NILAI BUDAYA DALAM PUISI DAS SCHENKENBUCH KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI BUDAYA DALAM PUISI DAS SCHENKENBUCH KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE SKRIPSI"

Transkripsi

1 NILAI BUDAYA DALAM PUISI DAS SCHENKENBUCH KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh Nurul Hikmah NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

2

3

4

5 MOTTO Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (Q. S. 94:5-7) Life never was easy, just grow up and accept it (Cahayalangit) v

6 PERSEMBAHAN Karya kecil adalah wujud cinta, kasih, serta pengabdian kepada: - Allah SWT. yang mengajarkan kedewasaan pada tiap insan melalui dinamika hidup yang tak biasa yang penuh ujian. - Ayah, Mama, Kak Utie, dan 2 Adikku yang dengan segala kesabarannya menanti kabar bahagia ini. Yang dengan segala ketulusannnya mendoakan segala perjuangan saya. Terima kasih untuk kalian. Kalian sungguh anugerah terindah yang pernah saya miliki. Juga terima kasih kepada Ayah dan Ibu kedua saya Ayah Husni dan Ibu Ummi Sulha, terima kasih atas segala motivasi dan dukungan yang sungguh membangun. - Pak Adi Triono sekeluarga, terima kasih banyak atas segala bantuan moril maupun materil yang telah diberikan. Tak ada hubungan darah antara kita, tapi kalian seperti lebih dari saudara. - Teman-teman dan Adik-adikku di Kos Sumber Waras, yang dengan segala kegilaannya mampu menghilangkan kepenatan yang ada. Bersama kita melepas lelah, bersama pula kita berbagi bahagia. Kalian yang paling tahu setiap proses yang saya jalankan. - Keluarga besar BDS yang telah memberiku banyak pelajaran. Terima kasih atas segala kesempatan yang kalian berikan untuk saya bisa belajar menjadi pemimpin. Saya belajar banyak di keluarga yang penuh dengan kehangatan dan keceriaan ini. - Keluarga besar Al-Huda yang luar biasa, yang selalu membuat saya merasa benar-benar memiliki keluarga di Jogja. - Keluarga besar KAMMI yang membuat saya yakin bahwa tidak ada perjuangan yang siasia - Keluarga besar K-LINK, yang telah mengantarkan saya pada kehidupan yang sebenarnya. Terima kasih banyak untuk segalanya. Teirma kasih untuk selalu menguatkan saya ketika saya rapuh - Keluarga besar Ar-Ruhul Jadid, terima kasih banyak atas segala ketulusan yang telah diberikan. Entahlah, saya akan seperti apa tanpa kalian semua. Terima kasih untuk memberikan ruang bagi saya berbagi masalah.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan tugas akhir yang berjudul Nilai Budaya dalam Puisi Das Schenkenbuch Karya Johann Wolfgang von Goethe ini dapat penulis selesaikan untuk memenuhi gelar sarjana. Penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis akan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M.Pd., Dekan FBS UNY yang memberikan izin untuk penelitian ini; 2. Ibu Dra. Lia Malia, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY; 3. Bapak Subur Dosen Penasehat Akademik yang memberikan nasehat terkait akademik penulis dari awal. Serta Ibu Yati Sugiarti, M.Hum sebagai Dosen Penasihat Akademik Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY yang menasihati akademik perkuliahan penulis selama penulis mengerjakan Tugas Akhir Skripsi (TAS). 4. Ibu Isti Haryati, M.A dan bapak Drs. Ahmad Marzuki Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing, serta memberikan ideide dan masukan kepada penulis; 5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY yang selama ini mengajar dengan penuh kesabaran; 6. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian maupun penyususnan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena memang kesempurnaan hanya milik Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu penulis berharap, vii

8 semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang akan melakukan

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... KURZFASSUNG... Hal i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Puisi... 5 B. Pengertian Budaya... 6 C. Pengertian Budaya Barat dan Timur D. Penelitian Relevan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Data Penelitian ix

10 C. Sumber Data Penelitian D. Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Analisis Data G. Teknik Penentuan Kehandalan dan Keabsahan Data BAB IV NILAI BUDAYA DALAM PUISI DAS SCHENKENBUCH KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE A. Deskripsi Puisi Das Schenkenbuch B. Pembacaan Heuristik C. Nilai Budaya dalam Puisi Das Schenkenbuch Sistem Religi a. Nilai tentang Kepercayaan b. Nilai tentang Keberagaman Sistem Pengetahuan Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem-sistem Ekonomi Sistem Organisasi Kemasyarakatan Bahasa Kesenian D. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan B. Saran C. Implikasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Bentuk Puisi (Dalam Bahasa Jerman) Lampiran 2 Bentuk Puisi (Dalam Bahasa Indonesia) Lampiran 3 Tabel Nilai Budaya dan Bentuk Penyampaiannya Lampiran 4 Biografi Johann Wolfgang von Goethe xi

12 NILAI BUDAYA DALAM PUISI DAS SCHENKENBUCH KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE Oleh Nurul Hikmah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai budaya yang terdapat dalam puisi Das Schenkenbuch karya Johann Wolfgang von Goethe. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah Puisi Das Schenkenbuch karya Johann Wolfgang von Goethe. Data penelitian ini difokuskan pada penelusuran nilai budaya dengan menggunakan teori 7 unsur budaya oleh Koentjaraningrat. Data diperoleh dengan teknik membaca, mencatat dan markah. Keabsahan data diperoleh dengan validitas semantis dan diperkuat dengan validitas Expert Judgment. Reliabilitas yang digunakan adalah Intrarater. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa nilai budaya yang disampaikan Goethe dalam puisi ini yang sesuai dengan 7 unsur budaya. (1) Pada unsur sistem religi: terdapat nilai tentang kepercayaan, yang memuat keyakinan beragama setiap manusia dan nilai tentang keberagaman; (2) Pada unsur sistem pengetahuan terdapat nilai keberagaman budaya yang memuat tentang perkembangan pengetahuan manusia; (3) Pada unsur sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia: terdapat nilai kreativitas yang memuat tentang kecerdasan manusia dalam menciptakan sesuatu yang baru; (4) Pada unsur sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi: terdapat nilai kemandirian yang memuat tentang usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, (5) Pada unsur sistem organisasi kemasyarakatan: terdapat nilai sosial yang memuat tentang kehidupan bersosial antar manusia; (6) Pada unsur bahasa: terdapat nilai keindahan yang memberikan gambaran keindahan puisi ini; (7) Dan terakhir terdapat nilai seni. xii

13 DIE KULTURNORMEN IM GEDICHT DAS SCHENKENBUCH VON JOHANN WOLFGANG VON GOETHE Von Nurul Hikmah KURZFASSUNG Die Untersuchung beabsichtigt, die Kulturnormen im Gedicht Das Schenkenbuch von Johann Wolfgang von Goethe zu beschreiben. Der Ansatz dieser Untersuchung ist objektiver Ansatz. Um die Daten zu analysieren, wird eine deskriptiv-qualitative Analyse benutzt. Die Datenquelle dieser Untersuchung ist das Gedicht Das Schenkenbuch von Johann Wolfgang von Goethe. Die Daten der Untersuchung sind die Identifikation von der Wert der Kultur mit der Theorie 7 Kulturelementen von Koentjaraningrat. Die Datenerfassung erfolgt durch Lesen-, Notiz- und Zeichentechnik. Die Gültigkeit der Daten wird durch die semantische Gültigkeit bekommen und wird mit der Expertenbeurteilung verstärkt. Die Zuverläsigkeit dieser Untersuchung ist Intrarater. Die Ergebnisse der Untersuchung zeigen, dass es einige von Goethe präsentierte Aufträge über Kultur in diesem Gedicht gibt, die mit 7 Elementen entsprechen. (1) Die Elemente des religiösen System : es gibt die Normen des Glaubens, die über die religiösen Glauben jedes Menschen und Vielfältigkeit des Glaubens enhalten. (2) In der Elemente des Wissenssystems: es gibt die Normen der Kulturvielfalt, die Entwicklung des menschlichen Wissens enthalten; (3) In der Elemente des Lebensgeräte- und Lebensausstattungssystems: es gibt Kreativitätsnormen, die die menschliche Intelligenz in etwas Neues zu schaffen enthalten; (4) In der Elemente des Lebensunterhalt und Wirtschaftssystem: es gibt Selbständigkeitnormen, die die menschliche Bemühungen enthalten, um ihre Lebenstandart zu schaffen; (5) In der Elemente die gesellschaftlichen Organisastionssystem: es gibt Sozialnormen, die die sozialen Beziehungen zwischen den Menschen enthalten; (6) In der Sprachelementen sind die Schönheitsnormen, die eine Überblick über die Schönheit dieses Gedichts geben; (7) Am letzten gibt es die Normen der Kunst. xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bebicara tentang sastra maka tidak akan lepas dengan karya sastra, karena pada hakikatnya sastra adalah hasil karya yang diciptakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Istilah sastra paling tepat diterapkan pada seni sastra yaitu sastra sebagai karya imajinatif. Istilah lain sastra yaitu fiksi (fiction) dan puisi (poetry), sedangkan sastra imajinatif (imaginative literature) dan belles letters (tulisan yang indah dan sopan) berasal dari bahasa Perancis yang menyerupai pengertian etimologis. Istilah Inggris literature berasal dari kata latin litera yang berarti karya tulis atau cetak. Bahasa adalah bahan baku kesusastraan. Tetapi bahasa bukan benda melainkan ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik. Sifat-sifat sastra muncul paling jelas bila dilihat dari aspek referensialnya (acuan). Salah satu puisi yang berbicara tentang tanda kebudayaan yaitu puisi Das Schenkenbuch karya Johann Wolfgang von Goethe. Puisi ini kaya dengan nilai budaya. Johann Wolfgang von Goethe adalah seorang pujangga, penulis prosa, dramawan, negarawan, bahkan pelukis dan ilmuwan. Goethe dianggap sebagai sastrawan terbesar Jerman, sehingga namanya diabadikan sebagai pusat kebudayaan Jerman di seluruh dunia. Goethe adalah salah satu sastrawan terpenting dalam dunia sastra Jerman. Ia 1

15 2 adalah pengarang Faust dan penemu teori warna (Farbenlehre). Ia juga merupakan inspirasi bagi Darwin dengan penemuan terpisahnya terhadap tulang rahang pramaksilia manusia dan fokusnya kepada evolusi. Pengaruh Goethe tersebar di sepanjang Eropa, dan selama seabad ke depan karyanya merupakan sumber inspirasi utama dalam musik, drama, dan puisi. Puisi Das Schenkenbuch karya Johann Wolfgang von Goethe menarik untuk diangkat sebagai topik penelitian, karena puisi ini memiliki perpaduan dua budaya yaitu budaya Timur dan Barat. Latar belakang Goethe menuliskan puisi ini pun adalah salah satu alasan mengapa puisi memiliki pesona tersendiri. Ketika menulis puisi ini, Goethe sedang berada pada titikkekaguman yang tinggi terhadap budaya Timur yang kental dengan Islam. Ia menganggap bahwa ada interkoneksitas dengan budaya Barat. Ia memandang bahwa tidak selalu budaya Barat mempengaruhi Timur, atau sebaliknya. Tetapi yang menjadi cara pandangnya adalah bahwa kedua budaya ini bisa saja saling mempengaruhi dan saling mengisi. Nilai budaya yang terkandung di dalam puisi ini menarik jika dikaji dengan pendekatan teori budaya lebih spesifik lagi apabila dikaji dengan 7 unsur budaya yang disampaikan oleh Koentjaraningrat. Hal ini disebabkan melalui 7 unsur ini orang akan mampu menggali lebih dalam perpaduan budaya Barat dan Timur yang terkandung dalam puisi ini, sebab pada kenyataannya banyak orang yang menganggap bahwa dua kebudayaan ini sangat bertolak belakang. Tetapi tidak dengan Goethe yang memiliki sudut pandangberbeda. Ini membuktikan bahwa peran yang dimiliki oleh manusia dapat

16 3 menentukan pola struktrur kebudayaan. Kroeber dan Kluckhohn (1963: 357) mengatakan bahwa budaya itu terdiri atas pola-pola perilaku, yang eksplisit dan implisit yang diperoleh dan disampaikan melalui simbol-simbol, yang membentuk pencapaian yang berbeda bagi kelompok manusia termasuk artefak mereka. Oleh karena itu, peran manusia seharusnya diperhitungkan supaya dapat mengkaji kebudayaan benar-benar dari semua unsur yang terkandung di dalamnya dan mengkaji perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada suatu struktrur kebudayaan. B. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini difokuskan pada nilai budaya yang terkandung dalam puisi Das Schenkenbuch karya Goethe. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam puisi Das Schenkenbuch karya Goethe. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan kajian dan perbandingan yang relevan dalam penelitian yang serupa

17 4 b. Menambah pengetahuan mahasiswa UNY pada umumnya dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman pada khususnya tentang sastra Jerman yang lahir pada masa Klassik dan Sturm und Drang 2. Secara Praktis a. Memperkenalkan puisi sebagai salah satu karya sastra estetis kepada masyarakat. b. Menambah referensi dalam kekayaan makna dari puisi Das Schenkenbuch karya Goethe.

18 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Puisi Puisi adalah bagian karya sastra selain drama dan epik. Puisi ialah perasaan penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat, serta mengandung rima dan irama. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan, sedangkan wujud puisi terdiri dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata ke bawah, dan tidak mementingkan ejaan. Untuk memahami puisi dapat juga dilakukan dengan membedakannya dari bentuk prosa. Puisi dalam sastra Jerman sering disebut Lyrik atau Gedicht. Lyrik berasal dari bahasa Latin Lyra yang berarti alat petik harfa. Lyrik kommt aus lateinischem Wort Lyra (harfenatiges Zupfinstrumen) (Marquas via Sugiarti,dkk, 2005: 78). Gedicht ist allgemein jede Erscheinungsform der Dichtung in Versen, auch episches oder dramatisches G. (SCHILLERS Don Carlos), bes. aber für die Lyrik (Kröner Sachwörterbuch, 1969: 284). Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena melalui puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminuddin, 2009: 134). Badrun (1989: 2) menyatakan bahwa selain bersifat puitis, 5

19 6 bahasa puisi juga merupakan bahasa multidimensional yang mampu menembus pikiran, perasaan, dan imajinasi manusia. Sementara menurut Wolfgang Kayser mengklarifikasikan sajak dengan kalimat bahwa dalam sajak-sajak itu mengalir dunia dan saya bersama-sama, meresap dalam suasana yang berkobar-kobar, yang sebenarnya merupakan pernyataan isi hati ( Im Lyrischen fliessen Welt und ich zusammen, durch dringen sich, und das in der Erregtheit einer Stimmung, die nun das eigentlich sich-ausspechende ist ) (Urbanek, TT: 445). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya yang diciptakan manusia dengan cipta, rasa, dan karsa yang tinggi yang menggambarkan suasana hati dengan nilai estetis yang tinggi. Untuk memahami makna sebuah puisi dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, misalnya dengan mengkaji gaya bahasa dan bentuk puisi. Gaya bahasa yang dipergunakan penyair mencakup (1) Gaya bunyi yang meliputi: asonansi, aliterasi, persajakan, efoni, dan kakofoni. (2) Gaya kata yang membahas tentang pengulangan kata dan diksi. (3) Gaya kalimat yang berisi gaya implisit dan gaya retorika. (4) Larik, dan (5) bahasa kiasan. Memahami puisi melalui bentuknya dapat dilakukan dengan menelaah tipografi, tanda baca, serta enjambemen.

20 7 B. Pengertian Budaya Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia. Pemilihan definisi kebudayaan yang tepat sangat sukar karena begitu banyak orang yang mendefinisikannya. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. S.T. Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir. Menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas, sebab semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir. Yang termasuk di dalam kebudayaan adalah perasaan, karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.

21 8 Sementara itu, menurut Koentjaraningrat kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Dalam bukunya Culture, a Critical Review of Concepts and Definitions (1952) A.L. Kroeber dan Kluckhohn mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya. Maka dapat disimpulkan bahwa budaya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia. Kebudayaan mencakup pola pikir, perilaku, maupun hasil karya manusia itu sendiri. Selain itu, ketika orang berbicara terkait budaya, maka tidak sebatas tentang pengertian saja, namun juga tentang unsur dan wujud kebudayaan itu sendiri. Koentjaraningrat (2000: 80) mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki 7 unsur, yang disebut sebagai 7 unsur universal. Artinya 7 unsur ini menghimpun seluruh unsur yang ada. Melalui unsur-unsur ini pula akan mampu digali isi pokok dari sebuah kebudayaan. Unsur-unsur tersebut antara lain: a. Bahasa Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan ataupun gerakan (bahasa isyarat) dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicara. Melalui bahasa manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama

22 9 masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sementara itu, fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengekploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Sistem Pengetahuan Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error). Sistem pengetahuan tersebut dikelompokan menjadi: (1) pengetahuan tentang alam, (2) pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya, (3) pengetahuan tentang tubuh mannusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia, (4) pengetahuan tentang ruang dan waktu. c. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial Sistem kekerabatan adalah bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Mever Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang

23 10 bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: (1) alat-alat produktif, (2) senjata, (3) wadah, (4) alat-alat menyalakan api, (5) makanan dan minuman, (6) pakaian, (7) tempat berlindung dan perumahan, (8) alat-alat transportasi.

24 11 e. Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian hidup ini terdiri dari: berburu dan meramu, perikanan, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam menetap, peternakan, dan perdagangan. f. Sistem Religi Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta. Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa Latin religare yang berarti menambatkan ), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Unsur-unsur religi menurut Koentjaraningrat (2000: 239) terdiri dari: emosi keagamaan, sistem keagamaan, upacara keagamaan, peralatan upacara dan kelompok keagamaan. Emosi keagamaan adalah suatu getaran jiwa yang pada suatu ketika pernah menghinggapi manusia dalam jangka waktu hidupnya, walaupun getaran itu mungkin hanya beberapa detik saja dan kemudian menghilang lagi.

25 12 Sistem keyakinan dan keagamaan menurut Koentjaraningrat dapat berwujud pada pikiran manusia, yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat Tuhan, tentang wujud alam gaib, tentang terjadinya alam dan dunia, tentang zaman akhirat, tentang wujud dan ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat, hantu, dan makhluk halus lainnya. Kecuali dari itu, sistem keyakinan juga menyangkut sistem nilai dari sistem keagamaan, ajaran kesusilaan, dan ajaran religi lainnya yang mengatur tingkah laku manusia. Upacara keagamaan menurut Koentjaraningrat dapat berwujud aktivitas atau tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian terhadap Tuhan, dewa, roh nenek moyang, dan makhluk lainnya dalam upaya berkomunikasi dengan Tuhan atau penghuni alam gaib lainnya. Hal ini biasanya dilakukan berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, atau hanya kadang-kadang saja. Berdasarkan isi acaranya, hal ini biasanya terdiri dari suatu kombinasi yang merangkai satu atau beberapa tindakan, seperti: berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari, bernyanyi, berprosesi, seni drama suci, berpuasa, bertapa, bersemi dan sebagainya. Selanjutnya dikatakan oleh Koentjaraningrat bahwa di dalam hal ini biasanya digunakan berbagai sarana atau peralatan, seperti : tempat atau gedung pemujaan (masjid, langgar, gereja, pagoda, stupa), patung dewa, patung orang suci, alat bunyibunyian suci (bedug, gong, seuling, gamelan, lonceng, dan lain-lain). Kelompok keagamaan menurut Koentjaraningrat (2000: 82) merupakan suatu kesatuan sosial yang berwujud sebagai: 1) Keluarga inti atau kelompok kekerabatan

26 13 yang lain, 2) Kelompok kekerabatan yang lebih besar, seperti keluarga luas, suku, marga dan lain-lain, 3) Kesatuan komunitas, seperti desa dan lain-lain, 4) Organisasi atau gerakan religi, seperti organisasi penyiaran agama, organisasi gereja, partai politik yang berideologi agama, gerakan agama,dan lain-lainnya. g. Kesenian Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusiaakan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.kesenian, terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis dan gambar, seni rias, seni vokal, seni instrumen, senin kesusasteraan, dan seni drama. Dari 7 unsur kebudayaan di atas, Koentjaraningrat (2000: ) membagi lagi kebudayaan ke dalam 3 wujud. Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud kebudayaan sebagai aktivitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama berbentuk abstrak, sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat dalam pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kata adat dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan wujud

27 14 kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan ini. Untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat (1979: 187). Wujud kebudayaan yang kedua disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial dijelaskan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan aktivitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Aktivitas ini dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan yang memiliki pola tertentu disebut sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk konkret karena bisa dilihat pola-pola tindakannya dengan indera penglihatan. Kemudian wujud kebudayaan yang ketiga disebut dengan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 1979: 188). Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat. Sementara menurut J.J. Hoenigman (dalam Koenjtaraningrat, 2000), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. a. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terdapat dalam kepala-kepala atau di alam pikiran masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyampaikan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari

28 15 kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. b. Aktivitas (Tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat tersebut. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. c. Artefak (Karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau halhal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu, tidak bisa dipisahkan dengan wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, menurut ahli antropologi Cateora, budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, yaitu:

29 16 a. Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi. b. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng atau cerita rakyat. c. Lembaga sosial Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam konteks berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. d. Sistem kepercayaan Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun sistem kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi sistem penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi. e. Estetika Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama, dan tari-tarian yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Di Indonesia setiap masyarakat memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan disampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif.

30 17 f. Bahasa Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Dari beberapa teori di atas yang membahas tentang budaya, teori budaya yang digunakan penulis untuk membedah puisi ini adalah teori 7 unsur budaya yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Teori tersebut digunakan dalam penelitian ini sebab 7 unsur (sistem religi, sistem pengetahuan, sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia, sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem organisasi kemasyarakatan, bahasa dan kesenian) yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat adalah 7 unsur universal yang telah mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia. Sehingga ketika menggunakan teori ini, penulis berharap mampu menyampaikan nilai budaya dalam puisi ini secara menyeluruh. C. Pengertian Budaya Barat dan Budaya Timur Budaya Barat mengacu pada budaya yang berasal dari Eropa. Istilah budaya Barat digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan norma-norma sosial, nilainilai etika, adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak budaya, serta teknologi. Secara spesifik, istilah budaya Barat dapat ditujukan terhadap: 1. Pengaruh budaya Klasik dan Renaisans Yunani-Romawi dalam hal seni, filsafat, sastra, hukum, dan tradisi.

31 18 2. Pengaruh budaya Alkitab-Kristiani dalam hal pemikiran rohani, adat dan dalam tradisi etika atau moral, selama masa pasca Klasik. 3. Pengaruh budaya Eropa Barat dalam hal seni, musik, cerita rakyat, etika, dan tradisi lisan, dengan tema-tema yang dikembangkan lebih lanjut selama masa Romantisme. Konsep budaya Barat umumnya terkait dengan definisi Klasik dan dunia Barat. Dalam definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dengan peradaban lain. Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat Barat modern, antara lain dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan (seperti gerakan-gerakan Zaman Baru). ( Berbeda dengan budaya Timur, pemikiran timur lebih menekankan unsur terdalam dari jiwa. Macam-macam kebudayaan yang memiliki nilai Timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia. Sesuatu yang baik menurut budaya Timur tidak terdapat hanya dalam dunia benda (materialisme), tidak dengan manipulasi alam (eksploitasi), atau mengubah masyarakat dan mencari kesenangan dirinya (hedonisme). Sesuatu yang baik menurut budaya Timur adalah sesuatu yang diperoleh melalui pencarian zat yang satu, di dalam diri kita atau di luarnya. Jalan untuk

32 19 memperoleh hikmah keselamatan dan kebebasan diri dari penderitaan dunia tidak terletak pada akal budi, tapi melalui meditasi, beribadah. ( D. Penelitian yang Relevan Penelitian pada puisi Das Schenkenbuch ini adalah yang pertama yang menggunakan analisis budaya. Oleh karena itu, belum ditemukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui tujuh unsur budaya oleh Koentjaraningrat. B. Data Penelitian Data pada penelitian ini berupa kata, frasa, serta kalimat yang merupakan informasi, penjelasan, dan faktor penting yang memuat nilai budaya yang terdapat pada puisiyang berjudul Das Schenkenbuch karya Johann Wolfgang von Goethe. C. Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian pustaka karena yang menjadi sumber data penelitian ini adalah teks puisi Das Schenkenbuch karya Goethe yang ditulis Goethe pada rentang waktu Puisi ini terdapat dalam buku kumpulan puisi karya Goethe yang berjudul West-Östlicher Divan (West- Eastern Divan, WOD) yang diterbitkan pada tahun 1974 oleh penerbit Insel Taschenbuch. 20

34 21 D. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, langkah pertama yang dilakukan yaitu pembacaan ulang secara holistik. Pembacaan ulang dimaksudkan agar peneliti lebih mudah dalam melakukan analisis. Agar unsur yang akan dianalisis bisa teranalisis secara utuh dan makna yang terkandung pun menjadi menyeluruh. Dengan demikian tumbuh semacam interfensi dinamis atau semacam pertemuan yang akrab antara peneliti dengan puisi yang diteliti. Langkah selanjutnya yaitu pembacaan heuristik. Heuristik dilakukan untuk mendapatkan arti puisi secara harfiah. Menurut Endraswara (2003: 67) pembacaan heuristik adalah pembacaan sastra yang berdasarkan struktur kebahasaan. Secara semiotik, pembacaan semacam ini baru semotik tingkat pertama. Yang dilakukan dalam heuristik antara lain menerjemahkan atau memperjelas arti kata-kata atau sinonim. Langkah terakhir yaitu menganalisis puisi dengan mencari nilai budaya berdasarkan teori Koentjaraningrat. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instumen) yang berperan sebagai penganalisis puisi Das Schenkenbuch karya Goethe secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui teori budaya menurut Koentjaraningrat.

35 22 F. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dengan teknik deskriptif kualitatif melalui teori budaya menurut Koentjaraningrat. Analisis data difokuskan pada 7 unsur budaya, yang disebut 7 unsur universal. 7 unsur ini menghimpun seluruh unsur yang ada (Koentjaraningrat, 2003: 80). Melalui 7 unsur ini, penulis akan menggali isi pokok dari sebuah kebudayaan yang terdapat dalam puisi Das Schenkenbuch. 7 unsur ini yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. G. Teknik Penentuan Kehandalan dan Keabsahan Data Dalam sebuah penelitian diperlukan pengecekan terkait keabsahan data studi untuk mendukung signifikasi data temuan. Sementara untuk mengukur validitas data dalam penelitian ini, digunakan validitas expert judgement/, yaitu dengan bertanya padaahli dan konsultasi dengan dosen yang menggeluti bidang yang diteliti. Reliabilitas data dalam penelitian ini digunakan reliabilitas intrarater, yaitu peneliti melakukan pembacaan dan penelitian terhadap sumber data secara berulang-ulang. Selain itu peneliti mendiskusikan hasil penelitian dengan rekan yang mengetahui atau memahami bidang yang diteliti.

36 BAB IV NILAI BUDAYA PUISI DAS SCHENKENBUCH KARYA JOHANN WOLFGANG VON GOETHE Pada bagian pembahasan ini, penulis akan mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam puisi Das Schenkenbuch. Proses pertama dalam menganalisis adalah dengan melakukan pembacaan secara heuristik. Pembacaan secara heuristik adalah pembacaan secara struktur kebahasaannya. Yang dilakukan dalam pembacaan heuristik antara lain menerjemahkan atau memperjelas arti kata-kata atau sinonim. Dalam hal ini, bagianbagian puisi akan diterangkan secara berurutan hingga membentuk satu kesatuan cerita atau sebuah peristiwa. Langkah kedua yaitu penulis akan membedah apa saja nilai budaya yang terdapat dalam puisi Das Schenkenbuch karya Goethe. Pada bagian ini, peneliti akan melihat puisi ini dari sudut pandang budaya. Teori kebudayaan yang digunakan untuk membedah puisi ini, yaitu yang dikemukakan oleh Koenjaraningrat. Dalam hal ini, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki 7 unsur, yang disebut sebagai 7 unsur universal. Artinya 7 unsur ini menghimpun seluruh unsur yang ada (Koentjaraningrat, 2003: 80). Melalui unsur-unsur ini pula akandigali isi pokok dari sebuah kebudayaan. 23

37 24 A. Deskripsi Puisi Das Schenkenbuch Karya Johann Wolfgang von Goethe Puisi Das Schenkenbuch ini adalah sebuah puisi yang ditulis Goethe sejak tahun 1814, namun diterbitkan pada tahun Puisi ini adalah gambaran kekaguman Goethe yang dalam terhadap pesona ketimuran yang ia temukan dalam puisi-puisi karya sastrawan Islam Hafiz. Hafiz adalah sastrawan Arab yang kental dengan nilai spiritualitas. Beliau lahir dan besar di Iran. Namun karya-karya beliau mendunia hingga ke negeri Barat. Melalui puisi ini Goethe menunjukkan budaya Timur dan Barat dalam sebuah harmonisasi. Puisi ini adalah hasil komposisi penulis yang dirangkai dengan komponen antara religiusitas dunia Timur dan keduniawian dunia Barat. Untuk mempermudah proses pemahaman puisi ini, maka puisi Das Schenkenbuch karya Goethe akan terlebih dahulu ditulis secara utuh beserta maknanya dalam bahasa Indonesia. Das Schenkenbuch Ja, in der Schenke hab ich auch gesessen, Mir ward wie andern zugemessen, Sie schwatzten, schrieen, händelten von heut, So froh und traurig, wie's der Tag gebeut; Ich aber saß, im Innersten erfreut, An meine Liebste dacht ich - wie sie liebt? Das weiß ich nicht; was aber mich bedrängt! Ich liebe sie, wie es ein Busen gibt, Der treu sich einer gab und knechtisch hängt. Wo war das Pergament, der Griffel wo, Die alles faßten? - Doch so war's! ja, so!

38 25 Sitz ich allein, Wo kann ich besser sein? Meinen Wein Trink ich allein, Niemand setzt mir Schranken, Ich hab so meine eignen Gedanken. So weit bracht es Muley, der Dieb, Daß er trunken schöne Lettern schrieb. Ob der Koran von Ewigkeit sei? Darnach frag ich nicht! Ob der Koran geschaffen sei? Das weiß ich nicht! Daß er das Buch der Bücher sei, Glaub ich aus Mosleminenpflicht. Daß aber der Wein von Ewigkeit sei, Daran zweifl' ich nicht; Oder daß er vor den Engeln geschaffen sei, Ist vielleicht auch kein Gedicht. Der Trinkende, wie es auch immer sei, Blickt Gott frischer ins Angesicht. Trunken müssen wir alle sein! Jugend ist Trunkenheit ohne Wein; Trinkt sich das Alter wieder zu Jugend. So ist es wundervolle Tugend. Für Sorgen sorgt das liebe Leben, Und Sorgenbrecher sind die Rehen. Da wird nicht mehr nach gefragt! Wein ist ernstlich untersagt. Soll denn doch getrunken sein, Trinke nur vom besten Wein: Doppelt wärest du ein Ketzer In Verdammnis um den Krätzer. Solang man nüchtern ist, Gefällt das Schlechte; Wie man getrunken hat, Weiß man das Rechte; Nur ist das Übermaß Auch gleich zuhanden;

39 26 Hafis, o lehre mich, Wie du's verstanden! Denn meine Meinung ist Nicht übertrieben: Wenn man nicht trinken kann, Soll man nicht lieben; Doch sollt ihr Trinker euch Nicht besser dünken, Wenn man nicht lieben kann, Soll man nicht trinken. Suleika Warum du nur oft so unhold bist? Hatem Du weißt, daß der Leib ein Kerker ist; Die Seele hat man hinein betrogen; Da hat sie nicht freie Ellebogen. Will sie sich da- und dorthin retten, Schnürt man den Kerker selbst in Ketten, Da ist das Liebchen doppelt gefährdet, Deshalb sie sich oft so seltsam gebärdet. Wenn der Körper ein Kerker ist, Warum nur der Kerker so durstig ist? Seele befindet sich wohl darinnen Und bliebe gern vergnügt bei Sinnen; Nun aber soll eine Flasche Wein, Frisch eine nach der andern herein. Seele will's nicht länger ertragen, Sie an der Türe in Stücke schlagen. Dem Kellner Setze mir nicht, du Grobian, Mir den Krug so derb vor die Nase! Wer mir Wein bringt, sehe mich freundlich an, Sonst trübt sich der Eilfer im Glase. Dem Schenken Du zierlicher Knabe, du komm herein, Was stehst du denn da auf der Schwelle?

40 27 Du sollst mir künftig der Schenke sein, Jeder Wein ist schmackhaft und helle. Schenke spricht Du, mit deinen braunen Locken, Geh mir weg, verschmitzte Dirne! Schenk ich meinem Herrn zu Danke, Nun, so küßt er mir die Stirne. Aber du, ich wollte wetten, Bist mir nicht damit zufrieden, Deine Wangen, deine Brüste Werden meinen Freund ermüden. Glaubst du wohl mich zu betriegen, Daß du jetzt verschämt entweichest? Auf der Schwelle will ich liegen Und erwachen, wenn du schleichest. Sie haben wegen der Trunkenheit Vielfältig uns verklagt Und haben von unsrer Trunkenheit Lange nicht genug gesagt. Gewöhnlich der Betrunkenheit Erliegt man, bis es tagt; Doch hat mich meine Betrunkenheit In der Nacht umhergejagt. Es ist die Liebestrunkenheit, Die mich erbärmlich plagt, Von Tag zu Nacht, von Nacht zu Tag In meinem Herzen zagt. Dem Herzen, das in Trunkenheit Der Lieder schwillt und ragt, Daß keine nüchterne Trunkenheit Sich gleich zu heben wagt. Lieb-, Lied- und Weinestrunkenheit, Ob's nachtet oder tagt, Die göttlichste Betrunkenheit,

41 28 Die mich entzückt und plagt. Du kleiner Schelm du! Daß ich mir bewußt sei, Darauf kommt es überall an. Und so erfreu ich mich Auch deiner Gegenwart, Du Allerliebster, Obgleich betrunken. Was in der Schenke waren heute Am frühsten Morgen für Tumulte! Der Wirt und Mädchen! Fackeln, Leute! Was gab's für Händel, für Insulte! Die Flöte klang, die Trommel scholl! Es war ein wüstes Wesen- Doch bin ich, Lust und Liebe voll, Auch selbst dabeigewesen. Daß ich von Sitte nichts gelernt, Darüber tadelt mich ein jeder; Doch bleib ich weislich weit entfernt Vom Streit der Schulen und Katheder. Schenke Welch ein Zustand! Herr, so späte Schleichst du heut aus deiner Kammer; Perser nennen's Bidamag buden, Deutsche sagen Katzenjammer. Dichter Laß mich jetzt, geliebter Knabe, Mir will nicht die Welt gefallen, Nicht der Schein, der Duft der Rose, Nicht der Sang der Nachtigallen. Schenke Eben das will ich behandeln, Und ich denk' es soll mir klecken, Hier! genieß die frischen Mandeln, Und der Wein wird wieder schmecken.

42 29 Dann will ich auf der Terrasse Dich mit frischen Lüften tränken; Wie ich dir ins Auge fasse, Gibst du einen Kuß dem Schenken. Schau! die Welt ist keine Höhle, Immer reich an Brut und Nestern, Rosenduft und Rosenöle; Bulbul auch, sie singt wie gestern. Jene garstige Vettel, Die buhlerische, Welt heißt man sie, Mich hat sie betrogen Wie die übrigen alle. Glaube nahm sie mir weg, Dann die Hoffnung, Nun wollte sie An die Liebe, Da riß ich aus. Den geretteten Schatz Für ewig zu sichern, Teilt ich ihn weislich Zwischen Suleika und Saki. Jedes der beiden Beeifert sich um die Wette, Höhere Zinsen zu entrichten. Und ich bin reicher als je: Den Glauben hab ich wieder! An ihre Liebe den Glauben; Er, im Becher, gewährt mir Herrliches Gefühl der Gegenwart; Was will da die Hoffnung! Schenke Heute hast du gut gegessen, Doch du hast noch mehr getrunken; Was du bei dem Mahl vergessen, Ist in diesen Napf gesunken.

43 30 Sieh, das nennen wir ein Schwänchen. Wie's dem satten Gast gelüstet; Dieses bring ich meinem Schwane, Der sich auf den Wellen brüstet. Doch vom Singschwan will man wissen, Daß er sich zu Grabe läutet; Laß mich jedes Lied vermissen, Wenn es auf dein Ende deutet. Schenke Nennen dich den großen Dichter, Wenn dich auf dem Markte zeigest; Gerne hör ich, wenn du singest, Und ich horche, wenn du schweigest. Doch ich liebe dich noch lieber, Wenn du küssest zum Erinnern; Denn die Worte gehn vorüber, Und der Kuß, der bleibt im Innern. Reim auf Reim will was bedeuten; Besser ist es, viel zu denken. Singe du den andern Leuten, Und verstumme mit dem Schenken. Dichter Schenke, komm! Noch einen Becher! Schenke Herr, du hast genug getrunken; Nennen dich den wilden Zecher! Dichter Sahst du je, daß ich gesunken? Schenke

44 31 Mahomet verbietet's. Dichter Liebchen! Hört es niemand, will dir's sagen. Schenke Wenn du einmal gerne redest, Brauch ich gar nicht viel zu fragen. Dichter Horch! wir andren Muselmanen, Nüchtern sollen wir gebückt sein, Er, in seinem heil'gen Eifer, Möchte gern allein verrückt sein. Saki Denk, o Herr! wenn du getrunken, Sprüht um dich des Feuers Glast! Prasselnd blitzen tausend Funken, Und du weißt nicht, wo es faßt. Mönche seh ich in den Ecken, Wenn du auf die Tafel schlägst. Die sich gleisnerisch verstecken, Wenn dein Herz du offen trägst. Sag mir nur, warum die Jugend. Noch von keinem Fehler frei, So ermangelnd jeder Tugend, Klüger als das Alter sei. Alles weißt du, was der Himmel. Alles, was die Erde trägt, Und verbirgst nicht das Gewimmel, Wie sich's dir im Busen regt. Hatem Eben drum, geliebter Knabe, Bleibe jung und bleibe klug; Dichten zwar ist Himmelsgabe, Doch im Erdeleben Trug.

45 32 Erst sich im Geheimnis wiegen, Dann verplaudern früh und spat! Dichter ist umsonst verschwiegen, Dichten selbst ist schon Verrat. Sommernacht Dichter Niedergangen ist die Sonne, Doch im Westen glänzt es immer; Wissen möcht ich wohl, wie lange Dauert noch der goldne Schimmer? Schenke Willst du, Herr, so will ich bleiben, Warten außer diesen Zelten; Ist die Nacht des Schimmers Herrin, Komm ich gleich, es dir zu melden. Denn ich weiß, du liebst, das Droben. Das Unendliche zu schauen, Wenn sie sich einander loben, Jene Feuer in dem Blauen. Und das hellste will nur sagen: Jetzo glänz ich meiner Stelle; Wollte Gott euch mehr betagen, Glänztet ihr wie ich so helle. - Denn vor Gott ist alles herrlich, Eben weil er ist der Beste; Und so schläft nun aller Vogel In dem groß und kleinen Neste. Einer sitzt auch wohl gestängelt Auf den Ästen der Zypresse, Wo der laue Wind ihn gängelt, Bis zu Taues luft'ger Nässe. Solches hast du mich gelehret

46 33 Oder etwas auch dergleichen; Was ich je dir abgehöret, Wird dem Herzen nicht entweichen. Eule will ich deinetwegen Kauzen hier auf der Terrasse, Bis ich erst des Nordgestirnes Zwillingswendung wohl erpasse. Und da wird es Mitternacht sein, Wo du oft zu früh ermunterst, Und dann wird es eine Pracht sein. Wenn das All mit mir bewunderst. Dichter Zwar in diesem Duft und Garten Tönet Bulbul ganze Nächte; Doch du könntest lange warten, Bis die Nacht so viel vermachte. Denn in dieser Zeit der Flora, Wie das Griechenvolk sie nennet, Die Strohwitwe, die Aurora, Ist in Hesperus entbrennet. Sieh dich um! sie kommt! wie schnelle! Über Blumenfelds Gelänge! - Hüben hell und drüben helle, Ja, die Nacht kommt ins Gedränge. Und auf roten leichten Sohlen Ihn, der mit der Sonn entlaufen, Eilt sie irrig einzuholen; Fühlst du nicht ein Liebeschnaufen Geh nur, lieblichster der Söhne, Tief ins Innre, schließ die Türen; Denn sie möchte deine Schöne Als den Hesperus entführen. Der Schenke schläfrig So hab ich endlich von dir erharrt: In allen Elementen Gottes Gegenwart.

47 34 Wie du mir das so lieblich gibst! Am lieblichsten aber, daß du liebst. Hatem Der schläft recht süß und hat ein Recht zu schlafen. Du guter Knabe hast mir eingeschenkt, Vom Freund und Lehrer, ohne Zwang und Strafen, So jung vernommen, wie der Alte denkt. Nun aber kommt Gesundheit holder Fülle Dir in die Glieder, daß du dich erneust. Ich trinke noch, bin aber stille, stille, Damit du mich, erwachend nicht, erfreust.

