JURNAL. Oleh: EKO SATRIADI PUTRA
|
|
- Liani Widya Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, JUMLAH OBJEK WISATA DAN RETRIBUSI OBJEK WISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: EKO SATRIADI PUTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2 PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, JUMLAH OBJEK WISATA DAN RETRIBUSI OBJEK WISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh Eko Satriadi Putra 1, Jolianis, S.Pd, ME 2, Citra Ramayani, S. Pd, ME 3 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat 2) Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat Ekosatriadiputra2017@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, Pengaruh tingkat hunian hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, Pengaruh jumlah objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, Pengaruh jumlah retribusi objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, Pengaruh jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil analisa data menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, diperoleh nilai koefisien sebesar 0,20. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,41 > t tabel 0,05 (2,26), 2) terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat hunian hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, diperoleh nilai koefisien sebesar 0,57. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,64 > t tabel 0,05 (2,26), 3) terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan, diperoleh nilai koefisien sebesar 2,75. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,68 > t tabel 0,05 (2,26), 4) terdapat pengaruh yang signifikan antara retribusi objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir diperoleh nilai koefisien sebesar 0,37. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,52 > t tabel 0,05 (2,26), 5) terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. dengan diperoleh nilai sebesar 151,98 > F tabel 0,05 (3,41). Sedangkan berdasarkan pengujian koefisien diperoleh nilai R square sebesar 0,98, artinya sebesar 98,00% perubahan pada variabel dependen (pendapatan) dapat dijelaskan oleh variabel independen (jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata) sedangkan sisanya sebesar 2,00% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini. ABSTRACT This study aims to determine the effect of the number of tourists to the original income (PAD) South Coastal District, Influence of the hotel occupancy rate to revenue (PAD) South Coastal District, The influence of the number of attractions to revenue (PAD) South Coastal District, Influence Attraction amount of retribution against the original income (PAD) South Coastal District, Effect of number of tourists, hotel occupancy rates, the number of tours and attractions retribution against revenue (PAD) South Coastal District. The results of data analysis show that: 1) a significant difference between the number of travelers to the original income (PAD) South Coastal District, the value of the coefficient of This figure is significant because tcount by 2.41> t table 0.05 (2.26), 2) a significant difference between the hotel occupancy rate to revenue (PAD) South Coastal District, the value of the coefficient of This figure is significant because the value t hitung 2.64> t table 0.05 (2.26), 3) a significant difference between the number of attractions to revenue (PAD) South Coastal District, the value of the coefficient of This figure is significant because the value t hitung 2.68> t table 0.05 (2.26), 4) a significant difference between the levy attractions to revenue (PAD) Coastal District obtained coefficient value of This figure is significant because the value t hitung 2.52> t table 0.05 (2.26), 5) a significant difference between the number of tourists, hotel occupancy rates, the number of tours and attractions retribution against revenue (PAD) South Coastal District. with values obtained F hitung at > F table 0.05 (3.41). While the coefficient obtained by testing the R square value of 0.98, which means that 98.00% of the change in the dependent variable (income) can be explained by the independent variables (the number of tourists, hotel occupancy rates, the number of tours and attractions levy) while the rest at 2.00% is influenced by other variables not included in this study. 2
3 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar memanjang dari ujung barat Sabang sampai ujung timur Merauke sehingga sangat banyak tempat yang indah pemandangannya dan banyak mengandung nilai sejarah. Hal ini menyebabkan banyak mengundang wisatawan untuk berkunjung baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Industri Pariwisata saat ini sudah menjadi tumpuan harapan pemasukkan bagi negara maupun daerah itu sendiri. Dengan berlakunya Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, maka setiap daerah semakin dituntut untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah melalui upaya peningkatan pendapatan asli daerah dengan memanfaatkan sumbersumber penerimaan daerah dengan sebaikbaiknya. Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun, jika perkembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan atau bahkan merugikan masyarakat. Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang dengan baik dan berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi manusia dan meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul maka pengembangan pariwisata perlu didahului dengan kajian yang mendalam, yakni dengan melakukan penelitian terhadap semua sumber daya pendukungnya. Sumber daya yang dimaksud terdiri dari sumber daya alam, sumber daya budaya, dan sumber daya manusia Wardiyanto dalam (Fitri, 2014) Kabupaten Pesisir Selatan sebagai daerah otonomi terus berlangsung melakukan pembangunannya, seiring dengan perputaran waktu. Salah satu sektor yang saat ini sedang dikembangkan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah sektor pariwisata. Hal ini disebabkan karena peran sektor pariwisata dianggap mampu memberikan sumbangan di bidang ekonomi dan sosial yang cukup berarti bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan. Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sumber devisa bagi negara. Sektor ini juga membuka kesempatan kerja atau kesempatan berusaha bagi masyarakat. Kegiatan kepariwisataan diharapkan mampu menjadi salah satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan, dengan pemasukkan devisa yang memadai. Sehingga pendapatan masyarakat yang berada disekitar kawasan wisata dapat meningkat atau membaik. Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan. Pengelolaan sektor kepariwisataan hendaknya mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan maupun dari masyarakatnya sendiri agar tidak merusak alam sehingga bencana alam yang dapat merusak keindahan dari objek wisata itu dapat berkurang. Keragaman produk dan potensi pariwisata yang ada ditambah dengan tersedianya fasilitas penunjang pariwisata yang memadai seperti penginapan, fasilitas rekreasi, tempat dan atraksi wisata, 3
4 merupakan aset pariwisata yang besar dan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengembangan industri pariwisata bagi kabupaten pesisir selatan. Tabel 1: Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesisir Selatan (Rp.000) No Tahun PAD keseluruhan Penerimaan Kontribusi (Rupiah) Pariwisata (Rupiah) (%) , , , ,82 4, , ,40 4, , ,15 3, , ,67 48, ,34-40, ,12 87, , ,87 47, , ,06 17, ,85 9, ,87 2, ,12 1, ,01 25, ,00 60,89 Sumber:(Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Pesisir Selatan, 2015) Objek wisata harus dikelola secara baik dan profesional, yang akhirnya akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jumlah tamu wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan terus bertambah selama kurun waktu lima tahun terakhir. Meningkatnya jumlah wisatawan macanegara pada tahun 2013 salah satunya dipengaruhi oleh adanya kegiatan tour de singkarak dimana Kabupaten Pesisir Selatan menjadi salah satu destinasi pertandingan balap sepeda antar negara ini. Hotel dan akomodasi memegang peranan penting untuk meningkatkan kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) ke lokasi pariwisata. Semakin banyak tempat peristirahatan, mempunyai kelengkapan dan nyaman untuk ditinggali oleh wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata maka akan memungkinkan wisatawan untuk menginap maka akan meningkatkan kontribusi dari PAD sektor pariwisata. Wisata yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Wisata Alam, Wisata Bahari, dan Wisata Sejarah. Sektor pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan perlu ditingkatkan lagi, karena sektor ini pada dasarnya dapat menghasilkan devisa terbesar jika dapat dikelola dengan baik dan sungguh-sungguh. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu pendapatan daerah yang penting guna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan 4
5 daerah. Pendapatan objek Pariwisata adalah merupakan sumber penerimaan objek pariwisata yang berasal dari retribusi karcis masuk, retribusi parkir dan pendapatan lain-lain yang sah dari objek pariwisata tersebut. KAJIAN TEORI Menurut (Mardiasmo, 2002), pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Ahmad dalam (Antari, 2013), Juga menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Menurut (Yani, 2002) Pendapatan Asli Dearah Merupakan Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Menurut (Manurung, 2013) Pendapatan Asli Daerah Merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil purusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah seluruh pendapatan pajak maupun retribusi daerah yang termasuk sektor pariwisata (pajak meningkatkan pendapatan asli daerah dan pendapatan masyarakat pengelola obyek wisata (Rantetadung, 2012). (Khairunnisa, 2011) menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah yang selanjutnya disingkat PAD merupakan pendapatan daerah yang dapat digunakan oleh nasing-masing daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kepentingannya. Untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah perlu berupaya meningkatkan PAD yang salah satunya dengan penggalian potensi daerah. Wisatawan adalah perjalanan ketempat lain yang sifatnya sementara dan tidak untuk mencari nafkah (Bakaruddin, 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Menurut Soekadijo dalam (Udayantini et al., 2015) jumlah wisatawan adalah sejumlah orang yang mengadakan perjalanan dan pergi kesuatu tempat yang akan di datanginya tanpa menetap ditempat yang didatanginya. Sedangkan mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya. Tingkat penghuni kamar hotel adalah banyaknya malam kamar yang terjual dibagi dengan banyaknya malam kamar yang tersedia dikalikan 100%. Sedangkan tingkat penghuni tempat tidur adalah banyaknya malam tempat tidur yang dipakai dibagi dengan banyaknya malam tempat tidur yang tersedia dikalikan 100%(Udayantini et al, 2015). Tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kasmar-kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Pengertian rasio occupancy merupakan tolak ukur keberhasilan hotel dalam menjual produk utamanya, salah satunya yaitu kamar (Vicky,Hanggra) dalam (Windriyaningrum, 2013). Pada jurnal yang berjudul Menggali Sumber PAD Melalui Pengembangan Industri Pariwisata dalam (Windriyaningrum, 2013) yang ditulis oleh Barudin menyatakan bahwa ketika jumlah kamar hotel yang tersedia memadai, maka jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat dan semakin banyak pula permintaan terhadap kamar hotel. Saat hotel tersebut terasa nyaman untuk disinggahi, mereka akan semakin nyaman untuk tinggal lebih lama lagi. 5
6 Menurut Mursid dalam (Windriyaningrum, 2013), Objek Wisata merupakan Potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka objek wisata harus dirancang dan bangunan atau dikelola secara Profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Pendapatan objek pariwisata adalah merupakan sumber penerimaan obyek pariwisata yang berasal dari retribusi karcis masuk, retribusi parkir, dan pendapatan lainnya yang sah berasal dari objek pariwisata tersebut. Menurut (UU No.34, 2000) tentang perubahan UU. No. 18 tahun 1997 bahwa pajak daerah dan retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah da Pembangunan Daerah. Retribusi dapat didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang atau badan kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi. Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah letak pada timbal balik langsung. Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada penerima retribusi. Menurut kamus ekonomi dalam (Adelina, 2012) Kotribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Jumlah Wisatawan diduga Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Tingkat Hunian Hotel diduga berpegaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Jumlah Objek Wisata diduga Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. 4. Retribusi Objek Wisata diduga Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Pesisir Selatan. 5. Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Objek Wisata dan Retribusi Objek Wisata diduga berpengaruh secara bersama-sama terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan asosiatif. Menurut (Arikunto, 2014:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sedangkan penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini penulis ingin melihat apakah jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata dan retribusi objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Selatan. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono, (2013:207) analisis deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang akan dilakukan diteliti dalam penelitian tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengambarkan apa yang ditemukan pada hasil penelitian dan memberikan informasi 6
7 sesuai dengan yang diperoleh di lapangan, dengan menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dilakukan analisis persentase terdensi sentral dan dispersi serta memberikan interpretasi terhadap analisis tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil Koefisien Determinasi diperoleh hasil nilai R square sebesar 0,98, artinya sebesar 98,00% perubahan pada variabel dependen (pendapatan asli daerah (PAD)) dapat dijelaskan oleh variabel independen (jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, retribusi objek wisata) sedangkan sisanya sebesar 2,00% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini. Uji Hipotesis Hasil Uji t Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka hal tersebut dapat dijelaskan hipotesisnya sebagai berikut : a. Hipotesis 1, terdapat pengaruh signifikan antara jumlah wisatawan (X 1 ) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) (Y) Untuk variabel jumlah wisatawan diperoleh nilai koefisien sebesar 0,20. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,41 > t tabel 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara jumlah wisatawan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Artinya jika jumlah wisatawan naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 0,20 untuk setiap satuannya. b. Hipotesis 2, terdapat pengaruh signifikan antara tingkat hunian hotel (X 2 ) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) (Y) Untuk variabel tingkat hunian hotel diperoleh nilai koefisien sebesar 0,57. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,64 > t tabel 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara tingkat hunian hotel terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Artinya jika tingkat hunian hotel naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 0,57 untuk setiap satuannya. c. Hipotesis 3, terdapat pengaruh signifikan antara jumlah objek wisata (X 3 ) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) (Y) Untuk variabel jumlah objek wisata diperoleh nilai koefisien sebesar 2,75. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,68 > t tabel 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara jumlah objek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Artinya jika jumlah objek wisata naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 2,75 untuk setiap satuannya. d. Hipotesis 4, terdapat pengaruh signifikan antara retribusi objek wisata (X 4 ) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) (Y) Untuk variabel retribusi objek wisata diperoleh nilai koefisien sebesar 0,37. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,52 > t tabel 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara retribusi objek wisata terhadap 7
8 pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Artinya jika retribusi objek wisata naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 0,37 untuk setiap satuannya. Hasil Uji F Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada tabel 19 diatas, diperoleh nilai sebesar 151,98 > F tabel 0,05 (3,41). Artinya terdapat pengaruh signifikan antara jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Variabel jumlah wisatawan pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,20. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,41 > t tabel α 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara jumlah wisatawan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Artinya jika jumlah wisatawan naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 0,20 persen. 2. Variabel tingkat hunian hotel pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,57. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,64 > t tabel α 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara tingkat hunian hotel terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Artinya jika tingkat hunian hotel naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 0,57 persen. 3. Variabel jumlah objek wisata pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 2,75. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,68 > t tabel α 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara jumlah objek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. artinya jika jumlah objek wisata naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 2,75 persen. 4. Variabel retribusi objek wisata pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,37. Angka ini signifikan karena nilai t hitung sebesar 2,53 > t tabel α 0,05 (2,26) dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara retribusi objek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Pesisir Selatan. artinya jika retribusi objek wisata naik sebesar 1 Persen, maka pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 2,37 persen. 5. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata memperoleh nilai sebesar 151,98 > F tabel 0,05 (3,41). Artinya terdapat pengaruh signifikan antara jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di 8
9 SARAN Pesisir Selatan. Sedangkan berdasarkan pengujian koefisien diperoleh nilai R square sebesar 0,98, artinya sebesar 98,00% perubahan pada variabel dependen (pendapatan asli daerah (PAD)) dapat dijelaskan oleh variabel independen (jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata) sedangkan sisanya sebesar 2,00% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang ditujukan kepada : 1. Pemerintah Pesisir Selatan agar mampu meningkatkan jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, jumlah objek wisata, dan retribusi objek wisata yaitu dengan cara meningkatkan fasilitas yang ada di tempat objek wisata mulai dari kebersihan, kenyamanan, dan kebersihan agar para wisatawan merasa nyaman saat berasa ditempat tersebut, selanjutnya pemerintah harus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan dan juga diharapkan kepda masyarakat tersebut agar melayani wisatawan dengan ramah dan meningkatkan rasa kekeluargaan agar para wisatawan akan merasa nyaman untuk bertahan lama di tempat tersebut, dan juga para wisatawan akan tertarik untuk datang kembali ketempat tersebut pada suatu waktu nanti. 2. Dengan Banyaknya Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata yang berada di Pesisir Selatan, maka pemerintah kabupaten pesisir selatan harus bisa meningkatkan daya tarik objek wisata, dengan adanya penelitian ini maka bisa sebagai pedoman dan acuan bagi pemerintah sehingga dapat menaikkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Untuk menjadi acuan bagi pemerintah dan masyarakat bahwa apabila semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan maka akan memungkinkan mereka untuk menginap di Hotel atau penginapan, sehingga penelitian ini dapat memberikan pemerintah dan masyarakat inspirasi bagaimana cara mengelola dan membangun penginapan yang ramah lingkungan, lengkap, tenang, dan murah. Sehingga wisatawan betah untuk menginap berlamalama yang pada akhirnya bisa menambah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 4. Peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan membahas hal yang sama pada tempat lain. Selanjutnya, bagi peneliti yang akan meneliti tentang pendapatan asli daerah (PAD) pada tempat yang sama disarankan mengaitkannya dengan variabel yang lain dari jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, dan jumlah objek 9
10 DAFTAR PUSTAKA Adelina, R. (2012). Analisis Efektif dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik. Universitas Negeri Surabaya. Antari, N. L. S. (2013). Peran Industri pariwisata Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar. Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata, 3(1), Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (p. 32). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bakaruddin. (2009). perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan (p. 13). padang: UNP Press. Cahyadi,2013. Pengaruh Pajak Industri Pariwisata dan Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di 12 Provinsi riau tahun Fitri, D. (2014). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Pesisir Selatan. Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 20 (p. 160). Semarang: Universitas Diponogoro. Irianto, A. (2004).Statistik Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta: Prenada Media Group. Khairunnisa. (2011). PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) ( STUDI KASUS : KOTA BANDUNG ). Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 22(3), Manurung, E. T. (2013). Perbandingan Kontribusi Industri Pariwisata dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Bandung dan Jember, 11. Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen keuangan Daerah. Nengdi, Depitri Silvia. Analisis Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pesisir Selatan Periode Pertiwi, N. L. G. A. (2014). Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Retribusi Obyek Wisata dan PHR Terhadap PAD Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP Unud, 3(3), Pleanggra, F. (2012). Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten / Kota di Jawa Tengah, 22. Rantetadung, M. (2012). Analisis Pengaruh Dukungan Pemerintah dan Kunjungan Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Nabire. Jurnal Agroforestri, VII(1), Sari, R. Y. (2014). Pengaruh Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Wisatawan, dan jumlah Objek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Padang tahun STKIP PGRI SUMBAR. Suandy, E. (2011). Hukum Pajak (pp ). Yogyakarta: Salemba Empat. Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS (p. 75). Yogyakarta. Susanti, D. (2014). Analisis Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Solok Tahun STKIP PGRI SUMBAR. Udayantini, K. D., Bagia, I. W., & Suwendra, I. W. (2015). Pengaruh Jumlah Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupaten 10
11 Buleleng Periode E- Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Manajemen, 3(1). Windriyaningrum, L. A. (2013). Pengaruh Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Wisatawan, Dan Jumlah Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Kudus Tahun Semarang. Yani, A. (2002). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Indonesia (p. 39). Jakarta: PT. Ratu Grafindo Persada. 11
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: JELLY SASTRA PIKA 12090038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciANALISIS JUMLAH WISATAWAN TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI HOTEL DAN RESTORAN KOTA BANDA ACEH
ANALISIS JUMLAH WISATAWAN TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI HOTEL DAN RESTORAN KOTA BANDA ACEH Yushita Marini Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka, UPBJJ Banda Aceh,
Lebih terperinciPENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
0 PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : DEVILIAN
Lebih terperinciANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE 2013-2015 FARIDOTUN NIKMAH 13133100010 Jurusan Akuntansi UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. untuk membantu proses penyususnan penelitian ini adalah:
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Dalam hal ini penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau referensi, bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah yang sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Lebih terperinciJURNAL. Oleh : YULISA NPM
PENGARUH UPAH TENAGA KERJA, HARGA JUAL, LUAS KEBUN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL Oleh : YULISA NPM.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciPENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)
PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya) ACEP SANI SAEPURRAHMAN 834396 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Lebih terperinciPENGARUH PERSEPSI NASABAH TENTANG ANALISIS PEMBERIAN KREDIT DAN PENDAPATAN NASABAH TERHADAP PENYALURAN KREDIT DI PT
PENGARUH PERSEPSI NASABAH TENTANG ANALISIS PEMBERIAN KREDIT DAN PENDAPATAN NASABAH TERHADAP PENYALURAN KREDIT DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAR (BPR) PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA E-JURNAL Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan pemerintah daerah, baik tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber - sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber - sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program
Lebih terperinciPENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH TAHUN
PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012-2015 Yushita Marini Ekonomi Akuntansi, Universitas Terbuka, Jl. Pendidikan/Bahagia, email: yushita@ecampus.ut.ac.id
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PASAMAN JURNAL OLEH : GUSPA YENI
ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PASAMAN JURNAL OLEH : GUSPA YENI 10090147 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA KOTA BANDA ACEH
ISSN 2302-0172 10 Pages pp. 39-48 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA KOTA BANDA ACEH Zelvian Shella 1, Said Muhammad 2, Muhammad Nasir 3 1) Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai berbagai dampak ekonomi. Wisatawan memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan, penerimaan pajak dan penghasilan
Lebih terperinciPERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI
PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI (Diajukan guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL Oleh: FITRIA CANDRA 11090208 PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah sangat luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta susunan masyarakatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan
Lebih terperinciPENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT KERETA API INDONESIA PERSERO DIVISI REGIONAL II SUMBAR SKRIPSI
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT KERETA API INDONESIA PERSERO DIVISI REGIONAL II SUMBAR SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH DESTINASI WISATA, JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN DAN JUMLAH TAMU HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG TAHUN
PENGARUH JUMLAH DESTINASI WISATA, JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN DAN JUMLAH TAMU HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2001-2013 Oleh: Septiadi Harianto Nilmadesri Rosya Rian Hidayat Mahasiswa
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, LINGKUNGAN KELUARGA, DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL OLEH AULIA FITRI 11090280 SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan ditingkatkan karena sektor pariwisata
Lebih terperinciPENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA, LINGKUNGAN SEKOLAH, DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA PGRI 1 PADANG
PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA, LINGKUNGAN SEKOLAH, DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA PGRI 1 PADANG JURNAL Noflisa Setia Karnela 11090264 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN INSENTIF, PENGAWASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL
1 PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF, PENGAWASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL Jurnal ini disusun berdasarkan skripsi untuk wisuda tahun
Lebih terperinciE_JURNAL. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi (S1) NURSYAMSI
PENGARUH KREATIVITAS GURU, PERHATIAN ORANG TUA, FASILITAS SEKOLAH DAN MINAT BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA KELAS X DI SMKN 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN E_JURNAL Diajukan Guna Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus menerus berkembang. Dalam peningkatan dan pembangunan nasional pemerintah memerlukan suatu penerimaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang dapat menyumbangkan pemasukan bagi
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR
ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR Yeni Ratnawati Fakultas Ekonomi, Universis 17 Agustus 1945 Samarinda. Email : yratnawati07@gmail.com ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa penyerapan tenaga kerja dan berkembangnya kegiatan perekonomian pendukung pariwisata seperti
Lebih terperinciABSTRACT. By: EKI GUMILAR Supervisors: H. Maman Suherman, SE., MM., Ak. Iwan Hermansyah, SE., M.Si., Ak.
ABSTRACT THE INFLUENCE OF THE TOURISM OBJECT RETRIBUTION ON THE ORIGINAL REGIONAL INCOME (A Study Case at the Cultural and Tourism Department of Kabupaten Ciamis) By: EKI GUMILAR 093403028 Supervisors:
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: Yunita Mairani
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, KESIAPAN BELAJAR, KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DENGAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII DI SMPN 33 PADANG JURNAL
Lebih terperinciABSTRACT
PENGARUH JUMLAH WAJIB PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG DAN JUMLAH BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI NAGARI AUA KUNING KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Fitri Kurnia
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata disuatu daerah akan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan Salah satu sektor industri yang berpotensi untuk dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata disuatu daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia membawa dampak yang luar biasa, sehingga meruntuhkan fundamental ekonomi negara dan jatuhnya penguasa pada tahun 1998.
Lebih terperinciPENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL Dian Novita Sari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Lebih terperinciPENGARUH CUSTOMER VALUE, KUALITAS PELAYANAN, KEPERCAYAAN DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG OBJEK WISATA WATERBOOM KOTA SAWAHLUNTO ABSTRACT
PENGARUH CUSTOMER VALUE, KUALITAS PELAYANAN, KEPERCAYAAN DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG OBJEK WISATA WATERBOOM KOTA SAWAHLUNTO Dwi Putri Nengsih 1, Sumarni 2, Jolianis 2 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA ISNAWATI Pembimbing: Prof. Dr. H. Mulyadi. Sy.P,MBA,MM & E.Y Suharyono, SE.,Msi ( Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda) Isna.sigma@gmail.com
Lebih terperinciJURNAL. Fil Kumara Ayuza
1 PENGARUH KREATIFITAS SISWA, DISIPLIN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 30 PADANG JURNAL Fil Kumara Ayuza 11090188 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,
Lebih terperinciTabel 7. Hasil Uji Validitas. Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas No. Variabel R alpha Nilai kritis
PENGARUH KOMPETENSI GURU, LINGKUNGAN KERJA, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 1 PADANG GANTING DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING,, Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH, PENDAPATAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 3 PARIAMAN JURNAL
PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH, PENDAPATAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 3 PARIAMAN JURNAL Oleh: NELGU NENGSIH 12090077 PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No.06/11/1209/Th.XI, Nopember 2012 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG SEPTEMBER 2012 27,82 % No.06/11/1209/Th.XI, Nopember 2012 Pariwisata sebagai
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI Disusun oleh: RIKA MAYASARI 10975005773 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tasikmalaya) SITI HOTIMAH
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH WISATAWAN DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BULELENG PERIODE
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BULELENG PERIODE 2010-2013 Kadek Dewi Udayantini, I Wayan Bagia, I Wayan Suwendra Jurusan Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor publik telah mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan jaman, baik pada tingkat pusat dan daerah. Organisasi sektor publik dibentuk untuk menjalankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Teori Pembangunan Daerah Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuksuatu
Lebih terperinciPENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SMA PGRI 4 PADANG JURNAL
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SMA PGRI 4 PADANG JURNAL Oleh: FANI DAYANTI 11090156 PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah wewenang pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Andirfa (2009), menyatakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinciLAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI
LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis
Lebih terperinciKUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH
PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK dan PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH (Studi Kasus Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi) JURNAL Oleh:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH WISATAWAN, JUMLAH HOTEL, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KOTA PALEMBANG
IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, JUMLAH HOTEL, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KOTA PALEMBANG Andre 1, Siti Khairani 2, 1,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciABSTRACT
PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR, KESIAPAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN METODE MENGAJAR GURU TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 2 BATANG KAPAS Yessi Andriani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciABSTRACT
PENGARUH KUALITAS POLA ASUH ORANG TUA, DISIPLIN BELAJAR, PARTISIPASI SISWA DAN PERSEPSI SISWA TENTANGMETODE MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 11 SIJUNJUNG ANGKATAN 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan
Lebih terperinciKAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia
Lebih terperinciECONOMICA. Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 ( )
ECONOMICA ISSN : 2302-1590 E-ISSN: 2460 190X Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 (134-142) PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR, PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
Lebih terperinciDAMPAK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA DAN JUMLAH WISATAWAN TERHADAP PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA SAMARINDA
DAMPAK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA DAN JUMLAH WISATAWAN TERHADAP PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA SAMARINDA Agus Junaidi 1 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh JKW (Jumlah Kunjungan Wisatawan), JOW (Jumlah Obyek Wisata) dan PP (Pendapatan Perkapita) terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan
Lebih terperinciABSTRACT
PENGARUH SIKAP BELAJAR SISWA, KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, KESIAPAN BELAJAR DAN IKLIM KELAS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA IPS TERPADU KELAS VII SMPN 12 PADANG,, 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerima devisa, sektor ini juga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih
BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan
Lebih terperinciStatistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017 Agustus 2017, Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara sebesar 419 Kunjungan. Tingkat Penghunian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung selama tahun
Lebih terperinciPande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI PADA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN GIANYAR PERIODE TAHUN 2011-2014) Pande Kadek Yuda Mahardika Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciJURNAL KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN HIBURAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATANN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEDIRI
JURNAL KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN HIBURAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATANN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEDIRI Oleh: Hilda Retno Okta Ningtyas Dibimbing oleh : 1. Dra. Elis Irmayanti,S.E,
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan
Lebih terperinciPENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENINGKARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERIODE
PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENINGKARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERIODE 2012-2016 JURNAL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya Negara Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya Negara Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem otonomi daerah dalam menjalankan pemerintahnnya. Otonomi daerah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 butir 5, yang dimaksud dengan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran dalam pembangunan nasional, diantaranya sebagai sumber perolehan devisa, menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan
Lebih terperinciE-Jurnal EP Unud, 5 [2] : ISSN:
E-Jurnal EP Unud, 5 [2] : 260-275 ISSN: 2303-0178 ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN GIANYAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya
Lebih terperinciPENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK, CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA SPORT DI CV
PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK, CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA SPORT DI CV. MURSIL MUARO SIJUNJUNG DENGAN KEPERCAYAAN MEREK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Beta Mirna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab memerlukan adanya kemampuan yang besar untuk menggali sumber keuangan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 2014 Nur Andhika Chandra Kurniawan 1) Fadjar Harimurti 2) Dewi Saptantinah Puji Astuti 3) 1, 2,
Lebih terperinciStatistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 September 2017, TPK Hotel Berbintang 53,41% dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Lebih terperinci