BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan biasanya bersaing dengan kompetitornya untuk dapat menduduki pada tingkatan tertinggi. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pencapaian keuntungan tersebut, perusahaan memiliki visi dan misi utama yang harus dicapai melalui kegiatan-kegiatan operasional di setiap departemen di bawahnya untuk dapat mengukur pencapaian keuntungan. Setiap perusahaan pun berlomba-lomba untuk dapat memberikan kualitas pada produk yang ditawarkan. Pengendalian kualitas tersebut berkaitan erat dengan departemen produksi yang melakukan kegiatan secara langsung. Namun, departemen tersebut juga tidak berdiri sendiri, keberadaannya berhubungan dengan departemen perawatan yang ada di perusahaan. Departemen perawatan melakukan manajemen mesin sehingga tidak sering terkendala yang kemudian akan berdampak pada produktivitas kerja. Mesin-mesin merupakan faktor produksi yang berfungsi mengonversi bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi. Mesin merupakan pesawat pengubah energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasional, dan matematis. Kebutuhan produktivitas yang lebih tinggi serta meningkatnya keluaran mesin belakangan ini telah mempercepat perkembangan otomatisasi untuk meningkatkan kualitas seperti yang dikatakan Said (1980) dalam Iswanto (2008). Kualitas produksi sebuah perusahaan berkaitan erat dengan departemen perawatan. Departemen ini memiliki peranan penting dalam manajemen mesin yang digunakan untuk mencapai profit perusahaan. Saat ini, perawatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan keseluruhan. Namun, perusahaan hampir tidak pernah mengukur kinerja departemen perawatan terhadap pencapaian visi utama perusahaan. Hal ini dikarenakan indikator 1

2 2 kinerjanya seringkali bertentangan dengan tujuan perusahaan sehingga menjadi dikesampingkan. Pengukuran kinerja perlu dilakukan untuk dapat mengetahui kualitas kinerja setiap departemen di perusahaan sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi perusahaan. Kualitas kinerja seringkali dilihat secara subjektif yang akan memberikan hasil berbeda-beda dari setiap personal yang ada. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengukuran kinerja secara kuantitatif sehingga hasil yang diberikan lebih objektif. Pada saat ini, metode pengukuran kinerja telah banyak dilakukan akademisi dan praktisi dengan mengimplementasikan metode balanced scorecard, Integrated Performance Measurement System (IPMS), performance prism, dan SMART system dalam pengukuran kinerja organisasi (Iswanto, 2008). Metode pengukuran kinerja digunakan sesuai dengan jenis perusahaan dan perkembangan pengukuran kinerja pada saat itu khususnya di Indonesia. Balanced scorecard merupakan pengukuran kinerja yang sering digunakan dikarenakan menggabungkan empat perspektif pengukuran. Namun, SMART system juga merupakan metode pengukuran kinerja yang banyak dilakukan pengembangan dalam perjalanan penelitian yang ada. Penelitian SMART system dikembangkan oleh Papilo (2011) yang diintegrasikan dengan metode IPMS. Penelitian tersebut menggunakan metode tersebut dikarenakan SMART system memandang suatu kegiatan di operasional merupakan kegiatan penting yang memiliki peran aktif terhadap pencapaian visi dalam melakukan strategi objektif perusahaan. SMART system merupakan metode pengukuran kinerja yang mulai digunakan organisasi untuk mengetahui tingkat pencapaian organisasinya. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) merupakan model pengukuran kinerja yang dibuat oleh Wang Laboratory, Inc., Lowell, yang mampu mengintegrasikan aspek finansial dan non-finansial yang dibutuhkan manajer. Model ini dibuat untuk merespon keberhasilan perusahaan dalam menerapkan just in time, sehingga fokusnya lebih mengarah ke operasional setiap departemen dan fungsi di perusahaan, seperti pada Gambar 1.1. Tanpa adanya

3 3 strategi yang jelaspun, kerangka kerja ini dapat digunakan, akan tetapi akan lebih baik didasarkan atas visi dan strategi perusahaan (Papilo, 2011). Gambar 1.1. Perspektif SMART System (Vanany dan Sugianto, 1997) Perspektif SMART system pada Gambar 1.1 menunjukkan bahwa kegiatan operasional di perusahaan memberikan kontribusi terhadap pencapaian visi perusahaan. Kegiatan operasional tersebut tidak hanya kegiatan produksi yang menghasilkan produk secara nyata, namun juga kegiatan di departemen perawatan yang melakukan kegiatan perawatan mesin produksi. Departemen perawatan tersebut sangat penting keberadaannya terhadap pencapaian strategi objektif karena akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Departemen perawatan bukanlah sebuah departemen yang tidak bermanfaat dan hanya membuang uang saja, namun justru merupakan departemen yang mampu meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan dengan mempertahankan keandalan mesin yang digunakan. Kualitas yang baik pada produk akan meningkatkan profit perusahaan sebagai visi perusahaan pada umumnya. Sampai saat ini, pengukuran kinerja di departemen perawatan masih belum banyak dilakukan. Pengukuran kinerja seringkali dilakukan di bidang jasa dan marketing, sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan pengukuran kinerja di departemen perawatan pada perusahaan consumer goods untuk menentukan indikator kinerja departemen perawatan terhadap pencapaian tujuan

4 4 utama perusahaan dan menentukan indikator kinerja dari departemen perawatan yang berpengaruh besar terhadap pencapaian visi perusahaan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui indikator kinerja apa saja yang terdapat pada departemen perawatan perusahaan consumer goods yang dapat dijadikan sebagai KPI, bagaimana perbandingan model hasil pengolahan Principal Component Analysis (PCA) dengan Partial Least Squares (PLS) dan bagaimana perbandingan hasil model jika terdapat perbedaan pada sistem produksi di perusahaan Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan masalah yang akan dilakukan pada penelitian ini yakni sebagai berikut. a. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan consumer goods yang ditunjuk sebagai studi kasus untuk dapat memfokuskan penelitian yakni perusahaan food and beverage. b. Penelitian dilakukan pada satu departemen perawatan yakni pada SPS 3 di perusahaan. c. Analisis indikator kinerja European Standard dilakukan pada level-level tertentu yang disesuaikan dengan sistem perawatan di perusahaan. d. Model yang dibuat diasumsikan linier tanpa ada trade-off antar-indikator Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Menentukan KPI departemen perawatan di perusahaan yang sesuai untuk mencapai visi dan misi utama. b. Membandingkan model KPI menggunakan PCA dengan PLS pada perusahaan air mineral. c. Membandingkan model KPI departemen perawatan antar-perusahaan berdasarkan sistem perusahaan.

5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui model pengukuran kinerja di departemen perawatan dan dapat digunakan untuk pengukuran pencapaian visi dan misi utama pada berbagai aplikasi perusahaan. Melalui manfaat tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh pada bidang sains dengan dapat menentukan pengukuran kinerja yang tepat untuk departemen perawatan sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengukuran kinerja di seluruh perusahaan.