48 35 Catatan Pelayan Kedai Minum Ya, di kedai minum itu aku juga duduk, Padaku diukur dan dibagi seperti yang lainnya, Mereka berbincang-bincang, berteriak dan berselisih mengenai hari ini, Begitu bahagia dan sedih, seperti hari telah memangsanya. Tapi aku duduk, dalam hati merasa gembira, Pada kekasihku aku berpikir bagaimana ia mencintai? Aku tak tahu, apa yang menyulitkanku! Aku mencintainya, sebagaimana adanya dada, Yang setia pada seseorang dan bergantung dengan menghamba. Dimana ada perkamen, di situ ada batu tulis, Apakah semuanya berpasangan? Begitulah adanya! Ya, begitulah! Aku duduk sendiri, Dimana aku dapat menjadi lebih baik? (Minuman) Anggurku ku minum sendiri, Tak ada seorang pun yang duduk menghalangiku, Aku dengan pikiranku sendiri. Begitu jauh hingga sampailah pada Muley, pencuri itu, yang menulis huruf indah dalam keadaan mabuk. Apakah Al Qur an berasal dari keabadian? Aku tidak bertanya tentang hal itu! Apakah Al Qur an tercipta? Aku tidak tahu tentang hal itu! Bahwa (Al Qur an) itu adalah kitab dari kitab-kitab (lainnya), Aku percaya dari kewajiban orang muslim. Tapi bahwa anggur berasal dari keabadian, Aku tidak ragu akan hal itu. Atau bahwa ia tercipta sebelum para malaikat, mungkin juga bukanlah syair. Peminum, sebagaimana itu selalu, memandang Tuhan dengan sejuk di mukanya. Kita semua harus mabuk! Masa muda adalah kemabukan tanpa minuman anggur. Masa tua menegak kembali ke masa muda.

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan Pelajaran 26 Perpisahan Satu kabar sedih: harus meninggalkan rekan-rekan kerjanya karena ia akan pindah ke Turki. Walaupun teman kerja membuat satu pesta, namun suasana tetap muram. Ketika tiba di kantor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin bertambah

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Sosped Fapet UHN

KEBUDAYAAN. Sosped Fapet UHN KEBUDAYAAN Sosped Fapet UHN 2013 1 1. Pengertian Kebudayaan Pd umumnya, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian yaitu seni suara, seni tari dan seni-seni lainnya. Namun bila diartikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN MINGGU KE 5

PERTEMUAN MINGGU KE 5 PERTEMUAN MINGGU KE 5 WUJUD KEBUDAYAAN Talcott Parsons bersama A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Dari mana sebenarnya nama berasal?, dan menyelidiki arti dan langsung mendapat beberapa jawaban. Seorang teman kerja Spanyol, yang mendengar kehadiran burung

Lebih terperinci

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ. Pelajaran 21 Ikan Hiu di Hamburg Cuaca hari ini sangat panas. Untung ada suatu kesempatan bagi dan untuk jalan ke kota Hamburg, di dekat laut. Mereka mendapat perintah untuk menyelidik munculnya ikan hiu

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Walaupun bundaran gandum dibuat oleh para petani, tetap mempercayai eksistensi UFO. Informasi yang beredar di penduduk desa tentang penipuan bundaran gandum menyeret dan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar Pelajaran 12 Surat Pendengar Kalau Anda tidak mengerti sesuatu, bertanya kembali adalah pemecahan terbaik. Profesor menjawab pertanyaan pendengar tentang cerita sebelumnya: ini kesempatan yang baik sekali

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Tabel Personifikasi Album tahun 1970an,,Ich hab die Liebe geseh n (Vicky Leandros)

BAB 4 KESIMPULAN. Tabel Personifikasi Album tahun 1970an,,Ich hab die Liebe geseh n (Vicky Leandros) BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan analisis metafora dari keseluruhan lirik lagu cinta tahun 1970an yang dinyanyikan Vicky Leandros yang berjudul,,ich hab die Liebe geseh n, dan tahun 2000an yang dinyanyikan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum dan Philipp merencanakan menyelidiki bundaran misterius di tengah-tengah ladang gandum. Apakah ini cerita tentang tempat landasan pesawat UFO ataukah seseorang akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anton M. Moeliono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah 1.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anton M. Moeliono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah 1. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Analisis Menurut Anton M. Moeliono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah 1. penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya;

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru Kantor Redaksi D menunggu. dan, calon teman kerja, bersantai mengisi waktu. Tetapi tidak muncul. Komunikasi lewat telpon juga gagal. Karena udara jelek, tiba sangat

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali Sesampainya di Radio D, para redaktur langsung mendapat tugas: Almahum Raja Ludwig dari Bavaria, dikabarkan masih hidup. Penyelidikan langsung dari tempat harus mampu

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari dan mencoba menguak dengan lengkap tentang rahasia bundaran gandum. Mereka mengamati lapangan. Temuan mereka tidak membuktikan bahwa yang membuat bundaran aneh adalah

Lebih terperinci

Philipp memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya, Paula, tidak menyukai tradisi ini.

Philipp memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya, Paula, tidak menyukai tradisi ini. Pelajaran 14 Nenek Sihir di Schwarzwald (Blackforest) memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya,, tidak menyukai tradisi ini. menikmati suasana

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen.

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis makna kontekstual dan tanda pada 5 puisi Ingeborg Bachmann, yaitu Werbung, Trauerjahre, auf der obersten, Nacht der Liebe, dan ein neues Leben, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS CONTOH-CONTOH KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN OLEH MAHASISWA DALAM MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN, YANG BERASAL DARI ASPEK BUDAYA 1. Ich und meine Freunde gehen in die

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig menemui aktor yang pemeran Raja Ludwig ke-2 dalam pertunjukkan musikal. Tiba-tiba mengenali suara aktor itu. Sementara itu, di redaksi Radio D datang seorang tamu

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal?

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal? Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal? Di istana Schloss Neuschwanstein dan bertemu dengan orang misterius yang memakai mantel Raja Ludwig. Mereka melakukan penyelidikan, apa hubungannya dengan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut Redaktur berusaha mengungkapkan arti kata "getürkt". Mereka mengunjungi pelabuhan yang spesial. Di sana setiap kapal disambut dengan cara tersendiri. Di pelabuhan

Lebih terperinci

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2 REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1 Oleh: Sulis Triyono 2 Abstrak Tulisan ini merupakan pengantar untuk memahami tingkah laku berbahasa masyarakat tutur. Berdasarkan kajian

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang dan mencari jejak ikan hiu. Mereka menemukan sesuatu yang aneh: Papan selancar tanpa pemiliknya di pelabuhan dan berita surat kabar yang membingungkan. Agak jauh dari

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar Reaksi terhadap gairah karnaval terbagi dalama redaksi Radio D. Compus menugaskan kedua redaktur berangkat ke Schwarzwald (Blackforest), pusat Karnaval di Jerman. Namun, tidak

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 20 Angket Pendengar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 20 Angket Pendengar Pelajaran 20 Angket Pendengar dan menanyakan pendapatan pendengar. Topik siaran: "Apakah kebohongan berdosa?" Di sini pendengar bisa mengungkapkan bundaran gandum palsu dan menilai tindakan petani. "Apakah

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu dan pecahkan teka-teki ikan hiu dan kembali berhasil mengungkap satu kebohongan. Alasan skenario ini masih belum jelas. Bantuan yang tidak disangka-sangka mereka

Lebih terperinci

Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi Modul ke: Antropologi Psikologi Wujud dan Unsur Kebudayaan Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Wujud Kebudayaan Koentjaraningrat menyebutkan kebudayaan ada tiga

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MARIA MAGDALENA KARYA FRIEDRICH HEBBEL: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI

PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MARIA MAGDALENA KARYA FRIEDRICH HEBBEL: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MARIA MAGDALENA KARYA FRIEDRICH HEBBEL: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas / Semester : XI / 1 Materi Pokok : membaca Bestimmte-unbestimmte Artikel im Nominativ und Akkusativ Alokasi waktu : 2 jam pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik) 1. Unsur Kebudayaan Terdapat 7 unsur-unsur universal, yaitu sebagai berikut: 1. Bahasa 2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencaharian hidup

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS- TS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

oleh Cindhy Dwi Meidany

oleh Cindhy Dwi Meidany KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERBAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ANIMASI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 03 Perjalanan ke Berlin

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 03 Perjalanan ke Berlin Pelajaran 03 Perjalanan ke Berlin berangkat ke Berlin. Tetapi perjalanannya ternyata tidak semudah apa yang diharapkan, karena cuaca yang buruk. Sementara itu, beberapa orang memperkenalkan diri mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS SAMPAH PLASTIK DENGAN KAPASITAS 200 KG/JAM

PERANCANGAN MESIN PRESS SAMPAH PLASTIK DENGAN KAPASITAS 200 KG/JAM PERANCANGAN MESIN PRESS SAMPAH PLASTIK DENGAN KAPASITAS 200 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh: Eduardus Setiadharma 091606070 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENOKOHAN DAN LATAR DALAM ROMAN ALLAH IST GROβ KARYA MICHAEL HORBACH SKRIPSI

ANALISIS PENOKOHAN DAN LATAR DALAM ROMAN ALLAH IST GROβ KARYA MICHAEL HORBACH SKRIPSI ANALISIS PENOKOHAN DAN LATAR DALAM ROMAN ALLAH IST GROβ KARYA MICHAEL HORBACH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Kebudayaandan Peradaban Peradaban adalah suatu bentuk masayarakat

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng dan Philipp menampilkan raja romantis Ludwig dari Bavaria dan kegemarannya. Perjalanan dengan kereta salju di malam hari, acara pesta-pora, serta penemuan-penemuan aneh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu karya sastra yang terlahir dari perasaan dan imajinasi manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta dari

Lebih terperinci

3.1.1 Judul Lagu : Es ist so schön, daβ es Dich gibt

3.1.1 Judul Lagu : Es ist so schön, daβ es Dich gibt BAB 3 ANALISIS Dalam bab ini, saya menganalisis teks yang menjadi sumber penelitian sehingga saya dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini. Bab analisis dibagi menjadi dua subbab, yaitu subbab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Alokasi Waktu Standar Kompetensi Nilai kebangsaan : SMAN 2 Purworejo : Bahasa Jerman : XI IPS/IPS : Familie in Deutschland

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 16 Ikarus

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 16 Ikarus Pelajaran 16 Ikarus Pahlawan tragis Ikarus dari mitologi Yunani sangat menarik kedua journalis, dan. Namun, apakah pendengar mengetahui siapa Ikarus? dan bercerita tentang Ikarus. dan mendapat ide dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata bahasa memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi huruf, kata, frasa dan kalimat. Kata merupakan bagian yang penting dalam suatu tulisan dan lisan (percakapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran : BAHAN AJAR / RPP Bidang Studi : Bahasa Jerman Pokok Tema : Erste Kontake Sub Tema :Erste Kontakte mit Deutschen ( ich, du, sie/er/es (sing), Sie, sie (pl)) Kelas / Semester: X / gasal Standar Kecakapan

Lebih terperinci

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: MANUSIA DAN BUDAYA Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia Makhluk Yang Tidak Bisa Hidup Sendiri. Ilmu Filsafat Memandang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya Yang Diciptakan Tuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Isi yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra adalah proses karya budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NURUL HIDAYAH FITRIYANI K1211048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA N 3 Kediri Program : Pilihan/ Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XI Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 19 minggu x 2 JP Standar Dasar Materi Pembelajaran Indikator

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN Oleh: Suyatno, Ir., MKes. KEBUDAYAAN??? KE BUDAYA AN BUDAYA Sosioantro 2 adaptasi tantangan manusia Alam : (REAKSI) KEBUDAYAAN Geografis, Geologis, Iklim,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 24 Surat Kabar Hamburg

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 24 Surat Kabar Hamburg Pelajaran 24 Surat Kabar Hamburg Eulalia membimbing para redaktur ke jejak benar. Mereka menemukan, teman kerja mereka dari surat kabar Hamburg terkait dalam kasus ini. Satu ucapan Paul meyebabkan marah.,

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

Oleh : Irene Yesy, S.Pd

Oleh : Irene Yesy, S.Pd PEMBAHASAN SOAL UN BAHSA JERMAN TAHUN AJARAN 2016/2017 1. Jawab : E. Hallo Pembahasan : sapaan dalam bahasa Jerman memulai suatu percakapan. Biss dann, Bis spatter, biasanya digunakan untuk salam perpisahan.

Lebih terperinci

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar

Lebih terperinci

JENIS DAN TEMA TEKS DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMI KELAS X SERTA RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI KURIKULUM 2013

JENIS DAN TEMA TEKS DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMI KELAS X SERTA RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI KURIKULUM 2013 JENIS DAN TEMA TEKS DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMI KELAS X SERTA RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI KURIKULUM 2013 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Lebih terperinci

Mata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan : 2 (K2) : Ruang Lingkup Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan 2. Unsur-unsur kebudayaan 3.

Mata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan : 2 (K2) : Ruang Lingkup Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan 2. Unsur-unsur kebudayaan 3. Mata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan : 2 (K2) Materi : Ruang Lingkup Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan 2. Unsur-unsur kebudayaan 3. Wujud kebudayaan Tujuan : Mahasiswa memahami luas pengertian

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon Pelajaran 02 Radio D menelpon tidak bisa beristirahat. Setelah diganggu nyamuk-nyauk, sekarang tetangganya yang berisik. Telpon tak terduga dari Berlin menyebabkan dia lari tergopoh-gopoh menuju Radio

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 15 Kostum Karnaval

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 15 Kostum Karnaval Pelajaran 15 Kostum Karnaval dan memberitakan lagi acara marnava, langsung dari jalan. Mereka melihat berbagai macam kostum, juga mengenal berbagai dialek Jerman yang berbeda-beda. Sesampainya di kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

Etnografi. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Etnografi. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Etnografi Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Perbedaan Definisi Istilah-istilah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ethnos artinya Bangsa Etnik-Etnis : bertalian dengan kelompok dalam sistem sosial.

Lebih terperinci