KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI"

Transkripsi

1 KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang Oleh Ragil Kurnianingrum JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyirah:6-8). Yang membedakan orang sukses dan orang yang gagal adalah bukan karena yang satu memiliki kemampuan dan ide lebih baik, tapi karena dia berani mempertaruhkan ide, menghitung resiko, dan bertindak cepat (Andre Malraux). Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orangorang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. PERSEMBAHAN Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya skripsi ini kupersembahkan kepada: Ayahanda Birun & Ibunda Sri Hartini yang selalu memberi nasihat, doa, dan dukungan serta selalu memberi inspirasi dan semangat. Kakak-kakakku tersayang Muhammad Kurniawan dan Dwi Kurniasari, yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi. Sofiyan Agus S., yang selalu memberikan kasih sayang, doa, motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi. Sahabat GEO ku, Umik, Silvi, Aup, Kak Nike, Sasya, yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi. Almamaterku UNNES. v

6 PRAKATA Segala puji dan syukur senantiasa penulis menghaturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga penulisan skripsi dengan judul Kualitas Perumahan di Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana sains (S1) di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 4. Ariyani Indrayati, S.Si. M.Sc., Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini. 5. Drs. Hariyanto, M.Si., Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan kritik, saran selama proses sidang, dan selaku Ketua Program Studi Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang memungkinkan penulis melakukan penelitian ini. 6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan kritik dan saran selama proses sidang. vi

7 7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama ini. 8. Keluarga Geografi Universitas Negeri Semarang angkatan 2011 terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya. 9. Bapak Ibu dan keluargaku yang memberikan semangat, doa, dan kasih sayangnya untukku. 10. Teman-teman kos Adem Ayem yang selalu memberikan semangat dan motivasi untukku. 11. Semua pihak yang telah membantu dan menyelenggarakan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, 22 Juni 2015 Penulis vii

8 SARI Kurnianingrum, Ragil Kualitas Perumahan di Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosisal Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Ariyani Indrayati, S.Si., M.Sc. Kata kunci: Hubungan, Sosial dan Ekonomi, Kualitas Perumahan. Keterbatasan ekonomi menghambat masyarakat untuk membeli rumah, sehingga untuk masyarakat yang memiliki pendapatan rendah tidak dapat memperoleh dan menikmati perumahan yang layak. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap perwujudan peningkatan kualitas rumah layak huni. Pemahaman pentingnya kualitas perumahan, akan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Mengetahui bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mranggen, 2) Mengukur bagaimana kualitas perumahan di Desa Mranggen, 3) Mengetahui bagaimana hubungan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) di Desa Mranggen. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling diperoleh 20 kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan 80 kepala keluarga di Dusun Salamsari sebagai responden. Teknis analisis data dalam penelitian ini adalah teknis analisis statistik deskriptif, scoring, uji beda melalui uji beda independen, dan analisis crosstab. Hasil penelitian yaitu Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari masingmasing memiliki tingkat pendidikan KK dan tingkat pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik, untuk rumah penduduk kebanyakan berdiri diatas tanah turun temurun, 2) Mayoritas rumah penduduk masuk dalam kriteria baik yaitu terdapat 70% rumah di Dusun Kedungsari dan 72,5% rumah di Dusun Salamsari, 3) Terdapat hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari, sedangkan untuk status kepemilikan tanah di kedua dusun tersebut tidak memiliki hubugan terhadap kualitas prumahan. Simpulan dalam penelitian ini yaitu: 1) Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari masing-masing memiliki tingkat pendidikan kepala keluarga dan tingkat pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik, untuk rumah penduduk kebanyakan berdiri di atas tanah turun temurun, 2) Mayoritas rumah kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari masuk dalam kriteria baik, 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan rumah tangga terhadap kulitas perumahan. Saran dalam penelitian ini adalah: 1) kepala keluarga perlu meningkatkan pendapatan rumah tangga karena dengan pendapatan rumah tangga yang semakin baik akan diikuti oleh peningkatan pada kualitas perumahan, 2) Kepala keluarga selayaknya memperhatikan dan memperbaiki kualitas perumahan mereka agar kualitas perumahan yang lebih baik dapat terwujud. viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN BIMBINGAN... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi SARI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Pnelitian Batasan Istilah... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rumah, Perumahan dan Kualitas Perumahan Rumah Layak Huni Kondisi Sosial dan Ekonomi Hubungan antara Kondisi Sosial dan Ekonomi terhadap Kualitas Perumahan Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia Kajian Penelitian Sebelumnya Kerangka Berfikir ix

10 2.8 Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Variabel Penelitian Rumusan Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Tahapan Penelitian Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Pembahasan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Alami Tabel 2.3 Daftar Kajian Penelitian Sebelumnya Tabel 3.1 Hubungan antar Tujuan, Varuabel, Indikator dan Parameter Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Jumlah Skor Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Persentase Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan di Desa Mranggen Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Mranggen Tabel 4.3 Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Mranggen Tahun Tabel 4.4 Jenis Kelamin Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.5 Umur Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.6 Jumlah Anggota Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.7 Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.9 Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.10 Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.11 Luas Lantai per Orang Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.12 Kekuatan Kerangka Bangunan Rumah di Dusun Kedungsari xi

12 dan Dusun Salamsari Tabel 4.13 Kamar Mandi & Kakus atau WC di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.14 Luas Ventilasi Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.15 Pencahayaan Ruang Tamu Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.16 Pencahayaan Ruang Tidur Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.17 Jenis Lantai Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.18 Jenis Pondasi Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.19 Jenis Atap Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.20 Jenis Dinding Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.21 Lokasi Kandang Ternak di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.22 Sumber Air Minum di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.23 Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.24 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal KK terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari Tabel 4.25 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal KK terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Salamsari Tabel 4.26 Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari Tabel 4.27 Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari xii

13 Tabel 4.28 Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari Tabel 4.29 Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari Tabel 4.30 Hasil Uji Beda Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.31 Hasil Uji Beda Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.32 Hasil Uji Beda Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Tabel 4.33 Hasil Uji Beda Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Mranggen Tahun Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Desa Mranggen Tahun Gambar 4.3 Peta Lokasi Penelitian Gambar 4.4 Kekuatan Kerangka Bangunan dengan Kriteria Baik Gambar 4.5 Kamar Mandi dan Kakus/WC dengan Kriteria Baik Gambar 4.6 Kamar Mandi dan Kakus/WC dengan Kriteria Buruk Gambar 4.7 Luas Ventilasi dengan Kriteria Baik Gambar 4.8 Pencahayaan Ruang Tamu dengan Kriteria Baik Gambar 4.9 Pencahayaan Ruang Tidur dengan Kriteria Baik Gambar 4.10 Rumah dengan Jenis Lantai Keramik Gambar 4.11 Rumah dengan Jenis Lantai Plester Gambar 4.12 Rumah dengan Jenis Lantai Tanah Gambar 4.13 Rumah dengan Atap Genteng Gambar 4.14 Rumah dengan Jenis Dinding Tembok Gambar 4.15 Rumah dengan Jenis Dinding Papan atau Kayu Gambar 4.16 Rumah dengan Jenis Dinding Bambu Gambar 4.17 Peta Sebaran Kualitas Perumahan di Desa Mranggen Tahun xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kisi-kisi Panduan Dokumentasi Variabel Kondisi Sosial dan Ekonomi Lampiran 2. Kisi-kisi Panduan Observasi Variabel Kualitas Perumahan Lampiran 3. Lembar Instrumen Pengumpulan Data Lampiran 4. Lembar Panduan Instrumen Pengumpulan Data Lampiran 5. Daftar Identitas Responden Lampiran 6. Daftar Hasil Penelitian Kondisi Sosial dan Ekonomi serta Kualitas Perumahan Lampiran 7. Descriptive Statistitics Lampiran 8. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Lampiran 9. Uji Beda Lampiran 10. Surat Izin Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah yang sulit dijangkau oleh pemerintah, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh di bawah standar kelayakan, serta mata pencahariaan yang tidak menentu. Masalah kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apapun dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial dan sampai pada saat sekarang ini masih banyak masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang menjadi ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan disuatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan diwilayah tersebut. Kemiskinan merupakan tema utama dalam pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan. Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang sangat mendasar, meliputi sandang, pangan dan papan. Sesuai pasal 28 H Ayat 1 Undang-undang Dasar Tahun 1945 Amandemen II menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik 1

17 2 dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kegiatan. (Perdana, dalam diakses 07 Desember 2014). Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Tengah, di Kabupaten Magelang pada tahun 2013 terdapat sekitar rumah masuk tipe A (kondisi baik), rumah masuk tipe B (kondisi sedang), dan rumah masuk tipe C (kondisi buruk/rumah tidak layak huni). Pemerintah Kabupaten Magelang terus berupaya meningkatkan kualitas perumahan bagi penduduk miskin. Hal ini terlihat dari jumlah rumah yang dipugar setiap tahunnya. Pada tahun 2011 terdapat 11 unit rumah tidak layak huni berhasil dipugar, tahun 2012 terdapat 363 unit, pada tahun 2013 sejumlah 553 unit, kemudian pada tahun 2014, 709 unit rumah tidak layak huni berhasil dipugar. Hal ini menunjukkan program pemugaran rumah tidak layak huni setiap tahunnya mengalami peningkatan. Menurut Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

18 3 Menurut Suhendi dan Syawie (2012), rumah merupakan salah satu jenis kebutuhan jasmani atau kebutuhan yang bersifat material yang memerlukan pemenuhan, karena merupakan salah satu aspek kesejahteraan sosial. Hal ini berarti, bahwa pemenuhan kebutuhan rumah berpengaruh terhadap derajat kesejahteraan masyarakat. Apabila kebutuhan rumah ini tidak dapat terpenuhi, maka masyarakat tersebut akan mengalami gangguan atau hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya. Pemenuhan kebutuhan rumah sebagai kebutuhan jasmani tidak terbatas pada fungsi fisik, yaitu melindungi orang-orang didalamnya dari ancaman dan gangguan yang berasal dari luar rumah, seperti panas, angin, hujan, dan gangguan keamanan. Rumah sesungguhnya memiliki fungsi non fisik, yaitu tempat yang menjamin kelangsungan hidup atau reproduksi, pelembagaan nilai, norma, dan pengembangan pola relasi sosial atau sosialisasi, memberikan rasa damai, nyaman, tentram, dan meningkatkan harkat dan martabat. Rumah juga memiliki nilai strategis dalam kehidupan penghuninya. Berdasarkan hal tersebut, setiap keluarga selalu berupaya untuk memiliki rumah, meskipun secara obyektif belum seluruh keluarga dapat mewujudkan keinginannya. Kenyataanya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah. Perwujudan memiliki rumah yang layak huni tersebut dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Misalnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin memungkinkan seseorang tersebut memperoleh pendapatan yang semakin tinggi. Hal ini akan berdampak pada kepemilikan rumah yang layak huni. Seseorang yang memiliki

19 4 pedapatan tinggi akan lebih mudah untuk mewujudkan rumah yag layak huni, sedangkan untuk masyarakat yang memilki pendapatan rumah tangga rendah untuk memenuhi parsyaratan rumah yang layak huni mereka akan merasa kesulitan. Selain pendapatan, status kepemilikan tanah juga dapat mempengaruhi kondisi rumah suatu masyarakat. Masyarakat yang memiliki tanah dengan status hak milik diasumsikan akan memiliki rumah dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan tanah yang statusnya menyewa atau turun temurun. Tanpa kejelasan tentang status kepemilikan tanah, seseorang atau keluarga akan merasa tidak aman sehingga akan mengurangi minat mereka untuk meningkatkan kualitas rumahnya. Permasalahan perumahan tidak layak huni yang disebabkan oleh kemiskinan ini juga terjadi di Desa Mranggan, Kecamatan Srumbung. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Desa Mranggen merupakan wilayah desa yang berada dalam zona ancaman Gunung Merapi yang meliputi radius 15 km dari kawah. Terdapat 3 desa di Kecamatan Srumbung yang masih berada di bawah garis kemiskinan, diantaranya yaitu Desa Mranggen, Bringin dan Kradinan. Ketiga desa tersebut yang paling rendah tingkat ekonominya yaitu Desa Mranggen, terdiri dari 14 dusun, dusun termiskin yaitu Dusun Kedungsari dan yang paling tinggi tingkat ekonominya yaitu Dusun Salamsari. Dusun Kedungsari terdiri dari 64 kepala keluarga (KK) dan yang memperoleh raskin sejumlah 25 KK, sedangkan untuk Dusun Salamsari terdiri dari 254 KK yang memperoleh

20 5 raskin sejumlah 61 KK. Mayoritas mata pencaharian penduduk di kedua dusun tersebut adalah sebagai penambang pasir (Monografi Desa Mranggen, 2014). Kondisi ini berpengaruh terhadap kualitas perumahan di dusun tersebut. Kemiskinan menjadi hambatan bagi masyarakat untuk memiliki rumah yang layak huni. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk ini menghambat masyarakat untuk membeli rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat memperoleh dan menikmati rumah yang layak. Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga berpengaruh terhadap kualitas perumahan. Kualitas perumahan merupakan bagian dari objek material geografi, yaitu segala sesuatu yang dipelajari kaitannya dengan fenomena geosfer yang terdapat dan terjadi di lapisan antroposfer. Lapisan antroposfer merupakan lapisan yang menitikberatkan kepada manusia serta aktivitasnya di permukaan bumi. Manusia di permukaan bumi memiliki berbagai macam adat dan budayanya, hal ini mengakibatkan interaksi antara masyarakat yang berbeda. Masyarakat memiliki keahlian yang berbeda-beda pula sehingga terjadi saling membutuhkan. Masyarakat juga menempati tempat yang berbeda-beda kondisi alam dan sumberdayanya. Kitannya dengan kualitas perumahan sumberdaya disini adalah manusia sebagai seseorang yang dapat mewujudkan rumah yang layak huni. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Kualitas Perumahan di Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.

21 Rumusan Masalah Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah merupakan salah satu faktor penentu kualitas perumahan. Sehingga akhirnya dapat ditarik beberapa rumusan masalah, diantaranya: 1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mranggen? 2. Bagaimana kualitas perumahan di Desa Mranggen? 3. Bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan menghasilkan beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mranggen. 2. Untuk mengukur bagaimana kualitas perumahan di Desa Mranggen. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menghasilkan beberapa manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti sendiri maupun peneliti lain dalam kajian yang berkaitan dengan

22 7 kualitas perumahan, serta dapat dijadikan sebagai bentuk sumbangsih perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Geografi. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi kepada pemerintah dan dinas terkait di Kabupaten Magelang sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam pengadaan program perumahan yang layak huni bagi warga miskin serta mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya rumah layak huni Batasan Istilah Upaya untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah yang berkaitan dengan judul yang telah ditetapkan. Beberapa istilah yang perlu diberikan batasan adalah sebagai berikut. 1. Hubungan adalah keadaan yang berhubungan atau ada sangkut-pautnya antara satu hal dengan hal yang lain yang mungkin saling mempengaruhi. Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap kualitas perumahan, hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan, dan hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan. 2. Kualitas perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni.

23 8 3. Rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Rumah layak huni dalam penelitian ini adalah rumah yang memiliki kriteria seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 yaitu kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan. Komponennya adalah lantai, pondasi, atap, dinding, lokasi kandang ternak, sumber air minum, luas lantai, kekuatan rangka bangunan, MCK, luas ventilasi, pencahayaan ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur. 4. Kondisi sosial dan ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan pendapatan. Kondisi sosial dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan formal kepala keluarga. Kondisi ekonomi meliputi status kepemilikan tanah dan pendapatan rumah tangga yaitu meliputi pendapatan suami dan istri baik itu pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan yang diperoleh dari hasil bekerja selama 1 bulan.

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek baik secara teoritis maupun empiris. Kajian pustaka ini dimaksudkan untuk menghubungkan penelitian ini dengan literatur-literatur yang ada Pengertian Rumah, Perumahan dan Kualitas Perumahan Pengertian Rumah Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011, rumah tidak hanya berfungsi tempat tinggal dan saran pembinaan keluarga namun juga sebagai cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Jenis-jenis rumah berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian meliputi: 1. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan, 2. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat, 3. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, 9

25 10 4. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus, 5. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri Pengertian Perumahan Berdasarkan Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Permukiman dan Perumahan, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011, perumahan sebagai bagian dari permukiman dan sebagai hasil dari upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Menurut Kemam dalam Rizka (2010), perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.

26 Pengertian Kualitas Perumahan Kualitas perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni. Rumah layak huni merupakan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Rumah layak huni dalam penelitian ini adalah rumah yang memiliki kriteria seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 yaitu kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan. Komponennya adalah lantai, pondasi, atap, dinding, lokasi kandang ternak, sumber air minum, luas lantai, kekuatan rangka bangunan, MCK, luas ventilasi, pencahayaan ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur Rumah Layak Huni Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota mendefinisikan rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria rumah layak huni meliputi:

27 12 Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan 1. Ketentuan Struktur Bawah (Pondasi) a. Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap, yaitu ditempatkan pada tanah keras, dasar pondasi diletakkan lebih dalam dari 45 cm dibawah permukaan tanah, b. Seluruh badan pondasi harus tertanam dalam tanah, c. Pondasi harus dihubungkan dengan balok pondasi atau sloof, baik pada pondasi setempat maupun pondasi menerus, d. Balok pondasi harus diangkerkan pada pondasinya, dengan jarak angker setiap 1,50 m dengan baja tulangan diameter 12 mm, e. Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, untuk mencegah longsor, tebing diberi dinding penahan yang terbuat dari pasangan atau turap bambu maupun kayu. 2. Struktur Tengah Ketentuan struktur tengah: a. Bangunan harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul, dapat terbuat dari kayu, beton bertulang, atau baja, b. Kolom harus diangker pada balok pondasi atau ikatannya diteruskan pada pondasinya, c. Pada bagian akhir atau setiap kolom harus diikat dan disatukan dengan balok keliling atau ring balok dari kayu, beton bertulang atau baja, d. Rangka bangunan (kolom, ring balok, dan sloof) harus memiliki hubungan yang kuat dan kokoh,

28 13 e. Kolom atau tiang kayu harus dilengkapi dengan balok pengkaku untuk menahan gaya lateral gempa, f. Pada rumah panggung antara tiang kayu harus diberi ikatan diagonal. 3. Struktur Atas Ketentuan struktur atas sebagai berikut. a. Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap, b. Rangka kuda-kuda harus diangker pada kedudukan (pada kolom atau ring balok), c. Pada arah memanjang atap harus diperkuat dengan menambah ikatan angin diantara rangka kuda-kuda. 4. Menjamin Kesehatan a. Kecukupan pencahayaan rumah layak huni manimal 50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur, b. Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10% dari luas lantai, c. Penyediaan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban didalam atau luar bangunan rumah dan dilengkapi bangunan bawah septiktank atau dengan sanitasi komunal. 5. Memenuhi kecukupan luas minimum Luas minimal rumah layak huni antara 7,2 m 2 /orang sampai dengan 12 m 2 /orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang serbaguna/ruang tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi.

29 14 Berdasarkan surat edaran Gubernur Provinsi Jawa Tengah tanggal 26 Mei Tahun 2014 kriteria rumah layak huni dan rumah tidak layak huni terdapat 3 kriteria, yaitu kriteria infrastruktur, kriteria lingkungan dan kriteria syarat pendukung. Kriteria-kriteria ini diperoleh dari hasil penggabungan kriteria rumah layak huni dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementrian Sosial, dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, dari ketiga kriteria tersebut terdapat beberapa komponen yaitu: 1. Kriteria infrastruktur a. Lantai, b. Pondasi, c. Atap, d. Dinding, e. Lokasi Kandang Ternak, f. Sumber Air Minum. 2. Kriteria lingkungan Fasilitas buang air besar. 3. Kriteria syarat pendukung Bukti kepemilikan tanah/bangunan. Menurut Sabarrudin (2003), terdapat 3 aspek dalam penentuan standar minimal rumah yaitu meliputi kebutuhan rumah masa, kebutuhan minimal ruang dan kebutuhan minimal kenyamanan bangunan.

30 15 1. Kebutuhan Minimal Masa (Penampilan) Penerapan kebijakan pembangunan rumah sederhana (RS)/rumah sederhana sehat (RSS) saat ini masih menyimpan berbagai macam permasalahan, yang secara garis besar adalah sebagai berikut: a. RS/RSS merupakan rumah jadi yang secara tidak langsung mengekang keleluasaan penghuni memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan jati dirinya, b. Untuk memenuhi kebutuhan pengungkapan jati diri pada tahun kedua sampai ketiga, umumnya pemilik RS/RSS cenderung melakukan perubahan berupa penambahan maupun pembongkaran bangunannya. Akibat investasi yang telah dikeluarkan hilang. Di samping itu perubahan RS/RSS kurang/tidak memperhatikan kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat, c. Penyeragaman dari segi bentuk rumah, terutama pada facade dan bahan bangunan yang digunakan seringkali berbenturan dengan kondisi setempat (lokal). Penyeragaman ini seringkali kurang/tidak memperhatikan potensi bahan bangunan dan kekhasan budaya, sehingga berakibat harga jual menjadi lebih tinggi dan meningkatkan prosentase perubahan atau pembongkaran, mengingat belum terpenuhinya kebutuhan maupun belum sesuai dengan pakem yang dianutnya. Upaya mengantisipasi permasalahan tersebut diatas, diperlukan suatu perencanaan/perancangan RS/RSS, dengan memperhatikan tuntutantuntutan sebagai berikut:

31 16 1) Mampu memberikan keleluasaan pemilik untuk melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhan, tanpa melakukan banyak pembongkaran sehingga dapat ditekan seminimal mungkin kerugian terhadap investasi yang telah dikeluarkan, 2) Mampu mengantisipasi terjadinya pengembangan yang dilakukan penghuni, sehingga pada saat pelaksanaannya dengan biaya murah, mudah dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat, 3) Mampu mewadahi kebutuhan dasar manusia akan tempat tinggal dengan tersedianya ruangan untuk tidur, kamar mandi/kakus dan ruangan serbaguna atau ruang terbuka yang multi fungsi. Pada akhirnya bila seluruh kaidah-kaidah di atas terpenuhi maka akan didapat suatu lingkungan permukiman yang harmonis, antara satu rumah dengan rumah yang lainnya masing-masing memiliki ciri sendiri namun tetap memiliki kesamaan yang mengikat dan memberikan citra atau jati diri dari lingkungan secara keseluruhan. 2. Kebutuhan Minimal Ruang (Luar-Dalam) Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia dalam kegiatannya di rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, kerja, makan, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak didalamnya. Adapun rincian ruang tersebut dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini. Aktivitas tidur 0,80 x 2.00 = 1,60 Aktivitas makan 1,50 x 0,90 = 1,35

32 17 Kerja 1,50 x 0,90 = 1,35 Aktivitas istirahat/duduk 1,50 x 0,90 = 1,35 Aktivitas mandi 0,60 x 1,80 = 1,08 Aktivitas masak 0,60 x 1,80 = 1,08 Aktivitas MCK 0,6 x 1,80 = 1,08 Total kebutuhan ruang per orang = 8,89 m 2 Dibulatkan = 9,00 m 2 (Sabarrudin, 2003:170) Hasil perhitungan aktivitas berdasarkan ergonomi ukuran badan ratarata masyarakat Indonesia maka didapatkan kebutuhan ruang per orang adalah 9 m 2. Perhitungan di atas termasuk ruang gerak dan perabot untuk mendukung aktivitasnya. Rumah sederhana sehat yang akan dihuni harus memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat, berdasarkan perhitungan perencanaan untuk rumah tidak bertingkat memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: a. Kebutuhan luas per jiwa, b. Kebutuhan luas per KK, c. Kebutuhan luas bangunan per kapita KK, d. Kebutuhan luas lahan per unit bangunan.

33 18 Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan Luas (m 2 ) untuk 3 Jiwa Luas (m 2 ) untuk 4 Jiwa Standar per jiwa (m 2 ) Unit Rumah Lahan (L) Unit Rumah Lahan(L) 60% x L 100 % 60 x L 100 % (Ambang) 7,2 21,6/7 36,0 28,8 48 (Indonesia) 9,0 27,0/9 45,0 36,0 60,0 (Internasional) 12,0 36,0/12 60,0 48,0 80,0 Sumber: Sabarrudin, (2003:171) 3. Kebutuhan Minimal Kenyamanan Bangunan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman. a. Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan, 2) Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya, 3) Ruangan kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: 1) Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), 2) Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

34 19 3) Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, 4) Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, 5) Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, 6) Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam sampai dengan jam Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Alami Jenis Ruang fl min. fl min. TUS Keterangan Keluarga 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 fl = faktor langit Kerja 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 TUNDANG- Dapur 0,18d = 0,36 0,05d = 0,10 UNDANG = Titik Tidur 0,20d = 0,40 0,20d = 0,40 Ukur Utama TUS = Titik Ukur Sisi Sumber: Sabarrudin, (2003:173) Berdasarkan nilai faktor langit yang diperoleh, lubang cahaya untuk jendela pada bangunan Rumah Inti Tumbuh dapat digunakan sebagai ruangan keluarga, kerja, tidur, dan dapur. Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara cm dari permukaan lantai ruangan. Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh: 1) Tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan, 2) Bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.

35 20 b. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Penghawaan dapat dilakukan secara alami dan buatan. Cara alami dengan memanfaatkan pergerakan udara atau angin yang disebabkan oleh perbedaan suhu dan tekanan udara alam sekitarnya. Cara buatan adalah mengkondisikan udara dalam ruangan dengan menggunakan tenaga mekanikal-elektrikal atau air conditioning. Persyaratan penghawaan sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun, dan buku Manual of Housing, Planning and Design Criteria. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai ruangan, 2) Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan,

36 21 3) Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/wc. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/wc, maka diperlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, dengan ketentuan sebagai berikut. 1) Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya, 2) Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja. c. Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Pengaturan suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan: 1) Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar, 2) Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak,

37 22 3) Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan. d. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai. Pada bagian-bagian lantai seperti plafond, talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja. 1) Pondasi Secara umum sistim pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton (beban kecil) yang biasa digunakan untuk rumah-rumah sederhana dapat dikelompokkan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung, pondasi setempat, dan pondasi tidak langsung. Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin dan galam. Pondasi dari batu kali atau pas beton tanpa tulangan digunakan untuk rumah tinggal yang dibangun didaerah yang memiliki kondisi tanah kering dengan tegangan tanah σ tnh 0.5 kg/cm 2, sedangkan untuk daerah-daerah yang memiliki kondisi tanah lembek dengan σ tnh 0.5 kg/cm 2 maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tidak langsung yaitu pondasi yang mengandalkan friksi antara tiang dengan tanah. Rumah sederhana biasanya tiang pondasi ini digapit oleh kayu galam

38 23 bentuk penampang bulat berdiameter minimal 8 cm yang disebut dengan kalang, kalang ini berada kurang lebih 30 cm dibawah tanah. Pondasi seperti ini biasa disebut pondasi tiang kaca puri dan selalu digunakan untuk rumah tinggal yang dibangun didaerah pasang surut atau tanah gambut atau disuatu lahan yang memiliki muka air tanah yang dangkal sehingga tanah terlalu basah. Pondasi setempat ini dapat digunakan dengan ketentuan: kolomkolom pemikul beban harus diletakkan pada pusat pondasi, posisi kudakuda harus tepat pada pusat garis kerja pondasi, bentang sloof maksimum 3 (tiga) meter, dan setiap pertemuan dinding harus berada di atas pondasi. 2) Dinding Badan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya adalah batako, papan, dan setengah batako dan setengah papan tergantung pada potensi bahan yang dominan pada daerah di mana rumah ini akan dibangun. Ukuran batako yang digunakan adalah 40 x cm pejal tanpa lubang dengan mutu atau kuat tekan minimum 85 kg/cm 2. Dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas II yang diawetkan, apabila untuk kerangka digunakan kayu balok berukuran 5/10 maka jarak tiang rangka ini dapat diambil 150 cm. Begitu juga untuk papan yang digunakan untuk dinding adalah papan dengan ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah.

39 24 Ring balok dan kolom dibuat dari kayu balok berukuran 5/10, dengan hubungan antara kolom dengan ring balok dilengkapi dengan sekur-sekur dari kayu 5/10 dan panjang sekur maksimum 50 cm. 3) Kerangka bangunan Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang. Untuk rumah dengan setengah tembok menggunakan setengah rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung meskipun rangka dinding menggunakan kayu namun untuk sloof menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu baik rangka bangunan maupun dinding dan pondasinya. Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Menurut Ditjen Cipta Karya syarat yang harus dimiliki rumah sehat adalah: 1. Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang mempengaruhi kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama a) penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b) penyediaan air bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya,

40 25 2. Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan, gempa, dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaanya, dan c) penggunaan bahan tahan api untuk bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu basah, 3. Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a) penyediaan ruang yang sesuai dengan kegiatan penghuni didalamnya, c) penataan ruangan yang cukup baik, d) dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan halaman diatur sesuai kebutuhan, 4. Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh, diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan keluarga. Rumah sebagai tempat tinggal yang layak huni dapat menyediakan kondisi hidup yang layak dan sehat bagi manusia tentunya memiliki komponen rumah yang sesuai dengan syarat umum rumah sehat dan layak huni. Komponen rumah yang dinilai dalam penelitian ini dilihat dari kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan.

41 26 1. Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan Persyaratan keselamatan bangunan dalam penelitian ini diukur berdasarkan kekuatan kerangka bangunan suatu rumah. Bangunan yang baik harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul, dapat terbuat dari kayu, beton bertulang, atau baja serta untuk rangka bangunan (kolom, ring balok, dan sloof) harus memiliki hubungan yang kuat dan kokoh (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008). 2. Menjamin kesehatan a. Pencahayaan Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang didalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan yang cukup baik diperlukan dalam ruang kediaman agar orang dapat leluasa melakukan kegiatan rumah tangga yang lazim tanpa merusak kesehatan mata. Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan dan sekaligus produktivitas seseorang (Kasjono, 2011:24). Kecukupan pencahayaan rumah layak huni manimal 50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008). 1) Pencahayaan alam Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian

42 27 bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. 2) Pencahayaan buatan Cahaya buatan yang baik tidak akan menganggu atau menurunkan produktivitas kerja. Malah dengan cahaya buatan yang baik dan disaring dari kesilauan dapat mempertinggi produktivitas kerja dibandingkan dengan apabila bekerja pada cahaya siang alamiah. Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena kuat penerangan yang relatif rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan penggunaan lampu pijar. Namun demikian bila ingin mempergunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang berwarna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon (dalam Kusumawati, 2014). b. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi

43 28 sebagai ventilasi (sabarrudin, 2003). Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10% dari luas lantai (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008). 3. Mencukupi kecukupan luas minimum Kecukupan luas minimum dalam penelitian ini diukur dari luas lantai per orang. Luas lantai per orang merupakan kebutuhan ruang per orang yang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia dalam kegiatannya dirumah. Luas minimal rumah layak huni antara 7,2 m 2 /orang sampai dengan 12 m 2 /orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang serbaguna/ruang tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008). 4. Kriteria infrastruktur a. Atap Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang yang mendiami dibawahnya terlindung dari terik matahari, hujan, dan sebagainya (BPS, 2011:6). Atap berfungsi untuk menahan panas dan debu dari luar. Kemiringan atap tergantung dari jenis penutup atap yang dipakai, yang penting harus dapat mengalirkan air hujan dengan baik. Penutup atap dapat dibuat dari genteng, asbes atau seng, rumbia dan sebagainya. Pemeliharaan berkala perlu dilakukan dengan pembersihan dan segera diperbaiki apabila terjadi kebocoran (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014).

44 29 b. Dinding Dinding adalah sisi luar atau batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik lain. Dinding rumah berfungsi untuk menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus pandang, bahan dibuat dari bambu, papan, tembok (Surat edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei 2014). Dinding berfungsi sebagai pembatas ruang kegiatan agar kegiatan dapat dilakukan dengan aman dan terlindung. Dinding dapat juga berfungsi sebagai penahan beban merata dari atap, untuk selanjutnya diteruskan ke pondasi. Bahan dinding yang digunakan harus dapat menjamin kekuatan dan keawetannya (Dirjen Cipta Karya, 1994:32). c. Jenis Lantai Secara umum lantai hendaknya dibuat dengan permukaan kering, datar dan mudah untuk dibersihkan. Bahan penutup lantai adalah yang tidak menimbulkan kelembaban dan mudah dibersihkan. Jenis lantai di dalam surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 ada 3 macam yaitu tanah, plester dan keramik. d. Jenis pondasi Pondasi merupakan struktur terbawah dari pembuatan sebuah bangunan, pengertian pondasi sendiri adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai tempat bangunan (yang akan dibangun) dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential

45 30 settlement pada sistem strukturnya. Dalam penelitian ini jenis pondasi di bagi menjadi 3 jenis yaitu umpak/kayu, bata dan batu (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014). e. Lokasi kandang ternak Lokasi kandang ternak yang baik yaitu kandang ternak yang berada jauh dari lokasi rumah yaitu berjarak >5 m (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014). f. Sumber air minum Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air minum dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu dari belik, sumur gali dan artetis (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014). g. Sarana Sanitasi Sarana sanitasi yang dimaksud meliputi sarana sanitasi, mandi, cuci, kakus (MCK). Penilaian MCK yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyediaan 1 (satu) kamar mandi dan jamban didalam atau luar bangunan rumah (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014).

46 Kondisi Sosial dan Ekonomi Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:958), kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Berdasarkan konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Berbeda dengan istilah ekonomi, yang berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI, 1996:251). Berdasarkan pengertian di atas dapat tarik kesimpulan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Masalah sosial ekonomi merupakan masalah yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat, kondisi sosial ekonomi berarti keadaan yang berkaitan dengan masyarakat. Kondisi ini selalu mengalami perubahan melalui proses sosial dan interaksi sosial, interaksi sosial berarti proses hubungan dan saling mempengaruhi yang terjadi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Menurut Soehandono (2000:20), kondisi sosial ekonomi meliputi: 1. Kondisi rumah dan kepemilikan perabotan keluarga yang mempunyai kondisi rumah yang bagus dan kepemilikan barang-barang perabot yang banyak

47 32 jumlahnya dan lengkap dapat diketahui kondisi sosial ekonominya melalui: 1) luas lantai yang dihuni, 2) jenis dinding rumah, 3) jenis atap rumah, 4) jenis lantai, 5) fasilitas MCK atau WC, 6) fasilitas air bersih, 7) kepemilikan fasilitas duduk/meja kursi, 2. Kegiatan ekonomi dan penghasilan kegiatan ekonomi dan penghasilan dalam keluarga dapat diukur kondisi sosial ekonomi dengan indikator sebagai berikut: 1) jumlah anggota rumah tangga yang bekerja, 2) status pekerjaan dari yang paling menunjang, 3) jenis pekerjaan yang paling menunjang, 4) yang memiliki penghasilan terbesar yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, 5) kepemilikan aset, 6) jumlah penghasilan perbulan, 7) ketergantungan terhadap pemberian atau kiriman, 8) mengalami kesulitan makan apabila anggota rumah tangga yang menunjang kehidupan sehari-hari tidak bekerja selama satu minggu, 9) jumlah anggota rumah tangga perempuan usia 15 tahun yang mencari pekerjaan, 3. Pangan merupakan suatu penentuan kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial ekonomi dapat dilihat melalui kondisi pangan yang terdiri dari: 1) frekuensi makan dalam hari, 2) variasi konsumsi lauk pauk, 3) mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan makan dalam tiga bulan yang lalu, 4. Sandang merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, indikator sosial ekonomi dapat diketahui dari kebutuhan sandang, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan sandang meliputi: 1) kepemilikan 2 setel pakaian untuk berpergian, 2) setiap anggota rumah tangga mampu membeli satu setel pakaian dalam setahun, 3) dalam setahun lalu pernah mengalami kesulitan memenuhi

48 33 kebutuhan pakaian, 4) kebiasaan berobat jika ada anggota rumah tangga yang sakit, 5) pernah mengalami kesulitan dalam berobat jalan, 6) kepemilikan tabungan dalam bentuk uang atau barang, 5. Aktivitas sosial yaitu kondisi sosial ekonomi dapat diketahui melalui aktivitas sosial yang dilakukan seseorang dalam keluarga, meliputi: 1) menjadi atau pernah menjadi anggota atau pengurus uaha kelompok, 2) kehadiran dalam rapat RT atau desa dalam kaitan pembangunan desa (Soehandono, 2000:11-12). Kondisi disini meliputi kondisi sosial dan kondisi ekonomi. Kondisi sosial antara lain yaitu: tempat lahir, umur, agama, status perkawinan, jumlah anak, pendidikan, kegiatan sosial, perilaku anggota keluarga dan kondisi kesehatan keluarga. Kondisi ekonomi meliputi: mata pencaharian, pendapatan, keadaan rumah, kondisi sarana yang ada di perumahan (keterjangkauan tempat kerja, jalan utama, pasar, tempat sekolah anak-anak, rumah sakit, tempat ibadah dan keadaan jalan). Pada landasan teori tidak semua kondisi dijelaskan hanya beberapa kondisi yang dianggap perlu untuk diketahui secara mendetail Kondisi Sosial Kondisi sosial dalam penelitian ini meliputi: 1. Tingkat Pendidikan Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan cara hidup dibalik kehidupan. Dengan pemahaman tersebut, manusia dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana 2011:2 dalam Purwitasari).

49 34 Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya pendidikan sekolah terdiri atas: a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi ini diselenggarakan dengan sistem terbuka.

50 35 Pendidikan merupakan faktor yang penting, terutama berkaitan dengan kehidupan keluarga, yang berkaitan dengan fungsi. Peranan pendidikan dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut: a. Mengadakan transmisi kebudayaan ke generasi berikutnya, b. Mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, c. Mengadakan promosi mobilitas sosial ke tingkat yang lebih tinggi, d. Mengadakan sertifikasi, e. Mengadakan latihan kerja, f. Menciptakan hubungan sosial secara timbal balik, g. Membangun jiwa nasional, h. Menjaga atau memelihara anak-anak (Murdiyastuti, 1993:5 dalam Habibah, 2008). Pada umumnya, tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang diperoleh, di samping masa kerja dan potensi yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi peluang kerja serta semakin tinggi pendapatan dan status sosialnya. 2. Jumlah Anggota Keluarga Keluarga adalah satu kumpulan manusia yang dihubungkan melalui pertalian darah, perkawinan atau pengambilan anak angkat. Jumlah keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang ada di rumah atau tempat tinggal yang didiami. Jumlah anggota keluarga adalah benyaknya orang yang basanya bertempat tinggal disuatu rumah tangga, baik yang berada di rumah waktu

51 36 pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah berpergian selama 6 bulan atau lebih dan anggota keluarga yang berpergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota keluarga Kondisi Ekonomi Kondisi ekonomi dalam penelitian ini kondisi ekonomi meliputi: 1. Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni, 1987: 89). 2. Pendapatan Keluarga Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pencaharian atau perolehan usaha sesuatu yang dapat didapatkan yang sedianya belum ada (Purwodarminto, 1976:228). Pendapatan keluarga adalah besarnya pendapatan atau penghasilan keluarga yang diterima suami, istri, dan anak (bila ada) baik pendapatan pokok maupun pendapatan tambahan yang diukur dari rata-rata rupiah pendapatan setiap bulan (dalam Widiyastuti, 2000:17). 3. Status kepemilikan tanah Status kepemilikan tanah dalam penelitian ini menunjukkan hak-hak seseorang yang berkaitan dengan tanah, yaitu hak untuk menempati, menggunakan, untuk mengembangkan, mewarisi, dan untuk menntransfer

52 37 kepemilikan tanah. Status kepemilikan tanah dikelompokkan menjadi 3, yaitu sewa, turun temurun dan hak milik. Status kepemilikan tanah sewa diartikan sebagai tanah yang dibebankan biaya sewa yang harus dibayar atas penggunaan suatu tanah. Turun temurun artinya tanah diperoleh dari warisan keluarga, dan tanahnya belum hak milik. Status tanah hak milik merupakan tanah yang diperoleh dari hasil membeli sendiri atau merupakan warisan keluarga dan sudah menjadi hak milik Hubungan antara Kondisi Sosial dan Ekonomi terhadap Kualitas Perumahan Hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi dalam penelitian ini meliputi hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap pendapatan rumah tangga, hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan, dan hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan Hubungan antara Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga terhadap Pendapatan Rumah Tangga Tingkat pendidikan dalam penelitian ini diasumsikan memiliki hubungan terhadap pendapatan rumah tangga karena sesuai dengan yang dijelaskan Sagir (1989) dalam Tarigan (2006), bahwa sumber daya manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan yang akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat, sehingga menjamin pula pendapatan yang cukup dan kesejahteraan hidupnya yang semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan

53 38 yang tinggi memungkinkan seseorang memiliki peluang untuk dapat menduduki jenjang atau jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi, sekaligus memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan pendapatan seseorang. Artinya secara rata-rata semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin memungkinkan orang tersebut untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Pendidikan memang sangat diperlukan dan sangat berguna bagi anggota masyarakat. Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan utuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik akan tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang terkait dengan dengan kehidupan seharihari. Maryadi (1999), juga menjelaskan dengan bermodalkan wawasan yang luas diharapkan dapat meningkatkan keperdulian terhadap pembangunan yang akhirnya akan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan. Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia. Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah mengubah atau menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.

54 39 Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan hakhak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan Pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini diasumsikan memiliki hubungan terhadap kualitas perumahan, sesuai dengan Kurniasih (2007) dalam Mayasari, menjelaskan terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli atau membangun rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat memperoleh dan menikmati yang perumahan yang layak.

55 40 Selain itu menurut Turner (1971: ) dalam Panudju (1999), yang merujuk pada teori Maslow, terdapat kaitan antara kondisi ekonomi seseorang dengan skala prioritas kebutuhan hidup dan prioritas kebutuhan perumahan. Faktor yang dibutuhkan dalam memenuhi standar rumah yang layak huni adalah dana yang sesuai. Hal itu menjadi kebutuhan awal setelah pengetahuan yang mereka peroleh dari suatu pendidikan akan informasi tentang rumah layak huni. Banyak orang atau keluarga berusaha memenuhi pembangunan rumah layak huni agar kehidupan mereka lebih layak meskipun masih sederhana. Usaha pembangunan yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya dana untuk memenuhi pembangunan fasilitas tersebut. Kondisi yang masih belum lengkap ini memberikan penilaian bahwa masih ada kekurangan dalam pemenuhan rumah layak huni meskipun pada dasarnya mereka sudah mengusahakannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah yaitu tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang murah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan Status kepemilikan tanah dalam penelitian ini diasumsikan memiliki hubungan terhadap kualitas perumahan, sesuai dengan penelitian Atmaja (2004), yang menunjukkan bahwa status tanah mempunyai hubungan sedang dan positif.

56 41 Apabila terjadi peningkatan status tanah maka kondisi fisik rumah akan meningkat pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Panudju (1999:10), tanpa jaminan adanya kejelasan tentang status pemilikan rumah dan lahannya, seseorang atau sebuah keluarga akan selalu tidak merasa aman sehingga mengurangi minat mereka untuk memperluas, memelihara atau meningkatkan kualitas rumahnya dengan baik. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa dengan tanah yang statusnya hak milik dapat menjadi penunjang bagi seseorang atau keluarga untuk memiliki perumahan yang baik sehingga mereka akan mengupayakan pembangunan rumah yang sehat dan layak huni. Tanah merupakan suatu yang amat penting dalam kehidupan manusia baik dilihat dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Manusia dalam kehidupannya selalu berhubugan dengan tanah, bahkan setelah manusia meninggal dunia sekalipun masih berkaitan dengan tanah. Segala aktivitas keseharian manusia pada umumnya dan sebagian terbesar dilakukan di atas tanah. Dilihat dari segi ekonomis, tanah mempunyai nilai ekonomis tinggi baik sebagai kebutuhan rumah tangga, tempat usaha, bahkan sudah menjadi komuditi investasi yang menggiurkan, dengan nilai jual semakin hari semakin tinggi. Tanah memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga memiliki kecenderungan menjadi objek sengketa. Banyak permasalahan yang timbul menyangkut dengan tanah terutama mengenai hak atas tanah. Permasalahan ini dapat menimbulkan gangguan bagi ketertiban umum, sebab tanah sudah dianggap sebagai harta yang sangat penting terkait dengan hajat hidup. Tanah sering memunculkan permasalahan dalam kedamaian dan sering pula menimbulkan goncangan dalam masyarakat, bahkan juga menjadi

57 42 penghambat dalam pelaksanaan pembangunan. Kaitannya dengan pembangunan status kepemilikan tanah dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap kualitas perumahan Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, selain itu rumah juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sehingga perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan permukiman tidak hanya dilihat sebagai sarana kebutuhan kehidupan sematamata, tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya, dan menampakkan jati diri. Pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia masih dihadapkan pada tiga permasalahan pokok yaitu keterbatasan penyediaan rumah, meningkatnya jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum yang memadai, serta permukiman kumuh yang semakin meluas. Berdasarkan Renstra Kemenpera tahun , permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah: 1. Keterbatasan penyediaan rumah Pesatnya pertumbuhan penduduk dan rumah tangga menyebabkan kebutuhan akan perumahan baru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, dari sisi penyediaan, jumlah rumah yang terbangun belum mampu memenuhi pertumbuhan itu sendiri. Sepanjang tahun ,

58 43 menunjukkan masih terdapat selisih antara jumlah rumah dan kebutuhan akan rumah (backlog) sebesar 7,4 juta unit (Nugraheni, 2012 dalam Suhendi dan Syawie, diakses 07 Desember 2014). Kondisi tersebut masih ditambah dengan adanya 7,9 juta unit rumah yang tidak dapat dihuni. Jumlah permukiman tidak layak huni tersebut sampai tahun 2014 tercatat sekitar 54 ribu hektar ( diakses 18 Desember 2014). 2. Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum yang memadai. Pada tahun jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah tidak layak huni meningkat sebesar 0,13%, yaitu dari rumlah rumah tangga meningkat menjadi ( diakses pada 18 Desember 2014). 3. Permukiman kumuh yang semakin meluas Tekanan kebutuhan pembangunan perumahan telah bergeser ke wilayah perkotaan sebagai dampak dari urbanisasi. Jumlah penduduk perkotaan sudah mencapai lebih dari 50% dari total penduduk nasional dengan konsentrasi pertumbuhan di kota-kota besar dan metropolitan. Luas lahan perkotaan yang terbatas tidak mampu menampung desakan pertumbuhan penduduk dan pada akhirnya kerap memunculkan permukiman yang tidak teratur, kumuh, dan tidak layak huni. Penanganan permukiman kumuh yang belum holistik menyebabkan kondisi kekumuhan tidak dapat diatasi bahkan cenderung

59 44 mengalami peningkatan luas. Jumlah rumah tangga kumuh pada tahun meningkat sebanyak 0,12% ( diakses pada 18 Desember 2014). Permasalahan pokok dalam pembangunan perumahan dan permukiman disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut (Riska, 2010): a. Regulasi dan kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung terciptanya iklim yang kondusif dalam pembangunan perumahan dan permukiman, b. Keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan menengah-bawah terhadap lahan, c. Lemahnya kepastian bermukim (secure tenure), d. Belum tersedia dana murah jangka panjang untuk meningkatkan akses dan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah-bawah, e. Belum efisien pasar primer dan belum berkembang pasar sekunder perumahan, f. Belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, g. Belum optimal pemanfaatan sumber daya perumahan dan permukiman Kajian Penelitian Sebelumnya Peneliti menambahkan penelitian terdahulu sebagai pembanding, yang dilihat mulai dari judul penelitian, tujuan, variabel, metode, dan hasil penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperluas kajian pustaka. Berikut uraian terkait dengan penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 2.3.

60 Tabel 2.3 Daftar Kajian Penelitian Sebelumnya No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil 1 Aji M Darda Karakteristik Permukiman Di Wilayah Pinggiran Kota Jakarta Tahun dalam skripsi. 1. Untuk mengetahui karakteristik dan pola-pola permukiman di Kecamatan Ciputat yang mengalami gejala densifikasi. Permukiman teratur, permukiman tidak teratur, jaringan jalan, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, perguruan tinggi, harga tanah. Metode analisis spasial 1. Perkembangan yang terjadi bersifat menyebar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Permukiman teratur lebih terkonsentrasi di wilayah yang jauh dari DKI Jakarta dan tidak terlalu dipengaruhi leh akses tetapi oleh harga tanah yang sangat rendah. Sedangkan pada permukiman tidak teratur lebih terkonsentrasi di wilayah yang dekat dengan DKI Jakarta dan tidak dipengaruhi oleh harga tanah melainkan dekat dengan akses yang mendekati DKI Jakarta dan juga fasilitas pendidikan seperti kampus. 2 Jajang Atmaja Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Kondisi Bangunan Rumah Tidak Sehat di 1. Untuk mengetahui kondisi fisik rumah tidak sehat dan keadaan sosial ekonomi masyarakat Kondisi fisik bangunan rumah sehat dan kondisi sosial ekonomi yang meliputi jenis Distribusi frekuensi, analisis regresi berganda 1. Sub variabel luas lantai, luas ventilasi dan jendela, penyinaran matahari, kenyamanan udara serta jenis pondasi yang dipakai belum sesuai dengan standar minimal rumah sehat. 2. Untuk faktor sosial ekonomi pada lokasi penelitian yaitu 45

61 3 Margareth Mayasari Kecamatan Lubuk Alung dalam jurnal. Kualitas Permukiman Di Kecamatan 2. Mengetahui hubungan kondisi fisik rumah tidak sehat dengan faktor-faktor sosial ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruh i kondisi fisik rumah tidak sehat 3. Mengetahui langkahlangkah apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kondisi fisik rumah tidak sehat. 1. Untuk mengetahui karakteristik rumah tangga. pekerjaan kepala rumah tangga, jumlah anggota keluarga, lama tinggal, status tanah, pengetahuan, pendapatan, pendidikan. Aspek sosial ekonomi meliputi pendidikan Skoring, analisis statistik deskritif, analisis pekerja sebagai buruh 69,6%, lama tinggal < 20 tahun 57,3%, status tanah 68,2% menyewa, pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat masih minim hanya 48% yang mengetahui persyaratn rumah sehat, pendapatan masyarakat >Rp ,8%, pendidikan tamatan SD sebanyak 51,7%, SLTP 9%, SLTA 10,1 dan tidak bersekolah 29%. 3. Faktor yang paling mempengaruhi kondisi fisik rumah adalah pengetahuan masyarakat tentang persyaratan kondisi fisik rumah sehat. Langkah yang dapat dilakukan adalah usaha peningkatan kondisi fisik rumah dengan memanfaatkan program KIM- PRASWIL melalui penyaluran bantuan bergulir dalam bentuk pinjaman komponen bahan bangunan. 1. Terdapat perbedaan kualitas permukiman di daerah penelitian antara permukiman di bantaran sungai dan bukan di bantaran 46

62 4 Yois Nelsari Malau Pasarkliwon Kota Surakarta dalam jurnal Analisis Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kawasan Kumuh Di 2. Untuk mengetahui kualitas permukiman di bantaran sungai Bengawan Solo dan bukan bantaran sungai Bengawan Solo. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh tehadap kualitas permukiman. 1. Mengetahui tingkat kekumuhan kawasan Teluk Nibung, 2. Mengetahui kondisi sosial anggota keluarga, pendapatan seluruh keluarga, jenis pekerjaan dan kualitas permukiman meliputi kondisi fisk permukiman, kondisi lingkungan permukiman. Kepadatan hunian, kualitas bangunan, kualitas sarana prasarana kuantitatif denagan tabel silang, chi kuadrat, koefisien kontingensi dan analisis kualitatif Statistik nonparametrik dengan uji kesepakatan W. Kendal, uji regresi berganda sungai dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Lingkungan yang berada di bukan bantaran sungai lebih baik dari pada lingkungan yang berada di bantaran sungai. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas permukiman dengan pendapatan rumah tangga, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi kualitas permukiman. 3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman adalah pendapatan rumah tangga. 1. Tingkat kekumuhan kawasan Teluk Nibung dilihat dari aspek kepadatan hunian sangat tinggi yaitu sebesar 39,8% dengan hunian 5-7 orang dalam satu rumah dengan kualitas bangunan rendah. 47

63 Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai dalam jurnal. ekonom (pendapatan, pekerjaan dan pendidikan) 3. Mengetahui distribusi pendapatan masyarakat, mengetahui pengaruh sosial ekonomi terhadap keumuhan awasan Teluk Nibung. dasar, kondisi sosial ekonomi (penapatan, pekerjaan dan pendidikan). 2. Kehidupan sosial ekonomi msyarakat dilihat dari aspek tingkat pendapatan tergolong rendah, 54,1% mempunyai pendapatan pada kisaran Rp Rp Jenis pekerjaan 34,7% buruh dan 42,9% berpendidikan SD. 3. Variabel kondisi rumah dan prasarana lingkungan berkorelasi Kendal s dalam menentukan tingkat kekumuhan kawasan Teluk Nibung. 4. Tingkat ketimpangan pendapatan di kawasan Teluk Nibung sangat rendah, dimana 40% responden hanya menerima 30,8% dari seluruh total pendapatan dan 60% responden menerima sekitar 69,2%. 5. Faktor sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan) berpengaruh terhadap kepadatan hunian dan kualitas bangunan di kawasan Teluk Nibung. Sedangkan terhadap kualitas prasarana lingkungan dasar, variabel yang 48

64 5 Indah Dwi Kusumawati Hubungan Antara Pengtahuan Rumah Sehat dan Status Sosial Ekonomi dengan Kualitas Rumah Tinggal Penduduk di Desa Rowolaku Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan dalam skripsi. Untuk mengetahui pengetahuan rumah sehat, status sosial ekonomi, dan kualitas rumah tinggal penduduk di Desa Rowolaku. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan rumah sehat dengan kualitas rumah tinggal penduduk di Desa Rowolaku. Untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi dengan kualitas rumah tinggal Pengetahuan rumah sehat, status sosial ekonomi, Kualitas rumah tinggal Deskriptif persentase, korelasi ganda berpengaruh adalah pendapatan dan pendidikan. Pengetahuan rumah sehat penduduk Desa Rowolaku menunjukkan nilai rata-rata 63% termasuk pada kategori tinggi. Status sosial ekonomi penduduk Desa Rowolaku menunjukkan nilai rata-rata 51% termasuk dalam kriteria rendah. Kualitas rumah tinggal penduduk Desa Rowolaku menunjukkan nilai rata-rata 61% termasuk kriteria kurang baik. Uji korelasi sederhana antara pengetahuan rumah sehat dengan kualitas rumah tinggal menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut dengan r hitung sebesar 0,582. Uji korelasi sederhana antara status sosial ekonomi dengan kualitas rumah tinggal menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut dengan r hitung sebesar 0,609. Uji korelasi ganda antara pengetahuan rumah sehat dan status sosial ekonomi dengan kualitas 49

65 6 Ragil Kurnianingrum Kualitas Perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. penduduk di Desa Rowolaku. 1. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mranggen 2. Untuk mengetahui kualitas perumahan di Desa Mranggen. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan kualitas Kondisi Sosial dan Ekonomi (Tingkat pendidikan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga dan status kepemilikan tanah), kualitas perumahan. Deskriptif persentase, analisis crosstab, dan uji beda rumah tinggal diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan rumah sehat dan status sosial ekonomi dengan kualitas rumah tinggal, perhitungan menunjukkan r hitung sebesar 0, Kondisi sosial dan ekonomi responden di Dusun Kedungsari terkait dengan tingkat pendidikan KK rata-rata adalah tamatan SMP, sedangkan di Dusun Salamsari rata-rata pendidikan terakhir KK adalah tamatan SMA. Untuk Pendapatan RT rata-rata di kedua dusun tersebut berada pada kisaran >Rp yaitu berada pada kriteria baik. Sedangkan untuk status kepemilikan tanahnya rata-rata adalah turun temurun. 2. Kualitas perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari rata-rata masuk kedalam kriteria baik. 3. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan KK dan pendapatan RT dengan kualitas 50

66 perumahan di Desa Mranggen. perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. Sedangkan untuk status kepemilikan tanah tidak memiliki hubungan dengan kualitas perumahan. 51

67 Kerangka Berfikir Kualitas perumahan dalam penelitian ini merupakan kondisi perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni. Kualitas perumahan diasumsikan mempunyai hubungan dengan kondisi sosial dan ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, dan status kepemilikan tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian Atmaja (2004), dalam penelitiannya status tanah, pendidikan, dan pendapatan mempunyai hubungan terhadap kondisi fisik rumah. Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan cara hidup dibalik kehidupan. Pemahaman tersebut menjadikan manusia dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana, 2011:2) dalam Purwitasari (2013). Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan kesadaran dalam menghadapi suatu masalah, dalam penelitian ini permasalahan tentang kualitas perumahan diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan baik akan diikuti oleh kualitas perumahan yang baik, dan sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang buruk maka kualitas perumahannya juga buruk. Menurut Kurniasih (2007) dalam Mayasari (2012), dijelaskan terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli atau membangun rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat memperoleh dan menikmati perumahan yang layak. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini diasumsikan jika seseorang memiliki pendapatan rumah tangga baik maka kualitas perumahannya juga akan baik, dan sebaliknya jika seseorang memiliki

68 53 pendapatan rumah tangga yang buruk maka akan diikuti oleh kualitas perumahan yang buruk. Selanjutnya dalam Panudju (1999:10) dijelaskan bahwa tanpa jaminan adanya kejelasan tentang status pemilikan rumah dan lahannya, seseorang atau sebuah keluarga akan selalu tidak merasa aman sehingga mengurangi minat mereka untuk memperluas, memelihara atau meningkatkan kualitas rumahnya dengan baik. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan tanah yang statusnya hak milik dapat menjadi penunjang bagi seseorang atau keluarga untuk memiliki perumahan yang baik namun dengan tanah yang statusnya bukan hak milik dapat menjadi penghambat seseorang atau keluarga untuk memiliki perumahan yang baik. Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian pendahuluan yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, dan status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan pada penduduk. Selanjutnya, temuan tersebut akan diuji apakah terdapat pola pikir dan hal yang sama untuk studi kualitas perumahan di Desa Mranggen. Berdasarkan uraian tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

69 54 Kondisi Sosial Kualitas Perumahan Kondisi Ekonomi Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Hubungan antara pendidikan kepala keluarga terhadap pendapatan rumah tangga Pendapatan RT dan Status Kepemilikan Tanah Pindidikan kepala keluarga baik akan diikuti pendapatan rumah tangga yang baik pula Pindidikan kepala keluarga rendah akan diikuti pendapatan rumah tangga yang rendah pula Hubungan antara pendapatan rumah tangga, status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan Pendapatan rumah tangga, dan status kepemilikan tanah dengan kriteria baik Pendapatan rumah tangga, dan status kepemilikan tanah dengan kriteria buruk Kualitas perumahan dengan kriteria baik Kualitas perumahan dengan kriteria buruk Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

70 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013:64). Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu digunakan untuk menjawab rumusan masalah ke-3 yaitu, bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kualitas perumahann di Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Berdasarkan paparan teoritis sebagaimana uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Hipotesis Asosiatif Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013:69). a. Tingkat pendidikan kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Ha = Adanya hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

71 56 b. Pendapatan rumah tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari Ha = Adanya hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Ho = Tidak ada hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. c. Status kepemilikan tanah di Dusun Kedungsari dna Dusun Salamsari Ha = Adanya hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Ho = Tidak ada hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. 2. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2013:68). Berikut hipotesis perbedaan kualitas perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. Ha = Kualitas perumahan antara Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari adalah sama.

72 57 Ho = Kualitas perumahan antara Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari adalah berbeda.

73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Objek Penelitian Kecamatan Srumbung terdiri dari 17 desa, masing-masing desa mempunyai kondisi ekonomi yang berbeda-beda. Terdapat 3 desa yang masih berada dibawah garis kemiskinan yaitu Desa Mranggen, Bringin, dan Kradenan, namun desa dengan kondisi ekonomi paling rendah yaitu Desa Mranggen. Desa Mranggen terdiri dari 14 dusun dengan tingkat ekonomi terendah berada di Dusun Kedungsari dan tertinggi berada di Dusun Salamsari (Monografi Desa Mranggen, 2014). Berdasarkan pertimbangan tersebut penelitian ini dilakukan di 2 dusun di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung, yaitu Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. Objek dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat yang meliputi pendidikan kepala keluarga, status kepemilikan tanah, pendapatan rumah tangga, dan kualitas perumahan Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi, Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepala keluarga yang mempunyai rumah dan berdomisili di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. Masing- 58

74 59 masing mempunyai jumlah kepala keluarga sebanyak 64 untuk Dusun Kedungsari dan 254 kepala keluarga di Dusun Salamsari. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakeristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2013:81). Sampel dalam penelitian ini yaitu 20 kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan 80 kepala keluarga di Dusun Salamsari. Sampel diperoleh dengan cara: n Kedungsari = 100 = 100 = 20,12 dibulatkan 20 kepala keluarga n Salamsari = 100 = 100 = 79,87 dibulatkan 80 kepala keluarga (Arikunto, 2013) Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan penentuan anggota sampel secara Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai anggota atau unsur yang homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono 2013:82) Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:38). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

75 Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono 2013:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan formal kepala keluarga, pendapatan rumah tangga dan status kepemilikan tanah. Kondisi sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Berdasarkan penelitian Atmaja (2004), dijelaskan bahwa hubungan antara kondisi fisik rumah dengan jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, status tanah, pendidikan, pendapatan, lama tinggal, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan hubungannya kurang berarti. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dengan kondisi fisik rumah tidak sehat yang mempunyai hubungan kuat dan positif. Sedangkan dalam penelitian ini kondisi sosial dan ekonomi dibatasi pada aspek: 1. Pendidikan formal kepala keluarga. Menurut Sagir (1989) dalam Tarigan (2006), bahwa sumber daya manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan yang akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat, sehingga menjamin pula pendapatan yang cukup dan kesejahteraan hidupnya yang semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi memungkinkan seseorang memiliki peluang untuk

76 61 dapat menduduki jenjang atau jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi, sekaligus memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. 2. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan suami dan istri baik itu pendapatan pokok maupun sampingan yang diperoleh dari hasil bekerja selama 1 (satu) bulan. Singarimbun (1995) dalam Atmaja (2004), menyatakan bahwa pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi seseorang atau rumah tangga. Kurniasih (2007) dalam Mayasari, menjelaskan terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli atau membangun rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat memperoleh dan menikmati perumahan yang layak, 3. Status kepemilikan tanah. Sesuai dengan penelitian (Atmaja, 2004) status tanah mempunyai hubungan sedang dan positif. Apabila terjadi peningkatan status tanah maka kondisi fisik rumah akan meningkat pula, Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2013:39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas perumahan. Kualitas perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah layak huni. Rumah layak huni adalah rumah yang mempunyai kriteria seperti yang tercantum dalam surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 yaitu kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan.

77 62 Komponennya adalah lantai, pondasi, atap, dinding, lokasi kandang, sumber air minum, luas lantai, kekuatan rangka bangunan, MCK, ventilasi, pencahayaan ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur Rumusan Instrumen Penelitian Sebelum membuat instrumen terlebih dahulu dirumuskan hubungan antar tujuan, variabel, indikator dan parameter. Hubungan tersebut dijelaskan dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Hubungan antar Tujuan, Variabel, Indikator dan Parameter Tujuan Variabel Indikator Parameter Mengetahui Kondisi sosial Tingkat pendidikan, Wawancara kondisi sosial dan ekonomi pendapatan rumah tangga, dan ekonomi dan status kepemilikan masyarakat tanah. Menghitung Kualitas Lantai, pondasi, atap, Kuisioner kualitas perumahan perumahan dinding, lokasi kandang ternak, sumber air minum, dan observasi luas lantai, kekuatan kerangka bangunan, MCK, luas ventilasi, pencahayaan ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur. Mengetahui Hubungan faktor Masyarakat yang Kuisioner hubungan faktor ekonomi dan mempunyai tingkat sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kualitas perumahan sosial kualitas perumahan dengan pendidikan rendah, berpendapatan rendah serta status kepemilikan tanahnya bukan milik sendiri diasumsikan mempunyai kualitas perumahan yang buruk. Berdasarkan rumusan tersebut kemudian dapat dibuat instrumen penelitian yang terdapat pada Lampiran 3.

78 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekuder. Adapun teknik pengumpulan dilakukan melalui: Wawancara Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Adapun wawancara itu sendiri berguna untuk mendapatkan data primer dan pelengkap teknik pengumpulan lainnya. Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, jenis wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alernatif jawabannya pun telah disiapkan (Sugiyono 2013:138). Pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang disusun berdasarkan variabel dan diperoleh dengan cara wawancara langsung dan penyebaran kuisioner Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip, dan juga buku-buku tentang pendapat-pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian (Rachman dalam Manggaraini, 2008). Pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan data jumlah

79 64 KK, data jumlah penduduk, data luas daerah penelitian, data penggunaan lahan, dan kriteria rumah layak huni, serta peta-peta yang relevan untuk mendukung penelitian. Adapun instansi yang terkait dengan penelitian yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Bappermades), Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Cipkataru), kantor Kecamatan Srumbung dan kantor Kelurahan Mranggen Metode Kuisioner Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2013:142). Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi 1986 dalam Sugiyono 2013:145). Observasi dalam penelitian ini proses pelaksanaannya dilakukan dengan observasi nonpartisipan yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono 2013:145). Observasi dalakukan pada aspek fisik, yaitu berupa pengamatan terhadap kondisi kualitas perumahan.

80 Tahapan Penelitian Tahap persiapan Tahap ini meliputi studi kepustakaan dan konsultasi ahli untuk studi pendahuluan dan kajian pustaka, penyusunan proposal penelitian serta bimbingan terkait proposal maupun tahap penelitian selanjutnya Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan data baik sekunder maupun primer. Data dikumpulkan melalui teknik dokumentasi, wawancara, kuisioner dan observasi Tahap pengolahan data Pengolahan data sekunder jumlah rumah tidak layak huni dilakukan dengan rumus matematis, data wawancara diolah secara deskriptif, sedangkan data kuisioner juga diolah dengan rumus matematis dan bantuan perangkat lunak SPSS yang meliputi proses editing data, pengembangan variabel, pengkodean data, cek kesalahan, dan tabulasi Tahap analisis data Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder dan primer yang telah diolah. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif Tahap pembuatan laporan Tahap ini dilakukan dengan penyusunan hasil penelitian yang kemudian dibahas sesuai dengan teknik analisis yang digunakan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran berdasarkan hasil maupun pembahasan penelitian.

81 Analisis Data Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuntitatif dengan teknis analisis deskriptif persentase, scoring, korelasi menggunakan tabulasi silang (Crosstab) dan uji beda melalui uji beda independen yang akan dijelaskan sebagai berikut Teknik Analisis Deskriptif Persentase Seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2005:63), bahwa untuk mengetahui permasalahan-permasalahan dalam masyarakat, cara yang berlaku dalam masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan, pandangan dan proses-proses yang berlaku dalam masyarakat dan pengaruh-pengaruh fenomena digunakan dari suatu fenomena deskriptif. Tindakan analisis data dilakukan secara terus menerus hingga akhir untuk mengetahui fenomena yang terjadi. Data yang diperoleh disusun berdasarkan golongan, ketegori dan diberikan makna selanjutnya di interpretasi yaitu dengan menjelaskan gejala-gejala yang ada dan terus mencari terkait antar gejala yang telah ditemukan di lapangan. Deskriptif persentase digunakan untuk memberikan deskriptif dan menjawab tujuan pertama dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menggnakan teknik analisais ini: 1. Membuat tabel distribusi jawaban angket X dan Y. 2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor ang telah ditetapkan. 3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden. 4. Menentukan skor dengan rumus:

82 67 Keterangan: DP : Deskriptif Persentase (%) n N : Jumlah skor jawaban yang diperoleh : Jumlah jawaban maksimum Data yang diperoleh melalui kuisioner dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya. 2. Membuat tabulasi data. Untuk memperoleh analisis data yang berasal dari kuisioner bertingkat maka perlu diketahui skor yang diperoleh responden dari hasil kuisioner yang telah diisi Teknis Analisis Scoring Selanjutnya untuk mengukur kualitas perumahan (tujuan kedua) dengan menggunakan teknik scoring pada masing-masing sub variabel pembentuk kualitas perumahan. Dalam intrumen penelitian terdapat 3 alternatif jawaban yang tersedia, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Skor tertinggi untuk setiap jawaban diberi skor 3 2. Skor terendah untuk setiap jawaban diberi skor 1 Data yang terkumpul dalam bentuk angka ditabulasikan dan diubah menjadi persentase dengan memasukkan kedalam rumus (deskriptif persentase). Gambaran tentang kualitas perumahan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan skor. Skor dapat menunjukkan variasi antara rumah yang satu dengan

83 68 yang lain. Skor yang diperoleh kemudian dibuat kriteria klasifikasinya. Penentuan kriteria tersebut menggunakan perhitungan sebagai berikut. 1. Kriteria berdasarkan interval skor tes. Jumlah item = 12 Skor maksimal = 12 x 3 = 36 Skor minimal = 12 x 1 = 12 Rentang = = 24 Interval = 24 : 3 = 8 Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Jumlah Skor Interval Skor Kritera 28,02 36 Baik 20,01 28,01 Sedang Buruk Sumber: Analisis Data Penelitian, Kriteria berdasarkan interval presentase Presentase maksimal = 3/3 x 100% = 100% Presentase minimal = 1/3 x 100% = 33,33% Rentang persentase = 100% - 33,33% = 66,67% Interval kelas = 66,67% : 3 = 22,22% Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Persentase Interval Persentase Kriteria 77,79% - 100% Tinggi 55,56% - 77,78% Sedang 33,33% - 55,55% Rendah Sumber: Analisis Data Penelitian, 2015 Penskoran untuk variabel kualitas perumahan terdapat pada Lampiran 2.

84 69 Analisis uji beda melalui uji beda independen juga diperlukan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas perumahan di Desa Mranggen. Rumus dapat ditulis sebagai berikut. t = (Ghozali 2011:64) Teknis Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara kondisi sosial ekonomi terhadap kualitas perumahan. Teknik tabulasi silang pada prinsipnya menyajikan data dalam bentuk yang meliputi baris dan kolom dan data untuk menyajikan crosstab adalah data berskala nominal atau kategori (Ghozali 2011:22). Tabulasi silang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Untuk analisis crosstab ini akan dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.0.

85 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada lokasi penelitian yang meliputi 2 dusun yaitu Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari masing-masing memiliki tingkat pendidikan kepala keluarga dan tingkat pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik, sedangkan untuk status kepemilikan tanahnya kebanyakan rumah responden kepala keluarga beridiri di atas tanah turun temurun yang merupakan warisan dari keluarga. 2. Perumahan kepala keluarga di Dusun Kedungari dan Dusun Salamsari mayoritas memiliki kualitas perumahan dengan kriteria baik sesuai dengan surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun Lebih dari setengah rumah di kedua dusun tersebut masuk ke dalam kriteria baik. Berdasarkan uji beda yang dilakukan dengan menggunakan uji beda independent samples test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan kualitas perumahan antara Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. 3. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap pendapatan rumah tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. Selanjutnya untuk pendapatan rumah tangga memiliki 135

86 136 hubungan yang signifikan terhadap kualitas perumahan. Semakin baik pendapatan rumah tangga akan diikuti peningkatan pada kualitas perumahan di kedua dusun tersebut Saran Berdasarkan hasil pembahasan peneliti memberikan beberapa saran yang bisa diajukan adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendidikannya, karena peningkatan pada aspek pendidikan akan diikuti peningkatan pada tingkat pendapatan. 2. Masyarakat di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari perlu meningkatkan pendapatan rumah tangga, misalnya dengan mencari alternatif pekerjaan tambahan lain agar pendapatan mereka dapat bertambah, karena dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga akan diikuti oleh peningkatan pada kualitas perumahan. 3. Ditinjau dari tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan rumah tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari pada umumnya memiliki kualitas rumah yang beragam. Akan tetapi di Dusun Salamsari masih terdapat kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan dengan kriteria baik namun memiliki kualitas perumahan dengan kriteria sedang dan masih terdapat kepala keluarga yang memiliki pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik namun memiliki kualitas perumahan dengan kriteria buruk. Berdasarkan uraian tersebut sudah selayaknya kepala keluarga memperhatikan dan memperbaiki

87 137 kualitas perumahan mereka agar pada masa yang akan datang dapat terwujud kualitas perumahan yang lebih baik yang memenuhi kriteria rumah sehat dan layak huni.

88 138 DAFTAR PUSTAKA Sumber buku: Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Budiharjo, Eko Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Alumni. Creswell, John W Research Design Pendekatan Kualitatitf, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daldjoeni Manusia Penghuni Bumi Bunga Rampai Geografi Sosial: Bandung: Alumni. Direktorat Perumahan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Rumah Sehat Dalam Lingkungan Sehat. Departemen Pekerjaan Umum: Kantor Wilayah Jawa Tengah. Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. Semarang: Universitas Diponegoro. Gunawan, Rudy Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta: Kanisus. Karton, Karini Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Bandung: Mandar Maju. Kasjono, Heru Sabaris Penyehatan Permukiman. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman Analisis Korelasi, Regresi & Jalur Dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia. Muta ali Teknik Analisis Regional. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Nazir, Moh Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Panudju, Bambang Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: Alumni. Pawarta, W Dinamika Permukiman Perdesaan Pada Masyarakat Bali. (Bahan Ajar), Dikti, Jakarta: UI Press. Purwodarminto Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

89 139 Sabarrudin, Bacheri dkk Perkembangan Perumahan Rakyat Masa Lalu, Saat ini, dan Masa Mendatang. Bandung: Pusat Litbang Permukiman. Soehandono Metode Penentuan Rumah Tangga Miskin. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik. Sriyono Analisis Daya Dukung Lingkungan untuk Penataan Ruang Wilayah Permukiman dan Perumahan Kelas Menengah. Semarang: Unnes Press. Statistik Kecamatan Srumbung Statistik Daerah Kecamatan Srumbung Dalam Angka Magelang: Badan Pusat Statistik. Sugiyono Metode Penelitian Kantitatif Kualitatif dab R&D. Bandung: Alfabeta. Peraturan/Perundang-undangan: Monografi Desa Mranggen Tahun Kelurahan Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang: Pemerintah Kabupaten Magelang. Kota Magelang Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Kemiskinan Magelang: Pemerintah Kota Magelang. Peraturan Menteri nomor 22 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota Jakarta. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Validitas Data Rumah Tidak Layak Huni. Semarang. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Jakarta. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Jakarta. 01 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Jakarta.

90 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin Jakarta. Terbitan Terbatas: Adi, I Gede Astra Wesnawa dan Ida Bagus Made Astawa. Kajian Kualitas Lingkungan Permukiman Skala Mikro Di Desa Penyabangan Kecamatan Gerokgak. Jurnal Jurusan Pendidikan Geografi Undiksha Singaraja. Atmaja, Jajang Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Kondisi Fisik Bangunan Rumah Tidak Sehat Di Kecamatan Lubuk Alung. Jurnal Ilmiah R&B. Volume 4 No. 2. ISSN: Politeknik Negeri Padang. Aliyati, Ratu Permukiman Kumuh Di Bantaran Ci- Liwung ( Studi Kasus Kel Manggarai-Srengseng Sawah Dan Kel Kampung Melayu-Kalisari). Tesis. Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Darda Karakteristik Permukiman Di Wilayah Pinggiran Kota Jakarta Tahun (Studi Kasus: Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Depok:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Fahrudin Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Sebelum dan Pasca Bencana Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi di Kali Putih Tahun Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Fatchurochman, Pengaruh Perkembangan Lahan Terbangun Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Kelurahan Tembalang). Tugas akhir. Semarang: Jurusan Teknik PWK Universitas Diponegoro. Habibah, Rini Karakteristik Sosial-Ekonomi Penghuni Perumahan Kalisalak Kelurahan Kauman Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kurniasih, Sri Usaha Perbaikan Permukiman Kumuh di Petukangan Utara Jakarta Utara. Skripsi. Jakarta Selatan: Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Budi Luhur. Kusumawati, Indah Dwi Hubungan Antara Pengtahuan Rumah Sehat dan Status Sosial Ekonomi dengan Kualitas Rumah Tinggal Penduduk di Desa Rowolaku Kecamatan Kajen. Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang.

91 141 Malau, Yois Nelsari Analisis Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kawasan Kumuh di Kecamatan Teluk Nibang Kota Tanjung Balai. Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah. Volume 2 No.1. Wahana Hijau. Maryadi, D Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Prasarana Lingkungan Perumahan Dan Permukiman. Tesis. Padang: Pascasarjana Unand. Mayasari, Ritihardoyo Kualitas Permukiman Di Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. Artikel. Notoatmodjo, S. Pramudiyani, Novita Aris dan Galuh Nita Prameswari Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan KejadianPneumonia Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS). Volume 6. Halaman Perdana Studi Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan Dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap. ejournal Pemerintah Integratif. Volume 1 No.2. ISSN Halaman Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Purwitasari, Apriani Yunita Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang. Rizka, Ruli Khusnu Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Surakarta. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret. Suhedi, Ahmad dan Mochammad Syawie Pemberdayaan Keluarga Miskin Berbasis Komunitas Melalui Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni (Studi di Desa Jambu Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat). Jurnal Sosiokonsepsia.Volume 17 No. 03. Suradi Studi Evaluasi Dampak Kebijakan Sosial : Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Bagi Keluarga Miskin Di Kota Banjarmasin. Jurnal Sosiokonsepsia.Volume 17 No. 02. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. Susilo, Rudiarto Analisis Tingkat Resiko Erupsi Gunung Merapi Terhadap Permukiman Di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Jurnal. Semarang: Jurusan Teknik PWK Universitas Diponegoro.

92 142 Tarigan, Robinson Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan Perbandingan Antara Empat Hasil Penelitian. Jurnal. Sumatera: Universitas Sumatera Utara. Sumber Internet: E_DESA_DI_BALI (diakses 3 Mei 2015). (diakses 07 Desember 2014). %20( ).pdf (diakses 12 Desember 2014). MBAHASAN%20DATA%20DASAR%20PKP%20DALAM%20RANGK A%20PENYIAPAN%20RPJMN%20DAN%20RENSTRA.pdf (diakses 18 Desember 2014). %5B_Konten_%5D-M.95.Pendahuluan.pdf (diakses 8 Desember 2014) pdf (diakses 07 Desember 2014). Bertambah- (diakses 18 Desember 2014). Banyak-Rumah-Tak-Layak-Huni (diakses 18 des 2014)

93 LAMPIRAN

94 143 Lampiran 1 KISI-KISI PANDUAN DOKUMENTASI VARIABEL KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI Sub Variabel Indikator Jumlah Pertanyaan Pendidikan formal Pendidikan terakhir yang pernah 1 ditempuh KK. Pendapatan rumah tangga Pendapatan yang diperoleh suami dan istri baik itu pendapatan pokok maupun sampingan selama 1 1 Status kepemilikan tanah bulan. Status tanah yang dimiiki oleh responden 1

95 144 Lampiran 2 KISI-KISI PANDUAN OBSERVASI VARIABEL KUALITAS PERUMAHAN No. Sub Variabel Indikator Jumlah Baik Sedang Buruk Pertanyaan 1. Luas lantai > 7,2 m 2 7,2 < 7,2 m 2 /orang 1 /orang /orang m /orang 2 2. Kekuatan Sangat kuat Cukup kuat Tidak kuat dan 1 rangka bangunan dan sangat kokoh dan cukup kokoh tidak kokoh 3. Kamar mandi Lengkap Hanya ada Tidak ada 1 dan kakus/wc keduanya salah satu keduanya 4. Luas ventilasi > 10 % dari 10 % dari < 10 % dari 1 luas lantai luas lantai luas lantai 5. Kecukupan pencahayaan ruang tamu 1 6. Pencahayaan ruang tidur > 50 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka > 10 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 50 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 10 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka < 50 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka < 10 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 7. Lantai Keramik Plester Tanah 1 8. Pondasi Batu Bata Umpak/tiang 1 9. Atap Genteng Seng/asbes Rumbia Dinding Tembok Papan/kayu Bilik/bambu Lokasi kandang ternak Jauh dari rumah lebih 5 m/tidak ada Dekat rumah jarak 5 m Didalam rumah/bersatu 12. Sumber air Artetis Sumur gali Belik 1 minum Sumber: Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 dan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah 28 Mei

96 145 Lampiran 3 Observer :... Tanggal observasi :... LEMBAR INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA IDENTITAS RESPONDEN Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan dibawah ini. Nomor urut responden :... Nama lengkap responden :... Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (Coret yang tidak perlu) Umur :... tahun Alamat :RT...RW...Dusun... Jumlah anggota keluarga :... orang Pekerjaan : Petani/Buruh/PNS/Wiraswasta/lainnya... KONDISI SOSIAL dan EKONOMI Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda silang untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan dibawah ini. 1. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu? a. Tidak bersekolah/sd/sederajat b. SMP/sederajat c. SMA/sederajat 2. Berapakah pendapatan rumah tangga Bapak/Ibu selama 1 bulan? a. <Rp b. Rp Rp c. Rp. >Rp Bagaimanakah status kepemilikan tanah Bapak/Ibu? a. Turun temurun b. Sewa c. Hak milik

97 146 LEMBAR OBSERVASI KUALITAS PERUMAHAN Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang ( ) sesuai dengan hasil pengamatan tentang kondisi rumah sesuai dengan panduan kisi-kisi yang ada. Unsur yang diskor No. (Bagaimana kondisi yang sebenarnya?) 1. Luas lantai /orang 2. Kekuatan rangka bangunan 3. Kamar mandi dan kakus/wc 4. Luas ventilasi 5. Kecukupan pencahayaan ruang tamu 6. Pencahayaan ruang tidur 7. Lantai Pondasi 9. Atap 10. Dinding 11. Lokasi kandang ternak 12. Sumber air minum Kondisi Baik Sedang Buruk

98 147 Lampiran 4 Observer Tanggal observasi : diisi nama lengkap : diisi waktu pelaksanaan wawancara LEMBAR PANDUAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA IDENTITAS RESPONDEN Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan dibawah ini. Nomor urut responden : nomor pengisian lembar observasi untuk responden. Nama lengkap responden : diisi nama lengkap responden. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (Coret yang tidak perlu) Umur : menyebutkan usia respoden berapa tahun. Alamat : RT... RW... Dusun... Jumlah anggota keluarga :... orang (yang menempati rumah tersebut) Pekerjaan : Petani/Buruh/PNS/Wiraswasta/lainnya sebutkan. KONDISI SOSIAL dan EKONOMI Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda silang untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan dibawah ini. 1. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu? a. Tidak bersekolah/sd/sederajat b. SMP/sederajat c. SMA/sederajat 2. Berapakah pendapatan rumah tangga Bapak/Ibu selama 1 bulan? a. <Rp b. Rp Rp c. Rp. >Rp Bagaimanakah status kepemilikan tanah Bapak/Ibu? a. Turun temurun b. Sewa c. Hak milik

99 148 LEMBAR PANDUAN OBSERVASI KUALITAS PERUMAHAN Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang ( ) sesuai dengan hasil pengamatan tentang kondisi rumah sesuai dengan panduan kisi-kisi yang ada. No. Unsur yang dinilai Kondisi Baik Sedang Buruk 1. Luas lantai /orang /orang > 7,2 m 2 7,2 m 2 /orang < m 2 /orang 7,2 2. Kekuatan rangka bangunan Sangat kuat dan sangat kokoh Cukup kuat dan cukup kokoh Tidak kuat dan tidak kokoh 3. Kamar mandi dan kakus/wc Lengkap keduanya Hanya ada salah satu Tidak ada keduanya 4. Luas ventilasi > 10 % dari 10 % dari luas < 10 % dari 5. Kecukupan pencahayaan ruang tamu 6. Pencahayaan ruang tidur luas lantai > 50 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka > 10 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka lantai 50 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 10 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka luas lantai < 50 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka < 10 % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 7. Lantai Keramik Plester Tanah 8. Pondasi Batu Bata Umpak/tiang 9. Atap Genteng Seng/asbes Rumbia 10. Dinding Tembok Papan/kayu Bilik/bambu 11. Lokasi kandang ternak Jauh dari rumah lebih 5 m/tidak ada Dekat rumah jarak 5 m 12. Sumber air minum Artetis Sumur gali Belik Didalam rumah/bersatu

100 Lampiran 5 DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN Kode Responden Responden Dusun RT Jenis Kelamin Umur Jumlah Anggota Keluarga Tingkat Pendidikan Mata Pencaharian Pendapatan RT R-1 Dakri Kedungsari 1 L 70 4 SD/sederajat Petani Rp R-2 Jariyah Kedungsari 1 P 75 1 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-3 Suyadi Kedungsari 1 L 43 5 SMP/sederajat Wiraswasta Rp R-4 Suwarto Kedungsari 1 L 35 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-5 Ropinah Kedungsari 1 P 70 1 Tidak Sekolah Petani Rp R-6 Purwanto Kedungsari 1 L 35 3 SD/sederajat Petani Rp R-7 Juri Siswanto Kedungsari 1 L 55 6 SMP/sederajat Petani Rp R-8 Cip Kedungsari 1 L 56 5 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp R-9 Siswanto Kedungsari 1 L 60 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-10 Trijono Kedungsari 1 L 46 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-11 Safangat Kedungsari 1 L 52 5 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-12 Marzuki Kedungsari 1 L 60 6 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-13 Mariadi Kedungsari 1 L 28 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-14 Karyonani Kedungsari 1 L 60 5 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-15 Saldi Kedungsari 1 L 55 3 SMP/sederajat Petani Rp R-16 Masudi Kedungsari 1 L 38 2 SMA/sederajat Petani Rp R-17 Sarju Kedungsari 1 L 51 3 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-18 Sarjono Kedungsari 1 L 50 5 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-19 Riki Kedungsari 1 L 45 5 SD/sederajat Petani Rp R-20 Minar Kedungsari 1 L 60 2 SMP/sederajat Petani Rp R-21 Jono Salamsari 7 L 51 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp

101 R-22 Joko Lando Salamsari 7 L 40 4 SD/sderajat Penambang pasir Rp R-23 Riyadi Salamsari 7 L 39 4 SMA/sederajat Wiraswasta Rp R-24 Suji Salamsari 7 L 38 4 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp R-25 Slamet Salamsari 7 L 45 4 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-26 Sobirin Salamsari 7 L 27 5 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-27 Isyanto Salamsari 7 L 35 4 Tidak Sekolah Karyawan swasta Rp R-28 Suprapto Salamsari 7 L 55 4 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-29 Suyono Salamsari 7 L 55 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-30 Sri Patonah Salamsari 7 L 43 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-31 Dargian Salamsari 7 L 40 6 SMA/sederajat Petani Rp R-32 Ristanto Salamsari 7 L 33 4 Tidak Sekolah Petani Rp R-33 Jumadi Salamsari 7 L 55 5 SD/sederajat Petani Rp R-34 Siswanto Salamsari 7 L 70 6 SMA/sederajat Petani Rp R-35 Kasmi Salamsari 7 L 66 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-36 Yustin Salamsari 7 L 50 5 SD/sederajat Petani Rp R-37 Ngatemon Salamsari 7 L 40 4 SD/sederajat Petani Rp R-38 Tarmin Salamsari 7 L 45 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-39 Sarno Salamsari 7 L 35 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-40 Karjo Salamsari 7 L 50 3 SMA/sederajat Petani Rp R-41 Wakijo Salamsari 7 L 56 4 SMA/sederajat Petani Rp R-42 Purwanto Slamet Salamsari 7 L 50 5 Tidak Sekolah Petani Rp R-43 Sutimah Salamsari 7 P 46 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-44 Trimo Pawiro Salamsari 7 L 70 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-45 Budiono Salamsari 7 L 29 4 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-46 Sutarmo Salamsari 7 L 48 7 Tidak Sekolah Petani Rp R-47 Bejo Salamsari 7 L 39 6 SMA/sederajat Penambang pasir Rp

102 R-48 Seneng Salamsari 7 L 48 5 SMA/sederajat Petani Rp R-49 Riyanto Salamsari 7 L 49 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-50 Suwanto Salamsari 7 L 42 5 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-51 Soleh Salamsari 7 L 38 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-52 Agus Sutarjo Salamsari 7 L 32 3 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-53 Mudiono Salamsari 7 L 39 5 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-54 Sutijo Salamsari 7 L 42 5 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-55 Parwan Salamsari 7 L 32 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-56 Widarno Salamsari 7 L 30 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-57 Tarmidi Salamsari 7 L 47 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-58 Indaryanto Salamsari 7 L 28 3 SMP/sederajat Petani Rp R-59 Wahono Salamsari 7 L 36 5 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-60 Sudaryadi Salamsari 7 L 41 3 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp R-61 Hadi Susanto Salamsari 7 L 66 4 SMA/sederajat Petani Rp R-62 Gito Salamsari 7 L 40 2 SMA/sederajat Petani Rp R-63 Diah Salamsari 7 P 23 4 SMP/sederajat Petani Rp R-64 Yahman Salamsari 7 L 45 2 SMP/sederajat Petani Rp R-65 Tatok Salamsari 7 L 33 3 SMP/sederajat Petani Rp R-66 Kurniawan Salamsari 7 L 25 5 SMP/sederajat Petani Rp R-67 Totok Salamsari 7 L 27 5 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp R-68 Setyo Prayitno Salamsari 7 L 60 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-69 Rino Salamsari 7 L 22 6 SMP/sederajat Petani Rp R-70 Widi Salamsari 7 L 30 5 SMA/sederajat Petani Rp R-71 NN Salamsari 7 L 60 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-72 Dina Afrianti Salamsari 7 P 28 3 SMP/sederajat Petani Rp R-73 Parno Salamsari 7 L 25 4 SMA/sederajat Petani Rp R-74 Bambang Salamsari 7 L 41 5 SD/sederajat Petani Rp

103 R-75 Wiyono Salamsari 7 L 45 5 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp R-76 Darmo Salamsari 7 L 40 3 SMP/sederajat Petani Rp R-77 Djatmoko Salamsari 7 L 40 7 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp R-78 Sunaryo Salamsari 7 L 37 6 SMP/sederajat Petani Rp R-79 Triyono Salamsari 7 L 65 5 SMP/sederajat Petani Rp R-80 Yanto Salamsari 7 L 35 5 SMP/sederajat Petani Rp R-81 Sueb Salamsari 7 L 46 4 SMP/sederajat Petani Rp R-82 Subar Salamsari 7 L 45 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-83 Ramlan Salamsari 7 L 50 4 SMA/sederajat Petani Rp R-84 Haryanto Salamsari 7 L 22 3 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-85 NN Salamsari 7 L 60 4 SMP/sederajat Petani Rp R-86 Ahmad Dhamiri Salamsari 7 L 64 2 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-87 Martoni Salamsari 7 L 50 4 SMP/sederajat Petani Rp R-88 Martijo Salamsari 7 L 70 4 Tidak Sekolah Petani Rp R-89 Trimo Salamsari 7 L 65 2 SMA/sederajat Petani Rp R-90 Sugiarto Salamsari 7 L 23 3 SMA sederajat Karyawan swasta Rp R-91 Maini Salamsari 7 L 35 5 SD/sederajat Wiraswasta Rp R-92 Marsian Salamsari 7 L 90 1 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-93 Iwan Salamsari 7 L 33 5 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-94 Tugiman Salamsari 7 L 45 5 SMA/sederajat Petani Rp R-95 Ani Salamsari 7 P 32 7 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp R-96 Sulastri Salamsari 7 P 33 5 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp R-97 Yasmin Salamsari 7 L 40 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp R-98 Suprianto Salamsari 7 L 31 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp R-99 Pardi Salamsari 7 L 33 3 SD/sederajat Penambang pasir Rp R-100 Wanto Salamsari 7 L 40 4 SMA/sederajat Wiraswasta Rp

104 Lampiran 6 Kode Responden DAFTAR HASIL PENELITIAN KONDISI SOSIAL dan EKONOMI serta KUALITAS PERUMAHAN Tingkat Pendapatan Status Kualitas Perumahan Pendidikan RT Kepemilikan Tanah R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Jumlah Skor 153

105 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

106 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

107 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

108 Keterangan Lampiran 6 (Kolom Kualitas Perumahan) 1 : Luas lantai/orang 2 : Kekuatan kerangka bangunan 3 : Kamar mandi dan kakus/wc 4 : Luas ventilasi 5 : Kecukupan pencahayaan ruang tamu 6 : Kecukupan pencahayaan ruang tidur 7 : Jenis lantai 8 : Jenis pondasi 9 : Jenis atap 10 : Jenis dinding 11 : Lokasi kandang ternak 12 : Sumber air minum 157

109 Lampiran 7 Descriptive Statistics 1. Kondisi Sosial dan Ekonomi Jenis Kelamin Responden Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-laki Perempuan Total Jenis Kelamin Responden Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-laki Perempuan Total Umur Responden Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total Umur Responden Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total

110 Jumlah Anggota keluarga di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total Jumlah Anggota keluarga di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Penambang Pasir Valid Penambang Pasir Petani Petani Wiraswasta Total Karyawan Swasta Wiraswasta Total

111 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak bersekolah/ SD/sederajat Valid Tidak bersekolah/ SD/sederajat SMP/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat SMA/sderajat Total Total Pendapatan Rumah Tangga di Dususn Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <Rp Rp Rp >Rp Total Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <Rp Rp Rp >Rp Total Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari Status Kepemilikan Tanah Di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Turun temurun Valid Turun temurun Hak milik Hak milik Total Total

112 2. Kualitas Perumahan Luas Lantai per Orang di Dusun Kedungsari Luas Lantai per Orang di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <7,2 m 2 per orang Valid <7,2 m 2 per orang ,2 m 2 per orang ,2 m 2 per orang >7,2 m 2 per orang >7,2 m 2 per orang Total Total Kekuatan Kerangka Bangunan di Dusun Kedungsari Kekuatan Kerangka Bangunan di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak kuat dan tidak kokoh Valid Tidak kuat dan tidak kokoh Cukup kuat dan cukup kokoh Cukup kuat dan cukup kokoh Sangat kuat dan sangat kokoh Sangat kuat dan sangat kokoh Total Total

113 Valid Kamar Mandi & Kakus atau WC di Dusun Kedungsari Tidak ada keduanya Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Ada salah satu Lengkap keduanya Total Kamar Mandi & Kakus atau WC Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Valid Tidak ada keduanya Ada salah satu Lengkap keduanya Total Luas Ventilasi Di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <10% dari luas lantai % dari luas lantai >10% ari luas lantai Total Luas Ventilasi di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Valid <10% dari luas lantai % dari luas lantai >10% ari luas lantai Total Pencahayaan Ruang Tamu di Dusun Kedungsari Valid <50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka >50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Total Valid Pencahayaan Ruang Tamu di Dusun Salamsari <50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka 50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka >50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Total

114 Pencahayaan Ruang Tidur di Dusun Kedungsari Pencahayaan Ruang Tidur di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Valid <10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka Valid <10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka % dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka >10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka >10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka Total Total Jenis Lantai di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tanah Plester Keramik Total Jenis Lantai di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tanah Plester Keramik Total

115 Jenis Pondasi di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Umpak/tiang Bata Batu Total Jenis Pondasi di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Umpak/tiang Bata Batu Total Jenis Atap di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Genteng Jenis Dinding Rumah di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Bilik/bambu Tembok Total Jenis Atap di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Genteng Jenis Dinding Rumah di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Bilik/bambu Papan/kayu Tembok Total

116 Lokasi Kandang Ternak di Dusun Kedungsari Lokasi Kandang Ternak di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Di dalam rumah/bersatu Valid Di dalam rumah/bersatu Dekat dengan rumah jarak 5 m Dekat dengan rumah jarak 5 m Jauh dari rumah >5 m/tidak ada Jauh dari rumah >5 m/tidak ada Total Total Sumber Air Bersih di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Belik Sumur gali Total Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid (Buruk) (Sedang) (Baik) Total Sumber Air Bersih di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Belik Sumur gali Total Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid (Buruk) (Sedang) (Baik) Total

117 166 Lampiran 8 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA TERHADAP KUALITAS PERUMAHAN 1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari Tingkat Pendidikan * Pendapatan Rumah Tangga Crosstabulation Pendapatan Rumah Tangga Rendah Sedang Tinggi Total Tingkat Pendidikan Tidak bersekolah/sd Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan % within Pendapatan Rumah Tangga 40.0% 40.0% 20.0% 100.0% 100.0% 25.0% 10.0% 25.0% % of Total 10.0% 10.0% 5.0% 25.0% SMP Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan % within Pendapatan Rumah Tangga.0% 75.0% 25.0% 100.0%.0% 75.0% 20.0% 40.0% % of Total.0% 30.0% 10.0% 40.0% SMA Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan % within Pendapatan Rumah Tangga.0%.0% 100.0% 100.0%.0%.0% 70.0% 35.0% % of Total.0%.0% 35.0% 35.0%

118 167 Total Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan % within Pendapatan Rumah Tangga 10.0% 40.0% 50.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 10.0% 40.0% 50.0% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 20 Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Interval by Interval Ordinal by Ordinal Pearson's R Spearman Correlation c c N of Valid Cases 20 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. a. 9 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,50.

119 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari Timgkat Pendidikan * Pendapatan Rumah Tangga Crosstabulation Pendapatan Rumah Tangga Rendah Sedang Tinggi Total Tingkat SD Count Pendidikan Expected Count % within Tingkat Pendidikan 83.3% 16.7%.0% 100.0% % within Pendapatan Rumah Tangga 35.7% 7.7%.0% 15.0% % of Total 12.5% 2.5%.0% 15.0% SMP Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan 37.5% 37.5% 25.0% 100.0% % within Pendapatan Rumah Tangga 10.7% 11.5% 7.7% 10.0% % of Total 3.8% 3.8% 2.5% 10.0% SMA Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan 25.0% 35.0% 40.0% 100.0% % within Pendapatan Rumah Tangga 53.6% 80.8% 92.3% 75.0% % of Total 18.8% 26.2% 30.0% 75.0% Total Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan 35.0% 32.5% 32.5% 100.0% % within Pendapatan Rumah Tangga 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 35.0% 32.5% 32.5% 100.0%

120 169 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 80 a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,60. Symmetric Measures Value Asymp. Std. Approx. Error a Approx. T b Sig. Interval by Interval Ordinal by Ordinal Pearson's R Spearman Correlation c c N of Valid Cases 80 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

121 170 HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP KUALITAS PERUMAHAN 1. Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari Pendapatan RT* Kualitas Perumahan Crosstabulation KP Buruk Sedang Baik Total Prt Buruk Count Expected Count % within Prt.0% 75.0% 25.0% 100.0% % within KP.0% 75.0% 7.1% 20.0% % of Total.0% 15.0% 5.0% 20.0% Sedang Count Expected Count % within Prt 7.7%.0% 92.3% 100.0% % within KP 50.0%.0% 85.7% 65.0% % of Total 5.0%.0% 60.0% 65.0% Baik Count Expected Count % within Prt 33.3% 33.3% 33.3% 100.0% % within KP 50.0% 25.0% 7.1% 15.0% % of Total 5.0% 5.0% 5.0% 15.0% Total Count Expected Count % within Prt 10.0% 20.0% 70.0% 100.0% % within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 10.0% 20.0% 70.0% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 20 Symmetric Measures a. 8 cells (88,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,30.

122 171 Nominal by Nominal Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Phi Cramer's V Interval by Interval Ordinal by Ordinal 2. Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari Contingency Coefficient Pearson's R Spearman Correlation N of Valid Cases 80 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation c c Pendapatann RT * Kualitas Perumahan Crosstabulation KP Buruk Sedang Baik Total Prt Buruk Count Expected Count % within Prt 38.5% 15.4% 46.2% 100.0% % within KP 38.5% 22.2% 10.3% 16.2% % of Total 6.2% 2.5% 7.5% 16.2% Sedang Count Expected Count % within Prt 15.2% 18.2% 66.7% 100.0% % within KP 38.5% 66.7% 37.9% 41.2% % of Total 6.2% 7.5% 27.5% 41.2% Sedang Count Expected Count % within Prt 8.8% 2.9% 88.2% 100.0% % within KP 23.1% 11.1% 51.7% 42.5% % of Total 3.8% 1.2% 37.5% 42.5% Total Count Expected Count % within Pendapatan 16.2% 11.2% 72.5% 100.0% % within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 16.2% 11.2% 72.5% 100.0%

123 172 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 80 a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46.

124 173 HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEMILIKAN TANAH TERHADAP KUALITAS PERUMAHAN 1. Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari Status Kepemilikan Tanah* Kualitas Perumahan Crosstabulation KP Buruk Sedang Baik Total Skt Buruk Count Expected Count % within Skt 15.4% 23.1% 61.5% 100.0% % within KP 100.0% 75.0% 57.1% 65.0% % of Total 10.0% 15.0% 40.0% 65.0% Baik Count Expected Count % within Skt.0% 14.3% 85.7% 100.0% % within KP.0% 25.0% 42.9% 35.0% % of Total.0% 5.0% 30.0% 35.0% Total Count Expected Count % within Skt 10.0% 20.0% 70.0% 100.0% % within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 10.0% 20.0% 70.0% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio N of Valid Cases 20 a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,70. Symmetric Measures Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Phi Cramer's V Contingency Coefficient N of Valid Cases 20

125 Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari Status Kepemilikan Tanah* Kualitas Perumahan Crosstabulation KP Buruk Sedang Baik Total Skt Buruk Count Expected Count % within Skt 24.4% 14.6% 61.0% 100.0% % within KP 76.9% 66.7% 43.1% 51.2% % of Total 12.5% 7.5% 31.2% 51.2% Baik Count Expected Count % within Skt 7.7% 7.7% 84.6% 100.0% % within KP 23.1% 33.3% 56.9% 48.8% % of Total 3.8% 3.8% 41.2% 48.8% Total Count Expected Count % within Skt 16.2% 11.2% 72.5% 100.0% % within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 16.2% 11.2% 72.5% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 80 a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,39. Nominal by Nominal Interval by Interval Ordinal by Ordinal Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Phi Cramer's V Contingency Coefficient Pearson's R Spearman Correlation N of Valid Cases 80 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis c c

126 175 Lampiran 9 Uji Beda t-test 1. Uji Beda Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari dengan menggunakan Independent Samples Test Group Statistics Dusun N Mean Std. Deviation Std. Error Mean KP Kedungsari Salamsari KP Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances Independent Samples Test F Sig. t df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Std. Error Difference Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Uji Beda Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga, Pendapatan Rumah Tangga, dan Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari dengan menggunakan Independent Samples TesT Group Statistics Dusun N Mean Std. Deviation Std. Error Mean TP Kedungsari Salamsari PRT Kedungsari Salamsari ST Kedungsari Salamsari

127 176 TP Equal variances assumed Equal variances not assumed PRT Equal variances assumed ST Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances Independent Samples Test F Sig. t df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Std. Error Difference Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

128 Lampiran 10 Surat Izin Penelitian 177

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA Wita Kristiana 1) ABSTRAK Rumah sederhana adalah rumah

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT 1 I. Pendahuluan Dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia melalui penyediaan perumahan secara merata, khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian Jurnal Geografi Volume 13 No 1 (71 dari 100) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG Ragil Kurnianingrum

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKlMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 403/ KPTS/M/2002 TANGGAL : 02 Desember 2002 TENTANG PEDOMAN TEKNIK

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK B. ANALISIS SITUASI Rumah adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting

Lebih terperinci

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal

Lebih terperinci

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN Spectra Nomor 20 Volume X Juli 2012: 74-81 RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN Gaguk Sukowiyono Lalu Mulyadi Breeze Maringka Dosen Program Studi Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

Perencanaan rumah maisonet

Perencanaan rumah maisonet Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti

Lebih terperinci

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 203 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI JAMBI TAHUN 2013 2025 GUBERNUR JAMBI Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu,- Geo yang berarti

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017

M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017 M U H A M A D R AT O D I, S T., M. K E S 2017 A PA I T U S E H AT? A PA YA N G M E M P E N G A R U H I K E S E H ATA N I N D I V I D U? S I A PA YA N G B E R P E R A N T E R H A D A P K E S E H ATA N I

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 1. Permukiman A. Tinjauan Pustaka Secara formal, definisi permukiman di Indonesia tertulis dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam dokumen tersebut,

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK Oleh: Ir. Gaguk Sukowiyono, MT Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MTA Ir. Breeze Maringka, MSA

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Rincian Produk Sesuai dengan target pasar yang di rencanakan oleh CV. Griya Indah Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota Payakumbuh. Usaha CV. Griya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1 Volume Pekerjaan 8.1.1 Perkerjaan Persiapan 8.1.1.1 Pembersihan Lokasi panjang bangunan (p) = 40 m lebar bangunan (l) = 40 m Luas Pembersihan Lokasi = p x l = 1600 m2 8.1.1.2

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III Teknik

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI SUMUR GALI Cetakan 1-2014 Modul disusun oleh : Ir. Sri Darwati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Pekerjaan pondasi yang telah disetting dalam software rab meliputi pekerjaanpekerjaan sebagai berikut: 1. Galian tanah pondasi 2. Pasangan Pondasi Batu Kosong

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 22/PERMEN/M/2008

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 22/PERMEN/M/2008 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 22/PERMEN/M/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara Indonesia. Banyak

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR)

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR) Spectra Nomor 24 Volume XII Juli 2014: 64-71 STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR) Titik Poerwati Tri Bhuana Tungga Dewi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

Optimalisasi Rumah Murah Tipe 36 Menjadi Rumah Sehat Studi Kasus Perumahan Bulan Terang Utama, Malang

Optimalisasi Rumah Murah Tipe 36 Menjadi Rumah Sehat Studi Kasus Perumahan Bulan Terang Utama, Malang Optimalisasi Rumah Murah Tipe 36 Menjadi Rumah Sehat Studi Kasus Perumahan Bulan Terang Utama, Malang Fifi Nur Alfrida 1 dan Ary Deddy Putranto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya, 2

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah tolok ukur dalam perencanaan pembangunan,baik ruma htinggal,ruko,rukan maupun gedung lainya. Dengan RAB

Lebih terperinci

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview Overview PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT?? Ns. Eka M. Rumah? Perumahan? Prasarana, adalah Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mis : Jaringan

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO. 22/PERMEN/M/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

Prakata. Bandung, Desember 2004

Prakata. Bandung, Desember 2004 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii Ruang Lingkup... 1 Acuan Normatif... 1 Istilah dan Definisi... 1 Konsepsi Rumah Maisonet... 2 4.1 Arsitektur Bangunan (ketentuan umum)... 2 4.1.1

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cakupan pekerjaan I. Pekerjaan Awal II. Pekerjaan Galian dan urugan III. Pekerjaan Fondasi IV. Pekerjaan Beton

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN ATURAN BERSAMA PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (RTPLP) KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN YANG DISEPAKATI

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

PERHITUNGAN. 1.Galian Tanah = 1/2 (lbr ats + lbr bwh) * t*l pondasi = 1/2 (0,9 + 0,7) x 0,65 x 100 m 52 m 3

PERHITUNGAN. 1.Galian Tanah = 1/2 (lbr ats + lbr bwh) * t*l pondasi = 1/2 (0,9 + 0,7) x 0,65 x 100 m 52 m 3 TABEL 1. NO URAIAN I Pekerjaan Persiapan 1. Pembersihan Lahan 1LS II 15 2. Pemasangan Bouwplank Volume Tiang 0,288 m 3 > pnjg tiang (4/6):100 cm = jlh tiang x Dimensi tiang > jarak antar tiang: 1 m = 65

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Konsep rumah tahan gempa, dari analisa data Kementrian Ristek Indonesia: Negara Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, karena negara

Lebih terperinci

MOTTO. Al-Qur an Surat Ar-Ruum:41. Why worry if you ve done the very best you can, worrying won t make it any. better. Walt Disney

MOTTO. Al-Qur an Surat Ar-Ruum:41. Why worry if you ve done the very best you can, worrying won t make it any. better. Walt Disney MOTTO Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983) 7 1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989) 2. Perencaaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI-03-1726-2002 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT Lampiran KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT I. Karakteristik Responden. Nama :. Jenis Kelamin :. Pekerjaan : 4. Pendidikan : II. Pengetahuan

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTANYAAN ANALISIS PENILAIAN RUMAH SEHAT DAN RIWAYAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA BALITA DI DESA SIHONONGAN KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 I. Identitas

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Kepada Yth. Bupati Pati Cq. Kepala Dinas di Pati FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Yang bertanda tangan di bawah ini : Pemohon

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG 1 WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN KRITERIA RUMAH USULAN REHAB RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DIPERKUAT DENGAN KAWAT GALVANIS YANG DIPASANG SECARA MENYILANG.

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DIPERKUAT DENGAN KAWAT GALVANIS YANG DIPASANG SECARA MENYILANG. TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DIPERKUAT DENGAN KAWAT GALVANIS YANG DIPASANG SECARA MENYILANG Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Pekerjaan atap yang diseting pada software rab meliputi pekerjaan sbb: 1. Rangka atap baja ringan 2. Tutup atap genting plentong 3. Genting bubung plentong 4. Listplang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci