Analisis Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak. Penjualan Atas Barang Mewah Pada KPP Pratama Jakarta. Kebayoran Lama
|
|
- Bambang Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama Abstrak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama merupakan gabungan dari tiga unit kantor antara lain Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak, dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan antara rencana penerimaan dan penerimaan per pasal Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Metode penelitian yang dipakai penulis adalah melakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dalam memperoleh sumber literatur yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas. Sedangkan untuk penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara langsung guna memperoleh informasi pada objek penelitian menyangkut permasalahan yang ada. Analisis yang dilakukan penulis adalah menghitung seberapa besar perbandingan penerimaan riil dengan target rencana penerimaan yang telah ditetapkan. Hasil yang dicapai bahwa terdapat penerimaan yang tidak sesuai dengan target yang diharapkan dan terdapat juga penerimaan yang telah melebihi target rencana penerimaan. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa hasil rencana penerimaan diperoleh berdasarkan hasil prognosa yang telah diproses dalam menentukan seberapa besar penerimaan yang
2 akan diterima dan keberadaan Wajib Pajak yang mempengaruhi penerimaan pada Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Kata Kunci : Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
3 PENDAHULUAN Dalam pembuatan skripsi ini peneliti melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama sebagai objek penelitian dalam melakukan penelitian terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk daerah Jakarta Selatan karena di daerah Jakarta Selatan tersebut merupakan daerah yang paling maju perkembangan dan pertumbuhannya terutama pada sentra bisnis yang menjadi sumber penerimaan terbesar untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pertumbuhan penerimaan dari tahun ke tahun menjadi tolak ukur dalam pencapaian target penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tersebut. METODE PENELITIAN Dalam metodologi penelitian meliputi beberapa komponen yaitu : 1. Jenis riset Riset yang digunakan merupakan riset kualitatif (naturalis). 2. Dimensi waktu riset Dimensi waktu riset yang digunakan pada pembuatan skripsi ini melibatkan urutan waktu (time series). 3. Kedalaman riset Kedalaman riset dengan menentukan dengan studi statistik yaitu kurang mendalam akan tetapi tingkat generalisasinya tinggi. 4. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan datanya melalui kontak langsung (wawancara) dan juga tidak langsung (observasi, data arsip, analitikal).
4 5. Lingkungan penelitian Lingkungan penelitian pada lingkungan nonconttived setting, yaitu lingkungan riil (field setting). 6. Unit analisis Unit analisis melibatkan organisasi, instansi, dan negara.
5 PEMBAHASAN IV.4.1 Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Tahun 2009 Rp ,- Rp ,- Rp ,- Tabel IV.4.1. PPN Dalam Negeri Tahun 2009 Berdasarkan tabel laporan rencana Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri tahun 2009, di ketahui bahwa, total rencana yang ditargetkan adalah Rp ,- sedangkan total penerimaan yang diterima adalah Rp ,-. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa pencapaian atas rencana realisasi Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri terhadap penerimaan yang diterima melebihi dari angka rencana yang telah ditetapkan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama. Pencapaian rencana realisasi serta penerimaan tersebut menyisihkan perbedaan total sebesar Rp ,-. Perbedaan nominal yang didapat menjadi nilai plus bahwa para Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban penyetoran sekaligus pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri. Pada pihak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama dalam menentukan pencapaian target rencana penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri harus melakukan prognosa. Dalam merancang hasil prognosa, pihak Kantor Pelayanan Pajak harus mengestimasi total jumlah yang akan ditetapkan dalam masa mendatang dengan mempertimbangkan dua faktor penting dalam memenuhi target rencana penerimaan tersebut. Dua faktor tersebut adalah inflasi dan laju pertumbuhan
6 ekonomi. Pada dua faktor ini, pihak Kantor Pelayanan Pajak harus menetepkan angka yang menjadi dasar sebagai rancangan pembuatan perhitungan prognosa. Angka yang menjadi pertimbangan pihak Kantor Pelayanan Pajak yaitu 12% dengan perkiraan angka dari 10% sampai 15% untuk kedua faktor tersebut. Perkiraan dari angka tersebut ditetapkan dalam melihat kondisi penerimaan untuk masa mendatang. Dalam melihat suatu pergerakan inflasi angka yang ditetapkan sebesar 12% dan pada melihat laju pertumbuhan ekonomi angka rata-rata yang dipasang sebesar 10% sampai dengan 15%. IV.4.2 Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai Impor Tahun 2009 Rp ,- Rp ,- Rp ,- Tabel IV.4.2. PPN Impor Tahun 2009 Berdasarkan tabel laporan rencana target penerimaan dan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor tahun 2009, diketahui bahwa rencana penerimaan yang ditetapkan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama sejumlah Rp ,- sedangkan total jumlah penerimaan riil yang didapat adalah Rp ,-. Selisih yang didapat dari total rencana dan total penerimaan sejumlah Rp ,-. Jumlah total yang didapat memang tidak sebanding dengan jumlah total dari Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri karena Pajak Pertambahan Nilai ini hanya memusatkan pada kegiatan impor. Pada dasarnya perhitungan Pajak
7 Pertambahan Nilai Impor sama dengan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri. Pengujian prognosa dilakukan dalam menentukan target pada masa mendatang. Pada setiap bulannya penerimaan yang diterima melampaui target dari total rencana yang dilakukan pada bulan Dengan kata lain, tidak ada penerimaan yang berkurang atau hasil penerimaan riil jauh dari target yang ditetapkan. IV.4.3 Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri Tahun 2009 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri Tahun 2009 Rp ,- Rp ,- Rp ,- Tabel IV.4.3. PPnBM Dalam Negeri Tahun 2009 Tabel diatas menunjukan bahwa total penerimaan yang diperoleh oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama melebihi total rencana penerimaan yang telah ditetapkan. Selisih penerimaan tersebut menjelaskan bahwa nilai yang diperoleh menimbulkan nilai positif terhadap perbandingan total rencana penerimaan dan total penerimaan riil dalam setiap tahun. Berdasarkan total penerimaan riil yang berjumlah Rp ,- bahwa pada tahun 2009 terdapat pembangunan apartemen secara besar-besaran didaerah Jakarta Selatan dan pembangunan usaha-usaha serta rumah bisnis yang menjadi pemasukan bagi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tersebut. Faktor keberadaan Wajib Pajak mempengaruhi sebagian besar terhadap hasil penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tersebut. Apabila dilihat dari bulan
8 tertentu,dapat dilihat bahwa penerimaan yang memiliki jumlah yang paling besar adalah bulan, Januari, Februari, dan April. Pada bulan Januari penerimaan yang diterima sejumlah Rp ,-, pada bulan Februari sejumlah Rp ,-, dan untuk bulan April sejumlah Rp ,-. Pencapaian jumlah atas tiga bulan tersebut sangat berbeda dalam penetapan target tahun 2010 Semester satu dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri. Pada bulan Januari, total rencana yang ditetapkan sebesar Rp ,-. Untuk bulan Februari sebesar Rp ,-, dan untuk bulan April sebesar Rp ,-. Perbandingan yang cukup besar dalam membandingkan penerimaan riil bahwa keberadaan Wajib Pajak pada saat itu cukup rutin dalam melaporkan serta melakukan penyetoran Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. IV.4.4. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor Tahun 2009 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor Tahun 2009 Rp ,- Rp ,- Rp ,- Tabel IV.4.4. PPnBM Impor Tahun 2009 Pada tabel diatas menunjukan bahwa selisih penerimaan yang cukup jauh dalam melihat hasil penerimaan riil dari Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor tersebut. Hasil selisih dari penerimaan tersebut dikarenakan adanya kegiatan importir besar-besar pada bulan Februari, April, Juni, dan Desember. Kegiatan tersebut membuat penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah mengalami kenaikan yang cukup drastis apabila dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 yang sedang mengalami perkembangan dalam hal ekspor-impor.
9 Penerimaan yang diterima pada bulan Februari sebesar Rp ,-, pada bulan April penerimaan yang diterima sebesar Rp ,-, pada bulan Juni penerimaan yang diterima sebesar Rp ,-, dan pada bulan Desember penerimaan yang diterima sebesar Rp ,-. IV.4.5. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Lainnya Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Lainnya Tahun 2009 Rp ,- Rp ,- Rp ,- Tabel IV.4.5. PPN dan PPnBM Lainnya Tahun 2009 Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa selisih dari penerimaan tersebut jika dibandingkan dengan total rencana penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah menghasilkan nilai positif sebesar Rp ,-. Hal tersebut terletak pada bulan Februari yang penerimaannya berkisar Rp Dan juga total rencana yang sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang paling besar dengan menyisihkan total sejumlah Rp ,-. Pada bulan Maret,total yang tercapai sebesar Rp ,- dengan total rencana yang diperoleh sebesar Rp ,-. Angka tersebut merupakan angka yang paling kecil dalam penerimaan dan rencana penerimaan kedua pajak tersebut. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa pencapaian hasil akhir dari penerimaan tersebut memenuhi target yang telah ditetapkan.
10 IV.4.6. Sektor-sektor Yang Terkait Pada Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2009 Berdasarkan hasil penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tahun 2009, sektor-sektor yang mempunyai nilai tertinggi dan terendah pada penerimaannya yaitu : 1. Sektor penerimaan tertinggi yang diperoleh tahun 2009 sebagai berikut : a. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. b. Sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. c. Sektor Konstruksi memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. d. Sektor Industri Pengolahan memperoleh penerimaan sebesar sebesar Rp ,-. e. Sektor Pertambangan dan Penggalian memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. 2. Sektor penerimaan terendah yang diperoleh tahun 2009 sebagai berikut : a. Sektor Listrik, Gas, dan Air memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. b. Sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutan memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. c. Sektor Perantara Keuangan memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. d. Sektor Akomodasi dan Makan Minum memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-.
11 e. Sektor Jasa Perorangan memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-. IV.5 Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah Tahun 2010 IV.5.1. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Tahun 2010 Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Tahun 2010 Rp ,59 Rp ,- Rp ,- Tabel IV.5.1. PPN Dalam Negeri Tahun 2010 Dari tabel diatas menjelaskan bahwa penerimaan yang diperoleh terhadap total rencana yang ditargetkan melampaui target yang sudah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa selisih yang menjadi perbedaan atas kedua jumlah tersebut sejumlah Rp ,-. Pada bulan Desember merupakan bulan dimana total pencapaian penerimaannya paling tinggi dibandingkan dengan bulan yang lain. Penerimaan yang diterima pada bulan Desember sebesar Rp ,-. Jika dibandingkan dengan rencana yang diterima, total yang diterima sebesar
12 Rp ,81. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa pada bulan Desember telah mengalami kenaikan penerimaan yang cukup besar dari total penerimaan bulan-bulan sebelumnya. IV.5.2. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor Tahun 2010 Pajak Pertambahan Nilai Impor Tahun 2010 Rp ,96 Rp ,- Rp( ,-) Tabel IV.5.2. PPN Impor Tahun 2010 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa realisasi penerimaan yang diperoleh belum mencapai target terhadap total yang direncanakan. Hal ini berdampak pada penerimaan yang diperoleh pada setiap bulannya. Pada bulan Februari, penerimaan yang diterima sebesar Rp ,-. Pada bulan tersebut, penerimaan yang diterima merupakan penerimaan yang paling kecil. Berbeda dengan perencanaan target pada bulan Februari sebesar Rp ,31 dengan menyisihkan total sejumlah Rp ,-. Begitu juga pada bulan Maret, bulan Mei, dan bulan Juni total penerimaan yang diterima tidak mencapai target yang diharapkan. Total penerimaan yang terdapat pada bulan Maret sebesar Rp ,-, untuk bulan Mei sebesar Rp ,-, dan untuk bulan Juli sebesar Rp ,-. Pada total rencana penerimaan, penerimaan yang ditetapkan pada bulan Februari sebesar Rp ,31, pada bulan Maret sebesar Rp ,52, pada bulan Mei sebesar Rp ,41, dan pada bulan Juli sebesar Rp ,37. Dengan kata lain, jumlah penerimaan pada bulan-
13 bulan tersebut belum sesuai mencapai target yang telah direncanakan dan kemungkinan besar merupakan faktor tidak terpenuhinya penerimaan yang diterima. IV.5.3. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri Tahun 2010 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri Tahun 2010 Rp ,90 Rp ,- Rp ,- Tabel IV.5.3. PPnBM Dalam Negeri 2010 Pada tabel diatas menjelaskan bahwa total penerimaan tersebut mencapai target yang diharapkan. Dijelaskan bahwa pada bulan November dan bulan Desember, pencapaian penerimaan yang diperoleh sangat tinggi apabila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Total penerimaan yang diterima pada bulan November sebesar Rp ,- dan pada bulan Desember total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, pada bulan November dan bulan Desember menjadi indikator meningkatnya penerimaan pada waktu itu. Berbeda dengan penerimaan pada bulan Januari, Maret, April, Juli, Agustus, dan Oktober. Pada bulan Januari total penerimaannya sebesar Rp ,-, pada bulan Maret sebesar Rp ,-, pada bulan April sebesar Rp ,-, pada bulan Juli sebesar Rp ,-, pada bulan Agustus sebesar Rp ,-, dan pada bulan Oktober sebesar Rp ,-. Pada keenam bulan tersebut, jumlah penerimaan yang tercapai tidak sepadan dengan jumlah penerimaan pada bulan November dan Desember. Angka yang diterima pada keenam bulan tersebut hanya
14 mengalami sedikit peningkatan jika dibanding dengan bulan November dan Desember. IV.5.4. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor Tahun 2010 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor Tahun 2010 Rp ,72 Rp ,- Rp ,- Tabel IV.5.4. PPnBM Impor Tahun 2010 Pada tabel tersebut dijelaskan bahwa pada bulan April, Juli, dan Oktober penerimaan yang diterima merupakan penerimaan yang paling tinggi. Penerimaan yang diperoleh oleh bulan April sebesar Rp ,-, pada bulan Juli sebesar Rp ,-, dan pada bulan Oktober sebesar Rp ,-. Meskipun total penerimaan tersebut telah mencapai target, pada bulan Desember penerimaan yang diperoleh tidak mencapai target yang diharapkan. Penerimaan pada bulan Desember justru lebih kecil daripada bulan-bulan sebelumnya. Penerimaan bulan Desember hanya sebesar Rp ,- sedangkan pada rencana yang ditetapkan sebesar Rp ,56.
15 IV.5.5. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Lainnya Tahun 2010 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Lainnya Tahun 2010 Rp ,84 Rp ,- Rp( ,-) Tabel IV.5.5. PPN dan PPnBM Lainnya Tahun 2010 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima tidak memenuhi target yang diharapkan. Tidak tercapainya penerimaan tersebut disebabkan oleh pada bulan April, Juni, Juli, dan Agustus tidak mendapatkan penerimaan PPN dan PPnBM lainnya atau dapat kemungkinan pihak dari Wajib Pajak Pribadi atau Badan belum melaporkan pajak atau telat dalam melakukan penyetoran pajak. Hanya pada bulan Februari, Maret, Mei, September sampai dengan Desember yang menerima penyetoran PPN dan PPnBM lainnya. Oleh karena itu, penerimaan PPN dan PPnBM lainnya tidak dapat mencapai target yang maksimal berdasarkan penerimaan yang diterima pada setiap bulan tersebut. IV.5.6. Sektor-sektor Yang Terkait Pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun Berdasarkan hasil penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah pada tahun 2011, sektor-sektor yang memperoleh penerimaan tertinggi dan terendah yaitu : 1. Sektor penerimaan tertinggi yang diperoleh selama tahun 2010 yaitu :
16 a. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga sebesar Rp ,-. b. Sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp ,-. c. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar Rp ,-. d. Sektor Konstruksi sebesar Rp ,-. e. Sektor Jasa Perorangan sebesar Rp ,-. 2. Sektor penerimaan terendah yang diperoleh selama tahun 2010 yaitu : a. Sektor Listrik, Gas, dan Air sebesar Rp ,-. b. Sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan sebesar Rp ,-. c. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar Rp ,-. d. Sektor Jasa Pendidikan sebesar Rp ,- e. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebesar Rp ,-. IV.6. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2011 IV.6.1 Analisis Perbanding Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Tahun 2011 Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Tahun 2011 Rp ,- Rp ,- Rp ,- Tabel IV.6.1. PPN Dalam Negeri Tahun 2011
17 Menurut tabel diatas menunjukkan bahwa selisih antara perbandingan total rencana dan total penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri sebesar Rp ,-. Hasil ini menjelaskan bahwa Pengusaha Kena Pajak pada tahun 2011 sedang mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Dengan bertambahnya lokasi usaha kelas menengah, usaha kelas menengah atas, dan usaha kelas atas. Dalam penerimaan setiap bulannya mengalami kenaikan yang cukup relevan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Akan tetapi, pada bulan Oktober mengalami penurunan penerimaan sejumlah Rp ,-. Kurangnya penyelidikan apakah Wajib Pajak pribadi atau badan tersebut sedang mengalami permasalahan menjadi faktor utama dalam hasil penerimaan yang diperoleh. Namun pada peralihan bulan November ke bulan Desember, penerimaan tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp ,-. IV.6.2. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor Tahun 2011 Pajak Pertambahan Nilai Impor Tahun 2011 Rp ,60 Rp ,- Rp ,60 Tabel IV.6.2. PPN Impor Tahun 2011 Dari tabel diatas dijelaskan bahwa selisih penerimaan yang diperoleh mencapai target yang telah ditetapkan. Dalam penerimaan setiap bulannya, rata-rata penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Impor memperoleh hasil yang cukup tinggi. Penerimaan terbesar terdapat pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember. Total penerimaan yang diperoleh oleh bulan Juli sebesar Rp ,-, pada bulan
18 Agustus total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan September sebesar Rp ,-, pada bulan Oktober total penerimaan yang diterima sebesar Rp ,-, pada bulan November diperoleh penerimaan sebesar Rp ,-, dan pada bulan Desember total penerimaan yang tercapai sebesar Rp ,-. Penerimaan yang diperoleh pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni relatif kecil. Jika dibandingkan dengan penerimaan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember, total penerimaan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni tersebut berbeda dua kali lipat penerimaannya. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari total penerimaan yang diterima pada bulan Januari sebesar Rp ,-, pada bulan Februari penerimaan yang diperoleh berkisar Rp ,-, pada bulan Maret total penerimaan tersebut berjumlah Rp ,-, pada bulan April sejumlah Rp ,-, pada bulan Mei total penerimaan yang diperoleh sejumlah Rp ,-, dan pada bulan Juni total penerimaan yang diperoleh berkisar Rp ,-. IV.6.3. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri Tahun 2011 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri Tahun 2011 Rp ,99 Rp ,- Rp ,99 Tabel IV.6.3. PPnBM Dalam Negeri Tahun 2011 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pada selisih penerimaan tersebut berkisar Rp ,99. Total penerimaan yang tertera diatas melampuai
19 target yang cukup tinggi dengan jumlah Rp ,99. Hal ini disebabkan bahwa pada tahun 2011 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah mengalami kenaikan yang cukup baik apabila melihat penerimaan yang diperoleh dari tahun 2009 dan tahun Kenaikan yang cukup baik pada Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dalam Negeri ini dipengaruhi pada Pengusaha Kena Pajak dalam melaporkan dan melakukan penyetoran pajak secara rutin. Pencapaian penerimaan atas Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tersebut melebihi jumlah dari satu milyar lebih. Namun, pada bulan September dan bulan November mengalami penurunan sebesar Rp ,-. Dikarenakan oleh faktor keterlambatan para Pengusaha Kena Pajak dalam melakukan penyetoran dan pindahnya sebagian Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak untuk sebagian bebrapa kegiatan usaha yang didirikan oleh beberapa Pengusaha Kena Pajak berpenghasilan itu sendiri. IV.6.4. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor Tahun 2011 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor Tahun 2011 Total rencana Total Penerimaan Selisih Penerimaan Rp ,88 Rp ,- Rp( ,-) Tabel IV.6.4. PPnBM Impor Tahun 2011 Menurut tabel diatas menunjukkan bahwa total penerimaan yang diperoleh tidak memenuhi target penerimaan yang telah ditetapkan. Selisih penerimaan yang diperoleh merupakan hasil negatif bahwa perbandingan total rencana dan total penerimaan yang diperoleh tidak memenuhi target. Dari penerimaan setiap bulannya, hanya pada bulan Februari dan bulan Juni penerimaan tersebut menempuh angka yang cukup tinggi. Selain dari kedua bulan tersebut, penerimaan yang diperoleh tidak
20 mencapai jumlah satu milyar lebih. Total penerimaan pada bulan Februari sejumlah Rp ,- dan total penerimaan pada bulan Juni sejumlah Rp ,-. Selain kedua bulan tersebut, total penerimaan pada bulan Januari sebesar Rp ,-, pada bulan Maret sebesar Rp ,-, pada bulan April total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan Mei total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan Juli penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan Agustus diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan September diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan Oktober penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-, pada bulan November penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-, dan pada bulan Desember penerimaan yang diperoleh sebesar Rp ,-. Dari setiap bulan tersebut bahwa tidak tercapainya penerimaan berdasarkan target yang telah ditetapkan dikarenakan faktor bencana alam di negara Jepang yang memberi dampak berkurangnya penerimaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Impor. IV.6.5. Analisis Perbandingan Rencana Penerimaan dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Lainnya Tahun 2011 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Lainnya Tahun 2011 Rp ,28 Rp ,- Rp ,28 Tabel IV.6.5. PPN dan PPnBM Lainnya Tahun 2011
21 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa total penerimaan tersebut telah melampaui target dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp ,28. Dalam pencapaian tersebut bahwa penerimaan yang diperoleh atas Jasa Kena Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan impor ke luar Daerah Pabean. Atas pengenaan pajak tersebut selisih yang diperoleh berkisar Rp ,28. Angka yang diperoleh menunjukkan pada setiap bulannya penerimaan yang terlapor dan tercatat berkisar pada angka satu juta lebih. Penerimaan yang paling besar terdapat pada bulan Februari, bulan Juli, dan bulan Desember. Total penerimaan pada bulan Februari berkisar Rp ,-, pada bulan Juli penerimaan yang diperoleh sejumlah Rp ,-, dan pada bulan Desember penerimaan yang diperoleh sejumlah Rp ,-. Dari ketiga bulan tersebut apabila dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, penerimaan yang diperoleh relatif sedikit karena telatnya dalam hal pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sehingga pencapain penerimaan pada bulan-bulan tersebut menunjukkan angka yang sangat rendah. IV.6.6 Sektor-sektor Yang Terkait Pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun Berdasarkan hasil penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah pada tahun 2011, sektor-sektor yang memperoleh penerimaan tertinggi dan terendah yaitu : 1. Sektor penerimaan tertinggi yang diperoleh pada tahun 2011 sebagai berikut : a. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar Rp ,-. b. Sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp ,-.
22 c. Sektor Konstruksi sebesar Rp ,-. d. Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp ,-. e. Sektor Jasa Perorangan sebesar Rp ,- 2. Sektor penerimaan terendah yang diperoleh pada tahun 2011 sebagai berikut : a. Sektor Perikanan sebesar Rp ,-. b. Sektor Listrik, Gas, dan Air sebesar Rp ,-. c. Sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan sebesar Rp ,-. d. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar Rp ,-. e. Sektor Jasa Pendidikan sebesar Rp ,-. f. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar Rp ,-. Apabila dibandingkan dengan sektor-sektor yang terdapat pada tahun 2010, terdapat enam sektor yang mengalami penurunan. Sektor-sektor tersebut antara lain : a. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Pada tahun 2010 sektor ini memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-, sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp ,-. b. Sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan Tahun 2010 sektor ini memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-, sedangkan tahun 2011 sebesar Rp ,-. c. Sektor Konstruksi Sektor ini memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-, sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp ,-. d. Sektor Jasa Perorangan
23 Pada tahun 2010 sektor ini menerima penerimaan sebesar Rp ,-, sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp ,-. e. Sektor Kesehatan dan Kegiatan Sosial Tahun 2010 sektor ini memperoleh penerimaan sebesar Rp ,-, sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp ,-. f. Sektor Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Pada tahun 2010 sektor ini memperoleh penerimaan sebesar Rp ,- sedangkan tahun 2011 sebesar Rp ,-. IV.7. Perbandingan Sektor-sektor Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2009, 2010, dan 2011 Berdasarkan hasil penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serta sektor-sektor yang penerimaannya signifikan, bahwa penerimaan yang memiliki nilai terendah yaitu : 1. Sektor Listrik, Air dan Gas. 2. Sektor Pertanian dan, Perburuan, dan Kehutanan. 3. Sektor Perikanan. Pada sektor-sektor tersebut yang memiliki nilai terendah bahwa sektor-sektor tersebut belum memiliki potensi penerimaan yang cukup besar apabila dibandingkan dengan potensi perdagangan dalam perkotaan. Selain itu, kapasitas Wajib Pajak yang relatif kecil pada sektor-sektor tersebut sehingga penerimaan yang diterima sangat kecil apabila dibandingkan dengan sektor yang lain. Pergerakan usaha dalam masingmasing sektor juga sangat sedikit karena wilayah kerja terhadap sektor-sektor
24 tersebut tidak terlalu besar dan potensi Wajib Pajak yang berada pada sektor tersebut sangat kecil. Dalam tahun 2010 telah mengalami kenaikan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah jika dibandingkan dengan tahun 2009, kenaikan penerimaan tersebut disebabkan meningkatnya potensi penerimaan pada sektor real estate seperti apartemen dan perumahan. Penerimaan terhadap sektor perdagangan bebas dan eceran juga mengalami peningkatan dengan pertumbuhan usaha-usaha baru dalam skala besar. Sedangkan dalam tahun 2011 telah mengalami penurunan pada sektor-sektor unggulan seperti sektor pedagang besar dan eceran, sektor perantara keuangan, dan sektor real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan. Pada sektor pedagang besar eceran, penurunan penerimaan disebabkan oleh perpindahan Wajib Pajak terhadap usaha Wajib Pajak yang memiliki potensi pendapatan usaha Wajib Pajak relatif kecil atau usaha Wajib Pajak mengalami kerugian sehingga menjadi alternatif terakhir dalam melakukan perpindahan usaha. Pada sektor real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan khususnya pada sektor real estate, penurunan yang signifikan disebabkan penjualan terhadap setiap apartemen dan setiap perumahan pada ruang lingkup kerja kantor pajak menjadi sangat kecil atau menurun. Pada sektor perantara keuangan potensi penurunan penerimaannya tidak relatif besar karena pada sektor ini hal yang mempengaruhi setiap penerimaan sektor perantara keuangan berdasarkan kondisi ekonomi global yang meliputi berbagai jenis kegiatan usaha dalam jaringan perusahaan multinasional dengan memusatkan potensi-potensi besar pada bidang investasi.
25 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diambil dari penelitian ini adalah 1. Bahwa masih terdapat sektor-sektor yang memiliki potensi yang rendah dalam penerimaannya dan kapasitas Wajib Pajak yang sedikit serta pergerakan bidang usaha yang tidak terlalu besar dalam meningkat penerimaan PPN dan PPnBM. 2. Dalam pencapaian penerimaan setiap bulan pada tahun 2009, 2010, dan 2011 membuktikan bahwa total dari setiap tahun terus meningkat. 3. Dalam melihat jumlah penerimaan dan pergerakan bidang usaha di berbagai sektor,beberapa sektor yang bergerak dibidang jasa memiliki jumlah penerimaan yang relatif kecil. Saran yang dapat menjadi pertimbangan dan masukan bermanfaat bagi KPP Kebayoran Lama antara lain : 1. Dalam meningkatkan penerimaan yang signifikan, pihak KPP Pratama Kebayoran Lama memperhatikan sektor-sektor yang penerimaannya relatif sedikit sehingga sektor-sektor tersebut dapat memiliki potensi yang sama dengan sektor-sektor unggulan yang memiliki potensi penerimaan yang besar. 2. Pihak KPP Pratama Kebayoran Lama meningkatkan jumlah Pengusaha Kena Pajak untuk tahun-tahun berikutnya dalam merealisasikan penerimaan yang akan dicapai dengan cara mensensus kembali Pengusaha Kena Pajak yang berada di daerah Jakarta Selatan. 3. Pihak KPP Pratama Kebayoran Lama harus meningkatkan rencana penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah terhadap sektor-sektor yang penerimaannya cukup tinggi.
26 DAFTAR PUSTAKA Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.(2010).Bandung: Fokus Media Mardiasmo.(2011).Perpajakan. Edisi Revisi Yogyakarta: Andi Offset Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ.2012 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.03./2009 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pengeluaran dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau Tempat Lain Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Resmi, Siti. (2009). Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Suandy, Early.(2008).Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
27 Sumarsan, Thomas, SE., MM.(2013).Perpajakan Indonesia. Edisi 3.Jakarta:Indeks Waluyo.(2009).Perpajakan Indonesia.Jakarta: Salemba Empat Wirawan B. Ilyas.,& Rudy Suhartono.(2012).Perpajakan:Pembahasan Lengkap Berdasarkan Perundang-Undangan dan Aturan Pelaksanaan Terbaru.Jakarta:Mitra Wacana Media RIWAYAT PENULIS Arif Muharami Beriatama Tarigan Silangit lahir di Pontianak pada 1 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam tersebut digunakan dalam melakukan pengembangan struktur
Lebih terperinciANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI SATU
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI SATU ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN
Lebih terperinciANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI SATU
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI SATU Iwan Sunarya, Fany Inasius, S.E.,M.M.,M.B.A.,BKP. Binus University,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta
Lebih terperinciEvaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO
Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),
KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean sebagai pajak tidak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean sebagai pajak tidak
Lebih terperinciPER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT
PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT Contributed by Administrator Monday, 07 September 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011
Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea
Lebih terperinciGrafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)
Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara Indonesia dan semakin bertambahnya jumlah penduduk bangsa Indonesia maka, harus diiringi dengan peningkatan
Lebih terperinciEvaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011
Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Wuri Rostiani Peninggilan Utara RT 02 RW 07 Nomor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 45/08/73/Th. IX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2017 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2017 TUMBUH 6,63 PERSEN Perekonomian Sulawesi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 27/05/73/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN
Lebih terperinciBPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016
No. 27/05/17/X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 4,99 PERSEN, MELAMBAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN I 2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar dan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara khususnya di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan penerimaan negara yang terbesar dan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara khususnya di Indonesia.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI BENGKULU No. 47/08/17/X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,41 PERSEN, MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III-2016
No. 65/11/17/X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III-2016 SEBESAR 5,19 PERSEN, MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III-2016
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014
No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015
BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016
No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015
No. 06/8/62/Th.IX, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN TUMBUH 6,98 PERSEN Ekonomi Kalimantan Tengah Semester 1 tahun tumbuh sebesar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen
No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciBPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017
Berita Resmi Statistik Bulan November Provinsi Bali No. 73/11/51/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III Ekonomi Bali Triwulan III Tumbuh 6,22 Persen
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y)
No. 49/08/17/XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) Perekonomian Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015
-9,000-8,000 4,85481 4,52823 3,92159 6,47735 6,82849 7,15099 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH TAHUN DENGAN MIGAS TURUN 0,72 PERSEN,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014
Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%
Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015
No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016
No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 7/08/1/Th. XX, 7 Agustus 017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 017 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 017 TUMBUH,80 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Sumatera
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 11/2/16/Th.XIX, 6 Februari 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 TUMBUH 5,3 PERSEN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 No. 01/10/Th. XV, Oktober 2015 Perekonomian Kota Jakarta Pusat pada selang waktu 2011-2014 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN
7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 47/08/12/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 05/01/Th.XV, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 TUMBUH 5,08 PERSEN, MELAMBAT 0,7 PERSEN DARI TAHUN 2013 Perekonomian
Lebih terperinciNo. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014
No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2015
BPS PROVINSI BENGKULU No. 47/08/17/IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN BENGKULU TRIWULAN II-2015 TUMBUH 0,73 PERSEN, MENINGKAT TIPIS DIBANDING TRIWULAN
Lebih terperinciPENERAPAN E-COMPLIANCE ATAS KEWAJIBAN PAJAK TAHUNAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA KOSAMBI
PENERAPAN E-COMPLIANCE ATAS KEWAJIBAN PAJAK TAHUNAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA KOSAMBI Atikah Aure Binus University, Jl.Akasia No 6 RT 03/03 Tajur Ciledug Tangerang 15152, 08984252570,
Lebih terperinci(%, SBT) (%, qtq)
(%, SBT) (%, qtq) 98.1 39.2 5 85.6 83.4 73.7 78.8 77.9 75 66.7 62.6 25 56.9 24.9 52.9 22.6 5 12.7-15. 31.3-4. -5.2 25 13.7-14.5-25 -18.3 * perkiraan -32.2-5 I II III IV I II III IV I II III IV* SBT Pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2014 Ekonomi Gorontalo Tahun 2014 Tumbuh 7,29 Persen
Persen (%) No. 11/02/75/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN Ekonomi Gorontalo Tahun Tumbuh 7,29 Persen Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA
Lebih terperincihttps://binjaikota.bps.go.id
BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan III- EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III- TUMBUH 6,25 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan berdasarkan besaran
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014
No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014
BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian
Lebih terperinciANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN
ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017
No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2015
-0.71 2.25 2.38 3.84 3.59 3.50 4.85 4.47 No. 10/02/63/Th.XX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2015 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2015 TUMBUH 3,84 PERSEN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015
No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 EKONOMI ACEH TAHUN
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XI, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun 2015
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016
I. No. 10/02/63/Th.XXI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 TUMBUH 4,38 PERSEN (C TO C) Perekonomian Kalimantan selatan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015 No. 01/10/Th. XVI, Oktober 2016 Perekonomian Kota Jakarta Pusat pada selang waktu 2011-2015 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016
No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014
No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,72 PERSEN LEBIH CEPAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Release PDRB Tahun dan selanjutnya menggunakan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017
BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/8/Th.XIX, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-217 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-217 TUMBUH 5,19 PERSEN Perekonomian Provinsi
Lebih terperinciBila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan
Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015
No. 37/08/31/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,15 PERSEN LEBIH CEPAT 0,07 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN I/2015 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011
No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%
SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.
Lebih terperinciBPS KABUPATEN MALINAU
BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 11/02/32/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,07 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th.XIV, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN II-2015 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2016
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2016 TUMBUH 7,41 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014
No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai perhitungan penyetoran dan pelaporan PPN sehubungan dengan kegiatan penjualan dan pembelian pada CV X selama
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017
No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 47/8/61/Th.XIX, 5 Agustus 216 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-216 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-216 TUMBUH 4,21 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016
No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 28 /PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 28 /PJ/2012 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016
No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015
No. 47/08/75/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 Perekonomian Gorontalo yang diukur
Lebih terperinci