BAB I PENDAHULUAN. individu dapat di tempatkan pada satu stage tertentu. Nilai ini pada akhirnya. mempengaruhi perubahan dalam struktur penghasilan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. individu dapat di tempatkan pada satu stage tertentu. Nilai ini pada akhirnya. mempengaruhi perubahan dalam struktur penghasilan."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menurut Ihromi (1999: 61) mengatakan bahwa sejak revolusi pendidikan ditahun 1950, seluruh masyarakat di dunia meletakkan harapan dan arti yang tinggi terhadap pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Masyarakat berpendapat bahwa, dengan nilai-nilai tertentu yang disandang pendidikan tinggi, maka individu dapat di tempatkan pada satu stage tertentu. Nilai ini pada akhirnya melahirkan suatu keyakinan bahwa melalui pendidikan tinggi, seorang individu dapat memperoleh mobilitas sosial. Pendidikan tinggi mengemban dua fungsi dalam rangka mobilitas sosial. Pertama, pendidikan tinggi mempengaruhi mobilitas sosial ke atas sehingga menolong kelompok masyarakat untuk meningkatkan pekerjaan yang dikehendaki. Kedua, pendidikan tinggi mempengaruhi perubahan dalam struktur penghasilan. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Damsar (2011: 8) merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus terlihat bahwa melalui pendidikan: satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata laku; dua, orang yang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tingkah laku; tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari kamus Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan proses, cara dan perbuatan mendidik. 1

2 2 Kemajuan yang sangat pesat dari bangsa Jepang setelah perang dunia kedua tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan telah mempunyai nilai yang menentukan, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa hanya Jepang sendirilah diantara semua negara di Asia yang telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Pada tahun 1955 kira-kira separuh dari anak muda Jepang memasuki sekolah menengah dan kurang dari sepuluh persen (10%) memasuki lembaga pendidikan sekolah menengah. Pada akhir tahun 1970 lebih dari sembilan puluh persen (90%), baik anak-anak perempuan maupun anak laki-laki Jepang, telah menamatkan sekolah menengah, dibandingkan dengan kira-kira delapan puluh persen (80%) dari semua anak muda Amerika. Dalam tahun 1975, sembilan puluh tujuh persen (97%) dari anak-anak Jepang yang memasuki sekolah menengah dan menamatkannya, dibanding dengan tujuh puluh sembilan persen (79%) di Amerika. Pada tingkat sesudah sekolah menengah di Jepang, kira-kira dalam jumlah yang sama, laki-laki dan perempuan, memasuki sekolah tinggi, tetapi anak perempuan pada umumnya lebih banyak menamatkan jadwal studi dua tahun, dan anak laki-laki lazimnya lebih banyak menamatkan jadwal studi empat tahun. Meluasnya pendidikan secara cepat itu membantu terjadinya modernisasi Jepang. (Vogel, 1982: 207) Peningkatan pendidikan tersebut tak terlepas dari peranan keluarga Jepang. Sebelum perang kebanyakan orang Jepang dibesarkan dalam keluarga luas (ie). Ie merupakan dasar pendidikan dalam keluarga tersebut dan dalam kenyataannya kebanyakan anak biasanya diasuh oleh nenek yang memanjakan daripada oleh ibu mereka sendiri, yang tidak memiliki kewibawaan nyata untuk mengatur mereka. Dahulu bagi seorang ibu, mempunyai anak sendiri berarti mempunyai persyaratan

3 3 untuk mendapatkan jaminan akan tinggal di dalam keluarga suaminya (Fukutake, 1988: 54). Namun setelah perang dunia kedua, sistem ie dihapuskan dan berubah menjadi keluarga inti (kakukazoku) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namun didalam pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat yang menyebabkan tumbuhnya banyak perusahaan-perusahaan baru di Jepang, seorang ayah akan menjadi seorang sarariman. Sarariman sendiri diambil dari bahasa inggris yaitu salaryman yang berarti golongan pekerja yang bekerja di kantor sebagai pegawai tetap. Sebagai seorang sarariman, ayah tidak dapat mendidik anaknya sebagaimana mestinya dikarenakan oleh pekerjaannya. Ia menyerahkan semua tugas dalam mendidik anak dan mengurus rumah tangga kepada istrinya. Istri sebagai ibu dalam rumah tangga berperan aktif dalam kegiatan domestik rumah tangga seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan mengurus serta mendidik anaknya untuk menjadi seseorang yang berhasil di sekolah maupun di masyarakat. Perkembangan ekonomi yang pesat menjadikan masyarakat Jepang sebagai masyarakat yang sarat akan persaingan untuk mendapatkan status sosial yang baik dimata masyarakat. Dengan faktor yang demikian, seorang ibu semakin terdorong untuk mendidik anaknya menjadi manusia yang berkualitas, mempunyai sekolah yang baik, pekerjaan yang baik dan dapat meningkatkan status sosial keluarga dimata masyarakat. Inilah yang menyebabkan munculnya konsep kyouiku mama yang berarti ibu pendidikan. Dapat kita lihat kyouiku mama terdiri dari dua buah kanji yaitu kyouiku ( 教育 ) dan mama ( ママ ), kata kyouiku ( 教育 ) memiliki arti pendidikan dan mama ditulis dalam huruf katakana ( ママ ) yang merupakan kata serapan dari bahasa inggris yang sebenarnya dalam bahasa Jepang sama

