BAB 3 ANALISIS DATA. 3.1 Analisis Kamon sebagai Bentuk dari Konsep Uchi Soto yang ada dalam Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS DATA. 3.1 Analisis Kamon sebagai Bentuk dari Konsep Uchi Soto yang ada dalam Sistem"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Analisis Kamon sebagai Bentuk dari Konsep Uchi Soto yang ada dalam Sistem Ie Hubungan antara kamon dengan sistem kekerabatan masyarakat Jepang yang didalamnya terdapat konsep uchi dan soto merupakan sesuatu yang menarik untuk dicermati. Karena adanya kamon serta fungsi kamon itu sendiri ada keterkaitan dengan cara pikir masyarakat Jepang. Oleh karena itu, menurut penulis kamon dapat diinterprestasikan sebagai bentuk atau perwakilan dari sistem kekerabatan masyarakat Jepang yaitu sistem Ie yang di dalamnya terdapat konsep uchi dan soto. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan teori tentang ie dan kamon yang menjelaskan bahwa nama setiap ie memiliki simbol keluarga. Konsep Ie mengandung dua pengertian, pertama Ie sebagai satuan unit keluarga, dan kedua Ie sebagai satuan unit kerjasama. Jadi ie bukan hanya dipakai oleh keluarga akan tetapi digunakan juga oleh organisasi-organisasi maupun perusahaan. Dalam sistem ie juga terdapat dua lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan uchi dan soto. Dari teori dan data yang telah dianalisi oleh penulis, menurut penulis dalam melakukan interaksi sosialnya, masyarakat Jepang selalu memperhatikan aturan-aturan yang berlaku di lingkungannya. Dan Interaksi sosial mereka itu tidak lepas atau masih diwarnai oleh konsep Ie. Kesibukan dan tempat tinggal yang berjauhan tidak membuat mereka lupa atau tidak mengenal kerabatnya. Berdasarkan teori tentang sistem Ie dan konsep uchi dan soto, dalam lingkungannya pun mereka memiliki atau membentuk kelompoknya 25

2 26 sendiri. Yang termasuk dalam lingkungan kelompok uchi yaitu seperti keluarga, perusahaan, sekolah, dan kelompok lainnya. Dalam penyebutan diri, mereka menggunakan kata ie atau uchi sebagai identitas diri mereka. Dan masing-masing dari mereka berusaha untuk setia dan menjaga nama baik kelompoknya maupun lingkungan mereka. Contoh lingkungan ie atau uchi yaitu keluarga. Keluarga atau kazoku adalah tempat dimana seseorang dilahirkan, dibesarkan, dibimbing, dan dididik. Kazoku juga dijelaskan sebagai unit terkecil di dalam masyarakat dan merupakan komponen terkecil dalam pembentukan sistem kekerabatan keluarga Jepang. Kekerabatan ada yang terjadi berdasarkan pada hubungan darah, dalam arti hubungan kerabat dekat atau jauh, yang pada prinsipnya masih keturunan dan adapula kekerabatan yang terbentuk karena adanya perkawinan. Dan hal itu di tegaskan oleh Morioka Kiyomi yang menjelaskan bahwa keluarga adalah kelompok yang membentuk hubungan saudara dekat yang penting seperti kakak-adik dan orang tua-anak dengan hubungan suami-isteri sebagai dasar dan didukung oleh rasa kesatuan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Pernikahan yang menjadi salah satu dari pengikat hubungan kekerabatan akan melahirkan keturunan-keturunan yang akan menyandang nama keluarga yang berdasarkan nama ayahnya. Nama keluarga atau ie sangatlah penting dalam sistem kekerabatan Jepang karena dari nama keluarga dapat diketahui identitas seseorang. Penggunaan nama keluarga menjadi hal umum di Jepang, ketika mereka menikah umumnya seseorang akan mengikuti nama keluarga dari pihak laki-laki atau yang biasa disebut dengan yome, akan tetapi terkadang ada hal khusus seperti keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki, mereka akan berunding dengan pihak laki-laki agar pihak

3 27 laki-laki tersebut mengikuti nama keluarga dari pihak perempuan yang disebut dengan istilah yoshi. Setelah penulis menganalisis data, penulis mengetahui bahwa pada hubungan keluarga pun terdapat lagi pembagian kelompok lingkungan yang berdasarkan garis keturunan. Dan menurut penulis hal tersebut itu didasari oleh konsep uchi dan soto. Hubungan tersebut yaitu keluarga yang memiliki hubungan langsung dengan keluarga induk (honke) dan keluarga cabang (bunke). Dalam hal kepemilikan kamon atau simbol keluarga pihak dari keluarga yang mempunyai hubungan langsung dengan keluarga induk (honke) akan mewariskan kamon yang diwarisi dari ayahnya. Sedangkan bagi keluarga cabang (bunke) mereka harus membuat simbol baru berdasarkan kamon original dari Ienya. Dan hal tersebut akan membedakan mana orang yang termasuk Uchi dari lingkungan keluarganya masing-masing. Dari konsep tersebut maka ketika seseorang yang memiliki Chonan (anak laki-laki pertama) dan juga memilki anak lakilaki ataupun perempuan dari keturunannya sendiri, maka seorang chonan akan mewarisi kamon yang dimiliki ayahnya. Sedangkan anak-anaknya yang lain harus membuat kamon yang berbeda dari kamon yang asli atau original. Anak kedua atau ketiga dan juga anak yang selanjutnya memodifikasi kamon dari ayahnya ketika mereka sudah menikah dan membentuk keluarga sendiri serta menjadi bagian dari keluarga inti (bunke). Mereka akan membuat kamon tersebut menjadi berbeda dengan kamon yang original, yang dimiliki oleh keluarga inti atau utama (honke) dengan menambahkan desain lain atau mengabungkan desain yang dimiliki oleh suami ataupun isterinya. Caracara yang umum dilakukan dalam pemodifikasian kamon yaitu; 1) modifikasi dari kamon yang original, 2) menambahkan lingkaran atau menambahkan bentuk lain di luar kamon, 3) memodifikasi kamon tersebut menjadi dua, 4) mengabungkan kamon yang

4 28 original dari keluarga ayah dengan keluarga mertuanya, 5) mengabungkan kamon original dengan corak yang berbeda. Dari perubahan corak kamon dan kepemilikan kamon itu penulis berpendapat bahwa hal tersebut terjadi dikarenakan juga adanya sistem ie dan konsep uchi dan soto. Contoh lainnya yaitu lingkungan perusahaan, dalam lingkungan ini kita dapat melihat bagaimana pegawai perusahaan berinteraksi dengan karyawan perusahaan yang lain. Ketika berbicara dengan orang luar pegawai perusahaan sering menyebut perusahaannya sebagai ie atau uchinya, untuk menegaskan garis antara mereka dan kita. Dalam berintaraksi pegawai tersebut tidak bisa mendiskusikan maupun membicarakan masalah sensitif tentang perusahaan tempat mereka bekerja dengan orang luar (soto), karena hal tersebut merupakan tabu bagi tata cara interaksi sosial masyarakat Jepang. Menurut penulis hal tersebut dikarenakan adanya sikap yang berbeda yang dimiliki orang Jepang yaitu tatemae dan honne ketika mereka berinteraksi. Pendapat penulis itu diambil berdasarkan teori konsep uchi dan soto yang didalamnya terdapat dua sikap yaitu tatemae dan honne yang diunggkapkan oleh Nieda Rokusaburo. Dalam konteks interaksi tersebut seseorang akan mengatur penampilannya sedemikian rupa agar terjadi hubungan manusia yang seimbang dan harmonis. Dari hasil analisis diatas penulis berpendapat bahwa dalam lingkungan Ie atau uchinya, agar mereka tidak salah bertindak mereka harus mempunyai sesuatu sebagai tanda pengenal identitas mereka. Dan sesuatu itu adalah kamon yang berperan sebagai tanda pengenal terselubung untuk memperlihatkan perbedaan antara orang dalam (uchi) dengan orang luar (soto) dalam lingkungan ienya. Berdasarkan analisis penulis, diketahui bahwa kamon dapat dikatakan sebagai bentuk dari konsep uchi dan soto yang ada dalam sistem ie.

5 Analisis Peranan Dan Keberadaan Kamon Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang Dalam menganalisis peranan kamon yang mengalami perkembangan dan perubahan dari zaman ke zaman. Penulis akan menganalisis data dari zaman Joumon sampai zaman sekarang agar dari data tersebut dapat diketahui bahwa peranan kamon dalam kehidupan masyarakat Jepang didasari oleh konsep uchi dan soto. Sebelum kamon dikenal secara luas dan diakui sebagai simbol keluarga pada zaman Joumon, suku Ainu sudah menggunakan simbol-simbol untuk membedakan barang-barang yang mereka punya. Simbol-simbol itu mereka gunakan sebagai pengganti huruf karena pada zaman itu mereka belum mengenal huruf. Contoh penggunaan simbol pada masa itu misalnya barang milik A ditandai dengan diikat mengunakan daun Kashiwa sedangkan barang milik B ditandai dengan mengikat barang tersebut dengan mengunakan daun Tsuta. Gambar 3.1 Kashiwa Gambar 3.2 Tsuta Pada zaman Jomon juga dikenal adanya kebudayaan tembikar, tembikar- tembikar itu mereka hias dengan menggunakan simbol- simbol yang sangat sederhana. Tetapi lama kelamaan seiring berkembangnya pengetahuan dan pengaruh masuknya budaya lain hiasan tembikar yang tadinya sangat sederhana menjadi lebih baik. Memasuki abad ke tiga sebelum masehi sampai kira-kira enam ratus tahun sesudahnya disebut zaman Yayoi. Pada zaman ini kebudayaan mendapat pengaruh dari Cina dan Eropa

6 30 perkembangan model hiasan simbol dikarenakan adanya kompas yang datang dari bangsa tersebut. Simbol-simbol tersebut menjadi lebih simetris dan indah, selain itu mulai banyak bentuk- bentuk simbol yang dibuat. Bentuk simbol yang mereka buat tidak lagi berupa gambar abstrak tetapi mulai berbentuk seperti aslinya. Setelah bangsa Cina masuk ke Jepang lewat jalur yang disebut silkroad dan kemudian mengenalkan kebudayaannya seperti ajaran agama, teknik berternak ulat suera, membuat tenunan, dan kanji serta ilmu-ilmu pengetahuaan kehidupan orang Jepang menjadi berkembang dengan pesat. Semua itu dijadikan dasar pengetahuan, pikiran, ajaran agama dan seni orang Jepang. Dari semua kebudayaan yang masuk ke Jepang huruf cina (kanji) merupakan hal yang paling penting karena untuk membuat catatan mereka menggunakan huruf kanji. Setelah mereka mulai mengenal huruf (kanji) mereka tidak lagi membedakan barang dengan mengikat barang tersebut, mereka mulai menggunakan kanji. Kanji yang didatangkan dari Cina merupakan simbol huruf yang pertama kali digunakan. Walaupun kebudayaan itu didatangkan dari Cina tetapi kebiasaan menggunakan lambang untuk keluarga tidak ada di Cina. Oleh karena itu walaupun kamon yang awal mulanya mendapat pengaruh dari Cina, akan tetapi kamon merupakan kebudayaan khas yang dimiliki oleh bangsa Jepang. Periode berikutnya yaitu sekitar abad ke enam dikenal juga sebagai zaman Asuka. Menurut buku catatan sejarah tertua yang ada di Jepang yaitu Nihon Shoki dikatakan bahwa pada zaman Asuka, Kaisar Suiko menggunakan simbol pada benderanya untuk membedakan anggota keluarganya dengan masyarakat biasa dan pada saat itulah awal mula dari simbol keluarga atau yang disebut dengan kamon. Periode ini mendapat pengaruh dari daratan Asia dan juga menerima pengaruh yang tidak sedikit dari kebudayaan Yunani dan Asia Barat. Dari berbagai kebudayaan yang masuk ke Jepang

7 31 membuat kebudayaan Jepang berkembang, khususnya pada pembuatan simbol yang digunakan oleh keluarga di Jepang. Periode setelah Asuka yaitu zaman Nara kebudayaan pada masa ini semakin berkembang khususnya dibidang arsitektur. Istana Kaisar, rumah kaum bangsawan, dan kuil-kuil yang besar dibangun dengan sangat indah dan mewah. Pada bangunan yang mendapat pengaruh dari arsitektur gaya Cina tersebut di berikan simbol keluarga pada pintu gerbangnya. Dan pada masa inilah awal mula kamon digunakan pada bangunan. Para bangsawan memasang kamonnya pada bangunan agar mereka juga dapat memperlihatkan bahwa bangunan tersebut adalah lingkungan uchinya. Pada masa selanjutnya yaitu zaman Heian peranan serta corak kamon semakin berkembang. Pada zaman Heian ( ) simbol untuk keluarga mulai dikenal. Pada masa inilah pertamakali simbol-simbol yang tadinya hanya dipakai sebagai alat untuk mambedakan barang-barang, mulai dipakai untuk membedakan darimana asal klan atau keluarga seseorang yang memakai lambang tersebut. Pada zaman ini orang yang disebut Kuge (keluarga bangsawan) menggunakan lambang dari masing-masing keluarganya di kereta kuda, furniture, dan rumah mereka. Dan pada zaman ini simbol-simbol yang digunakan sudah mulai benar-benar diakui sebagai lambang keluarga. Corak lambang atau simbol yang mereka pakai menjadi lebih banyak dan semakin bervariasi. Sangat berbeda sekali dengan simbol yang digunakan pada zaman Jomon yang masih sederhana dengan hanya menggunakan daun Kashiwa dan daun Tsuta serta beberapa corak binatang sebagai lambang. Pada zaman ini sekitar 350 bentuk kamon mereka gunakan sebagai lambang yang motifnya berupa tanaman, binatang, serangga, corak alam (gunung, laut, matahari, bulan, bintang) dan simbol-simbol dari musim seperti salju serta corak berupa huruf Cina (kanji).

8 32 Pada zaman ini pakaian dan alat-alat perabotan mulai dibuat, pada perabotan dan pakaian itu diberikan simbol keluarga sebagai hiasannya. Corak yang baru dan yang paling banyak dibuat yaitu corak bunga krisan dan kupu-kupu. Dari masing-masing corak itu dibuat berbagai variasi. Contoh dari variasi kupu-kupu misalnya corak kupukupu terbang, lipatan sayap kupu-kupu, dan sepasang kupu-kupu. Corak lain yang banyak dibuat selain kupu-kupu dan kiku yaitu kiri ( pohon paulownia). Gambar 3.3 Kiri Gambar 3.4 Kiku Gambar 3.5 Chô Dari sekitar 350 corak dasar yang diciptakan pada zaman heian ini dibuat lagi variasi-variasi yang lebih rumit dan semakin indah. Mengapa corak tersebut menjadi lebih bervariasi dan menjadi lebih banyak? Menurut hasil analisis penulis hal tersebut dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan, dan juga adanya struktur dari sistem keluarga yang biasa disebut dengan Ie yang didalamnya terdapat konsep pemikiran orang dalam (uchi) dan orang luar (soto). Pendapat penulis tersebut diambil berdasarkan teori sistem ie yang membagi dua lingkungan yaitu honke dan bunke. Dalam konteks ini yang merupakan lingkungan uchi yaitu keluarga utama (honke) sedangkan lingkungan soto yaitu keluarga cabang (bunke). Seseorang yang memiliki Chonan (anak laki-laki pertama) akan mewarisi kamon yang dimiliki ayahnya yaitu kamon yang original. Sedangkan anak-anaknya yang lain harus membuat kamon yang berbeda dari kamon yang asli atau original dengan cara memodifikasi kamon dari ayahnya. Seorang chonan akan mewarisi kamon yang original dan merupakan kepala ie dari keluarga utama

9 33 (honke) sedangkan anak selanjutnya sebagai keluarga cabang (bunke). Walaupun ketika mereka berinteraksi dalam satu lingkungan ie yang sama maka bunke akan dianggap sebagai orang luar bagi honke. Sebagai contoh penulis akan memberikan contoh dari kamon Igeta. Gambar 3.6 kamon Igeta Dengan cara memodifikasi dari kamon original dapat terlihat dengan jelas dari mana asal usul keturunan orang itu berasal walaupun mereka sudah memodifikasi kamon yang sudah ada. Pada zaman Muromachi dan zaman Azuchi Momoyama di dalam negeri Jepang terjadi perang. Pada zaman ini para samurai memegang peranan penting dalam pemerintahan. Pada masa ini juga muncul berbagai macam klan militer yang menguasai daerahnya masing-masing. Karena munculnya berbagai macam klan militer pertumbuhan kamon pun bertambah dalam hal jumlah maupun variasi coraknya. Klan atau keluarga yang paling terkenal pada masa itu yaitu Yoshimitsu Ashikaga pada Zaman Muromachi, Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi pada Zaman Azuchi Momoyama. Lambang keluarga atau kamon mereka gunakan di bendera perang, pedang, rumah, pakaian untuk membedakan klan seseorang. Para bushi (samurai) mendapatkan kamonnya dengan cara yang berbeda-beda. Contohnya mereka mendapatkan lambang keluarga dari tuannya sebagai hadiah atas kesetiaannya dan jasanya, selain itu mereka mendapatkan lambang keluarga atau kamon

10 34 karena mewariskan kamon dari keluarga mereka yang berasal dari Buke (keluarga samurai). Baik warisan maupun hadiah atas loyalitasnya kepada atasan, para samurai sangat menginginkan kamon karena pada Zaman Muromachi ( ) kamon dijadikan sebagi tanda jasa dan tanda kehormatan kelas samurai. SHOGUN Yoshimitsu Ashikaga pada periode Muromachi adalah orang pertama yang mencetak kamon pada pakaiannya. Pada masa perang ini peranan kamon sangat penting karena kamon digunakan sebagai tanda pengenal agar dapat membedakan mana kawan mana lawan. Dari data tersebut, menurut pendapat penulis hal itu dikarenakan adanya konsep uchi dan soto yang peranan dari kamon itu untuk membedakan klan penguasa. Ketika Tokugawa mengalahkan keluarga Toyotomi dalam pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 ia memulai menjalankan pemerintahan yang disebut Bakufu. Pada abad ke tujuh belas ketika Tokugawa berkuasa peperangan berakhir dan kehidupan yang damai telah kembali. Masyarakat mulai menikmati hidup yang damai dan mulai menciptakan kebudayaan yang unik selama 268 tahun pada masa pemerintahan yang dipimpim oleh Tokugawa ini disebut zaman Edo ( ). Pada pemerintahan bakufu dibuat sistem golongan masyarakat yang disebut shinokoso (kaum militer, petani, pekerja, pedagang). Adanya pengelompokan stratifikasi sosial tersebut menurut penulis hal itu juga dipengaruhi konsep uchi dan soto. Para keluarga samurai tidak ingin disamakan dengan rakyat biasa. Zaman Edo merupakan masa yang damai sehingga perkembangan kebudayaan dan karya-karya sastra mengalami kemajuan. Dan buku-buku tentang keturunan dan album kamon dibuat. Zaman Edo merupakan zaman keemasan perkembangan kamon. Perkembangan kamon itu berupa corak dan orang yang menggunakan kamon dan juga benda-benda yang memakai kamon. Kamon tidak lagi digunakan oleh kaisar, bangsawan,

11 35 samurai melainkan orang-orang biasa seperti pedagang, dan rakyat biasa dapat menggunakan kamon. Para pedagang mengunakan kamon yang mereka miliki di barang dagangannya, tempat usahanya, dan kerai tempat usahanya yang disebut noren. Gambar 3.7 NOREN Pada Zaman Edo kebudayaan Jepang juga dipengaruhi oleh bangsa Eropa yaitu Negara Belanda yang masuk ke Jepang dan memperkenalkan kebudayaannya. Contoh kebudayaan Eropa yang masuk ke Jepang yaitu huruf roma (romaji), agama Kristen, dan kebudayaan Eropa lainnya. Dalam perkembangannya kamon juga menggunakan huruf roma sebagai corak kamon. Karena Zaman ini merupakan zaman keemasan bagi perkembangan kamon, maka seseorang yang tadinya tidak mempunyai kamon seperti pedagang dan rakyat biasa dengan semaunya membuat kamon untuk keluarganya. Walaupun demikian mereka juga memperhatikan batas-batas pembuatan kamon khususnya masalah corak. Corak seperti bunga krisan (kiku) hanya boleh digunakan oleh keluarga kaisar saja. Pada masa ini kamon digunakan juga pada kesenian Jepang yang disebut kabuki yang biasanya menceritakan kehidupan para kaum bangsawan pada saat itu. Pengunaan kamon dapat kita lihat pada pakaian yang dikenakan oleh para pemain, katana, dan sarung pedangnya. Perkembangan kamon tidak hanya terjadi pada Zaman Edo pada zaman selanjutnya yaitu Zaman Meiji perubahan fungsi kamon mulai mengalami perubahan dan corakcoraknya pun semakin berkembang. Pada Zaman Meiji ( ) banyak orang dari golongan orang biasa yang mengambil simbol keluarga berdasarkan hubungan

12 36 dengan nama keluarga mereka. Sejak saat itu fungsi kamon yang paling dasar yaitu untuk mengetahui asal usul keluarga mereka mulai hilang. Dan setelah Perang Dunia ke Dua (1945-), seiring dengan perubahan zaman sistem keluarga di Jepang yang ditetapkan setelah perang rasa kecintaan masyarakat yang besar terhadap keluarga telah hilang dan akhirnya pengakuan terhadap kamon sebagai simbol atau lambang keluarga telah banyak hilang. Menurut hasil analisis penulis hal itu dikarenakan adanya sistem keluarga inti yang mana adalah desentralisasi anggota-anggota keluarga sesuai dengan sistem sosial demokrat yang baru. Akan tetapi menurut pendapat penulis bagi orang yang masih menghargai dan menghormati tradisi keluarga dan kebudayaannya, mereka tetap mempertahankan simbol keluarga yang original maupun hasil modifikasi mereka dari leluhurnya secara turun temurun. Dan bagaimana pun juga, di Jepang pada saat sekarang ini keindahan kamon sebagai suatu desain atau corak masih merupakan daya tarik bagi masyarakat Jepang, sehingga menjadi bagian dari keseluruhan corak tradisional Jepang. Barangbarang berseni seperti pakaian kimono, ikat kepala, catatan bersejarah, majalah-majalah, judul games komputer, serta benda-benda untuk peerayaan festival dan lain-lain menjadi lebih indah dengan adanya tambahan rasa seni dari kamon. Selain untuk memperindah barang-barang berseni, masyarakat Jepang menggunakan kamon pada saat acara-acara khusus seperti pada saat upacara perkawinan, kematian, dan acara penting lainnya. Kamon digunakan sebagai tanda pengenal yang terselubung atau tak resmi untuk mengetahui asal-usul keluarga. Pada saat upacara kematian, perkawinan, dan upacara khusus lainnya kita dapat melihat kamon pada montsuki. Montsuki yaitu kimono formal yang bercorak kamon. Pada saat acara formal maupun semi formal mereka memakai montsukinya untuk mengetahui dengan jelas darimana asal usul keturunan keluarga

13 37 tersebut dan juga untuk mengetahui apakah mereka orang dalam (uchi) atau orang luar (soto). Selain itu dengan memakai montsukinya mereka juga dapat menunjukan rasa bangga mereka terhadap garis keturunannya dan sebagai bentuk penghormatan dan cinta mereka terhadap leluhurnya. Perubahan kamon yang terjadi dari zaman ke zaman, tidak akan membuat kamon menjadi hilang, karena kamon merupakan sesuatu yang sangat penting dan penuh makna bagi orang Jepang. Dan hal itu terbukti bahwa kamon dapat bertahan selama ribuan tahun dan masih ada di Jepang. 3.3 Analisis Hubungan Kamon Dalam Proses Simbolisasi Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam analisa ini, yang pertama akan dibahas adalah pengertian tentang simbol itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bersama baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, sebenarnya dalam kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh simbol-simbol. Contohnya garpu dan sendok sebagai lambang restoran, bendera putih sebagai simbol menyerah, dan masih banyak contoh lainnya. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan). Dan dapat diartikan pula sebagai perwakilan dari sesuatu yang dapat berupa pemikiran, nilai atau emosi. Dikatakan sesuatu karena simbol biasanya mempunyai bentuk fisik yang dapat berupa objek nyata. Sebagai contoh penulis memberikan contoh kamon dibawah ini.

14 38 Gambar 3.8 Kiku Kamon diatas adalah kiku (bunga krisan), lambang ini memiliki arti, nilai, dan juga mengandung maksud tertentu. Lambang bunga krisan adalah corak yang paling banyak dipakai, karena bunga tersebut dianggap sebagai tanaman obat dan juga sebagai jimat untuk melawan setan. Akan tetapi sejak pemerintahan Meiji selain kaisar corak bunga krisan (kiku) khususnya bunga krisan yang berbunga enam belas lembar, orang biasa tidak boleh menggunakan lambang tersebut. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kamon yang bercorak kiku ini memiliki arti, nilai, dan makna tersendiri bagi orang yang mempunyainya. Mulai dari statusnya sebagai tanaman obat, jimat serta simbol atau perwakilan dari status stratifikasi sosial dalam masyarakat Jepang. Selain itu berdasarkan teori dari Geerzt yang menbagi pengertian simbol ke dalam tiga kelas berbeda yaitu; pertama simbol yang dipakai untuk tanda-tanda konvensional eksplisit dari sesuatu; awan gelap adalah tanda-tanda simbolis dari hujan akan datang, bendera warna merah adalah suatu simbol bahaya, bendera putih adalah simbol atau tanda menyerah dan sebagainya. Yang kedua adalah simbol terbatas pada sesuatu yang mengungkapkan secara tidak langsung dan figuratif apa yang tidak bisa dinyatakan secara langsung dan harafiah seperti dalam puisi. Ketiga adalah simbol yang dipakai untuk objek, tindakan, peristiwa, kualitas, atau relasi yang berlaku sabagai wahana untuk sebuah konsep. Menurut pendapat penulis, pengertian simbol yang terakhir menunjukan simbol seperti apa yang akan penulis teliti, yaitu simbol yang menurut Geerzt mewakili

15 39 konsep dan bukan hanya gejala alam, tanda-tanda biasa maupun simbol-simbol yang dipakai dalam karya sastra. Simbol semacam inilah yang dijadikan bahan penelitian oleh penulis karena simbol tersebut mendukung pengertian utama simbol. Dari teori yang diungkapkan oleh Geerzt diatas penulis berpendapat bahwa kamon merupakan simbol atau bentuk perwakilan konsep pemikiran orang Jepang yaitu sistem kekerabatan Jepang (ie) dan konsep uchi dan soto. Pendapat tersebut penulis ambil karena keberadaan kamon serta peranan kamon dalam kehidupan masyarakat Jepang dipengaruhi oleh konsep pemikiran tersebut. Contohnya yaitu peranan dan keberadaan kamon yang berfungsi sebagai identitas seseorang agar mereka lebih mudah untuk mengetahui asal-usul keluarga, status, dan menentukan sikap ketika berhadapan dengan lingkungan uchi maupun lingkungan soto. Setelah mengetahui pengertian dari simbol, penulis akan menganalisis kamon dalam hubungannya dengan kedudukan makna berdasarkan pengelompokan data yang simbol miliki. Dari teori yang diungkapkan oleh Tunner mengenai pembagian simbol menjadi dua yaitu; simbol dominan dan simbol instrumental akan diketahui bahwa pada kamon terdapat kemiripan dengan kedudukan makna yang simbol miliki. Yang dimaksud simbol dominan yaitu simbol yang tidak hanya dipandang sebagai alat pemenuhan maksud dari ritual tertentu saja akan tetapi lebih mangacu sebagai nilai dasar dari ritual tersebut. Kamon sebagai simbol dominan mengandung makna dasar yang menyangkut nilai dalam masyarakat Jepang, dalam hal ini adalah sistem keluarga (Ie), yang didalamnya tedapat dua lingkungan yaitu lingkungan dalam (uchi), dan lingkungan luar (soto). Hal tersebut dapat dilihat dari seseorang memiliki kamon tersebut secara turun temurun khususnya garis keturunan laki-laki dan juga pewarisan kamon kepada chonan yang merupakan tata cara yang ada pada sistem ie. Contoh kamon sebagai

16 40 simbol dominan yang didalamnya terdapat konsep uchi dan soto dapat kita lihat dari perubahan atau pemodifikasian kamon original oleh anak yang bukan pewaris dari Ienya atau yang bukan mengantikan kepala dari keluarga inti (honke). Sedangkan sebagai simbol instrumental adalah peranan kamon yang digunakan sebagai simbol status seseorang dan juga simbol-simbol upacara keagamaan seperti lambang swastika yang merupakan lambang dari agama Budha. Untuk menganalisis kamon sebagai simbol dominan dan instrumental, penulis mengumpulkan data dan selanjutnya mengamati bentuk eksternal dan karakteristikkarakteristik yang dapat diamati. Contoh dari data-data tersebut yaitu penggunaan montsuki yang menunjukkan asal-usul ie, lamanya nama ie, status keluarga, dan lingkungan dari mana mereka berasal. selain pada montsuki kita juga dapat melihat kamon pada ohaka (makam). Kamon yang tertera di nisan itu juga menunjukan asal usul keluarganya. Disana tertera juga nama keluarga bukan nama individu yang meninggal karena dalam ohaka pemakaman dilakukan secara bersama dalam satu lingkungan uchi atau Ienya mulai dari nenek moyang sampai keturunan yang menyandang nama yang sama. Hal tersebut dilakukan karena penyebutan nama pribadi dapat menyinggung orang secara langsung, tindakan seperti itu dapat berarti pengasingan seseorang dari Ienya. Data lainya yaitu peranan kamon dari masa-masa sebelumnya yang sudah dijabarkan oleh penulis pada bab sebelumnya pun kita dapat melihat penggunaan kamon sebagai identitas diri dari uchi dan Ienya. Mulai dari zaman Joumon sampai zaman sekarang fungsi utama dari kamon yaitu sebagai tanda pengenal yang terselubung atau tak resmi untuk mengetahui asal-usul keluarga dan juga lingkungan mereka berasal. Pada masa peperangan, kamon digunakan untuk mengenali mana lawan dan mana kawan. Kamon juga digunakan sebagai lambang bagi sebagian perusahaan atau tempat

17 41 usaha lainnya seperti toko ramen, perhiasan dan lain-lain. Pada perusahaan contohnya kita dapat melihat kamon pada perusahaan Mitsubishi. Dari contoh-contoh penggunaan kamon diatas, dapat dikatakan kamon dapat menjadi tanda pengenal bagi perusahaan, tempat usaha, seragam kemiliteran dan lain-lain agar seseorang dapat mengenali orang yang berada dalam uchinya. Setelah mengelompokkan data, kita diharapkan dapat menafsirkan makna dan sifat dari simbol. Namun sebelum menjelaskan sifat simbol yang akan berkaitan dengan makna, maka sangatlah penting untuk menjelaskan terlebih dahulu kedudukan makna pada simbol. Berdasarkan teori dari Tunner yang menyimpulkan kedudukan makna menjadi tiga yaitu makna exegesis, operasional, dan posisi menurut pendapat penulis kedudukan makna kamon termasuk kedalam makna opersional. Karena makna kamon ditafsirkan dari uraian bagaimana sistem kekerabatan diterapkan pada simbol keluarga atau kamon dan bagaimana sistem kekerabatan yang kita kenal dengan sistem Ie dan lingkungan uchi mempengaruhi arti dan makna dari penggunaan kamon. Setelah mengetahui kedudukan makna yang akan diteliti maka kita dapat menyimpulkan sifat-sifat simbol. Sifat pertama dari simbol yang paling sederhana adalah kondensasi (condensation) yang dalam kamus berarti pemadatan atau penyingkatan. Maksudnya simbol dominan mewakili suatu benda dan tindakan yang mencakup keseluruhan nilai atau makna yang mendalam dipadatkan dalam formasi tunggal. Artinya, nilai-nilai, tindakan-tindakan dirangkum dalam satu objek tunggal yang dianggap telah mewakili dan diwujudkan dalam sebuah simbol yang jika diuraikan simbol tersebut akan mengandung nilai dan makna dari yang disimbolkan. Sifat yang kedua adalah penyatuan significata (makan-makna pokok dari simbol) yang berbeda (unification of disparate significata). Contohnya pohon susu, pohon susu

18 42 memiliki banyak arti diantaranya hubungan ibu dan anak, ibu sebagai pemberi makan dan mendidik anak dan sebagainya. Makna-makna tersebut dipadukan oleh simbol menjadi makna dasar yang mencakupi nilai-nilai yang ada pada masyarakat Ndembu tersebut yaitu matrilineal. Dalam kamon makna yang terkandung juga tidak sedikit, seperti kamon sebagai identitas diri, rasa bangga terhadap leluhur dan keturunannya, pewarisan kamon kepada anak laki-laki tertua dan sebagainya. Namun didalam maknamakna itu semua tersimpan makna yang paling mendasar yang menentukan bagaimana makna-makna itu tersusun, terlaksana dan terpelihara dengan baik yaitu makna yang terletak pada sistem kekerabatan masyarakat Jepang, yaitu sistem Ie dan konsep pemikiran tentang uchi dan soto. Sifat yang ketiga yaitu pengkutuban makna (polarisation of meaning) yang menerangkan bahwa sesungguhnya setiap simbol memiliki dua kutub makna. Mengambil contoh dari simbol masyarakat Ndembu yaitu pohon susu yang memiliki dua kutub makna. Pada satu kutub ditemukan sekelompok significa yang mengacu pada komponen moral dan susunan sosial masyarakat Ndembu, prinsip organisasi sosial pada macam-macam kelompok yang bekerja sama dan norma serta nilai yang melekat pada hubungan masyarakat. Dengan kata lain kutub pertama adalah kutub ideologis (ideological pole) dan kutub yang kedua adalah kutub inderawi (sensory pole). Dengan perbandingan contoh yang dikemukakan oleh Tunner, pada kamon juga terdapat dua kutub makna. Pada satu kutub kamon mengacu pada susunan status sosial masyarakat Jepang dan kelompok kerja sama yang ada dalam sistem ie. Pada kutub inderawi (sensory pole) makna berkaitan dengan wujud luar (outward form) dari objek, seperti makna pohon susu adalah payudara yang mengacu pada getah dari kulit pohon. Pada kamon terlihat pada simbol yang tertera pada pakaian, pedang,

19 43 lambang perusahaan, ohaka, rumah, tempat usaha, dan lain-lain yang menunjukan identitas diri dari pemiliknya secara umum yaitu Ienya dan lingkungan uchinya. Pada kutub ideologi (ideological pole) terdapat susunan norma dan nilai yang menuntun individu sebagai anggota dari suatu kelompok masyarakat. Pada masyarakat Jepang susunan tersebut adalah sistem kekerabatan dengan Ie sebagai pondasinya. Dari hasi analisis diatas dapat dilihat bahwa kamon memiliki sifat seperti yang simbol miliki. Pengumpulan data dan sifat simbol serta makna simbol itu sendiri membuktikan bahwa kamon memang mewakili pemikiran masyarakat Jepang tentang adanya perbedaan antara orang dari lingkungan dalam (uchi) dan orang dari lingkungan luar (soto).

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG 2.1. Sejarah Kimono di Jepang Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa digunakan di pengadilan Cina. Kemudian berevolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE 2.1 Konsep Ie Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya di latar belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan diikat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan pemerintahan kepada kaisar ( tenno ). Ini berarti jatuhnya bakufu yang sampai saat itu dikuasai oleh keluarga

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DARI SIMBOL-SIMBOL YANG TERDAPAT PADA YOROI MILIK TOYOTOMI HIDEYOSHI TOYOTOMI HIDEYOSHI NO YOROI NI OKERU SHINBORU KARA NO SHOUCHOU TEKINA IMI NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang Sistem kepemilikan hak atas tanah di Jepang berbeda dengan Eropa (sistem shoen) Biaya untuk Samurai Jepang lebih murah, tanah imbalan untuk samurai lebih kecil daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman sejarah Jepang yaitu dimulai dari zaman Nara, zaman Heian (794 1192) sampai dengan zaman Meiji (1868 sekarang). Dari urutan-urutan zaman sejarah Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga wujud : a. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan Tokugawa di Edo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman kebudayaannya. Di era globalisasi sekarang ini negara Jepang termasuk dalam urutan-urutan Negara dengan modernisasi

Lebih terperinci

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II Kata Pengantar Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II merupakan negara yang menganut sistim kenegaraan monarki absolute, yaitu sebuah negara yang dipimpin langsung oleh Raja. Di Jepang, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA 2.1 Awal Munculnya Kekuasaan Shogun Awal munculnya kekuasaan shogun bermula dari konflik antara keluarga Minamoto dan keluarga Taira. Keluarga Minamoto dikalahkan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai Bab 5 Ringkasan Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai hadiah yang diberikan saat berbahagia. Dahulu temari juga dikenal sebagai bola kesayangan para ibu. Di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dengan menyadari bahwa dunia ini sangat luas dan memiliki banyak kebudayaan, tentu saja bahasa yang digunakan juga berbeda-beda. Tanpa adanya bahasa, manusia akan sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SAMURAI. pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung sekitar dari

BAB II SEJARAH SAMURAI. pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung sekitar dari BAB II SEJARAH SAMURAI 2.1 Sengoku Jidai Sengoku jidai atau yang disebut juga zaman sengoku dalam sejarah Jepang adalah masa pergolakan sosial, intrik politik, dan konflik militer hampir konstan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih banyak terdapat perang perebutan supremasi kekuasaan di dalam negeri, walaupun kepala pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS, INDUSTRI DAN KEHIDUPAN LANSIA DI JEPANG

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS, INDUSTRI DAN KEHIDUPAN LANSIA DI JEPANG BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS, INDUSTRI DAN KEHIDUPAN LANSIA DI JEPANG 2.1 Struktur Keluarga Masyarakat Agraris Sejak zaman Tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang penulis kemukakan terdahulu, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Istilah sapaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM FUROSHIKI. mayarakat Jepang sejak tahun sebelum masehi. Furo yang berarti mandi dan shiki

BAB II GAMBARAN UMUM FUROSHIKI. mayarakat Jepang sejak tahun sebelum masehi. Furo yang berarti mandi dan shiki BAB II GAMBARAN UMUM FUROSHIKI 2.1 Pengertian Furoshiki Secara Harafiah furoshiki ( 風呂敷 ) adalah seni membungkus makanan atau benda yang dilakukan secara tradisional. Seni furoshiki diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato merupakan seni, dan tubuh merupakan satu dari objek pertama dalam seni, sebuah objek alami dengan tambahan berupa simbol bertransformasi menjadi objek dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI 2.1 Sejarah Amigurumi Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam, terutamanya bentuk manusia dan

Lebih terperinci

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,

Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, Bab 5 Ringkasan Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, dan tidak ada satu pun dari kebudayaan asing tersebut ditolak oleh kerajaan Jepang. Semua kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang BAB V KESIMPULAN Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang bersifat feodalisme Hal itu dapat dilihat dengan adanya pembagian status sosial menurut mata pencahariannya yakni golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kedatangan Para Misionaris Portugis 1.1.1.1Zaman Momoyama Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai mencoba menanamkan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik merupakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pendidikan etika harus diajarkan dan diterapkan semenjak kecil di dalam keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta keteraturan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Jepang Wikipedia dan Foklor Jepang, tercatat keterangan Jepang seperti dibawa (bahasa Jepang: Nippon/nihon, nama resmi: Nipponkoku/Nihonkoku) adalah

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Fungsi Piring Sebagai Mas Kawin Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci