PETROGRAFI BATUAN BEKU 1. PERIDOTITE. : Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETROGRAFI BATUAN BEKU 1. PERIDOTITE. : Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic"

Transkripsi

1 I. PETROGRAFI BATUAN BEKU 1. PERIDOTITE Lamprofir Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna kuning kecoklatan, kuning kehijauan, hijau kekuningan, dengan tekstur holokristalin, phaneric, tekstur khusus Interlocking, didominasi oleh kehadiran mineral Olivine dan Pyroxene. tetapi olivine tetap lebih dominan. Jumlah kehadiran keduanyalah yang menentukan penamaan lebih detailnya. Sisanya pengotor seperti mineral opak. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - Pyroxene berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. - Mineral Opak Warna hitam pekat, bersifat kedap cahaya, bentuk anhedral, relief tinggi. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Karena komposisinya dominan olivine dan pyroxene, serta warna yang kehijauan, 1 Page

2 dapat dipastikan magma yang membentuknya adalah magma yang bersifat Ultrabasa. 2. DUNITE Lamprofir Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna ungu, ungu kehijauan, hijau kekuningan, dengan tekstur holokristalin, phaneric, tekstur khusus Interlocking, didominasi oleh kehadiran mineral Olivine yang sangat banyak yaitu lebih dari 90% sisanya pengotor seperti mineral opak. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - Mineral Opak Warna hitam pekat, bersifat kedap cahaya, bentuk anhedral, relief tinggi. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Karena komposisinya dominan olivine, serta warna yang kehijauan, dapat dipastikan magma yang membentuknya adalah magma yang bersifat Ultrabasa. 2 Page

3 3. GABBRO Batuan Beku Plutonik Klan Gabbro Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu kehitaman tektur holokristalin phaneric, tektur khusus interlocking. Terdiri dari mineral olivine, pyroxene, plagioclase, hornblane. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Pyroxene Berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma basa. 3 Page

4 4. ANORTHOSITE Batuan Beku Plutonik Klan Gabbro Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu kehitaman tektur holokristalin phaneric, tektur khusus interlocking. Terdiri dari mineral Plagioclase (labradorite) yang sangat dominan lebih dari 90%. Sisanya bisa pyroxene, honblande dan mineral opak. Pemerian Mineralogi - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring. Jenis labradorite - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Pyroxene Berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. - Mineral Opak Warna hitam pekat, bersifat kedap cahaya, bentuk anhedral, relief tinggi. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma basa. 5. DIABAS 4 Page

5 Batuan Beku Plutonik Klan Gabbro Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu kehitaman tektur holokristalin phaneric, tektur khusus diabasik. Terdiri dari mineral plagioklas yang prismatik, olivine, serta mineral gelap pyroxene yang mengeilinginya. Pemerian Mineralogi - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring. Jenis labradorite - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - Pyroxene Berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma basa. 6. WEHRLITE 5 Page

6 Lamprofir Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna ungu, ungu kehijauan, hijau kekuningan, dengan tekstur holokristalin, phaneric, tekstur khusus Interlocking, didominasi oleh kehadiran mineral Olivine dan Pyroxene jenis Clinopyroxene seperti Augit. tetapi olivine tetap lebih dominan. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuk tur mesh, sudut pemadaman parallel. - ClinoPyroxene berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, sudut pemadaman miring. - Mineral Opak Warna hitam pekat, bersifat kedap cahaya, bentuk anhedral, relief tinggi. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Karena komposisinya dominan olivine dan pyroxene, serta warna yang kehijauan, dapat dipastikan magma yang membentuknya adalah magma yang bersifat Ultrabasa. 7. HAZBURGITE 6 Page

7 Lamprofir Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna ungu, ungu kehijauan, hijau kekuningan, dengan tekstur holokristalin, phaneric, tekstur khusus Interlocking, didominasi oleh kehadiran mineral Olivine dan Pyroxene jenis Orthopyroxene seperti Enstatite dan Hypersten, tetapi olivine tetap lebih dominan. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - OrthoPyroxene berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, sudut pemadaman Paralel. - Mineral Opak Warna hitam pekat, bersifat kedap cahaya, bentuk anhedral, relief tinggi. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Karena komposisinya dominan olivine dan pyroxene, serta warna yang kehijauan, dapat dipastikan magma yang membentuknya adalah magma yang bersifat Ultrabasa. 8. LHERZOLITE 7 Page

8 Lamprofir Batuan Beku Plutonik Klan Ultramafic Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna ungu, ungu kehijauan, hijau kekuningan, dengan tekstur holokristalin, phaneric, tekstur khusus Interlocking, didominasi oleh kehadiran mineral Olivine dan Pyroxene jenis Orthopyroxene seperti Enstatite dan Hypersten, dan juga Pyroxene jenis Clinopyoxene tetapi olivine tetap lebih dominan. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - OrthoPyroxene berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, sudut pemadaman Paralel. - Mineral Opak Warna hitam pekat, bersifat kedap cahaya, bentuk anhedral, relief tinggi. - ClinoPyroxene berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, sudut pemadaman miring. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Karena komposisinya dominan olivine dan pyroxene, serta warna yang kehijauan, dapat dipastikan magma yang membentuknya adalah magma yang bersifat Ultrabasa. 9. DIORITE 8 Page

