DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA"

Transkripsi

1 DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA SUBDIT IMUNISASI DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN

2 I. Pendahuluan Program imunisasi dimulai secara nasional sejak tahun 1977 dan secara bertahap berhasil menurunkan angka kesakitan serta kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun cakupan untuk semua antigen belum mengalami peningkatan yang signifikan dan merata di setiap desa. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan supervisi checklist merupakan salah satu alat pantau yang digunakan dalam upaya meningkatkan dan memantapkan manajemen program imunisasi di tingkat operasional bahkan dapat dipakai secara nasional. PWS mulai dilaksanakan tahun 1987 dan secara nyata sangat berguna untuk memantau kecenderungan dari pencapaian cakupan program dalam periode tertentu dan dapat dengan segera melakukan koreksi serta tindak lanjut. Kegiatan PWS dan supervisi checklist menjadi efektif jika dilakukan bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Namun sayangnya kegiatan PWS pada tahuntahun terakhir kurang mendapat perhatian sehingga penurunan cakupan program tidak diketahui secara dini dan tidak dapat dilakukan koreksi secara cepat dan tepat. Adanya perubahan system pemerintahan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran kewenangan dari pusat ke daerah, turut berdampak pada pelaksanaan program termasuk pelaksanaan supervisi. Program imunisasi merupakan program yang sangat efektif dan efisien dan terbukti dengan keberhasilannya mengeradikasi penyakit cacar di dunia. Agar target komitmen nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi dan reduksi terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat dicapai, kegiatan imunisasi perlu terus ditingkatkan dan dipertahankan baik kuantitas maupun kualitas. Sehubungan dengan hal di atas perlu dilakukan revitalisasi kegiatan supervisi yang mencakup antara lain penyesuaian pedoman supervisi, peningkatan kualitas supervisor dan mekanisme pelaksanaannya serta melembagakan sistim supervisi ini di setiap jenjang. Pada tahun 2004 mulai diperkenalkan tentang DQS (Data Quality Self-assessment) di Indonesia. DQS merupakan salah satu persyaratan negara-negara penerima dana GAVI untuk meningkatkan kualitas datanya. Pada tahap awal diselenggarakan pelatihan pendahuluan DQS di Manado, yang melibatkan pengelola program imunisasi dari tingkat pusat, propinsi (seluruh propinsi di Sulawesi, Jabar dan Jateng) serta beberapa pengelola imunisasi dari tingkat kabupaten di Sulawesi. 2

3 Pada tahun 2005 dilanjutkan dengan pelatihan DQS di empat regional Indonesia di Bandung, Semarang, Serang dan Denpasar. Dengan melibatkan pengelola program imunisasi dari seluruh propinsi di Indonesia yang belum mengikuti pelatihan DQS pendahuluan, serta beberapa kabupaten/kota dari propinsi yang menjadi penyelenggara. Pada tahun 2006 diharapkan semua propinsi di Indonesia sudah melakukan pelatihan DQS ke kabupaten/kota. Untuk selanjutnya pelaksanaan DQS menjadi kegiatan rutin di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang dilakukan setiap tahun. DQS merupakan alat bantu yang mudah dilaksanakan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dan dirancang untuk pengelola Imunisasi pada tingkat nasional, propinsi, atau kabupaten/kota untuk mengevaluasi aspek-aspek yang berbeda dari sistim pemantauan program imunisasi di propinsi, kabupaten/kota dan tingkat puskesmas, dalam rangka untuk menentukan keakuratan laporan imunisasi, dan kualitas dari sistim pemantauan imunisasi. Sehingga, DQS kemudian dikembangkan untuk diintegrasikan pelaksanaanya dengan pelaksanaan supervisi agar keakuratan laporan imunisasi, dan kualitas dari sistim pemantauan imunisasi tetap terjaga. Maka didalam checklist supervisi juga dimasukkan komponen untuk pemantauan keakuratan data cakupan imunisasi. II. Pengertian dan Ruang Lingkup Supervisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapainya tujuan program. Supervisi merupakan kesempatan yang sangat baik untuk melaksanakan on the job training terhadap petugas di lapangan. Diharapkan dengan supervisi ini, dari waktu ke waktu, petugas akan menjadi lebih terampil baik segi teknis maupun manajerial. Supervisi diharapkan akan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas lapangan. Hal tersebut dapat dicapai dengan membina hubungan kerja yang baik, melalui prinsip KEMITRAAN dan cara FASILITASI bukan prinsip atasan bawahan, serta memberikan penghargaan kepada prestasi kerja mereka. Dewasa ini telah dikembangkan suportif supervision (asistensi teknis) yang pada dasarnya memakai prinsip-prinsip diatas. Supervisi bukan merupakan penilaian tetapi merupakan pembinaan/fasilitasi dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi program meliputi masalah teknis, manajerial, logistik dan lainnya. Pedoman Supervisi ini merupakan acuan bagi pelaksanaan supervisi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota secara berjenjang. 3

4 III. Tujuan Supervisi 1. Tujuan Umum : Meningkatkan cakupan dan kualitas program imunisasi. 2. Tujuan Khusus : Mengidentifikasi masalah program imunisasi di setiap jenjang administrasi Memecahkan masalah program imunisasi di setiap jenjang administrasi Memberikan alternatif pemecahan masalah Merencanakan tindak lanjut sesuai dengan kebutuhan spesifik lokal Meningkatkan bantuan dan kerjasama lintas sektoral dalam upaya pencapaian UCI Desa dan cakupan imunisasi di Puskesmas. Meningkatkan mutu pelayanan baik segi teknis, manajerial maupun administrasi meliputi ketepatan sasaran, kualitas vaksin dan cold chain, keamanan suntikan, pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan imunisasi serta pelembagaan PWS. Tersedianya informasi yang akurat tentang program imunisasi di semua jenjang administrasi. Meningkatkan cakupan dan menurunkan tingkat drop out. III. Metodologi Pelaksanaan suportif supervisi dapat dilakukan dengan cara : 1. Observasi langsung 2. Wawancara menggunakan checklist (dapat dilihat pada lampiran) 3. Review pencatatan dan pelaporan serta PWS (cara pembuatan dan pemanfaatan PWS) 4. Menggabungkan dengan pelaksanaan DQS 5. On the job training 6. Diskusi IV.Mekanisme dan Pelaksanaan Supervisi: 1. Persiapan supervisi Melakukan kajian dan analisa data cakupan (kelengkapan, ketepatan dan kecenderungan), kinerja petugas, masalah yg ditemukan, dan hasil dari supervisi sebelumnya. Berdasarkan kajian tersebut dapat ditentukan wilayah administrasi (puskesmas/kabupaten/kota) prioritas yang akan disupervisi. Selain dari kriteria 4

5 program tersebut, prioritas dapat ditentukan dari kriteria non program, seperti : daerah sulit, kesulitan kerjasama lintas sector dan lain-lain. Kemudian buat rencana supervisi berdasarkan hasil analisa diatas dan tentukan prioritas sesuai sumber daya yang tersedia (tenaga, dana dan waktu). Membuat jadwal supervisi (tempat,waktu,tujuan serta kegiatan) Memberitahukan rencana supervisi kepada petugas yang akan disupervisi. Menyiapkan dana dan sarana yang diperlukan untuk supervisi. Informasikan secepatnya jika ada perubahan jadwal. 2. Aspek yang disupervisi : Dalam pelaksanaan supervisi, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dan dibina, meliputi komponen : Input : o Rencana kegiatan o Pedoman, SOP o Vaksin dan logistik (alat suntik, safety box, rantai vaksin) o Dana beserta sumbernya o Ketenagaan o Komda KIPI / Satgas KIPI o Formulir pelaporan, register pencatatan dan komputer o Sistem informasi manajemen imunisasi (SIMI) o Sarana komunikasi dan transportasi o Sasaran imunisasi Proses : Perencanaan Pengelolaan dan pelembagaan PWS Pemetaan (cakupan, daerah sulit, daerah resiko tinggi, sarana pelayanan, kasus PD3I) Manajemen pemeliharaan vaksin dan rantai dingin Pencatatan dan pelaporan Upaya pencapaian UCI desa Pelaksanaan kegiatan imunisasi tambahan Pelaksanaan safety injection Pemantauan dan penanggulangan KIPI Pelatihan Kemitraan Supervisi Sosialisasi dan mobilisasi Review, evaluasi dan umpan balik 5

6 Output Cakupan (kelengkapan dan ketepatan) Grafik dan analisa PWS (cara pembuatan dan contoh PWS terlampir) Grafik suhu Hasil supervisi, pelatihan, kemitraan Pemetaan UCI, Risti Campak, Erapo, MNTE Laporan dan analisa KIPI Laporan logistik dan vaksin Kejadian kekurangan dan kerusakan vaksin dan logistik. Vaksin wastage 3. Sasaran supervisi Kepala Dinas, Kasubdin yang membawahi program imunisasi, Pengelola Program Imunisasi, Pengelola Vaksin dan Rantai Vaksin. Dalam mengumpulkan data dan informasi dapat diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait baik lintas program, lintas sektor dan masyarakat. Hasil wawancara harus didukung dengan bukti yang nyata. 4. Pelaksana Supervisi ( supervisor ) Pelaksana supervisi adalah petugas pusat, provinsi dan kabupaten yang telah diberikan pembekalan tentang pedoman supervisi. Pada dasarnya semua orang adalah pemimpin dan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, bekerja dengan atau melalui orang lain. Hal ini dapat kita sadari dengan memahami definisi Kepemimpinan adalah kemampuan membuat keputusan mengenai apa yang harus dilakukan dan membuat orang lain mau melakukannya. Menjadi supervisor yang andal berarti mencapai keberhasilan melalui orang lain atau melibatkan orang lain. Dua hal yang berpengaruh dalam melibatkan orang lain adalah : Pribadi (personal power) : melibatkan orang lain karena mereka mau (orang lain terlibat) Kedudukan/posisi (position power): melibatkan orang lain karena mereka harus ( melibatkan orang lain ). a. Syarat-syarat menjadi Supervisor : Memahami materi dan prinsip-prinsip supervisi Mampu berkomunikasi dengan baik Dapat bekerjasama dan melibatkan orang lain secara positif Dapat menetapkan sasaran dan menjelaskan tujuan supervisi Mampu memberikan umpan balik secara positif Mampu mengatasi masalah secara efektif 6

7 Mampu melakukan supervisi secara fleksibel. Mampu membuat setiap orang yang disupervisi : - Mempunyai informasi terkini - Memahami peran masing-masing - Memahami kekuatan/potensi masing- masing - Menjadi terbuka dan tidak saling iri Seorang supervisor bila melakukan hal-hal di bawah ini maka akan menjadikan supervisi tidak efektif : Supervisi tanpa perencanaan, tidak berorientasi problem solving, tetapi dengan motivasi yang bermacam macam Supervisi instant Supervisi yang mencari kesalahan Supervisi yang bossy Supervisi yg mempermalukan petugas Supervisi yg mengambil alih tugas petugas, petugas tak pernah meningkat ketrampilan dan pengetahuannya. b. Peran dan Tanggung Jawab Supervisor Mengimplementasikan kebijakan program Menetapkan standar dan sasaran Mendelegasikan tugas Memberikan informasi yang diperlukan staf baik tentang program maupun hasil yang telah dicapai. Selain itu memberikan pelatihan ( on the job training ). Menumbuhkan inisiatif dan ide-ide baru Mengatasi masalah dengan baik dan efektif Mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Membangun kerjasama yang baik pada unit kerjanya maupun lintas program dan sektor. Mengembangkan lingkungan kerja yang positif yang mendukung terjadinya sikap dan kualitas kerja yang baik serta produktivitas yang tinggi. Lingkungan kerja yang baik perlu dijaga agar bawahan dapat berkontribusi dalam menyampaikan ide / gagasan bagi kepentingan program atau perbaikan berkelanjutan. Berkomunikasi secara efektif dan teratur untuk membina dan memotivasi bawahan dan rekan kerja agar dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu dan kualitas yang ditetapkan. Bertanggung jawab terhadap hasil. Memastikan tersedianya sarana dan prasarana yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan program dengan lancar. Melakukan evaluasi kerja untuk memastikan bahwa unit kerja telah mencapai sasaran dengan waktu dan kualitas yang ditetapkan. 5. Pelaksanaan Supervisi 7

8 a. Langkah-langkah kegiatan supervisi Menemui Kepala Dinas Kesehatan /Kasubdin yang membawahi program imunisasi untuk menjelaskan maksud dan tujuan supervisi. Menggali informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mengajukan pertanyaan tentang aspek yang akan di supervisi, jangan terjebak dengan hanya pengisian checklist semata. checklist berisikan hal-hal minimal yang harus dipantau baik dari segi kinerja petugas, aspek biaya dan sarana serta hasil kegiatan. Mengumpulkan semua bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang ingin didapatkan dan melakukan observasi pada proses pelaksanaan kegiatan. Diskusi tentang informasi yang didapat (masalah dan potensi masalah) untuk bersama-sama mencari solusi pemecahan dan tindak lanjutnya. Gunakan format rencana tindak lanjut. Menyampaikan hasil supervisi (debriefing) kepada pimpinan. Bersama-sama menentukan agenda supervisi yang akan datang. Masalah yang belum dapat diselesaikan pada saat itu dibawa ketingkat yang lebih atas untuk dibicarakan dan ditindak lanjuti. Melaksanakan on the job training, juga kegiatan pasca training, supaya petugas dari waktu ke waktu makin mampu & trampil. Identifikasi masalah, baik teknis maupun manajerial, diskusikan, bersama sama petugas, analisa sebab dan cari pemecahan masalahnya, buat RTL untuk corrective action b. Waktu Pelaksanaan Supervisi Waktu pelaksanaan supervisi tergantung dari kebutuhan berdasarkan prioritas masalah dan jenjang administrasi pelaksana supervisi. Pelaksanaan supervisi oleh pusat dapat dilakukan minimal setahun sekali Pelaksanaan supervisi oleh propinsi dapat dilakukan minimal enam bulan sekali Pelaksanaan supervisi oleh kabupaten dapat dilakukan minimal tiga bulan sekali c. Sasaran Pelaksanaan Supervisi Sasaran pelaksanaan supervisi adalah sesuai dengan kebutuhan dan jenjang administrasi pelaksana supervisi berdasarkan prioritas masalah. Pelaksanaan supervisi oleh pusat dapat dilakukan hingga ke level puskesmas dengan didampingi oleh petugas propinsi dan kabupaten terkait. 8

9 Pelaksanaan supervisi oleh propinsi dapat dilakukan hingga ke level puskesmas dengan didampingi oleh petugas kabupaten terkait. Pelaksanaan supervisi oleh kabupaten dilakukan ke puskesmas. 6. Check list Supervisi Check list supervisi merupakan alat bantu dalam melaksanakan supervisi. Check list berisikan hal-hal minimal yang harus dipantau baik dari segi kinerja petugas, aspek biaya dan sarana serta hasil kegiatan. Dengan menggunakan check list petugas akan lebih terarah dalam melaksanakan supervisi. V. Hasil Supervisi Pertanyaan dalam check list yang telah terjawab dan direkapitulasi, merupakan hasil supervisi, disampaikan kepada Kepala Puskesmas untuk kemudian dibuat kesimpulan dan dibahas bersama tentang rencana tindak lanjut. Satu set tindasan check list diserahkan kepada Kelapa Puskesmas. Hasil supervisi harus dibuat secara tertulis yang berisi semua temuan dan pemecahan masalah serta rencana tindak lanjut yang diperoleh selama supervisi. Laporan dibuat untuk atasan langsung dan diumpan-balikkan kepada Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas yang disupervisi. Tindak lanjut untuk memperbaiki pengelolaan program dapat berupa : o tindak lanjut langsung yang merupakan saran / tindakan yang dapat diselesaikan pada saat supervise. o tindak lanjut tidak langsung untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat diatasi pada saat supervisi. Masalah ini harus diagendakan oleh supervisor untuk diselesaikan pada tingkat diatasnya. Dari hasil supervisi dapat ditentukan kategori status wilayah administrasi yang disupervisi, seperti : baik, kurang, cukup dan jelek. Berdasarkan analisa cakupan dan kecenderungannya. Status baik, bila cakupan telah berada diatas target dan kecenderungan cakupan naik atau tetap. Status kurang, bila cakupan telah berada diatas target dan kecenderungan cakupan menurun. Status cukup, bila cakupan berada dibawah target dan kecenderungan cakupan naik. Dan status dinyatakan jelek, bila cakupan berada dibawah target dan kecenderungan cakupan turun atau tetap. Berdasarkan kriteria tersebut dapat dibuat strategi rencana tindak lanjut. Dapat dilihat pada lampiran, tabel Strategi Tindak Lanjut Berdasarkan Kriteria Status Cakupan. Hasil supervisi dibahas dalam pertemuan bulanan di Puskesmas, Kabupaten/Kota atau Propinsi. Perbaikan hasil supervisi dapat menunjukkan indikasi perbaikan performance/kinerja petugas atau program. 9

10 Hasil supervisi dapat disampaikan dalam rapat koordinasi dengan pemerintah daerah dan menjadi bahan advokasi. Lampiran I. PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT (PWS) A. Cara Membuat PWS Untuk membuat PWS diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data cakupan imunisasi dari tiap desa. Data dikumpulkan / diolah dari buku rekapitulasi Puskesmas (Buku Biru) dan dikelompokkan ke dalam format pengolahan data PWS tiap desa / kelurahan, sebagai berikut : Contoh : Format pengolahan data PWS Hasil Imunisasi DPT 1 bulanan tiap desa Puskesmas... Tahun Cakupan DPT 1 Desa Sasaran Januari Februari dst. Jml % Jml % Kum % Jumlah Untuk mengetahui perkembangan cakupan imunisasi tiap desa, pengolahan data sebaiknya dilakukan untuk semua pelayanan imunisasi : 10

11 DPT 1, DPT 2, DPT 3 BCG HB 1, HB 2, Hb 3 dan HB 0-7 hari Campak Polio 1, Polio 2, Polio 3 dan Polio 4 TT 1, TT 2, TT3, TT4, TT5 DO DPT 1 Campak DPT/HB1, DPT/HB2, DPT/HB3 (untuk propinsi yang sudah melaksanakan) 2. Membuat Grafik Yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik PWS adalah : a. Judul Grafik Topik : % cakupan imunisasi.. Waktu : Januari, Febr, Mart, dst, Tahun. Tempat : Puskesmas.. d. Kolom Vertikal Target bulanan dan target satu tahun sesuai dengan antigen Target 1 Tahun 1 Bulan DPT 1 95 % 95 % : 12 = 7.9 % Polio 4 90 % 7.5 % Campak 90 % 7.5 % TT 1 95 % 7.9 % TT 2 90 % 7.5 % c. Baris Horizontal % kumulatif cakupan tiap desa adalah cakupan Januari s/d bulan pada waktu PWS dibuat % bulan ini adalah cakupan waktu dibuat PWS % bulan lalu adalah cakupan satu bulan lalu Trend : bila cakupan bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu Trend : bila cakupan bulan ini sama dengan bulan lalu Trend : bila cakupan bulan ini lebih rendah dari bulan lalu Ranking desa : diurut dari desa dengan cakupan yang paling tinggi ke cakupan yang paling rendah. 11

12 B. Tindak Lanjut Setelah Analisa PWS a. Tindak lanjut untuk meningkatkan cakupan Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisa PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dari grafik PWS perdesa akan terlihat dan dapat dianalisa cakupan dan kecenderungan dari masing-masing jenis imunisasi. Dengan menganalisa cakupan dan kecenderungan setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode triwulan berikutnya. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi (misalnya dengan melakukan sweeping) maka beban tersebut akan terus menumpuk dan mungkin akan sulit dicapai desa tersebut hingga akhir tahun. Sehingga DO (dropout) cakupan imunisasi akan menjadi tinggi. Di bawah ini adalah contoh bagaimana menganalisa cakupan imunisasi dan kecenderungannya. Misal : Desa A, target cakupan imunisasi campak dalam satu tahun : 80 %. Maka target bulanan : 80/12 = 6,7 %, dan target triwulan : 6,7 X 3 = 20,1 % Bulan Januari Februari Maret Total Triwulan I April Mei Juni Total Triwulan II Juli Agustus September Total Triwulan III Oktober November Desember Target Bulanan (%) 6,7 6,7 6,7 Pencapaian cakupan desa A (%) 1,7 2,1 2,0 Kekurangan cakupan desa A (%) 5,0 4,6 4,7 20,1 5,8 14,3 11,5 11,5 11,5 2,0 1,9 2,1 34, ,8 = 11,8 16,2 2,3 16,2 3,4 16,2 3,2 48,6 8,9 + 11,8 = 20,7 19,9 19,9 19,9 9,5 9,6 9,4 28,5 13,9 12,8 13,0 39,7 Uraian Beban untuk triwulan II : Target triwulan II + kekurangan cakupan triwulan I = 20,1 + 14,3 = 34,4%. Beban tiap bulan utk triwulan II : 34,4/3 = 11,5% Beban triwulan III : 20,1 + 28,5 = 48,6 %. Beban tiap bulan untuk triwulan III : 48,6/3 = 16,2 % Beban triwulan IV : 20,1 + 39,7 = 59,8 %. Beban tiap bulan untuk triwulan III : 59,8/3 = 19,9 % Pada tabel diatas, tampak bahwa bila dilakukan analisa dan evaluasi cakupan imunisasi tiap bulan yang diikuti dengan tindak lanjut, melakukan sweeping setiap triwulan. Maka beban target bulanan tidak akan terus bertambah dan target 12

13 cakupan tahunan dapat tercapai. Bila tidak dilakukan sweeping maka beban target bulanan akan terus bertambah dan target cakupan tahunan tidak akan tercapai. b. Pemanfaatan PWS pada Pertemuan Teknis Pada pertemuan teknis di kabupaten/kota, PWS dipergunakan untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai oleh Puskesmas, identifikasi masalah, merencanakan perbaikan dan penyusunan rencana operasional. Pada pertemuan tersebut Puskesmas yang berhasil dan yang tidak berhasil diminta untuk mempresentasikan upaya-upaya yang telah dan yang akan dilaksanakan. c. Pemanfaatan PWS pada Koordinasi Lintas Sektor PWS disajikan dan didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral untuk memperoleh dukungan bagi pemecahan masalah, terutama yang berkaitan dengan motivasi dan pergerakan penduduk sasaran d. Tindak Lanjut Setelah Pertemuan PWS Keputusan untuk mengadakan tindak lanjut merupakan hasil utama dari setiap pertemuan teknis maupun pertemuan lintas sektoral. Tanpa tindak lanjut pertemuan dan analisa PWS tidak ada gunanya bagi peningkatan kualitas maupun kuantitas program imunisasi. Tindak lanjut dapat dalam bentuk : Teknis oleh pengelola program Manajerial oleh Kepala Puskesmas atau oleh Dinkes Kabupaten / Kota atau oleh Camat Penggerakan sasaran oleh Camat, PKK, LSM dll. Tindak lanjut di tingkat Puskesmas harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional kegiatan sesuai dengan masalah maupun keadaan potensi wilayah yang memiliki masalah. Kegiatan meliputi : Intervensi dan kegiatan teknis termasuk penyediaan logistik, penghitungan sasaran desa, pencatatan buku desa, kesepakatan distribusi vaksin, cara pelaporan dan lain-lain yang perlu dibicarakan dalam Lokakarya Bulanan (Lokbul) di Puskesmas. Intervensi non teknis yang perlu dibicarakan dengan Camat, TP-PKK Kecamatan dan pertemuan tingkat kecamatan. Misalnya masalah dukungan Kepala Desa, masalah Posyandu, penggerakan sasaran dan lain-lain. Bantuan teknis yang diperlukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. 13

14 Lampiran II. CHECK LIST SUPERVISI 1. Formulir check list FORMULIR-A : SUPERVISI DAN TINDAK LANJUT MENGATASI MASALAH PROGRAM IMUNISASI DI PUSKESMAS PUSKESMAS : KECAMATAN :. NAMA KAPUSKESMAS :. KAB/KOTA :. TGL. KUNJUNGAN : PROVINSI :.. A. PENGOLAHAN PWS DI PUSKESMAS Adakah grafik PWS per desa/per wilayah kerja bulan lalu di Puskesmas Ya Tidak 1. DPT 1 2. POLIO 4 3. Hepatitis B1 < 7 hari 4. Campak 5. Drop out DPT1-Campak B. ANALISIS & TINDAK LANJUT PWS 1. Apakah Puskesmas membuat analisis PWS? 14

15 2. Apakah hasil analisis PWS dibahas dalam pertemuan bulanan Puskesmas? 3. Apakah analisa PWS dikaitkan dengan penyakit PD3I (lihat grafik atau spot map)? 4. Berapa kali dibahas dalam tahun ini (lihat notulen rapat)? 5. Apakah ada tindak lanjut dari hasil pembahasan (bandingkan hasil bulan lalu dengan bulan berikutnya atau lihat hasil sweeping)? 6. Apakah Kepala Puskesmas dalam 3 bulan terakhir menyampaikan rangkuman analisis PWS, dan bersama Lurah/Camat membahas tindak lanjutnya dalam rapat koordinasi Kelurahan/Kecamatan (lihat undangan / notulen) C. PENCATATAN DAN PELAPORAN 1. Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi di Puskesmas akurat? Caranya : Hitung kembali cakupan imunisasi Campak dan DPT1 dari buku register, dan dari cakupan pelayanan swasta dalam satu desa. Pilih 3 desa yang dipilih secara acak, minimal dalam 3 bulan terakhir (A). Bandingkan dengan laporan cakupan yang tercatat di buku rekapitulasi puskesmas atau dari laporan puskesmas ke kabupaten dalam periode waktu yang sama (B). Gunakan tabel berikut. Bila akurasi sama dengan 100%, berarti pencatatan dan pelaporan cakupan akurat. Periode Waktu Bulan s/d. Tahun.. Desa (A) (B) DPT1 Campak DPT1 Campak DPT 1 (A : B ) x 100% Campak (A : B ) x 100% 15

16 Catatan : Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%. Temukan penyebabnya. 2. Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin? Untuk menentukan Ya/Tidak, cek dua jenis vaksin yang dipilih secara acak dengan menggunakan tabel berikut : Jumlah vaksin (vial) Vaksin Di lemari es Tercatat di buku stok vaksin D. COLD CHAIN DAN VAKSIN 1. Apakah tidak pernah terjadi kekosongan vaksin dalam 3 bulan terakhir (lihat buku stok vaksin)? 2. Apakah suhu lemari es dicatat 2 X sehari pada kartu suhu setiap hari? (lihat kartu suhu) *Kartu suhu harus disimpan minimal 3 tahun. 3. Apakah temperatur di lemari es memenuhi syarat penyimpanan vaksin (2 s/d 8 º C) pada saat kunjungan? 4. Apakah pemakaian vaksin yang di bawah ini sudah efisien? Catat indeks pemakaiannya (IP) : T T B C G D P T - H B C A M P A K D P T 5. Apakah tidak ada vaksin yang kedaluarsa? 6. Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, DPT- HB dan HB yang beku? 16

17 7. Apakah dijumpai vaksin sisa yang terbuka (pelayanan dari komponen statis) di dalam lemari es melebihi waktu yang ditentukan? 8. Apakah di dalam lemari es tidak ada vaksin yang disusun/disimpan tidak sesuai ketentuan (seharusnya : vaksin DPT, TT, DPT-HB dan HB jauh dari tempat membuat es (evaporator); vaksin BCG, Campak, Polio dekat dengan evaporator)? 9. Apakah ditemukan vaksin dengan VVM dengan kriteria C dan/atau D? E. LOGISTIK 1. Apakah tersedia ADS dan safety box dalam jumlah cukup? (bandingkan jumlah persediaan dengan sasaran yang akan diimunisasi) 2. Apakah untuk pelayanan imunisasi, vaksin dibawa dan disimpan dengan menggunakan cool pack (kantong air es)? 3. Apakah setelah menyuntik tidak dilakukan penutupan kembali jarum suntik (recaping)? 4. Apakah alat suntik bekas pakai dimasukkan langsung ke dalam safety box? 5. Apakah ada penanganan limbah alat suntik yang aman? bukti dengan observasi dan sebutkan caranya : F. PELAYANAN IMUNISASI 1. Apakah ada jadwal pelayanan imunisasi di posyandu? (buktikan dengan melihat dokumen) 17

18 2. Apakah jadual kunjungan Posyandu ditepati? (lihat hasil cakupan salah satu posyandu pada bulan ini) 3. Apabila cakupan tidak mencapai target bulanan, apakah dilakukan sweeping (minimal 3 bulan sekali)?(lihat catatan hasil sweeping) 4. Apakah ada pemetaan daerah sulit? (lihat dokumen) 5. Apakah ada strategi untuk memberikan pelayanan imunisasi di daerah sulit?(lihat cakupan di daerah sulit tersebut, apabila target cakupan tercapai, berarti strategi di daerah sulit tersebut dapat dipercaya). G. PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI 1. Apakah dilakukan pemantauan UCI Desa? Bila ya, catat hasilnya : Desa UCI % 2. Apakah dilakukan pemantauan TT-WUS 5 dosis? Bila Ya, catat hasilnya : Desa dengan cakupan TT WUS 5 dosis > 80 %. % Desa 3. Apakah ada data desa risiko/ bukan risiko TN? (berdasarkan scoring system) 4. Apakah ada pemetaan desa risiko tinggi campak? Desa risti campak: Desa dengan cakupan < 80% selama 3 tahun berturut-turut atau pernah KLB campak pada tahun sebelumnya atau endemis campak. 5. Apakah setiap kasus KIPI dilaporkan, dalam satu tahun terakhir, termasuk bila tidak ada laporan (zero report)? (lihat arsip laporan). H. KEMITRAAN 1. Apakah pada setiap persalinan oleh nakes diberikan imunisasi HB1< 7 hari? Lihat 18

19 catatan persalinan nakes, bandingkan dengan cakupan HB < 7 hari. hasilnya : 2. Apakah cakupan HB-1< 7 hari sama dengan cakupan KN1? Lihat cakupan KN1, bandingkan dengan cakupan HB < 7 hari. hasilnya : 3. Apakah sudah ada kerja sama/kemitraan dengan minimal 3 dari mitra di bawah ini : a. Program terkait (KIA, Promkes) b. Instansi terkait (Dikbud, Depag) c. PKK d. Kepala Desa e. Tokoh masyarakat I. KESIMPULAN No BAGIAN JUMLAH PERTANYAAN A Pengolahan PWS 5 B Analisis dan tindak lanjut 6 PWS C Pencatatan & Pelaporan 2 D Cold chain dan vaksin 9 E Logistik 5 F Pelayanan imunisasi 5 G Pemantauan Program 5 H Kemitraan 3 Total 40 YA TIDAK JML % JML % J. RENCANA TINDAK LANJUT (Tulis berdasarkan prioritas masalah) No MASALAH DIAMBIL DARI JAWABAN tidak RENCANA TINDAK LANJUT RENCANA TINDAK LANJUT 19

20 LANGSUNG TIDAK LANGSUNG Catatan supervisor : Mengetahui.tgl. Kepala Puskesmas Pelaksana Supervisi FORMULIR B : SUPERVISI DAN TINDAK LANJUT MENGATASI MASALAH PROGRAM IMUNISASI DI KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA :... PROVINSI : TGL : A. PENGOLAHAN DATA Adakah grafik/mapping di Kab/Kota Tidak Ya 1. Risti TN 2. Risti Campak 3. Cakupan DPT 1 4. Cakupan POLIO 4 5. Cakupan HB1 < 7 hari 6. Cakupan Campak 7. Drop-Out (DPT 1- Campak) B.ANALISIS & TINDAK LANJUT 20

21 1. Apakah kabupaten membuat analisis cakupan imunisasi dan daerah resiko tinggi? (lihat dokumen) 2. Apakah analisis cakupan dikaitkan dengan penyakit PD3I di daerah tersebut? (lihat dokumen) 3. Apakah hasil analisis (mapping/grafik) dibahas dalam pertemuan bulanan di Dinkes Kabupaten/Kota? (lihat notulen rapat) 4. Apakah analisis rekapitulasi hasil Checklist Supervisi dibahas dalam pertemuan bulanan di Dinkes Kabupaten/Kota? (lihat notulen rapat) 5. Apakah dari hasil analisis (mapping/grafik) dibuat rencana tindak lanjut, dan diumpanbalikkan ke Puskesmas setiap triwulan? (lihat arsip) 6. Apakah dari analisis rekapitulasi hasil Cheklist Supervisi dibuat rencana tindak lanjut, dan diumpan-balikkan ke Puskesmas setiap triwulan?(lihat arsip) 7. Apakah pejabat Dinkes Kab/Kota menyampaikan hasil analisis (mapping/grafik) dan membahas rencana tindak lanjut pada rapat koordinasi Pemda Kab/Kota minimal sekali dalam 3 bulan terakhir? (lihat notulen/feed back rapat) 8. Apakah ada perbaikan hasil rekapitulasi supervise check list terakhir dibandingkan dengan hasil rekapitulasi check list sebelumnya? C.PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI 1. Apakah dilakukan pemantauan UCI? 21

22 Bila Ya, catat hasilnya Puskesmas UCI :.% Desa UCI :. % 2. Apakah dilakukan pemantauan TT WUS 5 dosis? Bila Ya, catat hasilnya : Desa dengan cakupan TT WUS 5 dosis >80 % % Desa. Desa dengan cakupan TT WUS 5 dosis < 80 % % Desa. 3. Apakah ada data Stratifikasi Risiko TN per Desa dan Puskesmas? (berdasarkan scoring system). 4. Apakah ada pemetaan desa risiko tinggi campak? Desa risti campak: Desa dengan cakupan < 80% selama 3 tahun berturut-turut atau pernah KLB campak pada tahun sebelumnya atau endemis campak. 5. Apakah bila ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dilaporkan? (termasuk bila tidak ada kasus/zero report) Lihat rekapitulasi laporan KIPI / arsip laporan bulanan KIPI. D.PENCATATAN DAN PELAPORAN 1. Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi di kabupaten/kota akurat? Caranya : Hitung kembali cakupan imunisasi Campak dan DPT1 dari buku rekapitulasi/computer kabupaten/kota serta laporan dari pelayanan swasta, dari 3 puskesmas yang dipilih secara acak, minimal dalam 3 bulan terakhir (A). Bandingkan dengan cakupan yang dilaporkan ke propinsi dalam periode waktu yang sama (B). Gunakan tabel berikut. Bila akurasi sama dengan 100%, berarti pencatatan dan pelaporan cakupan akurat. Periode Waktu Bulan s/d. Tahun.. Puskesmas (A) (B) 22

23 DPT1 Campak DPT1 Campak DPT 1 (A : B ) x 100% Campak (A : B ) x 100% Catatan : Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%. Temukan penyebabnya. 2. Apakah Puskesmas melaporkan laporan bulanan cakupan imunisasi tepat pada waktunya? (minimal dalam 3 bulan terakhir) Pilih 3 puskesmas secara acak. Periode Waktu Bulan s/d. Tahun.. Puskesmas Jumlah laporan bulanan yang tepat waktu (tanggal < 5) Jumlah laporan bulanan yang tidak tepat waktu (tanggal > 5) 3. Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin? Untuk menentukan Ya/Tidak, cek dua jenis vaksin yang dipilih secara acak dengan menggunakan tabel berikut : Jumlah vaksin (vial) Vaksin Di lemari es Tercatat di buku stok vaksin E.COLD CHAIN DAN LOGISTIK 1. Apakah penyimpanan vaksin memenuhi persyaratan? (vaksin polio dan campak disimpan di freezer suhu 20 0 C, serta vaksin DPT, DT, BCG, dan Hep.B disimpan di lemari es suhu C) 2. Apakah dalam pengeluaran vaksin berdasarkan kriteria VVM (lihat SBBK) 23

24 3. Apakah suhu dicatat setiap hari (lihat catatan suhu)? 4. Apakah tidak pernah terjadi kekurangan vaksin dalam 3 bulan terakhir? (lihat buku stok vaksin) 5. Apakah pemakaian semua vaksin yang di bawah ini sudah efisien? Catat indeks pemakaiannya (IP) : T T B C G D P T - H B C A M P A K D P T 6. Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, HB yang beku? 7. Apakah tidak ada vaksin kedaluarsa? 8. Apakah tersedia ADS dalam jumlah yang cukup? (bandingkan dengan jumlah sasaran). 9. Apakah tersedia safety box dalam jumlah yang cukup? (bandingkan dengan jumlah ADS). F.TINDAK LANJUT DARI PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI 1.Apakah dilakukan sweeping imunisasi TT WUS di wilayah Puskesmas yang mempunyai risti TN? (lihat catatan hasil sweeping) 2. Apakah dilakukan Back-log fighting atau crash program di daerah risti campak dalam tiga tahun terakhir? (lihat catatan hasil) 24

25 3. Apakah setiap kasus KIPI dilakukan pengkajian dan ditindak lanjuti? (lihat arsip dan klasifikasi lapangan kasus KIPI) G. KEMITRAAN. 1. Apakah Pejabat Dinkes Kabupaten/Kota menyampaikan analisis masalah dan rencana program kepada minimal 3 dari mitra di bawah ini : a. Program terkait (KIA, Promkes) b. Instansi terkait (Dikbud, Depag) c. PKK d. Tokoh masyarakat e. LSM 1. Apakah dalam pelaksanaan program mendapat dukungan dari minimal 3 dari mitra di bawah ini a. Program terkait (KIA, Promkes) b. Instansi terkait (Dikbud, Depag) c. PKK f. Tokoh masyarakat g. LSM H.KESIMPULAN No KELOMPOK PERTANYAAN Jumlah pertanyaan A Pengolahan data 7 B Analisa dan tindak 8 lanjut C Pemantauan 5 Program Imunisasi D Pencatatanpelaporan 3 D Cold chain dan 9 logistik E Tindak lanjut dari 3 pemantauan F Kemitraan 2 Total : 37 Ya Tidak Jlh % jlh % 25

26 G. RENCANA TINDAK LANJUT (Tulis berdasarkan prioritas masalah) No MASALAH DIAMBIL DARI JAWABAN tidak RENCANA TINDAK LANJUT LANGSUNG RENCANA TINDAK LANJUT TIDAK LANGSUNG Catatan supervisor : Mengetahui.tgl. Kepala Pelaksana Supervisi 26

27 FORMULIR-C : SUPERVISI DAN TINDAK LANJUT MENGATASI MASALAH PROGRAM IMUNISASI DI PROVINSI PROVINSI :.. TGL. KUNJUNGAN :.. DATA UMUM 1.Demografi: Jumlah Penduduk : Jumlah Balita : Jumlah Bayi : Jumlah WUS : Jumlah Anak SD Kelas I : 2. Geografi Jumlah Kab/kota : Jumlah Puskesmas sulit : 3.Fasilitas Kesehatan Jumlah Puskesmas : Jumlah Pustu : Jumlah Posyandu : Jumlah Rumah Sakit : 4. Sarana Penunjang Ada Tidak Buku Pedoman/SOP : o Kepmenkes Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi o Kepmenkes KIPI 27

28 o o o Pedoman Pengelolaan Rantai Vaksin Pedoman Supervisi A. PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI Ya Tidak 1. Apakah dilakukan pemantauan UCI? Bila ya catat hasilnya : Kabupaten/Kota UCI :.. % Kecamatan UCI : % Puskesmas UCI : % Desa UCI : % 2. Apakah dilakukan pemantauan hasil imunisasi HB1 < 7 hr?, bila Ya catat hasilnya. 3. Apakah ada data cakupan TT WUS 5 dosis berdasarkan Kab/Kota?, Bila Ya catat hasilnya. Kab/Kota dengan cakupan TT WUS 5 dosis >80 % % Kab/kota. Kab/kota dengan cakupan TT WUS 5 dosis < 80 % % Kab/kota. 4. Apakah ada pemetaan kab/kota Risiko TN? (berdasarkan scoring system). 5. Apakah ada pemetaan kab/kota risiko tinggi campak? Kab/kota risti campak: kab/kota dengan cakupan < 80% selama 3 tahun berturut-turut atau pernah KLB campak pada tahun sebelumnya atau endemis campak. 6. Apakah bila ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dilaporkan? (termasuk bila tidak ada kasus/zero report) Lihat rekapitulasi laporan KIPI / arsip laporan bulanan KIPI. B. PENGOLAHAN DATA DI PROVINSI Adakah tabel, grafik dan mapping per kab/kota menurut : Ya Tidak 28

29 Tabel dan Grafik : 1. Cakupan DPT / HB1 *) 2. Cakupan POLIO 4 3. Cakupan Hepatitis B 1 < 7 hr 4. Cakupan DPT /HB3*) 5. Cakupan Campak (Bayi) 6. Cakupan Campak (BIAS) 7. Cakupan TT Kelas 3 (BIAS) 8. Drop-Out (DPT/HB 1- Campak)*) 9. Cakupan BCG 10. Cakupan TT 5 WUS C. ANALISIS & TINDAK LANJUT 1. Apakah hasil analisis (mapping, grafik dan tabel) Kab/Kota dan Puskesmas dibahas dalam pertemuan bulanan Dinkes Provinsi? (lihat notulen rapat) 2. Apakah hasil temuan supervisi Provinsi ke Kab/Kota dan Puskesmas dibahas dalam pertemuan bulanan Dinkes Provinsi? (lihat notulen rapat) 3. Apakah hasil analisis dan temuan supervisi di Kab/Kota sudah dibuat rencana tindak lanjutnya.? (lihat dokumen) 4. Apakah temuan supervisi di Kab/Kota sudah diumpan-balikkan ke Kab/Kota. (lihat dokumen) 5. Apakah pejabat Dinkes Prov. menyampaikan hasil analisis dan temuan 29

30 supervisi dibahas dalam rapat koordinasi Pemda Prov. (minimal dalam 3 bulan terakhir)? (lihat notulen/feed back rapat) 6. Apakah ada perbaikan kinerja di daerah yang di Supervisi? (bandingkan hasil rekapitulasi supervise check list terakhir dengan hasil rekapitulasi check list sebelumnya) D. PENCATATAN DAN PELAPORAN 1. Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi di propinsi akurat? Caranya : Hitung kembali cakupan imunisasi Campak dan DPT1 dari buku rekapitulasi/computer propinsi serta laporan dari pelayanan swasta (bila ada), dari 3 kab/kota yang dipilih secara acak, minimal dalam 3 bulan terakhir (A). Bandingkan dengan cakupan yang dilaporkan ke pusat dalam periode waktu yang sama (B). Gunakan tabel berikut. Bila akurasi sama dengan 100%, berarti pencatatan dan pelaporan cakupan akurat. Periode Waktu Bulan s/d. Tahun.. Kab/Kota (A) (B) DPT1 Campak DPT1 Campak DPT 1 (A : B ) x 100% Campak (A : B ) x 100% Catatan : Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%. Temukan penyebabnya. 2. Apakah Kabupaten/Kota melaporkan laporan bulanan cakupan imunisasi tepat pada waktunya? (minimal dalam 3 bulan terakhir) Pilih 3 Kab/Kota secara acak. Periode Waktu Bulan s/d. Tahun.. 30

31 Kab/Kota Jumlah laporan bulanan yang tepat waktu (tanggal < 10) Jumlah laporan bulanan yang tidak tepat waktu (tanggal > 10) 3. Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin? Untuk menentukan Ya/Tidak, cek dua jenis vaksin yang dipilih secara acak dengan menggunakan tabel berikut : Jumlah vaksin (vial) Vaksin Di lemari es Tercatat di buku stok vaksin F.COLD CHAIN DAN LOGISTIK 1. Apakah penyimpanan vaksin memenuhi persyaratan? (Cara penyimpanan, jarak antara vaksin, tidak dijumpai barang-barang selain vaksin, vaksin Polio disimpan pada suhu 20 C, vaksin DPT, DT, BCG, Campak, Hep.B disimpan pada suhu 2-8 C) 2. Apakah dalam pengeluaran vaksin memperhatikan VVM? (lihat SBBK) 3. Apakah suhu cold chain dicatat setiap hari? (lihat catatan suhu). 4. Apakah tidak pernah terjadi kekurangan vaksin dalam 3 bulan terakhir? (lihat buku stok vaksin) 5. Apakah pemakaian semua vaksin yang di bawah ini sudah efisien? Catat indeks pemakaiannya (IP) : T B D C D 31

32 T C G P T - H B A M P A K P T 6. Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, HB yang beku? 7. Apakah tidak ada vaksin kedaluarsa? 8. Apakah tersedia ADS dalam jumlah yang cukup? (bandingkan dengan jumlah sasaran). 9. Apakah tersedia safety box dalam jumlah yang cukup? (bandingkan dengan jumlah ADS). G.TINDAK LANJUT DARI PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI 1. Apakah dilakukan sweeping TT WUS pada wilayah kabupaten risiko tinggi dan sedang?.(lihat arsip hasil sweeping) 2. Apakah sudah dilakukan realisasi Sweeping Campak dari rencana kegiatan yang diusulkan Kab/Kota? (lihat arsip hasil sweeping) 3. Apakah dilakukan Back-log fighting atau crash program di daerah risti campak dalam tiga tahun terakhir? (lihat catatan hasil) 4. Apakah setiap kasus KIPI dilakukan pengkajian dan ditindak lanjuti? (lihat arsip dan klasifikasi lapangan kasus KIPI) H.KEMITRAAN 1. Apakah pejabat Dinkes prov. menyampaikan analisis masalah dan rencana program kepada minimal 3 dari mitra di bawah ini : a. Program terkait ( KIA, Promkes) 32

33 b. Instansi terkait. c. PKK d. Tokoh masyarakat e. LSM. 2. Apakah dalam pelaksanaan program mendapat dukungan dari minimal 3 mitra di bawah ini : a. Program terkait ( KIA, Promkes) I. KESIMPULAN b. Instansi terkait. c. PKK d. Tokoh masyarakat e. LSM. No KELOMPOK PERTANYAAN JUMLAH PERTANYAAN B Pengolahan Data 6. C Analisis dan 12 tindak lanjut D Pemantauan 6 Program Imunisasi E Pencatatan & 3 Pelaporan F Cold Chain dan 9 Logistik. G Tindak lanjut 3 dari pemantauan program imunisasi H Kemitraan 2 Total 41 YA TIDAK JML % JML % J. RENCANA TINDAK LANJUT (Tulis berdasarkan prioritas masalah) No MASALAH DIAMBIL DARI JAWABAN Tidak RENCANA TINDAK LANJUT LANGSUNG RENCANA TINDAK LANJUT TIDAK LANGSUNG 33

34 Catatan supervisor : Mengetahui.tgl Kepala.. Pelaksana Supervisi, Catatan: * Bagi Provinsi yang belum menggunakan DPT/ HB kombinasi, maka data yang dilihat adalah Cakupan DPT. ** Difinisi Operational Risti TN & Campak agar dimerge dengan DO Surveilans Risti TN & Campak 2. Rekapitulasi check list Hasil supervisi check list direkapituasi di kabupaten/kota dan propinsi dengan menggunakan formulir di bawah. Hasil rekapitulasi ini menunjukkan aktivitas serta masalah yang ada di Puskesmas atau kabupaten/kota. Hasil rekapitulasi puskesmas disajikan pada rapat konsultasi dengan pimpinan Puskesmas dan diumpan-balikkan. 34

35 REKAPITULASI HASIL SUPERVISI DENGAN CHECK-LIST Kabupaten/Kodya/Kota:. Bulan: 20. A. Pengolahan PWS di Puskesmas B. Analisis dan Tindak Lanjut PWS C. Pencatatan dan Pelaporan D. Cold Chain 35

36 NAMA PUSKESMAS TANGGAL KUNJUNGAN DPT 1 POLIO 4 Hepatitis B1 < 7 hari Campak Drop out DPT1 Campak Apakah Puskesmas membuat analisis PWS? Apakah hasil analisis PWS dibahas dalam pertemuan bulanan Puskesmas? Apakah analisis PWS dikaitkan dengan penyakit PD3I? Berapa kali dibahas dalam tahun ini (lihat notulen rapat)? kah ada tindak lanjut dari hasil pembahasan (bandingkan hasil bulan lalu dengan bulan berikutnya atau hasil sweeping)? ulan terakhir menyampaikan rangkum ananalisis PWS, dan bersama lurah/camat membahas tindak lanjutnya dalam rapat koordinasi kelurahan/kecamatan? Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan di puskesmas akurat? Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin? Apakah tidak pernah terjadi kekosongan vaksin dalam 3 bulan? Apakah suhu lemari es dicatat 2 X sehari pada kartu suhu setiap hari? Apakah temperatur di lemari es memenuhi syarat penyimpanan vaksin (2 s/d 8 0 C) pada saat kunjungan? Apakah pemakaian vaksin efisien? Apakah tidak ada vaksin yang kedaluarsa? Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, DPT-HB dan HB yang beku? h dijumpai vaksin sisa yang terbuka (pelayanan dari komponen statis) di dalam lemari es melebihi waktu yang ditentukan? Apakah di lemari es tidak ada vaksin yang disusun/disimpan tidak sesuai ketentuan? 36 Apakah ditemukan vaksin dengan VVM dengan kriteria C dan/atau D?

37 T O T A L % Kolom 1 s/d 40 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak E. Logistik F. Pelayanan Imunisasi G. Pemantauan Program Imunisasi H. Kemitraan Jumlah Ya 37

38 NAMA PUSKESMAS TANGGAL KUNJUNGAN Apakah tersedia ADS dan safety box dalam jumlah cukup? Apakah untuk pelayanan imunisasi, vaksin dibawa dan disimpan dengan menggunakan cool pack (kantong air)? Apakah setelah menyuntik tidak dilakukan penutupan kembali jarum suntik (recaping) Apakah alat suntik bekas pakai dimasukkan langsung ke dalam safety box? Apakah ada penanganan limbah alat suntik yang aman? Apakah ada jadwal pelayanan imunisasi di posyandu? Apakah jadual kunjungan Posyandu ditepati? Apabila cakupan tidak mencapai target bulanan, apakah dilakukan sweeping? Apakah ada pemetaan daerah sulit? Apakah ada strategi untuk memberikan pelayanan imunisasi di daerah sulit? Apakah dilakukan pemantauan UCI Desa? Apakah dilakukan pemantauan TT-WUS 5 dosis? Apakah ada data desa risiko/ bukan risiko TN? Apakah ada pemetaan desa risiko tinggi campak? Apakah setiap kasus KIPI dilaporkan, dalam satu tahun terakhir, termasuk bila tidak ada laporan (zero report)? Apakah pada setiap persalinan oleh nakes diberikan imunisasi HB1< 7 hari? Apakah cakupan HB-1< 7 hari sama dengan cakupan KN1? Apakah sudah ada kerja sama/kemitraan dengan minimal 3 dari mitra? ABSOLUT PERSEN 38

39 T O T A L % Kolom 1 s/d 40 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak 39

40 REKAPITULASI HASIL SUPERVISI DENGAN CHECK-LIST Provinsi:. Bulan: 20. D. PENGOLAHAN DATA B. ANALISIS DAN TINDAK LANJUT C. PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI 40

41 NAMA KABUPATEN TANGGAL KUNJUNGAN Risti TN Risti Campak Cakupan DPT 1 Cakupan POLIO 4 Cakupan HB1 < 7 hari Cakupan Campak Drop-Out (DPT 1- Campak) Apakah kabupaten membuat analisis cakupan imunisasi dan daerah resiko tinggi? Apakah analisis cakupan dikaitkan dengan penyakit PD3I di daerah tersebut? Apakah hasil analisis (mapping/grafik) dibahas dalam pertemuan bulanan di Dinkes Kabupaten/Kota? Apakah analisis rekapitulasi hasil Checklist Supervisi dibahas dalam pertemuan bulanan di Dinkes Kabupaten/Kota? h dari hasil analisis (mapping/grafik) dibuat rencana tindak lanjut, dan diumpan-balikkan ke Puskesmas setiap triwulan? i analisis rekapitulasi hasil Cheklist Supervisi dibuat rencana tindak lanjut, dan diumpan-balikkan ke Puskesmas setiap triwulan? mpaikan hasil analisis (mapping/grafik) dan membahas rencana tindak lanjut pada rapat koordinasi Pemda Kab/Kota minimal sekali dalam 3 bulan terakhir? Apakah ada perbaikan hasil rekapitulasi supervise check list terakhir dibandingkan dengan hasil rekapitulasi check list sebelumnya? Apakah dilakukan pemantauan UCI? Apakah dilakukan pemantauan TT WUS 5 dosis? Apakah ada data Stratifikasi Risiko TN per Desa dan Puskesmas? Apakah ada pemetaan desa risiko tinggi campak? 41 Apakah bila ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dilaporkan?

42 T O T A L % Kolom 1 s/d 37 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak D. PENCATATAN DAN PELAPORAN E. COLD CHAIN DAN LOGISTIK F. TINDAK LANJUT DARI PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI G. KEMITRAAN Jumlah Ya 42

43 NAMA KABUPATEN TANGGAL KUNJUNGAN Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi di kabupaten/kota akurat? Apakah Puskesmas melaporkan laporan bulanan cakupan imunisasi tepat pada waktunya? Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin? Apakah penyimpanan vaksin memenuhi persyaratan? Apakah dalam pengeluaran vaksin berdasarkan kriteria VVM Apakah suhu dicatat setiap hari? Apakah tidak pernah terjadi kekurangan vaksin dalam 3 bulan terakhir? Apakah pemakaian semua vaksin yang di bawah ini sudah efisien? Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, HB yang beku? Apakah tidak ada vaksin kedaluarsa? Apakah tersedia ADS dalam jumlah yang cukup? Apakah tersedia safety box dalam jumlah yang cukup? Apakah dilakukan sweeping imunisasi TT WUS di wilayah Puskesmas yang mempunyai risti TN? Apakah dilakukan Back-log fighting atau crash program di daerah risti campak dalam tiga tahun terakhir? Apakah setiap kasus KIPI dilakukan pengkajian dan ditindak lanjuti? Apakah Pejabat Dinkes Kabupaten/Kota menyampaikan analisis masalah dan rencana program kepada minimal 3 mitra? Apakah dalam pelaksanaan program mendapat dukungan dari minimal 3 mitra? ABSOLUT PERSEN 43

44 T O T A L % Kolom 1 s/d 37 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak 44

45 3. Tindak lanjut berdasarkan kriteria status cakupan Indikator : Cakupan imunisasi DPT1, Polio4, Campak Strategi Puskesmas Status Baik Cakupan di atas target, kecenderungan naik/tetap Mempertahanka n cakupan Meningkatkan mutu pelayanan Meningkatkan mutu cakupan Status Kurang Cakupan di atas target, kecenderungan turun Memantapkan pelaksanaan rutin di posyandu & Puskesmas Melakukan penyuluhan Memantapkan kerjasama lintas program Status Cukup Cakupan di bawah target, kecenderungan naik Mencari masalah yang menghambat peningkatan cakupan Menghit ung sisa cakupan yang harus dicapai dari analisa & kecenderungan bulanan Apabila perlua ada upaya khusus untuk meningkatkan cakupan Penyulu han lebih intensif Jadwal posyandu ditingkatkan Perluasa n jangkauan pelayanan Status Jelek Cakupan di bawah target, kecenderungan tetap/turun Memantap kan & meningkatkan kerjasama lintas program Identifikasi posyandu yang cakupannya masih dibawah target Perluasan jangkauan pelayanan Membicara kan secara formal maupun informal dengan camat dan kades untuk mengerakkan sasaran Mencontoh pola desa lain yang mempunyai status baik Meningkat kan frekuensi penyuluhan & pelayanan Adakan evaluasi pasca pelayanan di posyandu & tentukan langkah untuk pelaksanaan posyandu berikutnya Melakukan 45

46 Strategi Dukungan Lintas Sektoral Strategi Dinkes Kab/kota Mempert ahankan koordinasi lintas sektoral Dipakai sebagai contoh rapat koordinasi bulanan lintas sektoral kecamatan - Supervisi dgn ceklist - Alih teknologi pada waktu pembinaan untuk jawaban tidak - Memberi dukungan sarana / alat-2lat bahan sesuai dgn kebutuhan puskesmas - Adanya penghargaan pada momentum tertentu Memantapkan kerjasama lintas sektoral dlm pengerakan masyarakat Membicarakan dengan Kades/Camat ybs Pengerakan masyarakat melalui : a. PKK b. Pamong desa c. Kader d. Tokoh masyarakat Pendataan sasaran oleh kader Dasa wisma - Meningkatkan supervisi dgn ceklist - Memberikan dukungan alih teknologi - Memberikan dukungan sarana / alatalat / bahan sesuai dgn kebutuhan puskesmas - Membantu & menganalisa kecenderungan cakupan setiap bulan Membicarakan lansung dgn kades/camat baik secara formal / informal Pengerakan masyarakat melalui : a. PKK b. Pamong desa c. Kader d. Tokoh masyarakat Pendataan sasaran oleh Kader Dasa wisma - Meningkatkan supervisi dgn ceklist - Melaksanakan pemantauan kecenderungan cakupan setiap bulan - Memberikan alih teknologi - Mengusahakan dukungan politis (kunjungan, SE dari Bupati) - Memberikan dukungan sarana / alatalat / bahan2 sesuai dgn kebutuhan Puskesmas - Memberikan upaya khusus Menganti petugas (alih tugas daerah binaan) Penggerak an masyarakat oleh : a. PKK b. Pamong desa c. Kader d. Tokoh masyarakat Pendataan sasaran melalui kelompok dasa wisma yg teratur & terus menerus serta dukungan politis dari camt - Meningkatkan supervisi dgn ceklist - Melaksanakan pemantauan kecenderungan cakupan setiap bulan - Mengusahakan dukungan politis (kunjungan, SE dari Bupati) - Memberikan dukungan sarana / alat-alat / bahan2 sesuai dgn kebutuhan Puskesmas - Memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan tenaga pelaksana 46

47 dukungan untuk meningkatkan kemampuan tenaga pelaksana - Memberikan dukungan untuk memantapkan kerjasama lintas program & lintas sektoral - Memberikan dukungan untuk memantapkan kerjasama lintas program & lintas sektoral 47

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan

Lebih terperinci

a. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan di atas 80% dan permintaan dengan indikator desa UCI dan desa non UCI b. Upaya mencapai ETN, ERAPO, dan

a. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan di atas 80% dan permintaan dengan indikator desa UCI dan desa non UCI b. Upaya mencapai ETN, ERAPO, dan STRATEGI 1. Sustainability dan desentralisasi Keberhasilan program dalam mempertahankan cakupan yang tinggi di satu wilayah dan meningkatkan yang masih rendah di wilayah yang lain adalah menjadi bagian

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN Jl. Kyai Maja No. 2 Panunggangan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang Telp. (021) 22353600 KERANGKA ACUAN KEGIATAN IMUNISASI PUSKESMAS PANUNGGANGAN

Lebih terperinci

Pengelolaan Program Imunisasi

Pengelolaan Program Imunisasi Pengelolaan Program Imunisasi 1. Upaya Pencegahan PD3I a. Sasaran - Bayi - Ibu Hamil, Wanita Usia Subur (WUS) - Anak Sekolah b. Standar Program Imunisasi b.1 Standar Logistik Pengertian logistik imunisasi

Lebih terperinci

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK )

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK ) C3-1 KAB.LOTENG TH 2015 JUMLAH PENDUDUK 900,120 jiwa SASARAN IMUNISASI BAYI : 19.623 bayi BUMIL: 21.585 orang UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO,

Lebih terperinci

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT UMMU KALSUM T, S.Farm,Apt,MPH MANAJEMEN KEBIJAKAN OBAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional dalam Millenium Development Goal s (MDG s). Salah satu tujuan MDG s adalah menurunkan 2/3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. DAFTAR ISI Kata Pengantar. i Daftar isi. iii Bab I Pendahuluan.. 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 2 C. Pengertian.. 2 D. Tujuan. 3 E. Sasaran... 3 F. Dosis dan Cara Pemberian. 3 G. Waktu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan program yang memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada programprogram yang mempunyai

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Sweeping/Backlog Figting

Petunjuk Pelaksanaan Sweeping/Backlog Figting Petunjuk Pelaksanaan Sweeping/Backlog Figting Latar Belakang Terjadi Kecenderungan penurunan cakupan Imunisasi Desa (UCI Desa) dari tahun ke tahun Rendahnya cakupan Imunisasi (UCI Desa) dalam jangka waktu

Lebih terperinci

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini juga menjadi fokus dalam pencapaian Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang yang didasarkan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka kematian bayi. Untuk mengatasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Imunisasi. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terlaksana di Indonesia dimulai tahun 1956. Melalui program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit

Lebih terperinci

PENINGKATAN CAKUPAN SERTA MUTU PELAYANAN IMUNISASI

PENINGKATAN CAKUPAN SERTA MUTU PELAYANAN IMUNISASI PENINGKATAN CAKUPAN SERTA MUTU PELAYANAN IMUNISASI DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Rakerkesda Provinsi Kalimantan Tengah, April 2018

Lebih terperinci

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II PELAYANAN IMUNISASI No. Kode : Terbitan : No. Revisi : PEMERINTAH KAB. BANJARNEGARA PANDUAN Tgl. : MulaiBerlaku Halaman : / Tanda tangan UPT PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK 1 Ditetapkan oleh : Kepala Puskesmas

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PROGRAM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1. KEGIATAN : IMUNISASI 1. Imunisasi Bayi : HB0, BCG,DPT,POLIO,Campak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi 2.1.1 Definisi Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. 7 2.1.2 Imunisasi

Lebih terperinci

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013 LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Laporan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 Irawan Danismaya, S.Kp.,M.Kep Sekolah

Lebih terperinci

Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat

Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat Deni K Sunjaya, Dewi MDH Universitas Padjadjaran HOTEL HORISON MAKASSAR,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar penyakit tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan

Lebih terperinci

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI DEGAP CIRAP (KADER SIGAP UCI DIGARAP) UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM Lap. Inpovasi : KOTA PONTIANAK

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI DEGAP CIRAP (KADER SIGAP UCI DIGARAP) UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM Lap. Inpovasi : KOTA PONTIANAK LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI DEGAP CIRAP (KADER SIGAP UCI DIGARAP) UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM Lap. Inpovasi : KOTA PONTIANAK Nama Instansi/ SKPD : UPK Puskesmas Kampung Dalam Judul Inovasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT

BAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT BAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT A. Analisis A n a lis is adal ah suat u pem eri ksaan dan evaluasi dari suat u inf or m asi yang sesuai dan r el evant dalam menyeleksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dengan rancangan kualitatif. Pengumpulan data yang diperoleh berasal dari data

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, selain itu imunisasi merupakan

Lebih terperinci

136 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENCAPAIAN IMUNISASI BAYI YANG RENDAH

136 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENCAPAIAN IMUNISASI BAYI YANG RENDAH ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENCAPAIAN IMUNISASI BAYI YANG RENDAH Juni Dwi Kurnia Santi (Mahasiswa Pascasarjana Program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Merindani, et al, Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri...

Merindani, et al, Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri... Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri Di Puskesmas Suboh Kabupaten Situbondo (Management of Diphtheria Immunization Program Implementation at Suboh Public Health Center, Situbondo)

Lebih terperinci

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG Jefrin Sambara 1, Ni Nyoman Yuliani 2, Maria Lenggu 3, Yohana Ceme 4 Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang Email : y.ninyoman@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1) 1. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1) Petunjuk Umum Wawancara: 1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai. 2. Lakukan perkenalan

Lebih terperinci

B. TUJUAN 1. Umum Menggalang kerjasama Lintas sektor dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan 2. Khusus a. Meningkatkan program

B. TUJUAN 1. Umum Menggalang kerjasama Lintas sektor dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan 2. Khusus a. Meningkatkan program BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) I. PENDAHULUAN Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan, yang meliputi indikator angka harapan

Lebih terperinci

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga LEMBAR FAKTA 1 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Apa itu Pendekatan Keluarga? Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan

Lebih terperinci

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG KERANGKA ACUAN IMUNISASI No. Dok Revisi Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG Nurlaila*, Nur Hanna* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGARAAN KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK ( PWS-KIA ) By. IRMA NURIANTI, SKM

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK ( PWS-KIA ) By. IRMA NURIANTI, SKM PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK ( PWS-KIA ) By. IRMA NURIANTI, SKM PWS-KIA Alat manajeman program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA disuatu tempat (Puskesmas/ Kecamatan) secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian. Vaksin merupakan material biologis yang sangat mudah kehilangan potensinya. Bila ini terjadi maka akan terjadi kegagalan vaksin untuk menstimulasi respon

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM KIA TAHUN 2017

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM KIA TAHUN 2017 N Upaya o Kesehatan 1 Kesehatan Ibu dan Anak RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM TAHUN Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sasaran A. PERENCANAAN 1. Membuat laporan tahunan 2. Perencanaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP)

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP) KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP) 1.Latar Belakang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital

Lebih terperinci

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Adalah : Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau

Lebih terperinci

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS Tenaga Kesehatan di Lapangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 8-15 Maret 2016 Buku petunjuk teknis ini merupakan panduan bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan Pekan Imunisasi

Lebih terperinci

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1 2 1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PELAYANAN IMUNISASI DASAR 1.E.1. BCG Bayi adalah anak berumur 0-11 bulan adalah Proporsi (%) dari satu indikator Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan program

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET UCI DI PUSKESMAS BEROHOL, KECAMATAN BAJENIS, KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 A. Pedoman Wawancara dengan

Lebih terperinci

SOP PENYELENGGARAAN IMUNISASI

SOP PENYELENGGARAAN IMUNISASI SOP PENYELENGGARAAN IMUNISASI Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. Tahun 2012 SOP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada semua kelompok umur. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011),

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 Nama : Umur : Tahun Pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAMAMAUNG DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...... 2 BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS...

Lebih terperinci

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 TUJUAN POKJANAL/POKJA POSYANDU adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ia tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2004). Imunisasi atau

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ia tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2004). Imunisasi atau 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Vaksin Vaksin merupakan suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli 66 Lampiran 1. Jadwal Penelitian Jenis kegiatan Pelaksanaan seminar proposal 1 penelitian Pengurusan surat pengantar penelitian dari jurusan Farmasi UII Pengurusan surat perijinan penelitian ke 3 Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan UNICEF pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin. Akibatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.559, 2017 KEMENKES. Penyelenggaraan Imunisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET. kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan memberikan kekebalan

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET. kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan memberikan kekebalan MATRIK RENCANA USULAN KEGIA PROGRAM IMUNIS NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET 1 Pengambilan vaksin ke gudang Agar kegiatan imunisasi di PKM, posyandu dan Gudang farmasi 12 X 1 tahun farmasi BPS berjalan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PROGRAM IMUNISASI BULAN PEBRUARI 2017 UPTD PUSKESMAS DTP CIDAHU

LAPORAN BULANAN PROGRAM IMUNISASI BULAN PEBRUARI 2017 UPTD PUSKESMAS DTP CIDAHU LAPORAN BULANAN PROGRAM IMUNISASI BULAN PEBRUARI 2017 UPTD PUSKESMAS DTP CIDAHU 1. ANALISA SITUASI Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan mengidentifikasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan Wilayah

Lebih terperinci

Abstrak. berkembang dengan pendapatan perkapita rendah dan pelayanan kesehatan kurang memadai. (2)

Abstrak. berkembang dengan pendapatan perkapita rendah dan pelayanan kesehatan kurang memadai. (2) Faktor Individu, Organisasi Dan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Petugas Dalam Pelayanan Imunisasi Campak Di Puskesmass Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara Kusmiyati 1, Martha Irene Kartasurya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan pemenuhan komitmen internasional yang sejalan dengan upaya pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN

PEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN PEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal dibidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1059/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1059/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1059/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa imunisasi sebagai salah

Lebih terperinci

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DPA SKPD ) DINAS KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 203 NAMA FORMULIR DPA SKPD DPA SKPD DPA SKPD 2. Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak STUDI TENTANG PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PUSKESMAS TERHADAP PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS KOTA KENDARI TAHUN 2014 Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Imunisasi

panduan praktis Pelayanan Imunisasi panduan praktis Pelayanan Imunisasi 02 02 panduan praktis Pelayanan Imunisasi Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan khususnya terhadap seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017

MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017 MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017 NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET 1 Pengambilan vaksin ke gudang Agar kegiatan di PKM, posyandu dan Gudang farmasi 12 X 1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 No. Responden : (Diisi oleh peneliti) A. Data Karakteristik Responden Petunjuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA PELANGI KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas PUSKESMAS SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas : ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat Rakerkesnas th. 1968 di Jakarta Awal puskesmas dibagi beberapa kategori : 1. Tipe A (dipimpin : dokter penuh)

Lebih terperinci

Surveilans Berbasis Masyarakat Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan

Lebih terperinci

RANCANGAN INDIKATOR RIFAKES PUSKESMAS RIF

RANCANGAN INDIKATOR RIFAKES PUSKESMAS RIF RANCANGAN INDIKATOR RIFAKES PUSKESMAS 2011 Horison, 18 21 Agustus 2010 Pengantar UU Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan pelayanan kesehatan dasar (al. Puskesmas) SKN tahun 2009 : Upaya kesehatan perorangan

Lebih terperinci