BAB II LANDASAN TEORITIK. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIK. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Hasil merupakan pembuktian kompetensi dari proses belajar yang dinyatakan dengan nilai atau angka pencapaian kompetensi yang berupa pengalaman baru yang didapat dari proses belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa dari tidak kompeten menjadi kompeten, menjadi terampil, dan mampu menjadi manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan mengambil keputusan sebelum melakukan sesuatu (Gagne, dalam Djamarah 2011). Gordon (dalam Mulyasa, 2006) mengungkapkan aspek yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (understanding), (3) keterampilan (skills), (4) nilai (value), (5) sikap (attitude), (6) minat (interest). Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya prestasi belajar untuk dijadikan tolok ukur usaha belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar-mengajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi dirasa cukup, guru dapat melakukan ulangan yang hasilnya akan 7

2 digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar siswa. Salah satu ulangan untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah ulangan semester, yang berfungsi melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran selama satu semester (Azwar, 2011). Untuk melakukan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada menjadi indikator-indikator. Penilaian oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran dan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran yang disampaikan pada akhir proses belajar mengajar. Setiap pendidik melaporkan nilai pada satuan pendidikan dalam bentuk nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh (Depdiknas, 2008) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diungkap oleh Gagne (1977), dalam Nasution (1993), yang dijelaskan kembali oleh Djamarah (2011) sebagai berikut: 1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa a. Motivasi Menurut Nasution (dalam Djamarah 2011) menyatakan bahwa: Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu 8

3 Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan siswa tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Dengan kata lain, seseorang mempunyai tujuan tertentu dari segala aktivitasnya. Ada tidaknya motivasi individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar dan prestasi belajarnya pun akan rendah. Sebaliknya siswa yang mempunyai motivasi belajar, akan dengan baik melakukan aktivitas belajar dan memiliki prestasi belajar yang lebih baik. b. Bakat Sunarto & Hartono (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan: Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat dapat terwujud. Jadi setiap siswa memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi ketingkat tertentu sesuai kemampuan masing-masing. Apabila bakat siswa dikembangkan secara optimal, prestasi belajarnya akan tinggi. Akan tetapi sebaliknya apabila bakat siswa tidak dikembangkan secara optimal, maka prestasi siswa tidak akan meningkat. 9

4 c. Minat Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkannya dapat dicapai sesuai dengan keinginannya. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Apabila siswa kurang berminat dalam mata pelajaran yang diajarkan, dapat memakai insentif untuk menumbuhkan minat siswa. Djamarah (2011) menyatakan bahwa : Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi anak didik dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul. Slameto (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya, beberapa orang anak didik menaruh minat pada olah raga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, guru dapat menarik perhatian anak didik dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya. 10

5 Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tinggi. Sebaliknya minat belajar yang rendah akan berdampak pada prestasi belajar siswa rendah. d. Disiplin belajar Disiplin yang sejati harus datang dari dalam diri siswa itu sendiri, jika dipaksa dari luar hanya akan berlangsung selama orang yang memaksakannya ada atau memberikan ancaman hukuman. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam belajar baik dalam menetapkan waktu belajar. Siswa yang mempunyai disiplin belajar dapat mengatur waktu belajar dan prestasi belajar yang baik akan dicapainya, sebaliknya siswa yang tidak mempunyai disiplin belajar akan membuang waktunya untuk kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti bermain game, jalan-jalan dan prestasi belajar siswa akan menurun. e. Kecerdasan/ Inteligensi Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang siswa dalam mencapai prestasi belajarnya. Dalyono (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan: seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti 11

6 suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas, (Nasution dalam Djamarah 2011). f. Kesehatan Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu seperti: cepat lelah, mudah pusing, ngantuk dan gangguan- gangguan kesehatan lainnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang belajar, tidur, makan, olah raga dan rekreasi. Apabila siswa dalam belajar kesehatannya terganggu maka siswa tersebut tidak akan dapat menerima materi, akibatnya prestasi belajarnya akan menurun. g. Kemandirian belajar Kemandirian belajar akan tercapai apabila didukung oleh faktorfaktor seperti: motivasi, minat, disiplin, kesehatan, fasilitas. Djamarah (2011), mengungkapkan bahwa: belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Dia juga bisa belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru disekolah. Bagi anak didik belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan. Setelah pulang sekolah, siswa harus belajar di rumah. Mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam, pagi atau sore hari. Demikianlah siswa selalu belajar dengan jadwal belajar yang telah diprogramkan. 12

7 Siswa yang mempunyai kemandirian belajar prestasi belajarnya akan jauh lebih baik dibandingkan siswa yang kurang mempunyai kemandirian belajar. 2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa a. Metode belajar Penggunaan suatu metode dapat membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar, maupun menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar dan membangkitkan semangat belajar dapat mempertinggi perolehan hasil belajar dan menghidupkan proses pengajaran yang sedang berlangsung. b. Kurikulum Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan (Wikipedia,2011). Djamarah, (2011) menyatakan bahwa muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar siswa. kurikulum yang kurang baik berpengaruh kurang baik terhadap belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat di atas kemampuan siswa menyebabkan siswa kurang 13

8 mengatur waktu belajar dengan baik. Sebagai contoh, Sejumlah bahan pelajaran yang seharusnya diberikan dalam waktu yang panjang, akan tetapi untuk mencapai target kurikulum diberikan kepada siswa dalam waktu yang masih sedikit tersisa, hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar menurun. c. Tata tertib Tata tertip erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan seluruh staf dalam sekolah. Seluruh staf dalam sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju siswa harus disiplin didalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru berserta staf yang lain disiplin pula sehingga proses dan hasil belajar siswa dapat dicapai seperti yang diharapkan. Apabila dalam sekolah tidak ada tata tertib maka proses belajar tidak akan berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi belajar siswa pun berkurang. d. Keluarga Perilaku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan dari keadaan keluarganya. Kebiasaan yang kurang baik dilingkungan keluarga seperti tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan ataupun terlampau dikekang merupakan latar belakang yang tidak 14

9 memungkinkan anak belajar dengan baik. Dari sikap tersebut akan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, jadi siswa belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua agar hasil belajar siswa akan tercapai sesuai yang diharapkan. e. Teman sekelas Menciptakan relasi yang baik dengan teman sekelas adalah perlu, dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. misalnya saling bertukar pendapat atau memberikan arahan apabila menemukan materi pelajaran yang sulit/ kurang bisa dimengerti dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Apabila relasi dengan teman sekelas kurang baik maka siswa akan malas berangkat sekolah karena teman sekelas yang mempunyai perilaku yang tidak menyenangkan dan ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. f. Fasilitas Fasilitas dalam hal ini mencakup sarana dan prasarana sekolah seperti: buku- buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Dengan adanya fasilitas yang lengkap maka guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula dan mendapatkan prestasi yang memuaskan. Media pembelajaran dalam hal ini mencakup suara guru, teks tertulis, dan objek riil- ringkasnya setiap sarana fisik yang mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Jika fasilitas kurang, maka 15

10 siswa akan terganggu dalam belajarnya dan prestasi belajar akan menurun Pengukuran Prestasi Belajar Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Mengukur prestasi belajar diperoleh melalui Ulangan. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk mamantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan meliputi Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester. Ulangan Harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih; Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9 minggu kegiatan pembelajaran; Ulangan Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Untuk mendapatkan prestasi belajar siswa akhir semester SMA N 3 Salatiga Tahun 2012/2013 digunakan rumus berikut ini: P bel = 2UH + UTS + TG + US

11 Keterangan : P bel = Prestasi Belajar Siswa Akhir Semester UH UTS TG US = Ulangan Harian = Ulangan Tengah Semester = Tugas = Ulangan Semester satu Dari perhitungan rumus Ulangan Akhir Semester, maka akan diperoleh suatu nilai pencapaian kompetensi dalam bentuk angka yang dicantumkan dalam sebuah buku laporan pendidikan. Nilai pencapaian kompetensi harus diinformasikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Apabila siswa yang bersangkutan mendapatkan nilai di bawah KKM, maka siswa tersebut harus mengikuti remedial untuk mencapai kompetensi. Ulangan Akhir Semester masih merupakan skor mentah yang merupakan terjemahan langsung dari hasil performansi siswa dalam bentuk tes,yang dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Azwar (2011), skor mentah tidak banyak dimiliki oleh siswa dan tidak pula menceritakan posisi siswa didalam kelasnya dan skor mentah sangat mudah disalahartikan. Agar skor tes lebih mempunyai arti dalam kaitannya dengan posisi atau kedudukan relatif (relative standing) para siswa secara individual, diperlukan adanya skor yang dapat dibandingkan (comparable) satu sama lain yang disebut skor standar. Skor standar 17

12 adalah skor mentah yang telah diubah atau ditranformasikan secara linier kedalam bentuk lain berdasarkan mean dan deviasi standar distribusinya. Salah satu skor standar yang paling popular adalah skor-z. konversi skor skor mentah menjadi skor standar z dilakukan dengan menggunakan rumusan konversi z, yaitu: z = (X M )/ s Keterangan: z = Skor standar z X = Skor mentah yang diperoleh siswa M = Rata-rata kelompok s = Standart deviasi Dari konversi skor z akan diperoleh disrtibusi skor z yang mempunyai mean 0 dan deviasi standar 1. Arti setiap skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa dapat mengacu kepada besar dan arah penyimpangannya dari harga 0, yaitu mean distribuasi skor z. Distribusi skor yang mempunyai mean dan deviasi standar yang berbeda, akan dapat diperbandingkan setelah melalui konversi skor z (Azwar, 2011). Bentuk Ulangan yang diberikan di SMA N 3 Salatiga dengan menggunakan dua cara sebagai berikut : 1. Pilihan ganda. Untuk menskor bentuk tes ini yaitu item yang benar diberi skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Untuk menghitung skor terakhir digunakan rumus berikut ini: 18

13 X = B S / (a 1) Keterangan: X = Skor setelah dikoreksi B = Banyaknya item yang dijawab benar S = Banyaknya item yang dijawan salah a = Banyaknya pilihan jawaban ( alternatif) 2. Soal essay. Untuk menskor bentuk tes ini adalah membuat terlebih dahulu pedoman pemberian skor yang berisi garis besar atau pokok- pokok jawaban yang dikehendaki. Kalau menghendaki jawaban yang panjang, batasi cakupan jawaban yang dianggap benar sesuai dengan pernyataan dan hasil belajar yang ingin diukur. Kemudian tentukan bobot nilai untuk setiap item, yang dapat didasarkan pada banyaknya pokok jawaban yang harus terjawab atau didasarkan pada kisaran angka (misalnya antara 0 sampai 5) untuk setiap item, yang merupakan rating terhadap cakupan isi jawaban dan relevansinya dengan pernyataan Kemandirian Belajar Kemandirian belajar merupakan sikap dan sifat serta kemampuan yang terbentuk akibat rancangan proses belajar yang cermat. Agar kemandirian belajar dapat terbentuk, siswa dituntut untuk mengerjakan sendiri hal-hal yang sebenarnya mereka mampu untuk mengerjakan dengan petunjuk seperlunya dari guru. 19

14 Menurut Hiemstra (1998) kemandirian belajar adalah: Kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki melalui: 1) penetapan tujuan belajar; 2) memiliki keterampilan belajar; 3) memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar; 4) memiliki standar keberhasilan dalam belajar, dan 5) memiliki prakarsa untuk belajar. Dari pengertian Hiemstra (1998), yang dimaksud belajar aktif adalah kegiatan belajar yang membuat siswa menjadi aktif, siswa diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari melalui: 1) Penetapan tujuan belajar, tujuan belajar adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam belajar. Penetapan tujuan belajar harus dirumuskan secara spesifik dan jelas supaya tidak kehilangan arah dan fokus. 2) Memiliki keterampilan belajar, keterampilan belajar adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapat, mempertahankan, dan mengungkapkan pengetahuan serta merupakan cara untuk menyelesaikan masalah. Hiemstra (1998) mengungkapkan keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Keterampilan bertanya, pencaritahuan dan memecahkan masalah 2) Keterampilan untuk tetap berpikir terbuka terhadap sudut pandang orang lain 20

15 3) Keterampilan menjaring data, dan kemudian memilih sumber- sumber yang relevan secara tepat 4) Keterampilan untuk mengumpulkan data tentang kinerja, melalui mawas diri dan feedback dari orang lain 5) Keterampilan menaksir kinerjanya sekarang dengan menggunakan data yang ada 6) Keterampilan menjabarkan kebutuhan hidup menjadi tujuan, rencana dan aktifitas belajar 7) Keterampilan menetapkan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya sekarang 8) Keterampilan untuk mengamati dan meneladani kinerja orang lain, dengan tujuan untuk memajukan diri sendiri 9) Keterampilan untuk komitmen dengan tegas terhadap usaha kerja yang hanya untuk mencapai tujuan 10) Keterampilan mempertahankan motivasi diri secara terus menerus. 3) Memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar, pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. 4) Memiliki standart keberhasilan dalam belajar, standar keberhasilan dapat dijadikan tolok ukur berhasil atau tidak. Standart keberhasilan yang ditetapkan dapat menjadi pemicu semangat dalam belajar. 5) Memiliki prakarsa untuk belajar, prakarsa untuk belajar merupakan usaha untuk belajar. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Hiemstra (dalam Slameto 2002) menyatakan bahwa kemandirian belajar menjadi keinginan dari adanya studi mandiri adalah kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensif yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan atau penguasaan materi pelajaran yang menggunakan berbagai 21

16 keterampilan dan teknik yang kreatif atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan. Klein (dalam Slameto 2002) mengungkapkan bahwa belajar mandiri merupakan proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan pengetahuan sebelumnya. Dalam kaitan ini kemandirian belajar terutama dimotivasi oleh sasaran siswa itu sendiri, diberi imbalan atas jerih payahnya secara intrinsik, dilakukan dibawah pengawasan sekolah, dan diselenggarakan secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan dan atau dalam kelas biasa, atas prakarsa guru yang bersangkutan. Dalam setiap kegiatan belajar mandiri dapat terjadi kendala-kendala belajar, seperti kurangnya sumber daya atau kurangnya waktu untuk belajar yang dapat menyebabkan terganggunya proses belajar mandiri siswa. Proses belajar mandiri memerlukan tanggung jawab, inisiatif dan keberanian dalam melaksanakannya. Selanjutnya Hiemstra (1998) mengemukakan ada 6 langkah kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu: 1) Preplanning atau aktivitas sebelum proses pembelajaran; 2) Menciptakan lingkungan belajar yang positif; 3) Mengembangkan rencana pembelajaran; 4) Mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai; 5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring, 6) Mengevaluasi hasil pembelajar individu. Hiemstra (1998) menggambarkan model tersebut di atas dalam bagan sebagai berikut: 22

17 Gambar 2 Model Pembelajaran individual (Sumber: Hiemstra. 1998) Hiemstra (dalam Keegan 1990) menyatakan bahwa derajat kemandirian belajar yang diberikan kepada pembelajar dapat dilihat dari 3 aspek : 1. Kemandirian dalam menentukan tujuan : apakah penentuan tujuan belajar ditentukan oleh guru atau siswa Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar. Guru harus memiliki kemandirian dalam menentukan tujuan belajar untuk mencapai keberhasilan belajar. Hal ini seperti kemampuan untuk mengenali sumber-sumber baik manusia, materi dan atau pengalaman. 2. Kemandirian dalam menentukan metode belajar: apakah pemilihan dan penggunaan sumber belajar dan media lain keputusannya dilakukan oleh guru atau siswa Guru berkewajiban menyediakan lingkungan belajar anak didik dikelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode belajar. Hal ini seperti kemampuan membuat rancangan 23

18 strategi guna memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan belajar. 3. Kemandirian dalam menentukan evaluasi : apakah keputusan tentang metode evaluasi serta kriteria yang digunakan ditentukan oleh guru atau siswa. Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil pekerjaan atau usaha yang telah dicapai seseorang sehingga diketahui kekurangannya, yang nantinya dapat diperbaiki untuk meningkatkan prestasi belajar berikutnya. Dalam hal ini guru melakukan evaluasi tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran, sehingga diketahui seberapa persenkah materi yang dikuasai siswa 2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Slameto (2002) melakukan penelitian kepada siswa unggulan di SMU Laboratorium UKSW Salatiga dengan sampel 118 siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa. Putriningrum (2012) melakukan penelitian dengan judul hubungan pemanfaatan sumber belajar dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program studi D III kebidanan kusuma husada Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dengan sampel 140 mahasiswa dengan teknik disproportionate stratified random sampling. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dengan hasil analisis menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan 24

19 antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar dengan r hitung 0,634 r tabel 0,176. Sari (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara kemandirian belajar matematika dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Salatiga semester satu tahun ajaran 2009/2010 dengan sampel 224 orang siswa. pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kemandirian belajar matematika berdasarkan teori Thoha (1996). Data prestasi belajar diambil berdasarkan nilai ulangan harian terpadu, UTS 1 dana nilai tes akhir semester 1. Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara kemandirian belajar matematika dengan prestasi belajar matematika dengan koefisien korelasi r = 0,242 dengan p = 0,000 0,05. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulkahar (1990) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dengan sampel 68 orang siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa dengan koefisien korelasi rxy = 0,073 dengan p 0, Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2012/

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

Alfiyatul Fajar K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Alfiyatul Fajar K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Eksperimentasi penggunaan peta konsep dalam METODE DRILL pada sub pokok bahasan limit fungsi trigonometri ditinjau dari kedisiplinan belajar siswa kelas XI IPA SemesteR II SMA Al-Islam I Surakarta tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilalui setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dilalui setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang terus memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik jasmani maupun rohani. Pendidikan harus ditata atau diperbaiki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan ditentukan oleh suatu kualitas pendidikan warganya, karena dengan pendidikan dapat mencapai kesejahteraan hidup, mengembangkan potensi diri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang 1 I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang tergolong sebagai negara berkembang di dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia pendidikan banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satunya agar siswa dapat memahami dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu sumber daya manusia dan membantu proses pembangunan nasional suatu negara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh : PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP NILAI UJIAN SEMESTER MATA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 REMBANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Pasundan 1 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Bisnis dan Manajemen yang merupakan lembaga pendidikan yang terus berupaya menghasilkan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Setting Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Virgo Fidelis yang berlokasi di Jl. Palagan No. 59, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, berada dalam satu

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING 0 EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING DAN QUESTIONS STUDENTS HAVE DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER II TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk

BAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer sebagai hasil teknologi moderen sangat membuka kemungkinankemungkinan yang besar untuk menjadi alat pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 233 HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN Muhamad Abdul Aziz 1, Ewo Tarmedi 2, Sunarto H. Untung 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seseorang baik dalam lingkungan masyarakat dan bangsa. kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN SIKAP SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2009/ 2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang sangat pokok, sehingga belajar merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara guru dan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri.

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: kegiatan kesiswaan, sikap kedisiplinan belajar. 1. Pendahuluan Sekolah perlu memberikan. muka, dilaksanakan di sekolah agar

ABSTRAK. Kata kunci: kegiatan kesiswaan, sikap kedisiplinan belajar. 1. Pendahuluan Sekolah perlu memberikan. muka, dilaksanakan di sekolah agar ABSTRAK BANGKIT RAMADHAN. Pengaruh kegiatan kesiswaan terhadap kedisiplinan belajar siswa ajaran 2015 / 2016. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang dilakukan pada seseorang dapat menciptakan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang dilakukan pada seseorang dapat menciptakan kepribadian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan yang dilakukan pada seseorang dapat menciptakan kepribadian yang dapat dibina, ditingkatkan harkat dan martabat dan nilai-nilai kemanusiaannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan perkembangan suatu bangsa, selain itu pendidikan juga memegang peranan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP N 1 Trangkil Tahun Ajaran2014/2015)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian. I. PENDAHULUAN Secara umum pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA, LINGKUNGAN SOSIAL DAN INTENSITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA, LINGKUNGAN SOSIAL DAN INTENSITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA, LINGKUNGAN SOSIAL DAN INTENSITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA Ahni Ristanti 1)* Sumadi 2) 1) 2) Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu upaya untuk membuat siswa melakukan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar.

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar. PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU Novi Rokayah 1, Yon Rizal 2, dan Tedi Rusman 2 1 Mahasiswa Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan melalui pendidikan sekolah. Kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KESULITAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGARUH KESULITAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PENGARUH KESULITAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh : MUHAMMAD SETIANTO A.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN A. Minat Belajar Siswa 1. Pengertian Minat Belajar Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia Indonesia yang bermoral dan berilmu. Pelaksanaan pendidikan dilaksanakan pada lingkungan pendidikan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang cerdas, berwawasan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI Oleh: AGUS HARDIANSAH NIM A1D109038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ada 347 orang siswa kelas XI yang terdiri dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ada 347 orang siswa kelas XI yang terdiri dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian SMA N 3 Salatiga terletak di jalan di Jl. Kartini No 34 kecamatan Sidorejo Salatiga 50711 Jawa tengah. SMA N 3 Salatiga didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antara lain dengan mengadakan perubahan serta perbaikan kurikulum guna

I. PENDAHULUAN. antara lain dengan mengadakan perubahan serta perbaikan kurikulum guna 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan merupakan salah satu tempat bagi peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Lembaga pendidikan tersebut diharapkan dapat membantu

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR The influence of study motivation through students study achievement in student of class XI IPS at SMA Negeri 2 Metro Academic year 2012/2013 Mar atur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI Repa Septia Ratiana 1, Pramudiyanti 2, Berti Yolida 2 e-mail: Repa_renny@yahoo.com. HP: 081369990592 ABSTRAK The objective of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak setiap warga Negara yang telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 adalah Tiap- Tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas I SMP Kartika 1-7 Padang Pada Mata Pelajaran Biologi

Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas I SMP Kartika 1-7 Padang Pada Mata Pelajaran Biologi Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Kelas I SMP Kartika 1-7 Padang Pada Mata Pelajaran Biologi Wiwid Ade Putri Ningsih, Dra.Lisa Deswati,M.Si,, Dra.Gusmaweti,M.Si. E-mail : Putri.wiwid@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi kepada lembaga, maupun kepada pihak-pihak lain yang. dengan mata pelajaran yang telah diberikan.

I. PENDAHULUAN. informasi kepada lembaga, maupun kepada pihak-pihak lain yang. dengan mata pelajaran yang telah diberikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan oleh guru. Dikatakan wajib karena setiap guru pada akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/1014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut Sagala (2011:4), pendidikan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR DASAR KOMPETENSI KEJURUAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 PADANG

HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR DASAR KOMPETENSI KEJURUAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 PADANG HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR DASAR KOMPETENSI KEJURUAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 PADANG ZAKIR RAHMAT 011/110681 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 74 KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Hadi Heriawan 1, Iwa Kuntadi 2, Haryadi 3 Departemen Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Aktivitas belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengambil lokasi yang akan diteliti yaitu dikelas 2 SDN Salatiga 08

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengambil lokasi yang akan diteliti yaitu dikelas 2 SDN Salatiga 08 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan waktu penelitian a. Tempat penelitian Penelitian mengambil lokasi yang akan diteliti yaitu dikelas 2 SDN Salatiga 08 b. Waktu penelitian Waktu pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, hasil analisis data penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan setiap manusia. Apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi sedang berlangsung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia. Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian. suatu penelitian (Arikunto,2006: 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian. suatu penelitian (Arikunto,2006: 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,006: 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang duduk di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar merupakan proses

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi KONTRIBUSI LINGKUNGAN BELAJAR DAN SIKAP SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI KERJO TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Nuraini Sribina Universitas Potensi Utama rainribi2701@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam mencerdaskan kehidupan dan untuk memajukan kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu, minat mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk mewujudkan sumber daya yang berkualitas, maka diperlukan suatu tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia sangat diperlukan sebagai modal dasar pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan yang dipandang sebagai salah satu aspek

Lebih terperinci

Keterangan: rxy : Koefisien Korelasi item soal N : Banyaknya peserta tes X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total

Keterangan: rxy : Koefisien Korelasi item soal N : Banyaknya peserta tes X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah keadaan siswa kelas III MI Tholabiyah Gaji pada semester satu diperoleh data yaitu dari 28 siswa dikategorikan

Lebih terperinci

: SAHID PAMBUDI UTOMO A210

: SAHID PAMBUDI UTOMO A210 PENGARUH KEDISIPLIAN BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATURETNO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci