PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

Transkripsi

1 PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: JELLY SASTRA PIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2 2

3 PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh, Jl. Gunung Panggilun No.1 Padang Sumatera Barat, Telp. (0751) Fax (0751) Mahasiswa-prodi-pendidikan-ekonomi 2.3 Dosen STKIP PGRI Sumbar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) pengaruh perubahan iklim secara parsial terhadap pendapatan rumah tangga nelayan, 2) pengaruh tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan rumah tangga nelayan. 3) pengaruh teknologi secara parsial terhadap pendapatan rumah tangga nelayan. 4) pengaruh perubahan iklim, tenaga kerja dan teknologi secara stimultan terhadap pendapatan rumah tangga nelayan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil analisis data menunjukan bahwa (1) terdapat pengaruh yang signifikan perubahan iklim terhadap pendapatan rumah tangga nelayan tungganai dan ABK koefisiennya adalah nelayan ABK adalah dan nelayan keseluruhan adalah Nilai koefisien ini signifikan karena t hitung >t tabel pada nelayan tungganai sebesar 3,072, ABK 3,072 dan keseluruhan adalah 2,493>t tabel sebesar 1,960, (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara upah tenaga kerja terhadap pendapatan pendapatan rumah tangga nelayan tungganai dan ABK koefisiennya adalah ABK dan keseluruhan nelayan adalah dan nilai t hitung pada nelayan tungganai sebesar2,147, ABK 2,873 dan nelayan keseluruhan adalah 2,546>t tabel sebesar 1,960, (3) terdapat pengaruh yang signifikan antara teknologi terhadap pendapatan rumah tangga nelayan tungganai dan ABK,dari nilai koefisien sebesar 3,572 nelayan ABK sebesar 1,400 dan nelayan keseluruhan sebesar dan nilai t hitung nelayan tungganai sebesar 3,573, ABK sebesar 1,400 dan nelayan keseluruhan 2,737>t tabel sebesar 1,960. (4) terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan iklim, tenaga kerja dan teknologi terhadap pendapatan rumah tangga nelayan tungganai dengan nelayan ABK adalah adalah dan nelayan keseluruhan Nilai koefisien ini signifikan karena t hitung > t tabel pada nelayan tungganai sebesar 3,072 ABK 2,873 dan nelayan keseluruhan adalah 2,546>t tabel sebesar 1,960, Besarnya pengaruh perubahan iklim, upah tenaga kerja dan teknologi terhadap pendapatan rumah tangga nelayan tungganai adalah 84,7,%, nelayan ABK adalah 81,4% dan nelayan keseluruhan adalah 87,7% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Kata Kunci: Perubahan Iklim, Upah Tenaga Kerja, dan Teknologi ABSTRACT This study aims to analyze 1 ) the effect of climate change partially on household income of fishermen, 2 ) the impact of labor partially on household income of fishermen. 3 ) the effect of technological partially on household income of fishermen. 4 ) the effect of climate change, labor and technology, simultaneously on household income of fishermen in the district of South Coastal District Sutera. The results of data analysis showed that ( 1 ) there is a significant effect of climate change on household income of fishermen and crew tungganai coefficient is fishermen and fishing crew is 55,181,413 72,726,683 coefficient overall this is significant because thitung > t table on fishermen tungganai amounted to 3,072, ABK 3,072 and the total is 2,493 > ttable of 1,960, ( 2 ) a significant difference between labor costs to the income of the household income of fishermen tungganai and ABK coefficient is 2,114 ABK 3264 and the overall fishing is 2,582 and tcount on sebesar2,147 tungganai fishermen, 2,873 crew members and fishermen whole is > ttable of 1,960, ( 3 ) there is a significant relationship between technology to household income tungganai fishermen and crew, from the coefficient value of fishing crew of 1,400 and totaling 1,772 fishermen and fishing tcount tungganai at 3.573, crew of 1,400 and 2,737 overall fishing > ttable of 1,960. ( 4 ) there is a significant relationship between climate change, labor and technology to household income fishermen with fishing tungganai is 55,181,413 and the crew was fishing keseluruhan coefficient value is significant because thitung > t table fishermen amounted tungganai 3,072 2,873 crew and the fishing overall was > ttable 1,960, Level of influence of climate change, labor and technology to household incomes of fishermen tungganai is 84.7, %, fishermen ABK is 81.4 % and the overall fishing is 87.7 % and the rest influenced by other factors not included in this study Keywords: climate change, wage labor, and technology 1

4 PENDAHULUAN Berdasarkan konvensi hukum laut (UNCLOS) tahun 2007, indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km 2, yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 2,9 juta km 2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km 2 selain itu indonesia juga mempunyai hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 juta km 2 pada perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari garis pangkal) (BPS, 2007:7). Negara indonesia adalah negara kepulauan, dimana sumber mata pencaharian utama masyarakatnya adalah di bidang persikanan. Hal ini dilatar belakangi karena sebagian besar indonesia dikelilingi oleh laut. Sumber daya lainnya di setiap daerah di indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk dapat mengembangkan sektor perikanan. Saat ini pengelolaan sumber daya ikan menggunakan Undangundang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagai acuan bagi peraturan atau teknis perikanan. Salah satu pertimbangan disusunnya UU N0. 31 Tahun 2004 tentang perikanan adalah bahwa pengelolaan sumber daya ikan perlu dilakukan sebaik-baiknya berdasarkan keahlian danpemerataandalampemanfaatannya denganmengutamakanperluasankese mpatan kerja dan peningkatan taraf hidup nelayan, pembudidaya ikan dan peningkatan terkait dengan kegiatan perikanan dan bahwa kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan perlu di bina. Pendayagunaan sumber daya perikanan menjadi kunci dalam meningkatkanproduktivitasperikanan sehingga sumber daya yang luas ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Seperti diketahui sumber daya perikanan terdiri atas tenaga kerja, perubahan iklim, dan teknologi yang termasuk didalamnya merupakan sumber daya yang utama bagi kelangsungan hidup manusia. Kehidupan masyarakat Provinsi Sumatera Barat baik ekonomi, sosial maupun ekologi. Dari aspek ekonomi, perkebunan telah menghasilkan devisa negara. Dari aspek sosial perkebunan dapat mengatasi pengangguran dengan kemampuannya menyerap tenaga kerja. Sedangkan dari aspek ekologi mampu menjaga dan mempertahankan kelestarian alam. Beberapa komoditi perkebunan yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, salah satunya adalah perkebunan karet, Pada tahun 2011 produksi perkebunan karet di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar ,00 ton. Perkebunan karet di Provinsi Sumatera Barat tersebar di beberapa Kabupaten dan kota, diantaranya Kabupaten Dharmasraya, Sijunjung, Pasaman, 2

5 Solok Selatan dan Kabupaten/Kota lainnya. Seperti halnya di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, sektor perikanan sangat penting peranannya sebagai sumber pendapatan utama bagi masyarakat nelayan. Umumnya para nelayan memproduksi hasil perikanan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya. Pendapatan rumah tangga nelayan saat ini merupakan masalah yang sangat serius karena banyak penduduk yang tinggal di desa bergerak di bidang perikanan. Pendapatan rumah tangga nelayan berasal dari hasil produksi perikanan yang dihasil dari melaut. Sektor perikanan dapat digolongkan atas beberapa macam antara lain sub sektor keramba, ikan hasil olahan (ikan teri), ikan kering (ikan sudah dijemur). Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara adalah dengan melihat tingkat perkapita yang mampu dicapai oleh suatu negara atau daerah. PDRB Perkapita merupakan salah satu indikator untuk melihat besarnya rata-rata nilai output yang diterima oleh setiap penduduk dalam satu tahun dari hasil kegiatan perekonomian secara menyeluruh di suatu negara/daerah. PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 terus menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat terwujud akibat dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk itu sendiri, sedangkan sebagaimana diketahui, PDRB perkapita tersebut merupakan hasil penghitungan antara total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku, nilai PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2013 adalah sebesar 15,02 juta rupiah per orang per tahun. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan PDRB Perkapita tahun 2009 yaitu 9,60 juta rupiah. Pada tahun 2010 tercatat sebesar 10,76 juta rupiah, selanjutnya tahun 2011 sebesar 12,07 juta rupiah, dan tahun 2012 sebesar 13,25 juta rupiah. 3

