BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani
|
|
- Utami Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh tuhan dan penerus generasi bagi setiap keluarga. Setiap pasangan berusaha untuk dapat memiliki anak dalam keluarganya. Banyak harapan-harapan dari setiap pasangan untuk dapat memiliki anak yang normal yaitu anak yang sehat, cerdas, ceria, serta anak yang memiliki perkembangan yang sesuai dengan usianya. Namun, tidak semua anak yang terlahir dalam keadaan yang sempurna atau normal. Beberapa anak ada yang dilahirkan memiliki kekurangan-kekurangan dalam dirinya baik secara fisik maupun secara psikis, intelegensi (kecerdasan), bahkan dari sisi perkembangannya ada yang terhambat. Anak yang terlahir dengan memiliki kekurangan atau memiliki kekhususan tertentu di dalam dirinya, sering sekali mengalami penolakan dari orang tuanya. Kebanyakan orang tua tidak bisa menerima kenyataan dengan anak yang pola perkembangannya berbeda dengan anak-anak yang lain. Anak-anak inilah yang disebut anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus menurut Heward (1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Karakteristik dan hambatan anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan khusus 1
2 2 yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi pada anak. Salah satunya anak berkebutuhan khusus adalah anak penyandang tunagrahita atau retardasi mental. Anak tunagrahita adalah kondisi kecerdasan anak yang mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai tahapan perkembangan yang optimal. Hal tersebut ditandai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ketidakcakapan anak dalam berinteraksi sosial, (Somantri, 2006 ; Delphie, 2006). Definisi tunagrahita juga yang dirumuskan oleh Grossman, secara resmi digunakan AAMD (American Association of Mental Deficiency) yaitu Mental retardation refers to significantly sub average general intellectual functioning resulting in or adaptive behavior and manifested during the developmental period (Kirk & Gallagher dalam Amin, 1995 : 16) yaitu tunagrahita yang mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata atau signifikan, berada dibawah rata-rata atau normal yang bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangannya. Tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus, yang memiliki keterbatasan di dalam aspek intelegensi, sosial, dan fungsifungsi mental lainnya. Di dalam intelegensi yang dibawah rata-rata, anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam kapasitas belajar terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis, dan membaca. Kemampuan belajar anak tunagrahita juga cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. Sehingga kemampuan akademiknya mengalami keterlambatan jika dibandingkan dengan individu normal yang seusianya. Sedangkan di dalam interaksi sosialnya, anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengurus dirinya sendiri dalam masyarakat, oleh karena inilah anak tunagrahita tidak dapat mandiri
3 3 dan selalu memerlukan bantuan dari orang tuanya. Anak tunagrahita juga memiliki keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti adanya keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukan mengalami kerusakkan artikulasi, tetapi pusat pengolahan atau pembendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga seringkali terjadi kesulitan dalam berkomunikasi, hal ini orang tua perlu memiliki kesabaran dalam berbicara dengan anaknya. Pertumbuhan pada anak tunagrahita mengalami gangguan atau mengalami keterlambatan, karena anak tunagrahita mengalami kretinisme yang disebabkan hypothyrodisme yaitu memiliki kekurangan tiroksin, (Delphie, 2006). Ibu yang memiliki anak tunagrahita merasa khawatir akan masa depan anaknya, karena mereka tidak dapat mandiri dan tidak memiliki keahlian, (Hamid, 2008). Namun, anak tunagrahita memiliki perkembangan fisik yang sama dengan anak normal pada umumnya. Anak tunagrahita sebagian besar mendapatkan pandangan yang tidak menyenangkan dari masyarakat di lingkungannya, biasanya masyarakat memberikan label atau penilaian yang kurang menyenangkan terhadap anak, bahkan ada yang mencela anak tunagrahita. Hal ini sering sekali membuat orang tua yang memiliki anak tunagrahita menjadi marah, kesal, serta merasakan kesedihan karena memiliki anak tunagrahita, (Hamid, 2004). Fenomena yang terjadi di SLB Darul Hidayah yang berdasarkan hasil wawancara ibu, sebagian besar ketika anaknya berada pada usia 3 hingga 4 tahun mulai merasakan ada hal yang berbeda pada anakanya. Perkembangan bahasa pada anak mengalami keterlambatan. Hal ini dilihat anak belum mampu berbicara dibandingkan anak lain seusianya.
4 4 Melihat keadaan anak yang belum mampu berbicara, ibu berinisiatif untuk melakukan kontrol atau check up medis di beberapa rumah sakit. Hal ini yang menjadi upaya pertama yang dilakukan ibu untuk anaknya dan hasil para dokter mengatakan bahwa keterlambatan bahasa pada anak sudah biasa terjadi. Namun, berdasarkan rekomendasi pihak dokter, keluarga, dan teman, ibu melakukan tindakan lebih lanjut yaitu mencoba ke dokter syaraf dan psikolog untuk melakukan konseling. Hasilnya, terdapat indikasi bahwa anaknya menderita gangguan mental retardation atau dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Pada saat ibu mengetahui bahwa anak mereka di diagnosis memiliki gangguan mental retardation (tunagrahita), sebagian besar ibu merasa tidak dapat menerima kenyataan serta merasa tidak mampu untuk merawat dan mendidik anaknya. Hal ini sangat dirasakan berat oleh para orang tua terutama ibu. Saat pemberitahuan diagnosis mengenai keadaan anaknya, para ibu merasa terkejut, tidak percaya, timbul berbagai pertanyaan di dalam diri ibu mengenai mengapa hal ini terjadi, hal apa yang harus dilakukan setelahnya, bahkan ibu memikirkan pendapat orang lain ketika mereka memiliki anak tunagrahita. Ibu merasa tertekan, sulit untuk tidur, merasa sedih, merasa malu, bahkan ibu memikirkan biaya yang akan mereka keluarkan untuk anaknya. Menurut Williams dan Wright, (2004) semua orang tua memiliki respon dan perasaan yang berbeda-beda pada saat anak mereka di diagnosa menderita gangguan dalam perkembangannya. Berbagai reaksi yang muncul dari penelitiannya yaitu ibu merasa bersalah, ibu memiliki perasaan yang khawatir jika ibu melakukan hal yang salah selama kehamilan atau pengasuhannya, ibu merasa
5 5 kehilangan akan harapannya, hal ini di karenakan ibu terkadang telah memiliki harapan serta cita-cita untuk anak mereka. Berdasarkan hasil dari wawancara, ibu memiliki harapan pada anaknya. Harapan serta cita-cita ibu untuk anaknya telah ada sebelum anaknya dilahirkan, bahkan telah ada pada saat ibu masih kecil serta ada harapan dan cita-cita ibu yang tidak terpenuhi, seperti keinginan ibu untuk anaknya agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari apa yang dulu pernah ibu lalui. Sehingga ada halhal yang ingin direalisasikan ibu kepada anaknya, hal ini juga dapat membuat anak merasakan hal yang lebih dari apa yang dulu pernah ibu lalui. Ibu merasa takut akan masa depan, dari pihak keluarga juga memiliki perasaan takut akan masa depan anak mereka dan ibu harus mengubah harapan yang telah direncanakan untuk masa depan anaknya. Pada saat ibu merasa tertekan dengan permasalahan yang dihadapinya setelah mengetahui anaknya memiliki gangguan mental retardation (tunagrahita), perlahan-lahan membuat ibu bangkit dari tekanan hidup yang dirasakan, agar ibu dapat bertahan dengan semua permasalahan yang akan ibu hadapi dikemudian hari. Berdasarkan hasil dari wawancara, ibu mengungkapkan bahwa dirinya pada saat mengetahui anaknya mengalami gangguan mental retardation (tunagrahita), ibu sulit untuk berkomunikasi, bertemu dengan orang lain, dan ibu lebih memilih untuk menyendiri. Namun, ibu mendapat kekuatan bahwa dirinya harus bangkit, ibu membuka pikirannya bahwa tunagrahita yang diderita anaknya bukan merupakan sesuatu hal yang memalukan, oleh karena itu perlahan-lahan ibu mulai mencoba untuk berbaur dengan orang lain, ibu mampu untuk menjalin
6 6 hubungan komunikasi yang baik dan mulai tumbuh rasa empati pada diri ibu. Ibu merasakan apa yang dirasakan oleh ibu-ibu lain yang sama memiliki anak tunagrahita. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Achir Yani S. Hamid (2004), menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita mengalami perasaan seperti sedih, denial, depresi, bahkan marah ketika melihat keadaan anaknya. Perasaan-perasaan ini muncul karena keterbatasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Orang tua merasa khawatir tentang masa depan anak dan pandangan masyarakat yang melekat pada anak. Meskipun dengan keadaan seperti itu, diharapkan orang tua tetap memberikan perawatan, perhatian, kasih sayang, dan pendidikan yang layak bagi anaknya. Berdasarkan hasil dari wawancara ibu, dari pihak keluarga juga merasa tidak dapat menerima, merasa malu memiliki keponakan atau cucu yang memiliki gangguan mental retardation (tunagrahita). Di lingkungan masyarakat ibu banyak mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti anaknya dihina karena tunagrahita, adanya perlakuan menyakiti fisik maupun psikis anak yaitu memukul, memarahi serta melukai anak. Hal ini membuat ibu merasa sedih, kesal, marah serta ibu sering sekali merasa hal ini sangat berat untuk dilalui. Kendala-kendala yang dialami ibu dalam merawat dan membesarkan anak tunagrahita merupakan hal yang dapat menekan bagi ibu yang memiliki peran untuk mengasuh dan menjaga anak tunagrahita setiap saat. Hal ini diperlukan kesabaran yang cukup banyak bagi ibu dalam merawat dan mendidik anaknya yang tunagrahita, karena anak tunagrahita harus dilatih, serta diajarkan secara terus menerus.
7 7 Besarnya ketergantungan anak kepada ibu, membuat ibu menjadi tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan hal-hal yang tadinya biasa ibu kerjakan, karena harus mengurus dan merawat anaknya baik di rumah maupun di sekolah yang tetap menuntut adanya peran orang tua dalam pelatihan kemandirian dan pendidikan bagi anak tunagrahita. Di tengah situasi seperti itu, ibu diharapkan tetap mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, untuk itu dibutuhkannya resiliensi yang tinggi pada diri ibu. Berdasarkan hal di atas, dari penelitian yang dilakukan oleh Noor Yunida Triana dan Megah Andriany (2007) terdapat enam masalah orang tua dalam menghadapi anak tunagrahita yaitu masalah finansial, pengorbanan waktu, kesulitan dalam menegakkan disiplin, pandangan masyarakat, pertumbuhan anak yang terhambat, dan kecemasan yang orang tua hadapi tentang masa depan anaknya. Permasalahan memiliki anak tunagrahita yang dijelaskan dalam jurnal Noor Yunida Triana dan Megah Andriany (2007) yaitu masalah finansial yang terjadi pada orang tua, banyak diungkapkan bahwa meningkatnya suatu kebutuhan serta biaya khusus yang harus dikeluarkan untuk anaknya, seperti memberikan terapi kepada anaknya, serta konsultasi kepada para ahli yang memahami kondisi anaknya. Hal ini dapat menimbulkan, bahwa orang tua yaitu khususnya kepala rumah tangga untuk dapat bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhankebutuhan yang diperlukan untuk anaknya. Perawatan anak tunagrahita juga sangat mengorbankan banyak waktu bagi orang tua, karena keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita, menyebabkan orang tua kesulitan dalam mengerjakan segala sesuatunya seorang diri. Adanya
8 8 kesulitan orang tua dalam menegakkan disiplin pada anak tunagrahita, orang tua cenderung tidak mematuhi dan kurang disiplin dalam mematuhi aturan yang ada di dalam suatu keluarga, namun bila orang tua secara terus menerus mampu memberitahukan dan disertai dengan contoh konkrit atau jelas kepada anak, maka lama kelamaan anak akan memahami atau mengerti tentang apa saja yang boleh anak lakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan. Kemampuan ibu untuk dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan, mampu berfungsi secara baik ditengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan dapat dilihat dari beberapa upaya yang dilakukan ibu yang memiliki anak tunagrahita untuk dapat keluar dari permasalahan yang dihadapinya yaitu dengan mencari informasi mengenai anak tunagrahita, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, dan berinteraksi dengan keluarga lain untuk berbagi pengalaman. Walaupun ada beberapa keluarga yang mungkin menghindar dari informasi mengenai anaknya yang tunagrahita dan mencoba tidak memperdulikan hal yang terjadi pada anaknya. Ibu yang berusaha mencari informasi mengenai gangguan yang diderita oleh anaknya yaitu baik dari media sosial, informasi dari dokter, psikolog, dan beberapa informasi dari orang lain. Ibu mulai memikirkan pendidikan serta upaya yang akan dilakukan untuk menangani anaknya. Hal ini, membuat ibu berpikir untuk menyekolahkan anaknya di sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dengan tujuan serta harapan, anaknya kelak mampu melakukan aktivitas sehari-hari serta dapat mengupayakan kehidupannya secara mandiri. Pada saat ibu mulai menyekolahkan anaknya, terdapat permasalahan yaitu ibu yang awalnya bekerja di suatu perusahaan mencoba berhenti dari tempat
9 9 bekerja dan mencoba memulai bisnis keluarga. Hal ini dikarenakan, ibu berkeinginan untuk menjaga dan melihat perkembangan anaknya. Ibu mulai menyadari bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan dan perawatan kesehatan untuk anaknya sangat banyak. Penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk membeli makanan dan pakaian terus meningkat, serta kebutuhan lainnya. Hal ini membuat ibu merasa tidak mampu untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Biaya yang ibu keluarkan untuk pendidikan pun juga terus meningkat. Akhirnya ibu memutuskan untuk mencari sekolah yang biaya pendidikannya dapat terjangkau oleh ibu namun, kualitasnya tetap sama dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 11 orang ibu di SLB Darul Hidayah yang memiliki anak tunagrahita, di dapat data bahwa ibu mencoba untuk tegar, menerima keadaannya memiliki anak tunagrahita dengan ikhlas meskipun hal tersebut sangat sulit bagi ibu, ibu mengatakan bahwa mereka merasa kesulitan dalam mencari sekolah yang sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dikarenakan penghasilan ibu yang tidak tetap. Ibu merasa kesulitan akan biaya sehari-hari mereka, ibu berusaha memikirkan cara untuk mendapatkan penghasilan yang tetap sehingga dapat membantu dalam merawat dan membesarkan anaknya, terkadang ibu berusaha untuk meminjam uang kepada keluarganya atau kepada orang yang ibu percaya seperti keluarga dan teman, ditambah lagi dengan ibu yang harus bolak-balik dari tempat tinggal mereka ke sekolah, sehingga hal tersebut membutuhkan perjuangan untuk dapat ikhlas menerima cobaan yang diberikan tuhan kepada mereka.
10 10 Ibu yang menyekolahkan anaknya disini berasal dari sekolah yang sama sebelumnya. Walapun ada beberapa ibu yang baru menyekolahkan anaknya dan ada juga ibu yang anaknya pindahan dari sekolah umum yaitu sekolah dasar. Berdasarkan informasi dari guru di sekolah sebelumnya, ibu yang memiliki anak tunagrahita menemukan SLB Darul Hidayah yang biaya pendidikannya dapat terpenuhi, serta pendidikan yang diberikan kepada anak sesuai dengan harapan ibu. Sekolah Luar Biasa Darul Hidayah merupakan salah satu lembaga pendidikan di wilayah kecamatan Batu nunggal kota Bandung yang khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang berperan membekali peserta didik untuk mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat melalui kepandaian dalam hidup (life skill) secara integratif, dengan memadukan potensi genetik dan spesifik anak. Peran orang tua dan guru untuk anak berkebutuhan khusus sangatlah penting bagi anak-anak yang memiliki gangguan atau hambatan dalam tahap perkembangannya. Berdasarkan fenomena yang terjadi di SLB ini, ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus, terlihat berusaha untuk beradaptasi dengan kondisi anaknya yang memiliki tunagrahita. Terlihat ibu berusaha untuk berjuang, berkembang serta mampu mengendalikan perilakunya menjadi hal-hal yang positif seperti ibu mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki permasalahan yang sama dengan ibu yaitu memiliki anak tunagrahita. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada ibu yang memiliki anak tunagrahita, sebagian besar berusaha mencoba mencari tahu tentang kondisi gangguan yang anaknya alami, mencari tahu karakteristik
11 11 gangguan yang dialami oleh anaknya. Ibu berupaya menjalin relasi dengan orang lain yang memiliki permasalahan yang sama seperti anaknya melalui kumpulan orang tua yang memiliki anak tunagrahita melalui media sosial. Ibu mencoba berkomunikasi dengan guru yang memberikan pendidikan kepada anaknya. Berusaha meminta saran serta nasehat dari guru serta orang lain mengenai hal yang sebaiknya dilakukan dengan kondisi yang saat ini ibu alami. Ada beberapa ibu yang terlihat berupaya meluangkan waktu, memberikan perhatian kepada anaknya dengan cara menunggu anak-anaknya di sekolah, di tempat yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Namun, ada juga beberapa ibu yang hanya mengantarkan anaknya ke sekolah, tidak menunggu anaknya selesai sekolah. Beberapa ibu terlihat ada yang terus mencoba memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, dengan cara bekerja. Ibu terlihat berusaha memenuhi pendidikan dan kesehatan untuk anaknya. Jika memiliki pendapatan yang lebih, ibu berusaha memberikan anaknya terapi, namun jika pendapatan ibu sedikit hanya pas untuk kebutuhan sehari-hari, maka anak tidak diberikan terapi. Pendapatan ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB Darul Hidayah ini sekitar lima ratus ribu hingga enam juta perbulan. Beberapa ibu yang memiliki pekerjaan wiraswasta, sebagian besar pendapatannya perbulan tidak tetap. Fenomena yang terjadi di SLB ini, para ibu yang wiraswasta ada empat orang, ibu yang pegawai swasta ada satu orang, dan ibu rumah tangga ada enam orang. Ibu yang menyekolahkan anaknya di SLB ini, mereka pindah berdasarkan permasalahan yang sama yaitu, ingin memperoleh pendidikan yang baik bagi anak-anaknya berdasarkan sistem akademik yang sama dengan sekolah
12 12 sebelumnya serta biaya pendidikan yang dapat dipenuhi dan tidak membebankan biaya kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar anak tunagrahita di sekolah ini memiliki IQ yang menurut DSM IV-TR termasuk dalam dalam tingkatan tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang. Berdasarkan hasil dari wawancara ibu yang memiliki anak tunagrahita, mereka merasa kesulitan merawat anaknya. Aktivitas ibu yang kelelahan dalam mencari nafkah, serta berusaha mengatur anaknya dalam kesehariannya. Ketika anaknya mulai merasa tidak nyaman, hingga merasa kesal akan suatu hal, reaksi ibu yaitu berusaha memenuhi apa yang diinginkan oleh anaknya. Anak tunagrahita membutuhkan perhatian yang lebih dalam kesehariannya dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Terkadang, ibu merasa takut jika anaknya hidup dalam kondisi ini yaitu tunagrahita, Ketakutan jika ibu tiada bagaimana dengan anak-anak mereka. Segala kebutuhan yang sangat banyak sekali harus terpenuhi seperti kondisi anak yang sangat memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan ibu berusaha mencari sekolah yang dapat terpenuhi berdasarkan kondisi finansial mereka, serta jarak sekolah yang terlihat jauh dari rumah yaitu membutuhkan waktu 30 hingga 55 menit dari rumah ke sekolah. Para ibu terlihat berusaha memberikan pendidikan kepada anaknya, karena ibu berharap sekurangkurangnya anak mereka nanti mampu mengurus dirinya sendiri secara mandiri. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk meneliti resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita SLB Darul Hidayah di kota Bandung.
13 Identifikasi Masalah Anak tunagrahita adalah gangguan pada anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental dibawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun dalam sosialnya. Anak yang memiliki gangguan mental retardation (tunagrahita) memerlukan layanan pendidikan yang khusus. Ada beberapa faktor penyebab anak tunagrahita yaitu keturunan, lingkungan, genetik, dan neurobiologis. Maka, dari hal inilah anak tunagrahita memerlukan perhatian yang lebih dari orang tuanya, adanya pengawasan ketika anak sedang melakukan aktivitas, dan anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Fenomena yang terjadi yaitu ibu merasa sedih, marah terhadap hal yang telah terjadi, bahkan menyalahkan diri sendiri ketika memiliki anak tunagrahita. Ada ibu yang mengabaikan atau tidak mau merawat anaknya sendiri dan tidak memberikan kasih sayang kepada anaknya. Resiliensi adalah kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik, mampu berfungsi secara baik ditengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan (Benard, 2004). Resiliensi memiliki 4 aspek yaitu Social Competence yang mencakup karakteristik, kemampuan, dan sikap yang diperlukan oleh individu untuk membangun suatu relasi dan mempertahankan kedekatan yang positif dengan orang lain. Problem solving skills merupakan kemampuan untuk dapat membuat rencana dan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan saat menghadapi masalah, dapat berpikir fleksibel untuk mencari solusi
14 14 alternatif terhadap suatu masalah, dapat berfikir kritis dan analitis dalam mengerti suatu kejadian atau situasi. Autonomy memiliki kemauan yang kuat serta kemampuan untuk mandiri dan mempunyai kontrol terhadap lingkungannya. Sense of Purpose and Bright Future merupakan kemampuan untuk dapat fokus terhadap masa depan yang positif dan kuat secara konsisten, telah diidentifikasi dengan baik mengenai akademis anak, identitas diri ibu yang positif, dan sedikitnya tingkah laku yang beresiko terhadap anaknya. Dalam hal ini, resiliensi dapat terlihat pada individu yang dapat menyelesaikan masalahnya dalam situasi yang sulit dan adanya perasaan-perasaan tertekan, kecewa, serta terpuruk. Individu juga ada usaha untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya, seperti berusaha sabar ketika orang lain menyakiti anaknya, kemudian memberikan pembelaan mengenai anaknya yang tunagrahita kepada orang yang beranggapan anaknya dapat mengganggu orang lain, kemudian berusaha untuk kuat, bangkit dari keadaan tersebut sehingga menjadi lebih baik, mampu bertahan, mampu melalui serta menyelesaikan permasalahan yang dianggap sulit bagi ibu. Berdasarkan hal ini, peneliti mencoba melakukan suatu penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah ini adalah Bagaimana gambaran resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB Darul Hidayah kota Bandung?. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian : Untuk mendapatkan gambaran serta dapat mengetahui mengenai resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB Darul Hidayah kota Bandung.
15 Tujuan penelitian : Memperoleh data mengenai resiliensi yang terjadi pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB Darul Hidayah kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengkajian ilmu psikologi khususnya di bidang psikologi klinis tentang resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita dan bagi yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada pihak sekolah dan khususnya guru di SLB Darul Hidayah mengenai gambaran resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita. 2. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada ibu mengenai upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan resiliensi ibu yang memiliki anak tunagrahita.
BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinciBAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk melengkapi hidupnya yang tidak dapat terpenuhi oleh dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autisme kini sudah menjadi permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin banyak. Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga menginginkan semua anggota keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan oleh keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua orangtua berharap dapat melahirkan anak dengan selamat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua orangtua berharap dapat melahirkan anak dengan selamat dan mendapatkan anak yang sehat jasmani dan rohani. Kehadiran anak dapat membawa kebahagiaan bagi
Lebih terperinciAnak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik
BABI ~ PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan, yaitu disiplin. Mendidik dan mendisiplinkan anak selalu menjadi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki intelegensi jelas-jelas berada dibawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL
PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinci2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Kesanggupan seseorang dalam membaca atau menangkap makna
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Tak terkecuali orang tua. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik
Lebih terperinciANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA
ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA Oleh: Astati, Dra. M.Pd. PLB Universitas Pendidikan Indonesia Anak Tunagrahita dan Pendidikannya Definisi lihat slide no 12 Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak baik secara fisik maupun psikologis merupakan hal yang penting bagi orang tua khususnya ibu. Perkembangan fisik dan psikologis anak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
Lebih terperinciMENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam
1 MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memiliki anak merupakan suatu anugerah bagi setiap pasangan suami istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka berkomitmen untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna (jasmani dan rohani). Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam
Lebih terperinci: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa
Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa ini, individu
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika seorang ibu sedang mengandung, tentunya ia mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya itu akan lahir dengan sehat dan sempurna. Biasanya para orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus merupakan individu yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Perbedaannya hanya mereka membutuhkan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bangsa Indonesia sedang mengerahkan segala daya upaya untuk melakukan pembangunan di segala bidang demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Allah SWT yang tiada bandingnya, kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan kebahagiaan dan memberikan sinar terang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses perkembangan ini tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak merupakan suatu masa di mana terjadi berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses perkembangan ini tidak hanya dialami oleh anak normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang
BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang sempurna, tetapi terkadang keinginan tersebut bertolak belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap pasangan tentu mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan serta puncak pemenuhan dari kebutuhan pernikahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) 2.1.1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis adalah keadaan dimana seseorang memiliki kondisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harapan bagi setiap wanita yang ada di dunia ini adalah untuk bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harapan bagi setiap wanita yang ada di dunia ini adalah untuk bisa menjadi ibu dengan memiliki seorang anak di dalam kehidupannya. Anak merupakan anugerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderitanya yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata (IQ di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak semua individu dilahirkan dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun psikis, yang telah dialami sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada di dalam perut Ibu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan pada semua jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan hidup manusia dewasa, pada umumnya akan masuk masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun mulai tumbuh saat orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari panca indera lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi manusia. Tidak berlebihan apabila dikemukakan bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciSEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK
SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat serta pembangunan bangsa. Remaja agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik secara fisik maupun mental.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak dikatakan tumbuh dapat dilihat dari perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap berikutnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability Beban pengasuhan orang tua dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dirasakan orang tua akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh orang tua. Anak merupakan harta berharga dan anugerah dari Tuhan. Anak juga merupakan pemacu harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah individu yang tergantung dengan orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah diciptakan Alloh SWT sebagai makhluk yang sempurna dalam segala hal dibanding dengan makhluk yang lain. Kesempurnaan manusia dari segi fisik memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti mengharapkan kehidupan yang bahagia. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER. Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden. a) <40. b) c) >60
47 LAMPIRAN KUESIONER Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden a) 60 Pendidikan terakhir responden : a) Tidak pernah bersekolah b) SD c) SMP d) SMA/sederajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman modern ini. Fenomena ini tercatat telah meningkat dari 13% di tahun 1970 menjadi 26%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Juga merupakan suatu transisi peran yang penting baik untuk pasangan yang baru pertama kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu menikah dengan harapan memiliki keturunan yang sehat dan cerdas, namun semuanya tetap kembali pada kehendak Sang Pencipta. Setiap harinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap orangtua pasti menginginkan memiliki anak yang normal dan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai peran dalam kehidupannya, seperti menjadi suami atau istri bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi banyak suami istri, menjadi orang tua membawa perubahan dalam kehidupan pernikahan. Hal ini dikarenakan sebelumnya mereka telah memiliki berbagai peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis
14 BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis merupakan harapan bagi semua orangtua yang sudah menantikan kehadiran anak dalam kehidupan perkawinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenyataannya, anak ada yang normal dan anak yang berkebutuhan khusus.
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari titipan Allah yang diberikan kepada orang tua untuk diasuh, dijaga, dididik, dan diberikan kasih sayang. Harapan setiap orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2011). Retardasi mental juga memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental merupakan kelemahan jiwa dengan intelegensi yang kurang dari masa perkembangan sejak lahir atau masa anak-anak (Choiriyyah, Nugraha, dan Nugraheni,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut berdampak pada rendahnya angka partisipasi pendidikan (APK)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting bagi para penerus bangsa tanpa terkecuali. Baik itu dari kalangan miskin maupun kaya, namun salah satu persoalan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah individu yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah individu yaitu ayah, ibu dan anak yang saling berinteraksi di dalamnya. Anak dilahirkan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan
Lebih terperinciBAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat
Lebih terperinci