BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
|
|
- Devi Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Friction stir welding (FSW) adalah salah satu teknologi penyambungan las yang terjadi dalam keadaan padat (solid state) dan dalam proses penyambungan tersebut tidak menggunakan bahan tambahan. Konsep dasar pengelasan FSW yaitu penyambungan dua material dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gesekan putaran tool dengan permukaan material yang disambung, sampai mencapai titik leleh dari material tersebut. (Thomas, dkk, 1991). Teknik pengelasan FSW umumnya digunakan pada material logam karena nilai konduktivitas termal yang tinggi dari suatu logam. Hal tersebut akan meningkatkan kecepatan pelumeran logam, tetapi pada saat ini pengelasan FSW juga dikembangkan untuk menyambung material non logam seperti material polimer (Kiss & Czigány, 2007). Pada proses pengelasan material non logam khususnya material polimer, proses penyambungan material menemui beberapa kesulitan. Hal ini dikarenakan material polimer memiliki konduktivitas thermal yang rendah, selain itu material polimer juga termasuk ke dalam material isolator murni (Sercer & Raos, 2010). Konsep pengelasan FSW yaitu tool pin berputar yang dipenetrasikan pada workpiece. Kemudian tool pin bergerak translasi sepanjang material workpiece yang saling kontak. Proses utama pada FSW adalah kecepatan putar tool, kecepatan translasi tool dan geometri tool (Çam & Mistikoglu, 2014). Proses pengelasan FSW merupakan proses penggabungan yang masih relatif baru yang melibatkan penyambungan logam tanpa fusi dan material pengisi. Jumlah panas yang mengalir pada workpiece akan menentukan kualitas hasil las, bentuk, dan sruktur mikro dari area kontak, serta tegangan sisa dan distorsi benda kerja (Prasanna, dkk, 2010). Jumlah panas yang mengalir pada tool akan menentukan umur tool dan kemampuan dalam proses penyambungan. Sebagian besar panas yang dihasilkan dari gesekan yaitu sekitar 95% akan ditransfer ke workpiece dan 5
2 digilib.uns.ac.id 6 sisanya 5% akan mengalir ke tool. Sedangkan untuk fraksi dari laju kerja plastis yang hilang menjadi panas adalah sekitar 80% (Chao, dkk., 2003). Panas yang dihasilkan selama proses pengelasan FSW sangat bergantung pada rotational speed dan transverse speed. (Cartigueyen, dkk., 2014). Gambar 2.1 Grafik hubungan temperatur dengan kecepatan (a) kecepatan tangensial, (b) kecepatan transverse Panas yang dihasilkan pada area kontak antara tool dan workpiece merupakan salah satu elemen kunci keberhasilan dalam proses pengelasan FSW. Fluks panas menjaga workpiece pada suhu maksimum sehingga material workpiece cukup lunak untuk diaduk oleh pin, tetapi material tidak sampai meleleh. Suhu maksimum yang dihasilkan oleh proses pengelasan FSW berkisar antara 70% sampai 90% dari titik leleh material las (Colegrove, dkk., 2005 ; Tang, dkk., 1998). Pengelasan FSW pada plat polypropylene (PP) yang telah diteliti oleh Jaiganesh, dkk., (2014) menggunakan beberapa variasi model tool pin. Inspeksi visual dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tool pin silindris memberikan bentuk terbaik pada hasil las dibandingkan dengan bentuk silindris maupun silinder beralur. Menurut Ji, dkk., (2013), perbedaan profil tool pin berimbas pada perilaku aliran material. Perilaku tersebut menghasilkan profil aliran material yang berbeda, selain itu juga menghasilkan perbedaan pada hasil pengelasan. Pemodelan FSW dengan software ANSYS telah berhasil dilakukan dari peneliti sebelumnya. Hasil simulasi yang telah dilakukan menunjukkan kecocokan
3 digilib.uns.ac.id 7 pemodelan ANSYS dengan hasil eksperimental (Cartigueyen dkk., 2014 ; Prasanna dkk., 2010). FSW pada material AA6061 menggunakan kehilangan panas dihasilkan dari seluruh permukaan tanpa menggunakan properties temperatur. Kedua jenis model diimplementasikan dalam model turbulen dan laminar. Kecepatan aliran material yang terjadi pada pengelasan mempunyai peranan penting terhadap persebaran panas yang terjadi, dimana pada sisi advance (AS) distribusi panas lebih besar dibandingkan pada sisi retreat (RS) (Kadian & Biswas, 2015) Dasar Teori Friction stir welding ditemukan di The Welding Institute (TWI) Inggris pada tahun 1991 merupakan teknik pengelasan pada kondisi padat (solid state), sehingga memiliki keuntungan seperti tingkat deformasi yang rendah serta rida ada material yang terbakar sehingga kadar asap yang dihasilkan rendah. Pengelasan dan penyambungan material merupakan salah satu elemen kunci pada proses manufaktur. Pemilihan teknik penyambungan pada pengelasan didasarkan pada struktur dan desain yang direncanakan. Proses penyambungan logam dapat dibagi menjadi 4 kategori dasar sesuai Gambar 2.3, yaitu fusion welding, brazing & soldering, adhesive bonding, dan solid state bonding. Gambar 2.2 Proses manufaktur dan penyambungan (Mishra, dkk, 2014) Pada fusion welding, sebagian logam induk akan meleleh dan filler metal akan masuk, kemudian logam akan tersambung setelah proses solidifikasi. Brazing & soldering berbeda dengan fusion welding dimana hanya filler metal yang meleleh. Filler metal akan commit masuk to user pada celah antara logam induk,
4 digilib.uns.ac.id 8 kemudian setelah solidifikasi maka akan terbentuk ikatan. Pada adhesive bonding, filler metal lebih sebagai perekat dibanding molten metal. Sedangkan proses solid state bonding mengandalkan deformasi atau difusi atom untuk menciptakan ikatan tanpa adanya logam induk yang meleleh maupun filler metal (Mishra, dkk. 2014) Solid State Welding Tekanan dan deformasi pada proses solid state welding memberikan pengaruh yang besar pada ikatan sambungan. Hal ini ditandai dengan tidak adanya logam induk yang meleleh dan tidak memerlukan filler metal. Pada temperatur tinggi di bawah titik leleh material benda kerja, terjadi difusi atom antar permukaan benda kerja. Proses penyambungan benda kerja terjadi pada saat atom-atom saling mengisi void yang muncul. Jika dilakukan dengan benar, pengelasan akan mengarah pada sifat sambungan yang luar biasa dan akan menjadi alasan utama yang diimplementasikan dalam berbagai aplikasi aerospace, otomotif dan galangan kapal (Mishra, dkk. 2014) Friction stir welding Proses penggabungan material yang relatif baru yaitu friction stir welding (FSW), diciptakan di The Welding Institute (Cambridge, Inggris) pada tahun Konsep pengelasan ini yaitu menggabungkan logam tanpa fusi atau bahan pengisi. Pada awalnya FSW memiliki dasar solid state, yaitu tanpa meleleh. Kualitas las umumnya dapat dibuat dengan tidak adanya pemadatan retak, porositas, oksidasi, dan cacat lainnya (Prasanna, dkk. 2010). Gambar 2.3commit Skema to FSW user (Bres, dkk., 2010)
5 digilib.uns.ac.id 9 Proses pengelasan FSW memiliki konsep dasar yang sederhana, yaitu berputarnya tool dengan desain pin khusus dan shoulder, dimasukkan ke permukaan lembaran atau piringan yang akan disambung dan bergerak tegak lurus sepanjang garis sambungan. Gambar 2.4 adalah illustrasi dari definisi tool dan benda kerja, proses pengelasan FSW dimulai dengan tool berputar berlawanan arah jarum jam dan bertranslasi dari kiri ke kanan. Sisi advancing berada pada daerah kanan, dimana vektor kecepatan aliran logam cair searah dengan welding direction. Sementara itu sisi retreating berada pada sisi kiri, daerah dimana vektor kecepatan aliran logam cair berlawanan arah dengan welding direction (Mishra & Mahoney, 2007). Tiga fungsi utama Tool, yaitu memanaskan benda kerja, memindahkan material untuk menghasilkan sambungan dan sebagai penahan logam panas di bawah tool shoulder. Panas yang dihasilkan pada FSW dihasilkan baik dari hasil gesekan antara tool pin dan benda kerja, serta deformasi plastis dari benda kerja. Panas yang terlokalisir akan melunakkan material di sekitar pin dan kombinasi antara putaran tool dan pergeseran benda kerja memungkinkan untuk menggerakkan material dari depan ke belakang pin, sehingga mengisi lubang di tool sesaat setelah tool bergerak maju. Tool shoulder membatasi aliran material hingga batas posisi shoulder. Pengelasan dengan metode ini, apabila berjalan sesuai maka menghasilkan sambungan berwujud padat (solid state), dengan kata lain tidak ada pelelehan material (Mishra & Mahoney, 2007). Secara garis besar tahapan proses FSW ini dapat dijelaskan seperti pada Gambar 2.5, yaitu start, plunging, moving dan finishing (Megantoro, dkk., 2012). Berikut ini adalah tahapan proses pengelasan FSW menurut Megantoro, dkk., (2012). 1. Pin memutar dan menekan material lalu shoulder terkena permukaan benda kerja sampai pin berada di dalam permukaan benda kerja. 2. Pin berada di dalam benda kerja (benda kerja berada pada kondisi plastis karena pemanasan akibat dari sentuhan gesekan antara pin dan shoulder dengan permukaan benda kerja). 3. Benda kerja digerakkan maju untuk memulai proses pengelasan (joining process).
