DAFTAR ISI. Halaman Judul BAB I WATER TREATMENT PLANT PENGENALAN WATER TREATMENT PLANT Pengertian Water Treatment Plant...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Halaman Judul BAB I WATER TREATMENT PLANT PENGENALAN WATER TREATMENT PLANT Pengertian Water Treatment Plant..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman Judul BAB I WATER TREATMENT PLANT PENGENALAN WATER TREATMENT PLANT Pengertian Water Treatment Plant Proses Water Treatment Plant di PT. PJB UP. Gresik... 2 BAB II HIDROGEN PLANT PENGENALAN HYDROGEN PLANT PENGERTIAN HYDROGEN PLANT PROSES HYDROGEN PLANT SISTEM OPERASI PADA HYDROGEN PLANT Deskripsi Operasi Initial Start Up Start Mode Run Mode Standby Mode Normal Operasi Shutdown PERAWATAN PADA HYDROGEN PLANT BAB III CHLORINATION PLANT PENGENALAN CHLORINATION PLANT Proses Chlorination Plant Prewater Treatment Plant Seawater Strainers Seaclor System Hydrogen Degassing & Dilution Electrolyzer Cleaning System... 35

2 3.1.7 DC Supply System SISTEM OPERASI CHLORINATION PLANT Filling of The System Start Up Shutdown PERAWATAN CHLORINATION PLANT BAB IV WASTE WATER TREATMENT PLANT PENGENALAN WASTE WATER TREATMENT PLANT JENIS-JENIS LIMBAH PLTU & PLTGU Limbah Demineralizer Plant Limbah Desalination Plant Limbah Cair dari Internal Water Treatment Limbah Pendingin Kondensor Limbah Rumah Tangga ( Sewage Treatment), berasal dari WC dan Kamar Kecil Limbah Hidrogen Plant Limbah Bahan Bakar Minyak & Pelumas PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH Waste Water Storage Pond ph Control Oxydation Pit Mixing Pit Coagulant Sedimentation Tank Sludge Enrichment Tank Clear Water Pit Neutralizing Pit SISTEM OPERASI WASTE WATERTREATMENT PLANT Deskripsi Sistem Operation Checklist Chemical Preparation... 48

3 BAB I WATER TREATMENT PLANT 1.1. PENGENALAN WATER TREATMENT PLANT Water treatment plant merupakan bagian dari power plant yang bertugas untuk menyediakan air pengisi boiler dalam sebuah powerplant. Water treatment plant merupakan bagian dari sistem pengolahan air dalam pembangkit. Air yang dihasilkan oleh bagian pengolah air digunakan sebagai air penambah (make-up water) dalam siklus pembangkit, pendingin peralatan, (seperti: pelumas turbin, pompa-pompa kapasitas besar, kompresor, dll), sebagai bahan baku pada hydrogen dan chlorination plant, serta untuk kebutuhan sehari-hari (utilitas) atau biasa disebut service water Pengertian Water Treatment Plant Water treatment plant menghasilkan air murni sebagai pengisi boiler. Kondisi air pada setiap kegunaan memiliki parameter yang berbeda-beda. Parameter-parameter yang digunakan antara lain adalah tingkat kekeruhan, kandungan mineral/salt Density Index (SDI), dan lain-lain. Air yang digunakan sebagai pengisi boiler memiliki persyaratan khusus yakni bebas dari kandungan mineral (demineralized water). Gambar 1.1 memperlihatkan siklus utama pengolahan air laut. Gambar 1.1 Siklus Utama Pengolahan Air Laut Proses perubahan air laut menjadi air tawar dapat dilakukan dengan dua metode yakni menggunakan metode desalinasi dan metode reverse osmosis. Pada metode desalinasi, air laut dipanaskan sampai titik didihnya sehingga mengalami penguapan. Uap dari pemanasan air laut kemudian didinginkan sehingga dihasilkan air tawar. Sedangkan pada metode reverse osmosis, air 1

4 laut mengalami beberapa filtrasi hingga kandungan logamnya berkurang dan menjadi air tawar. Demineralized water merupakan hasil dari proses demineralisasi. Pada proses demineralisasi, air tawar hasil proses desalinasi atau proses reverse osmosis mengalami pemurnian pada mixed bed. Di dalam mixed bed, air mengalami pertukaran ion sehingga dihasilkan produk air murni (H 2 O) sebagai air pengisi boiler Proses Water Treatment Plant di PT. PJB UP. Gresik Secara umum, water treatment plant terbagi menjadi tiga bagian yakni external treatment, pretrearment, dan water treatment. Proses external treatment merupakan proses awal masuknya air laut. Air laut masuk melalui sea water inlet yang terletak di bibir pantai. Air laut mengalir melalui intake channel dan masuk kedalam circulating water pump house. Sebelum air laut masuk kedalam circulating water pump house, air laut akan mengalami beberapa penyaringan untuk membersihkan air laut dari sampah-sampah yang ikut terbawa. a. Pre treatment External treatment merupakan proses awal pengolahan air laut yang bertujuan untuk menyaring sampah-sampah yang terbawa air laut. Pada sea water inlet terdapat jala-jala yang ditujukan untuk menyaring sampah-sampah yang berukuran relative besar. Pada ujung sea water inlet (Circulating Water Pump House) diinjeksikan chlorine dengan kadar 0,1 ppm (part per million). Penginjeksian chlorine ini bertujuan untuk membuat biota-biota laut yang sangat kecil menjadi pingsan dan tidak menempel pada pipa-pipa. Biota laut yang menempel pada pipa-pipa akan menyebabkan pengerakan. Proses penginjeksian chlorine dilakukan secara kontinyu. Gambar 1.3. Sampah dan biota laut yang menempel pada jala-jala 2

5 Air laut yang telah difilter dengan menggunakan jala-jala masih mengandung sampahsampah kecil, agar tidak membuat kotor, menyumbat pipa, dan bahkan merusak alat-alat yang berhubungan langsung dengan air laut maka air laut dilakukan filtrasi dengan menggunakan bar screen dan traveling band screen. Bar Screen Bar screen atau saringan kasar berfungsi untuk menyaring sampah atau kotoran berukuran relative besar, terutama potongan-potongan kayu, daun, plastik, dan kotoran sejenis. Bar screen harus dibersihkan secara rutin, terutama apabila kotorannya terlalu banyak. Kotoran pada bar screen yang berlebihan akan menyebabkan debit air laut yang dipompa oleh CWP pump menjadi berkurang, berkurangnya debit air laut akan menyebabkan turunnya debit air pendingin pada condenser. Berkurangnya debit air pendingin pada condenser akan menyebabkan turunnya tekanan vacuum pada condenser dan berakibat berkurangnya daya yang dapat dibangkitkan oleh PLTU. Gambar 1.4. Bar screen Pembersihan bar screen dilakukan secara manual, yaitu dengan diangkat dan dibersihkan dengan menggunakan tangan. Kotoran yang ada diangkat dan dibuang kemudian bar screen dibuka dan dibersihkan dengan menggunakan kain lap katun. Apabila sudah bersih, bar screen dapat dipasang kembali. Proteksi yang dilakukan pada bar screen berupa sacrificial anode yakni dengan menggunakan Al anode dan Zn anode. Al atau Zn yang termakan oleh korosi sedangkan material baja besi (Fe) tidak termakan. 3

6 Travelling screen Traveling screen atau saringan putar berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran yang lolos dari bar screen. Saringan putar ini dapat dibersihkan secara otomatis dengan menggunakan spray water yang dihasilkan dari screen wash pump dan dikontrol dengan timer.perbedaan tinggi permukaan air sebelum dan setelah saringan dapat diatur dengan menggunakan timer, salah satu yang mana tercapai terlebih dahulu. Travelling band screen juga dilengkapi dengan proteksi katodik sama seperti bar screen yaitu aluminium anode yang dipasang pada frame. b. Desalination plant Desalination plant merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mengolah air laut menjadi air tawar yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi PLTU dengan sistem penguapan. Air tawar ini yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi di unit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Di dalam unit PLTU UP Gresik peran desalination plant sangat diperlukan untuk menyediakan kebutuhan air yang akan digunakan untuk keperluan lain : 1) Boiler/ketel PLTU UP Gresik (kebutuhan air PLTU unit 1,2,3,4, kurang lebih 650 ton/hari) 2) Pendingin mesin/peralatan 3) Pemadam kebakaran 4) Service sehari-hari (kurang lebih 200 ton/hari) Didalam sistem kerja desalination plant, yang pertama diperhatikan adalah penurunan tekanan udara pada ruang pengolahan air (chamber/stage) yang lebih dikenal dengan vacuum. Dengan menurunnya tekanan udara pada chamber/stage, air laut tidak harus menunggu 100 o C untuk menguap dan mendidih. Untuk membuat vacuum pada ruang chamber dilakukan dengan cara men-spray uap ke ruang chamber, dan uap ini nantinya akan keluar bersama udara. Proses Desalination Plant 1) Air laut dipompa oleh sea water pump dan difilter kemudian diinjeksi anti foam untuk mencegah terjadinya buih dan diinjeksi anti scaling untuk mencegah terjadinya pengerakan. Kemudian air laut dialirkan menuju tube stage terakhir sampai ke tube stage yang pertama. 2) Selanjutnya air laut masuk ke brine heater untuk dipanaskan dengan temperature antara 96 o C sampai 110 o C kemudian masuk ke stage no.1 hingga stage no.30. 4

7 3) Pada waktu tersebut terjadi proses penguapan, karena adanya vacuum uap tersebut tertarik ke atas lebih cepat dan menyentuh pipa-pipa diatasnya yang dialiri oleh air laut yang temperaturnya lebih dingin sehingga terjadi kondensasi dan dinamakan distillate water. 4) Air laut yang tidak menguap dipompa dengan blowdown pump kemudian dikembalikan atau dibuang ke laut. 5) Untuk menghindari carry over antara penampungan air kondensasi dengan air laut dipasang demister. Hasil air kondensasi ditampung dan mengalir ke chamber distillate water, selanjutnya dipompa oleh distillate water pump menuju ke raw water modif tank kemudian ditampung di raw water tank (RWT). 6) Steam yang memanaskan brine heater diambilkan dari unit PLTU, kondensasi steam di brine heater dinamakan condensate water. 7) Condensate water dari brine heater dipompa dengan menggunakan condensate pump dan dialirkan kembali masuk ke evaporator stage no.1 sisi distillate water untuk selanjutnya dipompa oleh distillate water pump dan ditampung di raw water modif tank. Gambar Alur pada Desalination Plant 5

8 Peralatan-peralatan desalination plant 1) Sea water pump, adalah pompa yang berfungsi sebagai penyedia air laut yang akan diproses di desalination plant dan juga dipakai untuk proses vacuum unit. 2) Starting ejector, adalah peralatan yang berfungsi untuk menghisap udara atau membuang gas-gas yang ada didalam chamber untuk mempercepat proses penguapan air laut. 3) Condensate pump, adalah pompa yang berfungsi untuk memompa air kondensasi dari brine heater. 4) Distillate water pump, adalah pompa yang berfungsi untuk memompa air hasil dari proses desalination plant (distillate water) untuk dimasukkan ke RWT (Raw Water Tank) 5) Blow down pump, adalah pompa yang berfungsi untuk memompa sisa air laut yang tidak bisa menguap (tidak bisa diproses lagi) untuk dibuang ke laut lagi. 6) Chemical injection pump, adalah pompa yang berfungsi untuk menginjeksikan bahan kimia anti foam dan anti scaling. Air laut panas (brine heater) tersebut pada ruangan evaporator dikondensasikan dengan bantuan alat pembuat vacuum yang disebut ejector, sehingga terjadi perubahan fase dari fase uap menjadi fase air yang dinamakan air distillate. Pada brine heater terjadi perubahan fase uap ke fase air yang dinamakan air condensate, sebagian air condensate dipompa dan disemprotkan dalam bentuk spray pada auxiliary steam brine heater yang bertujuan untuk menjaga temperatur auxiliary steam. Gambar Desalination Plant Pada bagian ini mulai terjadi banyak permasalahan, karena air laut penuh dengan polutanpolutan. Masalah-masalah yang sering dijumpai pada pengoperasian desalination plant diantaranya 6

9 berkembangnya biota laut atau kerang pada tube, pengerakan (scaling), korosi, dan foaming (pembusaan). Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang paling banyak menimbulkan kerugian, karena terjadi pada pipa-pipa brine heater. Akibatnya dapat terjadi penurunan produk, karena menurunnya kapasitas pertukaran panas. Selain itu terjadi proses korosi dibawah deposit (kerak). Pengerakan dapat terjadi karena adanya kandungan bahan mineral tertentu pada air laut dan adanya reaksi kimia selama proses penguapan (evaporasi). Proses pengerakan dapat diatasi dengan membatasi temperature brine dan menambah bahan kimia inhibitor yang berfungsi mencegah terjadinya pengerakan. Kedua cara tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan. Reaksi primer : 2HCO 3 CO 2 + CO H 2 O - H 2 O + CO 3 2OH + CO 2 Reaksi sekunder : Mg OH Mg(OH) 2 (Brucite) (pada temperature dan ph tinggi) (mengendap) Ca CO 3 CaCO 3 (mengendap) Ca SO 4 CaSO 4 (Anhydrite) Anhydrite biasanya tidak menimbulkan masalah dan kurang larut pada temperature tinggi, tapi memerlukan waktu yang lama untuk mengendap atau membentuk kerak. Hemydrate (CaSO 4 x 0,5H 2 O) mengendap seketika begitu terbentuk dan paling sering ditemukan pada kerak evaporator Dehydrate (CaSO 4.2H 2 O) kelarutannya relative lebih baik dibandingkan lainnya. Komponen pembentuk kerak lainnya adalah Mg 6 Fe(CO 3 ) 3.4H 2 O, SiO 2, CaSiO 3, atau MgSiO 3 Tahapan pembentukan kerak adalah pertama pembentukan CO - 3 dan OH -, kemudian akan mencapai titik jenuhnya pada temperature tinggi. Kedua, pembentukan inti kristal (nucleation). Dan ketiga, pertumbuhan kristal. Pada tahap ketiga ini anion dan kation bergerak secara diffusi menuju inti kristal dan bergabung dalam lattice atau terjadi pertumbuhan kristal. 7

10 Untuk mencegah terjadinya pengerakan (scale inhibitor) dengan cara menambahkan antiscale agent ke dalam air laut. Selama ini dikenal beberapa scale inhibitor yang biasa digunakan yaitu H 2 SO 4 dan inhibitor ambang batas (threshold inhibitor). Ada tiga jenis threshold inhibitor, yaitu polyphosphate, phosphate, dan polycarboxylic. Cara kerjanya dengan berfungsi sebagai growth inhibitor (pembatas pertumbuhan), menghambat dan menghentikan pertumbuhan yang terjadi pada kristal. Hasilnya pertumbuhan kristal diluar kebiasaannya, sehingga dihasilkan kristal bulat dan tidak mudah menempel sebagai kerak. Selain itu berfungsi pula sebagai dispersant, yaitu partikel padat seperti lumpur, debu, dan kristal CaCO 3 dipertahankan dalam bentuk suspense, sehingga dengan demikian mencegah terbentuknya endapan yang mengerak. Kriteria pemilihan bahan kimia sebagai antiscale agent adalah : 1. Bahan kimia yang mempunyai kemampuan mendistorsi kristal. Mekanismenya dengan meningkatkan daya kelarutan kristal tersebut, dan mengubah bentuk struktur pertumbuhan kristal. Proses tersebut terjadi karena adanya bahan polimer yang mempunyai bentuk tidak teratur dan masuk kedalam kisi-kisi kristal, yang dapat menahan terjadinya endapan yang mempunyai sifat struktur kimia yang getas dank keras. 2. Bahan kimia harus mempunyai sifat dispersant. Mekanismenya dapat mengabsorbsi atau menyerap pada permukaan kristal dan memberikan muatan-muatan sejenis pada kristal tersebut, akibatnya partikel tetap tinggal diam sebagai suspensi. 3. Bahan kimia harus mempunyai sifat sequestren. Mekanismenya dengan mencegah ion dari keadaan normal, dengan cara membentuk senyawa ion komplek. Air hasil distilasi ataupun reverse osmosis disimpan dalam raw water tank. Kualitas air hasil distilasi harus memenuhi parameter-parameter yang telah ditentukan. Parameter-parameter yang dipertahankan dari hasil proses distilasi antara lain Condensate : CL- = <1000 ppb Conductivity = <20 us/cm c. Demineralalization Air murni yang merupakan produk akhir dari desalination ataupun reverse osmosis plant, kemurniannya belum 100% karena masih mengandung polutan-polutan garam 8

11 diantaranya CO 3. Selain itu masih mengandung basa yang tidak stabil, diantaranya NH 4 OH, yang selalu terbawa uap air dalam proses distilasi. Selain itu, masih terbawa garam-garam akibat proses carry over diantaranya SiO 2 dan NaCl. Pada destilate water tersebut harus dilakukan treatment lagi, dengan harapan agar gasgas yang terbawa air distillate sebagian dapat menguap. Caranya dengan memasukkan bahan baku ke dalam storage tank atau raw water tank, hingga mendekati suhu ambient (dari 40 o C hingga dibawah suhu 30 o C). Demineralisasi ialah proses penghilangan mineral-mineral yang terlarut di dalam air, umumnya mempergunakan media penukar ion yang dibedakan atas muatan listrik yang terkandung di dalamnya menjadi penukar kation dan penukar Anion. Hasil dari demineralisasi akan dihasilkan air murni H 2 O. Jenis penukar ion : Synthetic, bahan dasar silico-aluminat (bentonit) Bahan dasar zat organic polymer (resin) Karakteristik penukar ion : Tidak boleh larut dalam air Diameter 0.5~1.5 mm (untuk memperbesar luas permukaan) Mempunyai sifat mudah bertukar ion Alat penukar ion (ion exchanger) sering disebut juga mixed bed dimana ada dua metode sistim demineralisasi dengan mempergunakan resin, yaitu : 1) Single bed demineralizer 2) Mixed-bed demineralizer Dalam materi ini akan dibahas sistem penukar ion dengan metode mixed-bed demineralizer. Air destilat dipompakan dengan mempergunakan destillate water booster pump, masuk kedalam kolom mixed-bed yang berisi resin kation dan anion (tercampur homogen). Pada waktu melewati resin terjadi pengambilan ion-ion yang menjadi pengotor yang terlarut dalam air destilat, ion positif diambil oleh resin cation dan ion negatif diambil oleh resin anion. Setelah melewati resin di dalam kolom resin, air keluar dari bagian bawah sebagai air produk mixed-bed demineralizer yang merupakan air bebas mineral disebut air demin (demine water), selanjutnya ditampung di dalam demine tank yang akan dipergunakan sebagai air pengisi ketel (boiler feedwater) atau sebgai air penambah (make-up water). 9

12 Gambar Diagram Reaksi Kimia dalam Mixed Bed Reaksi pertukaran kation dan anion sebagai berikut. 1) Reaksi kation selama water treatment beroperasi : (R-H 2 ) + Ca(HCO 3 ) 2 (R-Ca) + 2H 2 CO 3 (R-H 2 ) + Mg(HCO 3 ) 2 (R-Mg) + 2H 2 CO 3 (R-H 2 ) + CaSO 4 (R-Ca) + H 2 CO 4 (R-H 2 ) + MgSO 4 (R-Mg) + H 2 SO 4 (R-H 2 ) + MgCl 2 (R-Mg) + 2HCl (R-H 2 ) + 2NaCl (R-Na 2 ) + 2HCl (R-H 2 ) + Na 2 SiO 3 (R-Na 2 ) + H 2 SiO 3 2) Reaksi anion selama water treatment beroperasi (R-OH) 2 + H 2 SO 4 (R-SO 4 ) + 2H 2 O (R-OH) + HCl (R-Cl) + H 2 O (R-OH) 2 + H 2 CO 3 (R-CO 3 ) + 2H 2 O (R-OH) 2 + H 2 SiO 3 (R-SiO 3 ) + 2H 2 O Resin yang dipergunakan selama pengoperasian mixed-bed mempunyai kapasitas penukaran (exchange capacity) yang terbatas, sehingga setelah dioperasikan pada volume tertentu resin akan mengalami kejenuhan, untuk mengembalikan resin pada kondisi semula sehingga siap dipergunakan kembali maka resin harus diregenerasi. Regenerasi adalah mengaktifkan kembali resin yang sudah jenuh menjadi seperti semula. Caranya dengan melakukan injeksi HCL dan NaOH pada resin, sehingga R-C (Resin 10

13 Cation) yang jenuh dapat bereaksi dengan HCl menjadi R-H kembali, dan NaOH bereaksi dengan R-A (Resin Anion) menjadi R-OH kembali. HCl dan NaOH yang digunakan untuk regenerasi terlebih dahulu harus diencerkan. HCl dari tank 32% harus diencerkan menjadi 7-8%, sedangkan NaOH dari 40% harus diencerkan menjadi 4-6%. Konsentrasi HCl dan NaOH yang tidak terpakai dibuang bersama air buangan ke netralisasi tank. (a) (b) Gambar (a) Resin Kation (b) Resin Anion Regenerasi dilakukan berdasarkan kejenuhan resin. Indikasinyaa adalah nilai conductivity. Apabila nilai conductivity menunjukkan nilai 0,9 harus segera dilaksanakan regenerasi. Sering tidaknya proses regenerasi tergantung kualitas raw water, yaitu kandungan polutan pada proses destilasi dan prose alami. Apabila raw water banyak mengandung polutan, mungkin tidak sampai 1 minggu harus sudah diregenerasi. Nilai conductivity raw water harus dibawah 25, apabila conductivity mencapai 25 regenerasi lebih cepat dilaksanakan sedangkan bila conductivity masih 10, regenerasi biasanya masih lama. Pada musimm hujan polutan- yang berasal polutan yang terbawa berjumlah banyak antara lain CO 2, ammonia, dan polutan dari pabrik-pabrik disekitar lingkungan. Apabila conductivity naik, otomatis valve akan memerintahkan untuk tidak memasukkan produk lagi akan tetapi dibuang. Sebenarnya conductivity yang diijinkan adalah 1, tetapi di setting menjadi 0,9 untuk melindungi sistem apabila sistem kontrol tidak dapat bekerja sempurna. Apabila conductivity mencapai 0,8 maka operator harus waspada, dan bila naik menjadi 0,9 harus langsung dihentikan untuk dilakukan regenerasi kembali. Proses regenerasi diatur oleh sistem kontrol yang bekerja secaraa otomatis, dan memberikan indikasi bahwa cycle regenerasi bekerja sesuai spesifikasi. Apabila diperoleh kualitas hasil yang jelek atau terjadi kelainan, akan dilakukan regenerasi secara manual. Artinya bila produk dari hasil regenerasi setelah diukur ternyata conductivity masih tinggi, 11

14 perlu dilakukan regenerasi secara manual. Proses regenerasi secara manual urutan-urutannya bisa dilompati dan waktunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Gambar Piping Diagram dari Water Treatment Plant Regenerasi secara otomatis sudah terprogram dan tidak dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Karena itu dapat dilakukan regenerasi manual, yang prosesnya dilakukan oleh operator dan diawasi oleh bagian kimia. Regenerasi secara otomatis tidak tepat digunakan pada resin-resin baru, karena resin yang masih baru masih ada kulitnya, dan untuk mengelupas kulit tersebut harus dilaksanakan backwash lebih lama dengan pressure rendah, karena pressure tinggi dapat menyebabkan resin menjadi terbuang. Pada regenerasi otomatis proses backwash hanya selama 30 menit dan belum cukup lama untuk memisahkan resin baru dari kulitnya. Karena itu pada regenerasi manual proses backwash diubah menjadi 1 jam. Air hasil dari proses demineralisasi ditampung dalam make up water tank. Air demineralisasi nantinya digunakan sebagai air penambah pengisi boiler. Make up water diisikan ke sistem aliran air boiler melewati hot well pada condenser TROUBLE SHOOTING Berikut ini merupakan masalah-masalah yang sering terjadi pada desalination plant. 12

15 NO PERMASALAHAN PENYEBAB LANGKAH ANTISIPASI/ 1 Motor valve (MOV) macet 2 Desal trip (tekanan steam terlalu tinggi atau terlalu rendah). 3. Alarm sea water flow low 4 Vacum tidak dapat tercapai (lama > 40 menit) Berat, lama tidak operasi. Gangguan boiler dan Auxiliary steam Strainer discharge sea water desal pump kotor Strainer inlet desal kotor, DP tinggi Masih ada valve terhubung chamber yang terbuka Kebocoran vent ejector 5 Conduktivity tinggi Air laut berbusa Kerusakan demister Kemungkinan terdapat kebocoran 6 Destilate dumper control valve fault 7 Temperature effect 1st high 8. Differensial Temperature antara Inlet dan outlet sea water pada heat rejection tinggi 9 Kadar Total Iron (Fe) pada outlet produk destilat trend tinggi Tekanan udara instrumen turun, Kondisi control valve masih lokal manual Tidak mau open karena gangguan isntrumen control Temperature steam terlalu tinggi. Flow sea water inlet effect 1st terlalu rendah (biasanya alrm low level) Kemungkinan pipa heat rejection kotor yang diakibatkan deposit maupun kerak Zink katodik sudah habis, atau kurang berfungsi, biasanya zink catodik diganti setiap 1 th sekali. Sebelum desal dioperasikan lakukan buka tutup secara manual. Amati presure steam inlet desal, lakukan pengaturan auto, jika tidak lakukan pengontrolan secara manual. Lakukan operasi manual sampai alarm dapat di reset Change over strainer dan bersihkan manual. Check dan pastikan semua valve terhubung chamber tertutup Shutdown, dan lakukan perbaikan Injeksi bahan kimia anti foaming Shutdown dan perbaiki demister Shutdown, check kebocoran dan plug pipa yang bocor Check lakukan pemulihan Posisikan auto Lakukan shut down dan perbaiki control valve Buka sprai water sampai bisa di reset. Check flow effect 1st jika alarm/kurang dari 16 m/jam, check dan atur pembukaan valve sea water inlet effect 1st Shut down dan lakukan pembersihan dengan mechanical cleaning atau dengan chemical cleaning Shut down dan lakukan penggantian zink catodik yang baru. 10. ph air produk destilat rendah Unsur halogenida dan karbonat ikut terbawa pada uap Lakukan pemilihan material yang tahan seperti stailess atau PVC Injeksi basa 13

16 BAB II HYDROGEN PLANT 2.1 PENGENALAN HYDROGEN PLANT Hidrogen adalah gas tak berwarna, ringan dan dapat dipakai untuk pembuatan amonia, methanol, dan perhidrol. Hidrogen juga dapat dipakai sebagai bahan hidrogenerasi minyak nabati dan bahan bakar roket, tidak bersifat toksik (aspiksian biasa), tetapi dalam udara amat mudah terbakar atau meledak karena pengaruh panas. Pada unit PLTU, gas hydrogen diproduksi dalam hydrogen plant dan berfungsi sebagai pendingin generator. Penghirupan gas hydrogen pada manusia tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kecuali sesak napas karena terjadi kekurangan oksigen. Gas hydrogen berbahaya apabila kadar oksigennya tinggi (>18%) dalam ruang terbuka. Bahaya aspiksian rendah karena berat jenis hydrogen jauh lebih rendah daripada udara. Sifat dari gas hydrogen antara lain : 1) Amat mudah meledak karena panas, nyala api, atau panas akibat sinar matahari, demkian juga bila kontak dengan udara, oksigen, dan chlor. 2) Daerah mudah terbakar (LFL-UFL) = 4,1 74,2% 3) Titik bakar = 585 o C 4) Gas bertekanan tinggi atau termampatkan mudah terbakar aliran cepat dari nozel atau lubang akan menyala dengan sendirinya. Penjelasan singkat berikut merupakan hydrogen plant pada PT. PJB UP. Gresik. Hydrogen plant pada PT. PJB UP. Paiton dan yang lain tidak dibahas dalam buku ini. Hal ini dikarenakan hydrogen plant pada unit pembangkit yang lain mempunyai prinsip kerja yang hampir sama, yang membedakan adalah spesifikasi teknik seperti tekanan, temperatur, laju aliran, dan lain-lain. 2.2 PENGERTIAN HYDROGEN PLANT Berhasilnya suatu sistem operasi dari pembangkit sangat bergantung terhadap kinerja dari generator yang menghasilkan keluaran listrik yang sesuai. Generator merupakan mesin konversi energi yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik. Proses pengkonversian dari energi mekanis (gerak) menjadi energi listrik akan timbul panas akibat dari GGL induksi kumparankumparan dalam generator. Panas yang timbul harus dijaga pada suhu sekitar 50 o C hingga 75 o C. Panas yang berlebihan pada generator akan mengurangi efisiensi kinerja dari generator. 14

17 Selainmengurangi efisiensi kinerja generator, panas berlebih juga akan menyebabkan kerusakan pada generator seperti terbakarnya kumparan-kumparan pada stator. Ada tiga jenis pendingin generator yang biasa digunakan yakni udara, hidrogen, dan air. Pemilihan jenis pendingin yang digunakan didasarkan pada kapasitas generator. Udara digunakan sebagai pendingin generator kapasitas rendah yakni dibawah 100 MW, sedangkan hidrogen digunakan sebagai pendingin generator kapasitas menengah yakni daya antara 100 MW hingga 700 MW. Air digunakan sebagai pendingin hidrogen dengan kapasitas tinggi yakni diatas 700 MW. Tabel 2.1. Properties dari Beberapa Jenis Pendingin (Coolants) Gas hidrogen digunakan sebagai pendingin generator dikarenakan memiliki beberapa keuntungan antara lain : 1) Dibutuhkan daya kecil untuk mengalirkan hidrogen karena memiliki density yang rendah 2) Memiliki koefisien heat transfer yang baik sehingga kumparan dapat dibebani lebih besar 3) Umur mesin bertambah lama 4) Kebisingan generator berkurang. 2.3 PROSES HYDROGEN PLANT Dasar dari sistem hidrogen plant melibatkan dua peralatan utama yakni hydrogen generator dan power supply. Hidrogen generator terdiri dari peralatan mekanikal dan sistem perpipaan pendukung proses elektrolisis. Sistem kontrol dan instrument terletak didekat generator. Panel 15

18 kontrol menunjukkan kondisi proses dan data informasi untuk efisiensi dari sistem operasi. Power supply terdiri dari peralatan-peralatan untuk mengubah input power AC menjadi power DC pada proses elektrolisis. Power supply pada pemasangannya terpisah dari hydrogen generator. Gambar 2.1. Module Elektrolisis pada Hidrogen Plant Proses pada hidrogen plant memerlukan air demineralisasi sebagai bahan baku, nitrogen sebagai pembersih awal, dan air pendingin untuk membuang panas akibat proses elektrolisis. Dengan inputan awal, sistem akan menghasilkan hidrogen pada 100 PSIG (7.0 kg/cm 2 ). Pada proses elektrolisis akan dihasilkan dua produk yakni hidrogen (H 2 ) dan oksigen (O 2 ). Oksigen yang dihasilkan dibuang ke udara, oksigen yang dihasilkan rata-rata 1,5 kali dari hidrogen yang dihasilkan. Generator pada sistem hidrogen yang lengkap harus memiliki supplying feedwater, nitrogen, cooling water, electrical power input, dan sistem perpipaan untuk mendistribusikan gas hidrogen dan memisahkan antara hidrogen dan oksigen ke udara. Terdapat perbedaan sistem hidrogen plant pada PLTU dan PLTGU. Pada PLTGU memiliki sistem plant yang lebih rumit daripada hidrogen plant pada PLTU. Hidrogen plant pada PLTGU dilengkapi sistem kompressor, gas holder, dan lain-lain. Tekanan gas hidrogen pada PLTGU jauh lebih besar daripada tekanan gas hidrogen pada PLTU. Tekanan gas hidrogen pada PLTGU 26 kg/cm 2. 16

19 Gambar 2.2. Blok Diagram Hydrogen Plant pada PLTGU Proses pada hidrogen plant diawali dengan elektrolisis air murni pada elektrolizer. Proses elektrolisa pada air murni memiliki efesiensi yang sangat rendah, hal ini dikarenakan air memiliki konstanta ionisasi yang rendah. Untuk meningkatkan efisiensi dari elektrolisa ditambahkan KOH dalam air. KOH digunakan sebagai katalis yang mempercepat proses elektrolisa. Hasil dari proses elektrolisa akan dihasilkan gas hidrogen (H 2 ) dan gas oksigen (O 2 ). Gas hidrogen yang dihasilkan dari elektrolisis akan dipisahkan dari titik air oleh mist separator. Setelah dipisahkan dari titik air, gas hidrogen akan disimpan pada gas holder. KOH reservoir Electrolysis module Gambar 2.3. Proses pada Modul Elektrolis Hidrogen Plant 17

20 Hidrogen plant didesain untuk bekerja secara otomatis. Ketika kondisi operasi awal dilakukan dengan sistem pada tekanan rendah, secara otomatis sistem akan melakukan proses start up secara bertahap hingga tekanan siap untuk menyalurkan gas. Produksi gas rata-rata tergantung dari kebutuhan sistem hingga mencapai kapasitas produksi maksimum dari generator. Apabila penyaluran gas hidrogen tidak diperlukan, sistem akan kembali ke tekanan pada saat kondisi stand by dimana gas telah siap untuk disalurkan. Semua parameter penting harus dipantau secara terus menerus. Sebagai contoh ketika kondisi operasi menyimpang dari batas yang telah ditentukan, sistem akan shutdown secara otomatis. Jika sistem hydrogent plant dalam keadaan mati, sistem akan kembali pada tekanan awal dimana sistem start up. Hydrogen plant telah didesain untuk bekerja pada kondisi aman dan reliable. Meskipun preventive maintenance juga sangat penting dilakukan untuk menjaga reliability sistem. Ketika terjadi masalah pada sistem hidrogen, sistem kontrol akan memberitahukan penyebab dan letak bagian yang mengakibatkan sistem hydrogen plant mengalami shutdown. ELECTROLYTE Elektrolisis pada air murni sangat tidak efisien, hal ini disebabkan konstanta ionisasi sangat rendah dan hambatan elektrik relatif besar. Elektrolisis dari alkaline water menggunakan aqueous alkaline kuat untuk mendapatkan ion (OH - ) dan meminimalkan hambatan elektrik antar electrode. Ketika tegangan diberikan dan arus DC mengalir antara dua elektrode, terjadi reaksi electrochemical pada kedua elektrode. Reaksi kimia pada anode 4OH - O 2 + 2H 2 O + 4E - Reaksi kimia pada katode 4H 2 O + 4E - 2H 2 + 4OH - Reaksi keseluruhan 2H 2 O 2H 2 + O 2 Laju reaksi rata-rata berbanding lurus dengan pertambahan arus yang mengalir diantara dua elektrode. Untuk memudahkan terjadinya reaksi kimia antara dua electrode digunakan KOH, dimana 25 persen beratnya adalah potassium hydroxide. Specific gravity adalah 1,236 pada suhu 20 o C. Electrolysis module Peralatan utama dari generator hidrogen adalah modul elektrolisis. Modul elektrolisis merupakan tempat terjadinya proses pemisahan H 2 O menjadi komponen penyusunnya. Modul 18

21 elektrolisis terlihat sederhana pada bagian luar tetapi proses yang terjadi didalamnya sangat komplek. Penyusunan modul membutuhkan toleransi yang sangat kecil dan membutuhkan peralatan khusus untuk perakitan maupun pembongkaran. Modul elektrolisis tersusun dari electrolysis cells dimana hidrogen dan oksigen diproduksi pada permukaan elektrode yang terpisah. Setiap elektrolisis cell terdiri dari sebuah elektrode hidrogen dan flow screen, sebuah membran, dan sebuah elektrode oksigen dan flowscreen oksigen. Elektrode setiap cell dipisahkan oleh sebuah porous matrix material saturated. Ketika matrix material dalam keadaan basah akan menghasilkan membran penahan yang mencegah timbulnya gas dari recombining. Cell tipis didalam modul dihubungkan dihubungkan dengan tegangan listrik menggunakan plat bipolar. Semua cell dirapatkan diantara dua plat besar dengan menggunakan 16 tie rods sebagai pemisah. Subsistem Elektrolit Elektrolit bersirkulasi secara kontinyu dalam sistem loop perpipaan. Perputaran siklus meliputi reservoir, filter, circulating pump, heat exchanger, flow switch, temperatur sensor, dan modul. Sirkulasi dari elektrolit memungkinkan untuk menyuplai air secara terus menerus ke tiap cell dalam modul elektrolisis sementara air menghilangkan panas dari proses. Oksigen yang diproduksi ditiap cell dibawa oleh elektrolit dan dipisahkan di reservoir. Elektrolit didinginkan didalam heat exchanger dan padatan yang terbawa dihilangkan dalam filter. Flow switch dan sensor temperatur digunakan untuk memonitor laju aliran elektrolit beserta temperaturnya. Sistem akan mati ketika laju aliran elektrolit rendah maupun temperatur elektrolit tinggi. Pompa KOH Elektrolit dapat bersirkulasi karena dipompa oleh pompa sentrifugal yang dikopling secara elektromagnet. Pompa centrifugal digunakan karena dapat digunakan untuk operasi secara kontinyu dan dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan kopling magnetik antara motor pompa dengan impeler pompa dapat menghindarkan dari kebocoran ketika beroperasi dengan menghilangkan rotating seals pada poros pompa. Seluruh komponen dari pompa terbuat dari stainless steel kecuali permukaan bantalan. Bantalan dari impeller terpbuat dari campuran carbon dengan thermoplastic yang berputar pada poros keramik. Diperlukan inspeksi secara berkala pada permukaan bantalan dalam melakukan preventive maintenance. Laju aliran 19

22 nominal dari KOH antara 8 hingga 11 GPM tergantung dari ukuran modul elektrolisis dan kondisi dari filter elektrolit. KOH Reservoir Reservoir merupakan tempat penyimpanan KOH berupa stainless steel pressure vessel. Tiga buah clamp pada bagian atas dan bawah menyediakan tempat untuk level sensor dan filter dalam reservoir. Reservoir terletak diatas dari pompa KOH mensuplai kebutuhan pada waktu start up pompa dan operasi. Oksigen dan elektrolit yang kembali dari modul elektrolisis dipisahkan pada KOH reservoir. Make up feedwater pada sistem ditambahkan pada bagian KOH reservoir. Heat exchanger Heat exchanger yang digunakan bertipe sheel and tube dan terbuat dari stainless steel. Elektrolit melewati bagian shell dan pendingin air berada pada sisi pipa. Pengaturan besar perpindahan panas diatur dengan pengaturan besar laju aliran pendingin yang divariasikan. Laju aliran air divariasikan berdasarkan temperature regulating valve (BV1). KOH Filter Filter elektrolit berada pada bagian bawah dari KOH reservoir. Filter tersusun dari catridge stainless steel. Catridge dapat menghilangkan partikel pengotor hingga 150 mikron. KOH filter menjaga elektrolit subsistem dari kotoran-kotoran yang dapat mengurangi produktifitas sistem. Diperlukan pembersihan atau penggantian KOH filter secara berkala sebagai bagian dari perawatan sistem. Matrix Barrier Pada bagian bawah hydrogen condensat trap terdapat matrix barrier. Matrix barrier mengijinkan condensate dari hydrogen trap kembali ke elektrolit reservoir dan mencegah aliran hydrogen kembali ke reservoir. DC Power supply Power supply terletak terpisah dari generator hydrogen. Power supply mengeluarkan power DC dengan arus hingga 300 ampere DC. AC to DC converter mengeluarkan sebuah gelombang penuh, dengan full control bridge rectifier. Sebuah constant current regulator 20

23 digunakan untuk menjaga arus keluaran DC dan kurang lebih 1 persen arus rata-rata. Sebuah voltmeter dan amperemeter diletakkan pada panel depan untuk menunjukkan tegangan dan arus DC yang bekerja pada modul elektrolisis. Pada power supply juga terdapat beberapa komponen pendukung seperti transformer yang mensuplai 115 AC untuk daya control generator dan power pompa. Gambar 2.4. Power supply DC pada hydrogen plant 2.4 SISTEM OPERASI PADA HYDROGEN PLANT Sistem operasi berikut ini hanyalah contoh operasi pada pembangkit listrik di Muara Tawar. Tidak semua pembangkit listrik menggunakan sistem operasi seperti berikut ini. Sistem operasi pembangkit tergantung dari produsen dan jenis teknologi yang digunakan. Hanya saja alur sistem operasinya hampir sama apabila jenis teknologi yang digunakan sama. Untuk proses operasi lebih lengkap, dapat dibaca pada buku petunjuk operasional (SOP) pembangkit yang dapat dibaca di perpustakaan masing-masing pembangkit listrik Deskripsi Operasi Operasi start up dan kondisi normal pada hydrogen plant dikontrol secara otomatis. Proses start, reset, ataupun pressure release dapat dijalankan dengan penekanan pada touch screen display dan merupakan satu-satunya manual input yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem. Semua kondisi operasi dipantau secara kontinyu untuk menghindari terjadinya kondisi shutdown ketika ada parameter yang melewati batasan kondisi normal. Ketika terjadi kondisi shutdown selama kondisi 21

24 start ataupun mode run, masalah yang timbul harus diperiksa dan diperbaiki sebelum melakukan restart pada sistem. Panduan troubleshooting setiap kondisi shutdown terdapat pada layer touchscreen. Gambar 2.5. Piping and Instrument Diagram pada Hydrogen Plant Piping and Instrument Diagram (P&ID) diatas menunjukkan kondisi proses dan piping yang ada dilapangan. Dari diagram diatas menunjukkan laju aliran dari feedwater, pendingin, oksigen, dan hydrogen. Feedwater yang berupa air demineralisasi (produk dari water treatment plant) dipompa oleh feedwater pump menuju KOH reservoir. Didalam KOH reservoir, feedwater dicampur dengan KOH untuk mempercepat proses elektrolisis dari air murni. Hal ini dikarenakan konduktifitas dari air murni sangat rendah sehingga diperlukan katalis tambahan berupa KOH. Feedwater yang telah ditambahkan KOH dipompa oleh KOH pump menuju elektrolisis modul dengan dilewatkan pada heat exchanger terlebih dahulu. Didalam elektrolisis modul, feedwater yang bersusunan kimia H 2 O dielektrolisa menjadi hydrogen (H 2 ) dan oksigen (O 2 ). Oksigen yang dihasilkan berwujud gas dan dialirkan kembali ke KOH reservoir. Dari KOH reservoir, oksigen dialirkan pada oksigen condenser untuk menjadikan menjadi cair dan dikeluarkan melalui oksigen vent. 22

25 Flow aliran dari hydrogen yang dihasilkan oleh elektrolisis module didinginkan oleh hydrogen condenser untuk kemudian ditransportasikan hydrogen tank. Apabila gas hydrogen dalam keadan basah, maka gas hydrogen harus dikeringkan dahulu pada dryer dan difilter. Gas hydrogen yang telah dikeringkan dan difilter dialirkan ke tabung-tabung penyimpan hydrogen. Gambar 2.6. Hidrogen Tank Hidrogen disimpan dalam tabung-tabung khusus agar tidak mudah terbakar. Hidrogen merupakan gas yang mudah terbakar. Hidrogen dialirkan ke generator untuk mendinginkan generator. Gambar 2.7. Generator Listrik 23

26 2.4.2 Initial Start up Untuk menjamin keamanann operasi selama kondisi start up dari generator, beberapa prosedur dasar harus dilengkapi. Prosedur dasar ini memastikan bahwa penyebab kondisi shutdown telah dilakukan perbaikan selama shutdown. Prosedur yang harus dilengkapi sebelum initial startup adalah sebagai berikut 1) System pressure test 2) External module inspection 3) Module retorque 4) Electrolyte fill or check 5) Feedwater pump priming Gambar 2.8. Inputan pada Generator Hydrogen Plant 24

27 2.4.3 Start Mode Mode start mengijinkan sistem membentuk tekanan internal yang dibutuhkan untuk menyalurkan hydrogen pada tekanan tersebut. Mode start terdiri dari periode prepresurization untuk memaksa elektrolit mengumpulkan setengah dari hydrogen cell kembali ke sisi oksigen. Sistem melakukan prepressurization hanya terjadi ketika mulai dari kondisi tekanan nol atau mendekati nol. Jika sistem mulai bekerja pada pressurized condition maka prepressurization tidak dilakukan Sumber daya listrik dan feedwater harus tersedia dalam sistem untuk mengoperasikannya. Main circuit breaker dari power supply harus dihubungkan agar sistem menerima daya elektrik dan programmable controller harus dalam kondisi run mode. Memutar sakelar pada posisi ON pada power supply untuk mengaktifkan control circuit pada kedua hydrogen generator dan power supply. Tekan Alarm Reset hingga kondisi ON hingga muncul tulisan Generator Ready screen. Tekan start/reset dan sistem akan mulai beroperasi. Sistem akan beroperasi setelah 30 detik nitrogen membersihkan sistem perpipaan oksigen dalam generator. Dalam pembersihan generator, tekanan pada sisi hydrogen akan meningkat dan tekanan pada sisi oksigen harus dijaga antara 3 hingga 10 psi. Ketika tekanan pada hydrogen mencapai 20 psig (1,4 Kg/cm2) prepresurization akan mulai selama 15 menit. Setelah prepressurization, diberikan arus listrik DC ke modul elektrolisis diindikasikan dengan pergerakan jarum pada voltmeter dan amperemeter, selain itu juga diindikasikan dengan tampilan di screen displat Generator operating. Tekanan hydrogen dan oksigen akan naik hingga nominal system pressure tercapai. Nominal system pressure yang di set adalah 100 psig (7.0 kg/cm 2 ) Run Mode Generator telah diprogram untuk mengontrol proses produksi dari elektrolisis serta hubungannya dengan temperature dan tekanan. Produksi maksimum dari generator hydrogen dibatasi dengan electrolyte temperature control. Pembatasan ini berbanding lurus dengan perbedaan temperature masuk modul elektrolisis dan minimum elektrolit temperature control. Produksi ratarata elektrolisis bervariasi hingga konstan dan menjaga tekanan nominal system hydrogen. Pada produksi hydrogen, permintaan produksi dapat divariasikan dari 17% hingga 100% dari kapasitas maksimum generator hydrogen. Pada permintaan produksi hydrogen kurang dari 17%, generator hydrogen akan menyesuaikan permintaan produksi dengan menghidup atau mematikan secara berulang pada kapasitas produksi 17% untuk menjaga tekanan system. Pada produksi diatas 100%, 25

28 generator akan menghasilkan produksi maksimum dan tekanan system diijinkan untuk turun ke set point dari back pressure regulator (BPR2) Standby Mode Apabila internal pressure dari system mulai meningkat dikarenakan tidak ada permintaan gas, gas generation akan berhenti ketika temperature generator hydrogen mencapai 115 psig (8.1 Kg/cm 2 ). LES 6 pada slot 2 controller akan menyala. Sistem akan berada pada kondisi stand by dan pada touch screen display akan muncul tulisan Generator Standby serta tekanan dari hydrogen dan oksigen. Ketika internal pressure dari system turun hingga nominal system pressure, generator akan mulai beroperasi kembali Normal Operasi Selama operasi, amperemeter pada power supply harus menunjukkan arus modul antara 50 hingga 280 ampere tergantung dari permintaan gas. Voltmeter pada modul harus menunjukkan range berikut ini. Table 2.2. Arus yang Bekerja pada Beberapa Ukuran Modul Module Voltage at 250 amps Module size Voltage Range HM HM HM HM HM Ketika system beroperasi, temperature KOH keluar dari heat exchanger (TC1) harus dijaga pada temperature KOH yang diizinkan. Temperatur KOH yang diizinkan antara 60 o C hingga 65 o C. Feedwater system akan menambahkan air selama operasi normal. Feedwater ditambahkan secara periodic kedalam reservoir ketika dibutuhkan dan diindikasikan dengan menyalanya slot 1 input LED 3 dan slot 2 output LED 1 dan 3. Penambahan feedwater diindikasikan dengan representasi pengisian selama 30 detik pada layar touch screen. Frekuensi penambahan feedwater tergantung konsumsi dari generator hydrogen. 26

29 Gambar 2.9. Control panel hydrogen plant pada CCR Temperatur hidrogen (H 2 ) dan oksigen (O 2 ) yang timbul harus kurang dari 20 o C ketika generator hydrogen beroperasi dan menyalurkan gas. Kenaikan temperature dapat terjadi secara significant ketika system dalam keadaan standby. Sensor hydrogen dan oksigen memerlukan flow minimal 100 cc/min untuk mengetahui temperature gas Shutdown Parameter operasi kritis dari generator hydrogen harus selalu dipantau dan dijaga pada kondisi operasi yang aman dan reliable. Ada 17 kondisi yang dapat menyebabkan system shutdown ketika sedang beroperasi. Ketika system mengalami shutdown, inspeksi dan perbaiki penyebab shutdown system sebelum melakukan start up. Berikut ini merupakan penyebab system shutdown. Tabel 3. Penyebab System Shutdown pada Hydrogen Plant SYSTEM SHUTDOWN Shutdown Condition Alarm Input Set Point High KOH temperature TC2 85 o C High KOH level LS2 Low KOH level LS1 90 sec Low KOH flow FS1 10 lpm 27

30 High H 2 pressure PT1 120 psig Low H 2 pressure PT1 49 psig High O 2 pressure PT2 115 psig Low O 2 pressure PT2 39 psig Low delta pressure PT1 PT2 3 psig Low prepressure PT1 5 psig High H 2 in O 2 TC3 TC4 200 o C Power supply alarm Low feedwater resistance FQM 200k ohms-cm External alarm Loss of power PLC High ambient temperature TC4 50 o C Low ambient temperature TC4 5 o C 2.5 PERAWATAN PADA HYDROGEN PLANT Prosedur perawatan serta kalibrasi yang terjadwal dan teratur diperlukan untuk memastikan bahwa system beroperasi secara aman dan reliable. Pada sub-bab ini akan dibahas secara ringkas perawatan-perawatan kecil yang dilakukan pada hydrogen plant. Regular Maintenance Schedule Interval Maintenance or Calibration Procedure 3 months Electrolyte check 6 months Electrolyte change External module inspection Internal module inspection Feedwater filter replacement Cooling water strainer maintenance 12 months Module retorque KOH filter replacement Matrix barrier replacement KOH pump inspection 28

31 Differntial pressure regulator maintenance Check and relief valve maintenance H 2 in O 2 filter tank maintenance KOH flow switch check Dryer orifice maintenance Dryer gas filter replacement Ada empat cara pencegahan secara umum yang harus dilakukan sebelum menjalankan hydrogen plant. 1) Selalu matikan sumber listik pada posisi off pada facility breaker. Power supply circuit breake dari converter AC ke DC dalam kondisi on line ketika system dalam posisi off pada power supply contactor control switch. Bagian listrik yang rusak dapat memungkinkan daya DC ke generator gas ketika unit sedang dimatikan. 2) Biarkan system mendingin sampai suhu kamar. Subsistem elektrolit beroperasi pada peningkatan suhu yang dapat menyebabkan system terbakar. 3) Pastikan bahwa tekanan pada system hydrogen dan oksigen pada tekanan nol. Kegagalan operasi dapat disebabkan adanya gas yang terperangkap dalam system. 4) Tindakan pencegahan keamanan yang memadai harus diamati ketika menangani KOH. Solusinya adalah dengan selalu waspada terhadap bahaya KOH yakni iritasi parah terhadap kulit dan mata. 29

32 BAB III CHLORINATION PLANT 3.1. PENGENALAN CHLORINATION PLANT Chlorine merupakan suatu gas yang digunakan atau diinjeksikan dalam sistem air pendingin pada pembangkit listrik. Penginjeksian chlorine bertujuan untuk melemahkan atau mencegah biotabiota laut agar tidak berkembang biak didalam sistem air pendingin. Metode pencampuran gas chlorine ke dalam air (sistem air pendingin) dengan cara diinjeksikan disebut chlorinasi. Gambar 3.1. Pemantauan Konsentrasi Chlorine Chlorine digunakan dalam bentuk natrium hypochloride (NaOCl). NaOCl dihasilkan dari metode elektrolisis (air laut direaksikan dengan arus listrik DC). Chloropac merupakan unit pembangkit sodium hypochloride (NaOCl). Sodium hypochloride didapat dari air laut yang direaksikan dengan arus listrik DC (elektrolit). Reaksi yang terjadi ketika air laut direaksikan dengan arus listrik DC adalah NaCL + H 2 O NaOCl + H 2 30

33 PLTGU Gresik memiliki 3 unit chlorination plant yang digunakan untuk melayani 3 blok PLTGU. Dari tiga unit chlorination plant, dua unit beroperasi dan satu unit dalam kondisi standby. Kapasitas setiap unit dari chlorination plant adalah 112 Kg/HR CL/generator cell. Air laut yang dipompa oleh circulating water pump di saring dengan menggunakan strainer. Setelah disaring dengan menggunakan strainer, air laut masuk kedalam modul generating cell. Didalam Modul generating cell, air laut di elektrolisa dengan menggunakan arus DC. Hasil proses elektrolisa dengan menggunakan modul generating cell adalah sodium hypochlorite (NaOCl)) dan gas H 2. Gas H 2 disimpan dalam degas tank sedangkan sodium hypochlorite disimpan dalam sodium hypochlorite tank. Gambar 3.2. Chlorine Generator Cell Gas hydrogen (H 2 ) merupakan gas yang sangat mudah terbakar pada udara bebas. Sehingga diperlukan tempat penyimpannan khusus yakni dengan menggunakan degas tank. Penjelasan singkat berikut merupakan chlorination plant pada PT. PJB UP. Gresik. Chlorination plant pada PT. PJB UP. Paiton dan yang lain tidak dibahas dalam buku ini. Hal ini dikarenakan Chlorination plant pada unit pembangkit yang lain mempunyai prinsip kerja yang hampir sama, yang membedakan adalah spesifikasi teknik seperti tekanan, temperatur, laju aliran, dan lain-lain Proses Chlorination Plant Proses pada chlorination plant didasarkan pada elektrolisis dari aliran terukur air laut, dimana air laut mengalir sepanjang generator module dari sistem. Prinsip dari inputan air laut adalah air laut masuk searah. Generating module beroperasi dalam laju aliran air laut yang konstan. 31

34 Ketika dilewati arus listrik secara langsung cairan sodium chloride (NaCl) dimana tersusun dari unsur Na + dan Cl - terjadi reaksi sebagai berikut Free chlorine dihasilkan pada anoda Cl - + 2e - Cl 2 Hydrogen dihasilkan pada katoda 2H 2 O + 2e 2OH - + H 2 Ion OH - mengalir dari daerah katoda dan bereaksi dengan Na + dan Cl 2 pada daerah anoda dan menghasilkan sodium hypochloride NaClO. Reaksi keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut 2NaOH + Cl 2 2NaClO + H 2 Produk dari elektrokimia dan reaksi kimia yang terjadi pada electroglyzer adalah sodium hypochlorite dan gas hidrogen. Laju hasil sodium hypochlorite memiliki hubungan yang linear dengan arus DC yang diberikan oleh rectifier kedalam electrolyzer module dan kadar garam dalam air laut. Gambar 3.3. Siklus pada chlorination plant Reaksi lain, baik kimia maupun elektrokimia berperan dalam reaksi dasar seperti dekomposisi dari hypochlorite menjadi chloride, anodic oxidation dari hypochlorite menjadi chlorate, reduksi katodik dari hypochlorite menjadi chloride dan evolusi anodic pada oksigen. Lebih 32

35 lanjut, beberapa kation yang terdapat pada air laut (seperti calcium, magnesium, dan mineral lain) dari hydroxides dan endapan carbonates yang terbawa aliran air laut dalam electrolyzer. Reaksi lain ini mengurangi efesiensi dari arus listrik, seperti jumlah energi listrik aktual yang dibutuhkan untuk menghasilkan hypochloride lebih besar daripada kebutuhan teoritis dengan pendekatan 10%. Aliran dari larutan air ditentukan dari level tangki. Ketika level tangki tinggi maka laju aliran air akan dihentikan. Ketika level tangki low maka akan dilakukan pengisian ulang pada tangki. Laju aliran air diatur dengan menggunakan katup yang dikendalikan dengan solenoid. Suplai air dipantau dengan menggunakan flow meter Prewater Treatment Plant Air laut yang masuk kedalam sistem PLTU memiliki kandungan pengotor sebesar 3665 ppm, lamella clarifier diletakkan sebelum sea water booster pump dengan tujuan untuk mengurangi pengotor hingga dibawah 100 ppm. Dalam prewatertreatment plant, air laut melewati beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain tahap penyaringan pada inlet sea water (jala-jala), debris filter, dll. Selain mengalami beberapa penyaringan air laut juga melewati beberapa pengendapan yakni pengendapan pada settling basin dan filter basin. Air laut yang telah melewati penyaringan dan pengendapan disimpan dalam sea water reservoir Seawater Strainers Seawater strainers digunakan untuk menghilangkan partikel solid dengan ukuran lebih besar dari 0,5 mm. Terdapat dua buah strainer dalam setiap chlorination plant, satu stainer beroperasi dan yang lain dalam kondisi standby dan dilengkapi dengan sistem backwash. Operasi dari sistem backwash sea water strainers dikontrol dengan menggunakan sebuah differential pressure transmitter dan atau timer. Dalam pembacaan oleh differential pressure sepanjang sea water strainer, atau setelah beberapa interval tertentu, backwashing secara otomatis akan bekerja. Tahapan ini dimulai dengan scrapper yang digerakkan oleh motor membersihkan filter dan mengeluarkan kotoroan secara otomatis ke drain, kotoran-kotoran yang ada dikumpulkan dalam screen. Prinsip kerja seperti operasi tersebut berada pada tekanan lebih rendah didalam screen untuk dibackwashing ke tekanan yang lebih rendah dan menyebabkan jatuhnya kotorankotoran diluar screen. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam screen dan membersihkan kotoran pada screen. 33

36 Sistem backwash terdiri atas poros yang digerakkan oleh motor listrik melalui reducer dan diletakkan pada sumbu vertical strainer dan berada dari atas hingga bawah strainer. Gambar Sea water strainers Seaclor System Sub sistem seaclor mempunyai peran utama pada generating sodium hypochlorite. Pembangkitan chlorine dari air laut berupa larutan hypochlorite solution yang dihasilkan 2 x 100% sistem seaclor. Laju aliran air laut yang mengalir masuk kedalam hypochlorite generator diatur oleh flow indicator control valve tipe manual diaphragm. Dalam kasus laju aliran air laut pada kondisi low flow level, masukan arus DC ke generator chlorine akan terputus (cut off) secara otomatis. Setiap seaclor generator, dilengkapi tiga elektrolyzer. Electrolyzer berbentuk solid shell dari fiberglass reinforce plastic yang tahan terhadap tegangan, korosi, dan diisolasi listrik. Elektrodeelektrode dari electrolyzer didesain secara bipolar yang berarti anoda dihubungkan langsung ke katode. Perakitan penghubung elektrik katode ditempatkan pada flange dari badan electrolyzer. Tiga electrolyzer tiap perakitan dirangkai secara seri. Air laut mengalir dari electrolyzer pertama, kemudian ke electrolyzer kedua, dan terakhir ke electrolyzer ke tiga sebelum masuk kedalam sodium hypochlorite storage. Temperature transmitter ditempatkan pada outet setiap aliran seperti misalnya jika temperatur outlet dari sodium hypochlorite mencapai level yang telah ditentukan, maka arus DC yang mengalir ke generating module akan terputus secara otomatis. Selama operasi normal yang 34

37 kontinyu, satu dari seaclor beroperasi. Jika terjadi permintaan secara mendadak oleh operator maka seaclor sistem yang kedua akan bekerja juga bersamaan dengan booster dan dosing pump Hydrogen Degassing & Dilution Air laut mengandung produk hasil dari elektrolisis seperti sodium hypochloride dan gas hydrogen yang dialirkan dari generating module ke hypochlorite storage/ degassing tank. Gas hydrogen terpisah dari fase liquid pada bagian atas dari tangki. Fiberglass Reinforce Plastic (FRP) diletakkan di bagian atas dari tangki untuk mencegah adanya object lain jatuh kedalam tangki dan menyumbat outlet tangki. Spray air dipasang untuk mencegah terbentuknya busa. Gambar 3.5. Degassing tank Electrolyzer Cleaning System Setelah beroperasi dalam jangka waktu yang lama, beberapa deposit tersusun dari hydroxides dan carbonates yang dapat menyebabkan seawater hardness, dan dapat terjadi didalam electrolyzer khususnya pada bagian katoda. Deposit ini harus dihilangkan dalam jangka waktu tertentu dengan melarutkan dalam larutan hydrochloric acid yang bersirkulasi dalam elektrolyzer dari generating module. Siklus pembersihan untuk generating module dilakukan setelah mematikan arus listrik dan membuang air laut dalam electrolyzer pada drain. Proses siklus acid cleaning berjalan secara otomatis. Pada bagian akhir dari siklus pembersihan, acid solution dikembalikan kedalam tangki. Sebelum melakukan penyalaan sistem kembali, generating module harus diflushing dengan air laut selama beberapa menit. Acid solution memiliki konsentrasi 5% HCl dan dapat digunakan dalam beberapa kali proses 35

38 pembersihan hingga konsentrasi HCl turun menjadi 2,5% hingga 3%. Oleh sebab itu konsumsi hydrochloric acid sangat sedikit dan tidak significant dalam biaya operasi dari pembangkit DC Supply System Sistem ini mempunyai fungsi menyuplai arus DC untuk proses elektrolisis dalam pembuatan sodium hypochloride. Komponen utama dalam DC supply system terdiri dari transformer, silicon controlled rectifier unit dan AC & DC conductor Transformer Transformer disesuaikan dengan manual taps yang harus dipilih untuk beroperasi pada kemungkinan terbaik dari factor power yang berhubungan pada : a. Steady state primary supply voltage level b. Actual keluaran voltase DC Gambar 3.6. Transformator pada chlorination plant (chloropac) DC current control Rectivier menyediakan automatic electronic control yang menstabilkan nilai arus DC dengan akurasi +/-1% dari arus penuh. Regulator membandingkan sinyal ini dengan sinyal referensi yang dapat diatur pada range 20% hingga 100% dari arus penuh. 36

39 3.2. SISTEM OPERASI CHLORINATION PLANT Sistem operasi berikut ini hanyalah contoh operasi pada pembangkit listrik di Muara Tawar. Tidak semua pembangkit listrik menggunakan sistem operasi seperti berikut ini. Sistem operasi pembangkit tergantung dari produsen dan jenis teknologi yang digunakan. Hanya saja alur sistem operasinya hampir sama apabila jenis teknologi yang digunakan sama. Untuk proses operasi lebih lengkap, dapat dibaca pada buku petunjuk operasional (SOP) pembangkit yang dapat dibaca di perpustakaan masing-masing pembangkit listrik Filling of The System Buka semua katup venting dari jalur air laut, seawater strainer, dan jalur utama seawater generators. Buka semua katup isolasi utama. Buka inlet air laut hingga 50%. Penuhi dengan pelan-pelan lamella clarifier dan tangki penampungan air laut. Setelah level tangki mencukupi, start up satu dari booster pumps dan tutup secara manual katup discharge. Buka secara perlahan katup discharge dan penuhi sistem hingga hypochlorite storage tank. Setelah level tangki mencukupi, start up satu dari doosing pumps dan tutup secara manual katup discharge. Buka secara pelan katup discharge secara manual dan penuhi outlet dari jalur dosing. Buka storage level control hingga 50%. Tutup semua katup venting secara bersamaan dan pipa-pipa telah dibersihkan Start up Start up sistem polyelectrolyte dosing. Buka katup kontrol inlet air laut hingga 50% dan pilih ke kontrol otomatis. Nyalakan satu seawater booster pump. Buka katup kontrol tekanan dari generator hingga 50%. Biarkan air laut mengalir dari generator kedalam tangki. Atur laju aliran ke generator ke 30m3/h. Ketika tangki degassing hydrogen terisi sekitar 40%, nyalakan satu dosing pump. Buka katup pengatur level hingga 50% dan pilih ke kontrol otomatis. 37

40 Set dan atur laju aliran ke cooling water intake chambers dengan katup kontrol aliran tipe manual diafragma. Dengan kondisi aliran yang stabil, nyalakan transformer/rectifier dan tingkatkan arus DC pada internal tertentu sesuai dengan beban yang dibutuhkan. Untuk start up second train ulangi langkah start up diatas Shutdown Kurangi arus listrik secara bertahap hingga arus 0 ampere. Biarkan air laut melakukan operasi pembersihan selama 5 menit. Pilih katup kontrol level pada manual operasi dan secara perlahan posisikan katup pada posisi tertutup. Matikan seawater booster pump. Pilih katup kontrol level ke kontrol manual dan posisikan ke kondisi tertutup. Matikan polyelectrolyte dosing system. Desain dari sistem Ambient condition Site : Muara Tawar combined cycle power plant Indonesia, West Java Elevation : Sea level Temperaturr (ambient) Maximum : 40 o C Humidity - Maximum : 100% Sea water temperature - Maximum : 32,5 o C - Minimum : 27 o C - Design : 30 o C Analysis - Total dissolved solid : Suspended mater : 3665 mg/l max Plant installation 38

41 Electrical panel such as Rectifier Local control panel MCC Seaclor hypochlorite generator Other equipment Area of classification : indoors, air-conditioned room : indoor, ventilated room : outdoor : non-hazardous area, unclassified Plant design Seawater flow rate to be chlorinated Total flow rate : m 3 /h 3.3. PERAWATAN CHLORINATION PLANT Berikut ini merupakan peralatan-peralatan dalam chlorination plant yang harus dilakukan inspeksi. Jika terdapat kerusakan atau peralatan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya segera perbaiki atau ganti. Day Every 3 days Every week Kebocoran (generator) X Tekanan input air laut pada generator (booster X pump discharge) Control panel indicator lights & alarm lights X (testing) Fungsi dari seluruh instrument X Flow indicators (bersihkan dan cek) X Aliran masuk ke generator X Module inlet FI-014 through 20T and/or fi-101a X through 120T Module low flow switch X Instrument gauge switch X Power supply air filters X Transformer pump suction pressure X Every 6 months 39

42 BAB IV WASTE WATER TREATMENT PLANT 4.1. PENGENALAN WASTE WATER TREATMENT PLANT Sejak beroperasinya PLTU unit I dan II (tahun 1981) PLN sector Gresik dengan kapasitas masing-masing 100 MW dan menggunakan bahan bakar residu maksimal 1000 Kl setiap hari, telah dilengkapi alat penetral limbah (neutralizing pit). Dengan kelengkapan peralatan tersebut praktis dampak lingkungan dari pengaruh polusi PLTU Unit I dan II tidak ada, baik terhadap masyarakat maupun ekosistem. Seiring dengan peningkatan pembangunan di Jawa Timur khususnya sector industri, meningkat pula permintaan akan tenaga listrik. Untuk memenuhi hal tersebut sejak tahun 1985 telah dibangun lagi 2 unit PLTU dengan kapasitas 2 x 200 MW dan pemakaian bahan bakar residu maksimal 2200 Kl per hari. Sejalan dengan keberadaan unit-unit tersebut, maka sejak tahun 1988 di PLTU Gresik telah dilengkapi satu unit pengolah air limbah (waste water treatment) dengan kapasitas m 3 /Th untuk keperluan pengolahan air limbah 4 unit PLTU. Peralatan tersebut penting sekali guna perlindungan lingkungan terhadap pencemaran air limbah sesuai dengan standart yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-02/MENKLH/I/1988, tanggal 19 Januari 1988, perihal Pedoman Penetapan Baku Lingkungan, sebagai berikut : o ph : 6-9 o SS/Suspended Solid : 100 ppm o COD/Chemical Oxigen Demand : 40 ppm o Fe/besi : 1 ppm 4.2. JENIS-JENIS LIMBAH PLTU DAN PLTGU Peralatan-peralatan di PLTU yang menghasilkan limbah adalah sebagai berikut 1) Desalination plant 2) Water treatment plant 3) Boiler floor 4) Turbine floor 5) Blow off mesin 6) Fuel oil pump room drain 40

43 7) Air preheater cleaning 8) Boiler chemical cleaning 9) Sanitasi Limbah Demineralizer Plant Limbah regenerasi dinetralkan dengan asam maupun basa sesuai keadaan PH saat itu. Untuk menetralisasi digunakan cara berikut ini. Injeksi asam dan basa beroperasi bergantian secara otomatis sesuai kondisi PH dari air limbah saat itu, signal yang dihasilkan oleh PH meter diterima oleh katub (selenoid velve) untuk membuka atau menutup katup, sehingga diperoleh PH yang sesuai dengan pengaturan (setting) batasan PH. Apabila PH telah memenuhi syarat batasan, maka katup pembuangan akan membuka dan air limbah dibuang kekanal pembuangan Limbah Desalination Plant Jumlah desalination blow down harus dipantau PH, suhu dan kandungan phosphatenya, karena harga-harga para meter tersebut tidak melebihi nilai ambang batas, setelah berada di perairan bebas Limbah Cair dari Internal Water Treatment Limbah boiler perlu diketahui PH, kandungan phosphate dan suhu, karena kadar phosphate dalm air buangan tidak boleh melebihi nilai ambang batas Limbah Pendingin Condensor Dalam air pendingin condensor diinjeksi larutan sodium hypochlorite untuk memusingkan jasad renik, sehingga tidak menempel pada dinding pipa pendingin kondensor. Kadar sisa chlorine yang terbuang ke laut bebas terus dipantau, sehingga diharapkan air pendingin sampai ke laut tidak mengandung gas chlorine dan air pendingin sudah kembali normal. Untuk menurunkan suhu dan kadar sisa chlorine, kanal air buangan dibuat panjang ± 2,5 km, berkelok-kelok air buangan dibuat panjang ± 2,5 km, berkelok-kelok Limbah Rumah Tangga ( Sewage Treatment), berasal dari WC dan Kamar Kecil. Limbah ini ditampung dalam bak penampungan kemudian dipompa ke bak penghancur dengan diberi udara yang berfungsi sebagai pengaduk dan menambah kadar oksigen dalam air, 41

44 sehingga bakteri anaerob dapat hidup dengan baik tanpa terjadi pembusukan atau pencemaran, sedang bakteri coli yang terdapat pada air buangan diinjeksi larutan sodium hyphochlorite yang berfungsi sebagi desinfektan Limbah dari Hidrogen Plant Setiap penggantian lautan elektrolit (KOH) perlu dilakukan netralisasi dengan asam sebelum dibuang ke saluran pembuangan Limbah Bahan Bakar Minyak dan Pelumas Limbah ini terbuang bersama-sama air melalui saluran air bawah tanah, ditampung dalam separator oil, minyak akan terpisah dari air, masuk ke dalam bak khusus, sedangkan air terus mengalir keluar ke kanal menuju laut. Minyak yang tertampung dalam bak khusus dipindahkan ke oil recovery pit kemudian dipompakan ke bunker. Minyak yang sudah terpisah dari air ini dapat digunakan sebagai bahan bakar PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH Limbah cair dari PLN yang berasal dari proses PLTU, PLTG, Desalination plant, dan water treatment plant sebelum dibuang terlebih dahulu diolah dengan sistem pengolah air limbah dengan tahapan proses peralatan sebagai berikut : Waste Water Storage Pond Semua air limbah ditampung pada Waste Water Storage Pond dan dilakukan proses agitasi dengan atomizing air untuk memperoleh kualitas air limbah yang merata serta memperbaiki Chemical Oxydation Demand (COD). Selanjutnya air limbah dialirkan ke ph control oxydation pit ph Control Oxydation Pit Pada peralatan ini air limbah mengalami proses Neutralizing secara otomatis dengan menambahkan NaOH atau HCl untuk memperoleh ph sesuai persyaratan 6,5 8,5. Selain itu ditambahkan pula coagulant FeCl 3.12H 2 O untuk mengabsorbsi suspended solid yang kemudian akan dibentuk menjadi gumpalan (Floc) pada proses selanjutnya di mixing pit Mixing Pit Air limbah ditambah lagi dengan coagulant aid hiset P713 untuk mengefektifkan pembentukan Flocs dari suspended solid dan partikel lain melalui proses mixing dengan sistem mechanical agitation. Selanjutnya air limbah yang mengandung floac dipompa ke 42

45 coagulant sedimentation tank. Namun apabila ph air limbah belum memenuhi standart, maka melalui valve secara otomatis air limbah akan dikembalikan ke waste water storage pond untuk diproses ulang Coagulant Sedimentation Tank Suspended solid berbentuk Floc dipisahkan dengan air limbah. Floc diendapkan ke dasar tank dan selanjutnya dialirkan ke Sludge Enrichment Tank. Sedangkan air limbah dari Coagulant Sedimentation Tank dialirkan ke Clear Water Pit Sludge Enrichment Tank Pada Sludge Enrichment Tank limbah lumpur diaduk pelan-pelan dengan scraper dan kemudian dipompa ke sludge storage pond sebagai tempat penampungan lumpur. Bila sludge storage pond sudah penuh, lumpur dibuang pada tempat yang telah ditentukan Clear Water Pit Clear Water Pit adalah sebagai penampungan air limbah yang sudah dipisahkan dengan lumpur, dan selanjutnya dipompa ke filter. Setelah keluar dari filter, air limbah yang sudah jernih dan tidak berbau akan diproses pada neutralizing pit dan purified waste water Neutralizing Pit Pada peralatan ini dilakukan control ph lagi dengan menambahkan HCl atau NaOH melalui control valve. Apabila ph belum memenuhi persyaratan maka air limbah akan dialirkan kembali ke waste water storage pond untuk diproses ulang. Air limbah yang sudah memenuhi syarat lingkungan hidup akan dikumpulkan pada purified waste water dan selanjutnya dibuang ke laut SISTEM OPERASI WASTE WATERTREATMENT PLANT Sistem operasi berikut ini hanyalah contoh operasi pada pembangkit listrik di Muara Tawar. Tidak semua pembangkit listrik menggunakan sistem operasi seperti berikut ini. Sistem operasi pembangkit tergantung dari produsen dan jenis teknologi yang digunakan. Hanya saja alur sistem operasinya hampir sama apabila jenis teknologi yang digunakan sama. Untuk proses operasi lebih lengkap, dapat dibaca pada buku petunjuk operasional (SOP) pembangkit yang dapat dibaca di perpustakaan masing-masing pembangkit listrik Deskripsi Sistem Pada waste water storage pond, air limbah (waste water) diaduk dengan menggunakan waste water storage pond blower melalui bagian bawah headers. Kemudian, air limbah dipompa 43

46 menuju unit neutralising pit. Didalam neutralising pit juga terdapat blower yang akan mencampur air limbah yang masuk dan akan dipompa ke dalam ph control and oxydation pit. Luapan air limbah dari sludge enrichment tank dan luapan dari sludge storage pond juga dikumpulkan dalam unit neutralising pond. Gambar 4.5. Alur Pengolahan pada Waste Water Treatment Plant Pada ph control and oxydation pit, baik hydrochloric acid maupun caustic soda ditambahkan untuk mengontrol ph kedalam batas maksimum sebagai coagulant dan proses sedimentasi. Blower dari waste water storage pond juga digunakan disini untuk memastikan terjadinya pencampuran kimia yang seragam dan mengoksidasi logam hydroxide yang terkandung dalam air limbah. Air limbah meluap kedalam mixing pit. Dengan penambahan coagulant dan coagulant aid, sejumlah Flocs (lumpur) terbentuk dan suspended solid terperangkap dalam Flocs. Pencampuran dalam ph control dan oxydation pit dilakukan oleh electric agitator. Setelah melalui ph control and oxydation pit, air limbah mengalir kedalam coagulant dan sedimentation tank karena adanya gaya grafitasi. Flocs dalam air limbah akan mengendap pada bagian dasar sementara air akan mengalir pada clear water pit. Sedimentasi dari Flocs dikumpulkan pada bagian dasar. Sebuah scrapper akan memindahkan lumpur ke tengah untuk mempermudah pembersihan. Pompa lumpur coagulant dan sedimentasi akan mentransfer sedimen ke dalam sludge enrichment tank. Didalam sludge enrichment tank, lumpur semakin lama akan menebal karena 44

BAB III PROSES DESALINATION PLANT DI PLTU MUARA KARANG

BAB III PROSES DESALINATION PLANT DI PLTU MUARA KARANG BAB III PROSES DESALINATION PLANT DI PLTU MUARA KARANG Gambar 3.1 Desalination Plant Sumber : Foto Album lukman 1.1 Peralatan-Peralatan Desalination Plant 3.1.1 Dolpin Screen Dolpin screen merupakan saringan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DESALINATION PLANT DI PLTGU MUARA KARANG

BAB IV PROSES DESALINATION PLANT DI PLTGU MUARA KARANG BAB IV PROSES DESALINATION PLANT DI PLTGU MUARA KARANG 1.1 Kandungan Air Laut Perbedaan antara air laut dan air tawar darat adalah pada segi kuantitas dan kualitas garamnya. Garam-garam utama yang terdapat

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

BUKU V SISTEM ALAT BANTU

BUKU V SISTEM ALAT BANTU BUKU V SISTEM ALAT BANTU TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu memahami sistem alat bantu sesuai dengan kebutuhan pengoperasian sistem air pendingin serta prosedur perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Adapun kegiatan yang dilakukan pada proses perawatan dan pemeliharaan cooling tower pada kerja praktik ini dapat diuraikan pada diagram alir berikut. Gambar

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR ANALISIS PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN (20406065) JURUSAN TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Desalinasi adalah proses pemisahan

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 54 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses atau yang lebih dikenal dengan sebutan utilitas merupakan unit penunjang proses produksi yang merupakan bagian penting untuk menunjang

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek

Makalah Seminar Kerja Praktek Makalah Seminar Kerja Praktek OPERASI HMXT-200 GENERATOR SEBAGAI PENGHASIL HIDROGEN PADA H 2 PLANT PLTGU PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG Adista Ayu Widiasanti (L2F009074), Dr. Ir. Hermawan, DEA. (196002231986021001)

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Proses pengolahan air umpan boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Maluku Utara 2x7 MW yang diproses dalam unit Water Treatment Plant (WTP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PLTGU Grati merupakan pembangkitan tenaga listrik yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power yang beroperasi dengan combined cycle pada blok satu (GT 3x100.75 MW dan ST

Lebih terperinci

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demineralisasi Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-garam mineral yang ada didalam air seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sehingga air yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Start. Preventive Maintenance. Kelainan Temperatur. N Pembongkaran PHE. Y Perbaikan. Pencucian.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Start. Preventive Maintenance. Kelainan Temperatur. N Pembongkaran PHE. Y Perbaikan. Pencucian. 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Alur Proses Perbaikan Plate Heat Exchanger Start Preventive Maintenance Kelainan Temperatur Penggantian Equipment baru N Pembongkaran PHE Y Perbaikan Pencucian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori PLTGU atau combine cycle power plant (CCPP) adalah suatu unit pembangkit yang memanfaatkan siklus gabungan antara turbin uap dan turbin gas. Gagasan awal untuk

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

Pengolahan Air di PLTU (2)

Pengolahan Air di PLTU (2) Pengolahan Air di PLTU (2) November 23, 2011 By Onny Pada artikel sebelumnya telah saya jelaskan dengan cukup lengkap kandungan-kandungan apa yang terkandung di dalam air secara umum. Hal tersebut memberi

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 75 VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM A. Unit Utilitas Seperti halnya dengan pabrik-pabrik kimia lainnya, pada pabrik pembuatan Sodium Styrene Sulfonate dari 2-bromo ethyl benzene dan sulfur triokside

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CHEMICAL WASTEWATER TREATMENT (CWWTP) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROYEK PENGEMBANGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA OECF LOAN IP - 494 PT. BESTINDO PUTRA MANDIRI 2003

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Oraganic Rankine Cycle Pada penelitian ini sistem Organic Rankine Cycle secara umum dibutuhkan sebuah alat uji sistem ORC yang terdiri dari pompa, boiler, turbin dan

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya? TES TERTULIS KODE UNIT : KTL.PO.20.111.02 JUDUL UNIT : Mengoperasikan Peralatan Air Condensate (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN : Tes tertulis ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR. Ca Mg

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR. Ca Mg Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Penjernihan air adalah proses menghilangkan/mengurangi kandungan/campuran

Lebih terperinci

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER Disusun untuk memenuhi tugas pemeliharaan dan perbaikan listrik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Dosen Pembimbing : Heri Liamsi, S.T., M.T (196311091991021001)

Lebih terperinci

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st

Lebih terperinci

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP Rusnoto Abstrak Ketel uap adalah suatu pesawat yang fungsinya mengubah air menjadi uap dengan proses pemanasan melalui pembakaran bahan bakar di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi 3 Fasa Motor induksi 3 fasa adalah mesin yang mengubah energi listrik arus bolak-balik (AC) 3 fasa menjadi energi mekanis berupa putaran. Motor induksi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CHEMICAL WASTEWATER TREATMENT (CWWTP) FAKULTAS KEDOKTERAN PROYEK PENGEMBANGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA OECF LOAN IP - 494 PT. BESTINDO PUTRA MANDIRI 2003 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan dasar bagi sebuah unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ketersediaan dan kualitas air sangat menentukan terhadap pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data

Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data V.1 Analisis Kondisi Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dalam analisis penelitian sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang ini dilakukan analisis terhadap beberapa

Lebih terperinci

IV. PENGOLAHAN DENGAN CARA PERTUKARAN ION

IV. PENGOLAHAN DENGAN CARA PERTUKARAN ION IV. PENGOLAHAN DENGAN CARA PERTUKARAN ION Pengolahan dengan cara pertukaran ion adalah suatu cara yang menggunakan ion exchange resin dengan garam-garam terlarut (ion-ion) di dalam air dihilangkan guna

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Apakah itu Neptunuss

Apakah itu Neptunuss Apakah itu Neptunuss Neptunus adalah generator gas Hydroxy atau yang dinamakan gas HHO melalui elektrolisis air murni memproduksi terutama H 2 dan O 2 dengan memanfaatkan teknologi ZCLC (Zero Current Lost

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lampung 2 x 100 MW unit 5 dan 6 Sebalang, Lampung Selatan. Pengerjaan tugas akhir ini

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR ABSTRAK Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYTEM UNTUK PENURUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, untuk menghasilkan uap dibutuhkan air yang dipanaskan secara bertahap melalui beberapa heater sebelum masuk ke boiler untuk dipanaskan

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) IFFATUL IZZA SIFTIANIDA (37895) Program Studi Teknik Nuklir FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA ABSTRAK Teknologi Desalinasi Menggunakan

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT Latar Belakang Lokasi pabrik PT. Kaltim Parna Industri (produsen ammonia)

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org DAFTAR PERIKSA OPSI NO. 8 : BOILER & PEMANAS FLUIDA TERMIS Tugas dan pemeriksaan berkala pada bagian luar boiler Seluruh pintu akses dan bidang kerja harus dirawat kedap udara dengan menggunakan paking

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik Makalah Seminar Kerja Praktek SIMULASI PLC SEDERHANA SEBAGAI RESPRESENTASI KONTROL POMPA HIDROLIK PADA HIGH PRESSURE BYPASS TURBINE SYSTEM Fatimah Avtur Alifia (L2F008036) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR Air baku yang digunakan umumnya mengandung bermacam-macam senyawa pengotor seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas-gas. Penggunaan air tersebut secara langsung

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP : STUDI PENENTUAN KAPASITAS MOTOR LISTRIK UNTUK PENDINGIN DAN PENGGERAK POMPA AIR HIGH PRESSURE PENGISI BOILER UNTUK MELAYANI KEBUTUHAN AIR PADA PLTGU BLOK III (PLTG 3x112 MW & PLTU 189 MW) UNIT PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

The water softening proses

The water softening proses Difusi adalah pergerakan molekul dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Osmosis adalah kasus khusus difusi di mana molekul air dan gradien konsentrasi terjadi melintasi membran semipermeabel.

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik, untuk mengatasi hal ini maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah dan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat terpisahkan. Air

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two Bed Water Treatment Plant

Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two Bed Water Treatment Plant Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two Bed Water Treatment Plant Hadi Saroso Departemen Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta 64145, Malang, Indonesia, Email:

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN 2005 Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN 2005. Telah dilakukan pengoperasian Sistem Sarana Penunjang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan,

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI 4.1 In Service / Visual Inspection 4.1.1 Pengertian Merupakan kegiatan inspeksi atau pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan 5 sense (panca

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci