Prosiding Psikologi ISSN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding Psikologi ISSN:"

Transkripsi

1 Prosiding Psikologi ISSN: Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada Siswa-Siswi yang Bermasalah Pada Kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandung Descriptive Study of Self Esteem at Troubled Students in Second Grade at 8 Junior High School Bandung 1 Rhima Destriana, 2 Makmuroh Sri Rahayu, 3 Anditha Nurul Khasanah 1,2 Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung destrianarhima@gmail.com, 2 makmurohsrir@yahoo.com, 3 andhitanurul@yahoo.com Abstract. 8 Junior High School Bandung is one of junior high schools in Bandung which has accreditation A. To maintain that accreditation which has been achieved is not easy, especially in the class of Problematic behaviors are generated by the class of 2015 are as much as 24.3%, dominated by skipping classes and being late for school. The reasons why they are troubled are because they feel uncomfortable in school, unimportant, that they do not deserve to be liked, and unsure with the idea and ability. These things are related to self esteem. According to Coopersmith, self esteem is an evaluation made by individuals and habits of viewing themselves primarily about acceptance or rejection, and an indication of the magnitude of individual confidence in their ability, significance, success and reward. The purpose of this research is to obtain self esteem picture in troubled student in second grade at 8 Junior High School Bandung. The method which is used is descriptive study method. This study is a population study which the total number of subjects are 70 students. The data were collected using self esteem measuring instrument based on Coopersmith theory. From the results of data processing which were obtained, there are 50% of the population or 35 students have low self esteem. Students who entered through the affirmation path and have low self esteem are as much as 75% or 27 students; those who entered through academic path and have low self esteem are 23.35% or 8 students. Thus, the troubled students in second grade who have low self esteem are dominated by students who come from the path of affirmation. Keywords: Descriptive Study, Self Esteem, and Troubled Students. Abstrak. SMP Negeri 8 Bandung merupakan salah satu SMP Negeri dengan akreditasi A. Untuk mempertahankan akreditasi yang telah melekat tersebut tidak mudah, terutama pada angkatan Perilaku bermasalah yang ditimbulkan angkatan 2015 tersebut sebanyak 24,3%, didominasi oleh perilaku membolos, terlambat datang ke sekolah dan berada diluar kelas saat jam pelajaran berlangsung. Sebab mereka bermasalah karena merasa tidak nyaman disekolah, merasa bukan orang yang penting, tidak pantas disukai, tidak yakin dengan ide dan kemampuannya. Hal-hal tersebut terkait dengan self esteem. Menurut Coopersmith self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran self esteem pada siswa-siswi yang bermasalah di kelas VIII di SMPN 8 Bandung. Metode yang digunakan adalah metode studi deksriptif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah subjek seluruhnya adalah 70 siswa. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur self esteem berdasarkan teori Coopersmith. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa sebanyak 50 % atau 35 orang memiliki self esteem rendah. Siswa-siswi yang masuk melalui jalur afirmasi dengan self esteem rendah sebanyak 75% atau 27 orang dan yang masuk melalui jalur akademik dengan self esteem rendah sebanyak 23.35% atau 8 orang. Dengan demikian siswa-siswi bermasalah dikelas VIII yang memiliki self esteem rendah di dominasi oleh siswa yang berasal dari jalur afirmasi. Kata Kunci:Studi Deskriptif, Self Esteem, dan Siswa-siswi Bermasalah. A. Pendahuluan SMP Negeri 8 Bandung merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri terbaik di kota Bandung dan memiliki akreditasi A. Dalam penerimaan siswa baru, SMP Negeri 8 memiliki 4 jalur masuk yaitu jalur akademis, jalur KP4, jalur prestasi, dan jalur afirmasi. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari sekolah, pada tahun 2015 terdapat perubahan kebijakan perwal (peraturan walikota). Perubahan 941

2 942 Rhima Destriana, et al. kebijakan perwal tersebut terkait dengan penambahan kuota bagi calon siswa yang masuk melalui jalur afirmasi atau SKTM. Pada tahun 2015, jalur prestasi memiliki kuota sebanyak 5%, jalur KP4 atau guru memiliki kuota sebanyak 5%, jalur akademis memiliki kuota sebanyak 43% dan jalur afirmasi atau SKTM memiliki kuota sebanyak 47%. SMP Negeri 8 Bandung memiliki visi yang dimana itu merupakan harapan atau cita cita yang hendak diwujudkan oleh seluruh warga sekolah. Visi yang dimiliki oleh SMP Negeri 8 Bandung yaitu (a) berprestasi dalam akademik dan non akademik; (b) unggul dalam perolehan ujian nasional dan mendapat peringkat terbaik 1 di kota Bandung; (c) memelihara kerjasama dan kebersamaan; (d) memiliki kesetiakawanan yang tinggi antar warga sekolah ;dan (e) terciptanya pelaksanaan pendidikan berkualitas sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Namun pada kenyataannya dalam menjalankan visi yang telah dibuat tersebut tidak mudah, terutama pada angkatan Guru BK menjelaskan bahwa dengan berubahnya kebijakan perwal (peraturan walikota) tersebut terjadi peningkatan jumlah siswa yang bermasalah. Banyak siswa yang bermasalah ini diperkirakan karena banyaknya jumlah siswa afirmasi yang diterima disekolah tersebut dibandingkan dengan tahun sebelum dan sesudahnya. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah menunjukkan bahwa siswa yang bermasalah berasal dari siswa yang diterima baik dari jalur afirmasi maupun non afirmasi. Menurut guru BK perilaku bermasalah yang ditimbulkan oleh siswa-siswi tersebut sebanyak 24,3%, didominasi oleh perilaku membolos, terlambat datang ke sekolah dan berada diluar kelas saat jam pelajaran tertentu sedang berlangsung. Siswasiswi yang melakukan perilaku membolos, datang terlambat kesekolah dan berada diluar kelas saat jam pelajaran sedang berlangsung itu dilakukannya secara perorangan. Dorothy H Keiter (dalam Kartini Kartono, 1985:77) mengatakan bahwa sebab siswa membolos adalah karena siswa takut akan kegagalan dan merasa ditolak. Takut akan gagal yaitu siswa yakin bahwa ia pasti tidak akan berhasil di sekolah. Ia merasa gagal, malu, tidak berharga, dan dicemooh sebagai akibat kegagalannya tersebut, perasaan ditolak dan tidak dihargai. Sehingga siswa tidak ingin berada di sekolah dan akhirnya siswa membolos. Penyebab siswa berperilaku membolos yang dikemukakan oleh Dorothy H Keiter (dalam Kartini Kartono, 1985:77) sesuai dengan informasi yang didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa. Sebab mereka membolos karena lingkungan sekolah yang dirasa tidak nyaman dan kurangnya penerimaan dari teman sebaya. Mereka tidak berani untuk memulai perkenalan terlebih dahulu. Adanya pengalaman dimana siswa tersebut menjadi tidak disukai oleh temannya karena dinilai mengganggu dan mendapatkan penolakan dari temannya. Dari pengalaman tersebut menyebabkan siswa merasa dirinya ditolak, malu dan tidak disukai oleh temantemannya. Ketika mereka mencoba untuk ikut bergabung dikelas, mereka merasa respon yang diberikan teman-temannya menyebabkan mereka merasa tidak di acuhkan, tidak dianggap kehadirannya dan tidak dipedulikan. Sehingga mereka lebih memilih untuk diam dan memendam apa yang dirasakannya. Mereka merasa teman-teman dikelasnya tidak memberikan banyak perhatian padanya dan tidak memahami perasaannya. Hasil wawancara juga menjelaskan bahwa mereka mengalami terlambat datang ke sekolah dan berada diluar kelas saat jam pelajaran tertentu berlangsung, hal ini Volume 3, No.2, Tahun 2017

3 Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada Siswa-Siswi yang Bermasalah disebabkan mereka menghindari mata pelajaran pertama maupun mata pelajaran lain yang gurunya menggunakan sistem mengajar dengan berdiskusi dan tanya jawab. Ketika mereka ditunjuk guru untuk bertanya ataupun menjawab, mereka merasa malu karena tidak tahu harus bertanya mengenai apa dan takut jika jawaban yang diberikan tersebut salah. Adanya pengalaman yang pernah dialami siswa saat ditunjuk oleh guru dan mereka tidak dapat menjawabnya maka guru tersebut akan menegur dan mendesak siswanya untuk menjawab pertanyaan yang diajukin. Bagi siswa hal tersebut merupakan sebuah paksaan yang membuat mereka merasa dipojokkan. Dalam kegiatan berdiskusi, siswa-siswi bermasalah tersebut merasa tidak mampu untuk dapat mengeluarkan pendapat. Mereka merasa takut jika pendapat yang diberikan dinilai salah sehingga menyebabkan teman-teman menyalahkan dirinya, merasa malu untuk mengeluarkan pendapatnya karena takut ditertawakan, dan merasa pendapatnya mungkin tidak lebih baik dari pada teman-temannya yang lain. Hal-hal ini disebabkan oleh pengalaman siswa dimana mereka pernah ditertawakan dan disalahkan oleh teman-teman kelas karena saran yang diberikan dianggap salah. Berdasarkan penjelasan dari guru-guru pengajar bahwa siswa-siswi yang bermasalah tersebut merupakan siswa-siswi yang pasif dikelasnya. Respon dari siswasiswi yang bermasalah tersebut tidak sesuai dengan harapan sekolah untuk dapat menyelenggarakan proses pembelajaran secara efektif dan bermutu. Selain itu diperkuat oleh pernyataan dari guru-guru pengajar bahwa angkatan 2015 secara nilai akademik pun masih lebih rendah dibandingkan dengan angkatan 2014 dan Para guru khawatir jika siswa-siswinya tersebut tidak paham dengan mata pelajaran yang telah di ajarkan, akan berdampak pada nilai-nilai di Ujian Nasional dan jika nilai-nilai mereka rendah, menyebabkan prestasi sekolah menjadi menurun. Berdasarkan hasil dari keseluruhan wawancara yang telah dilakukan tersebut memperlihatkan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh siswa-siswi SMP Negeri 8 Bandung tersebut terkait dengan self esteem. Menurut Coopersmith (1967: 4-5) self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Self esteem terbentuk dari hasil evaluasi subyektif remaja atas umpan balik yang dia terima dari figur attachment serta perbandingan dengan standar atau nilai kelompok. Kinder dkk. (1995) menemukan bahwa penyebab utama pembolosan adalah faktor pribadi, keluarga dan masyarakat. Salah satu dari faktor pribadi tersebut adalah kurangnya harga diri. Penelitian yang dilakukan oleh Reid (dalam Reid, 2008) menunjukkan bahwa konsep diri akademis yang rendah (seperti yang diukur oleh Skala Brookover) dan tingkat harga diri umum yang lebih rendah daripada orang biasa (menggunakan Skala Coopersmith) juga merupakan aspek kunci tentang ketidakhadiran di sekolah. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran mengenai self esteem pada siswa-siswi yang bermasalah di kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandung. Tujuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data empirik mengenai faktor-faktor lain yang berperan dalam perkembangan self esteem pada siswa-siswi yang bermasalah di kelas VIII di SMPN 8 Bandung. B. Landasan Teori Penilaian diri atau yang lebih dikenal dengan self esteem menurut Coopersmith (1967: 4-5) merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya Psikologi,Gelombang 2, Tahun Akademik

4 944 Rhima Destriana, et al. kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah personal judgment mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Ini adalah pengalaman subyektif yang disampaikan individu kepada orang lain melalui laporan lisan dan perilaku ekspresif lainnya. Menurut Coopersmith terdapat empat aspek dari self esteem, yaitu : 1. Significance (Penerimaan) Kesuksesan dalam area significance diukur oleh penerimaan kepedulian, perhatian dan kasih sayang dari orang lain. 2. Power (Kekuatan) Kesuksesan dalam area power diukur oleh kemampuan individu untuk mempengaruhi jalannya tindakan dengan mengendalikan tingkah lakunya sendiri dan perilaku orang lain. 3. Competence (Kompetensi) Kesuksesan dalam area competence diukur oleh keberhasilan dalam mencapai prestasi sesuai tuntutan, baik tujuan atau cita cita, baik secara pribadi maupun yang berasal dari lingkungan sosial. 4. Virtue (Kebajikan) Kesuksesan dalam area virtue diukur oleh ketaatan untuk mengikuti standar moral, etika dan agama. Tingkat self esteem satu individu dengan individu lainnya berbeda, tergantung sejauh mana individu menganggap dan menilai dirinya berharga serta berpikir tentang orang lain dan lingkungannya. Coopersmith (1967:238) mengulas karakteristik umum yang tampak pada individu dengan berbagai tingkat self esteem yaitu sebagai berikut : 1. Tingkat Self esteem tinggi Individu dengan self esteem tinggi lebih independen dalam mempengaruhi situasi, memiliki karakter yang konsisten dalam merespon sesuatu. Gambaran dirinya akan menjelaskan bahwa dia adalah seorang yang bernilai dan penting, mempunyai kemampuan yang sebaik individu lain seusianya. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya pengakuan orang-orang terhadap cara pandang dan pendapat yang ia miliki (Coopersmith, 1967:47). Selain itu, mereka juga percaya diri dengan pandangan dan keputusan yang mereka buat. 2. Tingkat Self esteem rendah Individu dengan self esteem rendah adalah individu yang hilang kepercayaan dirinya dan tidak mampu menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya (Coopersmith, 1967:71). Mereka merasa bahwa mereka bukan orang yang penting dan pantas disukai. Mereka tidak yakin dengan ide dan kemampuannya, dan ada kemungkinan bahwa ide-ide dan hasil pekerjaan orang lain lebih baik daripada ide-ide dan hasil pekerjaan mereka sendiri. Individu dengan harga diri yang rendah memiliki perasaan ditolak, ragu-ragu, dan tidak berharga. Individu dengan harga diri yang rendah, dibesarkan dalam kondisi penolakan, ketidakpastian, dan rasa tidak hormat, percaya bahwa mereka tidak berdaya dan tanpa sumber daya atau jalan lain. Mereka merasa terisolasi, tidak dicintai, tidak mampu mengekspresikan dan membela diri, dan terlalu lemah untuk menghadapi dan mengatasi kekurangan mereka. Terlalu immobilisasi untuk mengambil tindakan, mereka cenderung menarik diri dan bersikap pasif (Coopersmith, 1967:250). Menurut Coopersmith terdapat pengaruh latar belakang sosial terhadap self Volume 3, No.2, Tahun 2017

5 Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada Siswa-Siswi yang Bermasalah esteem yaitu : 1. Kelas Sosial Kelas sosial merupakan aspek yang berhubungan dengan status sosial ekonomi. Coopersmith (1967) membagi sistem kelas menjadi tiga kategori yaitu : a. Orang tua yang berasal dari kelas menengah ke atas biasanya pernah mengenyam pendidikan perguruan tinggi dan memiliki pendapatan di atas rata rata dan pekerjaan biasanya pekerjaan yang bersifat professional, manajerial dan biasanya mereka tinggal di pemukiman elit. Keadaan seperti ini mempengaruhi terbentuknya self esteem yang tinggi pada anak. Anak akan merasa bangga dan merasa dirinya berharga karena kebutuhannya selalu terpenuhi dan bisa menikmati fasilitas yang dimiliki orang tuanya. b. Para orang tua yang berasal dari kelas menengah biasanya memiliki latar belakang pendidikan menengah atas, memiliki pendapatan yang menengah pula dan pekerjaan yang biasanya pada area rendah, administrasi dan pekerjaan semi professional yang mengandalkan keahlian. Anak yang berasa dari kelas menengah memiliki self esteem menengah pula. Hal ini disebabkan orang tua dapat memberikan kebutuhan anak yang secukupnya. c. Para ayah yang berasal dari kelas bawah atau kelas pekerja untuk beberapa orang biasanya memiliki latar belakang pendidikan SMA ke bawah, memiliki pendapatan di bawah rata rata dan pekerjaan mereka biasanya masuk dalam sektor produksi barang dan layanan. Anak yang berasal dari kelas sosial bawah merasa bahwa dirinya tidak berharga dibanding teman teman yang lain. Hal ini disebabkan karena orang tua tidak memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya yang dianggap paling perlu dalam kehidupannya. 2. Agama Agama sebagai kepercayaan ritual terorganisasi secara sosial dan diberlakukan oleh anggota suatu masyarakat. Setiap agama memiliki jumlah pemeluk dan nilai nilai yang berbeda dengan agama lainnya dan kesemuanya itu dapat berpengaruh pada self esteem seseorang. Anak yang berasal dari agama yang dianut oleh mayoritas anggota masyarakat akan mempunyai pengaruh yang berbeda dengan mereka yang agamanya dianut oleh minoritas. Seseorang yang berasal dari agama yang mayoritas akan memberikan perasaan bangga, perasaan lebih dari agama minoritas. Perasaan bangga ini akan membuat individu memiliki self esteem yang tinggi. 3. Riwayat Pekerjaan Orang tua Anak yang berasal dari orang tua yang mempunyai pekerjaan tetap seperti tenaga professional, direktur suatu perusahaan, atau memiliki kedudukan penting dalam suatu lembaga tertentu merasa bangga dan merasa dirinya sebagai orang yang berharga. Keadaan seperti ini menyebabkan terbentuknya self esteem yang tinggi, sedangkan anak yang berasal dari orang tua yang tidak memiliki pekerjaan yang tidak tetap, seperti kuli, penggarap lahan milik orang dan atau pernah dipecat dalam suatu pekerjaan, berdampak negatif terhadap anak. Anak merasa malu dan tidak memiliki rasa percaya diri. Dalam keadaan seperti ini, anak mengalami self esteem yang rendah Psikologi,Gelombang 2, Tahun Akademik

6 946 Rhima Destriana, et al. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Self Esteem pada Siswa-Siswi yang Bermasalah di kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandung Tabel 1. Self Esteem pada Siswa-Siswi yang Bermasalah Kategori Frekuensi Persentase Tinggi 35 50% Rendah 35 50% Total % Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 1, maka didapatkan data bahwa dari total 70 siswa-siswi yang bermasalah di kelas VIII sebanyak 35 atau 50% siswa-siswi yang bermasalah tersebut memiliki self esteem yang rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa-siswi yang bermasalah tersebut menilai dirinya sebagai individu yang tidak percaya diri, tidak mampu menilai kemampuan diri dan atributatribut yang ada didalam dirinya. Mereka merasa bahwa mereka bukan orang yang penting dan pantas disukai. Hal tersebut terlihat dari siswa-siswi yang malu dan takut untuk memulai perkenalan dengan orang baru karena mereka merasa jika mereka yang memulai perkenalan terlebih dahulu mungkin saja orang tersebut akan menjadi tidak menyukai mereka. Dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, siswa-siswi tersebut merespon secara pasif. Banyak dari mereka yang merasa malu bertanya dan takut salah menjawab ketika ditunjuk oleh gurunya. Ketika mendapatkan teguran dan desakan, mereka tidak dapat melakukan tindakan apapun untuk membela dirinya. Menurut Coopersmith (1967:250) individu dengan harga diri yang rendah, mereka dalam kondisi tidak berdaya dan tanpa sumber daya atau jalan lain. Mereka merasa tidak mampu mengekspresikan dan membela diri, dan terlalu lemah untuk menghadapi dan mengatasi kekurangan mereka. Pada saat diskusi kelompok kemudian mereka diminta untuk berbicara didepan teman-temannya, mereka akan lebih memilih diam. Mereka merasa tidak mampu untuk mengungkapkan ide/gagasan/pendapatnya. Hal tersebut dikarenakan mereka takut jika pendapatnya tersebut salah dan merasa jika dirinya tidak lebih baik dari teman-teman yang lain. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967:47) yang mengatakan bahwa orang yang dengan self esteem rendah itu mereka tidak yakin dengan ide dan kemampuannya, dan mereka merasa bahwa ide ide dan hasil pekerjaan orang lain lebih baik daripada ide ide dan hasil pekerjaan mereka sendiri. Data Demografi Tabel 2. Data Demografi Jalur Masuk Frekuensi Afirmasi 36 siswa Akademik 34 siswa Total 70 Volume 3, No.2, Tahun 2017

7 Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada Siswa-Siswi yang Bermasalah Tabel 3. Self Esteem pada Siswa-siswi yang Masuk Melalui Jalur Afirmasi Kategori Frekuensi Persentase Tinggi 9 25% Rendah 27 75% Total % Tabel 4. Self Esteem pada Siswa-siswi yang Masuk Melalui Jalur Akademik Kategori Frekuensi Persentase Tinggi % Rendah % Total % Dari data yang diperoleh, ditemukan bahwa terdapat 136 siswa - siswi di kelas VIII yang masuk melalui jalur afirmasi, dimana sebanyak 36 siswa termasuk kedalam siswa-siswi yang bermasalah. Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 3, didapatkan bahwa 27 siswa atau 75% memiliki self esteem yang rendah dan 9 siswa lainnya atau 25% memiliki self esteem yang tinggi. Siswa-siswi yang masuk melalui jalur afirmasi merupakan siswa-siswa yang menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Jalur afirmasi hanya diperuntukkan bagi siswa yang keluarganya tidak mampu membiayai anaknya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga dengan kata lain siswa yang masuk melalui jalur afirmasi ialah siswa yang keluarganya memiliki status ekonomi menengah kebawah. Kemudian terdapat 152 siswa-siswi di kelas VIII yang masuk melalui jalur non afirmasi (jalur akademik, jalur prestasi dan jalur KP4) dimana sebanyak 34 siswa termasuk kedalam siswa-siswi yang bermasalah. Dari hasil perhitungan statistik pada tabel 4, didapatkan data bahwa 8 siswa atau 23.53% memiliki self esteem yang rendah dan 26 siswa lainnya atau 76.47% memiliki self esteem yang tinggi. Siswa-siswi yang masuk melalui jalur akademik merupakan siswa-siswi yang menggunakan Nilai Ebtanas Murni (NEM). Berbeda dengan siswa-siswi yang masuk melalui jalur afirmasi, siswa-siswi yang masuk melalui jalur non afirmasi memiliki keluarga yang status ekonominya menengah keatas. Dengan demikian dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswi bermasalah yang masuk melalui jalur afirmasi lebih banyak yang memiliki self esteem rendah dibandingkan dengan yang masuk melalui jalur akademik. Hal tersebut sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Coopersmith (1967), disebabkan karena orang tua yang berasal dari kelas menengah ke atas biasanya pernah mengenyam pendidikan perguruan tinggi dan memiliki pendapatan di atas rata- rata dan pekerjaan biasanya pekerjaan yang bersifat professional, manajerial dan biasanya mereka tinggal di pemukiman elit. Keadaan seperti ini mempengaruhi terbentuknya self esteem yang tinggi pada anak. Anak akan merasa bangga dan merasa dirinya berharga karena kebutuhannya selalu terpenuhi dan bisa menikmati fasilitas yang dimiliki orang tuanya( Coopersmith, 1967). Sedangkan para orang tua yang berasal dari kelas bawah atau kelas pekerja untuk beberapa orang biasanya memiliki latar belakang pendidikan SMA ke bawah, memiliki pendapatan di bawah rata-rata dan pekerjaan mereka biasanya masuk dalam sektor produksi barang dan layanan. Anak yang berasal dari kelas sosial bawah merasa bahwa dirinya tidak berharga dibanding teman-teman yang lain. Hal ini disebabkan karena orang tua tidak memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi Psikologi,Gelombang 2, Tahun Akademik

8 948 Rhima Destriana, et al. kebutuhannya yang dianggap paling perlu dalam kehidupannya (Coopersmith, 1967). Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan yang mereka perlukan membuat siswa-siswi tersebut merasa tidak setara dengan teman sebaya yang lainnya. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka simpulan yang didapat sebagai berikut: 1. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 50% atau 35 siswa-siswi yang bermasalah di kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandung memiliki self esteem yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswi yang bermasalah menilai dirinya secara negatif. Mereka merasa bukan orang yang penting dan pantas disukai, tidak yakin dengan ide dan kemampuannya dan hasil pekerjaan mereka sendiri. 2. Self esteem rendah lebih banyak ditemukan pada siswa-siswi bermasalah yang masuk melalui jalur afirmasi yaitu sebanyak 75% atau 27 siswa. Sedangkan pada siswa-siswi bermasalah yang masuk melalui jalur akademik memiliki self esteem yang rendah sebanyak 23.35% atau 8 siswa. E. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka saran yang diajukan peneliti adalah : 1. Ternyata masih banyak siswa-siswi yang memiliki self esteem rendah oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian agar dapat tertangani dengan cara mengaktifkan ekstrakulikuler yang sudah di ambil oleh siswa. Dengan dibantu oleh wali kelas, guru BK dan Pembina ekstrakulikuler. Sehingga siswa-siswi menjadi aktif bekerjasama dalam kegiatan dan diharapkan melalui aktifitas ekstrakulikuler tersebut dapat menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi siswa sehingga secara perlahan meningkatkan self esteem. 2. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat siswa-siswi yang memiliki self esteem yang tinggi namun bermasalah. Oleh karena itu saran bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lain selain self esteem yang berhubungan dengan siswa-siswi bermasalah. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Coopersmith, Stanley. (1967). The antecedents of self esteem. San Fransisco: Freeman Press. Kartini Kartono. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV. Rajawali. Kinder, K., Harland, J., Wilkin, A., & Wakefield, A. (1995), Three to Remember: Strategies for Disaffected Pupils, Slough: NFER. Noor, Hasanuddin. (2009). Psikometri, aplikasi dalam menyusun instrumen pengukuran perilaku (cetakan ke-4). Bandung : Fakultas Psikologi Unisba. Reid, K The causes of non-attendance: an empirical study. Educational Review. Vol 60, No 4, Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta. Volume 3, No.2, Tahun 2017

1 2

1 2 Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Siswa Berprestasi Pada Geng Sekolah di SMAN 26 Bandung Descriptive Study on Self Esteem of Students with Achievements within School

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING 1 PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING Shella Rahmi Putri (shellarahmi@yahoo.co.id) Dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena dalam proses penelitiannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Self Efficacy dengan pada Mahasiswa Teknik Prodi Teknik Industri Angkatan 2012 di Unisba Coralation of Self Efficacy with Adjustmen Academic to Engineering

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

Lebih terperinci

USAHA GURU BK UNTUK MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL REMAJA DALAM BELAJAR DI SMP N 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA. Oleh: Fauziah Latif *)

USAHA GURU BK UNTUK MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL REMAJA DALAM BELAJAR DI SMP N 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA. Oleh: Fauziah Latif *) USAHA GURU BK UNTUK MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL REMAJA DALAM BELAJAR DI SMP N 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh: Fauziah Latif *) Indra Ibrahim **) Ahmad Zaini **) *) Mahasiswa Bimbingan

Lebih terperinci

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Monif Maulana 1),

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG Dini Yulian 1, Niniwati 1, Edrizon 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN Adelia Roza 1, Rahayu Fitri², Aruna Laila² 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS Saryatun, Ranto, Danar Susilo Wijayanto Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nelly Oktaviyani (nellyokta31@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this study

Lebih terperinci

FAKROR PENYEBAB RENDAHNYA HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS VIII DI SMP N 31 PADANG

FAKROR PENYEBAB RENDAHNYA HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS VIII DI SMP N 31 PADANG FAKROR PENYEBAB RENDAHNYA HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS VIII DI SMP N 31 PADANG JURNAL ELVA SUSANTI NIM. 08030116 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Ridwan Ahmad Yeni Erita M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

Lebih terperinci

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATERI LUAS PERMUKAAN PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS 3 JURUSAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH SRI DEFI MUSTIKA

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS 3 JURUSAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH SRI DEFI MUSTIKA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS 3 JURUSAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH SRI DEFI MUSTIKA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda periode Maret 2013

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR Haris Munandar* dan Fandi Ahmad Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP Pembangunan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Penggunaan variasi model pembelajaran sangatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam proses belajar

1. Pendahuluan Penggunaan variasi model pembelajaran sangatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam proses belajar PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SURVEY, QUESTION, READ, RECITED, REVIEW (SQ3R) DAN TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG Endah 1, Susi Herawati 1 1 Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATERI BILANGAN BULAT KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI SUMBEREJO I KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN 2011/2012 Joko

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM. 10060168 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KERAJINAN MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN TINGKAT KERAJINAN MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN HUBUNGAN TINGKAT KERAJINAN MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh FIRDA ARIANI NIM 100388201260

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE TRADING PLACES

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE TRADING PLACES PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE TRADING PLACES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Erma Ainani 1, Syukma Netti 1, Fauziah 1, 1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Sri Mahidar Kanjun SD Negeri 054931 Batu Melenggang, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine the improvement

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU 71 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU maidadeli@yahoo.co.id SMP Negeri 13 Pekanbaru,

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP Putri Yuliandari Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email : Putriandari5@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

Rini Tri Irianingsih 47

Rini Tri Irianingsih 47 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, AND REVIEW (PQ4R) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 1 KECAMATAN MALALAK KABUPATEN AGAM 1 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* ) IMPLEMENTATION OF THINK TALK WRITE TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN HUMAN EXCRETION SYSTEM CONCEPT IN 11 th GRADE SCIENCE CLASS OF 8 th PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL AT TASIKMALAYA Anggarini Puspitasari*

Lebih terperinci

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto The Effect of Model Cooperative Learning Type of Take and Give in the Students Learning Result on The Depends Each Other in Ecosystem Concept in 7 th Grade of the 16 th Public Junior High School at Tasikmalaya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) Nurul Setiani, Susilaningsih, Ngadiman Pendidikan Ekonomi-BKK Akuntansi, FKIP Universitas

Lebih terperinci

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Ilmawati 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja, 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :163-174 PERSEPSI SISWA CIBI TERHADAP FAKTOR LINGKUNGAN SEKOLAH YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Susilawati SD Negeri 054931 Batu Melenggang, kab. Langkat Abstract: This classroom action

Lebih terperinci

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Selfregulation Fase Forethought Bidang Akademik pada Siswa/i kelas VIII SMP X Bandung. Maksud dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Oleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Oleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat TEKNIK-TEKNIK YANG DIGUNAKAN OLEH GURU PEMBIMBING DALAM MEMBANTU MENGATASI MASALAH PRIBADI PESERTA DIDIK BROKEN HOME MELALUI KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 11 PADANG Oleh : Novita Sari Fitria Kasih

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET RESPONSE OF GRADE VII STUDENTS ON THE USE OF LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Application of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have on The Human Body Excretion System Concept (Experimental Studies at II th Grade Science of the 1 st Public Senior High School Singaparna

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Dian Setyorini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : self-esteem, power, significance, competence, virtue, make up. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : self-esteem, power, significance, competence, virtue, make up. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Make up dapat mempengaruhi aspek psikologis seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F34211567 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 10 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 10 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 10 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013-2014 ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief pada siswa kelas XI. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey dan pengambilan data melalui kuesioner.

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (MENCARI PASANGAN) PADA SISWA KELAS VIII E SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang) Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 10, 2013; Revised Nopember 10, 2013; Accepted December 30, 2013 Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh FITRIATI NIM 090388201107 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBERIAN KUIS DIIRINGI DENGAN REWARD SEBAGAI TINDAK LANJUT PEKERJAAN RUMAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 23 PADANG

PENERAPAN PEMBERIAN KUIS DIIRINGI DENGAN REWARD SEBAGAI TINDAK LANJUT PEKERJAAN RUMAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 23 PADANG PENERAPAN PEMBERIAN KUIS DIIRINGI DENGAN REWARD SEBAGAI TINDAK LANJUT PEKERJAAN RUMAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 23 PADANG 1 Nilfia Yusnita 1, Puspa Amelia 1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METOE TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENGGUNAAN METOE TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENGGUNAAN METOE TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Seriadi SD Negeri 050719 Tamaran, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine the improvement of student

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN Delvia Puspita Sari 1, Gusnetti 2, Syofiani 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS

KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS Yusmairita, Pujiati dan Nurdin Pendidikan Ekonomi P. IPS FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 01 Bandar

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi 1 Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di SDN Kepatihan 06 Jember (Implementation of

Lebih terperinci

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan college adjustment. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE DI KELAS X SMA NEGERI 6 KOTA TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Agus Kuntoro NIM: Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK

Agus Kuntoro NIM: Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK HUBUNGAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIIE SMP NEGERI 2 GONDANGREJO, KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Agus Kuntoro NIM: 11500021

Lebih terperinci

Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik Melalui Layanan Informasi (Studi Eksperimen Pada Peserta Didik Kelas VIII.8 SMP N 13 Padang) ABSTRACT

Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik Melalui Layanan Informasi (Studi Eksperimen Pada Peserta Didik Kelas VIII.8 SMP N 13 Padang) ABSTRACT Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik Melalui Layanan Informasi (Studi Eksperimen Pada Peserta Didik Kelas VIII.8 SMP N 13 Padang) Rena Afrianti 1, Helma 2, Yasrial Chandra 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK Umi Chasanah (miu_mutzz44@yahoo.com) Syaifuddin Latif Shinta Mayasari ABSTRACT

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13 PENINGKATAN PEMAHAMAN AKUNTANSI DAN PARTISIPASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING Shinta Agustina Siregar Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI

VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT In the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK-PPN Lembang, yang bertempat di Jl. Tangkuban Parahu Km.3 Desa Cilumber Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

1 2

1 2 Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa di SMP Homeschooling Komunitas X Bandung Descriptive Study of Student Engagement in Students SMP Homeschooling Community

Lebih terperinci

(The Influence of Cooperative Learning Model Type Structured Numbered Heads on Students Learning Result in Excretion System Material)

(The Influence of Cooperative Learning Model Type Structured Numbered Heads on Students Learning Result in Excretion System Material) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen di kelas VIII SMPN 17 Tasikmalaya) (The Influence of Cooperative

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh:

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh: PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh: Robi Nofendra Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN OLEH GURU BK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMKN 2 PAYAKUMBUH By:

PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN OLEH GURU BK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMKN 2 PAYAKUMBUH By: 1 PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN OLEH GURU BK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMKN 2 PAYAKUMBUH By: M. Alfi Syafri ABSTRACT Student Guidance and Counseling, STKIP

Lebih terperinci

Studi Deskriptif School Engagement Siswa Kelas X, XI Dan XII IPS SMA Mutiara 2 Bandung

Studi Deskriptif School Engagement Siswa Kelas X, XI Dan XII IPS SMA Mutiara 2 Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif School Engagement Siswa Kelas X, XI Dan XII IPS SMA Mutiara 2 Bandung 1 Firdha Afrianty, 2 Sulisworo Kusdiyati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh GelarSarjanaPendidikan S1 ( strata satu) SUCI RAHMADANI NIM.11030016

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BELAJAR TERHADAP MANAJEMEN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR SISWA SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BELAJAR TERHADAP MANAJEMEN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR SISWA SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BELAJAR TERHADAP MANAJEMEN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR SISWA SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 RAHMAD ADI INDRA 11500076 Dra.Ismoyowati,S.Pd,M.Pd. PROGDI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Akhmad Suyono Universitas Islam Riau gerhanabestari@yahoo.com Abstract: This

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER MENGGUNAKAN TEKNIK PROBING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KERINCI Wahyu Laila Rezki 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, pendidikan semakin menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

DESKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING SISWA KELAS VIII.1 SMP KARTIKA 1-7 PADANG ABSTRACT

DESKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING SISWA KELAS VIII.1 SMP KARTIKA 1-7 PADANG ABSTRACT DESKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING SISWA KELAS VIII.1 SMP KARTIKA 1-7 PADANG Nofri Wahyu Ningsih*), Rahmi**), Alfi Yunita**), *) Mahasiswi Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI

Lebih terperinci

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL SILVIA RINA NPM: 10060102 PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI Dewi Sianipar SMP Negeri 1 Laguboti, kab. Toba Samosir Abstract: The purpose of this action research are: (a) Want

Lebih terperinci

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014 ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KERJA SAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization) Cyntia Melawati, Maria Paristiowati, Suhartono

Lebih terperinci

Arifuddin Miseng SMA Batara Gowa Sungguminasa Abstract. Abstrak

Arifuddin Miseng SMA Batara Gowa Sungguminasa Abstract. Abstrak PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN LATIHAN TERBIMBING MENGGUNAKAN SISTEM POINT PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA BATARA GOWA Arifuddin Miseng SMA Sungguminasa misengarifuddin@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD Wiwit Wiarti (wiwitwiarti@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingasih 3 ABSTRACT The purpose in this

Lebih terperinci

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SUB POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 SILO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA PGRI GALESONG Asriati Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima 13/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. XX-YY KORELASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia memiki keinginan untuk berkelompok. Keinginan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL RPL INFORMASI UNTUK MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI SELF ESTEEM RENDAH DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODEL RPL INFORMASI UNTUK MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI SELF ESTEEM RENDAH DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT 0 PENGEMBANGAN MODEL RPL INFORMASI UNTUK MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI SELF ESTEEM RENDAH DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING Opiana 1, Yuzarion Zubir 2, Rila Rahma Mulyani 2 1 Mahasiswa Program Bimbingan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, snowball throwing, hasil belajar, respon siswa

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, snowball throwing, hasil belajar, respon siswa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VIIB6 SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012 Oleh Ketut Budi Lestari, 1015057101 Jurusan

Lebih terperinci