6 Tabel 1: PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Tahun PDRB Per Orang (Juta) , , , , ,02 Sumber : (BPS, 2013) Dari tabel 1 Dengan lebih tingginya PDRB Perkapita tahun 2013 ini mencerminkan bahwa secara rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk semakin baik,. Diharapkan tingkat kesejahteraan ini dapat terdistribusikan secara adil, sehingga tidak ada lagi penduduk yang hidup dibawa garis kemiskinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tungganai dan ABK yang ada dikecamatan sutera kabupaten pesisir selatan sebanyak 68 orang. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan sebagai variabel terikat (Y), perubahan iklim (X1), upah tenaga kerja (X2), dan teknologi (X3), sebagai variabel bebasnya. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda. HASIL PENELITIAN Deskripsi Variabel Pendapatan (Y) Pendapatan adalah hasil dari rata-rata penerimaan dikurangi dengan rata-rata pengeluaran dalam satu bulan yang responden bisa dapatkan setiap bulannya pada responden nelayan di kecamatan sutera kabupaten pesisir selatan. Pendapatan responden dari hasil nelayan tunggganai setiap bulannya paling banyak adalah yaitu 53,8% responden dan paling sedikit adalah dan yaitu 23,1% responden dengan rata-rata pendapatan sebulan adalah 2,650,000 dengan pendapatan terendah adalah dan pendapatan tertinggi adalah dan pendapatan nelayan ABK adalah ABK paling banyak dalam sebulan adalah yaitu 50,9% responden dan paling sedikit adalah yaitu 1,8% responden dengan rata-rata pendapatan sebulan adalah 2,860,000 dengan pendapatan terendah adalah dan 4

7 pendapatan tertinggi adalah 10,000,000.. Pendapatan Tungganai (Y) Pada pendapatan nelayan tungganai paling banyak dalam sebulan adalah yaitu 53,8% responden dan paling sedikit adalah dan yaitu 23,1% responden dengan rata-rata pendapatan sebulan adalah 2,650,000 dengan pendapatan terendah adalah dan pendapatan tertinggi adalah Pendapatan ABK (Y) Pada pendapatan nelayan ABK paling banyak dalam sebulan adalah yaitu 50,9% responden dan paling sedikit adalah yaitu 1,8% responden dengan rata-rata pendapatan sebulan adalah 2,860,000 dengan pendapatan terendah adalah dan pendapatan tertinggi adalah 10,000,000. Deskripsi Variabel Perubahan Iklim (X1) Perubahan iklim paling banyak terjadi yaitu selama 1 hari yang disampaikan oleh 48,5% responden dan paling sedikit selama 5 hari yang disampaikan oleh 2,9% responden dan rata-rata perubahan iklim terjadi selama 2 hari dengan paling lama 5 hari dan paling sedikit 1 hari. Deskripsi Variabel Upah Tenaga Kerja (X2) Upah tenaga kerja nelayan paling banyak adalah pada 79,4% responden dan paling sedikit adalah ; ; ; yaitu 1,5% responden dan rata-rata upah nelayan adalah Deskripsi Variabel Teknologi (X3) Biaya teknologi nelayan yang terdiri dari pembelian pancing dan jaring dengan biaya paling banyak adalah yaitu 44,1% nelayan dan paling sedikit dengan biaya sebayak 1,5% nelayan dengan rata-rata biaya teknologi

8 Tabel 2 : Hasil Regresi Berganda Hasil Analisis Regresi Berganda Konstanta dan Variabel Bebas Konstanta (a) Koefisien Regresi Tungganai Pendapatan (Y) Koefisien Regresi ABK Koefisien Regresi Total Sampel Perubahan Iklim (X1) , , ,683 Upah Tenaga Kerja (X2) Teknologi (X3) Sumber: Olahan Data Primer, 2016 Dari model persamaan regresi linear berganda di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh dari variable perubahan iklim, upah tenaga kerja, dan teknologi nelayan maka pendapatan nelayan telah mencapai Koefisien regresi perubahan iklim sebesar setelah data dikuadratkan turun menjadi ,683. Hal ini berarti adanya pengaruh perubahan iklim terhadap pendapatan, apabila perubahan iklim menurun sebesar satu satuan maka pendapatan akan menurun sebesar dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan. Koefisien regresi upah tenaga kerja sebesar Hal ini berarti adanya pengaruh upah tenaga kerja terhadap pendapatan, apabila upah tenaga kerja meningkat sebesar satu satuan maka pendapatan akan meningkat sebesar dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan. Koefisien regresi teknologi sebesar Hal ini berarti adanya pengaruh teknologi terhadap pendapatan, apabila teknologi meningkat sebesar satu satuan maka pendapatan akan meningkat sebesar dalam setiap satuannya dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan. 6

9 Tabel 3 : koefisien determinasi(r 2 ) Hasil Analisis Koefisien Determinasi Petani R 2 Nelayan Keseluruhan 0,847 Nelayan Tungganai 0,814 Nelayan ABK 0,877 Berdasarkan nilai R square pada nelayan keseluruhan sebesar 0,877 yang artinya 87,7% ketiga variabel independent (perubahan iklim, upah tenaga kerja dan teknologi mempengaruhi pendapatan nelayan tungganai). Berdasarkan nilai R square pada nelayan ABK koefisien regresi perubahan iklim adalah , upah tenaga kerja dan teknologi 1.400, diperoleh nilai R 2 adalah 0,214, artinya sebanyak 81,4% ketiga variabel independent (perubahan iklim, upah tenaga kerja dan teknologi mempengaruhi pendapatan nelayan ABK). Berdasarkan nilai R square pada nelayan keseluruhan koefisien regresi perubahan iklim adalah , upah tenaga kerja dan teknologi 1.772, diperoleh nilai R 2 adalah 0,877, artinya sebanyak 87,7% ketiga variabel independent (Perubahan iklim, upah tenaga kerja, dan teknologi) sedangkan sisanya 12,3 % dipengaruhi oleh variable lain yang tidak masuk kedalam penelitian ini., Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu uji t (parsial) dan uji F (simultan).. 7

10 Tabel 4 : Uji Hipotesis Uji Hipotesis Konstanta Pendapatan (Y) dan Variabel Bebas Pendapatan Keseluruhan Pendapatan Tungganai Pendapatan ABK t Sig t Sig t Sig Konstanta (a) Perubahan iklim (X1) Upah Tenaga Kerja (X2) Teknologi (X3) F hitung Sig 0,000 0,001 0,006 Sumber: Olahan Data Primer, 2016 a. Hipotesis 1, terdapat pengaruh antara perubahan iklim (X 1 ) terhadap pendapatan (Y) dengan nilai t hitung sebesar 2.493> t tabel sebesar 3,386 sedangkan nilai signifikan 0,040<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara perubahan iklim terhadap pendapatan nelayan di kecamatan sutera kabupaten pesisir selatan. b. Hipotesis 2, terdapat pengaruh antara upah tenaga kerja (X 2 ) terhadap pendapatan (Y) dengan nilai t hitung sebesar 2.546> t tabel sebesar 3,386 sedangkan nilai signifikan 0,013<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara upah tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. c. Hipotesis 3, terdapat pengaruh antara teknologi (X 3 ) terhadap pendapatan (Y) dengan nilai t hitung sebesar 2.737> t tabel sebesar 3,386 sedangkan nilai signifikan 0,008<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara teknologi terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. F hitung pada nelayan keseluruan adalah 8,162> F tabel 2,74 dan nilai signifikan 0,000<0,05. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H a diterima, Dengan demikian dapat dikatakan 8

11 bahwa perubahan iklim, upah tenaga kerja dan teknologi secara stimultan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. PENUTUP Berdasarkan pokok persoalan yang telah diteliti dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga nelayan terutama pada nelayan tungganai yang ditunjukan oleh nilai koefisiennya adalah , nelayan ABK adalah dan nelayan keseluruhan adalah Nilai koefisien ini signifikan karena t hitung > t tabel pada nelayan tungganai sebesar 3,072,, ABK 3,072 dan keseluruhan adalah 2,493> t tabel sebesar 1,960, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara perubahan iklim terhadap pendapatan nelayan tungganai dan ABK di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Upah tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga nelayan terutama pada nelayan tungganai yang ditunjukan oleh nilai koefisiennya adalah 2,114, ABK 3,264 dan keseluruhan nelayan adalah dan nilai t hitung pada nelayan tungganai sebesar 2,147, ABK 2,873 dan nelayan keseluruhan adalah 2,546> t tabel sebesar 1,960, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara upah tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Teknologi sangat berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga nelayan yang terlihat dari nilai koefisien regresi teknologi pada nelayan tungganai sebesar 3,572, nelayan ABK sebesar 1,400 dan nelayan keseluruhan sebesar dan nilai t hitung nelayan tungganai sebesar 3,573, ABK sebesar 1,400 dan nelayan keseluruhan 2,737> t tabel sebesar 1,960 berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara modal terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. 4. Tenaga kerja paling mempengaruhi pendapatan nelayan tungganai, teknologi paling mempengaruhi pendapatan ABK dan tenaga kerja paling mempengaruhi pendapatan nelayan keseluruhan dengan nilai t hitung lebih besar dibandingkan variabel lainnya. 9

12 SARAN Berdasarkan hasil dari penelitian, Penulis mengemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan yang ditunjukan kepada rumah tangga nelayan : 1. Perubahan iklim. sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan, perubahan iklim sangat sensitif mempengaruhi pendapatan nelayan tungganai yang terlihat dari nilai koefisiennya sebesar ,674 dan koefisien ini signifikan karena t hitung > t tabel. 2. Upah tenaga sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan, upah sangat sensitif mempengaruhi pendapatan nelayan tungganai yang terlihat dari nilai koefisiennya sebesar ,674 dan koefisien ini signifikan karena t hitung > t tabe. 3. Teknologi sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan, teknologi sensitif mempengaruhi pendapatan nelayan tungganai yang terlihat dari nilai koefisiennya sebesar 3,572 dan koeifisien ini signifikan karena t hitung > t tabel. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Kunatitatif. jakarta: Rineka Cipta. Banowati, Eva. (2014). Geografi Iklim. Yogyakarta: Ombak. BPS. (2007). Kelautan Indonesia UNCLOS. Padang: BPS. BPS. (2013). Kecamatan Sutera Dalam Angka Pesisir Selatan: Padang. Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Guntoro, S, Membudidayakan Transformasi Teknologi Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Hermon, Dedy. (2010). Geografi Iklim. Padang: UNP Press. Muttaqin. (2001). Sumber Daya Agribisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pasaribu, Alimusa. (2012). Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Jakarta: Andi Offset. Sukirno, Sadono. (2009). Pengantar Teori Ekonomimikro. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Syofian, Siregar. (2012). Statistik Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara. 10