9 Syenit Batuan Beku Plutonik Klan Diorit Monzonit Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu kecoklatan tektur holokristalin phaneric, tektur khusus Interlocking. Terdiri dari mineral Plagioklas dan hornblende dengan mineral lain yang lebih sedikit seperti biotit, ortoklas dan kuarsa. Pemerian Mineralogi - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Ortoklas colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma intermediate. 10. MONZONITE 9 Page

10 Syenit Batuan Beku Plutonik Klan Diorit Monzonit Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu cerah tektur holokristalin phaneric, tektur khusus Interlocking equigranular. Terdiri dari mineral kuarsa, Ortoklas, plagioklas, biotit, hornblende dan piroksin. Pemerian Mineralogi - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Ortoklas colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Pyroxene Berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma intermediate. 10 P a g e

11 11. SYENITE Syenit Batuan Beku Plutonik Klan Diorit Monzonit Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu cerah kemerahan tektur holokristalin phaneric, tektur khusus Interlocking equigranular. Terdiri dari mineral mineral Alkali feldspar dalam hal ini ortoklas yang sangat banyak. Sisanya kuarsa dan plagioklas kurang dari 10%. Pemerian Mineralogi - Ortoklas colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma intermediate. 12. ANDESITE Syenit Batuan Beku Plutonik Klan Diorit Monzonit 11 P a g e

12 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu kecoklatan tektur Hipokristalin dan tekstur khusus vitrofirik. Terdiri dari mineral Plagioklas dan hornblende dengan mineral lain yang lebih sedikit seperti biotit, ortoklas dan kuarsa. Pemerian Mineralogi - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Masa dasar Gelas Warna abu-abu, isotropis, dengan keeping gips berwarna violet. Dari teksturnya yang afanitik, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang cepat di permukaan bumi, sehingga terbentuk kristal-kristal yang ukurannya relative kecil dan hipokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma intermediate. 13. GRANITE Granit Batuan Beku Plutonik Klan Granodiorit Adamelit 12 P a g e

13 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna kemerahan. tektur holokristalin phaneric, tektur khusus Interlocking. Terdiri dari mineral Kuarsa dan Ortoklas yang banyak dengan mineral lain yang lebih sedikit seperti Plagioklas, hornblende, muscovite dan biotite. Pemerian Mineralogi - Ortoklas colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Muscovite coklat kehijauan, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah putus-putus, relief rendah, penggelapan sejajar. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma Asam. 14. GRANODIORIT Granit Batuan Beku Plutonik Klan Granodiorit Adamelit 13 P a g e

14 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu abu terang. tektur holokristalin phaneric, tektur khusus Interlocking. Terdiri dari mineral Kuarsa dan Plagioklas yang banyak dengan mineral lain yang lebih sedikit seperti orthoklas, hornblende, muscovite dan biotite. Pemerian Mineralogi - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Ortoklas colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Muscovite coklat kehijauan, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah putus-putus, relief rendah, penggelapan sejajar. Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk Kristal-kristal yang ukurannya relative besar dan holokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma Asam. 15. PICRITE Lamprofir Batuan Beku Vulcanic Klan Ultramafic 14 P a g e

15 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna ungu kebiruan gelap dengan tekstur Hipokristalin,afanitik - porfiritik, tekstur khusus porfiritik, terdiri dari Olivine yang mengisinya hamper 2/3 bagian sebagai fenokris, sisanya adalah pyroxene dan plagioclase basa. Pemerian Mineralogi Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. Pyroxene Berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring, jenis anortid An90. Dari teksturnya yang Afanitik Porfiritik dan hipokristalin, batuan terbentuk dari 2 fase, fase pertama terjadi pendinginan yang lambat sehingga terbentik fenokris, fase kedua magama terinjeksi keluar besama kristal fenokris dan proses pendinginan magma yang cepat sehingga tidak dapat membentuk kristal sempurna, hasilnya terdapat feokris dan masa dasar. Karena komposisi mineralnya adalah minelal olivine-pyroxen-ca plagioclase, magmanya adalah magma ultrabasa. 16. LIMBURGITE Lamprofir Batuan Beku Vulcanic Klan Ultramafic 15 P a g e

16 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna hitam dengan tekstur Hipokristalin,afanitik - porfiritik, tekstur khusus porfiritik, terdiri dari fenokris klinopiroksin dan olivine, sedangkan biotit dan hornblende hadir sebagai massa dasar. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - ClinoPyroxene berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, sudut pemadaman miring. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. Dari teksturnya yang Afanitik Porfiritik dan hipokristalin, batuan terbentuk dari 2 fase, fase pertama terjadi pendinginan yang lambat sehingga terbentik fenokris, fase kedua magama terinjeksi keluar besama kristal fenokris dan proses pendinginan magma yang cepat sehingga tidak dapat membentuk kristal sempurna, hasilnya terdapat feokris dan masa dasar. Karena komposisi mineralnya adalah minelal olivine-pyroxen, magmanya adalah magma ultrabasa. 17. BASALT Batuan Beku Vulkanik Klan Gabbro 16 P a g e

17 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu-abu kehitaman tektur hipokristalin afanitik - porfiritik, tektur khusus Trakhitic. Terdiri dari mineral olivine, pyroxene, plagioclase, hornblane. Pemerian Mineralogi - Olivine Warna hijau kekuningan, hijau pucat, ungu, bentuk anhedral, relief tinggi, tidak memiliki belahan, terdapat banyak pecahan tidak teratur, stuktur mesh, sudut pemadaman parallel. - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Pyroxene Berwarna kuning kecoklatan, putih keruh, bentuk anhedral - subhedral, belahan 2 arah saling tegak lurus, terbagi jadi ortho dan clino pyroxe tergantung sudut pemadamannya. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. Dari teksturnya yang afanitik, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang cepat di permukaan bumi, sehingga terbentuk kristalkristal yang ukurannya relative kecil dan hipokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma basa. 18. DACITE Granit Batuan Beku Vulkanik Klan Granodiorit Adamelit 17 P a g e

18 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna abu abu terang. tektur afanitik porfiritik tekstur khusus vitrofirik. Terdiri dari mineral Kuarsa dan Plagioklas yang banyak dengan mineral lain yang lebih sedikit seperti orthoklas, hornblende, dan biotite. Cirikhasnya plagioklas menjadi fenokris dan yang lain menjadi masa dasar. Pemerian Mineralogi - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Kuarsa colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Ortoklas colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Hornblande hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. Dari teksturnya yang afanitik, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang cepat di permukaan bumi, sehingga terbentuk kristalkristal yang ukurannya relative kecil dan hipokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma Asam 19. RHYOLITE Granit Batuan Beku Vulkanik Klan Granodiorit Adamelit 18 P a g e

19 Kenampakan Mikroskopis Dalam sayatan tipis menunjukkan warna kemerahan. tektur tektur afanitik porfiritik tekstur khusus vitrofirik. Terdiri dari mineral Kuarsa dan Ortoklas yang banyak dengan mineral lain yang lebih sedikit seperti Plagioklas, hornblende, muscovite dan biotite. Pemerian Mineralogi - Ortoklas Colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, tidak ada sudut pemadaman. - Kuarsa Colourless, relief rendah, bentuk anhedral, tidak ada belahan, sudut pemadaman bergelombang. - Hornblande Hijau pucat, subheral, belahan 2 arah membentuk sudut miring, penggelapan sejajar, relief sedang. - Plagioclase Tidak berwarna, berbentuk euhedral, punya kembaran, sudut penggelapan miring jenis oligoklas dan andesine. - Biotite coklat kehitaman, bentuk euhedral-subhedral, belahan 1 arah tegas, relief tinggi, penggelapan sejajar. - Masa dasar Gelas warna abu-abu, isotropis, dengan keeping gips berwarna violet. Dari teksturnya yang afanitik, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang cepat di permukaan bumi, sehingga terbentuk kristalkristal yang ukurannya relative kecil dan hipokristalin. Dari komposisinya, dapat disimpulkan bahwa magma yang membentukkan adalah magma Asam. 19 P a g e

20 II. PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN 1. CALCAREOUS CLAYSTONE Tipe Struktur Type) Berlapis Klasifikasi (Classification) Batuan Sedimen (Structure Pettijohn, 1975 Kenampakan Mikroskopis Warna mineral kuning kecoklatan, warna interferensi abu- abu kecoklatan, tekstur mud supported, bentuk rounded-subrounded, ukuran mineral (<0,004 0,05) mm, tersusun oleh fosil yang telah mengalami sparitisasi, mineral lempung dan mineral karbonat, mineral opak. Komposisi Mineral - Fosil (7D) 5 % Dengan Warna kecoklatan, sebagian telah mengalami sparitisasi, bentuk fosil rounded-subrounded, berukuran 0,1 0,2 mm, berupa fosil Planktonik. - Mineral Karbonat (4E) 15% Dengan warna kuning, relief rendah, ukuran butir (0,01 0,02)mm, sebagian mengisi fosil. - Mineral lempung (3C) 70% Dengan warna abu-abu kehijauan dengan warna interferensi kecoklatan, relief rendah. - Mineral opak (1H) 10% Dengan Warna hitam, ukuran (0,01 0,4) mm, relief tinggi, bentuk anhedral serta kedap cahaya. 20 P a g e