4 4 artinya dengan okasan ( お母さん ) yang berarti ibu didalam bahasa Indonesia. Dan dari pengertian kanji di atas dapat kita simpulkan bahwa kyouiku mama adalah seorang ibu pendidikan atau education mother dalam bahasa Inggris. Ini merupakan suatu konsep yang mendorong peningkatan pendidikan di Jepang. Dimana anak-anak di Jepang sekarang berlomba-lomba masuk ke perguruan tinggi yang terbaik untuk memperoleh pekerjaan yang baik nantinya. Jika anakanak kyouiku mama berhasil di sekolah maka kyouiku mama dianggap sukses karena memasuki universitas yang tepat berarti mendapatkan kerja yang bagus 4 tahun kemudian. Di dalam hal pendidikan ini seorang ibu Jepang sangat bersungguh-sungguh pada anaknya. Seperti yang yang dikatakan Toshiaki (2010: 144) dalam The New Paradox for Japanese Women bahwa: If it is that Japanese parents want quality children, they will invest a lot in education and will try to enroll their children at top flight schools, to cultivate their children s aesthetic sensibilities through piano, painting, or voice lessons, and to develop their children s athletic skill so they might even be professional athletes in the future. Artinya: Jika benar bahwa orangtua di Jepang menginginkan anaknya berkualitas, mereka akan banyak berinvestasi pada pendidikan anaknya dan akan terus mencoba untuk mendorong anaknya untuk masuk ke sekolah terbaik, atau melihat perkembangan jiwa seni anaknya melalui belajar piano, melukis, les vokal dan juga membangun kemampuan anaknya dalam berolahraga agar suatu saat dimasa depan anaknya dapat menjadi atlet profesional.

5 5 Tidak cukup hanya menerima pelajaran di sekolah, kyouiku mama mewajibkan juga anaknya mengikuti les tambahan dengan pergi ke juku dan menghabiskan waktu sampai pukul sepuluh atau sebelas malam setiap harinya. Ia selalu melakukan sesuatu yang terbaik bagi anaknya sehingga dengan tanpa sadar ia memasukkan anaknya kelompok kachigumi yaitu kelompok pemenang. Kelompok kachigumi ini adalah sekumpulan murid-murid yang mempunyai prestasi yang baik di sekolah. Tidak hanya mendorong anaknya untuk terus berprestasi di sekolah, kyouiku mama juga mendidik moral anaknya supaya menjadi manusia yang sukses dalam dunia pendidikan dan mempunyai moral yang baik dalam hidup bermasyarakat. Ia menanamkan nilai-nilai moral kepada anaknya sejak anaknya berusia dini dan menerapkan kedisplinan yang ketat. Semua dilakukannya untuk menempah mental anaknya supaya menjadi manusia yang berguna di masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa penting untuk membahas ini dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul Fenomena Kyoiku Mama terhadap Sistem Pendidikan di Jepang 1.2.Perumusan Masalah Peranan seorang ibu di dalam keluarga Jepang menjadi sebuah kunci untuk mengantarkan anaknya ke dalam masyarakat yang sarat akan persaingan karena di lain pihak masyarakat Jepang menganut penilaian atas bawah atau ranking dalam status sosial kemasyarakatannya (Sembiring, 2011: 4). Peranan kyoiku mama yang terobsesi pada pendidikan anaknya mulai dari awal mereka masuk ke

6 6 sekolah sampai mereka masuk ke perguruan tinggi cenderung begitu memaksakan kehendak kepada anaknya hingga terkadang anak kebanyakan menghabiskan waktu hanya untuk belajar dan belajar terus menerus, tanpa dapat bersosialisasi dengan ayah, ibu atau saudara-saudaranya. Tidak cukup mengirim anak ikut kelas privat (juku) karena menganggap pelajaran yang diterima di sekolah tidaklah cukup, kyoiku mama juga memaksa anak-anak mereka belajar lebih panjang dari biasanya, hingga 16 jam dalam sehari. Ketatnya persaingan dalam ujian masuk kampus ternama dijadikan tolak ukur dan alasan. Berhasil masuk kampus ternama dianggap menciptakan bibit unggul dalam pasar kerja sehingga dapat memperoleh posisi tinggi dalam pekerjaan dan akhirnya meningkatkan taraf ekonomi keluarganya. Selain itu, kyoiku mama mempunyai anggapan bahwa citra ibu yang berhasil adalah ibu yang anaknya masuk kampus ternama. Anak yang kuliah di kampus non-unggulan dianggap sebagai anak biasa-biasa saja, dari keluarga biasa-biasa pula, dan ibu yang tidak berhasil. ( Adapun permasalahan yang akan dibahas dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sejarah perkembangan konsep kyoiku mama di Jepang? 2. Bagaimana pengaruh konsep kyoiku mama terhadap masyarakat, keluarga dan anak?

7 7 1.3.Ruang Lingkup Pembahasan Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas. Di dalam skripsi ini, penulis membatasi permasalahan penelitian yang berkaitan dengan konsep kyoiku mama yang terjadi dikeluarga sarariman, diwilayah perkotaan dimana seorang ibu hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan memberi pengaruh yang sangat besar dalam pendidikan anaknya dan sebaliknya peran seorang ayah dalam mendidik anak sama sekali tidak terlihat. Selain itu penulis juga membatasi masalah penelitian dengan hanya meneliti pengaruh positif dan negatif kyoiku mama tersebut pada anak dan keluarganya serta lingkungan sosialnya. 1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori A. Tinjauan Pustaka Kyoiku mama adalah satu kosakata yang baru muncul dalam generasi baby boomers tahun 1960-an. Daoed Joesoef, seorang mantan menteri Pendidikan Indonesia bermaksud menjelaskan fakta tentang obsesi besar sejumlah ibu akan anak-anak mereka dalam merebut bangku pendidikan di beberapa sekolah (dan kampus) ternama. Terdorong obsesi yang begitu besar, ibu-ibu itu melakukan segala upaya, memastikan (kerap juga memaksa) anak-anak mereka dapat masuk ke sekolah ternama. Tidak cukup mengirim anak ikut kelas privat (juku) karena

8 8 menganggap pelajaran yang diterima di sekolah tidaklah cukup, kyoiku mama juga memaksa anak-anak mereka belajar lebih panjang dari biasanya, hingga 16 jam dalam sehari. Ketatnya persaingan dalam ujian masuk kampus ternama dijadikan tolak ukur dan alasan. Kyoiku mama kerap digambarkan sebagai ibu yang telah mempersiapkan anak mereka, bahkan semenjak taman kanak-kanak. ( Keluarga adalah tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar mengenal lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya. Hubungan ibu dan anak pun secara emosional sangat erat, yang juga mempermudah proses pendidikan. Di samping itu, pola kekuasaan juga memberikan kekuatan pada apa yang telah dipelajari; yaitu, kekuasaan dan kekuatan yang lebih besar yang dimiliki orangtua membuat pelajaran mereka lebih berkesan bagi sang anak. Dominasi orangtua, dalam hal ini ibu memegang peranan penting dalam tersampai atau tidaknya ajaran nilai-nilai dan norma-norma yang ditanamkan. (Soekanto, 1992: 10) Landis dan Mary (1960: 6) mengemukakan bahwa: We may list the functions of the family as it exists in our society today in three chief division. they are 1. to provide physical care for children; 2. to nurture the growth of personality-to equip the children to live succesfully in their social environment; 3. to meet the emotional needs of adults as well as children in the family. Artinya: Kita boleh mendata fungsi keluarga seperti yang ada dalam masyarakat kita hari ini di tiga divisi utama. Mereka adalah 1. untuk memberikan perawatan fisik bagi anak-anak; 2. untuk memelihara pertumbuhan kepribadian-untuk membekali

9 9 anak-anak untuk hidup sukses dalam lingkungan sosial mereka; 3. untuk memenuhi kebutuhan emosional orang dewasa maupun anak-anak dalam keluarga. Okamura (1973: xi) mengatakan bahwa hal lain yang amat menarik mengenai kehidupan keluarga adalah bahwa ibu adalah pusat dari segala kegiatan keluarga. Keluarga-keluarga Jepang pada umumnya berbentuk keluarga batih dengan rata-rata dua anak perpasang. Peranan sentral dari ibu, terutama dalam hubungannya dengan anak-anaknya, terlihat juga dalam tulisan Tsurumi, yang mengatakan bahwa. Keluarga adalah benteng bagi mayoritas wanita Jepang. (hlm. 120). Hasil dari suatu penelitian nasional ( ) oleh panitia penelitian mengenai masalah-masalah wanita yang dibentuk oleh Kantor Perdana Menteri Jepang, memperlihatkan bahwa bagi wanita apa yang menjadikan kehidupan itu paling berarti adalah pertama anak-anak (52,16%), kedua keluarga (13,2%), ketika pekerjaan (9,0%) dan terakhir suami dengan hanya 2,7%. B. Kerangka Teori Dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologis menurut Moeleong dalam Sembiring (2011: 10). Menurut Moeleong pendekatan fenomenologis menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mengetahui arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Dalam pengerjaan penelitian ini, penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi yang meliputi sosiologi keluarga yang merupakan ilmu yang

10 10 mempelajari hubungan antar individu di dalam keluarga, hubungan keluarga dengan keluarga lainnya, serta segala aspek-aspek yang timbul dari hubungan tersebut (Khairuddin, 1997: 4). Penulis menggunakan pendekatan ini karena penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kyoiku mama dengan keluarganya, anaknya dan masyarakat disekitarnya. Penulis juga menggunakan pendekatan teori pola asuh orang tua menurut Gunarsa dalam Harahap (2014: 5). Menurut Gunarsa pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar dapat hidup selaras dengan lingkungan. Kyouiku mama merupakan ibu yang mendedikasikan dirinya untuk mendidik anaknya supaya dapat sukses dimasa depan. Tidak hanya peduli dengan pendidikan formal yang ada tapi kyouiku mama jug menerapkan norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anaknya kelak menjadi anak berkualitas dalam pendidikan formal maupun dalam sikap bermasyarakat. 1.5.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis untuk membahas tentang dampak konsep kyoiku mama setelah perang dunia kedua adalah: 1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan konsep kyoiku mama

11 11 2. Untuk mengetahui pengaruh konsep kyoiku mama terhadap masyarakat, keluarga dan anak B. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang kyoiku mama 2. Menambah wawasan penulis dan pembaca sejarah perkembangan konsep kyoiku mama 3. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang pengaruh dari konsep kyoiku mama terhadap masyarakat, keluarga dan anak 1.6.Metode Penelitian Dalam mengerjakan penelitian ini Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss, 2003: 4) contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, disamping itu juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Adapun metode penelitian kualitatif adalah untuk memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (Library research). Menurut Nasution (1996: 14), metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik

12 12 permasalahan yang dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi : masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran. Data dihimpun dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Survey book dilakukan diberbagai perpustakaan. Metode lain yang digunakan penelitian ini adalah metode penerjemahan. Dimana menurut Malo (1985: 97), teori terjemahan adalah menerjemahkan pesan dan amanat yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari padanan terdekat yaitu dari segi makna dan gaya bahasa. Adapun bahasa yang di terjemahkan Penulis adalah Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang mengalami perubahan setelah era Perang Dunia II, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang mengalami perubahan setelah era Perang Dunia II, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang mengalami perubahan setelah era Perang Dunia II, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun dalam bidang pendidikan. Departemen Pendidikan Jepang sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain dan saling mempengaruhi. Semua manusia awalnya polos dan tak

BAB I PENDAHULUAN. sama lain dan saling mempengaruhi. Semua manusia awalnya polos dan tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, di mana saling membutuhkan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Semua manusia awalnya polos dan tak mengerti apa-apa sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang Tercermin Dari Tokoh Saionji Fumie Dalam Drama Juken no Kamisama Bab pertama, yaitu Pendahuluan, berisi tentang latar

Lebih terperinci

PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA

PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 2 Juli 2017, hal 119-124 PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA Ira Miranti 1, Nina Dwiastuty 2, Nurjanah 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, kerap sekali keluarga itu tidak hanya terdiri dari suami istri dan anakanaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sibuk yang kedudukannya sejajar dengan negara-negara besar di Barat.Meski

BAB I PENDAHULUAN. dan sibuk yang kedudukannya sejajar dengan negara-negara besar di Barat.Meski BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia mengakui Jepang telah menjelma menjadi negara yang modern dan sibuk yang kedudukannya sejajar dengan negara-negara besar di Barat.Meski begitu, Jepang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya.

TINJAUAN PUSTAKA. Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya. II. TINJAUAN PUSTAKA A.1 Tinjauan Mengenai Orang Tua A.1.1 Pengertian Orang Tua Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya. (I.P. Simanjuntak. 1983:7). Selain itu, menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehiduan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis terbentuknya suatu keluarga dapat melalui ikatan darah, perkawinan ataupun adopsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memiliki peran penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikologi anak dalam konteks sosial yang lebih luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah terindah dan tak ternilai yang diberikan Tuhan kepada para orangtua. Tuhan menitipkan anak kepada orangtua untuk dijaga, dididik, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, baik skripsi maupun hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan psikolog tidak terlepas dari pembinaan dan pendidikan orangtua, masyarakat dan lembaga pendidikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejatinya didalam keluarga biasanya yang mencari nafkah bekerja diluar rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak dipungkiri bahwa peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan, perubahanperubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pola Asuh 2.1.1 Definisi Pola Asuh Menurut Santrock (2007:163), pola asuh merupakan suatu cara atau metode pengasuhan yang digunakan para orang tua untuk mendidik anakanaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia untuk saling berinteraksi atau berhubungan baik dengan manusia lainnya. Komunikasi sangat erat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi dan modernisasi membawa perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dan segala peradaban serta kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antar suami istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller merumuskan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya. Keluarga membentuk

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Binatang adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia sangat banyak terbantu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang masih menghadapi masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dialami tidak saja masalah kesehatan terkait fisik tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis terbentuk paling dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat, dalam keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social yang diikuti oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU TK DAN PAUD DENGAN PENDAMPINGAN GURU DAN ORANG TUA SISWA

PENINGKATAN MUTU TK DAN PAUD DENGAN PENDAMPINGAN GURU DAN ORANG TUA SISWA Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 1, Januari 2013 Halaman 51-55 PENINGKATAN MUTU TK DAN PAUD DENGAN PENDAMPINGAN GURU DAN ORANG TUA SISWA Ari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari peran serta orang tua atau keluarga. Keluarga sebagai bagian dari struktur sosial setiap masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan zaman globalisasi berlangsung sangat cepat mempengaruhi setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi, industri, dan perubahan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka budaya dengan lebih dari 700 suku bangsa. Terdapat 74.754 desa yang memiliki hukum/aturan lokal di

Lebih terperinci

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan suatu istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta bekerja dan pulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi saat ini tidak dapat dihindari, hal tersebut terjadi dengan cepat seiring perkembangan zaman dan teknologi seperti masuknya pengaruh budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua orang tua menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal itu, dalam prosesnya tidak bisa lepas dari peran seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah banyak pernyataan yang dikemukakan bahwa Indonesia sekarang krisis keteladanan. Krisis keteladanan maksudnya tidak ada lagi tokoh yang pantas menjadi idola,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Umum Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempit, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dari hasil perkawinan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempit, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dari hasil perkawinan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terbentuk akibat adanya perkawinan berdasarkan agama dan hukum yang sah. Dalam arti yang sempit, keluarga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan proses belajar-mengajar di

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan proses belajar-mengajar di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan keinginan atau dorongan untuk mendapatkan hasil dan tujuan. Motivasi sangat berperan erat untuk mendorong seseorang mendapatkan tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam memenuhi kewajiban maupun tanggung jawab kepada anak-anaknya. Pengasuhan dan pendidikan pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III KEMAMPUAN ORANG TUA MEMBIMBING BELAJAR ANAK

BAB III KEMAMPUAN ORANG TUA MEMBIMBING BELAJAR ANAK BAB III KEMAMPUAN ORANG TUA MEMBIMBING BELAJAR ANAK A. Profil Orang tua Orang tua adalah figur yang pertama kali mendidik anak. Berpangkal pada kenyataan bahwa pendidikan bermula di lingkungan keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik perhatian dewasa ini karena tidak hanya berkaitan dengan masalah demografi, tetapi juga mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Kecemasan dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati peringkat ke-37 negara dengan persentase pernikahan dini yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dan pendidikan adalah dua sisi yang saling berkaitan. Keluarga adalah kelompok sosial yang paling kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan

Lebih terperinci

2.9 Glosarium (daftar istilah) dibuat dan diletakkan di bagian tugas akhir, yaitu setelah daftar pustaka.

2.9 Glosarium (daftar istilah) dibuat dan diletakkan di bagian tugas akhir, yaitu setelah daftar pustaka. 2.9 Glosarium (daftar istilah) dibuat dan diletakkan di bagian tugas akhir, yaitu setelah daftar pustaka. xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan klasifikasi populasi penduduk Jepang menurut

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Sehingga pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang giat giatnya melaksanakan pembangunan, apakah itu pembangunan secara fisik maupun mental spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka pemerintah berupaya

Lebih terperinci