6 digilib.uns.ac.id Proses pengangkatan pin dengan cara memutar pin dan mengangkat pin ke arah atas berlawanan dengan benda kerja. Gambar 2.4 Proses pengelasan FSW (Megantoro, dkk., 2012) Istilah dalam FSW Berikut ini adalah beberapa istilah pada pengelasan friction stir welding menurut Mishra, dkk,. (2014). a. Tool Shoulder yaitu bagian tool yang bersentuhan dengan permukaan benda kerja. Untuk meningkatkan aliran material tool shoulder harus memiliki gulungan negatif dan positif. b. Tool pin disebut juga probe dalam beberapa literatur. Bagian tool yang masuk ke dalam benda kerja dan berpengaruh terhadap aliran material baik horizontal (dari depan ke belakang) maupun vertikal (dari atas ke bawah) c. Advancing side yaitu sisi dimana arah rotasi tool (kecepatan tangensial) searah dengan arah pengelasan (Welding direction). Karena tool bergerak ke depan, material workpiece akan mengalir ke belakang. Tetapi rotasi pada tool pin memiliki arah yang berlawanan dengan aliran pada sisi ini. d. Retreating side yaitu sisi dimana arah rotasi tool (kecepatan tangensial) berlawanan dengan arah pengelasan (Welding direction). Aliran material
7 digilib.uns.ac.id 11 pada sisi ini lebih mudah mengalir karena arah permukaan pin yang membantu mengalirkan ke belakang. e. Leading edge yaitu bagian sisi depan pada tool. Pada sisi ini tool shoulder bertemu dengan material dingin benda kerja. Sisi ini akan menjaga panas pada workpiece akibat gesekan dengan tool pin. Tool shoulder akan menyapu material menuju retreating side dan akan memperlihatkan implikasi keseluruhan dalam pengelasan. f. Trailing edge yaitu bagian sisi belakang pada tool. Bagian yang akan meneruskan panas yang terjadi pada benda kerja setelah tool melewati daerah tersebut. g. Tool rotational rate merupakan kecepatan rotasi pada tool dan berkontribusi besar pada input panas dan aliran material. h. Tool transverse speed merupakan kecepatan travel tool dan berpengaruh terhadap siklus panas FSW. i. Tilt angle yaitu sudut antara bidang normal benda kerja dengan poros spindle. Biasanya sudut yang dipilih berkisar antara 0 sampai 30. j. Work angle yaitu sudut antara poros spindle dengan sumbu normal benda kerja pada plane z-y k. Plunge rate adalah laju pada saat tool masuk ke dalam benda kerja dan berpengaruh terhadap laju pembangkitan panas dan tekanan yang diberikan selama awal proses. l. Plunge depth adalah kedalaman bagian bawah pin terhadap permukaan atas benda kerja. m. Plunge force yaitu Gaya vertikal yang diberikan pada tool ketika shoulder bertemu permukaan atas benda kerja Computational Fluid Dynamics (CFD) Pemodelan aliran fluida didasari oleh hukum kekekalan massa dan energi. Berikut beberapa persamaan yang mendasari dasar pemodelan aliran. a. Steady flow Aliran dikatakan steady apabila laju aliran massa tidak berubah terhadap waktu. b. Incompressible flow
8 digilib.uns.ac.id 12 Aliran dikatakan incompressible apabila densitas fluida kerja sama disetiap titik. (2.1) = 0; = 0; = 0 dimana ρ tidak mengalami perubahan pada arah x, y, dan z. c. Continuity equation Berdasarkan pada hukum konservasi massa muncul persamaan kontinuitas sebagai berikut : (2.2) + + = 0 Dimana u, v, dan w komponen kecepatan aliran pada arah x, y, dan z. d. Navier-Stokes Aliran fluida persamaan ini berlaku untuk fluida newtonian dengan densitas konstan (viscous) dimana pada aliran incompressible dengan kecepatan konstan dapat dinyatakan dengan : (2.3) = (2.4) = (2.5) = = + (2.6) e. Turbulensi Turbulensi terdiri dari fluktuasi dalam medan aliran dalam ruang dan waktu. Hal ini dapat memiliki efek yang signifikan pada karakteristik aliran. Turbulensi merupakan salah satu elemen penting dalam CFD karena dapat meningkatkan nilai perpindahan panas yang terjadi akibat gesekan 2 aliran
9 digilib.uns.ac.id 13 atau lebih aliran fluida. Jenis-jenis pemodelan turbulensi pada ANSYS CFX (ANSYS CFX-Solver Modeling Guide, 2012): 1. K-epsilon Model ini paling banyak digunakan dalam pemodelan CFD dan cocok diterapkan pada berbagai model simulasi. Tetapi pemodelan ini tidak cukup baik untuk aliran yang menyertakan curvature, swirl, percepatan seketika, pemisah, dan daerah reynold rendah. 2. RNG k-epsilon Merupakan pengembangan dari model k-epsilon, prinsipnya hampir sama dengan model k-epsilon. 3. K-omega Berfungsi sangat baik pada daerah reynold rendah tetapi membutuhkan mesh yang baik pada daerah dekat dinding. 4. Shear stress transport (SST) Digunakan untuk akurasi yang tinggi pada simulasi boundary layer. Menggunakan k-epsilon pada aliran bebas dan k-omega pada dekat dinding. Membutuhkan mesh yang baik pada daerah dekat dinding. f. Fluid and Solid Domain Pembagian domain pada pemodelan bertujuan untuk membagi daerah yang akan dimodelkan. Pada pemodelan FSW ada 2 tipe domain, yaitu : 1. Domain benda kerja : Fluid 2. Domain Tool : Solid g. Boundary condition Boundary condition atau kondisi batas, diberikan pada pemodelan untuk memberikan harga pada daerah yang ditentukan. Pemodelan FSW terdapat pada sisi dibawah ini, 1. Inlet Kondisi batas ini memberikan harga besar laju kecepatan di daerah masuk aliran 2. Outlet Kondisi batas ini memberikan harga besar tekanan di daerah keluar aliran
10 digilib.uns.ac.id Wall Kondisi batas ini memberikan ada tidaknya harga di daerah dinding. h. Meshing Pengaturan pemodelan selanjutnya yaitu pengaturan meshing. Meshing pada pemodelan memilik tujuan untuk membagi solution domain menjadi beberapa lokasi ataupun titik. Jumlah pembagian lokasi ini yang akan menentukan keakuratan hasil. Setiap model meshing mempunyai karakteristiknya masing-masing, sehingga dalam penentuan meshing pada pemodelan membutuhkan ketelitian sehingga mencapai hasil yang sesuai. Kesalahan pemilihan bentuk meshing akan berimbas pada tidak akuratnya hasil pembacaan bahkan hasil simulasi tidak muncul. Proses pembagian meshing memiliki parameter dimana tingkat kerapatan meshing dan pemilihan bentuk meshing menjadi parameter yang dipilih. Pemilihan kerapatan meshing bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan pada proses simulasi, dimana kerapatan bentuk meshing berpengaruh terhdap keakuratan pada hasil pembacaan pada simulasi. Macam-macam bentuk meshing pada ANSYS CFX dapat dilihat pada Gambar 2.5. Tetrahedrons (unstructured) Hexahedrons (usually structured) Pyramids (where tet. and hex. cells meet) Prisms (formed when a tet mesh is extruded) Gambar 2.5 Bentuk meshing (ANSYS training manual, 2009) Pada area dengan tingkat kerumitan meshing yang tinggi, hasil yang dihasilkan tidak selalu sesuai yang diharapkan karena di satu sisi dapat
11 digilib.uns.ac.id 15 muncul penyimpangan. Gambar 2.6 menunjukkan berbagai macam skala kualitas meshing dari yang sangat buruk sampai yang paling bagus. Gambar 2.6 Skala kualitas skewness meshing (ANSYS training manual, 2009) Pemilihan model meshing pada pengelasan FSW menggunakan pilihan sizing. Sizing digunakan untuk menentukan panjang mesh pada permukaan maupun tepi yang dipilih. Gambar 2.7 menunjukkan model meshing dengan pengaturan sizing pada bagian tepi (edge sizing). Pengaturan meshing pada pemodelan FSW menggunakan beberapa pengaturan. Hal tersebut diberikan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan akurat dalam pembacaan simulasi. Beberapa pengaturan pada meshing adalah sebagai berikut. 1. Bentuk dasar volume meshing dominan tetrahedrons. 2. Pengaturan edge sizing dengan kontrol meshing skewness kurang dari Gambar 2.7 Meshing commit dengan to user pengaturan edge sizing
BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur di era sekarang dihadapkan pada tuntutan yang cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan industri yang ketat menuntut
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam berbagai sektor salah satunya adalah sektor industri manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan dalam industri manufaktur memiliki peranan penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya proses las atau pengelasan adalah penyambungan dua material
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Erwanto (2015), meneliti tentang pengaruh kecepatan putar tool terhadap kekuatan mekanik sambungan las FSW menggunakan aluminium 5052-H34 standar ASM tahun 2015
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik pengelasan logam. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi pengelasan telah mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Friction Stir Welding Setelah dilakukan proses pengelasan friction stir welding, maka akan terlihat bekas hasil pengelasan pada permukaan material. Pengelasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau lebih dengan memanfaatkan energi panas. luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan industri, karena memegang peranan utama dalam
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Presentasi Tugas Akhir Keahlian Rekayasa Perkapalan Konstruksi Kapal ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur
Lebih terperinciGambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK PROBE PADA TOOL SHOULDER TERHADAP METALURGI ALUMINIUM SERI 5083 DENGAN PROSES FRICTION STIR WELDING
PENGARUH BENTUK PROBE PADA TOOL SHOULDER TERHADAP METALURGI ALUMINIUM SERI 5083 DENGAN PROSES FRICTION STIR WELDING Zulkifli Edward 4105 100 017 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode FSW ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan FSW adalah penyambungan pada kondisi padat atau logam las tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aluminium adalah salah satu logam yang memiliki sifat resistensi yang baik terhadap korosi, hal ini disebabkan karena terjadinya fenomena pasivasi. fenomena pasivasi adalah
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
digilib.uns.ac.id BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Data Pengelasan Pada penelitian ini, proses pengelasan menggunakan mesin milling merk Mikron tipe WF 2SA buatan Swiss dan parameter mesin yang digunakan disesuaikan
Lebih terperinciPENGARUH DIAMETER SHOULDER DAN BENTUK PIN TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA FRICTION STIR WELDING DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN CFD TIGA DIMENSI
PENGARUH DIAMETER SHOULDER DAN BENTUK PIN TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA FRICTION STIR WELDING DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN CFD TIGA DIMENSI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciIV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2
47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW merupakan pengelasan yang terjadi
Lebih terperinciSIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT
SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Lebih terperinciBAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI
BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai
Lebih terperinciBAB IV PROSES SIMULASI
BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang
Lebih terperinciperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii
iii MOTTO Kami dengar, dan kami ta at. (Q.S. An Nuur : 51) Cukuplah Allah sebagai penolong, dan Allah sebaik-baik pelindung. (Q.S. Ali Imran : 173) Tunduk kala mendaki, tegak kala menuruni. (timbulgalih)
Lebih terperinciTUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )
1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN
PresentasiTugasAkhir KeahlianRekayasaPerkapalan KonstruksiKapal ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM
PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW ini merupakan pengelasan yang terjadi
Lebih terperinciBAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.
BAB II TEORI KEAUSAN 2.1 Pengertian keausan. Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari permukaannya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
1 ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN Libaraski Pandia, Achmad Zubaydi Jurusan Teknik Perkapalan,
Lebih terperinciPENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi
Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTARAN TOOL DAN PEMANAS TAMBAHAN TERHADAP KEKUATAN MEKANIK POLYPROPYLENE HASIL LAS FRICTION STIR WELDING
34 PENGARUH KECEPATAN PUTARAN TOOL DAN PEMANAS TAMBAHAN TERHADAP KEKUATAN MEKANIK POLYPROPYLENE HASIL LAS FRICTION STIR WELDING Heru Prabowo 1, Triyono 2, Bambang Kusharjanta 2 1 Program Sarjana Jurusan
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciMAKALAH KOMPUTASI NUMERIK
MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
Lebih terperinci4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform
4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar Aliran laminer dan turbulen melintasi pelat datar dapat disimulasikan dengan mengalirkan uniform flow sepanjang pelat (Gambar 4.15). Boundary Layer
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SUDUT KERJA TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 KAPAL KATAMARAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 ANALISIS PENGARUH SUDUT KERJA TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 KAPAL KATAMARAN Rahmad Dwi Afandi,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciBAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow
BAB IV VALIDASI SOFTWARE Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow problem. Simulasi pertama adalah aliran di dalam square driven cavity. Simulasi ini akan menguji kemampuan software
Lebih terperinciPENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052
PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi pengelasan telah mengalami perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi permasalahan dalam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi
Lebih terperinciKonsep Dislokasi. Pengertian dislokasi
Dislokasi Konsep Dislokasi Pengertian dislokasi Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pegerakan atom-atom di dalam sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga
G77 Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga Rafid Buana Putra, Achmad Zubaydi, Septia Hardy Sujiatanti Departemen
Lebih terperinciJurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
TUGAS AKHIR MN 091382 ANALISA PENGARUH VARIASI TANGGEM PADA PENGELASAN PIPA CARBON STEEL DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN FCAW TERHADAP DEFORMASI DAN TEGANGAN SISA MENGGUNAKAN ANALISA PEMODELAN ANSYS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT
STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT GLADHI DWI SAPUTRA 2111 030 013 DOSEN PEMBIMBING DEDY ZULHIDAYAT NOOR, ST, MT, PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciSIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD
SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HERTO
Lebih terperinciBAB II RUNNING-IN PADA KONTAK ROLLING SLIDING
6 BAB II RUNNING-IN PADA KONTAK ROLLING SLIDING 2.1 Pengertian running-in Ketika dua permukaan diberi pembebanan untuk pertama kalinya dan terjadi gerak relatif antar permukaan, terjadi perubahan kondisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metodelogi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas dan runtut yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISIS
BAB V HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas berbagai macam hasil dan analisis dari simulasi yang telah dilakukan. Simulasi dibagi dalam beberapa bagian yaitu : A. Studi numerik : 1. Simulasi dengan
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )
PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING Tri Angga Prasetyo (20120130136) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammdiyan
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
31 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 DESAIN PIPA PENSTOCK Desain Pipa Penstock yang akan berkaitan dengan besar debit air yang mengalir melalui Pipa Penstock. Jadi debit optimum air (Qopt)
Lebih terperinciSIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD
SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-77 Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciPengaruh Plunge Depth dan Preheat Terhadap Sifat Mekanik Sambungan Friction Stir Welding Polyamide
Pengaruh Plunge Depth dan Preheat Terhadap Sifat Mekanik Sambungan Friction Stir Welding Polyamide Triyono 1, a *, Budi Nugroho 1,b dan Nurul Muhayat 1,c 1 Program studi Teknik Mesin Universitas Sebelas
Lebih terperinciPENGARUH PENGELASAN ALUMINIUM 5083
PENGARUH PENGELASAN ALUMINIUM 5083 TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN BIAYA PENGELASAN DENGAN PERBEDAAN DIAMETER TOOL SHOULDER PADA FRICTION STIR WELDING (FSW) Lukytoardi Megantoro NRP. 4105100009 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSTUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD
STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD Agus Waluyo 1, Nathanel P. Tandian 2 dan Efrizon Umar 3 1 Magister Rekayasa
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN PELAT AA5083 PADA PROSES FRICTION STIR WELDING
1 PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN PELAT AA5083 PADA PROSES FRICTION STIR WELDING Wisnu Wijayanto 1, Kuncoro Diharjo 2, Triyono 2 1 Program Sarjana Jurusan
Lebih terperinciTulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab
Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya agar penelitian ini dapat memberikan
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA
STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Disusun Oleh: Erni Zulfa Arini NRP. 2110 100 036 Dosen Pembimbing: Nur
Lebih terperinciPemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga
Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini software yang digunakan untuk simulasi adalah jenis program CFD ANSYS 15.0 FLUENT. 3.1.1 Prosedur Penggunaan Software Ansys 15.0 Setelah
Lebih terperinciPENGARUH DIAMETER TOOL SHOULDER TERHADAP METALURGI ALUMINIUM SERI 5083 DENGAN PROSES FRICTION STIR WELDING
TUGAS AKHIR MN 091382 PENGARUH DIAMETER TOOL SHOULDER TERHADAP METALURGI ALUMINIUM SERI 5083 DENGAN PROSES FRICTION STIR WELDING DINAR KUSUMA WARDHANI 4106 100 026 PENDAHULUAN Latar Blk Belakang Karakteristik
Lebih terperinciANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122
ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122 Ahmad Jamaludin Fitroh, Saeri Peneliti Pustekwagan, LAPAN Email : ahmad_fitroh@yahoo.com ABSTRACT The simulation and calculation of boundary
Lebih terperinciBAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan
II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Langkah awal dalam penelitian ini adalah mencari dan mengumpulkan sumbersumber seperti: buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIAMETER TOOL SHOULDER TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIAMETER TOOL SHOULDER TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING Ega Andana 1), Ir. Hari Subiyanto, MSc 2) Jurusan D3
Lebih terperinciANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110
ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110 Jarot Wijayanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Sins & Teknologi Akprind Yogyakarta Emai: jarot@akprind.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciDASAR-DASAR PENGELASAN
DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN SATU SISI DAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 KAPAL KATAMARAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. -, No. -,(2013) 1 STUDI PERBANDINGAN SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN SATU SISI DAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 KAPAL KATAMARAN Ratnaning Fitroh Endartyana, Dosen
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran
Lebih terperinciTugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE
Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun Oleh : Metriks Ghozali Wicaksono
Lebih terperinciFrekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam
Lebih terperinciIV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD
IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK
40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung
Lebih terperinciPENGARUH PENGUNAAN PIN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALMUNIUM (Al)
PENGARUH PENGUNAAN PIN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALMUNIUM (Al) MUHAMMAD SUMARLIN 20110130075 marlinsaputra12@gmail.com Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 buah pipa yang terbuat dari bahan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda. Pipa bagian dalam terbuat dari tembaga dengan diameter dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Permodelan Validasi permodelan impeller pompa sentrifugal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rajendran dan Purushothaman.
Lebih terperinciFENOMENA PERPINDAHAN LANJUT
FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com DR. M. DJAENI, ST, MEng JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum
Lebih terperinciPENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING
PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR ANALISIS CACAT KERUT (WRINKLING) PADA TAILORED WELDED BLANKS DEEP DRAWING DENGAN METODE EKSPERIMEN Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yaitu: 1. Pembuatan alat dan bahan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan
Lebih terperinciBoundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari simulasi penelitian fluktuasi tekanan pada kondensasi Steam pada pipa konsentrik dengan pendinginan searah pada ruang anulus dengan menggunakan
Lebih terperinciMuchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.
ANALISA PRESSURE DROP PADA HEAT-SINK JENIS LARGE EXTRUDE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA DAN LEBAR SALURAN IMPINGEMENT MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Muchammad 1) Abstrak Pressure drop merupakan
Lebih terperinciAnalisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur
Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciBab IV Analisis dan Pengujian
Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak
Lebih terperinciGambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan proses pengelasan gesek (friction welding) dan pengujian tarik dari setiap spesimen benda uji, maka akan diperoleh data hasil pengujian. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Karakteristik profil temperatur suatu aliran fluida pada dasarnya dapat diketahui dengan menggunakan metode Computational fluid dynamics (CFD). Pengaplikasian metode CFD digunakan
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045
Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Hari Subiyanto 1,*, Subowo 1, Gathot DW 1, Syamsul Hadi
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BACKING PLATE MATERIAL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 ANALISIS PENGARUH BACKING PLATE MATERIAL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :
2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan
Lebih terperinci