21 2. GRAINSTONE Batuan Sedimen Tipe Struktur Klasifikasi Berlapis Dunham,1962 Kenampakan Mikroskopis Warna mineral kuning kecoklatan, warna interferensi abu- abu kecoklatan, tekstur grain supported, bentuk rounded-subrounded, ukuran mineral ( 0,1 0,4) mm, tersusun oleh fosil yang telah mengalami sparitisasi dan kalsit, mineral karbonat, mineral opak. Komposisi Mineral - Grain (Fosil,Kalsit) (3F,6G)80% Dengan Warna kecoklatan, sebagian telah mengalami sparitisasi, bentuk fosil rounded-subrounded, berukuran 1 0,2 mm. - Mineral Karbonat (7A)15 % Dengan Warna kuning, relief rendah, ukuran butir (0,02 0,4) mm, sebagian mengisi fosil. - Mineral opak (2C)5% Dengan Warna hitam, ukuran (0,01 0,2) mm, relief tinggi, bentuk anhedral serta kedap cahaya. 21 P a g e

22 3. PACKESTONE Batuan Sedimen Tipe Struktur Klasifikasi Berlapis Dunham,1962 Kenampakan Mikroskopis Warna mineral kuning kecoklatan, warna interferensi abu- abu kecoklatan, tekstur grain supported, bentuk rounded-subrounded, ukuran mineral ( 0,1 0,4) mm, tersusun oleh fosil yang telah mengalami sparitisasi dan kalsit, mineral karbonat, mineral opak. Komposisi Mineral - Grain (Fosil,Kalsit) (2C,1I) 75% Dengan Warna kecoklatan, bentuk fosil rounded-subrounded, berukuran 0,1 0,2 mm, berupa fosil Planktonik. - Mud (Mineral Karbonat) (3B) 15% Dengan Warna kuning, relief rendah, ukuran butir (0,02 0,2)mm, sebagian mengisi fosil. - Mineral opak (2A) 10 % Dengan Warna hitam, ukuran (0,01 0,2) mm, relief tinggi, bentuk anhedral serta kedap cahaya. III. PETROGRAFI BATUAN METAMORF 1. MARMER 22 P a g e

23 Batuan Metamorf Klasifikasi batuan metamorf, termal, calc silikat Kenampakan Mikroskopis Sampel ini adalah granular batuan metamorf menengah - grained didominasi oleh forsterit ( < 5 % vol ), serpentine ( 15 % ), kalsit ( 40 % ) dan dolomit ( 40 % ) dengan phlogopite minor. Forsterit sebagian besar digantikan oleh serpentin dan terdiri kristal bulat sampai 5 mm dipotong oleh urat serpentine. Mana forsterit benar-benar diganti serpentine pameran tekstur jala khas. Matriks sampel terdiri dari intergrowth granular dari kalsit anhedral dan dolomit, di PPL dolomit yang dapat dibedakan dengan penampilan berawan. kristal bulat kecil phlogopite, sampai dengan 0,5 mm juga hadir dalam matriks. Komposisi Mineral Forsterit, Serpentine, Phlogopite, Kalsit, Dolomit Marmer ini mewakili regional, granulite kelas, metamorfosis dari dolomit mengandung silika untuk menghasilkan himpunan forsterit + kalsit. Metamorfosis retrograde dengan adanya cairan yang kaya air yang disebabkan penggantian forsterit oleh serpentin dan mungkin pembentukan dolomit. 2. BLUESCHIST Batuan Metamorf 23 P a g e

24 Klasifikasi batuan metamorf, metamorfosis regional, blueschist Kenampakan Mikroskopis Sampel ini adalah media - grained sangat foliated batuan metamorf didominasi oleh glaukofan ( 50 vol % ) dan epidot ( 40 vol % ) dengan porphyroblasts garnet dan titanite minor, klorit, kuarsa dan muskovit. Garnet terjadi sebagai euhedral porphyroblasts sampai 1 cm dengan inklusi memanjang dari kuarsa dan glaukofan. matriks didominasi oleh kristal glaucophase subhedral sampai 1 mm panjang dan bulat epidotes hingga 0,5 mm. matriks yang komposisinya banded ke epidot - didominasi dan epidot - miskin band tebal hingga 3 mm. Cluster kristal titanite bulat hingga 0,2 mm terjadi terutama dalam band - kaya epidot. Vena klorit, muskovit dan kuarsa jarang memotong matriks dan kristal orientasi berbeda dari kain meresap. Komposisi Mineral Glaukofan, Epidot, Garnet, Titanite, Klorit, Kuarsa, Muskovit Spesimen ini merupakan daerah, facies blueschist, metamorfosis dari protolith mafik. Kelimpahan epidot mungkin menyarankan protolith kaya zat besi. Terjadinya klorit, muskovit dan kuarsa dalam urat menunjukkan pengenalan cairan hidrotermal pada tahap akhir. 3. GNEISS Batuan Metamorf 24 P a g e

25 Klasifikasi batuan metamorf, regional, gneiss Kenampakan Mikroskopis Sampel ini adalah media-grained, foliated lemah, porphyroblastic batuan metamorf didominasi oleh kuarsa; plagioklas, orthoclase, garnet, sillimanite, andalusite, dan cordierite dengan zirkon minor. Matriks batu didominasi oleh kuarsa, plagioklas, orthoclase dan biotit hingga 3 mm. Di tempat-tempat kuarsa dan plagioklas memiliki tekstur granoblastic dekat. kristal biotit umumnya kurang selaras, namun, di tempat-tempat mereka melacak pembelahan crenulation randa dengan bukti untuk pemisahan mineral menjadi kain gneissose. Komposisi Mineral Sillimanite, Garnet, Biotit, Muskovit, Andalusite, Cordierite, Kuarsa, Feldspar, Kyanite, Pinite. Sampel ini merupakan Caledonian, zona kyanite, facies amphibolite, batuan metamorf regional yang telah mengalami metamorfosis kontak signifikan dengan Silurian Ross Mull granit. The protolith batu cenderung telah menjadi semi-pelite yang bermetamorfosis ke facies amphibolite dan merupakan bagian dari supergrup Moine. Randa gneissose banding, dengan crenulation belahan dada diawetkan di biotit, dapat diamati di beberapa daerah. Hubungi metamorfosis mengakibatkan urutan kompleks reaksi dengan meningkatnya suhu dan menghasilkan Buchan zona mineral kumpulan (1) pembentukan cordierite dan muskovit dari kyanite, biotit dan kuarsa, (2) pembentukan biotit cordierite dan baru dari garnet, untuk menghasilkan berjubah, garnet lapis baja, (3) pembentukan andalusite dari kyanite, (4) pembentukan sillimanite dari andalusite dan dengan reaksi dari biotit dan kuarsa. 4. SLATE Batuan Metamorf 25 P a g e

26 Klasifikasi batuan metamorf, termal, migmatite Kenampakan Mikroskopis spesimen ini adalah batuan metamorf granoblastic didominasi oleh poikiloblasts dari cordierite dalam matriks kuarsa, biotit, orthopyroxene dan spinel. poikiloblasts cordierite hadir sebagai kristal anhedral hingga 0,3 mm dalam ukuran dan menunjukkan banyak subgrains dengan orientasi yang sedikit berbeda. matriks didominasi oleh butir kuarsa granoblastic ~ 0,002 mm dalam ukuran dan ringan, berorientasi secara acak, biotit. Di tempat-tempat kelompok orthopyroxene dan spinel terjadi. Beberapa daerah sangat spinel kaya. matriks dipotong oleh tipis ( < 0,1 mm ) pembuluh darah dari biotit. A 5 mm urat lebar yang mengandung kuarsa grafis dan feldspar alkali terjadi. kristal biotit garis margin vena dan menjadi lebih halus - grained ke dalam matriks. Sillimanite terkonsentrasi sepanjang margin batin. Komposisi Mineral Kuarsa, Biotit, Cordierite, Orthopyroxene, Spinel, Sillimanite sampel ini merupakan metamorfosis termal dari protolith batu tulis di bawah piroksen tinggi untuk sillimanite hornfels kelas. pencairan sebagian telah terjadi dan leucosomes kuarsa, feldspar alkali dan biotit dihasilkan. 5. QUARTZITE Batuan Metamorf 26 P a g e

27 Klasifikasi batuan metamorf, metamorfosis regional, kuarsit Kenampakan Mikroskopis Sampel ini adalah batuan metamorf granular halus didominasi oleh kuarsa ( 90 % ) dengan plagioklas minor ( 10 % ). Quartz terjadi sebagai intergrowth granular kristal anhedral hingga 0,1 mm dalam ukuran beberapa di antaranya menunjukkan kepunahan undulose. batas butir antara kristal kuarsa termasuk bergigi dan batas cekung - cembung. kristal plagioklas sebagian besar digantikan oleh serisit. Komposisi Mineral Kuarsa, Plagioklas Kuarsit adalah batuan metamorf didominasi oleh kuarsa dan biasanya memiliki tekstur granoblastic. Spesimen ini merupakan bagian dari quartzites Cambrian basal NW Skotlandia dari unit pipa -rock dengan skolithos berlimpah liang. sampel bermetamorfosis ke kelas sangat rendah dan beberapa butir pasir asli dapat diamati, bagaimanapun, batas-batas cekung - cembung dan dijahit menunjukkan tekanan solusi dan migrasi batas-butir di bawah tekanan. A. TEKSTUR BATUAN BEKU 27 P a g e

28 1. Myrmekitic Texture ( Mirmekitik ) Teksur dimana terjadi intergrowth kuarsa dan plagioklas, yang ditunjukkan dengan kuarsa yang tumbuh seperti cacing (wormlike) dalam plagioklas. Tekstur ini biasa ditemukan pada granit. 2. Subophitic (Subofitik) Tektur yang sama dengan ofitik tetapi plagioklas tidak dikelilingi oleh piroksen secara penuh. 3. Coronas or reaction rims Tekstur dimana suatu kristal dikelilingi oleh kristal lainnya akibat dari ketidakstabilan kristal dan bereaksi dengan kristal sekelilingnya atau pelelehan. 28 P a g e

29 4. Intergranular Tekstur dimana terdapat mineral olivine, piroksesn atau oksida besi disekeliling butiran plagioklas. 5. Intersertal Mirip dengan intergranular, tetapi yang mengelilingi plagioklas adalah gelas. 29 P a g e

30 6. Hyalopilitic Tekstur dimana massa dasar terdiri dari mikrolit plagioklas dalam gelas. 7. Trachytic (Trakitik) Tekstur dimana butir plagioklas menunjukan orientas karena suatu aliran, dan diantara butiran plagioklas terdapat gelas atau material criptokristalin. 8. Poikilitik 30 P a g e

31 Tekstur yang ditandai dengan hadirnya inklusi mineral-mineral secara acak dalam suatu mineral yang besar. Tekstur ini kadang hadir atau dijumpai pada batuan intermediet. 9. Porfiritik Tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara butiran kasar di dalam massa dengan butiran yang lebih halus. Butiran yang relatif sempurna dinamakan fenokrist (phenocrysts), sedangkan butiran yang lebih kecil disebut massa dasar (groundmass). Tekstur porfiritik menunjukkan bahwa magma yang sebagian membeku bergerak ke atas dengan cepat lalu mendingin dengan cepat pula. Sehingga meghasilkan fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar. 10. Mikroporfiritik Tekstur ini memiliki kenampakan khas yang menyerupai tekstur khusus porfiritik, namun yang membedakan adalah kenampakan tekstur mikroporfiritik ini hanya dapat diamati melalui pengamatan mikroskopis. 31 P a g e

32 11. Tekstur ofitik Mineral plagioklas ditemukan dikelilingi oleh mineral piroksen. Tekstur ini dapat dianalogikan seperti plagioklas euhedral sebagai fenokris pada masa dasar piroksen dengan ukuran yang relatif lebih besar namun bentuknya subhedral 12. Perthite dan Antiperthite Tekstur ini secara umum menunjukkan kenampakan intergrowth antara mineral ortoklas dan plagioklas. Perthite menampakkan intergrowth ortoklas di dalam plagioklas dengan orientasi mineral ortoklas cenderung sejajar bidang belahan mineral plagioklas. Sedangkan antiperthite merupakan kebalikan dari perthite. Pembentukan tekstur ini juga dapat dijelaskan melalui diagram fase hingga menuju titik euthetic. Pada perthite mineral plagioklas terbentuk terlebih dahulu dan saat belum sempurna mineral ortoklas terkristalisasi pada bidang belahan yang belum sempurna terbentuk 32 P a g e

33 B. TEKSTUR BATUAN SEDIMEN Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik. a) Tekstur klastik Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen. Fragmen/ Grain Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir. Matrik Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen. Semen Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi. Besar butir kristal dibedakan menjadi >5 mm = kasar 1-5 mm = sedang <1 mm = halus Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebutmikrokristalin. 33 P a g e

34 a.1. Ukuran Butir Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922), yaitu Ukuran Butir (mm) > Nama Butir Bongkah (Boulder) Berangkal (Couble) Kerakal (Pebble) Kerikil (Gravel) Pasir Sangat Kasar(Very Coarse Sand) 1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand) 1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) 1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand) 1/16-1/8 Pasir Sangat Halus ( Very Fine Sand) 1/256-1/16 Lanau (Silt) <1/256 Lempung (Clay) Besar butir dipengaruhi oleh Nama Batuan Breksi jika fragmen berbentuk runcing Konglomerat jika membulat fragmen berbentuk membulat 1-2 Batupasir Batulanau Batulempung 1. Jenis Pelapukan 2. Jenis Transportasi 3. Waktu/jarak transport 4. Resistensi a.2. Bentuk Butir Tingkat kebundaran butir (roundness) Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran 1. Well rounded (membundar baik) Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal. 34 P a g e

35 2. Rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar. 3. Subrounded (membundar tanggung) Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar. 4. Subangular (menyudut tanggung) Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam. 5. Angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam. 6. Very angular (sangat menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang sangat tajam Gambar 1. Bentuk butir Sortasi (Pemilahan) Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan sedimen klastik. beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu a. Sortasi baik bila besar butir merata atau sama besar b. Sortasi sedang bila ukuran butirnya relatif seragam c. Sortasi buruk bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen Kemas (Fabric) Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu 35 P a g e

36 Kemas terbuka bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matrik). Kemas tertutup butiran saling bersentuhan satu sama lain Kemas terbuka Kemas tertutup Sifat sentuhannya ada beberapa macam - Point contact, bila sentuhannya hanya pada satu titik saja. Long contact, bila bersentuhan pada sisi butiran yang panjang. Concave-convex contact, bila sisi batuan yang bersentuhan ada yang cembung dan ada yang cekung. Sutured contact, bila sisi butiran yang bersentuhan berbentuk gerigi. b). Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral atau yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut 1. Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid, non-kristalin 2. Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid. Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm 3. Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang lebih besar, lebih dari 2mm. 4. Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang sama besar. 5. Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas - Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm - Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm - Berbutir halus, dengan ukuran <1mm C. TEKSTUR BATUAN METAMORF 36 P a g e

37 Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997). 1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi a. Relict/Palimset/Sisa Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut. b. Kristaloblastik Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik. 2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi 1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata 2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata. 3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri. 2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya. 3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral. 2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral. 4. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral 37 P a g e

38 Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular. 2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic. 3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral. 4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral. Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adalah sebagai berikut a. b. c. d. e. f. Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering disebutporphyroblasts. Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil. Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing). Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi. Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir. Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut berstekturhomeoblastik. DAFTAR PUSTAKA Adams. A. E, 1984, Atlas of Sedimentary Rocks Under the Microscope, ELBS, London. MacKenzie W. S., Atlas of Igneous Rocks and Their Textures, England. Yardley. B. W. D, 1998, Atlas of Metamorf Rocks and Their Texture, LONGMAN, England. http//mentarigeologi.blogspot.co.id/2015/11/petrografi-batuan-metamorf.html http//eksplorium.com/wp-content/uploads/2013/11/1-petrografi-dangeokimia-unsur-utamar2.pdf https//ptbudie.wordpress.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuanmetamorf/ 38 P a g e

39 http//toba-geoscience.blogspot.co.id/2012/06/petrografi-batuan-beku-klandiorit.html http//sedimentologi2b.blogspot.co.id/2009/12/sedimentologi-tekstursedimen.html http//mentarigeologi.blogspot.co.id/2015/11/petrografi-batuan-beku.html 39 P a g e

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF Sayatan Tipis MARMER Deskripsi : Sampel ini adalah granular batuan metamorf menengah - grained didominasi oleh forsterit ( < 5 % vol ), serpentine ( 15 % ), kalsit ( 40

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,

Lebih terperinci

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Lampiran Petrografi 1 KODE SAYATAN : Y1 LINTASAN : TERMINAL MS 3 FORMASI : Steenkool PERBESARAN : 10 X d = 2 mm DESKRIPSI : LEMBAR DESKRIPSI

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA I: PETROGRAFI BATUAN BEKU Asisten Acara: 1. 2. 3. 4. Nama Praktikan

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2. Lampiran 1

1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2. Lampiran 1 1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2 Lampiran 1 Lampiran 1a. Hasil Analisis Sayatan Tipis Batuan, Daerah Danau Ranau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung No. Urut : 1 No. Sampel : DR-80 Lokasi : ; X=

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R.W., van, 949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed Office, The Hague, 7 p. Duda, W. H, 976, Cement Data Book, ed- Mc. Donald dan Evans, London, 60 hal. Dunham, R.J.,

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA IV: PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK Asisten Acara: 1. 2. 3.

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi Lampiran. Analisis Petrografi No.Conto : GE- Satuan : Tbr (Masadasar) Lokasi : Kendeng Nama Batuan : Andesit Piroksen \\ A B mm E F X A B mm E F Sayatan tipis andesit piroksen, hipokristalin, alotriomorfik

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

hiasan rumah). Batuan beku korok

hiasan rumah). Batuan beku korok Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. B. BATUAN BATUAN : Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya, batuan terbagi menjadi 3,

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG

DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG MONTICELLITE (CaMgSiO4) Orthorhombic 2V = 750-800 Tidak berwarna. Granular agregate dari kristal anhedral subhedral, kristal prismatik

Lebih terperinci

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel terdiri dari delapan lokasi pengamatan, yakni lokasi pengamatan ST 1 hingga lokasi pengamatan ST 8 yang berada di sepanjang

Lebih terperinci

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G No. Sample : BJL- Nama batuan : Andesit Piroksen Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat :. mt,.00.0 mu Sayatan batuan beku, berwarna abu-abu, kondisi segar, bertekstur porfiritik, terdiri

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-Sifat Optik Mineral Sifat-sifat optik pada suatu mineral terbagi menjadi dua, yakni sifat optik yang dapat diamati pada saat nikol sejajar dan sifat yang dapat diamati

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan 2.1.1. Batuan Beku Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik Kelompok Program Penelitian Mineral S A R I Satuan batuan ultrabasa terdiri

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah mineralogi Dosen pengampu : Dra. Sri Wardhani Disusun oleh Vanisa Syahra 115090700111001

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth 3. Batuan Sedimen 3.1 Kejadian Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang

Lebih terperinci

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series Siklus Batuan Magma di dalam bumi dan magma yang mencapai permukaan bumi mengalami penurunan temperatur (crystallization) dan memadat membentuk batuan beku. Batuan beku mengalami pelapukan akibat hujan,

Lebih terperinci

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir). Apabila diperhatikan, hasil analisis petrografi dari sayatan batupasir kasar dan sayatan matriks breksi diperoleh penamaan yang sama. Hal ini diperkirakan terjadi karena yang menjadi matriks pada breksi

Lebih terperinci

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batuan sedimen sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan pondasi

Lebih terperinci

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS TEGUH YUWONO, S.T ILMU BATUAN SMK N 1 PADAHERANG DEFINISI merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma dan merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara:

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara: LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA: PETROGRAFI BATUAN METAMORF Asisten Acara: 1... 2.... 3.... 4....

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB.

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB. 1 Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB.: 1153 1155/2013 No. : 01 No.Lab. : 1153/2013 Kode contoh : BA-II Jenis

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

// - Nikol X - Nikol 1mm

// - Nikol X - Nikol 1mm S S A B B C Foto 3.14 Satuan breksi vulkanik dengan sisipan batupasir-batulempung. Breksi polimik ( B), Monomik (A) dan litologi batupasir-batulempung (bawah,c) Pengambilan sampel untuk sisipan batupasir

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN 4.1 Litofasies Menurut Walker dan James pada 1992, litofasies adalah suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen yang menunjukkan karakteristik fisika, kimia, dan

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139

KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139 KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139 Pokok Bahasan Pokok Bahasan Pendahuluan Landasan Teori Geologi Daerah Penelitian

Lebih terperinci

Lokasi : G.Walang Nama Batuan : Tuf Gelas

Lokasi : G.Walang Nama Batuan : Tuf Gelas LAMPIRAN A ANALISIS PETROGRAFI No. Conto : WLG 03 Satuan Batuan : Tuf Lokasi : G.Walang Nama Batuan : Tuf Gelas Tekstur Butiran Matriks : Terpilah baik, kemas terbuka, menyudut tanggung menyudut, : 22%;

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BATUAN METAMORF IDARWATI - KULIAH KE-9

KLASIFIKASI BATUAN METAMORF IDARWATI - KULIAH KE-9 KLASIFIKASI BATUAN METAMORF IDARWATI - KULIAH KE-9 BERDASARKAN PROTOLITNYA & UKURAN BUTIR PROTOLIT TIPE BATUAN NAMA BATUAN Batulempung pelites metapelit Batupasir psammite metapsamit Batulempung campuran

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

STUDI PROVENANCE BATUPASIR FORMASI WALANAE DAERAH LALEBATA KECAMATAN LAMURU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

STUDI PROVENANCE BATUPASIR FORMASI WALANAE DAERAH LALEBATA KECAMATAN LAMURU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN STUDI PROVENANCE BATUPASIR FORMASI WALANAE DAERAH LALEBATA KECAMATAN LAMURU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN Muhammad Ardiansyah*, Meutia Farida *, Ulva Ria Irfan * *) Teknik Geologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Menurut Lobeck (1939), faktor utama yang mempengaruhi bentuk bentangan alam adalah struktur, proses, dan tahapan. Struktur memberikan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU 4.1 Pendahuluan Kata provenan berasal dari bahasa Perancis, provenir yang berarti asal muasal (Pettijohn et al., 1987 dalam Boggs, 1992). Dalam geologi, istilah

Lebih terperinci

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978). (Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur Batuan Sedimen a. Ukuran butir Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari Skala Wentworth yaitu b. Sortasi atau Derajat Pemilahan Derajat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya

Lebih terperinci

Subsatuan Punggungan Homoklin

Subsatuan Punggungan Homoklin Foto 3.6. Subsatuan Lembah Sinklin (foto ke arah utara dari daerah Pejaten). Foto 3.7. Subsatuan Lembah Sinklin (foto ke arah utara dari daerah Bulu). Subsatuan Punggungan Homoklin Subsatuan Punggungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT

ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT I. Pengamatan Plane Polarized Light Pengamatan PPL (plane polarized light) merupakan pengamatan yang hanya mengunakan

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus. 2. Batuan Beku 2.1 Batuan Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku (igneous rock), terbentuk

Lebih terperinci

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Analisis morfologi yang dilakukan pada daerah penelitian berdasarkan pengamatan tekstur yang tercermin dalam perbedaan ketinggian,

Lebih terperinci

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi 3.2.3.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan data analisis mikrofosil pada batupasir (lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Breksi yaitu N8 (Akhir Miosen Awal) dengan ditemukannya

Lebih terperinci

BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF

BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi

Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi Novianti Wahyuni Purasongka 270110100095 Kelas-C Fakultas Teknik Geologi UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 Tekstur Batuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).

Lebih terperinci

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral Batuan(rocks) merupakan materi yang menyusun kulit bumi, yaitu suatu agregat padat ataupun urai yang terbentuk di

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi pada daerah penelitian ditentukan berdasarkan pengamatan awal pada peta topografi dan pengamatan langsung

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari PT Semen Padang Untuk menunjang dan melengkapi penelitian ini antara lain berupa : 1. Peta topografi skala 1

Lebih terperinci

Raden Ario Wicaksono/

Raden Ario Wicaksono/ Foto 3.15 Fragmen Koral Pada Satuan Breksi-Batupasir. Lokasi selanjutnya perselingan breksi-batupasir adalah lokasi Bp-20 terdapat pada Sungai Ci Manuk dibagian utara dari muara antara Sungai Ci Cacaban

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci