IV. KONDISI UMUM 4.1 KONDISI UMUM LOKASI Lahan gambut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. KONDISI UMUM 4.1 KONDISI UMUM LOKASI Lahan gambut"

Transkripsi

1 IV. KONDISI UMUM 4.1 KONDISI UMUM LOKASI Lahan gambut Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi tanah gambut di sepanjang Sungai Merang umumnya didominasi oleh tanah-tanah yang belum berkembang atau belum matang yaitu dengan tingkat dekomposisi hemik dan fibrik, kadang-kadang juga ditemukan tanah dengan campuran bahan organik pada bagian yang berawa. Kondisi tanah gambut dapat terlihat juga dari aktifitas illegal logging sepanjang Sungai Merang, terutama pada Km 50-an hingga hulu. Lokasi tersebut dibuat parit, untuk membantu mengeluarkan kayu dari hutan. Untuk menggali parit, alat utama yang digunakan adalah gergaji mesin (chainsaw) dengan kedalaman rata-rata satu meter. Proses perkembangan tanah selain ditentukan oleh bahan induk juga oleh keadaan vegetasi dan posisi tempat yang dipengaruhi oleh lingkungan berair. Berdasarkan hasil pengamatan, pada musim hujan, hamparan hutan sepanjang Sungai Merang yang terendam air semakin luas. Kondisi tanah gambut di Sungai Merang sebagian besar terbentuk dari bahan endapan organik, sebagian lagi campuran endapan sungai dan endapan marin. Tanah pada satuan lahan kubah gambut terbentuk dari hasil akumulasi bahan induk berasal dari tanaman/vegetasi dimana proses dekomposisi bahan organik yang berjalan lebih lambat, sehingga membentuk suatu kubah (dome) gambut. Peta kematangan dan kondisi lahan gambut Sungai Merang secara umum dijelaskan pada Gambar 4. Proses dekomposisi bahan organik dari vegetasi yang mati berjalan lambat, karena kondisi tanah yang terus berair. Pada beberapa titik pengamatan dapat dilihat pada kedalaman satu meter bahkan lebih akan banyak dijumpai batang, cabang dan akar yang belum terdekomposisi sempurna. Kondisi tanah gambut yang masih berupa batang yang besar atau akar sering dijumpai, terutama pada parit-parit yang dibangun. Kondisi tanah gambut Sungai Merang berkadar air tinggi sehingga berat jenisnya rendah, yaitu 0,1-0,3 g/cm 3. Dengan demikian selain proses dekomposisi berjalan lambat, kandungan mineral serta porositasnya menjadi tinggi yaitu 70-95%. Dengan tingginya kadar air di gambut, menurut Waspodo et al. (2004), proses pencucian unsur hara oleh air hujan cukup besar, sehingga tanah gambut di Sungai Merang miskin unsur-unsur hara. Taman Nasional Berbak, Jambi 25

2 Lokasi Penelitian Sungai Merang dan sekitarnya KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN DAN SEKITARNYA Gambar 4. Peta kematangan dan kondisi lahan gambut Sungai Merang (Sumber : Hasil pengolahan peta citra satelit landsat) Reaksi tanah sepanjang Sungai Merang sangat masam (ph< 4) beberapa ada yang berpotensi mengandung bahan sulfisik (pirit) dengan ph < 2,5. Menurut 26

3 Murdiyarso et al., 2004 lahan gambut tropis juga dicirikan oleh rendahnya kandungan hara atau kesuburan tanah dan tingginya keasaman. Pada umumnya lahan gambut tropis memiliki ph antara 3-4,5. Kemasaman tanah tinggi menyebabkan gangguan penyerapan (uptake) unsur hara. Menurut Sitorus (2003), pada reaksi tanah netral unsur hara akan lebih tersedia bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan pada tanah gambut. Berdasarkan pengamatan, formasi umum tanah di sepanjang tepi Sungai Merang, wilayah ini dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu : daerah alluvial, muara (km 0) hingga (km 39,4) dan hutan rawa gambut Km 39,4 hingga km 72,5 (hulu). Pada km 0 hingga km ke 40 adalah daerah belukar dan hutan gelam. Pada km ke-10, bahkan dijumpai tanah mineral, yang tidak bergambut lagi. Daerah tersebut dijadikan daerah pertanian. Menurut Lubis et al., (2004), tanah pada satuan lahan dataran alluvial umumnya terbentuk dari endapan sungai berupa endapan liat, lumpur, pasir dan bahan organik. Tanah-tanahnya sudah agak berkembang dicirikan dengan adanya struktur yang sudah terbentuk dan adanya warna karatan. Ketebalan gambut di sepanjang Sungai Merang bervariasi, hal ini dapat dijumpai pada km ke-40 hingga ke hulu. Menurut Wahyunto et al. (2003) tanah gambut yang ada di Sungai Merang yang ditemukan adalah Haplosaprits (Organosol Saprik) dan Haplohemist (Organosol Hemik) dengan ketebalan gambut bervariasi dari sangat dangkal (< 50 cm) hingga sangat dalam (450 cm). Tanah gambut dalam ( cm), dijumpai di bagian tengah sampai hulu Sungai Merang, sedangkan gambut dangkal ( cm) dijumpai di bagian tepian atau hilir Sungai Merang. Sebaran gambut ini selengkapnya disajikan dalam Gambar Kualitas Air Ekosistem gambut di Sungai Merang merupakan keterpaduan antara ekosistem perairan dan ekositem daratan. Proses pembentukan tanah gambut terjadi dengan kondisi tanah yang terus berair. Tinggi rendahnya permukaan air di Sungai Merang dan gambut sekitarnya dipengaruhi oleh besarnya curah hujan. Selisih tinggi muka air musim kemarau dan musim hujan bisa mencapai 2 meter, terutama dimulai dari km 0 hingga km 40 (Gambar 5). Pengaruh pasut terhadap ketinggian perairan masih terlihat hingga jarak 39,4-43,1km dari muara Sungai Merang. Hal ini dapat terlihat pada bekas tumbuhan disepanjang sungai dan dirasakan langsung oleh masyarakat yang sering berperahu sepanjang sungai Merang (Gambar 6). Secara umum curah hujan yang mempengaruhi Sungai Merang dijelaskan dalam Gambar 7. al Sungai Tanah Organik Sungai 27

4 Tanah mineral Gambar 5. Ekosistem hutan rawa gambut sungai merang (Murdiyarso, et al., 2004) Gambar 6. Pasang surut harian di Sungai Merang di daerah hilir dan muara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Gambar 7. Grafik curah hujan di Kabupaten Musi Banyuasin tahun (Dinas Klimatologi, 2001) Bulan curah hujan Selain curah hujan, pasang surut juga mempengaruhi tinggi muka air sungai. Berdasarkan hasil pengamatan, pengaruh pasang surut air laut terbagi dalam tiga zona. Zona pertama adalah daerah yang dipengaruhi pasang surut harian air payau /asin. Zona dua adalah zona yang terletak setelah zona pertama, dimana pengaruh pasang surut yang terjadi adalah naik turunnya permukaan air tawar. Zona terakhir adalah zona tiga, pada zona ini sudah tidak ada lagi pengaruh harian pasang surut air. Sungai Merang terletak pada zona kedua dan ketiga, sehingga tidak ada pengaruh salinitas air laut. Zona dua dengan pasang surut harian air tawar terutama dirasakan mulai dari muara hingga km ke 40-an. Setelah itu zona ketiga, dimana tidak ada lagi pengaruh pasang surut harian, dimulai mulai km 40-an hingga ke 28

5 daerah hulu sungai. Selengkapnya pola pasang surut di Sungai Merang disajikan dalam Gambar 8. ZONA - III Rawa Lebak atau Rawa Non Pasang Surut Km 40-an hingga hulu sungai Km 0 Km 40-an ZONA - II Pengaruh pasang surut harian air tawar ZONA - I Gambar 8. Zonasi pasang surut di Sungai Merang (modifikasi dari Wahyunto, et al., 2005) Kesuburan perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi badan air yang menampungnya. Rendahnya ph tanah, berdampak pada rendahnya ph perairan dan kesuburan perairan. Kesuburan perairan gambut adalah rendah, demikian pula yang terjadi di Sungai Merang. Rendahnya nilai ph dan oksigen terlarut ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dari hulu Sungai Merang hingga ke muara (Tabel 2). Nilai ph dibawah 5 tergolong rendah dan akan mengurangi keanekaragaman biota air diantarnya plankton dan ikan. Selain keanekaragaman, menurut Boyd (1988), proses dekomposisi oleh mikroorganisme akan berjalan lambat pada perairan yang ber-ph rendah dekomposisi bahan organik akan berjalan cepat pada ph netral dan alkalis. Kualitas air di daerah gambut dicirikan dengan kondisi perairan yang asam dan kandungan oksigen terlarut yang rendah. Nilai Oksigen dibawah 5 mg/liter kurang baik bagi perikanan, bahkan pada kisaran 1-5 mg/liter pertumbuhan ikan akan 29

6 terganggu Boyd (1988). Dengan kondisi ph dan oksigen yang rendah dekomposisi akan berjalan lambat. Tabel 2. Kualitas air rata-rata di hulu, tengah dan muara Sungai Merang No Uraian Hulu tengah Muara Fisika: 1 Suhu ( o C) Kecerahan (cm) Warna air (visual) hitam hitam Hitam kecoklatan 4 Total padatan tersuspensi/tss (mg/l) Substrat dasar (visual) serasah serasah serasah Kimia: 1 Konduktivitas (ms/cm) Dissolved Oxygen (ppm) PH Kesadahan (mg/l) Alkalinitas (mg/l) tt tt 6 Asiditas (mg/l) COD (mg/l) K (mg/l) Ca (mg/l) Mg (mg/l) Na (mg/l) Total Fe Sulfat (SO4) kekeruhan (NTU) lebar kecepatan arus kedalaman debit Plankton BACILARIOPHYCEAE 1 Asterionella spp Chaetoceros spp Coscinodiscus spp Cyclotella spp Cymbella spp Fragilaria spp Melosira spp Navicula spp Nitzschia spp Pinnularia spp Pleurosigma spp Surirella spp CHLOROPHYCEAE 13 Euastrum spp Pediastrum spp Scenedesmus spp

7 Tabel 2 (Lanjutan) No Uraian Hulu tengah Muara 16 Selenastrum spp Sphaerocytis spp Staurastrum spp Ulothrix spp CYANOPHYCEAE 20 Asteriococcus spp Chroococcus spp Coscinodiscus spp Gloeotrichia spp Kirchneriella spp Jumlah Taksa Jumlah Total Individu Indeks Keanekaragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi Selain ph dan DO, kesuburan perairan juga dapat dilihat dari unsur-unsur logam yang terdapat di dalamnya. Beberapa unsur yang dijadikan indikator kesuburan diantaranya Ca, Mg, K, Na dan Fe. Menurut Cole (1988), perairan yang miskin unsur Kalsium (Ca) biasanya akan diikuti oleh rendahnya ion-ion lainnya yang sangat dibutuhkan tumbuhan akuatik. Kisaran nilai Ca di Sungai Merang adalah 0,07 hingga 0,4. Nilai ini relatif rendah, karena pada umumnya nilai Ca di perairan kurang dari 15 mg/liter atau pada perairan di sekitar batuan karbonat kadarnya adalah mg/liter. Magnesium atau Mg adalah salah satu unsur yang penting di perairan. Magnesium pada tumbuhan terdapat pada klorofil. Unsur ini bersama Ca penyusun utama kesadahan. Kadar unsur ini diperairan alami adalah mg/liter. Nilai unsur ini di Sungai Merang rata-rata 2 mg/liter, sehingga relatif rendah bila dibandingkan kondisi umumnya perairan alami. Nilai Potassium atau Kalium (K) di Sungai Merang adalah 0,198 hingga 1 mg/liter. Nilai ini relatif rendah untuk perairan tawar. Pada perairan tawar alami nilai unsur ini < 10 mg/liter (McNeely et al dalam Effendie 2003). Kosentrasi Sodium atau Natrium (Na) di Sungai Merang adalah 0,015-0,1 mg/liter. Kosentrasi unsur ini cukup rendah bila dibandingkan dengan kosentrasi ratarata di perairan tawar yaitu 50 mg/liter. Pada perairan alami, ratio Na dan K adalah 2:1 hingga 3:1(McNeely et al dalam Effendie 2003), sedangkan ratio Na : K di Sungai Merang berada diluar kisaran tersebut, karena kandungan unsur Pottasium (K) jauh lebih tinggi dari nilai Natrium (Na), baik di hulu, tengah dan hilir/muara. Indikator kesuburan dan karakteristik perairan lainnya adalah yang berhubungan dengan unsur atau ion logam, yaitu alkalinitas, kesadahan dan 31

8 konduktivitas. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam. Dengan demikian alkalinitas merupakan buffer (penyangga) agar perairan stabil. Nilai alkalinitas tidak dapat dihitung jika ph perairan di bawah 5. Parameter selanjutnya setelah alkalinitas adalah kesadahan. Kesadahan adalah gambaran logam divalen. Unsur Ca dan Mg adalah unsur penyusun utama nilai kesadahan. Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan beberapa batuan. Kondisi daerah gambut adalah tanah organik, sehingga nilai kesadahannya lunak. Kisaran nilai kesadahan menurut Effendie (2003) adalah lunak (<50 mg/l); menengah (50-150); sadah ( ) dan sangat sadah (>300). Semakin tinggi nilai kesadahan, akan semakin menghambat toksisitas logam berat di perairan. Air sadah lebih disukai daripada air lunak bagi biota perairan. Nilai kesadahan di Sungai Merang adalah mg/l. Nilai tersebut cukup rendah atau kesadahan air lunak. Air lunak relatif kurang disukai oleh biota ikan. Hal ini dapat dilihat pula pada nilai keanekaragaman ikan dan plankton di Sungai Merang. Parameter selanjutnya setelah kesadahan adalah konduktivitas. Nilai konduktivitas di Sungai Merang relatif kecil. Kisaran untuk perairan tawar alami adalah ms/cm. Nilai konduktivitas di Sungai Merang adalah (ms/cm). Nilai alkalinitas, kesadahan dan konduktivitas selengkapnya disajikan dalam Tabel 2. Arus sungai di Sungai Merang berdasarkan hasil pengamatan tergolong berarus lambat. Kecepatan arus rata-rata di daerah hulu adalah 23,4 cm/detik, pada daerah tengah 24,5 cm/detik dan daerah hilir atau muara 24 cm/detik. Kisaran kecepatan arus sungai menurut Mason (1981), adalah sangat cepat (>100 cm/detik), cepat ( cm/detik), sedang (25-50 cm/detik), lambat (10-25 cm/detik) dan sangat lambat (< 10 cm/detik). Kecepatan arus akan mempengaruhi jenis flora yang tinggal di perairan. Dengan kondisi arus yang relatif lambat, maka banyak vegetasi atau tumbuhan air yang dapat tinggal di sepanjang Sungai Merang. Tumbuhan air merupakan salah satu habitat di perairan yang disukai oleh ikan. Kesuburan perairan selain secara kimia dapat pula dilihat dari indikator biologi. Biota perairan dapat dijadikan indikator biologis mengenai kondisi kualitas air di perairan. Salah satu biota yang dijadikan indikator diantaranya adalah plankton. Nilai keanekaragaman plankton adalah rendah (Tabel 2). Nilai PH perairan sangat berpengaruh pada keanekaragaman plankton. Nilai ph di Sungai Merang adalah rendah. Menurut Baker et al. (1990), dalam Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendie (2003), penurunan nilai ph sebesar 0,5 berdampak pada keanekaragaman plankton. Penurunan menjadi 6-6,5 mengakibatkan penurunan keanekaragaman plankton dan benthos. Pada kisaran 5,5-6,0 akan semakin nampak dan pada kisaran 5,0-5,5 32

9 nampak tidak hanya pada plankton juga pada perifiton. Pada kisaran 4,5-50 penurunan akan semakin besar Jenis-Jenis Fauna Wilayah survey fauna meliputi daerah muara Sungai Merang (km 0) hingga km 70. Selama waktu tersebut, dicatat beberapa spesies yang dilindungi dengan kategori : (1) Dilindungi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia (P) (2) kategori Genting (Endangered) karena tingkat keterancaman kepunahannya berdasarkan IUCN Red Data List (3) Appendix I, merupakan jenis yang terancam kepunahan dan perdagangannya diatur hanya untuk kebutuhan tertentu saja seperti untuk penelitian dan (4) Appendix II, merupakan spesies yang saat ini tidak terlalu terancam kepunahan jika perdagangannya diatur berdasarkan kuota yang disepakati dalam konvensi antara negara yang meratifikasi CITES (COP). Keberadaan fauna di kawasan Sungai Merang dan sekitarnya terancam punah seiiring dengan kondisi kerusakan vegetasi di lahan gambut. Jenis-jenis fauna yang didapat selengkapnya disajikan dalam Lampiran Struktur Komunitas Ikan Berdasarkan survey dilapangan, terdapat sedikitnya 40 jenis ikan di dalam kawasan Sungai Merang, yang terbagi dalam lima ordo berdasarkan banyaknya spesies yaitu Perciformes, Siluriformes, Cypriniformes, Cyprinidontiformes dan Osteglossiformes. Semua jenis yang didapat, sebagian dari Sungai Merang dan sebagian lagi dari Sungai Lalan yang masuk ke Sungai Merang pada saat musim hujan atau saat permukaan air meninggi terutama di daerah muara dan hilir Sungai Merang. Jenis-jenis ikan Sungai Lalan tersebut adalah dari ordo Perciformes, Siluriformes dan Cypriniformes. Ordo Perciformes yaitu ikan sumpit (Toxotes jaculatrix), tilan (Mastacembelus sp) dan sebengkah (Leiognathus equulus). Ordo siluriformes yaitu ikan juaro (Famili pangasidae). Ordo Cypriniformes yaitu seluang beras (Rasbora sumatrana) ikan aro (Osteochilus melanopleura) dan unggut-unggut (Osteochilus kappenii). Selengkapnya jenis-jenis ikan yang dijumpai di Sungai Merang disajikan dalam Gambar 9 hingga Gambar 14 serta Lampiran 5. 33

10 Gambar 9. ikan sianang ( Mystus bimaculatus) Gambar 10. ikan elang (Datnoides microlepis) Gambar 11. Ikan toman (Channa micropeltes) Gambar 12. Seluang kremasan ( Rasbora kalochroma) Gambar 13. Telur bujuk (Channa lucius) Gambar 14. Telur pepunti (Leiocassis sp) Biologi Perikanan Berdasarkan analisis hubungan antara panjang dan berat ikan, nilai konstanta b pada semua jenis ikan yang ada di Sungai Merang adalah lebih kecil daripada 3. Nilai ini menunjukkan bahwa ikan memiliki pola pertumbuhan panjang lebih dominan daripada berat (Lampiran 11). Dengan demikian secara umum ikan-ikan yang ada di Sungai Merang dalam keadaan kurus. Pertumbuhan ikan yang relatif kurus ini, menurut Sinaga et al. (2000) disebabkan ukuran ikan dan kompetisi makanan. Perbedaan ini dapat disebabkan faktor dalam dan faktor luar. Faktor 34

11 dalam meliputi keturunan, jenis kelamin, umur, parasit dan penyakit. Adapun faktor luar yang utama adalah makanan dan suhu perairan. Faktor makanan erat kaitannya dengan kesuburan perairan. Secara umum kondisi Sungai Merang tidak subur atau miskin unsur hara. Selain miskin unsur hara, perairan inipun memiliki ph perairan yang rendah dan kandungan oksigen terlarut yang rendah pula, sehingga hanya sedikit organisme yang dapat hidup di lokasi tersebut. Hubungan antara Fekunditas, Musim Bertelur Ikan dan Musim Tangkapan Ikan. Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan (Effendie, 1997). Fekunditas ikan dapat digunakan untuk menduga jumlah populasi yang akan dihasilkan dalam ekosistem perairan. Secara umum ikan-ikan hasil tangkapan belum menunjukkan tanda-tanda mulainya musim pemijahan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kematangan gonad yang belum matang. Namun demikian dari beberapa jenis ikan, terutama famili Channidae (bujuk, gabus dan toman), seluang beras (Rasbora sp) dan pepunti (Leiocassis sp) berhasil didapatkan telur yang relatif telah memasuki tingkat kematangan gonad ke -3 atau ke-4. Berdasarkan pengamatan bulan juli-agustus, pada ikan betina dari family Channidae ( bujuk, gabus dan toman) hampir seluruhnya terdapat telur, demikian juga dengan bulan juli Fekunditas ikan bujuk sekitar butir telur. Fekunditas ikan pepunti (Leiocassis sp) sekitar an dan seluang beras sekitar 5000-an. Fekunditas ikan sebengkah dan tapa kero belum bisa dihitung karena gonadnya masih berada pada tingkat kematangan gonad ke 2 hingga 3. Pola pemijahan yang hampir bersamaan ini diduga menyesuaikan dengan kondisi musim yang akan masuk musim hujan, karena trigger pemijahan spesies ikan antara lain adalah adanya air baru (awal musim hujan). Jumlah fekunditas yang cukup besar, merupakan potensi yang sangat besar bagi hasil perikanan bila dikelola dengan baik. Informasi yang diberikan nelayan adalah berdasarkan pengalaman sebelum ikut kegiatan illegal logging. Selain illegal logging, kegiatan penyetruman menurut nelayan lebih mempercepat kelangkaan hasil tangkapan ikan. Memasuki tahun 2000-an adalah tahun terburuk bagi usaha perikanan, karena gangguan illegal logging dan kegiatan penyetruman terjadi semakin marak. Selain fekunditas ikan, buaya sinyulong merupakan salah satu indikator untuk melihat jumlah populasi ikan di sungai. Jumlah ikan yang semakin turun, dapat dilihat dengan semakin banyaknya buaya sinyulong yang tertangkap dengan bubu ikan atau 35

12 memakan umpan ikan pada pancing tajur. Hal ini banyak terjadi pada tahun 2001 dan Musim bertelur buaya ini sekitar Juli. Selanjutnya pada bulan Agustus, telur dierami di tanah gambut dan akan menetas bulan September, awal musim hujan. Dengan demikian kondisi muka air yang tinggi memudahkan anak buaya masuk ke perairan, karena lokasi bertelur biasanya agak jauh dari sungai (Bezuijen et al., 2001 & 2002). Lokasi penetasan telur relatif aman karena jauh dari sungai. Telur akan menetas ketika mulai masuk musim penghujan. Pada saat itu air mulai tinggi dan menggenangi hingga daerah sekitar sarang buaya sinyulong. Kondisi ini memudahkan bayi buaya untuk mencapai air dan bersamaan dengan itu juga akan banyak juvenile ikan yang tersebar ke dalam hutan, sebagai sumber makanan KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Sejarah Desa Muara Merang Penduduk asli Desa Muara Merang belum dapat diidentifikasi dengan pasti. Namun ada sebagian warga mengatakan bahwa penduduk asli desa ini adalah Suku Anak Dalam (suku Kubu) yang sekarang ada beberapa orang tinggal di Dusun Kepahiang. Pada tahun Dinas Sosial Propinsi membuat daerah ini sebagai daerah binaan Departemen Sosial. Salah satu programnya adalah pembinaan sosial terhadap Suku Kubu yang berada di lokasi ini dengan membangun beberapa fasilitas perumahan serta prasarana umum bagi mereka. Namun warga dari suku Kubu ini hampir seluruhnya tidak dapat bertahan untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat sehingga sebagian besar kembali masuk hutan. Perkembangan selanjutnya di daerah ini banyak ditempati oleh warga pendatang lainnya (dari Muba, OKI atau dari Palembang). Beberapa orang yang tersisa dapat beradaptasi hingga saat ini bermukim di Kepahiang dengan mata pencarian sebagai pengrajin anyaman. Berdasarkan keterangan tokoh masyarakat yang telah lama tinggal di daerah ini (sejak tahun 1972), masyarakat Desa Muara Merang berasal dari daerah sekitar Pangkalan Balai dan hulu Sungai Lalan. Pada tahun-tahun tersebut mereka sebagai pencari ikan di sekitar Desa Muara Merang dan bermukim di sana. Laju pertumbuhan jumlah penduduk pada saat sekitar 26 jiwa / tahun Kegiatan Perikanan di Sungai Merang dan Sekitarnya dari Dulu Hingga Sekarang Lelang sungai adalah suatu mekanisme pemilikan sungai selama setahun untuk mengambil hasil perikanan. Mekanisme ini berjalan sejak zaman dahulu, 36

13 sebelum ada sistem pemerintahan desa. Sungai yang dilelang bukan tempat transportasi utama masyarakat dan tidak banyak penduduk yang tinggal sepanjang sungai. Sungai tersebut biasanya bermuara ke sungai lain yang lebih besar, seperti misalnya sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Lalan (contohnya Sungai Bakung, Sungai kepahiyang, Sungai Merang dan Sungai Medak). Pemanfaatan sungai untuk mencari hasil ikan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat di Sungai Medak dan Sungai Merang. Di beberapa bagian sungai terdapat lubuk, yaitu bagian yang terdalam dari sungai. Ada Beberapa lubuk di Sungai Merang, dimulai dari stasiun 8 (Daerah Lubuk Buntik) dan beberapa ke arah hulu Sungai Merang. Kegiatan perikanan yang masih dapat bertahan berkaitan dengan lelang sungai terdapat di Sungai Medak dan Sungai Merang. Sungai Bakung tidak lagi di lelang karena hasil perikanan sangat jauh berkurang semenjak lahan di sekitar sungai tersebut seluruhnya telah berubah menjadi area perkebunan intensif kelapa sawit. Sebelum dijadikan perkebunan, daerah ini menjadi daerah HPH dan penebangan liar. Sungai Kepahiyang tidak lagi dilelang karena hasil kayu dan hasil ikan sudah jauh berkurang. Kegiatan perikanan di Sungai Medak masih terus bertahan, karena sebagian besar warga Desa Medak adalah penduduk asli, dengan tetap memegang adat zaman pemerintah marga, walaupun sudah berganti menjadi pemerintahan desa. Hasil perikanan dari sungai ini lebih tinggi dibandingkan Sungai Merang, walaupun luasan hutan dan sungai lebih kecil daripada Sungai Merang Sungai Medak sama dengan sungai lainnya, tidak bisa terlepas dari gangguan eksploitasi kayu hutan dari penebangan, pembuatan parit hingga pengangkutan hasil hutan melalui sungai yang juga merupakan tempat mencari ikan. Namun demikian, hingga sekarang lelang sungai untuk hasil perikanan terus berjalan, bahkan jumlah KK yang bergerak di sektor perikanan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Mekanisme pelelangan sungai dilakukan bersama aparat dari kecamatan, dimana hak lelang sepenuhnya diserahkan ke kelompok masyarakat setempat. Investor dari luar tidak dapat menguasai sungai berdasarkan peraturan dari sebelum ada pemerintahan marga (sebelum ada Desa) hingga sekarang. Masyarakat pendatang bila ingin menangkap ikan harus menjadi anggota kelompok. Penggunaan alat tangkap setrum dan racun dilarang, baik wilayah lelang maupun di luar daerah lelang. Sungai Merang sejak zaman dulu dilelang untuk kegiatan perikanan. Pada era 70-an dan awal 80-an, daerah ini dianggap memiliki hasil perikanan yang berlimpah dibanding sungai-sungai lainnya yang bermuara ke Sungai Lalan. Namun lama kelamaan hasil perikanan terus merosot dan tidak lagi dapat menjadi mata pencarian utama. Kegiatan eksploitasi hutan berjalan seiring dengan aktivitas 37

14 perikanan. Sejak tahun 2001, lelang sungai tidak lagi untuk perikanan tapi khusus untuk hasil kayu hutan. Kerusakan ekosistem akibat eksploitasi hutan, apalagi dengan dibangunnya parit di sepanjang sungai membuat kegiatan perikanan hanya sebagai pelengkap, namun eksploitasinya justru meningkat, terutama dengan penggunaan setrum atau listrik sebagai alat tangkap ikan Kegiatan Logging di Sungai Merang dari Zaman HPH Hingga Sekarang Pada Tahun di daerah ini mulai terdapat prasarana jalan dan pasar desa. Pada tahun-tahun inilah mulai datang HPH PT BRUI, PT KMPI, PT Inhutani, PT SST yang kemudian pada tahun-tahun selanjutnya muncul perusahaan Perkebunan PT Pinang Sawit Mas, Eksploitasi Minyak PT Gulf yang sekarang berganti PT Conoco Philips. Perusahaan HPH telah berakhir masa konsesinya sejak tahun Setelah itu, muncullah aktifitas baru bagi beberapa warga yang sebelumnya berprofesi sebagai nelayan pencari ikan menjadi penebang liar di dalam hutan. Warga yang memiliki modal banyak umumnya menjadi investor (boss atau touke kayu). Boss atau taoke kayu ini semakin banyak berdatangan baik dari masyarakat lokal hingga yang datang dari Palembang yang berkerja secara illegal. Seiring dengan aktifitas tersebut juga telah bermunculan puluhan sawmill di sepanjang daerah ini. Walaupun dikategorikan sebagai desa terpencil, Muara Merang adalah sebuah desa yang sangat terbuka bagi para pendatang sebagai buruh tebang kayu maupun bagi mereka yang melakukan bisnis kayu / pengusaha kayu. Mayoritas penduduk sejak tahun 2000 adalah para pendatang untuk usaha kayu. Pada akhir-akhir ini posisi masyarakat mulai bergeser karena lebih banyak pendatang umumnya dari Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten OKI untuk merambah hutan (illegal logging) dan membawa pekerja dari daerahnya masingmasing. Sehingga warga lokal banyak yang kehilangan mata pencarian dan kesulitan untuk beralih profesi Mata Pencarian Penduduk Asli Desa Muara Merang Desa Muara Merang terbagi dalam tiga dusun, yaitu Dusun Kepahiyang, Dusun Bina Desa dan Dusun Bakung. Dusun Kepahiyang terletak di muara Sungai Kepahiyang, Dusun Bina Desa pada muara Sungai Merang dan Dusun Bakung terletak di muara Sungai Bakung. Dengan demikian semua pemukiman warga berada di muara sungai. Semua sungai ini bermuara ke Sungai Lalan. Pusat pemerintahan berada di Dusun Bakung. Transportasi seluruhnya menggunakan fasilitas sungai dengan menggunakan perahu, speedboat dan kapal/ perahu bermotor. 38

15 Jumlah kepala keluarga (KK) berdasarkan keterangan tokoh masyarakat dan kepala Dusun/ ketua RT adalah 196 KK (Dusun Kepahiyang), 68 KK (Dusun Bina Desa) dan 176 KK (Dusun Bakung). Data penduduk selengkapnya disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Muara Merang No Keterangan Jumlah Prosen (%) 1. Penduduk laki-laki 650 jiwa 52 % 2. Penduduk perempuan 592 jiwa 48 % 3. Jumlah keseluruhan penduduk jiwa 4. Kepadatan penduduk 60 jiwa/km2 5. Angka pertumbuhan/perubahan penduduk 26 jiwa/ tahun 0,02 % Dalam satu KK, jumlah tenaga kerja bisa lebih dari satu, karena umumnya anak laki-laki usia menjelang remaja akan ikut bekerja dan tidak melanjutkan sekolah. Hanya sebagian kecil warga yang melakukan aktivitas di perikanan dan illegal logging. Seluruh warga yang berprofesi bekarang/nelayan adalah warga Desa Muara Merang. Banyak warga yang kembali ke profesi semula dan meninggalkan kegiatan illegal logging. Kegiatan perikanan dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus menjadi nelayan, karena lingkungan tinggal mereka dikelilingi sungai. Namun demikian tetap Intensitas penangkapan nelayan lebih tinggi. Jumlah unit usaha warga Desa Muara Merang selengkapnya disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Jumlah unit usaha warga Desa Muara Merang No Usaha Unit DUSUN Kepahiyang Bina Desa Bakung 1 Padi Orang Palawija Padi dan Palawija Holtikultura Perkebunan rakyat Kehutanan Ternak Bekarang/nelayan* Penangkar satwa liar Memungut hasil hutan (pembalok) & menangkap satwa liar** 11 Jasa pertanian Kuasa usaha Pengolah hasil pertanian Buruh tani total * Persentase % **Persentase

16 Kondisi sekarang Desa Muara Merang memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dan 440 KK, yang bermukim di 3 dusun, yaitu Dusun Kepahiyang, Dusun Bakung dan dusun Bina Desa. Mobilitas penduduk Desa Muara Merang sangat tinggi, dimana pada musim air pasang / hujan terdapat perubahan penambahan penduduk yang cukup besar, dimana terdapat antara jiwa warga pendatang sebagai pembalok yang melakukan penebangan liar di hutan gambut yang ada di wilayah desa. Sementara pada musim kemarau / kering terdapat antara jiwa warga pembalok tersebut. Mereka hampir seluruhnya / sebagian besar adalah warga dari Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten OKI yang tidak terdaftar sebagai warga desa secara resmi. Para pendatang ini umumnya hanya bertahan untuk bermukim selama 3 4 bulan, baik datang sendiri maupun didatangkan oleh para pemilik modal (cukong kayu). 40

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan

Lebih terperinci

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3. 1 Luas dan Lokasi Hutan Gambut Merang terletak dalam kawasan Hutan Produksi Lalan di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir memiliki lebar maksimal 20 meter dan kedalaman maksimal 10 meter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b Tema 7 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai Muhammad Rijal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar

Lebih terperinci

Komponen Lingkungan Iklim Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Metode Lokasi - Suhu udara - Pengumpulan - Kelembaban nisbi data sekunder udara - Pengukuran di - Kualitas udara Lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

Pelingkupan Dampak Penting Pelingkupan Wilayah Studi Identifikasi Dampak Potensial Langkah 1 : Identifikasi Rencana Kegiatan Proyek Langkah 2 : Identifikasi Tipe Eksosistem Langkah 3 : Identifikasi Komponen

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Pengamatan Desa Otiola merupakan pemekaran dari Desa Ponelo dimana pemekaran tersebut terjadi pada Bulan Januari tahun 2010. Nama Desa Otiola diambil

Lebih terperinci

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi Oleh Bastoni dan Tim Peneliti Balai Litbang LHK Palembang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN

PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN ABSTRAK PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN Marson 1) dan Mas Tri Djoko Sunarno 2) 1) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan zat yang paling banyak terdapat dalam protoplasma dan merupakan zat yang sangat esensial bagi kehidupan, karena itu dapat disebut kehidupan adalah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kajian populasi Kondisi populasi keong bakau lebih baik di lahan terlantar bekas tambak dibandingkan di daerah bermangrove. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kepadatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

Jenis Jenis Sumberdaya Alam di Indonesia ( Pertemuan ke-3 )

Jenis Jenis Sumberdaya Alam di Indonesia ( Pertemuan ke-3 ) Jenis Jenis Sumberdaya Alam di Indonesia ( Pertemuan ke-3 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

bentos (Anwar, dkk., 1980).

bentos (Anwar, dkk., 1980). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,

Lebih terperinci

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami jenis sungai berdasarkan formasi batuan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas garis pantai yang panjang + 81.000 km (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007), ada beberapa yang

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah perairan yang memiliki luas sekitar 78%, sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang mendominasi. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia membentang 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0-141 0 BT, sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua Australia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya PENGETAHUAN RAWA RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik,

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 30 km di Sumatera Utara, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah Keanekaragaman Plankton pada Hutan Mangrove KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika Kimia Perairan dan Substrat Estuari mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda dengan sungai dan laut. Keberadaan hewan infauna yang berhabitat di daerah estuari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembakang Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, hidup pada habitat danau atau sungai dan lebih menyukai air yang bergerak lambat dengan vegetasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai memiliki berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk sebuah jaringan kehidupan yang saling mempengaruhi. Sungai merupakan ekosistem

Lebih terperinci

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xi xv

Lebih terperinci