IMPLEMENTASI ATAS DESENTRALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI ATAS DESENTRALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI ATAS DESENTRALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Madiun) Retno Megawati Siti Ragil Handayani Bambang Ismono (PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, ABSTRACT Madiun is one of the cities that decentralized Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) at the time of deadline, in January 1, As we know that DJP s data are 123 cities that have decentralized PBB-P2 before January 1, It shows that if a city can prepare well, they can decentralized PBB-P2 before the deadline. This research focused on the implementation, obstacles are happened, and result of decentralization of PBB-P2. The result of this research is Dispenda Kota Madiun has complete provision of Article 5 paragraph (1) in the Joint Regulation of the Minister of Finance and Minister of Home No. 15/PMK.07/2014 and No. 10 of 2014 about The Steps of Preparation and Implementation of PBB-P2. Dispenda Kota Madiun has been ready to manage it, but some tools like plotter and software runtime applications are unvailable. Some of obstacles that occured are not online system in Kelurahan and complaint of Taxpayers about centralization of payments at Perception Bank. Keywords: Implementation, Decentralization, PBB-P2 PENDAHULUAN Berbagai upaya dalam rangka mewujudkan program pembangunan secara merata di seluruh wilayah Indonesia telah dilakukan oleh Pemerintah. Salah satu langkah yang ditempuh Pemerintah adalah menetapkan kebijakan desentralisasi. Menurut Sidik dalam Simanjuntak dan Mukhlis (2012:134), desentralisasi fiskal adalah komponen utama dari desentralisasi. Pelaksanaan desentralisasi fiskal bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah memerlukan sumber pembiayaan. Sumber dana yang dapat diandalkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah dari Pendapatan Asli Daerah (Sanusi, 2003:18). Komponen utama penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah memberikan kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah (Mahmudi, 2010:21). Salah satu jenis Pajak Kota/Kabupaten adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). PBB-P2 merupakan pajak yang dialihkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kota/Kabupaten. Ketentuan mengenai pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD). Pengenaan PBB-P2 ketika masih dikelola oleh Pemerintah Pusat didasarkan pada tarif tunggal sebesar 0,5% dan proses pemungutannya dilakukan secara official assesment. Hasil penerimaan PBB-P2 yang telah dipungut oleh Pemerintah Pusat akan diberikan kepada Pemerintah Daerah dengan cara bagi hasil. Berlakunya UU PDRD membuat seluruh penerimaan PBB-P2 akan masuk ke dalam penerimaan Kota/Kabupaten dengan persentase sebesar 100%, karena pemungutan dan pengelolaan PBB-P2 telah dialihkan kepada Pemerintah Kota/Kabupaten. Besarnya penerimaan PBB-P2 selain tergantung pada besarnya tarif, tetapi juga pada besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan jumlah objek pajak. Hal inilah yang tidak dapat dioptimalkan oleh Pemerintah Pusat ketika masih mengelola PBB-P2. Pemerintah Pusat yang berkedudukan di pusat kurang mengetahui kondisi dan potensi objek pajak yang ada di daerah. Sebagai bentuk upaya optimalisasi penerimaan PBB-P2, Pemerintah Pusat mengalihkan pemungutan dan pengelolaan PBB- P2 kepada Pemerintah Daerah. Beberapa proses pengelolaan PBB-P2 yang tidak terdapat pada pajak daerah lainnya yaitu, penetapan NJOP, penilaian objek pajak, pemetaan dan pelayanan PBB-P2. Pemerintah Daerah perlu melakukan segala persiapan yang dibutuhkan secara matang, agar dapat melaksanakan pengelolaan PBB-P2 dengan baik. 1

2 Menurut Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah, dalam rangka pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 tersebut pemerintah daerah bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan sejumlah persiapan sebagai berikut : 1. Menyediakan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan Standart Operational Procedure (SOP). 2. Mengelola struktur organisasi dan tata kerja. 3. Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM). 4. Menyediakan sarana dan prasarana. 5. Melaksanakan kerjasama dengan pihak terkait, antara lain dengan Kantor Pelayanan Pajak, Perbankan, Kantor Pertanahan, Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). 6. Membuka rekening penerimaan PBB-P2 pada bank yang sehat. Proses pengelolaan PBB-P2 dapat dikatakan tidak mudah, sehingga tidak semua Pemerintah Kota/Kabupaten dapat langsung melaksanakan pengelolaan PBB-P2 setelah UU PDRD diterbitkan pada tahun Sebagaimana diketahui bahwa batas waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan desentralisasi PBB-P2 paling lambat tanggal 1 Januari Kota Madiun merupakan salah satu kota yang melaksanakan desentralisasi PBB-P2 pada tanggal 1 Januari Pemungutan dan pengelolaan PBB-P2 dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Madiun. Menurut data Dispenda Kota Madiun jumlah penerimaan PBB-P2 yang berasal dari ketiga kecamatan tersebut pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,- sedangkan target PAD pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,- sehingga penerimaan PBB-P2 memberikan kontribusi sebesar 16, 72 % terhadap PAD Kota Madiun. Pembangunan di Kota Madiun terus mengalami peningkatan. Kota Madiun memiliki potensi di sektor properti yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai investasi di bidang bangunan seperti pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Nilai Investasi di Bidang Bangunan di Kota Madiun Nilai Investasi Jenis Tahun 2011 Tahun 2012 Investasi (Rp) (Rp) Bangunan Juta Juta Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Madiun, 2013 Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa investasi di bidang bangunan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah kenaikan yang terjadi sebesar Rp ,- atau meningkat sebesar 89% jika dibandingkan dengan nilai investasi pada tahun Meningkatnya jumlah investasi di bidang bangunan membuat jumlah bangunan yang ada di Kota Madiun juga meningkat. Peningkatan jumlah bangunan akan berbanding lurus terhadap penerimaan PBB-P2 di Kota Madiun. Berdasarkan keadaan dan potensi daerah yang ada, Dispenda Kota Madiun diharapkan mampu melakukan optimalisasi terhadap penerimaan PBB-P2. Dispenda Kota Madiun sebagai pihak yang baru melaksanakan pengelolaan PBB-P2 tidak terlepas dari adanya sejumlah kendala. Kendalakendala tersebut dapat terjadi karena persiapan dalam menerima desentralisasi PBB-P2 yang dilakukan kurang optimal. Sebagaimana diketahui bahwa menurut data Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terdapat 123 Kota/Kabupaten yang telah melaksanakan desentralisasi PBB-P2 sebelum 1 Januari 2014 ( 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya jika suatu Kota/Kabupaten mampu mempersiapkan diri dengan baik dalam menerima desentralisasi PBB- P2, maka Kota/Kabupaten tersebut dapat melaksanakan desentralisasi PBB-P2 sebelum jatuh tempo. Sedangkan Dispenda Kota Madiun melaksanakan desentralisasi PBB-P2 pada saat jatuh tempo yakni, tanggal 1 Januari Hal tersebut dapat menimbulkan anggapan bahwa Dispenda Kota Madiun mengalami sejumlah kesulitan, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakan desentralisasi PBB-P2. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pelaksanaan desentralisasi PBB-P2 di Kota Madiun. Penelitian ini dikembangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Implementasi atas Desentralisasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 2

3 (PBB-P2) (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Dearah Kota Madiun dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Madiun). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses implementasi atas desentralisasi PBB-P2 di Kota Madiun, mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam proses implementasi atas desentralisasi PBB-P2 di Kota Madiun, mengetahui hasil implementasi atas desentralisasi PBB-P2 di Kota Madiun. TINJAUAN TEORI Pengertian Implementasi Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008:139) mengemukakan bahwa implementasi merupakan proses pelaksanaan suatu kebijakan dalam bentuk Undang-Undang, perintah atau keputusan eksekutif yang penting, dan keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut mencakup tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, masalah yang ingin diatasi, dan tata cara pelaksanaan implementasi. Definisi lain dari implementasi kebijakan menurut Nugroho (2012:674) adalah suatu cara yang ditetapkan secara terstruktur dan sistematis dengan komposisi yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan definisi implementasi yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan nyata dan Undang-undang dalam rangka mencapai tujuan atau hasil sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Tahap Implementasi Kebijakan Publik Dalam proses implementasi suatu kebijakan terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Widodo (2010:90) mengungkapkan bahwa terdapat tiga tahap proses implementasi kebijakan publik, yakni : (a) Tahap Interpretasi (Interpretation) Tahap interpretasi adalah tahap penafsiran kebijakan yang masih berupa perumusan menjadi kebijakan yang lebih bersifat teknis. (b) Tahap Pengorganisasian (To Organized) Pada tahap pengorganisasian dilakukan penetapan dan pengaturan yang terkait dengan sarana prasarana yang diperlukan, pelaksana kegiatan, pendanaan yang dibutuhkan, tata kerja, dan koordinasi pelaksanaan kebijakan. (c) Tahap Aplikasi (Application) Pada tahap ini semua tahap yang telah dipaparkan sebelumnya diwujudkan dalam realita secara sistematis dan terstruktur. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkotaan Menurut Perda Kota Madiun Nomor 24 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan, PBB Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Dalam Pasal 3 (tiga) Perda Kota Madiun No. 24 Tahun 2011 tentang PBB Perkotaan dijelaskan bahwa yang menjadi objek PBB Perkotaan adalah bumi dan atau bangunan yang dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebuanan, perhutanan dan pertambangan. Berdasarkan pengertian di atas PBB Perkotaan hanya dikenakan atas objek pajak yang terletak di wilayah perkotaan saja. Desentralisasi Supriatna dalam Arenawati (2014:3) mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri (daerah-daerah otonom). Pemerintah Daerah diberikan wewenang yang lebih luas untuk melayani dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Bank Dunia membagi desentralisasi menjadi tiga bentuk (GTZ, 2004:50), yaitu : 1. Desentralisasi Fiskal Menurut Panglima, Juli dalam Sukawati (2012) desentralisasi fiskal adalah suatu proses pemberian anggaran dari tingkat Pemerintah yang lebih tinggi kepada Pemerintah yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas Pemerintah dan pelayanan publik sesuai dengan kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan. 2. Desentralisasi Politik (Devolusi) Putra dalam Sukawati (2012) menjelaskan bahwa pengertian devolusi adalah kemampuan unit Pemerintah yang mandiri dan independen. Pemerintah Pusat harus melepaskan fungsi-fungsi tertentu untuk menciptakan unit-unit Pemerintahan otonom dan berada di luar kontrol langsung Pemerintah Pusat. 3. Desentralisasi Administrasi (Dekonsentrasi) 3

4 Menurut Supriyatna dalam Sukawati (2012) dekonsentrasi adalah pelimpahan kekuasaan dan alat perlengkapan negara yang ditingkatkan lebih atas kepada bawahannya guna memperlancar tugas pemerintahan. Desentralisasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Ketentuan mengenani desentralisasi PBB-P2 ditetapkan melalui UU PDRD dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun Dalam ketentuan tersebut diatur mengenai tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam menerima pengalihan PBB-P2. Adapun Pasal 5 ayat (1) Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014 berbunyi sebagai berikut : Dalam rangka menerima pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pemerintah Daerah bertugas dan bertanggungjawab menyiapkan: a. Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan SOP; b. Struktur organisasi dan tata kerja; c. Sumber daya manusia; d. Sarana dan prasarana; e. Kerjasama dengan pihak terkait, antara lain Kantor Pelayanan Pajak Pratama, perbankan, kantor pertanahan, dan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah;dan f. Pembukaan rekening penampungan PBB- P2 pada bank yang sehat. Ketentuan tersebut harus dipenuhi oleh setiap Pemerintah Daerah ketika melaksanakan desentralisasi PBB-P2, sehingga pelaksanaan desentralisasi PBB-P2 dapat berjalan secara optimal. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti memilih Kota Madiun sebagai lokasi penelitian dan situs penelitian yang dipilih adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dan KPP Pratama Madiun. Data yang diperoleh oleh peneliti berasal dari data primer dan data sekunder. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data kualitatif model interaktif dari Miles and Huberman. Tahap yang pertama adalah melakukan reduksi data, yaitu dengan menyortir data-data yang tidak diperlukan (Sugiyono, 2012:247). Selanjutnya data yang diperoleh disajikan dalam bentuk teks, naratif, dan grafik. Pada tahap akhir penelitian, peneliti melakukan validasi dan penarikan kesimpulan (Usman dan Akbar, 2009:87). Validasi data dilakukan dengan teknik ketekunan atau keajegan pengamatan dan triangulasi. Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber (Moleong, 2013: ). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Proses Implementasi atas Desentralisasi PBB-P2 yang dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun a. Pelaksanaan Desentralisasi PBB-P2 : (1) Penyediaan Peraturan Perundang-undangan Pemerintah mengeluarkan ketentuan yang mengatur lebih lanjut pelaksanaan desentralisasi PBB-P2 melalui Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah Salah satu hal pokok yang diatur dalam peraturan bersama tersebut adalah mengenai tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam menerima pengalihan PBB-P2. Berdasarkan ketentuan pada pasal 5 ayat (1) Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014, hal pertama yang harus dilakukan Pemerintah Kota Madiun sebelum menjalankan desentralisasi PBB-P2 adalah menyediakan Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Kepala Daerah (Perkepda) dan Standart Opretaional Procedure (SOP) yang berfungsi sebagai payung hukum sekaligus pedoman untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan PBB-P2. Berikut ini adalah tabel pemenuhan ketentuan perautaran perundang-undangan yang telah disediakan oleh Dispenda Kota Madiun: 4

5 Tabel 2 Pemenuhan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan No Ketentuan Pemenuhan menurut Peraturan Bersama 1. Perda 2. Perkepda (Perwal) 3. SOP Sumber: Data Diolah, 2014 Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa Dispenda Kota Madiun telah mempersiapkan dengan baik peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan desentralisasi PBB-P2. Secara keseluruhan muatan dalam Perda dan Perwal yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Madiun sudah cukup lengkap, tetapi untuk selanjutnya apabila dalam prakteknya di lapangan terdapat hal-hal yang ternyata belum ter-cover di dalam Perda dan Perwal, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Perda dan Perwal yang telah ditetapkan. (2) Pengelolaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Penyesuaian struktur organisasi dititikberatkan terhadap pembentukan beberapa seksi yang khusus menangani PBB-P2, yakni Seksi Pendataan PBB-P2, Seksi Penetapan dan Pendaftaran PBB-P2, dan Seksi Penagihan PBB- P2. Berdasarkan renstra Dispenda Kota Madiun Tahun ketiga seksi yang dibentuk khusus untuk menangani PBB-P2 memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah mencakup berbagai kegiatan PBB-P2 seperti, pendataan, penetapan, pemungutan, penilaian, penagihan, administrasi dan pelayanan PBB-P2. Upaya penyesuaian struktur organisasi dan tata kerja yang dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun telah memenuhi ketentuan dalam Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014, Pasal 5 ayat (1) huruf b yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah bertugas dan bertanggung jawab melakukan penyesuaian struktur organisasi dan tata kerja. Terdapat sedikit kekurangan dalam penyesuaian struktur organisasi, karena belum dibentuknya Seksi Ekstensifikasi dan Intensifikasi PBB-P2. (3) Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) (a) Pelaksanaan Pelatihan terhadap SDM Dispenda Kota Madiun Langkah pertama yang dilakukan Dispenda Kota Madiun untuk mengadakan pelatihan adalah meminta KPP Pratama Madiun untuk memberikan pelatihan melalui forum resmi atau secara tatap muka. Pelatihan diadakan sebanyak 6 kali pertemuan. Bentuk lain pelatihan yang diberikan oleh KPP Pratama Madiun adalah kegiatan praktek secara langsung di lapangan (magang) selama dua minggu. Melalui kegiatan magang diharapkan SDM Dispenda Kota Madiun akan semakin menguasai pengetahuan dalam hal pengelolaan PBB-P2. Selain itu empat orang SDM Dispenda Kota Madiun juga dikirimkan ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan yang dilaksanakan di STAN. Upaya tersebut cukup baik, karena dapat memperdalam wawasan terkait pengelolaan PBB-P2. (b) Perekrutan Tenaga Lepas untuk Membantu Proses Pendataan Salah satu program Dispenda Kota Madiun terkait pengelolaan PBB-P2 adalah kegiatan pendataan ulang yaitu proses pendataan dan pengukuran kembali terhadap seluruh objek pajak yang ada di Kota Madiun. Kegiatan tersebut dilaksanakan karena keadaan objek pajak di lapangan terus mengalami perkembangan, sehingga perlu dilakukan update untuk meningkatkan penerimaan PBB- P2. Kegiatan pendataan ulang seluruh objek pajak membutuhkan tenaga yang cukup banyak, sedangkan jumlah SDM Dispenda Kota Madiun terbatas, sehingga dilakukan perekrutan tenaga lepas yang berasal dari SMKN 1 Madiun. Jumlah siswa yang direkrut sebanyak 54 orang yang ditempatkan pada 27 Kelurahan. Teknis pelaksanaan pendataan ulang di lapangan cukup baik, dimana para siswa SMKN 1 Madiun dibagi pada 27 kelurahan dengan didampingi oleh dua orang petugas Kelurahan yang bertugas menunjukkan rumah Wajib Pajak dan membantu meminta izin kepada pemilik rumah. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah, yakni Pasal 5 ayat (1) huruf c ditetapkan bahwa Pemerintah Daerah dalam menerima PBB-P2 harus melakukan pengelolaan terhadap SDM. Ketentuan tersebut diatur lebih lanjut dalam Materi Presentasi Pengalihan PBB-P2 Sebagai Pajak Daerah oleh Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2012, dimana disebutkan bahwa pengelolaan 5

6 terhadap SDM yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah meliputi alokasi SDM dan pelatihan. Dispenda Kota Madiun telah memenuhi ketentuan tersebut, sebagaimana terlihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Pemenuhan Ketentuan Pengelolaan SDM No Ketentuan DJP Pemenuhan 1. Alokasi SDM 2. Pelatihan Sumber: Data Diolah, 2014 Berdasarkan tabel 3, alokasi SDM telah dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun dengan menempatkan sejumlah SDM tertentu pada seksi-seksi yang berkaitan langsung dengan pengelolaan PBB-P2. Perekrutan siswa SMKN 1 Madiun juga merupakan bagian dari alokasi SDM untuk mendukung jalannya pengelolaan PBB-P2 secara optimal. (4) Penyediaan Sarana dan Prasarana Dispenda Kota Madiun mencukupi seluruh keperluan sarana dan prasarana terkait pengelolaan PBB-P2 secara mandiri dengan sumber pembiayaan yang berasal dari APBD Kota Madiun. Menurut Abidin dalam Aprilianto (2014), anggaran merupakan salah satu faktor pendukung implementasi kebijakan. Tidak ada sarana maupun prasarana yang merupakan hibah dari KPP Pratama Madiun. Sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh Dispenda Kota Madiun, yakni ruangan pelayanan PBB-P2, formulir SPPT dan STTS, basis data PBB-P2, dan peralatan komputer. Ruang pelayanan PBB-P2 adalah bagian dari ruang kerja yang kemudian direnovasi, sehingga menjadi ruang pelayanan bagi Wajib Pajak. Kondisi ruangan tersebut cukup nyaman karena selain terdapat kursi tunggu yang jumlahnya cukup banyak, ruangan juga dilengkapi dengan Air Condtioner (AC) dan televisi. Terdapat tiga orang petugas yang bertugas melayani pengajuan permohonan Wajib Pajak. Sarana berupa formulir SPPT dan STTS juga telah disediakan Dispenda Kota Madiun. SPPT dan STTS dicetak oleh Dispenda Kota Madiun untuk selanjutnya didistribusikan kepada Kelurahan. Seluruh data yang diterima dari KPP Pratama Madiun diorganisasikan dalam suatu sistem database yang terintegrasi. Proses pengolahan database sudah cukup baik, tetapi terdapat satu kelemahan dimana data yang diterima dari KPP Pratama belum mengalami pemutakhiran, sehingga perlu dilakukan pemutakhiran data untuk mendapatkan data yang relevan dengan kondisi yang ada lapangan saat ini. Peralatan komputer yang dimiliki oleh Dispenda Kota Madiun terdiri dari hardware dan software. Seluruh sarana hardware yang ditetapkan dalam ketentuan DJP telah dipenuhi oleh Dispenda Kota Madiun kecuali plotter, sedangkan sarana software yang belum dimiliki oleh Dispenda Kota Madiun adalah Runtime Aplikasi. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah, yakni Pasal 5 ayat (1) huruf d yang menyebutkan bahwa salah satu tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah adalah menyediakan sarana dan prasarana terkait PBB- P2. Ketentuan tersebut diatur lebih lanjut dalam Materi Presentasi Pengalihan PBB-P2 Sebagai Pajak Daerah oleh Direktorat Jenderal Pajak Tahun Berikut ini adalah tabel pemenuhan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun menurut ketentuan DJP : Tabel 4 Pemenuhan Sarana dan Prasarana Menurut Ketentuan DJP No Sarana dan Pemenuhan Prasarana menurut Ketentuan 1. Formulir pembayaran 2. Basis Data PBB-P2 3. Gedung/ Ruangan 4. Peralatan Komputer * *kecuali plotter dan runtime aplikasi Sumber : Data Diolah, 2014 Menurut tabel 4 secara keseluruhan dalam penyediaan sarana dan prasarana, Dispenda Kota Madiun telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, meskipun terdapat beberapa peralatan komputer yang belum dimiliki oleh Dispenda Kota Madiun, yakni peralatan komputer berupa plotter dan runtime aplikasi. 6

7 (5) Pelaksanaan Kerjasama dengan Pihak Terkait (a) Pelaksanaan Kerjasama dengan KPP Pratama Madiun Bentuk kerjasama dengan KPP Pratama Madiun mencakup pemberian pelatihan yang dilaksanakan pada tahun 2013 dan pemberian pendampingan atau asistensi selama tahun Adanya asistensi menunjukkan bahwa Dispenda Kota Madiun bersikap cukup terbuka dalam hal berbagi masalah dengan KPP Pratama Madiun. Pihak KPP Pratama Madiun juga menunjukkan sikap yang mencerminkan kesiapan dalam membantu Dispenda Kota Madiun menyelesaikan permasalahan terkait PBB-P2, dibuktikan dengan kesediaan pihak KPP Pratama Madiun memberikan konsultasi melalui via telepon dan juga melalui pertemuan-pertemuan informal. (b) Pelaksanaan Kerjasama dengan Bank Jatim Bank Jatim merupakan satu-satunya tempat yang menerima pembayaran PBB-P2 di Kota Madiun. Kerjasama antara Dispenda Kota Madiun dengan Bank Jatim dituangkan dalam bentuk perjanjian. Salah satu hal penting yang menjadi fokus kerjasama adalah adanya sistem online yang terintegrasi, sehingga Dispenda Kota Madiun dapat melakukan pemantauan terhadap penerimaan PBB-P2 melalui sistem online tersebut. Koordinasi antara Dispenda Kota Madiun dengan Bank Jatim dalam hal pengelolaan penerimaan PBB-P2 telah berjalan cukup baik. Bank Jatim juga membuka sebuah Kantor Kas di dalam ruang pelayanan PBB-P2. Keberadaan Kantor Kas tersebut ditujukan untuk memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran PBB-P2. (c) Pelaksanaan Kerjasama dengan Kelurahan Salah satu peran Kelurahan adalah mendistribusikan SPPT kepada Wajib Pajak. SPPT selesai dicetak oleh Dispenda Kota Madiun pada Bulan Maret 2014, selanjutnya SPPT sebelumnya, kemudian didistribusikan kepada Wajib Pajak. Pihak Kelurahan menyampaikan bahwa proses pendistribusian tersebut selesai dilaksanakan pada batas akhir pendistribusian yaitu bulan Mei Tidak hanya mendistribusikan SPPT, Kelurahan juga bertugas menerima pembayaran PBB-P2 dari Wajib Pajak dan menyetorkannya pada Bank Jatim. Wajib Pajak yang membayar PBB-P2 melalui petugas pungut akan diberikan STTS sebagai tanda terima sementara. Petugas pungut yang melakukan penyetoran akan menerima SSPD dari Bank Jatim. SSPD merupakan bukti otentik atas pembayaran PBB-P2. Dalam prakteknya terdapat penyimpangan, dimana SSPD yang diterima oleh petugas pungut tidak langsung didistribusikan kepada Wajib Pajak yang telah membayar PBB-P2. SSPD hanya diberikan kepada Wajib Pajak yang meminta pada petugas pungut di Kelurahan, sedangkan lainnya disimpan oleh petugas pungut dan baru akan diberikan ketika pendistribusian SPPT pada tahun berikutnya. Hal tersebut merupakan suatu bentuk penyimpangan dan berpotensi menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kehilangan dan kerusakan terhadap SSPD. Petugas pungut Kelurahan juga bertugas melakukan pelaporan secara berkala kepada Dispenda Kota Madiun. Pelaporan bertujuan untuk melakukan konsolidasi data penerimaan PBB-P2 yang tercatat pada sistem online Dispenda Kota Madiun dengan data petugas pungut yang tercatat pada DHKP guna mengetahui melakukan pemantauan terhadap pencapaian target penerimaan PBB-P2. Dispenda Kota Madiun telah menjalin kerjasama dengan sejumlah pihak, berikut ini adalah tabel pemenuhan kerjasama dengan pihak terkait yang telah dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun : Tabel 5 Pemenuhan Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama dengan Pihak Terkait No Pihak Terkait Pemenuhan menurut Peraturan Bersama 1. Kantor Pelayanan Pratama 2. Perbankan 3. Kantor Pertanahan - 4. Notaris/PPAT - Sumber : Data Diolah, 2014 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa Dispenda Kota Madiun hanya memenuhi kerjasama dengan dua pihak saja yakni, KPP Pratama Madiun dan bank Jatim. Sejauh ini koordinasi antara Dispenda Kota Madiun dengan Kantor Pertanahan dan Notaris/PPAT hanya sebatas pemberian pelayanan pengajuan permohonan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 7

8 (BPHTB) dimana Kantor Pertanahan berperan dalam penerbitan sertifikat tanah, sedangkan Notaris/PPAT berperan dalam pembuatan akta jual beli tanah atau bangunan. Bentuk kerjasama konkret yang dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun dengan kedua pihak tersebut belum ada. Meskipun kerjasama dengan pihak Kelurahan tidak diatur dalam Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014, tetapi kerjasama dengan Kelurahan cukup penting karena berkaitan dengan kelancaran proses pemungutan PBB-P2. (6) Pembukaan rekening Penampungan PBB-P2 pada Bank yang Sehat Dispenda Kota Madiun telah membuka rekening penampungan PBB-P2 pada Bank Jatim. Pembayaran PBB-P2 yang dilakukan oleh Wajib Pajak akan masuk ke dalam rekening penampungan PBB-P2 tersebut. Dispenda Kota Madiun dapat mengetahui Wajib Pajak yang telah membayar PBB-P2 melalui rekening penampungan PBB-P2, sehingga dapat memantau kepatuhan Wajib Pajak. Hal lainnya yang dapat dilakukan Dispenda Kota Madiun melalui rekening penampungan PBB-P2 adalah memantau perkembangan penerimaan PBB-P2 yang setiap hari selalu mengalami perubahan. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah, yakni Pasal 5 ayat (1) huruf disebutkan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi PBB-P2, Pemerintah Daerah bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan pembukaan rekening penampungan PBB-P2 pada bank yang sehat. Dispenda Kota Madiun telah melaksanakan ketentuan tersebut, yakni dengan membuka rekening penampungan PBB-P2 pada Bank Jatim. 2. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Desentralisasi PBB-P2 : Berikut ini beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan desentralisasi PBB-P2 dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut : 1. Dispenda Kota Madiun mengalami kesulitan ketika melakukan penyusunan Perda dan Perwal PBB-P2. Kendala tersebut dapat terjadi karena persiapan yang dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun kurang optimal. Proses pelatihan yang diberikan kepada SDM Dispenda Kota Madiun seharusnya dilakukan sebelum penyusunan Perda dan Perwal PBB-P2 yakni, sebelum tahun 2011 karena Perda telah ditetapkan pada tahun 2011 dan Perwal ditetapkan pada tahun Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan pelatihan SDM dilakukan pada tahun Banyak ditemukan data dalam SPPT yang sudah tidak relevan, sehingga menghambat proses pendistribusian. Data dalam SPPT sudah tidak relevan dapat terjadi tidak adanya pemutakhiran data. KPP Pratama Madiun sebagai pengelola PBB- P2 sebelumnya, mengakui bahwa pihaknya dalam waktu beberapa tahun terakhir belum melakukan pemutakhiran data. Dispenda Kota Madiun telah melakukan kegiatan pendataan ulang yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli Terjadinya antrian yang cukup panjang di Bank Jatim menimbulkan keluhan dari Wajib Pajak yang hendak membayar PBB-P2. Pembayaran PBB-P2 yang hanya dapat dilakukan pada Bank Jatim cukup wajar jika dikeluhkan oleh Wajib Pajak. Berdasarkan data Seksi Penetapan dan Pendaftaran PBB Dispenda Kota Madiun, jumlah SPPT yang dicetak oleh Dispenda Kota Madiun adalah sebanyak SPPT, jika pembayaran atas seluruh SPPT tersebut hanya terkonsentrasi pada Bank Jatim tentu berpotensi menimbulkan antrian yang panjang. 4. Belum adanya sistem online pada Kelurahan menimbulkan kesulitan bagi Kelurahan dalam melakukan pendataan terhadap Wajib Pajak di wilayahnya yang telah membayar PBB-P2. Salah satu tugas Kelurahan adalah melaporkan persentase pencapaian target penerimaan PBB-P2 di wilayahnya. Laporan tersebut dapat dibuat jika Kelurahan memiliki data seluruh Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran PBB-P2. Kelurahan hanya memiliki data Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran PBB-P2 melalui petugas pungut, sedangkan data Wajib Pajak yang membayar PBB-P2 melalui Bank Jatim tidak dimiliki oleh Kelurahan. Akibatnya, Kelurahan harus selalu melakukan konsolidasi data dengan Dispenda Kota Madiun. 3. Hasil Pelaksanaan Desentralisasi PBB-P2 8

9 Pelaksanaan desentralisasi PBB-P2 diharapkan mampu meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD). Salah satu bentuk upaya untuk mewujudkan peningkatan PAD melalui penerimaan PBB-P2, Dispenda Kota Madiun melakukan upaya yang bersifat attractive, yaitu dengan menyediakan sejumlah hadiah bagi Wajib Pajak yang membayar PBB-P2 sebelum jatuh tempo atau sebelum tanggal 30 September berupa souvenir, peralatan elektronik, dan motor. Upaya pemberian hadiah yang dilakukan Dispenda Kota Madiun cukup memberikan hasil yang positif terhadap penerimaan PBB-P2 tahun 2014, disamping upaya-upaya pendukung lainnya. Untuk tahun 2014 target penerimaan PBB-P2 yang ditetapkan adalah sebesar Rp ,- dan realisasi jumlah penerimaan PBB-P2 sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah realisasi penerimaan PBB-P2 telah melebihi target yang ditetapkan. Berdasarkan tabel 6 realisasi penerimaan PBB-P2 pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan realisasi penerimaan tahun 2013, dengan nilai kenaikan sebesar Rp ,-. Sebagaimana diketahui jumlah penerimaan PBB-P2 Tahun 2013 adalah sebesar Rp ,-. Peningkatan jumlah realisasi penerimaan PBB-P2 yang terjadi pada tahun 2014 dan tingkat capaian realisasi terhadap target yang mencapai 159%, menunjukkan bahwa Dispenda Kota Madiun telah siap dan mampu mengelola PBB- P2 secara baik. Tahun 2015 jumlah penerimaan PBB-P2 masih berpotensi mengalami peningkatan lagi, karena adanya upaya pendataan ulang dan penilaian kembali yang dilakukan oleh Dispenda Kota Madiun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dispenda Kota Madiun dalam melaksanakan desentralisasi PBB-P2 telah memenuhi ketentuan yang ada pada Pasal 5 ayat (1) dalam Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan No. 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan PBB-P2 sebagai Pajak Daerah secara baik, tetapi masih terdapat beberapa kekurangan. Adapun yang menjadi kekurangan tersebut yakni, belum tersedianya plotter dan software runtime aplikasi, serta belum adanya bentuk kerjasama secara konkret dengan Kantor Pertanahan dan Notaris/PPAT. Selain itu Dispenda Kota Madiun dalam melaksanakan desentralisasi PBB-P2 tidak terlepas dari sejumlah kendala yaitu, adanya kesulitan saat melakukan penyusunan Perda dan Perwal PBB-P2, banyak ditemukan data yang sudah tidak relevan dengan kondisi yang ada saat ini, terbatasnya jumlah unit pelayanan pembayaran PBB-P2 yang disediakan oleh Bank Jatim, dan belum adanya sistem online terintegrasi di Kelurahan. Secara keseluruhan Dispenda Kota Madiun sudah siap untuk melaksanakan pengelolaan PBB-P2. Berdasarkan data Dispenda Kota Madiun penerimaan PBB-P2 pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan penerimaan tahun Jumlah penerimaan pada tahun 2013 sebesar Rp ,- sedangkan penerimaan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,-. Penerimaan PBB-P2 pada tahun 2014 juga melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp ,-. Tingkat capaian realisasi terhadap target tersebut cukup besar yaitu sebesar 159%. Secara keseluruhan Dispenda Kota Madiun sudah siap untuk melaksanakan pengelolaan PBB-P2. Kendalakendala yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan koordinasi dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan pengelolaan PBB-P2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kota Madiun sebaiknya melengkapi sarana dan prasrana yang belum dimiliki yakni, plotter yang digunakan untuk mencetak peta dalam skala besar dan software runtime aplikasi untuk memberikan proteksi dan mencegah terjadinya kesalahan pada suatu program yang sedang dijalankan, guna menunjang kelancaran pengelolaan PBB-P2. 2. Dispenda Kota Madiun sebaiknya melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja petugas pungut di Kelurahan melalui Kecamatan dengan cara mengadakan forum diskusi bersama yang dilaksankan setiap beberapa bulan sekali (berkala) untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam proses pemungutan PBB-P2. 3. Sebaiknya Bank Persepsi sebagai satu-satunya bank yang menerima pembayaran PBB-P2, menambah jumlah unit pelayanan untuk menghindari terjadinya antrian panjang yang 9

10 terjadi mengingat jumlah Wajib Pajak PBB-P2 sangat banyak. 4. Dispenda Kota Madiun sebaiknya menyediakan kotak saran untuk menampung keluhan-keluhan dari Wajib Pajak terkait PBB- P2, sehingga apabila terjadi masalah di lapangan, Dispenda Kota Madiun dapat segera melakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut, seperti ketika Wajib Pajak mengeluhkan terjadinya antrian yang cukup panjang pada saat membayar PBB-P2 di Bank Persepsi, maka untuk mengatasi hal tersebut Dispenda Kota Madiun dapat turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya, kemudian setelah melalui proses pertimbangan, Dispenda Kota Madiun dapat mengusulkan pada Bank Persepsi untuk menambah jumlah unit pelayanan. 5. Perlu diadakan sistem online terintegrasi di Kelurahan, agar Kelurahan dapat mengetahui Wajib Pajak yang melakukan pembayaran secara langsung pada Bank Persepsi, sehingga memudahkan Kelurahan dalam membuat laporan pencapaian target penerimaan PBB-P2 di wilayahnya. Persiapan Pengalihan PBB-P2 sebagai Pajak Daerah. Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 24 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Sanusi, Anwar Sumber Dana Pembangunan Daerah. Malang: Buntara Media. Simanjuntak, Timbul, Mukhlis Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Usman, Husaini, Purnomo Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Widodo, Joko Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang:Bayumedia Publishing. DAFTAR PUSTAKA Agustino, Leo Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta. Arenawati Administrasi Pemerintahan Daerah; Sejarah Konsep dan Penatalaksanaan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak PengalihanPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB- P2) sebagai Pajak Daerah,diakses pada tanggal 20 September 2014 dari -pbb-perdesaan-dan-perkotaan. GTZ Pegangan Memahami Desentralisasi (Beberapa Pengertian Tentang Desentralisasi). Diterjemahkan secara bebas dari Decentralization: A Sampling of Definitions. Yogyakarta:Pembaruan. Mahmudi Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nugroho, Riant Public Policy. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan 10

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan sector Perdesaan dan Perkotaan (untuk selanjutnya disingkat PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai peran penting dalam kehidupan bernegara terutama dalam menjalankan pemerintahan di suatu negara, karena diperlukan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 186/PMK.07/2010 NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG TAHAPAN PERSIAPAN PENGALIHAN BEA PEROLEHAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

White Paper. i-tax - DASHBOARD NG. Abstrak.

White Paper. i-tax - DASHBOARD NG. Abstrak. 2015 White Paper i-tax - DASHBOARD NG Abstrak Dokumen ini adalah white paper aplikasi i-tax - DASHBOARD NG yang ditujukan kepada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Adapun isi dari dokumen ini terdiri

Lebih terperinci

Proses Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan dari Pemerintah Pusat ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Oleh: Fitria Santika

Proses Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan dari Pemerintah Pusat ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Oleh: Fitria Santika Proses Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan dari Pemerintah Pusat ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang Oleh: Fitria Santika 07101233149 Dosen Pembimbing : Drs. Kuspandi, Ak ABSTRAK Dengan adanya otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2 menyelesaikan berbagai permasalahan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2 menyelesaikan berbagai permasalahan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pengalihan. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Daerah. Tahapan. Pencabutan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI. Oleh: Martha Feghita Ayu

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI. Oleh: Martha Feghita Ayu IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Oleh: Martha Feghita Ayu Dosen Pembimbing: Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRS.,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI 1. Sejarah Berdirinya Instansi Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) 802596 B L I T A R KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR : 188.4 /16 / 409.203.1 / KPTS

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TAHAPAN PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT Dini Rahmatika Hidayanti 1 dhy.dinni@gmail.com Transna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar dalam negeri yang digunakan pemerintah untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur negara. Sebagian besar masyarakat mengartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari

Lebih terperinci

Kini PBB Menjadi Pajak Daerah!

Kini PBB Menjadi Pajak Daerah! Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kini PBB Menjadi Pajak Daerah! Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: Account Representative Pengalihan PBB Perdesaan & Perkotaan Panduan ini hanya bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama, karena itu peranan sektor pajak sangat besar, terutama untuk menunjang keberhasilan pembangunan pada

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG TAHAPAN PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. Perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah dapat dilihat dari aspek history yang dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat melimpahkan wewenang pada pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangannya. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU (Studi Tentang Kontribusi Pajak Atas Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah Terhadap PAD Pada Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN SEBELUM DAN SESUDAH DESENTRALISASI PBB MENJADI PBB-P2 PADA PEMERINTAH KOTA GORONTALO

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN SEBELUM DAN SESUDAH DESENTRALISASI PBB MENJADI PBB-P2 PADA PEMERINTAH KOTA GORONTALO 1 2 ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN SEBELUM DAN SESUDAH DESENTRALISASI PBB MENJADI PBB-P2 PADA PEMERINTAH KOTA GORONTALO NOVITA BOLOWANTU 1, NILAWATY YUSUF,SE,AK.,M.Si 2, AMIR LUKUM,S.Pd., MSA 3 Jurusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG Aulia Fitri Rahdania*, Budi Ispriyarso, F.C. Susila Adiyanta Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Oleh: A. Bervian Sonny W F3400001 BAB I GAMBARAN UMUM DIPENDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai pengeluaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kota Malang dalam segi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat merupakan hal besar yang harus mendapatkan perhatianserius dari Pemerintah Kota Malang.

Lebih terperinci

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 491, 2016 KEMENKEU. PBB. Perdesaan dan Perkotaan. Kelebihan Bea. Pengembalian. Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PMK.07/2016

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERPADU BERBASIS ONLINE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERTIMBANGAN HUKUM PERSIAPAN PELIMPAHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN OBJEK PERKOTAAN DAN PEDESAAN DARI

BAB III DASAR PERTIMBANGAN HUKUM PERSIAPAN PELIMPAHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN OBJEK PERKOTAAN DAN PEDESAAN DARI BAB III DASAR PERTIMBANGAN HUKUM PERSIAPAN PELIMPAHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN OBJEK PERKOTAAN DAN PEDESAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH F. Pertimbangan Politik Hukum Penyerahan PBB Objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN,

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.061/7200/SJ Tanggal 21 Maret

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

White Paper. PBB-P2 Payment Online System. Abstrak

White Paper. PBB-P2 Payment Online System. Abstrak 2015 White Paper PBB-P2 Payment Online System Abstrak Dokumen ini adalah white paper dari Sistem Pembayaran Online (Payment Online System (POS)) berbasiskan ISO 8583 yang akan digunakan oleh Dinas Pendapatan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya. Pembangunan yang mensejahterakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH DAN SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 40 Peraturan

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI A. Sejarah Institusi Direktorat Jenderal Pajak mengawali pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern dengan meresmikan berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama, karena itu peranan sektor pajak sangat besar, terutama untuk menunjang keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan adanya sistem yang berlaku baik dari adat, budaya, agama,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan adanya sistem yang berlaku baik dari adat, budaya, agama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modernisasi ini banyak persoalan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, baik secara individual maupun sosial yang menyangkut pola hidup dan tatanan

Lebih terperinci

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah pada awalnya diberlakukan melalui Undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, hingga pada akhirnya berlaku Undang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA MUTASI SEBAGIAN / SELURUHNYA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA MUTASI SEBAGIAN / SELURUHNYA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA MUTASI SEBAGIAN / SELURUHNYA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO Sebelum memasuki pembahasan mengenai peranan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENGGUNAAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : Jawatan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, sebagaimana tercermin dalam Pasal 18 ayat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENULISAN. Untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini BAB III METODE PENULISAN 3.1. Sumber Data Untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data yaitu: a. Data Primer adalah data yang

Lebih terperinci

Oleh Sunyoto, SE. MM. Ak. Ery Hidayanti, SE. MM. Ak. Dosen Program Studi Akuntansi STIE Widya Gama Lumajang ABSTRAK

Oleh Sunyoto, SE. MM. Ak. Ery Hidayanti, SE. MM. Ak. Dosen Program Studi Akuntansi STIE Widya Gama Lumajang ABSTRAK PELIMPAHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-PP) DAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) MENJADI PAJAK DAERAH, ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN Oleh Sunyoto, SE. MM.

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN, PENGELOLAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2013

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2013 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan 39 BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat Berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I A. Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DARI BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 107, 2012 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 107 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENETAPAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN JASA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KEPADA DESA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kondisi pembangunan yang semakin berkembang memberikan dampak yang sangat besar bagi negara kita, khususnya dibidang ekonomi. Pembangunan ekonomi bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 81 Tahun 2014 Seri 4 Nomor B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG DAN SURAT KETETAPAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN JASA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) KEPADA DESA, KELURAHAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan daerah merupakan satu hal yang penting dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Otonomi daerah yang diberlakukan disetiap daerah menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Sistem otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang diterapkan Indonesia sejak tahun 2004 mengharuskan pemerintah untuk menyerahkan beberapa urusan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA UTARA I. A. Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA UTARA I. A. Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA UTARA I A. Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya

Lebih terperinci