TINJAUAN TENTANG UNSUR MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN ATAU SUATU KORPORASI, DAN UNSUR KERUGIAN NEGARA DALAM KASUS KORUPSI PT.

Transkripsi

1 TINJAUAN TENTANG UNSUR MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN ATAU SUATU KORPORASI, DAN UNSUR KERUGIAN NEGARA DALAM KASUS KORUPSI PT. MERPATI NUSANTARA AIRLINES STUDI KASUS (NOMOR: 36/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST DAN NOMOR: 417/K/PID.SUS/2014) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Hukum dan Komunikasi Universitas Katolik Soegijapranata Disusun Oleh: Immanuel Sembiring ( ) PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN Fiat Justitia Ruat Caelum Skripsiku ini ku persembahkan khusus kepada: 1. Kedua orangtuaku, E.M. Sembiring dan A.Sianipar, 2. Abang dan kakakku, 3. Keluarga besar Sembiring. v

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi sebagai persyaratan akhir dalam menempuh ujian Sarjana Ilmu Hukum pada Program Sarjana di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Perbedaan penafsiran dalam menafsirkan suatu pasal dalam perbuatan korupsi menyebabkan kita harus lebih berhati-hati ketika berhubungan dengan keuangan negara. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan menyelesaikan penulisan hukum ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Yohanes Budi Widianarko, M.Sc selaku Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 2. Bapak B. Danang Setianto, S.H., LL.M, MLL Selaku Dekan Fakultas Hukum dan Komunikasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. 3. Bapak Petrus Soerjowinoto, S.H., M.Hum. Selaku Kepala Program Studi Ilmu Hukum dalam Fakultas Hukum dan Komunikasi Universtias Katolik Soegijapranata. 4. Ibu Dr. Marcella Elwina Simanjuntak, SH., CN., M.Hum Selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, arahan dan dukungan kepada penulis, senantiasa sabar, setia mendampingi, memberikan motivasi, dan meluangkan waktu serta tenaga untuk penulis dalam skripsi ini. 5. Papa dan Mama tersayang, Edy Musanta Sembiring dan Aurora Sianpiar yang vi

7 senantiasa memberikan motivasi, semangat, dukungan serta doa kepada penulis dalam skripsi ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan harapan dan keinginan. 6. Bapak Dr. Salman Luthan, S.H., M.H., Selaku Hakim Agung pada Kamar Pidana Mahkamah Agung. 7. Bapak Arsil Selaku Peneliti Senior dan Kepala Divisi Hukum dan Kebijakan pada Lembaga Kajian & Advokasi Independensi Peradilan (LeIP). 8. Ibu Dr. Shinta Agustina, S.H., M.H. Selaku Pakar Hukum Pidana serta Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Andalas. 9. Abang Ariehta Eleison Sembiring, yang bersedia memberikan waktu, tenaga, pemikiran, dukungan, motivasi serta referensi-referensi kepada penulis untuk pembuatan skripsi ini. 10. Abang Echo Agripa Sembiring dan Kakak Elizabeth Font Pandya, yang masih bersedia menjadi abang dan kakak yang baik dan mengerti serta mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini. 11. Titi Rahajeng Purwaningtyas, yang bersedia menemani, mendoakan, memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. 12. Teman-teman kost. 13. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Hukum dan Komunikasi Soegijapranata, terutama Mbak Rini yang selalu mengarahkan dengan sabar, dan memberikan informasi selama penulis menempuh masa perkuliahan dan menyusun skripsi ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu vii

8 viii

9 ABSTRAK Kasus korupsi adalah salah satu kasus dengan urutan terbanyak dalam proses penegakan hukum pidana di Indonesia. Banyaknya kasus korupsi yang dimohonkan dan diterima permohonan Kasasinya menandakan bahwa telah terjadi perbedaan penafsiran hukum dalam sistem peradilan di Indonesia. Salah satu kasus yang berbeda penafsiran antara Judex Facti dan Judex Juris dapat dilihat dalam Kasus Korupsi PT.Merpati Nusantara Airlines dengan Terdakwa Hotasi Nababan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan rekonstruksi dan mengetahui unsur yang terpenting dalam pasal 2 ayat (1) serta pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terutama unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, atau orang lain, atau suatu korporasi, dan unsur dapat merugikan keuangan negara dalam kasus korupsi PT. Merpati Nusantara Airlines dengan Terdakwa Hotasi Nababan dan mengetahui apakah para ahli hukum pidana menilai putusan hakim dalam mengadili Kasus Korupsi PT.Merpati Nusantara Airlines dengan Terdakwa Hotasi Nababan sudah tepat. Dari hasil penelitian dapat terlihat bahwa unsur pembeda pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 adalah pada unsur perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang. Namun demikian, sejak dikeluarkannya SEMA Nomor 7 Tahun 2012 tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, membuat pembeda tersebut hilang. Pada akhirnya unsur pembeda kedua pasal tersebut hanyalah batas kerugian negara. Dengan kata lain, unsur utama dalam korupsi (pasal 2 ayat (1) dan pasal 3) dapat dirumuskan sebagai berikut : perbuatan memperkaya (menguntungkan) diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dilakukan dengan melawan hukum (menyalahgunakan kewenangan) dalam kontekstasi keuangan negara. Dalam kasus korupsi PT MNA dengan terdakwa Hotasi Nababan, unsur dengan tujuan atau niat atau kesengajaan tidak terpenuhi. Hotasi Nababan juga telah berupaya untuk tata kelola yang baik, melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam melakukan perbuatan hukum, dan sudah melakukan prinsip profesionalitas dalam tindakannya. Namun dalam kasus ini, Hotasi Nababan, dalam Putusan Kasasi, tetap diputus bersalah oleh Mahkamah Agung. Kasus korupsi PT. Merpati Nusantara Airlines dengan Terdakwa Hotasi Nababan, pada pertimbangan hakimnya tidak melihatkan tentang terpenuhinya 3 unsur perbuatan di dalam pasal 2 ayat (1), dan oleh karena itu, Hotasi Nababan selayaknya tidak dapat dipidana. Memperhatikan hasil penelitian, maka saran peneliti adalah untuk menggugat Hotasi Nababan secara perdata karena telah menimbulkan kerugian negara. Serta memaksa Hotasi Nababan untuk mengejar dan mengembalikan kerugian negara. Kata kunci : Korupsi, unsur tindak pidana korupsi, putusan kasasi. ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN MOTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... i ii iv v vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 9 C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana, Unsur-Unsur Tindak Pidana, dan Jenis TindakPidana (Straafbaarfeit) B. Pengertian Korupsi C. Unsur-unsur Utama Tindak Pidana Korupsi D. Jenis-jenis Putusan Pengadilan E. Upaya Hukum BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pandangan Hakim tentang Unsur dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri, atau Orang Lain, atau Suatu Korporasi, dan Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara dalam Kasus Korupsi PT. Merpati Nusantara Airlines dengan Terdakwa Hotasi Nababan Unsur Terpenting dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun Preferensi Penggunaan Pasal antara Hakim dan Hakim Agung Putusan Pengadilan Berbeda dengan Tuntutan B. Analisis tentang Ketepatan Pandangan Hakim Ditinjau dari Pendapat Para Ahli tentang Unsur dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri, atau Orang Lain, atau Suatu Korporasi, dan Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara dalam Kasus Korupsi PT. Merpati Nusantara Airlines dengan Terdakwa Hotasi Nababan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran x