ANALISIS PENDAPATAN PETANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL TINA ELLYA WATI

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN PETANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL TINA ELLYA WATI JURUSAN / PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

2 ANALISIS PENDAPATAN PETANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TINA ELLYA WATI D1B Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P Ir. Yanuar Fitri, M.Si NIP NIP Mengetahui Ketua Jurusan / Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Ir. Emy Kernalis, M.P NIP

3 ANALISIS PENDAPATAN PETANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Tina Ellya Wati 1, Dewi Sri Nurchaini 2 dan Yanuar Fitri 2 1) Alumni Jurusan Agribisnis Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unja 2) Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja tina.ellyawati@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui besarnya pendapatan petani kelapa dalam di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2) Untuk mengetahui besarnya kontribusi usahatani kelapa dalam terhadap pendapatan petani di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 3) untuk mengetahui besarya NTP (Nilai Tukar Petani) pada petani kelapa dalam di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Maret sampai dengan 25 April Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dan penentuan responden dilakukan menggunakan teknik proportionate random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif. Analisis pendapatan digunakan untuk menjawab permasalahan dan tujuan tentang besarnya biaya dan pendapatan petani kelapa dalam. Analisis NTP digunakan untuk mengetahui besarnya NTP pada petani kelapa dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa usaha yang diusahakan selain usahatani kelapa dalam, seperti usahatani pinang, usahatani kelapa sawit, dan usahatani karet, serta usaha diluar sektor pertanian yaitu usaha warung. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani kelapa dalam di Kecamatan Pengabuan adalah seluas 1,4 ha dan rata-rata pendapatan usahatani kelapa dalam berdasarkan biaya yang dibayarkan di Kecamatan Pengabuan adalah sebesar Rp pada tahun Rata-rata pendapatan petani kelapa dalam terbesar terletak pada pola usaha II yaitu sebesar Rp , hal ini dikarenakan pada pola usaha II ada dua puluh enam respoden yang mengusahakan usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang. kontribusi terbesar yang diberikan usahatani kelapa dalam terhadap pendapatan petani terbesar yaitu 84,68 persen yaitu pada pola usaha II. Nilai tukar petani kelapa dalam terbesar sebesar 184,93 persen yaitu pada pola usaha II. Kata kunci : petani kelapa dalam, pendapatan, kontribusi dan nilai tukar petani ABSTRACT This research arms to: 1). To know the magnitude of the coconut farming income at Kecamatan PengabuanKabupaten Tanjung Jabung Barat. 2). To know the magnitude of the coconut farming towands farmer at Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 3. To know the magnatude of the coconut farming NTP at Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. The data used in this study was primary and secondary data. The research was done in 06 March until 25 April The methods of data analyze used was kualitaive descriptive analysis. income analysis and farming feasibility study, NTP analysis to know the magnatude of the coconut farming NTP. The research result showed thatmany business done other than coconut farming, such as, pinang farming, palm oil farming, and rubber farming. In addition, the farming any too done the bussines out of the agricultural sector that is shop bussines. The average land area of the coconut farmer at Kecamatan Pengabuan it is about 1,4 ha and the averageof the coconut farmer income based on thr cost that have paid out at Kecamatan Pengabuan is as Rp in the year of The average of the siam orange farmer income at Kecamatan Pengabuan depend on the bussines pattern that is as Rp , this is due to the II bussines pattern any twenty six responden to work on it. The biggest contibution that gave from coconut towards the farmer income only ranges 84,68 percent that is on the II bussines. The biggest NTP that gave from coconut towards only ranges 184,93 percent that is on the II bussines. Keyword : income, contribution, coconut farming NTP. 1

4 PENDAHULUAN Secara umum pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Untuk itu sektor pertanian yang memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, hal ini ditunjukkan dari penyerapan tenaga kerja yang masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu dari 90,8 juta penduduk Indonesia yang bekerja sekitar 44,3 % bekerja di sektor pertanian (Astuti, 2010) kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional selain dari besarnya lapangan pekerjaan yang diciptakan, sektor pertanian juga berperan dalam rangka perbaikan konsumsi dan kualitas gizi masyarakat serta kontribusi dalam menghasilkan devisa negara. Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang banyak mengusahakan tanaman perkebunan baik perkebunan rakyat, perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta. Terdapat lima perkebunan unggulan di Provinsi Jambi yaitu karet, kelapa sawit, kelapa dalam, cassiavera, dan kopi (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2013). Provinsi Jambi merupakan salah satu penghasil kelapa yang memiliki potensi pengembangan cukup besar. Perkembangan luas kelapa dalam di Provinsi Jambi selama lima tahun terakhir cenderung menurun begitu juga dengan produksi kelapa dalam, jadi dapat diasumsikan bahwa turunnya luas panen kelapa dalam akan berpengaruh terhadap produksi kelapa dalam. Turunnya produksi kelapa dalam akan berdampak pada pendapatan petani kelapa dalam. Salah satu kabupaten yang memproduksi kelapa dalam terbesar adalah Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kelapa dalam termasuk komoditas unggulan di Kecamatan Pengabuan. Kecamatan Pengabuan merupakan kecamatan yang memproduksi kelapa dalam paling tinggi di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Masalah yang sering dihadapi petani adalah, kurangnya modal untuk mencukupi saprodi terutama pupuk, obat-obatan yang harganya semakin lama semakin tinggi dapat mengakibatkan kurangnya petani dalam melakukan perawatan terhadap tanaman kelapa dalam, baik dari segi perawatan lahan dan juga pemupukan. Besarnya biaya input produksi dan rendahnya harga jual produksi kelapa dalam, peningkatan kesehjateraan petani kelapa dalam tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan kegiatan usahatani kelapa dalam saja, hal ini mendorong petani untuk mencari tambahan pendapatan lain dengan melakukan penganekaragaman usaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada prinsipnya keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya dilihat dari peningkatan produksi komoditas produk pertaniannya saja, tetapi juga peningkatan tingkat kesejahteraan petaninya. Peningkatan kesejahteraan petani salah satunya dapat diukur menggunakan indeks Nilai Tukar Ptani (NTP). Peningkatan kesejahteraan diukur dari peningkatan daya beli pendapatan untuk memenuhi pengeluarannya tersebut. Semakin tinggi daya beli pendapatan petani terhadap kebutuhan konsumsi maka semakin tinggi nilai tukar petani dan berarti secara relatif petani lebih sejahtera. (BPS, 2012). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui besarnya pendapatan petani kelapa dalam di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2) Untuk mengetahui besarnya kontribusi usahatani kelapa dalam terhadap pendapatan petani di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 3) untuk mengetahui besarya NTP petani kelapa dalam di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2

5 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pengabuan. Pemilihan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa di Kecamatan Pengabuan tercatat daerah produksi kelapa dalam terbesar kedua di Provinsi Jambi tahun Penelitian ini dilaksanakan di 4 desa yaitu Desa Parit Pudin, Desa Sungai Baung, Desa Sungai Raya dan Desa Teluk Nilau yang berdasarkan data tahun 2015 bahwa 4 desa ini memiliki luas panen dan produksi terbesar serta satu desa lainnya produksi kelapanya terkecil. Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah petani kelapa dalam. Petani kelapa dalam yang diteliti adalah petani pemilik, dan untuk melihat pendapatan petani kelapa dalam berdasarkan pola usaha, kontribusi usahatani kelapa dalam dalam pendapatan petani, dan nilai tukar petani kelapa dalam. Untuk presisinya diambil 12,5%, dimana jumlah petani kelapa dalam lebih dari 100. Setelah dilakukan perhitungan maka didapatlah jumlah sampel yaitu sebanyak 62 orang, untuk jumlah petani yang akan dijadikan responden pada penelitian yang mewakili masing-masing desa yaitu Desa Desa Parit Pudin sebanyak 19 orang, Desa Sungai Baung sebanyak 19 orang, Desa Sungai Raya sebanyak 14 orang dan Desa Teluk Nilau sebanyak 10 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dilakukan secara acak sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan 06 Maret sampai dengan 25 April Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis pendapatan usahatani dengan menggunakan rumus (Hernanto, 1998) sebagai berikut: Pd = TR TC Pd = (Py.Y) (TFC + TVC) Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani (Rp /Th) TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp /Th) TC = Total Pengeluaran Usahatani (Rp/Th) Y = Produksi (Btr/Th) Py = Harga Jual (Rp/Btr) TFC = Total Fix Cost (Rp/Th) TVC = Total Variable Cost (Rp/Th) Untuk menentukan kontribusi pendapatan kelapa dalam terhadap total pendapatan petani menggunakan rumus (Widodo, 1995) sebagai berikut. KUn = (Pendapatan kelapa dalam)/(total Pendapatan Petani) X 100% Dimana : Kun = Kontribusi pendapatan usahatani kelapa dalam terhadap pendapatan petani n = Pendapatan Non kelapa dalam Selanjutnya untuk mengetahui besar NTP (Nilai Tukar Petani) pada petani kelapa dalam digunakan rumus sebagai berikut (Zaenal et al 2012) NTP kd =p Kd /C total x 100% Dimana : p Kd = Penerimaan kelapa dalam C total = Pengeluaran total petani kelapa dalam NTP kd = NTP pada petani kelapa dalam 3

6 Deskripsi Petani Responden HASIL DAN PEMBAHASAN Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 62 petani kelapa dalam yang diperoleh dari 4 desa, yaitu Desa Parit Pudin, Desa Sungai Baung, Desa Sungai Raya dan Desa Teluk Nilau. Adapun yang menjadi penentu identitas petani responden di daerah penelitian mencakup umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan jumlah anggota keluarga. Dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Identitas Petani Responden Berdasarkan Umur Petani, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Berusahatani, Dan Jumlah Anggota Keluarga Di Daerah Penelitian Tahun No Karakteristik Satuan Kisaran Rata-Rata Umur Petani Tingkat Pendidikan Pengalaman Berusahatani Jumlah Anggota Keluarga Tahun Pendidikan Formal Tahun Orang Tamat SD Tamat SMA Tamat SD 21 4 Berdasarkan Tabel 1 memperlihatkan tentang keadaan umur petani responden didaerah penelitian. Rata-rata umur petani sampel didaerah penelitian berusia 44 tahun. Sebagian besar petani kelapa dalam di daerah penelitian berusia produktif, menurut Hernanto (1998 ), bahwa usia produktif adalah mereka yang bekerja pada usia produktif tahun, dimana pada usia tersebut seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan fisik yang baik untuk mengelola usahanya. Tingkat pendidikan petani sampel didaerah penelitian masih relatif rendah yaitu terletak pada kelompok tamat pada tingkat Sekolah Dasar (SD ). Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kecerdasan, hal ini sejalan dengan pendapat Hernanto (1998) bahwa tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi cara berfikir, menerima dan mencoba hal baru. Petani yang berpendidikan tinggi lebih tanggap dengan perkembangan teknologi pertanian dan lebih mampu menyerap informasi baru guna meningkatkan usahataninya. Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang yang menjadi beban atau tanggungan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata anggota rumah tangga petani responden di daerah penelitian berjumlah 4 orang. Pengalaman berusahatani adalah pengalaman petani berusahatani kelapa dalam yang dinyatakan dalam tahun. Pengalaman berusahatani dapat mempengaruhi terhadap inisiatif petani dalam mengambil keputusan dalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi pengalaman berusatani semakin baik hasil produksi yang dihasilkan oleh petani tersebut (Soekartawi,1995) Gambaran Umum Usahatani Kelapa Dalam Keadaan umum usahatani kelapa dalam di daerah penelitian mencakup luas lahan kelapa dalam, jumlah pohon kelapa dalam,harga kelapa dalam, dan jumlah produksi kelapa dalam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 : Tabel 2. Keadaan Umum Usahatani Kelapa Dalam Berdasakan Luas Lahan, Jumlah Pohon Kelapa Dalam, Harga Kelapa Dalam, Produksi Kelapa Dalam, dan Luas Lahan Kepemilikan Di Daerah Penelitian Tahun 2017 No Karakteristik Satuan Kisaran Rata-Rata Luas Lahan Kelapa Dalam Jumlah Pohon Kelapa Dalam Harga Kelapa Dalam Jumlah Produksi Kelapa Dalam Hektar Pohon/hektar Rp/Btr Btr/Hektar 0,5 2, ,

7 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dan rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani kelapa dalam di daerah penelitian adalah 1,4 hektar. Luas lahan merupakan faktor produksi dalam berusahatani, semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin banyak produksi yang dihasilkan (Suratiyah,2011) Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Tahun 2017, jumlah pohon kelapa dalam perhektar yang dimiliki petani sampel didaerah penelitian bervariasi. Jumlah pohon kelapa dalam rata-rata yang dimiliki petani sampel yaitu 203 pohon/ha dengan kisaran pohon/ha. Harga rata-rata kelapa dalam yang diterima petani sampel di daerah penelitian pada saat penelitian tahun yaitu sebesar Rp /btr dengan harga terendah Rp 2.000/btr dan harga tertinggi mencapai Rp /btr. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata produksi kelapa dalam yang dihasilkan petani di daerah penelitian yaitu sebesar btr/ha/tahun. Pada umumnya petani di daerah penelitian petani tidak hanya mengusahatanikan kelapa dalam, namun masih ada beberapa jenis usaha yang dilakukan seperti usahatani pinang, kelapa sawit, dan karet. Banyaknya pola tanam yang diterapkan petani antara lain pola tanam I hingga pola tanam V. Berikut Tabel 3 distribusi petani kelapa dalam berdasarkan pola usaha di daerah penelitian. Tabel 3. Distribusi Pola Usaha Petani Jeruk Siam di Daerah Penelitian Tahun 2016 Pola Usaha Jenis Usaha Jumlah (Orang) Persentasi (%) Pola I Usahatani kelapa dalam monokultur 16 25,80 Pola II Usahatani kelapa dalam dan pinang 26 41,94 Pola III Usahatani kelapa dalam dan kelapa sawit 7 11,29 Pola IV Usahatani kelapa dalam dan usahatani karet 9 14,52 Pola V Usahatani kelapa dalam dan usaha warung 4 6,45 Jumlah Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa petani di daerah penelitian mengusahakan usahatani sebanyak 5 pola usaha. Diketahui bahwa jenis usaha yang paling banyak diusahakan adalah pola usaha II, dari 62 petani sampel terdapat 26 petani atau sebesar 41,94 % yang mengusahakan usahatani kelapa dalam dan pinang. Usaha diluar sektor pertanian yang dilakukan petani sampel adalah pola usaha V yaitu usahatani kelapa dalam dan usaha warung sebanyak 4 orang dari 62 petani sampel atau sebesar 6,45 %. Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam Berusahatani kelapa dalam merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi kelapa dalam, yang akhirnya bertujuan untuk mendapatkan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh petani sampel adalah jumlah produksi kelapa dalam dengan harga jual kelapa dalam, kemudian dikurangi dengan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan dikonversikan kedalam satu tahun. pendapatan usahatani dipengaruhi oleh jumlah penerimaan usahatani dan dipengaruhi oleh biaya produksi usahatani. Pada beberapa biaya produksi, seperti tenaga kerja, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida. Hal ini tentunya mempengaruhi perbedaan pendapatan usahatani antar berbagai pola. Adapun rata-rata pendapatan usahatani kelapa dalam tiap pola usaha dapat dilihat pada Tabel 4: 5

8 Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Usahatani kelapa dalam Tiap Pola di Daerah Penelitian Tahun 2016 Pola Usaha Penerimaan kelapa dalam Biaya Produksi kelapa dalam Pendapatan kelapa dalam Pola I Pola II Pola III Pola IV Pola V Jumlah Rata-rata Berdasarkan Tabel 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan tertinggi terdapat pada usahatani dengan pola V yaitu sebesar Rp dan pendapatan terendah pada usahatani kelapa dalam pada pola IV yaitu sebesar Rp Pendapatan Petani Kelapa Dalam Pekerjaan petani kelapa dalam dilakukan petani untuk memberikan sumbangan terhadap pendapatan total petani, petani yang memiliki pekerjaan yang di dukung oleh biaya keperluan seharihari yang tinggi sehingga mengharuskan petani untuk bekerja mengusahatanikan di luar kelapa dalam dan juga dikarenakan petani yang memiliki waktu senggang dalam usahatani. Berikut mengenai rata-rata pendapatan petani kelapa dalam tiap pola usaha dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Total Petani Kelapa Dalam Tiap Pola Usaha Di Daerah Penelitian Tahun 2016 Pola Usaha Pendapatan Petani Kelapa Dalam Pendapatan Petani Non Kelapa Dalam Pendapatan Petani Diluar Sektor Pertanian Total Pendapatan Petani Pola I Pola II Pola III Pola IV Pola V Jumlah Rata-rata Dari Tabel 5 dapat ditarik kesimpulan bahwa petani mempunyai pekerjaan sampingan mengharapkan adanya pendapatan tambahan dengan melakukan usahatani lain dan usaha di luar sektor pertanian seperti adanya petani yang bekerja dalam bidang pedagang (warung) akan memperoleh tambahan pendapatan dari kegiatan usahataninya. Pendapatan total petani di daerah penelitian diperoleh dari jumlah total pendapatan usahatani kelapa dalam dengan total pendapatan di luar usahatani kelapa dalam dan di luar sektor pertanian. Pendapatan total yang diperoleh petani antar pola usaha berbeda-beda. Total pendapatan petani tertinggi terdapat pada pola usaha II yaitu sebesar Rp dalam setahun. Pendapatan di luar sektor pertanian pada pola usaha II memberi pendapatan lebih tinggi dibanding dengan 6

9 pendapatan dari usahatani kelapa dalam, sehingga mampu membuat peningkatan terhadap total pendapatan petani kelapa dalam pada pola usaha II. Rata-rata total pendapatan petani terbesar terdapat pada pola usaha II yaitu sebesar Rp Hal ini berarti total pendapatan petani dapat meningkat dengan adanya usahatani selain usahatani kelapa dalam. Dengan demikian hasil penelitia ini ada relevansinya dengan penelitian Gaja (2016), yang menyatakan bahwa petani yang melakukan penganekaragaman usaha (pola usaha) akan memberikan tambahan pendapatan kepada pendapatan petani. Kontribusi Pendapatan Petani Kelapa Dalam Kontribusi pendapatan merupakan sumbangan yang diberikan oleh sektor usaha terhadap pendapatan keseluruhan dari usaha-usaha yang dilakukan, dengan satuan persentase. Sumbangan yang diberikan tersebut adalah pendapatan dari usahatani kelapa dalam terhadap total pendapatan petani. Dari hasil penelitian, semua petani sampel merupakan petani kelapa dalam. Terdapat 5 pola usaha yang merupakan sumber pendapatan utama petani di luar usahatani kelapa dalam dan usaha diluar sektor pertanian terhadap total pendapatan petani yang berasal dari pendapatan usahatani kelapa dalam. Berikut mengenai rata-rata kontribusi pendapatan petani kelapa dalam tiap pola usaha dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kontribusi Pendapatan Usahatani kelapa dalam Terhadap Total Pendapatan Petani Tiap Pola Usaha Di Daerah Penelitian Tahun 2016 Pola Usaha Pendapatan usahatani kelapa dalam Total Pendapatan Kontribusi (%) Pola I Pola II ,68 Pola III ,02 Pola IV ,06 Pola V ,50 Jumlah ,26 Rata-rata ,65 Berdasarkan Tabel 6. Dapat ditarik kesimpulan yaitu kontribusi yang diberikan dari pendapatan usahatani kelapa dalam terhadap total pendapatan petani berbeda-beda. Kontribusi terbesar yang diberikan pendapatan usahatani kelapa dalam terhadap total pendapatan petani terdapat pada pola usaha II yaitu pola usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang sebesar 84,68 persen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Situmorang (2016), bahwa petani tetap mengandalkan pendapatannya dari usahatani kelapa dalam walaupun memiliki usahatani lain. Pendapatan dari usahatani kelapa dalam yang ada di daerah penelitian memberikan kontribusi yang cukup besar dari setiap pola usaha. Nilai Tukar Petani Pada Petani Kelapa Dalam Salah satu indikator kesejahteraan petani adalah kemampuan daya beli dari pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran rumah tangga petani. Peningkatan kesejahteraan dapat diukur dari peningkatan daya beli pendapatan untuk memenuhi pengeluarannya tersebut. Semakin tinggi daya beli pendapatan petani terhadap kebutuhan konsumsi maka semakin tinggi nilai tukar petani dan berarti secara relatif petani lebih sejahtera 7

10 Tabel 7. Rata-rata Nilai Tukar Petani, petani kelapa dalam Tiap Pola Usaha Di Daerah Penelitian Tahun 2016 Pola Usaha Penerimaan total petani Total Pengeluaran petani NTP (%) Pola I ,46 Pola II ,93 Pola III ,93 Pola IV ,41 Pola V ,05 Jumlah ,66 Rata-rata ,33 Berdasarkan Tabel 7 dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan perhitungan nilai tukar petani kelapa dalam terbesar terdapat pada pola usaha II yaitu pola usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang di daerah penelitian diperoleh hasil dengan frekuensi 26 petani responden ratarata NTP usahatani kelapa dalam adalah sebesar 184,93 % atau > 100 %. Artinya secara umum dapat digambarkan bahwa tingkat kesejahteraan petani kelapa dalam di daerah penelitian adalah tergolong sejahtera. Penelitian ini sejalan dengan penelitiandari Arifin dkk (2012), dimana Nilai Tukar Petani pada pendapatan rumah tangga petani karet di Desa Air Sekamanak Kcamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebesar 1,43 pada bulan Mei dan Sebesar 1,45 pada bulan Juni, serta penelitian dari Ginting (2013), dimana rata -rata Nilai Tukar Petani (NTP) di Desa Tudukan Raga, Kecamatan STM, Kabupaten Deli Serdang sebesar 101,43%. KESIMPULAN Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta bertitik tolak pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pendapatan rata-rata petani kelapa dalam di Kecamatan Pengabuan terbesar yaitu sebesar Rp per tahun yang terdapat pada pola usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang. Pendapatan rata-rata dari usahatani lain terbesar adalah pendapatan dari usahatani pinang yaitu sebesar Rp per tahun yang terdapat pada pola usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang melakukan penganekaragaman usaha akan memberikan tambahan pendapatan kepada pendapatan petani. Kontribusi pendapatan usahatani kelapa dalam terhadap pendapatan petani menurut pola usaha di Kecamatan Pengabuan terbesar adalah pola usaha II yaitu usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang yaitu 84,68%. Hal ini menunjukkan bahwa petani tetap mengandalkan pendapatannya dari usahatani kelapa dalam. Nilai Tukar Petani terbesar dari pola usaha yang dilakukan petani kelapa dalam adalah pola usahatani kelapa dalam dan usahatani pinang yaitu sebesar 184,93%. Hal ini menunjukkan bahwa kemapuan daya beli petani dari pendapatan usahatani tersebut mampu memenuhi kebutuhan petani baik pengeluaran untuk membeli saprodi usahatani maupun kebutuhan hidup petani. 8

11 UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kepala Kecamatan Pengabuan, Kepala Desa Parit Pudin, Kepala Desa Sungai Baung, Kepala Desa Sungai Raya, dan Kepala Desa Teluk Nilau dan para petani kelapa dalam yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arifin Z., Sriyoto, Ellys Y Analisis Pendapatan Dan Nilai Tukar Petani Karet Rakyat Di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. (Diakses 09 Februari 2016). Volime II (01) : Astuti, Astri Puji Analisis Pendapatan Dan Prilaku Petani Dalam Menghadapi Resiko Usahatani Nenas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tegah. Skripsi. Fakultas Pertanian Univesitas Lampung. Badan pusat statistik Kegunaan dan manfaat. Petani/ss.kegunaandanmanfaatntp.html (diakses pada 05 januari 2017) Gaja, D.D Analisis Pendapatan Petani Nanas Berdasarkan Pola Usaha Di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Skripsi. Fakultas Pertanian Univesitas Jambi. Ginting, M. S Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Ubi Kayu (Studi Kasus : Desa Tudukan Raga Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara) Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Diakses pada 09 Februari 2016) Hernanto Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Situmorang, Rumlia Analisis Pendapatan Petani Sayuran Di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Univesitas Jambi. Soekartawi, Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Statistik Produksi perkebunan, From: (Diakses 8 november 2016). Suratiyah, Ken Ilmu Usahatani.Penebar Swadaya. Jakarta. Widodo ST Indikator Ekonomi. Kanisius. Jakarta. 9