BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).
|
|
- Dewi Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pada dasarnya ingin mejaga kelestarian hidupnya dengan menghasilkan keturunan yang dan menjadi orang tua. Sebagai orang tua pasti menginginkan kehadiran seorang anak terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Namun, tidak semua anak dilahirkan dan tumbuh dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun psikis yang telah dialami sejak awal masa perkembangan. Memiliki anak disabilitas ganda merupakan beban berat bagi orang tua baik secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuat reaksi emosional didalam diri orang tua. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013). Menurut Puspita (Rachmayanti & Zulkaida, 2007), reaksi pertama orang tua ketika awalnya dikatakan bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak. Tidak mudah bagi orang tua yang anaknya menyandang berkebutuhan khusus untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance). Ada masa orang tua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anak tersebut. 1
2 2 Sedangkan menurut Miranda (2013), ditinjau dari segi keluarga penderita, maka adanya seorang anak yang menderita kelainan perkembangan bisa menjadi beban bagi orang tuanya. Lebih banyak waktu dan perhatian harus diberikan kepada anak tersebut. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritis, bila orang tua tidak mampu mengelola emosi negatifnya dengan baik, bukan tidak mungkin akibatnya akan berimbas pada anak. Selain itu bantuan medis, kesembuhan anak berkebutuhan khusus bertumpu penting pada dukungan orang tua. Anak dengan disabilitas ganda merupakan anak yang membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus untuk mengembangkan segenap potensi yang mereka miliki (Hallahan & Kauffman, 2006). Para anak disabilitas mungkin saja mengalami gangguan, seperti gangguan fisik (disabilitas daksa), emosional atau perilaku, penglihatan (disabiltas netra), komunikasi, pendengaran (disabilitas rungu), kesulitan belajar (disabilitas laras), atau mengalami retardasi mental (disabilitas grahita). Adapun beberapa anak mengalami lebih dari satu gangguan. Mereka dikenal sebagai anak disabilitas ganda. Penjelasan mengenai anak penyandang tuna ganda atau disabilitas ganda dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesian nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas pasal 4 Ayat (2) Yang dimaksud dengan Penyandang Disabilitas ganda atau multi adalah Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas
3 3 rungu-wicara dan disabilitas netra-tuli. Yang dimaksud dengan dalam jangka waktu lama adalah jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan/atau bersifat permanen. Penyandang disabilitas ganda adalah mereka yang mempunyai kelaianan perkembangan mencangkup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi masyarakat (Delphie, 2006). Beberapa kombinasi ketunaan yang termasuk disabilitas ganda adalah disabilitas netra- disabilitas rungu, disabilitas netra- disabilitas daksa, disabilitas netra- disabilitas grahita, disabilitas rungu- disabilitas daksa, disabilitas rungu- disabilita grahita, disabilitas daksa- disabilitas grahita, disabilitas netra- disabilitas rungudisabilitas daksa, disabilitas netra- disabilitas rungu- disabilitas daksa, dan lain-lain. Anak disabilitas ganda atau majemuk membutuhkan dukungan besar pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal mandiri, bekerja, dan pemenuhan diri (Hallahan & Kauffman, 2006). Peneliti memfokuskan peneltian pada beberapa jenis anak disabilitas ganda karena sedikit penelitian yang menelti anak disabilitas ganda. Dari data yang diperoleh dari Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2006) menunjukan jumlah anak yang mengalami disabilitas ganda mencapai 450 orang. Jumlah
4 4 itu terus mengalami peningkatan dengan tingkat kenaikan 0,1 persen setiap tahunnya. Bagi anak, tidak ada sumber kekuatan (resource) yang lebih penting selain orang tua. Ketika guru hanya bersifat sementara, orang tua merupakan figur utama dan tetap bagi kehidupan anak. Orang tua harus memberikan dukungan yang dibutuhkan anak secara konsisten, terus-menerus dan sistematis (Lestari dan Nuraini, 2013). Orang tua adalah seorang pria dan wanita yang terkait dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkanya Miami (Munir, 2016) Menurut Safaria (2005) kebanyakan orang tua akan mengalami shock bercampur perasaan sedih, khawatir, cemas, takut, dan marah ketika pertama kali mendengar diagnosis mengenai gangguan yang dialami oleh anaknya. Perasaan tak percaya bahwa anaknya mengalami disabilitas kadang-kadang menyebabkan orang tua mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosis dokter sebelumnya, bahkan sampai beberapa kali berganti dokter. Hal ini sangat memukul perasaan orang tua. Bagaimana tidak, anak yang sangat dicintainya harus menderita suatu gangguan yang menyebabkannya tidak berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Hal tersebut seperti disambar petir di siang bolong, pilu, memilukan dan merasa shock berat. Banyak sekali dampak negatif yang akan dirasakan oleh orang tua, baik secara fisik maupun psikologi. Pemahaman awal akan dampak negatif yang akan banyak timbul merupakan langkah yang sangat penting yang bertujuan agar orang tua mampu secara cepat menyadarinya sehingga mampu mengendalikannya agar dampak
5 5 tersebut tidak bertambah berat. Bahkan mungkin saja berakibat anak akan menjadi korban karena kekurangan kasih sayang dan perhatian. Orang tua tentunya menyadari kemungkinan memiliki anak yang mengalami disabilitas, walaupun tentu saja tidak ada yang mengharapkan hal itu menimpa mereka. Kenyataan bahwa anak mereka mengalami disabilitas menimbulkan tekanan bagi orang tua. Pada sebagian besar kasus, orang tua merasa bersalah, seolah-olah mereka telah melakukan sesuatu yang menyebabkan anak mereka memiliki tekanan tersebut semakin bertambah karena memiliki anak dengan disabilitas dapat mendatangkan masalah finansial yang serius, dimana mereka membutuhkan pelayanan medis, sosial, dan pendidikan khusus. Di samping itu, peran orangtua anak berkebutuhan khusus sangat banyak, terutama pada anak yang mengalami disabilitas berat, seperti disabilitas ganda. Sebagai contoh, mereka harus memberikan dukungan yang dibutuhkan dalam kehidupan anak secara kontinu. Mereka juga berperan sebagai advocates, guru, dan pengasuh. Hal yang terpenting adalah orang tua harus membantu anak mengembangkan kemampuan pada berbagai aspek kehidupan, seperti kemampuan komunikasi, bina-bantu diri, mobilitas, perkembangan pancaindera, motorik halus dan kasar, kognitif, dan sosial. (Lestari dan Nuraini, 2013). Venesia, (2012) mengatakan bahwa orang tua yang memiliki anak down syndrome sering kali di landa stres, terutama bagi seorang ibu yang frekuensinya bersama dengan anaknya lebih sering dari pada ayah karena dalam hal pengasuhan anak, ibu lebih membutuhkan dukungan sosial emosional dalam waktu yang lama dan lebih banyak informasi tentang kondisi
6 6 anak serta dalam hal merawat anak, sebaliknya ayah lebih terfokus pada finansial dalam membesarkan anak. Halalan dan Kauffman, (2006) mengatakan bahwa ayah tidak mengalami stress yang sama denga ibu, namun dengan bertambahnya peran kaum ayah membantu dalam bertanggung jawab mengasuk anak dibandingkan jaman sebelumnya, terlihat bahwa stress yang dialami ibu dan ayah relatif sama. Agar adanya keseimbangan dalam melakukan pengasuhan terhadap anak yang memiliki disabilitas dan untuk meminimalisir terjadinya stres terhadap ibu karena merasa tertekan dan frekuensi mengasuh anak lebih banyak dilakukan oleh ibu maka dari itu harus adanya keseimbangan dalam pengasuhan, yaitu dimana ibu dan ayah melakukan pengasuhan secara bersama untuk saling lebih menguatkan dan adanya dukungan sosial antara satu sama lain agar tidak ada yang mengalami stres karena merasa tertekan memiliki anak disabilitas ganda dan masalah perbedaan frekuensi dalam pengasuhan, dengan melakukan pengasuhan secara bersama juga diharapkan ibu dan ayah dapat lebih bisa memiliki rasa syukur yang tinggi dengan begitu orang tua memiliki perasaan yang bahagia, memiliki emosi yang positif dan dapat menjalani hidup dengan sejahtera. Menurut McCullough dalam Breckler, Olson & Wiggins (2006) individu yang memiliki tingkat syukur yang tinggi, akan memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi pula karena ada kecenderungan untuk lebih puas dan optimis jika dibandingkan dengan individu yang tidak bersyukur. Kecemasan dan depresi
7 7 diketahui dlebih tinggi pada individu yang tidak bersyukur. Selain itu, syukur memunculkan emosi positif, kognitif positif dan memori yang positif pada individu, sehingga kan memunculkan evaluasi yang positif ketika individu mengevaluasi kehidupannya. Syukur memiliki peran yang cukup besar dalam pemahaman fungsi manusia (Emmons, 2007), dan sebagai indikator yang dapat diandalkan untuk kesejahteraan (Wood, Maltby, Stewart, Linley &Joseph, 2008). Rasa syukur juga dapat menjadi kunci dalam hal dukungan sosial yang dirasakan, atas dasar perilaku dan atribusi interaksi yang sebenarnya, sehingga ketika rasa syukur diungkapkan dalam bentuk penghargaan maka hal tersebut cenderung untuk memberikan dukungan positif pada diri individu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. (Bartlett & DeSteno, 2005). Rasa syukur dapat dicirikan sebagai konsep moral dan pro-sosial, serta ekspresi yang memiliki implikasi potensial untuk kepuasan hidup dan kesejahteraan. Konsep kebersyukuran berlaku termasuk dalam pada setiap situasi tergantung bagaimana individu memposisikan kebersyukuran sebagai sebuah solusi (Emmons, McCullough & Tsang, 2004). Syukur memiliki relevansi yang tak terbantahkan untuk kedua pemahaman dan pengembangan dari kedua kesejahteraan dan kepuasan hidup, bahkan pada hasil penelitian yang relevan saat ini akan tampil lebih valid sebagai prediktor kesejahteraan psikologis. Penelitian Froh, Emmons, Card, Bono, dan Wilson, (2011) dan McCullough, Emmons, dan Tsang, (2002) menemukan bahwa orang yang memiliki rasa syukur yang tinggi ternyata memiliki rasa iri hati dan depresi yang rendah. Emosi-emosi positif yang muncul karena rasa syukur
8 8 diantaranya adalah kemurahan hati kepada orang lain (McCullough, Kimeldorf, & Cohen, 2008), perasaan optimis menjalani kehidupan (Hyland, Whalley, & Geraghty, 2007), dan memiliki suasana hati yang lebih baik (McCullough, Tsang, & Emmons, 2004). Orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi seharusnya bisa menanamkan rasa terimakasih, menanamkan emosi yang positif dalam perilaku maupun perasaan, selain itu orang tua yang bersyukur memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada siapapun itu termasuk kepada anaknya. Rasa cinta dan kasih sayang tersebut dapat diperlihatkan dengan cara subjek dengan memanjatkan rasa terimaksih kepada Allah SWT dan selalu mengingatnya. selain itu juga subjek dapat mempelihatkan rasa terimaksih tersbut dengan mengurus dan merawat anaknya tanpa mengeluh dan perasaan lelah karena dijalani dengan hati. Kemudian orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi selalu ingat Allah SWT setiap kejadian atau yang sedang terjadi. Selain itu orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi memiliki niat baik yang ditunjukan kepada seseorang, atau sesuatu meliputi keinginan untuk membantu orang lain yang kesusahan, atau sesuatu meliputi keinginan membantu orang lain yang kesusahan. Niat baik yang ingin ditunjukan kepada seseorang tersebut tentu dapat lebih diaplikasikan atau diapresiasikan kepada anaknya sendiri, seperti membantu segala hal yang tidak mampu anaknya lakukan sendiri.
9 9 Selain itu juga orang tua yang memiliki tingkat rasa syuku yang tinggi, memiliki kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa penghargaan dan kehendak baik, melalui intensi menolong orang lain, membalas kebaikan orang lain dan beribadah. Sebagai orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi tentunya mampu mendidik anaknya dengan baik, seperti memberi tahu dengan cara yang baik apabila anaknya melakukan kesalahan, menghukum dengan cara yang tepat serta mampu memberikan penghargaan atas segala hal baik yang dilakukan anaknya dan orangtua yang memiliki tingkat rasa bersyukur yang tinggi melakukan kewajiban sebagai umat muslim yang beragama baik. Menurut hasil survey yang dilakukan, peneliti menemukan 3 orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda remaja di SLBN Purwakarta, ke tiga orang tua tersebut memiliki anak berinisial O, A dan M, untuk memudahkan orang tua dari O diberi inisial A, orang tua M diberi inisial B dan orang tua F diberi inisial C. A adalah orang tua dari O. O adalah seoarang anak laki-laki berusia 14 tahun. O mengalami gangguan disabilitas grahita sedang dan disabilitas daksa sejak umur 2 tahun. Hasil wawancara yang dilakukan dengan A adalah A mengaku merasa bahwa Allah SWT tidak adil, mempertanyakan nikmat Allah, sedih dengan keadaan yang subjek alami. Subjek merasa apa yang dialaminya tidak adil, terkadang subjek pun suka menarik diri dan merasa kesal dengan stigma dari lingkungan yang berkata tidak baik dan suka mengolok-olok O. Subjek mengaku subjek sangat sayang kepada O karena O sebagai
10 10 penyemangat subjek untuk terus hidup lebih baik dan subjek tidak merasa malu dengan keadaan tersebut. Subjek mengatakan setiap harinya subjek mengurus O untuk sekolah dari mulai O mandi, pakai baju, makan dan berangkat sekolah hingga pulang sekolah. Masakan yang dibuat oleh subjek, subjek jual di sekolah O dan hasil jualan itu untuk kehidupan sehari-hari dan untuk jajan O, subjek melakukan itu semata-mata karena subjek sayang kepada O. B adalah orang tua dari M. M adalah seorang anak perempuan berusia 20 tahun. M mengalami gannguan semenjak lahir, pada saat M usia 2 bulan M mengalami kebocoran pada otak. B merasa panik dan sedih, B langsung membawa M ke rumah sakit terdekat tapi sayang rumah sakit tidak merasa sanggup dan di rujuk ke tempat, menurut dokter yang menangani, M mengalami hal tersebut karena terkena virus ketika masih ada di dalam kandungan. Hal tersebut terjadi sampai usia M 10 tahun. Dan pada saat umur 11 tahun M masuk sekolah dari situ orang tua mengetahui bahwa M mengalami gangguan disabilitas daksa dan disablitiasa grahita. Hasil wawancara yang dilakukan dengan M. B mengatakan bahwa B panik dan takut dengan kondisi yang dialami dengan M, terakadang B harus mendengarkan stigma yang tidak enak dari anak-anak setempat yang mengolok-ngolok anaknya karena tidak bisa jalan dan kondisi fisik yang berbeda dengan anak-anak yang lainnya. B merasa kecewa kenapa hal tersebut kenaa harus terjadi kepada anaknya dan B juga merasa ceroboh pada saat hamil M tidak memperdulikan kesehatannya yang berdampak pada anaknya pada saat lahir. Selain itu juga M mengatakan tidak ingin berlarut pada apa
11 11 yang terjadi, B membawa anaknya setiap ada acara dan memperkenalkan anaknya walaupun B harus mendengar perkataan yang menyinggung hati B dan B juga mengatakan bahwa masih banyak anak lain yang lebih menderita dari anaknya. C adalah orang tua dari F, F adalah seorang anak laki-laki berusia 23 tahun. F di diagnosa mengalami gangguan disabilitas grahita ringan dan disabilitas rungu saat usianya 1 setengan tahun. Hal tersebut berawal dari F jatuh dan ada benjolan di kepala F dan dari situ F menjadi pasif. Berdasarkan hasil wawancara dengan C, C mengaku bahwa pertama kali mengetahui F mengalami kelainan C merasa sedih, kecewa, terkejut dan tidak tau harus berbuat apa, C mengakui bahwa C merasa sedikit kerepotan memiliki anak seperti F karena menurut C, F semakin tahun semakin besar dan tidak dapat mengontrol emosi apabila sedang marah. Selain itu C juga mengatakan bahwa merasa sakit hati dengan stigma dari masyarkat karena kondisi anak C yang berbeda, C merasa bahwa masyarakat di sekitar lingkungannya tinggal tidak menghargai dan tidak dapat bertetangga dengan baik. Dari ketiga wawancara yang dilakukan kepada subjek, bahwa pada saat orang tua memiliki anak disabilitas ganda subjek merasa bahwa Allah tidak adil dan masih memiliki prasangka buruk kepada Allah SWT, tidak bisa menerima bahwa anaknya berbeda dengan yang lain, marah, sedih, terkejut, kecewa, malu, merasa putus asa, merasa menyesal, kehilangan rasa percaya diri, mengangap bahwa semua salah dari dirinya, merasa sendiri, cemas, menarik diri dari lingkungan karena stigma dari masyarakat mengenai anak yang berbeda atau anak berkebutuhan khusus.
12 12 Orang tua yang memilki anak disabilitas ganda terkadang memilki perasaan yang negatif yang selalu muncul di dalam dirinya karena pola pikir ditanamkan dalam pikiran dan perasaanya yang selalu negatif menjadikan orang tua tersebut kurang memiliki rasa syukur dengan apa yang telah Allah berikan. Tekanan yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda adalah suatu perasaan yang sangat menyakitkan. Sejak awal terdiagnostik bahwa anaknya terkena gangguan, orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda memandang dirinya negatif, kurangnya penghargaan terhadap diri, pandangan hidup yang negatif, merasa kurang dalam hidup dan kurangnya rasa terimakasih. Namun seiringnya waktu berjalannya waktu, orang tua yang memilki anak disabilitas ganda dapat memahami dan ikhlas yang ada, dapet menerima hidupnya secara positi dan dapat memandang dirinya secara positif. Meskipun pada akhirnya orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda dapat menjalani kehidupannya setelah mengetahui anaknya memiliki kelainan tetapi untuk bagaimana menuju kepada proses gambaran perwujudan rasa syukur yang positif itulah yang sulit untuk dicapai. Berdasarkan kasus yang diuraikan diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti masalah mengenai rasa syukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda karena peneliti ingin mengkaji proses gambaran perwujudan rasa syukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda. Selain itu, masih sedikit peneliti yang melakukan penelitian mengenai perwujudan rasa syukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda.
13 13 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dikemukakan suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana proses perwujudan bersyukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji proses perwujduan bersyukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan di bidang ilmu Psikologi khususnya ilmu Psikologi Keluarga. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada orang tua khususnya pada orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas ganda di Purwakarta mengenai dinamika psikologis yang dihadapi.
1 Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika seorang ibu sedang mengandung, tentunya ia mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya itu akan lahir dengan sehat dan sempurna. Biasanya para orangtua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat menurut WHO 2013 dalam kutipan (Siswanto, 2007) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap orangtua pasti menginginkan memiliki anak yang normal dan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan kedamaian (Peterson & Seligman, 2004). kebersyukuran adalah sebagai bentuk ciri pribadi yang berpikir positif dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rasa Syukur 1. Pengertian Rasa Syukur Rasa syukur adalah sebagai suatu perasaan terima-kasih dan bersifat menyenangkan atas respon penerimaan diri terhadap apa yang diperoleh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas pernikahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada kekurangan baik fisik maupun mentalnya. Akan tetapi, terkadang terjadi keadaan dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. impian setiap orang. Ketikamenikah, tentunya orang berkeinginan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketikamenikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang normal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Salah satunya cara yang digunakan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk itu diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Salah satunya cara yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak dikatakan tumbuh dapat dilihat dari perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap berikutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehadiran seorang anak di tengah keluarga merupakan sebuah karunia yang didambakan. Berbagai harapan sempurna mengenai anak pun mulai tumbuh saat orang tua menanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah, kehadirannya mengubah hidup menjadi lebih berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena kehadirannya juga orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya
Lebih terperinci5. PENUTUP. Universitas Indonesia
126 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Reaksi yang ditunjukkan oleh ketiga subjek ketika mengetahui anaknya mengalami tunaganda-netra adalah terkejut, sedih, dan marah. Ketiganya pun merasa bersalah terhadap ketunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh orang tua. Anak merupakan harta berharga dan anugerah dari Tuhan. Anak juga merupakan pemacu harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh bahagia. Semua orang tua mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya setiap pasangan perkawinan menginginkan anak sebagai penerus keturunan. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi pasangan suami istri (Mangunsong, 1998).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL
PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinci5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN
71 5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN 5.1. Diskusi Dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam hal peran subjek sebagai orang tua anak tunaganda, keduanya terlibat aktif dalam hal pendidikan anaknya, dengan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang
BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang sempurna, tetapi terkadang keinginan tersebut bertolak belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini, tentunya seseorang pasti pernah mengalami beberapa masalah. Sesuatu dirasakan atau dinilai sebagai suatu masalah ketika kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna (jasmani dan rohani). Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penyandang disabilitas yang cukup banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) Kementrian Sosial tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis
14 BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis merupakan harapan bagi semua orangtua yang sudah menantikan kehadiran anak dalam kehidupan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anaknya akan lahir dengan kondisi fisik dan mental yang normal, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati merupakan dambaan dari setiap orangtua agar menjadi keluarga yang sempurna. Setiap orangtua memiliki satu gambaran atau impian bahwa anaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesulitan mengakses pekerjaan karena dianggap kurang produktif. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang disabilitas fisik sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat, dengan demikian hal ini menyebabkan penyandang disabilitas kesulitan mengakses pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak yang normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Tak terkecuali orang tua. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan khusus semakin meningkat di Indonesia dan bahkan di dunia. Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan tersebut bisa menjadi kenyataan. Sebagian keluarga memiliki anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Memiliki anak yang sehat secara fisik dan psikologis menjadi impian dan harapan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga. Namun tidak semua harapan tersebut bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan suami istri. Kehadiran seorang anak sangat dinantikan karena anak merupakan generasi penerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang sangat berarti bagi orang tua karena setelah pasangan menikah, peran selanjutnya yang di dambakan adalah menjadi orang tua dari anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu menikah dengan harapan memiliki keturunan yang sehat dan cerdas, namun semuanya tetap kembali pada kehendak Sang Pencipta. Setiap harinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap pasangan tentu mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan serta puncak pemenuhan dari kebutuhan pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme. Dewasa ini,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar 15-20 tahun yang lalu, autisme pada masa kanak-kanak dianggap sebagai gangguan perkembangan yang sangat jarang terjadi. Hanya ditemukan dua hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan hidup manusia dewasa, pada umumnya akan masuk masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun mulai tumbuh saat orang
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan tidak hanya menawarkan kebahagiaan tetapi juga penderitaan kepada manusia. Human life can be fullified not only in creating and enjoying, but also
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan penyakit yang mengganggu saraf otak. Epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang terjadi tanpa adanya stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan ini tidak semua orang dapat beruntung terlahir dengan kondisi fisik, psikologis, dan kognitif yang normal dan sehat. Mereka yang tidak beruntung ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinci