BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EVALUASI

Transkripsi

1 BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EVALUASI 4.1 Simulasi OPNET Untuk memberikan bukti mengenai BGP, kami melakukan simulasi dengan menggunakan OPNET Menentukan Skenario Simulasi. Tujuan penentuan skenario ini adalah menganalisa hasil simulasi traffic pada Gateway 1 dan 2. Gateway 2 dipilih karena router ini merupakan border router, router yang pertama kali menerima paket datang dari luar. Gateway 1 dipilih karena diusulkan menjadi router reflector server. Selain itu, skenario simulasi juga meliputi skenario dengan static routing dan skenario dengan router reflector BGP Membuat Topologi Jaringan. Topologi jaringan yang disimulasikan meliputi 5 buah router, yaitu router International, router IIX, router Gateway 1, 2 dan 3. Untuk membuat traffic, kami memerlukan Application Config dan Profile Config, server sebagai tempat penyimpanan data dan klien yang memberikan request. 48

2 49 Gambar 4.1 Topologi jaringan simulasi Melakukan Konfigurasi Jaringan. Setiap komponen jaringan harus memiliki alamat sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan menekan menu Protocols, IP, lalu Auto-Assign IP Addresses. Untuk skenario static routing, masing-masing komponen jaringan harus memiliki alamat tujuan dan next hop yang dikonfigurasikan dengan cara mengklik kanan pada komponen jaringan tertentu, lalu pilih Edit Attributes.

3 50 Gambar 4.2 Edit Attributes Untuk router, alamat tujuan dan next hop dimasukkan pada atribut IP Routing Parameters. Sedangkan untuk yang bukan router, alamat tujuan dan next hop dimasukkan pada atribut IP Host Parameters. Gambar 4.3 Atribut pada Router

4 51 Gambar 4.4 Atribut pada Host Karena skenario ini menggunakan static routing, maka pilh Static Routing Table, lalu pilih Edit. Gambar 4.5 IP Routing Parameters Table Static Routing Table akan muncul seperti gambar berikut. Destination Address merupakan tujuan perpindahan paket dan Next Hop merupakan jalur yang dilewati untuk mencapai alamat tujuan tersebut.

5 52 Gambar 4.6 Static Routing Table Setelah semua komponen jaringan memiliki alamat tujuan dan next hop, kami berpindah ke skenario router reflector BGP. Untuk skenario router reflector BGP, hanya router yang perlu dikonfigurasi. Bagian pertama yang perlu dikonfigurasi adalah nomor AS untuk setiap router. Untuk memberikan nomor AS pada router, cukup mengklik router yang diinginkan, lalu menekan menu Protocols, BGP, Configure AS Number for selected routers.... Pada skenario ini, kami memberikan nomor AS 100 untuk Gateway 1, 2 dan 3, 111 untuk International dan 222 untuk IIX. Setelah itu, kami melakukan konfigurasi untuk mengatur BGP neighbor. Pada atribut router, pilih BGP Parameters.

6 53 Gambar 4.7 Atribut BGP pada Router BGP Parameters Table akan muncul. Pilih Neighbor Information, lalu Edit. Gambar 4.8 BGP Parameters Table untuk Neighbor Information Neighbor Information Table akan muncul. Masukkan alamat IP router tetangga pada kolom IP Address, nomor AS pada kolom Remote AS, lalu interface router pada Update Source. Pengaturan EBGP Multihop hanya untuk router tetangga pada AS yang berbeda.

7 54 Gambar 4.9 Neighbor Information Table Pada BGP Parameters Table, kami memilih Route Reflector Configuration untuk konfigurasi router reflector. Gambar 4.10 BGP Parameters Table untuk Route Reflector Configuration Kami mengubah status route reflector menjadi Enabled, lalu mengatur router mana saja yang menjadi router reflector client pada Client List.

8 55 Gambar 4.11 Route Reflector Configuration Table Client List Table akan muncul. Kami memasukkan 3 alamat IP untuk router International, IIX dan Gateway 1 sebagai client dari router reflector. Gambar 4.12 Client List Table Untuk penambahan traffic pada kedua skenario, kami melakukan konfigurasi pada Application Config dan Profile Config. Gambar 4.13 Application dan Profile Config

9 56 Untuk menggunakan Profile Config, kami mengatur Application Definition pada atribut Application Config ke Default. Gambar 4.14 Atribut pada Application Config Kemudian kami mengatur profil untuk menambahkan trafik pada Profile Config. Gambar 4.15 Atribut pada Profile Config

10 57 Profil yang dibuat sebanyak 3 buah, yaitu , Internet dan Voice. Profil ini mewakili semua layanan yang disediakan oleh perusahaan. Gambar 4.16 Profile Configuration Table Untuk aplikasi tentunya disesuaikan dengan 3 profil tersebut, yaitu penggunaan pada profil , browsing pada profil Internet, voice call pada profil Voice. Setelah pembuatan profil selesai, kami memasukkan profil untuk klien. Gambar 4.17 Atribut pada Klien

11 58 Supported Profiles Table akan muncul. Kami memasukkan semua profil ke Profile Name. Gambar 4.18 Supported Profiles Table Server harus dikonfigurasi untuk jenis aplikasi yang bisa diterima. Kami memilih All sehingga server bisa menerima semua jenis aplikasi. Gambar 4.19 Atribut pada Server

12 Melakukan Simulasi Jaringan. Untuk melakukan konfigurasi simulasi jaringan, tekan Simulation, lalu Configure Simulation atau shortcut-nya ctrl + R. Untuk skenario static routing, kami menggunakan routing protocol Default dan IP Interface Addressing Mode dengan Auto Addressed. Gambar 4.20 Konfigurasi simulasi skenario static routing Untuk skenario router reflector BGP, kami menggunakan routing protocol BGP dan IP Interface Addressing Mode dengan Auto Addressed/Export.

13 60 Gambar 4.21 Konfigurasi simulasi skenario router reflector BGP Setelah itu, untuk membandingkan hasil simulasi kedua skenario tersebut secara bersamaan, tekan Scenario, lalu pilih Manage Scenarios. Gambar 4.22 Manage scenarios

14 61 Klik kiri pada kolom Results untuk skenario yang diinginkan, lalu pilih Recollect/collect. Kami menentukan waktu simulasi selama 1 jam. Klik OK untuk menjalankan simulasi. 4.2 Simulasi Dynamips Dengan menggunakan Network Emulator GNS3 kami melakukan simulasi konfigurasi router reflector BGP pada setiap router sesuai dengan topologi yang sedang berjalan, sehingga kami dapat mengetahui apakah konfigurasi ini berjalan dengan baik. Berikut topologinya. Gambar 4.23 Topologi jaringan simulasi Dynamips

15 62 Pada topologi ini kami asumsikan bahwa konfigurasi dasar setiap router untuk mendaftarkan alamat IP ke setiap port serial router sudah dilakukan. Pada perspektif Gateway 2, kami melakukan konfigurasi awal BGP dengan mengkonfigurasi IBGP pada peer Gateway 1 dan konfigurasi EBGP pada peer IIX dan International. Konfigurasi IBGP kami lakukan dengan cara memasukkan perintah router bgp <nomor AS>. Kemudian kami melakukan advertise pada setiap jaringan yang terhubung langsung, dimana informasi jaringan tersebut disampaikan sebagai informasi routing ke router tetangganya dengan perintah network <network ip address> mask <subnet mask>. Loopback interface pada router harus di-advertise juga supaya dikenal oleh router lainnya. Setelah itu kami menentukan router tetangga yang akan menjalin neighbor adjacency dengan router Gateway 2. Hal ini perlu dilakukan untuk membuka session BGP. Penentuan neighbor adjacency untuk EBGP harus dilakukan pada peer router yang terhubung langsung dengan Gateway 2, sedangkan pada IBGP, adjecency boleh dilakukan pada neighbor yang tidak terhubung langsung dengan Gateway 2. Konfigurasi neighbor <ip address tetangga> remote-as <nomor AS> dilakukan untuk membentuk adjecency dengan router tetangga dan mengatur keberadaan nomor AS tetangga yang diinput. Setelah melakukan advertise jaringan dan menjalin hubungan tetangga dengan setiap router yang dituju, kami melakukan konfigurasi neighbor <interface G1 ke G2> update source loopback <nomor loopback G2> pada Gateway 2 untuk membuat seluruh paket yang akan dikirimkan ke IBGP Gateway 1 agar mempunyai source ip

16 63 address loopback Gateway 2. Hal ini dilakukan karena seluruh router pada AS 100 melakukan hubungan ketetanggaan dengan sesama router dalam AS yang sama untuk menggunakan Loopback interface. Jika perintah ini tidak dikonfigurasi pada Gateway 2, maka setiap kali Gateway 1 mengirim atau meneruskan paket ke Gateway 2 maka alamat IP sumber dari alamat paket tersebut adalah alamat loopback Gateway 1. Ketika paket tersebut diterima di Gateway 2, maka Gateway 2 akan mengecek alamat sumber IP paket tersebut dengan daftar neighbor relationship yang ada pada Gateway 2. Bila Gateway 2 tidak menemukan hubungan dengan loopback interface dari Gateway 1, maka Gateway 2 akan membuang paket tersebut. Hal selanjutnya yang dikonfigurasi pada Gateway 2 adalah neighbor <ip address tetangga> next-hop-self. Perintah ini membuat alamat next-hop setiap paket yang dikirim oleh Gateway 2 mempunyai next hop ip address dari Gateway 2 itu sendiri. Hal ini berfungsi untuk menghilangkan hop yang tidak mempunyai jalur di antara routing table setiap router pada AS 100. Jadi setiap router internal yang akan mengirimkan balasan paket dari Internasional atau IIX akan mengirimkan paketnya berdasarkan next-hop-interface Gateway 2, yang nantinya paket tersebut diteruskan ke IIX atau Internasional oleh Gateway 2. Apabila perintah ini tidak dilakukan, setiap paket yang dikirim oleh IIX atau Internasional yang bertujuan ke Gateway 3 atau Gateway 1 mempunyai next hop address dari ip address IIX atau Internasional. Ketika paket tersebut sampai pada tujuan yaitu Gateway 1 atau Gateway 3, mereka tidak mempunyai jalur di routing table untuk menuju IIX atau Internasional kembali.

17 64 Jadi paket tersebut tidak dapat kembali ke IIX atau Internasional karena next-hop paket tersebut tidak memiliki jalur di routing table Gateway 1 dan Gateway 3. Setelah konfigurasi pada Gateway 2 selesai, konfigurasi pada IIX dan International dilakukan dengan perintah yang sama dengan Gateway 2 sesuai dengan topologi internal IIX dan International. Untuk konfigurasi Gateway 1 yang nantinya akan menjadi router reflector server, perintah yang dilakukan hampir seluruhnya sama seperti pada Gateway 2, yaitu menyatakan nomor AS dengan router bgp <AS Number>, melakukan advertise jaringan yang akan diumumkan ke routing IBGP yang juga terhubung langsung dengan perintah network <ip network address> mask <subnetmask>, lalu menjalin hubungan adjacency pada tetangga-tetangga dengan perintah neighbor <ip address router tetangga yaitu Gateway 2 dan Gateway 3> remote-as 100. Perintah untuk membentuk route reflector yaitu neighbor <interface G2 dan G3> route-reflectorclient harus dikonfigurasi pada router Gateway 1. Perintah ini menjadikan interface Gateway 2 dan Gateway 3 sebagai router reflector client yang terhubung dengan Gateway 1 sebagai router reflector server. Untuk penjelasan dan kelengkapan mengenai konfigurasi seluruh router pada topologi ini, semuanya lengkap tercantum pada lampiran.

18 Evaluasi Evaluasi OPNET Gambar 4.24 Perbandingan throughput rata-rata Gateway 1 ke Gateway 2 Dari gambar 4.24, terlihat bahwa nilai throughput Gateway 1 ke Gateway 2 pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0-7 paket per detik, sedangkan pada skenario static routing nilai throughput hanya berkisar antara 0-3 paket per detik.

19 66 Gambar 4.25 Perbandingan throughput rata-rata Gateway 2 ke Gateway 1 Dari gambar 4.25, terlihat bahwa nilai throughput Gateway 2 ke Gateway 1 pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0-6 paket per detik, sedangkan pada skenario static routing nilai throughput hanya berkisar antara 0-3 paket per detik.

20 67 Gambar 4.26 Perbandingan throughput rata-rata Gateway 2 ke IIX Dari gambar 4.26, terlihat bahwa nilai throughput Gateway 2 ke IIX pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0-4 paket per detik, sedangkan pada skenario static routing nilai throughput hanya berkisar antara 0-1 paket per detik.