DAFTAR ISI. Kata Pengantar.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. i Daftar isi. iii Bab I Pendahuluan.. 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 2 C. Pengertian.. 2 D. Tujuan. 3 E. Sasaran... 3 F. Dosis dan Cara Pemberian. 3 G. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 4 H. Pembiayaan 4 Bab II Tahap Pelaksanaan. 5 A. Persiapan 5 B. Pelaksanaan.. 6 Bab III Pemantauan dan Evaluasi. 12 A. Pemantauan dan Pembinaan. 12 B. Pelaksanaan Pemantauan dan Pembinaan. 12 C. Pertemuan Evaluasi. 13 D. Indikator.. 13 Lampiran Teknis Pelaksanaan Pencatatan Pemberian Vitamin A Terintegrasi Crash Program Campak dan Pemberian Obat Cacing Rekapitulasi Pemberian Vitamin A Terintegrasi Pemberian Obat Cacing dan Crash Program Campak Tingkat Puskesmas Rekapitulasi Pemberian Vitamin A Terintegrasi Pemberian Obat Cacing dan Crash Program Campak Tingkat Kabupaten Rekapitulasi Pemberian Vitamin A Terintegrasi Pemberian Obat Cacing dan Crash Program Campak Tingkat Provinsi Surat Edaran Nomor : HK.03.03/Menkes/376/2016 Tentang Pelaksanaan Bulan Kapsul Vitamin A Terintegrasi Program Kecacingan Dan Crash Program Campak Pada Bulan Agustus Tahun Surat Edaran Nomor : HK.03.03/Menkes/68/2016 Tentang Bulan Kapsul Vitamin A Surat Permintaan Dukungan Ka.Dinkes Kesehatan Dalam Rangka Eradikasi Polio Nasional dan Crash Program Campak Tahun Surat Edaran Crash Program Campak Tahun Daftar Kabupaten dan Kota Integrasi Program Pemberian Vitamin A, Kecacingan dan Crash Program Campak Kabupaten dan Kota yang melaksanakan Program Kecacingan Tahun Kabupaten dan Kota Sasaran Crash Program Campak Tahun

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pokok dari Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Nasional (RPJMN) adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan Ibu dan Anak yang ditandai dengan membaiknya status gizi ibu dan anak, menurunnya angka kesakitan dan kematian ibu dan anak serta meningkatnya peran serta masyarakat dalam mewujudkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di bidang Ibu dan Anak. Kekurangan Vitamin A (KVA) di dalam tubuh yang berlangsung lama menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada meningkatnya risiko kesakitan dan kematian pada balita, demikian juga kecacingan pada anak akan menimbulkan malnutrisi yang bersifat kronis yang pada akhirnya juga akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada Balita. Pada bagian lain, penyakit campak sebagai salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan menggunakan imunisasi (PD3I) masih menjadi ancaman bagi Balita yang juga akan mengakibatkan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian bagi Balita. Secara Nasional, bulan Februari dan Agustus telah ditetapkan sebagai bulan Pemberian Vitamin A bagi Balita. Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 1991 Sampai sekarang. Dalam rangka melakukan akselerasi program sekaligus mengintegrasikan momentum pemberian Vitamin A di bulan Agustus 2016 dilaksanakan 3 (tiga) kegiatan program yang terintegrasi yakni, Pemberian Vitamin A bagi seluruh Balita, pemberian tablet Albendazole bagi Balita di 295 Kabupaten dan Kota di 32 Provinsi dan pemberian imunisasi campak bagi Balita di 183 Kabupaten dan Kota di 28 Provinsi. Agar ketiga Program terkait dapat terlaksana secara effektif dan effisien maka perlu diterbitkan petunjuk teknis pengintegrasian Program Vitamin A, pemberantasan kecacingan dan Crash Program Campak. 2

3 B. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 4. Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang menitikberatkan pada penyelamatan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan); 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 42/Menkes/SK/VI/2014 tentang Penyelenggaraan Imunisasi 6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas; 7. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.03/MENKES/68/2016 Tentang Bulan Kapsul Vitamin A 8. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor : PM.01.02/Menkes/530/2015 tentang Dukungan dalam Rangka Eradikasi Polio Nasional dan Crash Program Campak Tahun Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.03/MENKES/376/2016 Tentang Pelaksanaan Bulan Kapsul Vitamin A Terintegrasi Program Kecacingan Dan Crash Program Campak Pada Bulan Agustus Tahun Surat Edaran Dirjen PP dan PL No.TU.02.06/D.1/II.2/583/2016 tentang Crash Program Campak Tahun 2016 C. Pengertian Bulan Kapsul Vitamin A adalah Pemberian Kapsul Vitamin A pada bayi dan anak balita pada bulan Februari dan Agustus. Khusus Pemberian Kapsul vitamin A terintegrasi dengan pemberian obat cacing (Albendazole) dan Crash Program campak akan dilaksanakan pada bulan Agustus Crash Program Campak adalah upaya pemberian imunisasi campak tambahan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Program Pengendalian Kecacingan adalah pemberian obat cacing (Albendazol) pada anak balita. D. Tujuan Pelaksanaan 1. Tujuan Umum Meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta memaksimalkan penanganan masalah kesehatan pada Balita secara terintegrasi dan meningkatkan peran lintas program dan sektor terkait dalam pemberian Kapsul Vitamin A, pemberian obat cacing (Albendazol) dan Imunisasi Campak pada Bulan Kapsul Vitamin A. 3

4 2. Tujuan Khusus Mempertahankan status vitamin A pada bayi dan anak balita agar tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat a. Menurunkan angka kecacingan pada Balita b. Menurunkan jumlah kelompok rentan campak di daerah risiko tinggi E. Sasaran Sasaran integrasi program Vitamin A, pemberantasan Kecacingan dan Crash Program Campak adalah bayi dan anak balita. 1. Vitamin A: semua Balita (6-59 bulan) di seluruh Indonesia 2. Pemberantasan Kecacingan : anak balita (12-59 bulan) di 295 kabupaten/kota dari 32 provinsi 3. Imunisasi Campak: balita (9-59 bulan) di 183 kabupaten/kota dari 28 provinsi F. Dosis dan Cara Pemberian Tabel 1.1 Sasaran dan Dosis Vitamin A, Obat Cacing (Albendazole) dan Imunisasi Campak Menurut Kelompok Umur No. Umur Vitamin A Obat Cacing bulan Kapsul Vit A Biru ( SI) (Albendazole) Campak bulan Kapsul Vit A Biru ( SI) 0.5 ml sub kutan bulan Kapsul Vit A Merah, bila tidak ada dapat diganti dengan 2 Kapsul Vitamin A Biru 200 mg (1/2 tablet 400 mg) 0.5 ml sub kutan bulan Vit A Merah ( SI) 400 mg (1 tablet) 0.5 ml sub kutan Cara Pemberian: Petugas harus mencuci tangan sebelum memberikan pelayan pada balita, sesuai mekanisme sebagai berikut: 1. Pemberian Kapsul Vitamin A Biru ( SI) diberikan pada Bayi dan Kapsul Vitamin A Merah ( SI atau bila tidak ada 2 kapsul Vitamin A Biru) diberikan pada Anak Balita pertama kali setelah sasaran selesai di data dan ditimbang. Pada bayi atau anak balita yang sedang menderita campak dapat diberikan Vitamin A kecuali sudah mendapat dalam 1 bulan terakhir. 4

5 a. Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih b. Pencet kapsul dan pastikan bayi/anak balita menelan semua isi kapsul dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul c. Untuk anak yang sudah bisa menelan isi kapsul dapat diberikan langsung satu kapsul untuk diminum 2. Pemberian obat cacing (Albendazol) 200 mg pada bayi dan 400 mg pada anak balita setelah mendapatkan Vitamin A a. Anak balita umur bulan diberikan ½ tablet Albendazole 400 mg digerus dan dilarutkan dalam air. b. Anak balita umur bulan diberikan 1 tablet kunyah Albendazole 3. Pemberian imunisasi Campak dengan suntikan sub kutan 0,5 ml pada anak balita usia 9-59 bulan setelah pemberian obat cacing (Albendazol) G. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pemberian kapsul Vitamin A, Albendazol, dan imunisasi Campak dilaksanakan dalam : 1. Dua minggu untuk pelaksanaan 2. Dua minggu untuk sweeping dan penyelesaian laporan Tempat untuk memperoleh dan pemberian Kapsul Vitamin A, Obat Cacing (Albendazol dan Imunisasi Campak secara gratis dilakukan di: UKBM seperti Posyandu, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar/ Rujukan (Pemerintah dan Swasta). Jika sasaran tidak datang, perlu dilakukan sweeping' melalui kunjungan rumah untuk menjaring sasaran dalam upaya meningkatkan pemberian kapsul Vitamin A, obat cacing dan vaksin campak. H. Pembiayaan Dalam melaksanakan kegiatan terintegrasi ini, rencana anggaran disusun oleh Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota berdasarkan data dasar (jumlah sasaran, pos pelayanan, tenaga pelaksana, daerah sulit, dll) yang diberikan oleh puskesmas. Sumber pembiayaan untuk kegiatan dari APBN, APBD, dan sumber pembiayaan lainnya yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5

6 BAB II TAHAP PELAKSANAAN A. Persiapan 1. Penyusunan Rencana Kerja a. Tingkat Provinsi dan Kabupaten dan Kota Penyusunan rencana kerja (Plan of Action) diperlukan : Jumlah sasaran Pemberian Vitamin A dan Obat Cacing (Albendazole) Jumlah sasaran dihitung berdasarkan data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan tahun (Kepmenkes Nomor HK.02.02/Menkes/117/2015) Sasaran crash program campak adalah balita usia 9-59 bulan dengan perkiraan Surviving Infant dikalikan 4,25 (SI x 4,25) 1) Kebutuhan Logistik a) Kebutuhan vitamin A : i. Kapsul Biru ( SI) sejumlah Bayi ii. Kapsul Merah ( SI) sejumlah Anak Balita iii. Kapsul Vitamin A biru dapat diberikan kepada anak balita sebanyak 2 kapsul apabila kapsul Vitamin A merah tidak tersedia di lapangan iv. Perlu penambahan 10% untuk kapsul Vitamin A biru dan Merah untuk cadangan. b) Kebutuhan obat cacing (Albendazole) Jumlah obat cacing = Jumlah anak balita bulan x 1,1 Ket : dikali 1,1 sebagai cadangan Jumlah anak balita berdasarkan data riil di kabupaten/kota laporan puskesmas. c) Kebutuhan Vaksin (Vaksin dengan kemasan 10 dosis per vial ) : Vaksin campak (vial) : Jumlah sasaran 9 bulan s/d 5 tahun IP Vaksin (8) Ket : Kebutuhan vaksin ditambahkan 5% sebagai cadangan. Kebutuhan ADS 5 ml = vaksin campak Kebutuhan ADS 0,5 ml = sasaran imunisasi campak + 5 % sebagai cadangan Safety box = jumlah ADS 5 ml + ADS 0,5 ml 100 6

7 2) Ketersediaan Cold chain : Petugas imunisasi Provinsi maupun Kabupaten/Kota harus menginventarisasi jumlah dan kondisi cold chain (untuk penyimpanan dan distribusi vaksin) yang ada saat ini, serta kekurangannya ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Puskesmas, serta upaya mengatasi jika terjadi kekurangan serta diharapkan dapat menggalang dukungan dari berbagai sumber termasuk swasta maupun masyarakat. 3) Tenaga pelaksana Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mengetahui kebutuhan tenaga pelaksana untuk masing - masing puskesmas dan memberikan bantuan apabila terdapat kekurangan tenaga pelaksana. b. Tingkat Puskesmas Puskesmas menyusun rencana kerja yang lebih rinci menurut petugas, tempat dan waktu serta bagaimana menjangkau sasaran (microplanning). Selanjutnya membuat peta daerah risiko tinggi dan lokasi pelayanan yang terdiri dari: 1) Jumlah sasaran : Puskesmas mendapatkan jumlah sasaran balitanya dengan berdasarkan data riil atau data proyeksi dari sasaran kabupaten/kota. 2) Ketersediaan Cold Chain Koordinator imunisasi (Korim) Puskesmas sebaiknya sudah menginventarisasikan cold chain (tempat penyimpanan dan distribusi vaksin) yang tersedia, jumlah yang masih berfungsi/dapat digunakan, lokasinya, kekurangannya, kemungkinan mendapatkan dukungan dari sumber lain (contoh : swasta/masyarakat), dan ketersediaan ruang penyimpanan/ kemampuan menampung vaksin. 3) Tempat pelayanan Pelayanan dapat dilakukan di posyandu, pos imunisasi, poskesdes, puskesmas, rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan swasta lainnya. 4) Tenaga Pelaksana Perkiraan jumlah tenaga pelaksana (satu tim) dihitung berdasarkan juml ah tempat pelaksanaan kegiatan ini. Pos pelayanan imunisasi dibagi jumlah sasaran: a) Satu orang tenaga kesehatan diperkirakan mampu memberikan pelayanan suntikan pada maksimal 75 sasaran per hari. 7

8 b) Setiap pos pelayanan dibantu oleh 3 orang kader yang bertugas untuk: (i) menggerakkan masyarakat untuk datang ke pos pelayanan imunisasi, (ii) mengatur alur pelayanan imunisasi di pos pelayanan (iii) mencatat hasil imunisasi, dan (iv) memberi tanda/marker pada kuku jari kelingking kiri anak yang sudah mendapat imunisasi. c) Setiap 3-5 pos pelayanan imunisasi dikoordinir oleh satu orang supervisor untuk memastikan pelaksanaan crash program campak berjalan dengan baik. Supervisor juga bertugas memantau kecukupan logistik dan KIPI. 5) Pemetaan dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ini harus menjangkau semua sasaran di wilayah kerja puskesmas sehingga petugas perlu mengetahui wilayah kerjanya dengan baik. Kabupaten/Kota harus menginventarisasi daerah (kecamatan, puskesmas, dan desa) di wilayahnya berdasarkan tingkat kesulitannya. Hal ini akan membantu dalam menentukan strategi pelaksanaan sehingga semua sasaran dapat dijangkau. Dalam pemetaan tersebut juga harus dicantumkan tanggal dan lamanya pelaksanaan tiap puskesmas serta petugas kabupaten yang bertanggung jawab sebagai supervisor serta nama - nama tim perpos pelayanan imunisasi. 2. Distribusi Logistik dan Dana Operasional Kebutuhan logistik (vitamin A, vaksin, alat suntik, safety box, obat cacing dan logistik lainnya) dan dana operasional sebaiknya sudah didistribusikan sampai ke puskesmas sebelum pelaksanaan kegiatan. Dana tersebut harus segera dipertanggung jawabkan sesuai dengan sumber dananya, paling lambat 1 minggu sesudah hari terakhir pelaksanaan. 3. Advokasi Sebelum pelaksanaan kegiatan, perlu dilakukan advokasi kepada Kepala Pemerintah Daerah tingkat provinsi (Gubernur) dan kab/kota (Bupati/Walikota) serta DPRD provinsi dan kab/kota sebagai penanggung jawab daerah. Diseminasi informasi juga perlu dilakukan kepada lintas sektor, lintas program, swasta, LSM, Organisasi profesi, guru PAUD, media massa seperti koran lokal, radio RRI /swasta dan TV. 8

9 4. Mobilisasi Masyarakat Penggerakkan masyarakat dilakukan dengan dukungan kader dengan memberitahukan kepada ibu/keluarga balita tentang hari, tanggal, serta tempat dimana balita bisa mendapatkan Vitamin A dan obat cacing (Albendazole) dan imunisasi campak tambahan. Kegiatan penggerakan sasaran mulai dilaksanakan dua minggu sebelum pelaksanaan. Pada saat pendataan sasaran, kader menyampaikan pesan-pesan pentingnya pemberian Vitamin A, obat cacing (Albendazole) dan imunisasi campak, serta mengajak agar sasaran dan orang tua /pengasuh datang ke pos pelayanan. Dua hari menjelang pelaksanaan kegiatan, kader kembali mengingatkan sasaran dan orang tua/pengasuh untuk datang ke pos pelayanan, dengan mengunakan surat undangan. Penggerakkan masyarakat juga dilakukan melalui pemberitahuan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, pengumuman langsung melalui tempat-tempat ibadah (Mesjid, Gereja, Pura, Kelenteng dll), pemasangan spanduk ditempat-tempat yang strategis, serta informasi melalui media cetak dan media elektronik tentang pelaksanaan kegiatan. Selain itu diharapkan peran dari pihak lintas program (seperti KIA dan Promkes di Provinsi/Kabupaten/kota) dan lintas sektor dalam memberikan dukungan sarana dan prasarana untuk suksesnya kegiatan ini. B. Pelaksanaan 1. Distribusi Obat Program dan Vaksin Petugas kabupaten/kota bertanggungjawab untuk menyediakan Kapsul Vitamin A, obat cacing (Albendazole) dan vaksin campak, logistik lainn ya, bahanbahan KIE, format pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kebutuhan dari masingmasing uskesmas. Pendistribusian Kapsul Vitamin A, obat cacing (Albendazole), vaksin campak, dan logistik ke puskesmas dapat dilakukan dengan cara diantar oleh petugas kabupaten/kota atau diambil oleh petugas puskesmas. Kapsul Vitamin A, obat cacing (Albendazole), vaksin campak, dan logistik dibawa ke tempat pelayanan pada hari yang sama dengan pelayanan. Vaksin dan pelarut dibawa dengan memasukan ke dalam vaksin carrier yang menggunakan empat cool pack. 9

10 2. Mekanisme Kerja a. Pelaksanaan di Tingkat Posyandu Berikut ini adalah contoh mekanisme kerja pelayanan imunisasi di posyandu atau pos pelayanan imunisasi: Gambar 2. Skema Pelaksanaan Posyandu Sasaran yang datang ke Pos Pelayanan dicatat dalam buku Register oleh kader dan selanjutnya anak ditimbang dan mendapatkan kapsul Vitamin A sesuai dengan umur. Pastikan anak sudah mendapatkan Vitamin A sebelum diberikan obat cacing (Albendazole). Pemberian obat cacing harus dilakukan di depan petugas kesehatan. Imunisasi campak dilakukan setelah Balita mendapatkan obat cacing (Albendazole). Balita yang sudah mendapatkan semua pelayanan harus sudah tercatat dibuku Register. Beberapa hal yang harus dikerjakan oleh petugas pelaksana : 1. Memastikan Kapsul Vitamin A, obat cacing (Albendazole) dan Vaksin Campak tersedia untuk semua sasaran 2. Kalau kapsul Vitamin A merah ( SI) tidak tersedia di lapangan maka, untuk anak Balita (12-59 bulan) dapat diberika kapsul Vitamin A biru masingmasing 2 kapsul. 10

11 3. Memastikan bahwa satu hari sebelum pelaksanaan, untuk balita usia bulan harus dipersiapkan obat Albendazole 200 mg atau setengah tablet yang telah digerus sampai halus dan dibungkus dalam kertas puyer dan akan diminum dengan melarutkannya dalam air. 4. Posyandu, Puskesmas dan RS atau fasyankes lainnya yang menjadi pos pemberian obat dapat menyiapkan air minum atau masyarakat yang datang ke posyandu dianjurkan untuk membawa minum. 5. Memastikan kondisi rantai vaksin terjaga dengan baik. 6. Memastikan vaksin campak dan pelarutnya diproduksi oleh pabrik yang sama 7. Memastikan vaksin dalam kondisi baik dengan memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM (belum kadaluarsa, VVM dalam kondisi A atau B). 8. Melarutkan vaksin dan mencatat jam di label vial vaksin campak pada saat dilarutkan (tidak boleh lebih dari 6 jam setelah pelarutan). 9. Memberikan imunisasi secara benar (subcutan) 10. Melakukan pengelolaan limbah imunisasi secara aman. 11. Memantau dan menangani kasus diduga KIPI 12. Memeriksa register pelaksanaan imunisasi dan melengkapinya pada akhir kegiatan. 13. Membina kader dalam melaksanakan tugasnya. 14. Melakukan kerjasama dengan tokoh masyarakat. Waktu pelaksanaan 1. Pelaksanaan terintegrasi di posyandu/pos pelayanan dilaksanakan selama kuranglebih 4 jam, namun dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Waktu pelaksanaan di sekolah (PAUD) disesuaikan dengan jumlah sasaran dan petugas kesehatan 2. Sasaran dan orangtua/pengasuh diminta untuk tetap di pos pelayanan imunisasi/sekolah selama 30 menit sesudah imunisasi dilaksanakan dan petugas juga harus tetap berada di pos atau di sekolah minimal 30 menit setelah sasaran terakhir diimunisasi, hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius seperti anafilaktis. b. Pelaksanaan di Tingkat Puskesmas Sasaran datang ke Puskesmas mendaftar di loket pendaftaraan. Balita di timbang berat badan dan diukur panjang badan (tinggi badan), hasil pengukuran dicatat di buku KIA serta diukur suhu tubuhnya. 11

12 1. Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah pernah menerima kapsul vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir. Petugas kesehatan atau kader mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum memberikan kapsul vitamin A. Berikan kapsul biru ( SI) untuk bayi dan kapsul merah ( SI) untuk anak balita 2. Balita diberikan obat cacing (Albendazole) sebelum mendapat imunisasi campak oleh petugas kesehatan terlatih 3. Petugas mencatat semua pelayanan yang diberikan di buku register Gambar 3. Skema pelaksanaan di Puskesmas 12

13 BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Pemantauan dan Pembinaan (Supervisi) Pemantauan adalah salah satu fungsi penting dalam pelaksanaan kegiatan ini untuk mengetahui permasalahan saat pelaksanaan kegiatan sehingga dapat segera dilakukan upaya pemecahan masalah. Ada 3 alat pemantauan yang digunakan dalam kegiatan ini: 1. Daftar/checklist supervisi sebelum pelaksanaan untuk memantau persiapan pelaksanaan 2. Daftar/checklist supervisi saat pelaksanaan yang sedang berlangsung, mengidentifikasi kendala di lapangan serta menentukan langkah tindak lanjut yang harus segera dilakukan. 3. RCA ( Rapid Convenient Assesment) atau penilaian cepat setelah kegiatan dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh sasaran pada daerah tersebut sudah diimunisasi sekaligus sebagai upaya validasi cakupan crash program yang dilaporkan. B. Pelaksanaan Pemantauan dan Pembinaan: 1. Pemberian Kapsul Vitamin A: Kegiatan pemantauan dilakukan di posyandu dan puskesmas dengan melakukan supervisi dan mencatat hasil pemantauan kegiatan. 2. Pemberian Obat Cacing (Albendazole) Kegiatan pemantauan dan evaluasi pemberian obat cacing terintegrasi dengan Vitamin A dan Vaksinasi Campak dilakukan di Posyandu, Puskesmas dan RS sampai Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Hasilnya dilaporkan secara berjenjang. Kegiatan ini dibutuhkan agar pemberian obat cacing berjalan sesuai dengan rencana, sehingga bila ada masalah dapat ditemukan dan ditangani secara dini. 3. Crash Program Campak Monitoring dan evaluasi pelaksanaan crash program campak dilakukan untuk hasil ataupun proses kegiatan bila dibandingkan dengan target atau standar yang ditetapkan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan saat atau setelah pelaksanaan crash program campak, dengan menggunakan format RCA ( Rapid Convenience Assesment). 13

14 C. Pertemuan Evaluasi Pertemuan evaluasi sesudah pelaksanaan dilakukan untuk mengidentifikasi pencapaian hasil kegiatan, seperti cakupan masing-masing wilayah, pemakaian logistik dan masalah-masalah yang dihadapi saat pelaksanaan. Pada pertemuan evaluasi juga diidentifikasi kasus-kasus KIPI yang terjadi serta aspek-aspek yang menyebabkan terjadinya KIPI tersebut. Hasil pertemuan evaluasi dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk penguatan imunisasi rutin D. Indikator Indikator yang digunakan dalam evaluasi adalah: 1. Input a. Logistik (jumlah dan ketersediaan obat cacing di setiap tempat pelayanan dan formulir pencatatan-pelaporan) b. SDM (Petugas kesehatan, kader dan guru) c. Dana operasional d. Sarana dan prasarana 2. Proses a. Jumlah sasaran yang datang dan menerima obat b. Kecepatan sasaran menerima dosis yang sesuai c. Ketepatan pencatatan d. Ketepatan pelaporan e. Ketepatan jadwal sosialiasi f. Koordinasi dalam pencatatan dan pelaporan. 3. Output Cakupan pemberian obat cacing sesuai sasaran. 14

15 Lampiran 1 : Teknis Pelaksanaan a. Pemberian Kapsul Vitamin A - Berikan kapsul biru ( SI) untuk bayi dan kapsul merah ( SI) untuk anak balita - Petugas atau kader mencucui tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum memberikan vitamin A. - Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih - Pencet kapsul dan pastikan bayi dan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul - Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul untuk diminum Kapsul Biru untuk Bayi usia 6-11 bulan Kapsul Merah untuk Bayi usia bulan b. Pemberian Obat Cacing (Albendazole) Pemberian obat cacing (Albendazol) 200 mg pada bayi dan 400 mg pada anak balita setelah mendapatkan Vitamin A a. Anak balita umur bulan diberikan ½ tablet Albendazole 400 mg digerus dan dilarutkan dalam air. b. Anak balita umur bulan diberikan 1 tablet kunyah Albendazole c. Pemberian Imunisasi Campak Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pemberian imunisasi campak sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Crash Program Campak o Pelarutan vaksin o Cara Pemberian Vaksin Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (autodisable syringe/ads) 0,5 ml. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subcutan (sudut kemiringan penyuntikan 45 o) 15

16 o Kontra Indikasi Vaksin campak sangat aman diberikan. Kontra indikasi pemberian vaksin tersebut adalah : yang mengalami immuno-compromised akibat penyakit dasar atau akibat pengobatan dengan immunosupresan ( kemotherapi, kortikosteroid jangka panjang), leukemia atau lymphoma stadium lanjut, infeksi HIV berat. Imunisasi tetap boleh diberikan pada sasaran dengan kondisi : 1. Malnutrisi 2. Infeksi saluran pernafasan ringan 3. Diare Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan kegiatan dilakukan terpisah dari kegiatan rutin, dan dilaporkan setiap hari. Pelaporan dilakukan berjenjang dan bertahap. Pencatatan dan pelaporan pada kegiatan ini adalah hasil cakupan dan pemakaian logistik menggunakan formulir terlampir. Skema pelaporan : Pos Pelayanan PKM Kab/Kota Provinsi Pusat Menjangkau Sasaran yang Belum Terjangkau Berdasarkan analisis laporan harian yang masuk, petugas kabupaten / kota dapat mengidentifikasi Puskesmas- puskesmas yang belum mencapai target harian (target cakupan crash program campak adalah 95 %, dibagi jumlah hari pelaksanaan). Kemudian mengkomunikasikan dengan puskesmas yang bersangkutan untuk mengetahui kendala dan merencanakan tindak lanjut. Melalui kegiatan ini diharapkan tidak ada daerah yang tidak mencapai target cakupan. Dari daerah yang sudah dilakukan penilaian cepat dapat diketahui penyebab tidak terimunisasinya sasaran pada daerah tersebut dan sasaran yang tidak terjangkau dirujuk ke Pos pelayanan / puskesmas untuk mendapatkan imunisasi campak. 16

17 Lampiran 2 PENCATATAN PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN OBAT CACING DAN CRASH PROGRAM CAMPAK DI TINGKAT POSYANDU POSYANDU/POS IMUNISASI : DESA/KELURAHAN : PUSKESMAS : TANGGAL PELAKSANAAN : TAHUN : NO NAMA ANAK UMUR NAMA ORANG TUA ALAMAT Bayi (6-11 bln) Vitamin A A.Balita (12-59 bln) Pemberian Obat Cacing Imunsasi Campak KETERANGAN Jumlah pemakaian Vaksin Dropper 17

18 Lampiran 3 REKAPITULASI PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN OBAT CACING DAN CRASH PROGRAM CAMPAK DI TINGKAT PUSKESMAS PUSKESMAS KECAMATAN BULAN TAHUN NO TK PAUD dll POSYANDU Pemberian Vitamin A Bayi (6-11 bln) JUMLAH SASARAN A.Balita (12-59 bln) Pemberian Campak Pemberian Obat Cacing Pemberian Vitamin A Bayi (6-11 bln) N % N % CAKUPAN Pemberian Obat Cacing Pemberian Vaksin Campak A.Balita (12-59bln) N % N % 18

19 Lampiran 4 REKAPITULASI PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN OBAT CACING DAN CRASH PROGRAM CAMPAK DI TINGKAT KABUPATEN DAN KOTA KABUPATEN/KOTA : BULAN : TAHUN : JUMLAH SASARAN CAKUPAN NO PUSKESMAS Pemberian Vitamin A Bayi (6-11 bln) A.Balita (12-59 bln) Pemberian VaksinCam pak Pemberian Obat Cacing Pemberian Vitamin A Bayi (6-11 bln) N % N % Pemberian Obat Cacing Pemberian Vaksin Campak A.Balita (12-59bln) N % N % Dll 19

20 Lampiran 5 REKAPITULASI PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM PEMBERIAN OBAT CACING DAN CRASH PROGRAM CAMPAK DI TINGKAT PROVINSI PROVINSI : BULAN : TAHUN : JUMLAH SASARAN CAKUPAN NO KABUPATEN/KOTA Pemberian Vitamin A Bayi (6-11 bln) A.Balita (12-59 bln) Pemberian VaksinCam pak Pemberian Obat Cacing Pemberian Vitamin A Bayi (6-11 bln) N % N % Pemberian Obat Cacing Pemberian Vaksin Campak A.Balita (12-59bln) N % N % Dll 20

21 Lampiran 6 21

22 22

23 23

24 24

25 Lampiran 7 25

26 26

27 27

28 Lampiran 8 28

29 Lampiran 9 29

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS Tenaga Kesehatan di Lapangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 8-15 Maret 2016 Buku petunjuk teknis ini merupakan panduan bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan Pekan Imunisasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BULAN KAPSUL VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM KECACINGAN DAN CRASH PROGRAM CAMPAK

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BULAN KAPSUL VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM KECACINGAN DAN CRASH PROGRAM CAMPAK PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BULAN KAPSUL VITAMIN A TERINTEGRASI PROGRAM KECACINGAN DAN CRASH PROGRAM CAMPAK KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar. i Daftar isi. iii Bab I Pendahuluan..

Lebih terperinci

Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Surabaya PEDOMAN PELAKSANAAN PIN POLIO Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Surabaya Persiapan Pos PIN Polio Logistik : - Meja dan kursi - Vaksin Polio dan penetes/dropper - Vaccine carrier/termos - Cool

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PROGRAM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1. KEGIATAN : IMUNISASI 1. Imunisasi Bayi : HB0, BCG,DPT,POLIO,Campak

Lebih terperinci

0 = Belum pernah dilatih

0 = Belum pernah dilatih Alat Monitoring Pelaksanaan Layanan Vitamin Angels Tanggal: Nama petugas monitoring: LSM/Organisasi Mitra: Nama sub-penerima produk (jika ada): Negara: Daerah Tingkat Dua (yaitu kabupaten) Apa saja produk

Lebih terperinci

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS Tenaga Kesehatan di Lapangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 8-15 Maret 2016 Buku petunjuk teknis ini merupakan panduan bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan Pekan Imunisasi

Lebih terperinci

Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat

Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat Deni K Sunjaya, Dewi MDH Universitas Padjadjaran HOTEL HORISON MAKASSAR,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional dalam Millenium Development Goal s (MDG s). Salah satu tujuan MDG s adalah menurunkan 2/3

Lebih terperinci

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 TUJUAN POKJANAL/POKJA POSYANDU adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan

Lebih terperinci

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK )

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK ) C3-1 KAB.LOTENG TH 2015 JUMLAH PENDUDUK 900,120 jiwa SASARAN IMUNISASI BAYI : 19.623 bayi BUMIL: 21.585 orang UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan program yang memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh berbagai

Lebih terperinci

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga LEMBAR FAKTA 1 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Apa itu Pendekatan Keluarga? Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada programprogram yang mempunyai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Tahun 2016

DAFTAR ISI Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Tahun 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Kata Pengantar... iii BAB I. Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Pengertian... 3 1.4 Tujuan... 4 1.5 Strategi... 4 1.6 Sasaran... 4 1.7 Tempat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN P U S K E S M A S P U L U N G Jl. Dr. Soetomo No. 33 Pulung Kab. Ponorogo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN P U S K E S M A S P U L U N G Jl. Dr. Soetomo No. 33 Pulung Kab. Ponorogo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN P U S K E S M A S P U L U N G Jl. Dr. Soetomo No. 33 Pulung Kab. Ponorogo Telp. ( 0352 ) 571 118 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA

DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA SUBDIT IMUNISASI DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2006 1 I. Pendahuluan Program imunisasi dimulai secara nasional sejak tahun 1977 dan secara

Lebih terperinci

a. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan di atas 80% dan permintaan dengan indikator desa UCI dan desa non UCI b. Upaya mencapai ETN, ERAPO, dan

a. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan di atas 80% dan permintaan dengan indikator desa UCI dan desa non UCI b. Upaya mencapai ETN, ERAPO, dan STRATEGI 1. Sustainability dan desentralisasi Keberhasilan program dalam mempertahankan cakupan yang tinggi di satu wilayah dan meningkatkan yang masih rendah di wilayah yang lain adalah menjadi bagian

Lebih terperinci

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG KERANGKA ACUAN IMUNISASI No. Dok Revisi Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN Jl. Kyai Maja No. 2 Panunggangan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang Telp. (021) 22353600 KERANGKA ACUAN KEGIATAN IMUNISASI PUSKESMAS PANUNGGANGAN

Lebih terperinci

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET. kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan memberikan kekebalan

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET. kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan memberikan kekebalan MATRIK RENCANA USULAN KEGIA PROGRAM IMUNIS NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET 1 Pengambilan vaksin ke gudang Agar kegiatan imunisasi di PKM, posyandu dan Gudang farmasi 12 X 1 tahun farmasi BPS berjalan

Lebih terperinci

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II PELAYANAN IMUNISASI No. Kode : Terbitan : No. Revisi : PEMERINTAH KAB. BANJARNEGARA PANDUAN Tgl. : MulaiBerlaku Halaman : / Tanda tangan UPT PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK 1 Ditetapkan oleh : Kepala Puskesmas

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling

Lebih terperinci

Pengelolaan Program Imunisasi

Pengelolaan Program Imunisasi Pengelolaan Program Imunisasi 1. Upaya Pencegahan PD3I a. Sasaran - Bayi - Ibu Hamil, Wanita Usia Subur (WUS) - Anak Sekolah b. Standar Program Imunisasi b.1 Standar Logistik Pengertian logistik imunisasi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 Nama : Umur : Tahun Pendidikan

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan. BAB 7 : PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input 1. Kebijakan berpedoman dari Kementerian Sosial RI, Kementerian Kesehatan RI dan Surat Keputusan Walikota Padang. Kebijakan ini belum maksimal disosialisasikan

Lebih terperinci

MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017

MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017 MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017 NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET 1 Pengambilan vaksin ke gudang Agar kegiatan di PKM, posyandu dan Gudang farmasi 12 X 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi 2.1.1 Definisi Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. 7 2.1.2 Imunisasi

Lebih terperinci

Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A

Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A 1. Apa yang harus saya lakukan jika anak menangis ketika diberi vitamin A? Jangan memaksa anak meminum vitamin A dan jangan memberikannya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN Anggaran : 207 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Pelayanan Dasar Kesehatan Organisasi :. 02.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan melalui perencanaan yang baik dan efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan melalui perencanaan yang baik dan efektif. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0 PROGRAM GIZI 1.Tujuan Sebagai pedoman Petugas Gizi Puskesmas dalam pengolahan data bulanan dari desa untuk mendapat data yang valid, akurat dan tepat waktu. Pengelolaan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kader Kesehatan 1. Pengertian Kader Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela

Lebih terperinci

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala MATERI 4 MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta dapat melakukan pengisian Data Kartu Menuju Sehat (KMS) Peserta dapat menyebutkan catatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat penting, karena pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

Penyuluhan tentang VAS+D

Penyuluhan tentang VAS+D Nama: Penyuluhan tentang VAS+D Bagian Pemberian Tablet Obat Cacing Umur 6- bulan (6 bulan sampai tahun Umur - bulan ( tahun sampai tahun Usia 4-59 bulan ( tahun sampai 5 tahun Vitamin A Sambutan selamat

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

Pedoman Pelaporan Melalui SMS untuk Petugas Puskesmas

Pedoman Pelaporan Melalui SMS untuk Petugas Puskesmas Daftar Isi I. Latar Belakang... 2 II. Pedoman Pelaporan Melalui SMS untuk Petugas Puskesmas... 2 1. Kriteria Pelapor... 2 2. Cara Pelaporan... 3 3. Pengingat dan Umpan Balik via SMS... 4 III. Pedoman untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Padang Pasir meliputi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS KAMPANYE DAN INTRODUKSI IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS KAMPANYE DAN INTRODUKSI IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS KAMPANYE DAN INTRODUKSI IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR) DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN 2017 KATA

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KECACINGAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KECACINGAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KECACINGAN I. PENDAHULUAN Cacingan umumnya terdapat di daerah tropis dan sub tropis di Negara berkembang termasuk Indonesia. Akibat yang ditimbulkan cacingan antara lain

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA DEPARTEMEN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET UCI DI PUSKESMAS BEROHOL, KECAMATAN BAJENIS, KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 A. Pedoman Wawancara dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa A LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

Lebih terperinci

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat Disiapkan oleh: Dievaluasi oleh: Mengetahui: Disetujui oleh: Disahkan oleh: Tanggal Terbit: GM Rumah Sehat Indonesia Dr. Yudi Feriandi PENGERTIAN Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita merupakan kartu yang

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI JUMLAH PENDAPATAN , ,00 ( ,00) 93,85

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI JUMLAH PENDAPATAN , ,00 ( ,00) 93,85 1.02 Dinas Hal 9 1.02 00 00 PENDAPATAN DAERAH 8.550.000,00 8.025.000,00 ( 525.000,00) 93,85 1.02 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 8.550.000,00 8.025.000,00 ( 525.000,00) 93,85 1.02 00 00 1 2 Hasil Retribusi

Lebih terperinci

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien KONSULTASI GIZI.. A. PENGERTIAN Serangkaian proses komunikasi dua arah untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makanan yang baik dalam

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Tugas Pokok Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular TBC

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Tugas Pokok Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular TBC KOORDINATOR SEKSI P2 TB Tugas Pokok Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular TBC I. Fungsi Membantu Koordinator Yankes Masyarakat dalam Kegiatan Puskesmas khususnya mengatasi penyakit menular TBC

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR

DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW) ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN IMUNISASI OLEH PUSKESMAS KAITANNYA DENGAN PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Imunisasi. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

CAKUPAN IMUNISASI. Pekan Imunisasi Sedunia. Bersama WUJUDKAN. yang tinggi dan merata." Panduan April 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN RI

CAKUPAN IMUNISASI. Pekan Imunisasi Sedunia. Bersama WUJUDKAN. yang tinggi dan merata. Panduan April 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEMENTERIAN KESEHATAN RI Panduan Pekan Imunisasi Sedunia 24-30 April 2015 Bersama WUJUDKAN CAKUPAN IMUNISASI yang tinggi dan merata." "bersama wujudkan cakupan Imunisasi yang tinggi dan merata." -1 World

Lebih terperinci

PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS

PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS BAB 1 PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK A. Latar Belakang Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DONGI Alamat : Jl. Lattabe No 4 Dongi, Kec. Pitu Riawa.

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DONGI Alamat : Jl. Lattabe No 4 Dongi, Kec. Pitu Riawa. PEDOMAN UKGM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu cara untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar IKHTISAR EKSEKUTIF Sebagai perwujudan dan pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD yang telah ditetapkan di dalam Rencana Kinerja Tahun 2016 dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 32 TAHUN 2008 TENTANG KELOMPOK KERJA OPERASIONAL (POKJANAL) POSYANDU TINGKAT KABUPATEN, TINGKAT KECAMATAN, DAN KELOMPOK KERJA (POKJA) POSYANDU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan Wilayah

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk

Lebih terperinci

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT UMMU KALSUM T, S.Farm,Apt,MPH MANAJEMEN KEBIJAKAN OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes MATRIKS WAWANCARA No Variabel P1 P2 P3 P4 P5 P6 1 Aspek Legal Peningkatan Strata Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Pedoman Operasional Revitalisasi di Kabupaten Bekasi 2 Aspek Teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui 5 MEJA POSYANDU Langkah ke Posyandu Pelaksanaan kegiatan di Posyandu Cahaya dikenal dengan nama sistem 5 meja, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan pemenuhan komitmen internasional yang sejalan dengan upaya pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.559, 2017 KEMENKES. Penyelenggaraan Imunisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : a. bahwa guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi juga merupakan target sasaran

Lebih terperinci