pada PT Primissima (Persero) dalam mengambil keputuan tentang penggantian peralatan material handling system yang akan diterapkan.