UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 7 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER HERLINA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI KAWASAN INDSUTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 7 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker HERLINA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama NPM Program Studi Judul Laporan :Herlina, S.Farm. : : Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ethica Industri Farmasi Kawasan Industri Pulogadung Jl. Pulogadung No. 6 Jakarta Periode 7 Januari - 28 Februari 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program studi Apoteker, Fakultas Farmasi, universitas Indonesia DEWAI\I PENGUJI: PT. ETI{rcA Pembimbing I : Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt Pembimbing II Penguji I Penguji II Penguji III :Dr. Harmita, Apt. : Ar- ilqt"tlk, ry, fi 0r fury /*zan;ztpz,. 2-a. il^-/ 4/i/toe'7,W,&,( Ditetapkan di Tanggal :Depok '" t 7aL' eart m

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. ETHICA Industri Farmasi. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI. 2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi 3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurance Department Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengenal Departemen Quality Assurance. 4. Ibu Maryati Wijaya, S.Si., Apt. selaku Quality Control Department Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengenal Departemen Quality Control. 5. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality Operation. 6. Bayu Riyanto, S.Farm., Apt., sebagai QC Raw Material / Packaging Material Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja. 7. Maya Maysarah M., S.Farm., Apt., sebagai QC Half Finished Good Section Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja. 8. Denny Kurniawan sebagai Quality Support Analyst atas kesempatan, bantuan, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama penulis melaksanakan praktek kerja. iv

5 9. Miwa Kristiyani S.E., sebagai Quality Assurance Admin atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Seluruh manajer dan karyawan di SOHO Group, khususnya PT. ETHICA Industri Farmasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kesediaannya membantu dan memberikan pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker ini. 11. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi. 12. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 76 yang telah mendukung dan bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. Serta sahabat yang selalu membantu dan mendukung penulis di saat senang dan susah. 13. Keluarga tersayang, terutama papa dan mama atas segala dukungan dan doa untuk menyelesaikan pendidikan di farmasi sebaik mungkin. 14. Keluarga Mahasiswa Katolik FMIPA UI yang selama lebih dari 4 tahun menjadi rumah kedua bagi penulis dalam menjalani kehidupan kampus. Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang hati segala kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini di masa yang akan datang. Penulis berharap semua yang tertulis di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dunia farmasi. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Herlina S.Farm NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Free Right) atas laporan praktek kerja saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ethica Industri Farmasi Kawasan Industri Pulogadung, Jl. Pulogadung No.6 Jakarta Periode 7 Januari 28 Februari 2013 Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalih media/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 29 Juni 2013 Yang menyatakan Herlina S.Farm

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Persyaratan Usaha Industri Farmasi Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Sejarah PT. SOHO Group PT. ETHICA Industri Farmasi PT. SOHO Industri Pharmasi PT. Parit Padang Global PT. SOHO Group PT. Global Harmony Retailindo PT. Universal Health Network Visi dan Misi SOHO Group Visi SOHO Group Misi SOHO Group Nilai budaya SOHO Group Struktur Organisasi SOHO Group Research and Development (R&D) Division Quality Operation Division vi

8 3.3.3 Production Division Produksi Cephalosporin Produksi Sediaan Steril Produksi Ekstrak Supply Chain (SCM) Division Supply Planning Department Material Procurement Department Inbound Logistic Department Import Clearance Department Validation and Documentation Division (VDD) Technical Division Departemen Urusan Umum (General Affairs) Departemen Teknik (Engineering) Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (Healthy, Safety, and Enviromental /HSE Department) Lokasi dan Sarana PT. ETHICA Industri Farmasi Lokasi PT. ETHICA Industri Farmasi Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. ETHICA Industri Farmasi Desain Pabrik Sistem Pengolahan Air Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pengelolaan dan Pengendalian Hama BAB 4 PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Kembalian Dokumentasi Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi Gambar 3.2 Logo PT. SOHO Industri Pharmasi Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. SOHO Group Lampiran 2 Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group Lampiran 3 Struktur Organisasi Quality Operation Division dan Departemennya Lampiran 4 Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya Lampiran 5 Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya Lampiran 6 Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya Lampiran 7 Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement ix

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat disini meliputi bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Menteri Kesehatan RI, 2010). Setiap industri farmasi memiliki kewajiban untuk menghasilkan sediaan farmasi yang berkualitas, aman, dan efektif. Pengawasan dan pengontrolan kegiatan pada industri farmasi yang berhubungan dengan dihasilkannya sediaan farmasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya dilakukan oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), baik ditinjau dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Pemerintah selalu mengusahakan tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat bagi masyarakat. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan penerapan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) bagi Industri Farmasi serta diharuskannya penelitian bioavailabilitas dan bioekivalensi untuk beberapa obat yang akan dipasarkan (BPOM, 2006). CPOB pertama kali diterbitkan pada tahun 1988, kemudian diikuti dengan penerbitan petunjuk Petunjuk Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1089 untuk memberikan penjelasan dalam penabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan secara efektif di setiap industri farmasi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, pedoman CPOB telah direvisi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu tahun 2001 dan 2006, untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi di bidang farmasi. CPOB diperbaiki secara 1

12 2 berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pergeseran paradigma dalam melakukan pengawasan terhadap mutu produk (BPOM, 2006). Pemastian mutu mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan produk. CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan izin edar dan spesifikasi produk serta tujuan penggunaannya. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yan belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat (BPOM, 2006). Salah satu persyaratan dasar dari CPOB adalah tersedianya sarana yang diperlukan dalam CPOB, termasuk personil yang terkualifikasi dan terlatih. Operator pelaku CPOB memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar. Sumber daya manusia sebagai pelaku CPOB dalam industri farmasi mencakup profesi apoteker. Apoteker dituntut memiliki pengetahuan, wawasan, keterampilan yang memadai, dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmunya secara profesional di lapangan yang sebenarnya. Berbagai bidang pekerjaan yang dapat dijalankan apoteker sehubungan dengan peran dan tanggung jawabnya, yaitu misalnya di apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat, kosmetik, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutrasetikal, makanan sehat, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan. Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman calon apoteker yang komprehensif antara teori dan praktek langsung sangat diperlukan. Pembekalan ini dapat memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai tanggung jawabnya di masyarakat, dalam hal ini di industri farmasi. Calon

13 3 apoteker juga dapat memberikan kontribusinya dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk farmasi dengan penerapan CPOB. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. ETHICA Industri Farmasi dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pelaksanaan PKPA ini berlangsung dari tanggal 7 Januari 2013 hingga 28 Februari Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para calon apoteker memiliki tujuan, yaitu : a. Mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan CPOB di industri farmasi, khususnya di PT. ETHICA Industri Farmasi. b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam industri farmasi.

14 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Persyaratan Usaha Industri Farmasi Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas : a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas. b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat. c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan 4

15 5 Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib : a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan tembusan kepada Kepala Badan. Laporan dapat dilaporkan secara elektronik. b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya. c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutannya dan keselamatan kerja. d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan Kepala Badan POM. Pedoman mengenai pembinaan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengawasan terhadap industri farmasi dilakukan oleh Kepala Badan POM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat melakukan pemeriksaan dengan :

16 6 a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan obat dan bahan obat. b. Membuka dan meneliti kemasan obat dan bahan obat. c. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat. d. Mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau perdagangan obat dan bahan obat. Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa : a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala Badan POM). b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM). c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM). d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala Badan POM). e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM). f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM). Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal : a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri

17 7 Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan. b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturutturut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari menteri. d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku. e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik Manajemen Mutu Manajemen mutu (Quality Management) merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dibentuknya Kebijakan Mutu (Quality Policy) yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua departemen dalam perusahaan, pemasok dan distributor. Terdapat 2 unsur dasar dari manajemen mutu, yakni tersedianya suatu sistem (Quality System) yang mencakup seluruh struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber data, serta terdapatnya tindakan sistematis yang dapat memastikan bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut sebagai Pemastian Mutu (Quality Assurance). Secara sederhana, Pemastian Mutu merupakan suatu sistem yang memastikan bahwa segala aspek yang berhubungan dengan produksi

18 8 obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang dihasilkan selalu terjamin.aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa: a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang Baik; b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan; c. Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian jabatan; d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar; e. Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasanselama-proses lain, dan validasi; f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi; g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum; h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap terjaga selama masa edar/simpan obat; i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala; j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui; k. Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat; l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk; m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.

19 9 Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek: a. Proses produksi dan titik kritisnya; b. Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan label; prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan transportasi); c. Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan; d. Sistem penyimpanan dan distribusi; e. Sistem penarikan kembali; serta f. Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar. Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok. Pengawasan mutu juga memiliki tanggung jawab atas validitas prosedur pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding, kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan. Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;

20 10 penyimpangan dan ketidaksesuaian; perubahan yang dilakukan; variasi yang diajukan; hasil pemantauan stabilitas; obat kembalian, keluhan, dan penarikan obat; tindakan perbaikan; komitmen pasca pemasaran; status kualifikasi peralatan dan sarana; dan kesepakatan teknis Personalia Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Hal ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area

21 11 dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, kontruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang (cross contamination), penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat bangunan dan fasilitas dalam CPOB antara lain: a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri yang berdekatan. b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikontruksi, dilengkapi dan dirawat dnegan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. c. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan diinfeksi (bila perlu) sesuai prosedur tertulis yang rinci. d. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. e. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut. f. Permukaan dinding, antai dan langit-langit bagian dalam ruagan di mana terdapat bahan bakudan bahan pengemas primer,produk antara atau produk ruahan yang terapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak

22 12 dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif g. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan. h. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah teroisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain Peralatan Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk. Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan produk. Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar, atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu diperiksa dan dikalibrasi. Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan. Secara

23 13 berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah malfungsi atau pencemaran. Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan tersebut dikeluarkan dari area produksi. Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk Sanitasi dan Higiene Ruang lingkup sanitasi dan higienes meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienes yang menyeluruh dan terpadu, serta program tersebut senantiasa dievaluasi secara berkala untuk menjamin efektifitasnya. Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal dari personil. Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian pelindung yang digunakan personil harus bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Program higiene hendaklah mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil. Sentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk antara dan poduk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk hendaklah dihindari. Poster diperlukan untuk memberikan instruksi supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu. Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sarana yang harus tersedia adalah toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi

24 14 maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan secara berkala. Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi sehingga perlu ada prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat tersebut. Prosedur tertulis tersebut menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan. Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima

25 15 dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pemesanan.wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan, dan nomor bets. Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang berwenang. Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan semua bahan awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat sampel bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut kemudian diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan awal dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala

26 16 bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu juga pada bahan yang sensitif lembab. Semua bahan awal yang ditolak diberi penandaan dan yang diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang berwenang. Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan terdapat langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah diterapkam dengan menggunakan bahan dan peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan. Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup,dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai, melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk memperkecil risiko pencemaran. Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal, pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan

27 17 awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya. Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai juga harus diperiksa sebelum digunakan. Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam pross hendaknya ditetapkan. Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya. Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah

28 18 sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets. Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya, diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat. Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu, sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep first-in-first-out (FIFO). Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain. Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak, hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.

29 19 Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak merusak keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi suhu yang terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang cukup. Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada order pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan penyimpanan yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga, uraian produk, dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk menyatakan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Bagian pengawasan mutu haruslah berdiri sendiri (independen) dari bagian lainnya, terutama bagian produksi, agar kegiatan yang dilakukan selalu bersifat objektif dan memberikan hasil yang memuaskan. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu harus menerapkan Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik. Pedoman ini mencakup 7 aspek yaitu bangunan dan fasilitas, personil, peralatan, pereaksi dan media perbenihan, baku pembenihan, spesifikasi dan prosedur pengujian, serta catatan analisis. Menurut Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik, laboratorium yang digunakan untuk pengujian harus terpisah secara fisik dari ruang produksi, dan laboratorium biologi, mikrobiologi, dan kimia hendaknya terpisah satu dari yang lain. Ruangan yang berisi instrument juga harus terpisah sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap interfensi elektris, getaran, atau kelembaban. Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang dilakukan dalam kegiatan pengujian hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam jangka waktu yang sesuai dan dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk pengujian. Pereaksi dan media yang digunakan dalam kegiatan pengujian hendaklah memiliki label yang berisi identitas yang lengkap, termasuk waktu daluwarsa. Media yang akan digunakan hendaklah telah melalui uji kontol positif dan negatif. Baku pembanding dapat diperoleh dari komisi farmakope yang diakui atau menstandarisasi bahan baku terhadap baku pembanding primer atau sekunder (disebut sebagai baku kerja).

30 20 Prosedur pengujian yang diterapkan dalam kegiatan di laboratorium hendaklah divalidasi terlebih dahulu dan sesuai dengan metode yang telah disetujui pada saat pemberian izin edar. Setiap kegiatan pengujian juga hendaknya didokumentasikan dengan baik dalam catatan analisis yang mencakup nama dan nomor bets, nama analis, metode, semua data, perhitungan, spesifikasi, hasil, dll. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan sampel dan aktivitas pemeriksaan dan pengujian. Pengujian tersebut dilakukan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi. Selain itu, bagian pengawasan mutu juga melakukan uji stabilitas, pemantauan lingkungan, pengujian dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan, dan menyusun dan memperbaharui metode pengujian. Pengambilan sampel dilakukan di suatu tempat khusus, menggunakan alat yang dikhususkan untuk tiap material, dan sampel diletakkan di wadah yang sesuai. Rencana pengambilan sampel dapat mengikuti n-p-r plan untuk bahan awal dan Military Standard 105D untuk bahan kemas. Setiap sampel yang sudah dikumpulkan, kemudian diuji menggunakan metode pengujian yang telah divalidasi dan hasilnya dinilai berdasarkan syarat spesifikasi yang telah ditentukan.uji stabilitas merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menilai karakterisitk stabilitas obat dan menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai serta tanggal daluwarsa produk. Uji ini dilakukan pada produk baru; kemasan baru (berbeda dari standar yang telah ditetapkan); perubahan formula, metode atau sumber material; bets yang diluluskan dengan pengecualian (bets yang sifatnya berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang); dan produk yang telah beredar Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendalah dilakukan secara rutin, di

31 21 samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain: personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan. Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan saran tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok, semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk Kembalian

32 22 Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani kasus yang mendesak sebaiknya disusun suatu sistem, mencakup penarikan kembali produk yang diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dilakukan bila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang berisiko terhadap kesehatan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar lalu dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya wadah yang menimbulkan keraguan tentang identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat. a. Keluhan Penyebab adanya laporan dan keluhan mengenai produk, yaitu: 1) Kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya 2) Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan reaksi medis lainnya 3) Respon klinis produk rendah atau tidak berkhasiat a. Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan mencakup: 4) Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan 5) Inspeksi sampel obat yang dikeluhkan, dan sampel pertinggal dari bets yang sama 6) Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan. Tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mencakup : 1) tindakan perbaikan bila diperlukan 2) penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan 3) tindakan lain yang tepat b. Penarikan Kembali Produk Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penarikan kembali produk, yaitu :

33 23 1) Penunjukan personil yang bertanggung jawab, memahami operasi penarikan kembali, independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk bersama dengan staf. 2) Adanya prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. 3) Operasi penarikan kembali sebaiknya mampu dilakukan segera dan tiap saat 4) Keputusan penarikan kembali produk: a) dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah dari otoritas pengawasan obat b) secara intern berasal dari kepala bagian manajemen mutu dan perusahaan c) dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir d) dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. c. Produk Kembali Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat dikembalikan ke dalam persediaan 2) produk kembalian yang dapat diproses ulang 3) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan prosedur pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk.

34 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir. Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul, sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas. Dokumen tidak boleh ditulis tangan, tapi jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah ditandatangani, diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula. Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi. Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu Dokumen Produksi Induk, Prosedur Produksi Induk, dan Catatan Produksi Bets. Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan

35 25 deskripsi produk, nama penyusun dan bagianya, nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen. Produksi Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tip produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Catatan Pengolahan Bets harus tersedian bagi tiap bets yang diolah. Metode pembuatan catatan ersebut didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Hal tersebut juga berlaku untuk Catatan Pengemasan Bets. Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log untukmencatat peralatan utama atau kritis Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab masing- masing pihak. Hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait b. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain sesuai dengan izin edar produk c. Kontrak mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak

36 26 Tanggung jawab pemberi kontrak adalah menilai kompetensi penerima kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan mengikuti CPOB. Penerima kontrak harus memiliki gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Kontrak menyatakan prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar Kualifikasi dan Validasi a. Prinsip Industri farmasi mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang memengaruhi mutu produk hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. b. Perencanaan Validasi Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen yang setara. RIV mencakup : 1) Kebijakan validasi 2) Struktur organisasi kegiatan validasi 3) Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi 4) Format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan 5) Pengendalian perubahan 6) Acuan dokumen yang digunakan c. Kualifikasi 1) Kualifikasi Desain (KD) Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi ketentuan dari CPOB dan didokumentasikan.

37 27 2) Kualifikasi Instalasi (KI) Kualifikasi ini dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru, atau yang dimodifikasi. KI mencakup hal-hal berikut : Instalasi peralatan, pipa, sarana penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain 3) Kualifikasi Operasional (KO) KO akan dilakukan seteleh KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO mencakup hal- hal berikut : pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk. 4) Kualifikasi Kinerja (KK) KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui atau pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KK mencakup hal-hal berikut : pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan; uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah. 5) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional d. Validasi Proses Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih bekerja dengan baik. 1) Validasi Prospektif Validasi ini mencakup hal berikut :

38 28 a) Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi b) Daftar peralatan/ fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya c) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis yang sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan d) Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode analisisnya bila diperlukan e) Pola pengambilan sampel; metode pencatatan dan evaluasi hasil 2) Validasi Konkuren Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu menyelesaikan program validasi. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi prospektif. 3) Validasi Retrospektif Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan, tetapi tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan. e. Validasi Pembersihan Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran.validasi proses pembersihan sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi. f. Pengendalian Perubahan Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk

39 29 sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko g. Validasi Ulang Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan untuk validasi ulang. h. Validasi Metode Analisis Tujuan validasi metode analisis adalah memastikan bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya melalui pembuktian yang terdokumentasi. Validasi metode analisis dilakukan terhadap: uji identifikasi; uji kuantitatif kandungan impuritas; uji batas impuritas; uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat; uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif. Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah akurasi, presisi, presisi antara spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linearitas, dan rentang, ketangguhan metode dan kekuatan.

40 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 Sejarah PT. SOHO Group PT. ETHICA Industri Farmasi PT. ETHICA merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh Manager Tan Tjhoen Lim (The Founder) pada tanggal 30 November Mulamula perusahaan ini didirikan dengan nama N.V ETHICA HANDEL MY kemudian berubah menjadi PT. ETHICA Industri Farmasi. Perusahaan ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi obat-obatan injeksi (steril) di pasar resep (ETHICA), beroperasi dengan peralatan modern dan didukung dengan penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Saat ini PT. ETHICA telah memproduksi lebih dari 100 jenis produk obat. Logo PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki arti tertentu, dimana logo tersebut merupakan inisial huruf E yang berada di dalam dua buah lingkaran yang mempunyai arti kesempurnaan, fleksibelitas, dan tekad yang bulat demi meraih cita-cita. Dua buah lingkaran dapat diartikan sebagai suatu kerjasama yang saling mendukung untuk mencapai tujuan. Warna merah tua (maroon) mempunyai arti semangat perjuangan serta dedikasi yang tinggi. Nama ETHICA,selain berarti budi pekerti yang baik, juga mencerminkan etos kerja dan usaha yang bermatabat. Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi PT. SOHO Industri Pharmasi Perusahaan kedua yang didirikan setelah berdirinya PT. ETHICA Industri Farmasi adalah PT. SOHO Industri Pharmasi pada tanggal 18 juli 1951 sebagai sister company PT. ETHICA. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk memasuki pasar dengan produk-produk oral terutama di pasar resep. Dalam 30

41 31 perkembangannya, di tahun 1996 PT. SOHO mulai memasuki pasar obat bebas (OTC). Perusahaan yang mendapat predikat The Fastest Growing Company among Top Twenty Pharmaceutical Companies (sumber:independent Survey) ini, dikenal juga sebagai PIONEER & TRENDSETTER NATURAL MEDICINE di pasar resep melaksanakan secara konsisten CPOB dan juga telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : Saat ini PT. SOHO memiliki lebih dari 180 jenis produk. Logo PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki makna tertentu, dimana logo tersebut berbentuk dasar batu permata/diamond bersudut empat dengan warna merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan falsafah yang secara adil selalu menjaga keseimbangan komunikasi dan perlakuan ke semua arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond) merupakan lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga yang merupakan wujud usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. SOHO adalah akronim dari SOCIETAS HONORABILIS (bahasa latin), yang artinya adalah masyarakat/perkumpulan/paguyuban orang-orang yang terhormat karena perilaku hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti bahwa para pendiri, jajaran manajemen, dan seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-orang terhormat dan terpandang yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha. Gambar 3.2. LOGO PT. SOHO Industri Pharmasi PT. Parit Padang Global PT. Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 agustus Kata Parit Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka merupakan tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat mengambil alih pendistribusian produk-produk PT. ETHICA Industri Farmasi dan PT. SOHO Industri Pharmasi. PT. Parit Padang juga bekerjasama dengan

42 32 pencipal-pencipal lainnya,seperti : Astra Zeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro dan La Tulipe. Perusahaan ini telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 dandikenal sebagai pelopor distibusi farmasi Indonesia pertama dengan sistem On Line. PT. Parit Padang memiliki 25 Cabang, yaitu Jakarta (3 cabang),tanggerang, Bogor, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya(2 cabang), Malang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan Manado. Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai saluran air yang mengalir di tanah yang luas dan member kehidupan, yang sesuai dengan usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas. Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran dari usaha yang berkesinambungan, saling mendukung dan bersinergi.warna hitam mengandung arti ketugahan hati, tegar tak mudah terpengruh, dan upaya yang tinggi dalam mencapai tujuan Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global PT. SOHO Group Berdasarkan keputusan dari pemilik perusahaan, tanggal 26 Januari 2000, PT. ETHICA Industri Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. Parit Padang digabung secara resmi menjadi PT. SOHO Group. Hal ini dilatarbelakangi : a. Fungsi menyelaraskan (aligment) b. Sendiri-sendiri tidak efektif dan tidak kuat c. Menghadapi kompetisi Global Dan Regional d. Go Public dan Go International Logo PT. SOHO Group menggambarkan semangat kebersamaan dan sinergi yang menghasilkan nilai tambah untuk kemajuan bersama.

43 33 Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group Unsur-unsurnya dalah : a. Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak. b. Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti (PT. ETHICA Industri Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi, dan PT Parit Padang Global) yang mengawali pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh, saling menjaga kerjasama dan bersinergi. c. Warna hijau mengandung arti : alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat, sejuk, dan damai. Sedangkan warna hijau biru bermaknana selalu berkembang dan sejahtera. d. Slogan Value for health (bermakna bagi kesehatan) berarti bukan hanya jiwa dan raga yang sehat, tetapi juga kebutuhan yang sehat, perencanaan yang sehat, strategi yang sehat, dan juga cara-cara kerja yang sehat. e. Logo PT. SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan yang berada di dalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatan/usaha, dan cita-cita para pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi daya dorong bagi seluruh anggota keluarga Besar PT. SOHO Group untuk selalu bahu-membahu, bersemangat tinggi, serta bertanggung jawab tinggi dalam menyongsong masa depan yang lebih baik PT. Global Harmony Retailindo PT. Global Harmony Retailindo (PT GHR) merupakan Unit Bisnis dari PT. SOHO Group dan saat ini berada di bawah manajemen PT. Parit Padang. PT. Global Harmony Retailindo didirikan di Jakarta pada tanggal 11 November 2008 sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015 yaitu PT. SOHO Group akan menyediakan produk dan kesehatan yang berkualitas tinggi.

44 34 Salah satu bisnis utama dari PT. Global Harmony Retailindo adalah Apotek Harmony. Apotek Harmony hadir sebagai Wellness Pharmacy, yang menyediakan produk dan pelayanan kesehatan yang memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan di berbagai aspek kehidupan,dan memposisikan perusahaan sebagai perusahaan yang fokus ramah kepada pelanggan. Tim manajemen Apotek Harmony di perkuat oleh tenaga-tenaga kerja yang sudah sangat berpengalaman dalam dunia farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah, Melayani dengan Segenap Hati. Adapun pelayanan yang disediakan oleh Apotek Harmony adalah : a. Apotek. b. Praktek Dokter Umum. c. Praktek Dokter Spesialis d. Praktek Dokter Gigi e. Laborotarium Klinik PT. Universal Health Network PT. Universal Health Network (UNIHEALTH), merupakan perusahaan multi level marketing, yang didirikan pada tanggal 06 April 2009 dan mulai beroperasi pada tanggal 02 Juli 2009.Unihealth berlokasi di Ruko Mangga Dua Square.Unihealth yang merupakan anak usaha PT. SOHO Group ini merupakan perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Unihealth didukung sepenuhya oleh group farmasi terkemuka Indonesia yang telah berusia lebih dari 50 tahun, dan telah terbukti memiliki reputasi terbaik, baik secara kualitas produk maupun manajemen mutunya dalam skala nasional maupun internasional. Unihealth menyediakan produk-produk kesehatan terbaik, seperti : suplemen kesehatan dan kecantikan, vitamin, perawatan kulit dan perlengkapan kecantikan baik itu produksi local (produksi soho) maupun dari mancanegara.unihealth menganut sistem MLM murni, yang artinya tidak ada skema pyramid-money game atau skema tersembunyi lainnya yang dapat merugikan anggotanya. Sistem MLM yang digunakan untuk para anggotanya

45 35 mengedepankan prinsip menguntungkan semua pihak, yaitu bagi perusahaan, leader/pimpinan jaringan dan seluruh anggotanya, berdasarkan prestasi terbaik dari masing-masing anggota. Sampai bulan Juni 2010 anggota Unihealth sudah mencapai +/ orang yang tersebar di seluruh Indonesia mulai dari NAD, Sumut, Sumbar, Jambi, Kep. Riau, Sumatra, Selatan, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat. Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network 3.2 Visi dan Misi SOHO Group Visi PT. SOHO Group Visi PT. SOHO Group 2015 adalah menjadi salah satu kelompok perusahaan global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi dan menyediakan produk dan jasa kesehatan berkualitas tinggi. Adapun tujuan Visi 2015 adalah sebagai berikut : a. Perspektif keuangan Untuk mencapai pertumbuhan penghasilan PT. SOHO Group. b. Perspektif Pelanggan Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang tertinggi dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan pelanggan lain yang dilayani. c. Perspektif Proses Internal Untuk mencapai best in class di seluruh aktivitas operasional. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang best in class Misi PT. SOHO Group Visi 2015 juga dilengkapi dengan Misi PT. SOHO Group, yaitu merupakan kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara

46 36 terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang. Adapun maksud dari Misi tersebut adalah : a. Dengan bangga (Proudly) Dengan kebanggaan/rasa bangga b. Terus-menerus (Continually) 1) Terus-menerus mengadakan perubahan/pembaharuan dalam hal produk dan jasa kesehatan 2) Mempunyai keunggulan bersaing (Competitive Advantage ) 3) Terus-menerus memperbaharui c. Mutu kehidupan (Quality life) 1) Mengembangkan sebagian atau seluruh aktivitas yang terganggu/terbatasi karena suatu penyakit kearah/mendekati kondisi aktivitas normal 2) Mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga dapat beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan 3) Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan d. Usia panjang (Longevity) Memperpanjang usia Nilai Budaya PT. SOHO Group Terdapat 7 nilai budaya di PT. SOHO Group, yaitu : a. Kerja Sama yang Memiliki Komitmen tinggi Kerja sama yang tinggi diharapakan dimiliki oleh seluruh karyawan, tidak hanya kerja sma antar individu dalam departemen atau divisi yang sama,tapi juga kerja sama lintas departemen dan divisi,termasuk kerja sama antar unit PT. SOHO Group. Kemampuan untuk bekerja sama tersebut harus dilandasi oleh pemahaman setiap karyawan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masingmasing dan bagaimana keterkaitan kerjanya dengan bagian atau departemen atau divisi atau Unit lain dalam PT. SOHO Group. b. Pelayanan Prima kepada pelanggan Nilai yang diharapkan dimiliki dalam perilaku karyawan adalah pelayanan yang memuaskan dan melebihi harapan pelanggan, baik pelanggan internal

47 37 maupun pelanggan eksternal. Tentunya pelayanan yang diberikan dapat berupa pelayanan dalam hal penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maupun pelayanan jasa yang dibutuhkan. c. Pemrakarsaan Cara Baru dalam Menjalankan Usaha Karyawan diharapkan secara proaktif mencari cara kerja yang lebih efektif melalui ide-ide dan kreatifitas karyawan sehingga menghasilkan produk dan proses kerja yang lebih baik lagi. Dalam nilai budaya kerja ini, karyawan juga diharapkan proaktif untuk mengusahakan pengembangan dirinya, mencari jalan keluar penyelesaian m,asalah yang dihadapinya tanpa harus selalu terus-menerus diintruksikan atau diminta oleh alasannya. d. Dedikasi dan Produktivitas Dedikasi yang diharapkan dari karyawan adalah kemampuan untuk menempatkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bahkan bila perlu disertai dengan pengorbanan yang tulus, sementara produktifitas yang diharapkan dari karyawan adalah mampu memberikan hasil kerja atau kinerja yang terbaik dengan memperhatikan efektivitas dari efesiensi kerja. e. Perlakuan yang adil dan Penghargaan atas Prestasi Perlakuan yang adil yang dikembangkan sebagai nilai budaya dalam PT. SOHO Group adalah memperlakukan karyawan/pelanggan sesuai dengan ketentuan,prosedur,tau kebijakan yang berlaku, sementara penghargaan atas prestasi adalah memberikan penghargaan dalam bentuk materi atau nonmateri,baik secara lisan maupun tertulis,di depan karyawan lain maupunsecara pribadi atas prestasi kerja yang dicapai karyawan,dimana prestasi kerja yang dimaksud disini adalah prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang telah di tentukan. f. Perjuangan demi Hasil Optimal Dalam mengerjakan sesuatu,karyawan PT. SOHO Group harus melakukannya dengan usaha keras dan ketrampilan yang tinggi dan disertai dengan perencanaan yang matang,didiskusikan, diuji coba dan dievaluasi. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa hasil kerja yang diharapkan adalah hasil kerja yang diharapkan adalah hasil yang optimal dan terbaik yang dapat diberikan karyawan.

48 38 g. Integritas, Kejujuran dan Disiplin Integritas yang dimaksud dalam nilai budaya ini adalah menjaga dan melaksanakan norma-norma dan ketentuan jyang berlaku dimasyarakat dan organisasi secara konsekuen dan konsisten serta menyimpan rahasia yang dipercayakan; sedangkan kejujuran adalah bekerja dengan itikad dan suasana yang bersih dari segala macam unsure keuntungan diri pribadi (yang tidak menjadi haknya), baik secara material ataupun non-material dan juga jujur dalam menerima dan memberikan informasi; sementara nilai budaya disiplin adalah menepati/menjalankan segala ketentuan dengan tepat dan benar sesuai dengan tepat dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada dan tekun melaksanakannya. 3.3 Struktur Organisasi SOHO Group Research and Development ( R&D ) Division Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D Division Head. Divisi R&D dibagi menjadi empat departemen yaitu Group Formulation Development Department, Analytical Method Development Department, Packaging Development Department, dan R&D Compliance & Support Department. a. Group Formulation Development Department Departemen Group Formulation Development bertanggungjawab dalamstudi dan pengembangan formula produk,meliputi produk herbal, foodsupplement, dan produk bioekuivalensi. Penyusunan formula merupakan hal yangsangat penting dalam pembuatan obat. Formula yang disusun oleh departemen inidisebut formula induk, yang berisi identitas obat (no. batch, expired date),formula obat (bahan aktif, bahan tambahan), dan langkah-langkah proses produksiobat. b. Analytical Method Development Department Departemen ini bertanggungjawab dalam pengembangan metodeanalisis, meliputi metode stabilitas dan metode fisikakimia. Departemen initerbagi menjadi tiga sub departemen yaitu, Stability Method Sub Department,Physical Chemical

49 39 Method Sub Department dan Analytical Method Developmentadministrator. Stability method subdepartment memiliki tanggung jawab dalam uji stabilitas produk baru dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan akan beredar dipasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif, ph, berat jenis dan net volume sehingga dapat ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya. c. Packaging Development Department Packaging Development merupakan departemen yang bertanggung jawab dalam mendesain kemasan produk baru,produk lama yang direvisi, maupun produk yang dikemas ulang. Packaging composition berisi daftar nama dan jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi jumlah leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label. d. R&D Compliance & Support Department Departemen ini bertanggung jawab dalam dokumentasi dan registrasi obat baru. Dokumentasi yang dilakukan mencakup dokumentasi pengembangan formulasi, analisa, dan pengemasan dari produk ETHICAl, herbal & produk suplemen, serta riset baru Quality Operation Division Sistem manajemen mutu PT. ETHICA Industri Farmasi dilaksanakan oleh Quality Operation (QO) Division. QO Division terdiri atas dua departemen, yaitu Quality Control (QC) Department dan Quality Assurance (QA) Department. a. Quality Assurance (QA) Department Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker denganjabatan Quality Assurance Department Head (QADH) yang memiliki tanggung jawab ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan dan memastikan penerapan sistem mutu, memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala, melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian

50 40 pengawasan mutu, mengevaluasi catatan batch dan meluluskan/menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, serta memprakarsai dan berperan aktif dalam audit eksternal dan program validasi. Departemen QA memiliki tiga bagian yaitu Quality Compliance Section, QualityMonitoring System Sub Department dan Quality Support Section. 1) Quality Compliance Section Hal-hal yang menjadi tanggung jawab Quality Compliance Sectionantara lain menangani Follow Up Stability, Product Quality Review (PQR), dan register compliance. Quality Compliance Section memiliki dua Quality Compliance Executive. Quality Compliance Executive 1 bertugas dalam penanganan Follow Up Stability (FUS) yaitu uji stabilitas produk produk yang sudah beredar di pasaran untuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada masa peredaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED + 1 tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan perpanjangan masa daluwarsa suatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED atau sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa dalam pembuatan produk selanjutnya. Quality Compliance Executive 2 bertugas dalam penanganan registrasi produk-produk yang hampir habis masa berlakunya. Penyiapan data dan pelengkapan data untuk registrasi dimulai enam bulan sebelum masa berlakunya habis. Dokumen yang diperlukan antara lain batch record, prosedur pemeriksaan bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi, lembar spesifikasi produk, sertifikat analisa bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi. Setelah dokumen terkumpul, maka koordinator akan menyerahkannya kepada bagian registrasi. PQR dilaksanakan secara periodik untuk memverifikasi konsistensi suatu produk yang berhubungan dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan kesesuaian dengan spesifikasi terkini menggunakan analisa kecenderungan (trend

51 41 analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap tahun untuk setiap produk (minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui. Hal yang termasuk didalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan produk, pemeriksaan analisa IPC, pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh OOS dan investigasinya,pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian, pemeriksaan Non Conformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh pengendalian perubahanyang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan stabilitas pada tahun tersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan, pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali obat jadi (PKOJ) dan investigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk, pemeriksaan data validasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi dan kualifikasi dari mesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan koreksi dan pencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi oleh QO Division Head dan Production Division Head agar dapat mengambil tindakan yang sesuai bila diperlukan. 2) Quality Monitoring System Sub Department Quality Monitoring System Sub Department Head membawahi Quality Monitoring Section Head, Quality System Executive, dan Quality Release Section Head. Quality Monitoring Section Head membawahi Quality MonitoringInspector (QMI) dan Product Sorter. Secara umum, Quality Monitoring Sectionmenangani audit, inspeksi diri, rancang bangun dan penanganan keluhan. Pelaksanaan inspeksi diri dilakukan secara berkala dan disusun jadwal pada awal tahun. Inspeksi diri mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan oleh divisi lain sebagai inspektor. Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan ke QA, terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk. QMI harus memasukkan data keluhan yang masuk ke dalam log book keluhan. Kemudian dilakukan penilaian resiko awal yang mencakup pemeriksaan keluhan dan penarikan kembali obat jadi dari produk yang sama untuk menentukan prioritas

52 42 melakukan investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup keluhan sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventice Action (CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan batch lain yangberpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan investigasi terhadap sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu mengirimkan sampel ke QC untuk diuji. Pengujian dilakukan terhadap sampelkeluhan dan sampel pertinggal. Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi syarat, atau sampel keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel pertinggal memenuhi syarat, maka keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat diterima). Bila sampel keluhan dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat maka keluhan dapat dinyatakan justified (diterima). Bila keluhan diterima, maka QA Department Head harus melakukan investigasi terhadap produk yang sama dengan batch yang berbeda. Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang sama pada batch lain maka keluhan dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila perlu recall produk jika kasus dianggap sangat berbahaya. Penanganan pemilihan vendor dilakukan oleh QC bekerjasama dengan QA. Vendor yang sudah disetujui akan masuk dalam daftar Approved Vendor List. Audit eksternal untuk vendor dilakukan secara langsung atau dengan kuesioner untuk vendor yang tidak bisa dikunjungi secara langsung. Quality Monitoring Inspector (QMI) bertugas dalam menganalisis sampel pertinggal jika terdapat keluhan dari konsumen. Product Sorter bekerjasama dengan bagian warehouse untuk memeriksa jumlah dan fisik produk, membuat laporan disposisi ke marketing untuk menentukan tindakan selanjutnyaterhadap produk. Quality Sistem Executive bertanggung jawab dalam penanganan CAPA,deviasi, Lembar Usulan Perubahan (LUP), dan Non Conformance Product (NCP). CAPA muncul ketika terjadi permasalahan yang sama berulang-ulang dan permasalahan berakibat pada bagian lain di luar masalah tersebut. Deviasi atau penyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu planned deviation seperti pergantian mesin produksi, unplanned deviation seperti terjadi capping pada tablet, dan incident/accident seperti listrik mati. LUP merupakan change control atau pengendalian perubahan untuk perubahan dokumen, alat, mesin, dan lain-lain.

53 43 NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemas mengalami kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP, audit,inspeksi diri, PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan CAPA apabila setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan berulang sering dan membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah QualityRelease Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan dokumen produk-produk yang akan dirilis ke pasaran. Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap semua tahap produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan primerdan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi dapat menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil QA yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri merupakankegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan 3) Quality Support Section Quality Support Section Head bertanggung jawab dalam kualifikasi alatalat produksi dan laboratorium bekerjasama dengan Engineering Department, validasi metode analisa, dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Quality Support Section juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala yaitu kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat dilakukan oleh pihak eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk kalibrasi enam bulanan, tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan oleh pihak internal yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah mengikuti pelatihan

54 44 kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section Head juga bertanggung jawab untukmembuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan danpembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan terhadap analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar. b. Quality Control (QC) Department Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian yang penting. Departemen pengawasan mutu (Quality Control/QC) bertanggung jawab dalam memastikan setiap bahan baku yang akan dipergunakan dan produk jadi yang akan di pasarkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Kegiatan pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. QC Department di PT. ETHICA Industri Farmasi secara struktural berada di bawah Quality Operational Division PT. SOHO Group yang dikepalai oleh QO Division Head. Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen QA, serta tidak tergantung dengan produksi sehingga QC dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan tanpa terpengaruh oleh bagian lain. Departemen QC dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut QC Department Head yang memiliki beberapa tanggung jawab, diantaranya sebagai berikut : 1) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. 2) Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah dilaksanakan. 3) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasanmutu yang lain. 4) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu. 5) Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu.

55 45 QC Department Head membawahi tiga section head yang menangani Bahan Baku dan Bahan Kemas (Raw Material / Packaging Material Section Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Good Section Head), dan Microbiology Section Head. 1) Raw Material Section Quality Control bagian ini menangani bahan awal (bahan baku dan bakan kemas) yang digunakan untuk kegiatan produksi. Dalam pelaksanaannya, section ini dibantu oleh 4 analis bahan baku, 2 analis bahan kemas, serta 2 helper. Proses pemeriksaan bahan baku dimulai sejak bahan awal datang dari vendor ke gudang. Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB ini dikirimkan ke QC Raw Material / Packaging Material Section Head beserta CoA dari vendor agar bahan baku ini diambil sampelnya untuk dilakukan sampling pada bahan awal. Sampling menjadi kegiatan yang penting dalam pengawasan mutu. Pada saat sampling, sebagian kecil bahan awal diambil dari satu batch. Jumlah bahan yang diambil untuk menyiapkan sampel representative ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel. Jumlah ini mengacu pada Military Standard. Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi atau efek lain yang tidak diharapkan berpengaruh terhadap mutu bahan awal. Pengambilan sampel dilakukan di ruang sampling. Untuk bahan baku, wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi wadah,nomor batch, tanggal pengambilan sampel dan diberi label contoh sudah diambil dengan warna jingga pada wadah bahan baku tersebut. Wadah ditutup rapat kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan sampel dan wadah sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya. Penentuan status bahan awal diluluskan maupun ditolak berdasarkan hasil analisa yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi bahan baku ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, BP, EP, FI serta CoA dari vendor) dan beberapa modifikasi internal yang disesuaikan. Apabila hasil analisa dinyatakan bahwa bahan baku diluluskan maka analis akan membuat CoA dan label hijau. Bahan baku yang ditolak dibuatkan label merah. Spesifikasi bahan kemas ditetapkan berdasarkan spesifikasi internal, yaitu dengan penekanan pada

56 46 kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Pengujian terhadap bahan kemas difokuskan pada pemeriksaan fisik meliputi pemerian, jenis bahan kemas, ukuran (panjang, lebar,dan tebal), dan keragaman bobot serta kualitas cetak pada bahan kemas karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran penandaan dapat berdampak besar yaitu dapat memberikan kesan meragukan terhadap kualitas produk Apabila hasil analisa dinyatakan bahwa bahan kemas diluluskan maka analis akan menempelkan label hijau. Bahan kemas yang ditolak dibuatkan label merah. Pemeriksaan mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas produk dry sirup. Kadang kala dalam proses produksi masih terdapat bahan awal yang belum habis. Bahan awal ini dapat dilakukan analisa ulang (reanalisa) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan. Frekuensi analisa ulang bahan awal berbeda-beda tergantung dari sifat bahan awal itu sendiri. Untuk bahan baku berupa zat aktif, waktu analisa ulang adalah setiap satu tahun. Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisa ulang adalah setiap dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisa ulang adalah setiap satu tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Bahan kemas juga dilakukan reanalisa. Frekuensi reanalisa untuk bahan kemas primer adalah setiap satu tahun, sedangkan untuk bahan kemas sekunder dilakukan setiap dua tahun. Parameter yang diperiksa ulang adalah pemerian dan mikrobiologi sesuai dengan spesifikasi masing-masing bahan. Hasil reanalisa bahan awal yang masih memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat dipergunakan untuk produksi. Sedangkan hasil reanalisa yang tidak memenuhi syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak). Perlakuan terhadap bahan baku yang ditolak ini disesuaikan dengan perjanjian yang telah dibuat dengan vendor apakah barang dikembalikan dan diganti, atau langsung dimusnahkan. 2) Half-Finished Goods Section Quality Control bagian ini mengawasi mutu dari produk setengah jadidan produk jadi. Dalam pelaksanaannya QC Finished Goods dibantu oleh 6 analis, dan helper. Pengawasan mutu dari produk setengah jadi dimulai dari pengambilan

57 47 sampel. Sampling dilakukan setelah proses produksi selesai disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi. Sampling untuk produk steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Produk aseptis dilakukan sampling setelah proses filling selesai. Sampel obat jadi diambil setelah pengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai lengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang melakukan sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan QC. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan prosedur pengujian untuk masing-masing produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk produk injeksi mencakup pemerian, identifikasi, volume injeksi, ph, berat jenis, kadar zat aktif, partikulat, osmolalitas, sterilitas, dan bakteri endotoksin. Sedangkan untuk produk non injeksi, spesifikasi serta prosedur pengujian mencakup pemerian, identifikasi, kadar zat aktif, kadar air, serta keseragaman kandungan, waktu hancur, dan persentase disolusi tablet. Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telah disebutkan dalam Raw material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar data awal ( LDA ) berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, metode analisis yang digunakan, pernyataan mengenai nilai yang diharapkan, pernyataan apakah memenuhi atau tidak memenuhi syarat, tanggal dan tandatangan analis yang melakukan pengujian dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama perhitungan) diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head) sebelum bahan atau produk tersebut diluluskan atau ditolak. 3) Microbiology Section Bagian Quality Control ini menangani pengujian mikrobiologi baik pada bahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi. Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi, hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku yang berupa ekstrak serta bahan kemas untuk dry syrup. Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA) dari produksi dan QC Raw

58 48 Material / Packaging Material (RM/PM). Kemudian dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitu menggunakan wadah sampling yang steril. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar Mikrobiologi yang berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, media yang dipergunakan, pernyataan nilai yang diharapkan, pernyataan tidak atau memenuhi syarat, tanggal pemeriksaan dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian, tanggal dan tanda tangan QC Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini kemudian diserahkan kepada analis bahanbaku atau analis produk setengah jadi sesuai dengan bahan yang diuji. Analis bahan baku atau produk setengah jadi akan membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki spesifikasi mikrobiologi sehingga dapat dinyatakan diluluskan (released) Production Division Divisi Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan Kepala Divisi Produksi (Production Division Head) yang memiliki tanggung jawab penuh dalam produksi obat, diantaranya yaitu: a. Pemastian bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur b. Pemberian persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan penerapannya secara tepat c. Pengevaluasian dan penandatanganan catatan pengolahan bets sebelum diserahkan kepada Kepala Departemen QA d. Pemeriksaan pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi e. Pemastian pelaksanaan validasi, dan f. Pemastian pelaksanaan pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya sesuai kebutuhan. Divisi Produksi PT. SOHO Group terbagi menjadi: 1) Produksi Non Steril (Non Sterile Production/NSP) 2) Produksi Steril, Cephalosporin, dan Ekstrak (Sterile Cephalosporine Production/SCEP) 3) Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent), dan 4) Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance).

59 49 Struktur organisasi Divisi Produksi dapat dilihat pada Lampiran. Produksi Non Steril dikerjakan oleh PT SOHO Industri Pharmasi, sedangkan Proses Produksi Steril dan Cephalosporin dikerjakan oleh PT. ETHICA Industri Farmasi. Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent) bertanggung jawab dalam hal peningkatan produktivitas suatu proses produksi dan pengaturan biaya produksi. Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance) bertanggung jawab dalam persiapan standarisasi PIC/S agar produk tetap memenuhi syarat keamanan, efikasi, dan mutu. Penjadwalan dan perencanaan produksi menggunakan sistem Rencana Pengemasan Bulanan (Monthly Planning Packaging), yaitu penentuan jadwal pengemasan terlebih dahulu baru diikuti penentuan jadwal pencampuran, pencetakan, dan penyalutan. Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang dari pemasok disimpan di gudang dengan status karantina. Bahan baku dan bahan pengemas berstatus karantina diberi label karantina warna kuning di wadah bahan. Label karantina ditempel oleh pihak Gudang/Warehouse (WH). Bahan baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan untuk produksi setelah diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat dinyatakan lulus, label lulus warna hijau ditempel menutupi label karantina di wadah bahan baku dan bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok. Pengambilan bahan baku atau bahan pengemas dari gudang menggunakan picklist. Picklist merupakan daftar material yang dibutuhkan saat produksi dibuat oleh Perencanaan Bahan (Material Planning) berdasarkan daftar material dalam rencana produksi. Picklist dicetak oleh Produksi dan didistribusikan ke bagian Gudang/Warehouse. Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi produk jadi. Produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi mencakup SCEP (Sterile, Cephalosporin and Extract Production). Produk sediaan steril berupa injeksi yang mencakup sediaan ampul dan vial. Produk sefalosporin terdiri dari tablet, kapsul, dan dry syrup. Produk ekstrak berbentuk tablet dan teh herbal. Masing-masing jenis produk ini memiliki gedung produksi yang terpisah.

60 Produksi Cephalosporin Proses produksi tablet dimulai dari penimbangan, pencampuran, granulasi, pencetakan, penyalutan, hingga pengemasan. Sedangkan sediaan kapsul proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, granulasi, pengisian kapsul, hingga pengemasan. Proses produksi dry syrup dimulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian bahan ke dalam botol, serta pengemasan sekunder. a. Bagian penimbangan bahan baku Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam penimbangan maka akan menjadi masalah untuk proses selanjutnya. Bahan baku akan dipesan dari gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari gudang kemudian akan diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga (buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu persatu sesuai picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, tanggal kadaluarsa, analisa ulang serta label hijau (release). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan akan diletakkan di ruang sebelum penimbangan (staging before weighing room), dan masing-masing akan diletakkan per bets (satu palet hanya untuk satu bets). Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan ruang timbang. Ruang timbang terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruang timbang RH rendah dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan sifat produk yang akan ditimbang, bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang RH rendah sedangkan bahan baku yang tidak rusak karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang biasa. Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan sistem bilik aliran bawah (down flow booth), pengecekan suhu dan RH, dan pengecekan waterpass. Sistem bilik aliran bawah (down flow booth) adalah sistem pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel bahan baku yang jatuh serta terhambur di udara masuk ke dalam penyaring halus/fine filter (di bagian samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi penimbang. Penyaring halus/fine filter adalah HEPA filter yang digunakan secara khusus untuk filter partikel/fines zat yang ditimbang. Udara hasil penyaringan penyaring halus/fine filter tersebut akan disirkulasi kembali, dan dialirkan ke dalam ruang

61 51 timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem bilik aliran bawah/down flow booth dinyalakan selama 15 menit dan boleh dipakai setelah aliran udara mencapai 40 m/detik. Suhu untuk ruang timbang biasa dan RH rendah adalah 25 C. RH untuk ruang timbang biasa adalah 45-75%, dan untuk RH rendah < 30%. Waterpass merupakan parameter distribusi berat pada timbangan, kondisi waterpass adalah kondisi dimana distribusi berat merata di semua sisi timbangan, sehingga di sisi manapun bahan ditimbang akan menghasilkan massa/berat yang sama. Pengecekan waterpass dilakukan dengan mengecek posisi gelembung air dalam alat cek waterpass, posisi yang tepat adalah gelembung berada tepat di tengah lingkaran alat cek waterpass. Penimbangan dilakukan setelah persyaratan bilik aliran bawah/down flow both, suhu, RH dan waterpass terpenuhi. Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-masing. Bahan bahan padat yang sudah ditimbang alam dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan cair akan dimasukkan dalam wadah stainless steel, untuk alkohol dan larutan yang memiliki resiko terbakar/meledak dimasukkan dalam wadah pengaman. Plastik, wadah baja tahan karat (stainless steel) dan wadah pengaman (safety can) yang digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang sudah dimasukkan dalam wadah kemudian diberi label timbang, kemudian diletakkan di dalam ruangan setelah penimbangan (staging after weighing room). Kondisi pada saat ini sudah dimulai penggunaan barcode sebagai pengganti label. Penggunaan barcode ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem label dimana jika terjadi perbedaan antara stok fisik dan stok computer (data) maka barcode akan mendeteksi dan memberikan peringatan bahwa bahan tersebut tidak bisa ditimbang. Untuk produksi sediaan solid, yakni tablet dan kapsul Cephalosporin, terdapat pembagian yang lebih khusus lagi. 1) Bagian Pencampuran (Mixing Section)

62 52 Seksi pencampuran bertanggung jawab melakukan pencampuran bahan baku hingga homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya. Proses utama dalam seksi pencampuran adalah pencampuran bahan untuk kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Proses pengempaan langsung dilakukan untuk bahan bahan yang memiliki sifat alir yang baik. Bahan bahan yang sifat alirnya tidak baik, tidak bisa diproses kempa langsung tetapi diproses granulasi. Granulasi adalah proses pembentukan granul yaitu massa yang dibentuk dari penyatuan beberapa partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa dengan ukuran yang lebih besar. Granul untuk produk farmasi memiliki rentang ukuran 0,2 4 mm. Proses granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat alir bahan. Proses granulasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu granulasi basah dan granulasi kering. Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang menggunakan bantuan air untuk membentuk granul. Larutan lain yang dapat digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol, isopropanol dan kombinasi keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk bahan bahan yang tahan panas dan tidak rusak karena hidrolisis air. Sedangkan proses granulasi kering adalah proses pembentukan granul kering dengan bantuan tekanan tinggi. Proses granulasi kering dilakukan untuk bahan bahan yang tidak tahan panas dan mudah rusak karena hidrolisis air, tetapi tahan terhadap tekanan tinggi. Proses pembentukan granul dengan tekanan tinggi dibagi menjadi dua jenis yaitu pembentukan masa kompak (slugging) dan pengempaan menggunakan rol (roller compaction). Slugging adalah pembentukan slug yaitu massa kompak dengan diameter 25 mm dan ketebalan mm. Alat yang digunakan untuk membentuk slug adalah mesin tablet jenis penekan debu besar yang berputar (heavy duty rotary press). Slug dipecah dengan menggunakan penggiling hammer (hammer mill) untuk membentuk granul kering. Roller compaction merupakan proses meremas bahan diantara dua rol untuk membentuk lembaran massa yang rapuh dan segera pecah menjadi serpihan. Serpihan diayak dengan mesh ukuran tertentu untuk membentuk granul. a) Proses pencampuran bahan untuk kempa langsung

63 53 Proses kempa langsung merupakan proses yang paling sederhana dan paling cepat karena hanya dilakukan dalam satu tahap yaitu pencampuran kering. Bahan-bahan untuk kempa langsung dicampur di dalam alat pencampur (mixer) hingga homogen kemudain selanjutnya ditampung dalam wadah dan diberi label. Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan pada proses pencampuran bahan untuk kempa langsung. b) Proses pencampuran bahan untuk granulasi basah Proses ini dimulai dari pencampuran basah zat aktif dengan fase dalam yaitu bahan pengisi, pengikat dan penghancur. Alat yang digunakan adalah pencampur super (super mixer), yaitu alat yang mempunyai kemampuan untuk mencampur bahan dengan putaran agitator dan membentuk granul dengan pemotong (chopper).agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat berputar pada kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan tercampur oleh gaya putar agitator. Pemotong (chopper) merupakan alat yang digunakan untuk membentuk granul, pemotong (chopper) berfungsi seperti pisau yang memotong massa kempal berukuran besar menjadi granul-granul. Bahan bahan tertentu seringkali membutuhkan pengayakan dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone mill) sebelum dicampur dalam pencampur super (super mixer). Selain itu juga terdapat bahan-bahan tertentu setelah dicampur dalam pencampur super (super mixer) harus diayak dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone mill). Hal ini tergantung dengan prosedur yang terdapat dalam catatan bets. Proses selanjutnya setelah pencampuran basah adalah pengeringan dengan FBD (Fluidized Bed Dryer). Prinsip kerja FBD adalah udara dingin yang telah disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) dan melewati ruang pemanasan di belakang mesin utama (Heat Exchanger), kemudian udara akan ditarik ke wadah mesin berisi granul yang akan dikeringkan. Udara panas akan menghamburkan granul secara teratur dan kelembaban granul akan ditarik keluar oleh kipas sehingga produk menjadi kering dan rata di setiap butiran. Granul yang dikeringkan akan diperiksa kadar airnya dimana alat yang digunakan untuk memeriksa kadar air adalah alat pengukur keseimbangan kelembaban (Moisture Balance). Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air selanjutnya diproses dengan granulator.

64 54 Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase luar (bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan jenis mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur. Pengawasan saat proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan hanya pada pengukuran kadar air. c) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk granul (granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses roller compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering. Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang WIP sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses selanjutnya karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran langsung diproses lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan tidak memenuhi persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan kejadiannya ke QA untuk menunggu tindakan yang diambil. 2) Bagian Pencetakan tablet (Tableting Section) Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diijinkan untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara pengoperasian terbagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis

65 55 (komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar dibandingkan dengan B-type. Pengawasan selama proses (IPC) tablet berlangsung saat pencetakan tablet dilakukan setiap 30 menit sekali. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan yaitu ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping, laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan laminating diatasi dengan menurunkan tekanan kempa, menambahkan jumlah pengikat sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke dalam oven dalam keadaan mati/off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga terjadi peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch dan dies terjadi karena granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu banyak bahan pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan dies adalah dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan kempa dan memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang memenuhi syarat disimpan di ruang WIP tablet. Tablet yang tidak memenuhi syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk tindakan selanjutnya. Tablet yang ditolak akan dikumpulkan dan dimusnahkan. 3). Bagian Penyalutan (Coating Section) Proses penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan tertentu, baik yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam bentuk tercampur, berbentuk padat atau cair. Proses penyalutan bertujuan untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses penyalutan/coating dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi persyaratan dan diberi label proses akan dilanjutkan. Tahapan proses penyalutan adalah penyiapan larutan salut, proses penyegelen/sealing, proses sub-penyalutan/ subcoating, proses penghalusan dan pewarnaan (smoothing- coloring), dan proses pengkilatan/polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik.

66 56 Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis karena bila larutan tidak homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak merata. Tahap penyegelan/sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut dari penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, larutan yang digunakan adalah larutan yang tidak dapat larut air, seperti shellac, HPMC. Tahap subpenyalutan/subcoating bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut sehingga menjadi bundar sesuai dengan bentuk dan ketebalan yang dikehendaki. Larutan yang digunakan untuk subcoating adalah larutan gula. Tahap penghalusan dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan untuk menutupi dan mengisi cacat pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating, dan untuk memberi warna dasar pada tablet. Larutan yang digunakan pada tahap tersebut adalah larutan gula yang ditambah lake atau pewarna. Tahap pengkilapan/polishing bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut sehingga terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa. Alat yang digunakan untuk penyalutan merupakan sistem panci penyalut otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan merupakan panci berlubang (perforated), yaitu panci berlubang dan dapat dialiri udara panas lebih banyak melalui lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Panci juga memiliki baffle yang berfungsi untuk membantu pembalikkan tablet sehingga penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk menyemprotkan larutan penyalut. Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu dan putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan. Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA untuk memastikan tindakan selanjutnya. Masalah masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking, twinning,chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian tablet salut pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini disebabkan oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya

67 57 tablet salut pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang lambat, dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat. Twinning dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat semprotan alat penyemprot (spray gun).chipping adalah lepasnya bagian tablet atau rusaknya bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti yang rapuh. Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran panci dan menggunakan tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi dimana warna tablet salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan salut yang kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh dari tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan penyalut dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet. 4) Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section) Pengemasan primer untuk tablet dan tablet salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alumunium foil, sedangkan bahan kemasan blister adalah plastik dan alumunium foil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pemeriksaan bahan pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang diperiksa adalah nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak akan digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan dikarantina untuk dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan strip akan lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga bahan yang digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat obat yang peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister memiliki bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka cahaya akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin, berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah

68 58 bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan panas tinggi sehingga rapat. Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik, plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin strip dan mesin blister. Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol (capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa. Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang. Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya, kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan

69 59 bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab.alufoil sisa pengemasan dikembalikan ke gudang. 5). Bagian Pengemasan Sekunder/Secondary Packaging Section Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer dimana mesin dibuat model satu jalur (in line).urutan model satu jalur (in line) adalah dari mesin pelabel/labeling selanjutnya ke mesin cetak/printing untuk label kemudian mesin cetak/printing untuk kemasan sekunder dan mesin penyegelan/sealing master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah proses pencetakan/printing. Proses pencetakan/printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan dimana yang dicetak adalah nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi. Hasil cetakan/printing yang tidak bagus (miring atau kabur) dapat dihapus dengan larutan penghapus (semacam thinner) kemudian dicetak ulang. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia. Strip, blister, atau botol yang sudah dicetak dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus kemasan juga diprint nomor bets, tanggal kadalursa dan tanggal produksinya. Dus kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan selotip. Master box dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. Beberapa informasi tercantum pada master box antara lain, terlindung dari cahaya, cara menyusun, jangan memakai alat pengait, dan maksimal tumpukan. Tujuannya adalah untuk menhindari kerusakan selama penyimpanan. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan hanya memeriksa nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi. b. Proses Produksi Kapsul Pada proses produksi sediaan kapsul, dilakukan pengisian kapsul cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin pengisian kapsul ini adalah cangkang kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur kapsul. Dengan menggunakan vakum, tutup dan badan kapsul dipisahkan. Bagian badan kapsul pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak akan ditolak secara otomatis. Tutup dan badan kapsul yang sudah terisi ditempatkan pada shaft dan siap untuk ditutup. Kemudian tutup dan badan kapsul ditutup lalu dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian akan

70 60 masuk ke mesin pemoles. Pemolesan bertujuan untuk membersihkan debu partikel yang menempel pada permukaan cangkang kapsul. Setelah itu, dilakukan pengemasan primer dan sekunder, sama seperti yang dilakukan pada tablet Produksi Sediaan Steril Proses produksi sediaan steril terbagi menjadi dua metode, yaitu metode aseptis, dan na steril (sterilisasi akhir). Penentuan proses produksi apakah menggunakan metode aseptis atau sterilisasi akhir ditentukan dari sifat fisikokimia bahan aktif, terutama kestabilan bahan tersebut terhadap panas. Apabila suatu bahan aktif tidak stabil terhadap panas, maka bahan tersebut akan diproses melalui metode aseptis. a. Metode Aseptis Proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian sediaan, uji kebocoran wadah, inspeksi visual, hingga pengemasan sekunder. b. Metode sterilisasi akhir Proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian sediaan, sterilisasi dengan autoclave, uji kebocoran wadah, inspeksi visual, hingga pengemasan sekunder. Penimbangan bahan baku dilakukan di weighing booth. Setelah dicantumkan dalam picklist, bahan siap untuk di produksi. Pencampuran bahan dilakukan dengan mesin yang sudah terintegrasi dengan filler. Bila sediaan diproduksi dengan metode sterilisasi akhir, maka setelah dilakukan pengisian, sediaan disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 C. Uji kebocoran wadah dilakukan dengan tes warna. Pada uji ini, sediaan yang jernih diletakkan di dalam tempat seperti bak berisi air yang telah diberi pewarna. Kemudian dilihat, apakah sediaan mengalami perubahan warna akibat masuknya pewarna ke dalam sediaan. Apabila sediaan tidak mengalami perubahan warna, maka sediaan tersebut lolos uji kebocoran wadah. Dalam metode aseptis, proses produksi dilakukan di ruang kelas A, dimana pada ruang ini jumlah partikel sangat dibatasi, yaitu partikel yang berukuran > 0,5 µm tidak lebih dari 100/ft 3. Selain itu ruangan ini terdapat dibawah laminary air flow, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat proses produksi. Dalam metode sterilisasi akhir, proses

71 61 produksi dapat dilakukan di ruang kelas B. Pada ruang kelas ini, partikel yang berukuran > 0,5 µm tidak lebih dari 10000/ft 3. Namun pada proses produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi, keadaan ruangan disamakan, yaitu di kelas A, baik untuk metode aseptis maupun sterilisasi akhir. Setelah dilakukan inspeksi visual, dilakukan pengemasan sekunder. Pengemasan sekunder ini dilakukan di ruang yang terpisah dengan proses produksi sebelumnya. Setelah dikemas dalam dus, dimasukan leaflet. Kemudian dus-dus tersebut dimasukkan dalam master box, yang masing-masing produk berisikan jumlah tertentu Produksi Ekstrak Produksi Ekstrak yang dilakukan mencakup proses ekstraksi dari bahan baku berupa simplisia, hingga didapat ekstrak yang siap dijadikan bahan awal produksi obat tradisional. Ada beberapa tahap yang dilakukan sebelum proses ekstraksi bahan baku. Terlebih dahulu di lantai 1 dilakukan sortasi, yaitu pemisahan bahan baku dari bahan pengotor seperti tali, batu, atau pengotor lain. Setelah itu dilakukan penggilingan agar bahan baku memiliki tingkat kehalusan yang sama. Kemudian, bahan baku ini dibawa ke lantai 3 untuk dilakukan proses ekstraksi. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi yang dimodifikasi. Maserasi adalah proses ekstraksi dimana bahan baku direndam dalam sejumlah pelarut, dan sesekali dikocok. Proses ini dilakukan berulang selama beberapa hari sehingga seluruh zat aktif dapat terekstraksi dengan optimal. Pada maserasi yang dimodifikasi, selain perendaman dan pengocokan dalam pelarut, bahan baku ini dipanaskan pada suhu rendah agar zat aktif lebih cepat terekstraksi, selain itu penggantian pelarut pun dilakukan lebih sering agar ekstraksi lebih optimal. Setelah proses ekstraksi, didapat larutan yang berisi bahan aktif. Larutan ini kemudian dievaporasi, sehingga kadar airnya berkurang dan menjadi ekstrak kental. Terdapat dua jenis proses evaporasi yang dilakukan disini, Pertama, adalah evaporasi biasa seperti rotary evaporator, dimana pada suhu tertentu pelarut akan menguap, terkondensasi dan akhirnya tertampung pada suatu tempat, sedangkan ekstrak akan mengental. Kedua, menggunakan sistem yang baru, dimana prinsip yang dijalankan adalah prinsip sirkulasi. Tangki penampungan berhubungan dengan plat heat exchanger (penukar panas pelat). Mulai dari steamer ke produk,

72 62 kembali lagi ke steamer, ke produk dan demikian seterusnya. Sehingga pada proses ini fase uap pelarut dan ekstrak terpisah tanpa kontak langsung karena ada kisi-kisi diantara steamer dan produk. Proses ekstraksi berakhir apabila didapatkan hasil pengujian dengan refraktometer dimana % bricks menunjukkan angka yang diharapkan. Setelah didapat ekstrak kental, proses produksi dilanjutkan seperti pada pembuatan tablet, yakni mulai dari proses penimbangan, pencampuran, pencetakan, pengemasan primer, hingga proses pengemasan sekunder Supply Chain ( SCM ) Division Divisi Supply Chain (SC) terbagi menjadi empat departemen yaitu Supply Planning Department, Material Procurement Department, Inbound Logistic Department, dan Import Clearance Department. Departemen ini dipimpin oleh seorang Division Head dan dibantu oleh administrator. Struktur organisasi divisi ini dapat dilihat pada Lampiran Supply Planning Department Supply Planning Department merupakan departemen yang bertanggungjawab terhadap perencanaan produksi. Departemen ini terbagi menjadi dua sub departemen, yaitu Supply Planning Sub Department dan Product Supply Management Sub Department. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Productt Supply Management bertanggung jawab dalam melaksanakan perencanaan produksi suatu produk baru yang akan diluncurkan. Alur untuk Persediaan Produk (Product Supply) dimulai dari dokumen formula induk (berkoordinasi dengan R&D), bahan baku dan bahan kemas (koordinasi dengan R&D dan Perencanaan dan Pembeliaan Bahan/Procurement and Material Planning), nomor registrasi (koordinasi dengan Pengembangan Bisnis dan Pemasaran/Business Development dan Marketing), produksi (koordinasi dengan Divisi Produksi/Production Division), pelulusan produk (koordinasi dengan QA), hingga pengiriman (koordinasi dengan pihak Gudang/Warehouse).

73 63 Supply Planning Sub Department dibagi menjadi 3 seksi (section) yaitu Production Planning Section, Contract Manufacture Section dan Production Planning Specialist. Contract Manufacture Section bertanggung jawab dalam terlaksananya kerjasama dengan perusahaan lain untuk melakukan toll manufacturing termasuk melakukan negosiasi terkait produksi obat seperti menentukan jangka waktu mulai dari pemesanan produk hingga dihasilkan produk jadi. Seksi Production Planning terbagi menjadi dua sub bagian yaitu External yang bertanggungjawab dalam perencanaan toll manufacturing, dan Internal yang bertanggung jawab terhadap perencanaan tiga lini produksi lini solid, liquid dan Sterile Cephalosporine Extract Product (SCEP). Bagian Production Planning Department ini bertanggungjawab dalam pengaturan jadwal produksi. Perencanaan produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari distributor. Order plan dibuat berdasarkan forecasting/peramalan dari Marketing Department. Peramalan sangat penting dalam perencanaan produksi karena mempertimbangkan kebutuhan marketing yaitu situasi penjualan masa lalu dan kebutuhan pasar masa depan dengan melihat pertumbuhan pasar. Production Planning Department bertugas untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang berasal dari bagian marketing, kemudian melakukan perencanaan Master Production Scheduling (MPS) dan Master Requirements Planning (MRP). Master Production Scheduling (MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal kapan dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat MRP untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama dan jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi, dan marketing Material Procurement Department Material Procurement Department merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan awal, yaitu bahan baku (raw material) dan bahan pengemas (packaging material) yang akan digunakan dalam

74 64 produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Sourcing Section, Material Procurement Section, dan Material Planning Section. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Material Planning Section bertanggung jawab atas perencanaan pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan bahan pengemas. Dalam aktifitasnya, Material Procurement Department menerima permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning yang tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim Purchase Order yang berisi daftar barang yang akan dibeli kepada pemasok yang telah tercantum dalam Approved Vendor List, yaitu daftar pemasok yang telah terkualifikasi dan disetujui oleh Quality Assurance. Untuk selalu menjaga ketersediaan bahan, maka tiap bahan awal harus memiliki minimal dua pemasok. Departemen ini juga bertanggung jawab untuk mencari alternatif pemasok jika pemasok yang telah terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi permintaan bahan baku dan pengemas Inbound Logistic Department Gudang merupakan suatu bagian dalam industri farmasi yang berfungsi sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendaian, pemusnahan, dan pelaporan material serta peralatan agar kualitaas dan kuantitas terjamin. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri Pharmasi mengikuti persyaratan yang disebutkan dalam CPOB, yaitu: a. Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang. b. Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.

75 65 c. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak. d. Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected. e. Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti grey area. f. Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO). PT. SOHO Group memiliki 6 gudang untuk menyimpan bahan awal serta produk jadi, yakni gudang PG6 untuk menyimpan semua bahan baku dan bahan pengemas keperluan eksport; gudang Himalaya untuk menyimpan bahan kemas keperluan dalam negeri; gudang Rawaudang untuk menyimpan bahan pengemas tersier; gudang Rawakepiting untuk menyimpan simplisia serta senyawa mudah terbakar; gudang Pulokambing dan Rawasumur untuk menyimpan obat jadi. Pergudangan di PT. SOHO Group ditangani oleh satu departemen khusus, yaitu Inbound Logistic Department. Departemen ini merupakan hasil restrukturisasi dari Warehouse Department yang dilakukan pada bulan Januari Restrukturisasi ini merupakan bentuk penegasan peran departemen ini sebagai bagian dari Industri yang bertanggungjawab terhadap kagiatan penerimaan barang, penyimpanan di gudang, serta pendistribusian bahan baku/produk jadi, lebih luas dibandingkan fungsi pergudangan (warehouse). Inbound Logistic Department dikepalai oleh seorang Department Head dan dibantu oleh seorang Sub Department Head. Sub Department Head mengepalai 4 orang Site Supervisor, yaitu Site Supervisor untuk gudang PG6; Site Supervisor untuk gudang Himalaya; Site Supervisor untuk gudang Rawaudang dan Rawakepiting; dan Site Supervisor untuk gudang Pulokambing dan Rawasumur. Struktur organisasi divisi ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Group dibedakan berdasarkan 4 kategori, yaitu: 1) Pharma Non Pharma Pharma dan Non Pharma dibedakan berdasarkan kategori produk akhir bahan awal. Pharma merupakan golongan produk ETHICAl sementara Non Pharma merupakan golongan produk supplement dan non-essentials.

76 66 Seluruh bahan baku, baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan dalam memproduksi produk ETHICAl, akan diletakkan di dalam kelas Pharma, begitu pula sebaliknya. 2) Halal Reguler Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak disertifikasi. Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan hingga pemisahan ruang. 3) Cephalosporin - Non Cephalosporin Zat aktif golongan cephalosporin dipisahkan dengan zat aktif non cephalosporin. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi beta laktam. Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan. 4) Psikotropik (Obat Keras Terbatas) - non Psikotropik Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan secara terpisah dengan golongan non psikotropika. Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Group dikondisikan dalam tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambient (<30 C) untuk produk yang stabil terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air Conditioner (15-25 C) untuk penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar, serta cold room (2-8 C) untuk produk termolabil. Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC Department melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut. Barang yang dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan dapat dimasukkan ke dalam stok gudang. Pengeluaran barang dari gudang, seperti pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi.

77 67 Setiap awal bulan, PT. Parit Padang akan mengirim Purchase Order (PO) ke gudang/warehouse. PO tersebut akan diinput untuk selanjutnya diproses. Proses transaksi antara PT. SOHO Group dan PT. Parit Padang dilakukan dengan Delivery Note (DN). DN adalah bukti resmi penjualan produk PT. SOHO Group yang dibeli oleh PT. Parit Padang. Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa. Pemusnahan barang juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject) Import Clearance Department Import Clearance Department merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap impor, dimana aktifitas terbesar departemen ini adalah impor bahan baku dari luar negeri. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran Validation and Documentation Department (VDD) Validation and Documentation Department merupakan suatu departemen yang berada di bawah struktur Manufacturing. Departemen ini bertanggung jawab atas seluruh aktivitas validasi dan mengelola dokumen terkendali dalam lingkup manufacturing untuk memenuhi ketentuan current Good Manufacturing Practice yang berlaku di Indonesia (CPOB) maupun secara internasional. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Aktivitas validasi yang dilakukan oleh departemen ini bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan, fasilitas, sistem, dan proses yang digunakan untuk memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan validasi yang berlaku pada lingkungan PT. SOHO Group tertuang dalam Validation Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Secara garis besar aktivitas yang dilakukan oleh departemen ini adalah melakukan analisis risiko, kualifikasi, dan validasi. Risk Analysis (RA) atau Analisis Risiko merupakan suatu

78 68 kegiatan menganalisa kemungkinan risiko yang berasal dari desain/fungsi maupun penggunaan peralatan. Tahap Ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai. Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa fasilitas, sistem, dan ruangan (clean room) yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri dari 4 tahap, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain atau Design Qualification (DQ) dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai dengan kriteria cgmp yang difenisikan dalam User Requirement Specification dan Analisis Risiko. Kualifikasi instalasi atau Installation Qualification (IQ) of equipment / utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah terpasang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat equipment/utility. Kualifikasi operasional atauoperational Qualification (OQ) of equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi sesuai dengan spesifikasinya. Kualifikasi kinerja atau Performance Qualification (PQ) of equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan memiliki performa yang diinginkan atau sesuai spesifikasi secara konsisten dan terpercaya. Kegiatan lain yang dilakukan oleh departemen ini adalah validasi. Validasi sendiri merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Terdapat tiga macam validasi yang dilakukan oleh Validation and Documentation Department, yakni validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi proses aseptis. Validasi proses merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Validasi pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima. Validasi sistem komputer merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku.

79 Technical Division Departemen Urusan Umum (General Affairs) Departemen Urusan Umum (General Affairs) terdiri dari Sub Departemen QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen), Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen), dan Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services Sub Departemen). Sub Departemen QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen) membawahi Urusan Rumah Tangga Area I dan II (House keeping area I dan II), Front office andsecurity, Fasilitas Kantor (Office Facility), dan Perbekalan Kantor (OfficeSupplies). Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen) membawahi Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) dan Manajemen Transportasi (Transportation Management). Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) bertanggung jawab dalam penanganan limbah dan pengendalian hama. Sedangkan Manajemen Transportasi (Transportation Management) bertanggung jawab dalam hal transportasi.general Affairs Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services SubDepartemen) berhubungan dengan cabang-cabang distributor PT. Parit Padang Global yang ada di seluruh Indonesia. Sub Departemen Pelayanan Cabang terbagi menjadi 2 regional, yaitu Urusan Umum Cabang Regional I dan Urusan Umum Cabang Regional II. Penanganan limbah di PT. SOHO Group termasuk dalam Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Department).Jenis limbah yang ditangani ada tiga jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), limbah domestik, dan limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah B3 adalah limbah baik berupa padat maupun cair, yang sifatnya bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan lingkungan maupun menimbulkan efek yang tidak baik unruk makhluk hidup, atau dapat juga membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah terbakar, dan lain-lain. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh GA Dept antara lain sisa analisa padat/cair atau sampling bahan baku/obat jadi/contoh pertinggal, bahan baku

80 70 reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur (sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti. Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan seharihari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus, botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu.untuk limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali. Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik, untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik. Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik, limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara bersama-sama. Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD. Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak

81 71 penyangga/buffer, limbah tersebut akan dialirkan ke bak reaktor antibiotik yang akan diproses secara kimia dengan menggunakan NaOH sampai basa (ph 10) dan HCl untuk menetralkan kembali sampai ph 7. Proses ini dilakukan untuk memecah cincin betalaktam. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak ekualisasi produksi dimana pada bak tersebut tercampur limbah dr PT SOHO Industri Pharmasi, PT. ETHICA Industri Pharmasi, serta obat tradisional yang sebelumnya telah disaring terlebih dahulu. Limbah kemudian dilarikan ke bak anaerob untuk dibusukkan. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Limbah domestik cair akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki 8 STP tetapi hanya 6 yang memenuhi syarat. Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi syarat. STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup dengan tiga pipa di dalamnya.aktivitas pengolahan limbah di STP adalah pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan ph air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan ph. Limbah yang telah memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob. Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob. Hal tersebut dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan limbah produksi dan herbal. Limbah produksi dan herbal banyak mengandung senyawa yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus diproses secara anaerob terlebih dahulu. Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah menjadi bentuk yang lebih sederhana. Bak anaerob tidak memerlukan aerasi bsehingga bak tersebut dalam kondisi tertutup. Setelah melalui proses anaerob, limbah akan menuju bak ekualisasi mixing, yaitu bak penampungan sebelum limbah masuk ke proses selanjutnya. Daribak ekualisasi mixing, limbah akan

82 72 dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan mengantisipasi meluapnya limbah. Dalam bak aerob terdapat aerator untuk mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju bak sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank) terdiri dari dua tangki yang terpisah. Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi berisi karbon aktif. Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank), limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank)dan aliran satunya menuju kolam ikan (fish pond).air limbah olahan yang disimpan dalam tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond) bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas air limbah. IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan ph yang dilakukan setiap hari. Pengecekan ph dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain. Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak 1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam. Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding)ulang, yaitu pembiakan menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml

83 73 mengindikasikan jumlah bakteri yang terlalu banyak dan terjadi penumpukan bakteri yang mengakibatkan bakteri mati karena kekurangan nutrisi. Lumpur tersebut selanjutnya akan dimusnahkan. Lumpur tersebut akan dialirkan ke bak lumpur (sludge tank) sebagai tempat penampungan lumpur mati. Lumpur tersebut selanjutnya akan dialirkan ke pengumpul lumpur (sludge feeder) dan dipisahkan lumpur dari air limbah dengan penyaring bertekanan (filter press). Air perasan yang diperoleh akan diolah lagi dalam bak anaerob, sedangkan lumpur yang diperoleh dimusnahkan bersama dengan limbah B Departemen Teknik (Engineering) Departemen Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Kepala Departeman Teknik (Engineering Department Head) yang bertanggung jawab dalam mengatur semua kegiatan Teknik (Engineering) yang terkait dengan produk. Departemen ini memiliki tiga bagian, yaitu: a. Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance) Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance) bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan peralatan operasional. Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance Sub Department) terbagi menjadi dua, yaitu Bagian Perawatan (maintenance section)danbagian Peralatan (utility section). Bagian Perawatan (maintenance section)bertanggung jawab terhadap perawatan alat di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi. Bagian Perawatan (maintenance section)terbagi menjadi Perawatan area I (maintenance area I) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area I (PT. SOHO Industri Pharmasi) dan Perawatan area II (maintenance area II) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area 2 (PT. ETHICA Industri Farmasi). Pelaksanaan perawatan suatu alat dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu (manual book/hystorical), frekuensi penggunaan, dan jam penggunaan. Dalam melakukan maintenance terdapat 3 form, yaitu form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan (preventive check & preventive service form), form serah terima antara Teknik (Engineering) dengan produksi, dan form pembersihan. Pengecekan untuk pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan sekali sering

84 74 disebut sebagai perawatan berkala (periodic maintenance). Hasil pengecekan didata dalam form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan (preventivecheck & preventive service form). Kerusakan pada mesin produksi harus segera dilaporkan kepada Departemen Teknik (Engineering) melalui form perintah kerja (work order form), dan akan ditindaklanjuti segera oleh Teknik (Engineering) bersamaan dengan itu dilakukan dokumentasi berupa form serah terima. Bagian Peralatan (Utility section) bertanggung jawab dalam pengoperasian dan perawatan alat-alat penunjang produksi seperti boiler, pendingin (chiller), genset, kompresor, kran untuk kebakaran (fire hydrant), pompa air dan limbah. Boiler berfungsi menghasilkan uap air panas dengan suhu tinggi yang sering digunakan untuk produksi. Kompresor digunakan untuk menghasilkan udara bertekanan, kompresor untuk industri farmasi adalah jenis kompresor bebas minyak.genset berfungsi untuk menghasilkan arus listrik saat listrik mati, genset yang digunakan adalah dua genset masing-masing dengan kekuatan 2000 kva. Alat-alat analisis pada laboratorium R&D, QA dan QC menggunakan penyimpan daya dan penstabil (stabilizer) untuk menjaga kemungkinan listrik PLN padam. Fire hydrant terdapat dalam setiap ruangan, posisinya di atap berbentuk karet bundar putih. Fire hydrant ini akan pecah dan menyala otomatis saat ada api. Pengaturan pompa air dan limbah, bagian peralatan (utility) bekerjasama dengan Urusan Umum (General Affairs) untuk mengatur dan mengoperasikannya. Selain perawatan peralatan penunjang, bagian peralatan (utility section) juga bertugas dalam memantau dan merawat ruang mezzanine. Ruang mezzanine adalah ruang yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam pembuatan produksi, ruang mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa listrik, pipa air PAM, pipa air murni, dan ducting. Bagian peralatan (utility section) terbagi menjadi empat bagian, yaitu bengkel (workshop), peralatan (utility), listrik (electrical), serta HVAC dan media bersih (clean media). Bengkel (workshop) bertanggung jawab mengurus perbaikan alat. Bagian peralatan (utility) bertanggung jawab untuk mengoperasikan alat seperti boiler dan operator yang menjalankan bertanggung jawab terhadap alat harus tersertifikasi. Perlistrikan (electrical) berperan dalam

85 75 pemantauan dan perawatan perangkat kelistrikan dan berhubungan langsung dengan PLN sebagai penyedia tenaga listrik. Rangkaian listrik untuk pabrik dimulai dari gardu PLN kemudian menuju gardu listrik kecil kemudian menuju ke panel besar yang berada di setiap gedung dan terakhir menuju setiap panel kecil yang berada di ruangan. Tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting untuk produksi, untuk mengatasi keadaan tidak ada tenaga listrik saat mati lampu disediakan dua genset kapasitas 2000 KVA yang dalam waktu lima detik akan segera memenuhi seluruh kebutuhan listrik pabrik. Genset akan mati secara otomatis ketika listrik dari PLN menyala kembali. HVAC dan media bersih (clean media) bertanggung jawab terhadap yang berhubungan dengan kebersihan produksi seperti sistem Pemanasan, Pertukaran, dan Pendingin Udara (Heating, Ventilating, and Air Conditioning/HVAC) dan pengolahan air murni. 1) Sistem HVAC Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalampencampuran chamber yang kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%) dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon. Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum

86 76 masuk ke pencampuran chamber, udara akan melewati sensor temperaturdan kelembaban di mana sensor tersebut akan otomatis mengirimkan sinyal kepada cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya. HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particulate Air. Efisiensi HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5 partikel yang lolos dari HEPA. Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler.chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan dehumidifier. Ketiga yaitu jumlah partikel.jumlah partikel dalam setiap ruangan berbeda-beda tergantung klasifikasi ruangan.jumlah partikel dikendalikan oleh beberapa penyaringyang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang 2) Sistem pengolahan air murni Fungsi dari sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring unsurunsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka konduktivitasnya yang ada didalam air. Oleh karena itu, pada proses produksi obat diperlukan air yang murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak diperlukan yang ada didalam air tidak mempengaruhi atau mengkontaminasikan mutu obat yang dihasilkan. Tahapan sistem pengolahan air murni adalah sebagai berikut: a) Osmosis

87 77 Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga larutanyang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran semipermeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga terjadi keseimbangan konsentrasi. b) Reverse Osmosis Reverse osmosis adalah suatu teknologi pemurnian air yang paling modern, yang menggunakan membran semi permeabel, yang sangat efektif, ekonomis dan mudah pemeliharaannya, mampu membersihkan air hingga 90-99% dari segala macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga menghasilkan air yang bersih dan murni. Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan cairan yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental. Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses Osmosis, yaitu memberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar pada permukaan cairan yang lebih kental, maka cairan yang lebih murni akan menembus permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni. Semakin tinggi tekanan yang diberikan pada cairan yang lebih kental akan semakin cepat cairan yang lebih murni menembus permukaan membran. Pada proses osmosis, materi yang ada disekitarnya seimbang. Keseimbangan yang terjadi pada kedua cairan yang berbeda kekentalannya yaitu semakin besar perbedaan kekentalan kedua cairan, maka semakin tinggi permukaan cairan yang lebih kental. Perbedaan ketinggian tersebut disebut tekanan osmonic. c) Proses - proses dalam System Osmotron: 1) Proses / cartridge Prefilter (0.5 micron) Proses ini diperlukan untuk melindungi unjuk kerja pori-pori membran yang berukuran sangat kecil. Kecilnya ukuran pori-pori membran menjadikan

88 78 membrane mudah koyak, tersumbat, atau rusak oleh berbagai materi atau zat. Oleh karena itu air yang akan disalinasi haruslah air baku atau air payau atau air laut yang telah bebas dari materi atau zat yang mudah menyumbat atau mengkoyakan dan atau merusak membran. 2) Proses Softener Berfungsi mengurangi kadar kesadahan dalam air (ion-ion mineral bebas). Didalamnya terdapat resin softener. Saat resin jenuh akan diproses regenerasisecara automatis sehingga dapat normal kembali. Proses regenerasi inimembutuhkan garam sebagai pengikat ion mineral. 3) Proses Reverse Osmosis Peralatan yang diperlukan untuk melakukan proses reverse osmosis yaitu : i. Membran dengan pori-pori yang lebih kecil dari ukuran molekul larutan ion yang akan di pisahkan, yaitu 0,001-0,0001 micron ( MWCO). ii. Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang akandilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air yang telahbebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang mengandung larutan lebihkental dari air masukan. Kekuatan tabung tempat membran harus mampumenerima tekanan yang diberikan melalui pompa bertekanan tinggi. iii. Pompa bertekanan untuk memberikan tekanan pada air masukan. iv. Penyeimbang tekanan pada tabung tempat membran berguna untuk memelihara tekanan air baku yang akan menembus membran tidak kurangdari tekanan osmonic yang diperlukan untuk memisahkan larutan dalam air baku. v. Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan melaluiproses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5 micron, SDI0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk memfilter sendimen danmenyerap polutan yang tidak terlarut dalam air seperti bau, rasa, warna. Proses ini dapat menurunkan kadar konduktivitas hingga 10 Ms. 4) Proses EDI (Elektrik De-Ionisasi)

89 79 Untuk keperluan air di industri farmasi diperlukan air murni yang memiliki konduktivitas sangat rendah atau tidak menghantarkan listrik atau bebas dari ion hidrogen dan hidroksil. Proses pemurnian ini yang disebut sebagai proses EDI. Proses ini terjadi setelah proses RO dilewatkan pada sebuah media yang dialiri arus listrikdengan arus yang sangat tinggi, sehingga dalam aliran tersebut air murni tetap mengalir sementara ion bebas yang menempel pada kutub-kutub muatan lawan jenisnya akan tertinggal pada kutub sumber muatan tadi. b. Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and Reliability) Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and Reliability) bertanggung jawab dalam hal perencanaan kegiatan Teknik. Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and Reliability) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seksi gudang suku cadang (warehouse spare part section), seksi perencanaan teknik (engineering planner section), dan seksiautomatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section). Seksi gudang suku cadang (Warehouse spare part section) bertanggung jawab untuk menyimpan setiap peralatan yang digunakan untuk perawatan setiapmesin yang ada. Selain itu, bagian gudang (warehouse) juga melakukan penyetokan suku cadang mesin yang cukup vital dengan tujuan apabila terjadi kerusakan pada mesin, bagianteknik (Engineering) dapat melakukan perbaikan atau penggantian suku cadang tanpa harus menunggu suku cadang dari pemasok. Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) bertanggung jawabterhadap perencanaan kegiatan perawatanterhadap semua sarana utama (mesinproduksi) dan sarana penunjang. Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) terbagi menjadi dua, yaitu Pelaksana Pengawasan Dokumen Teknik (Engineering Document Control Executive) dan Pelaksana Perencanaan Perawatan (Maintenance Planner Executive). Seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section) terbagi menjadi dua, yaitu bagian kalibrasi (calibration) yang bertanggung jawab terhadap kalibrasi alat di produksi dan bagian mecathronic yang bertanggung jawab menangani alat atau mesin yang bekerja secara otomatis serta menangani

90 80 alat-alat yang berarus lemah. Kalibrasi merupakan suatu proses penetapan hubungan secara berkala antara perangkat pengukuran dan satuan pengukuran untuk memastikan kebenaran pengukuran dan analisis, sedangkan verifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang dilakukan terhadap alat ukur untuk mengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan hasilyang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan pada timbangan saja. Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat dengan alat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala. PT. SOHO Group memiliki kalibrator untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat penyimpanan dengan suhu sebesar 25±3 C, dan RH sebesar 60±10 %. Standar tersebut sesuai dengan standar ISO dan Komite Akreditasi Nasional (KAN). Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat prosedur tetap kalibrasi alat. c. Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section) Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section) bertanggung jawab dalam hal penanganan proyek baru Teknik(Engineering) hingga sebelum dilakukan validasi. Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section) membawahi bagian desain mekanikal Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (Healthy, Safety, and Environmental /HSE Department) PT. SOHO Group berkeinginan untuk meningkatkan dan menjaga standar yang paling tinggi dalam hal keselamatan kerja dari setiap aktivitas perusahaan. Dimanapun kita bekerja dalam kegiatan yang beragam, lingkungan kerja yang aman adalah yang pertama dan utama. HSE adalah suatu departemen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, dan

91 81 lingkungan hidup. Setiap karyawan baru akan mendapatkan pengarahan dari departemen ini. Tujuan dilakukannya pengarahan adalah agar setiap karyawan memahami persyaratan yang berlaku di PT. SOHO Group sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari. Peraturan tersebut dituangkan dalam Petunjuk Umum Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera dalam bukutersebut bersifat tambahan dari Peraturan Perundang-undangan tentang Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan denganjenis perkerjaan yang dilakukan. Kesehatan meliputi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang dihasilkan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Lingkungan berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi terhadap kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar. Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajaridan resiko yang mungkin Timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi, pendekatan teknis, pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri). Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi resikoyang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan prosedur tetap. APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab,kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan Lokasi dan Sarana PT. ETHICA Industri Farmasi

92 Lokasi PT. ETHICA Industri Farmasi PT. ETHICA Industri Farmasi berlokasi di Jl. Pulogadung No.6, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. Di lokasi ini, area untuk Manufacturing PT. ETHICA Industri Farmasi terbagi menjadi dua gedung yang bersebelahan, yaitu gedung injeksi dan gedung Cephalosporin. Satu gedung lagi dibawah Sterile, Cephalosporin, and Extract Production adalah gedung produksi obat tradisional Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. ETHICA Industri Farmasi Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. ETHICA Industri Farmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cgmp dan menjamin terjaganya kualitas produk Desain Pabrik PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki ruang penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu yang masing-masing ruangan letaknya terpisah satu sama lain. Selain itu, dalam area produksi, terdapat area untuk penimbangan, mixing, granulating, tableting, coating, dan packaging. Permukaan dinding dan lantai untuk area Manufacturing dilapisi dengan cat epoksi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak berpori, tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas dengan air. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa sehingga menghindari adanya sudut (curving). Kemungkinan terdapatnya celah antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu serta pipa harus dihindari untuk mengurangi kontaminasi. Salah satu caranya dengan menggunakan sealant atau dengan mendesain pemasangannya sedemikian rupa Sistem Pengolahan Air

93 83 Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu potable water dan purified water. Potable water diperoleh dari air PAM ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap pretreatment, reverse osmosis (RO), dan distribution. Pretreatment merupakan proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk proses pengolahan selanjutnya Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC) Sistem pengaturan tata udara (Air Handling Unit) dalam ruang produksi dan trial di departmen Research and Development mengunakan sistem Heating, Ventillating, and Air Conditioning (HVAC) yang berada di bawah tanggung jawab bagian Engineering Department. Udara yang digunakan berasal dari campuran antara udara sirkulasi dan udara segar. Campuran udara ini akan mengalami filtrasi melalui filter dengan efisiensi kecil hingga besar. Selain itu, mengalami pendinginan dan pemanasan udara untuk mengatur kondisi udara yang dibutuhkan. Parameter kritis yang diatur dari sistem tata udara adalah kelembaban relatif (RH), temperatur, partikel, dan tekanan udara. Setiap parameter tersebut diatur dan dikendalikan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki beberapa sistem untuk pengolahan limbah baik cair maupun padat. IPAL atau Waste Water Treatment Plant (WWTP) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengolah limbah cair dari kegiatan produksi dan kegiatan sehari-hari di industri. PT. SOHO Group memiliki sistem pengolahan limbah domestik, limbah produksi non- betalaktam, dan limbah produksi betalaktam. Kegiatan pengolahan limbah akhir masih dilakukan di dua area terpisah untuk proses aerob dan anaerob. Namun, saat ini sedang dilakukan pembangunan untuk satu area pengolahan limbah yang terpusat agar lebih efisien.untuk pemusnahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),

94 84 PT. SOHO Group bekerja sama dengan PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti Pengelolaan dan Pengendalian Hama Pengelolaan dan Pengendalian Hama di PT. SOHO Group bekerja sama dengan PT. Aardwolf Pestkare. Hama yang dikendalikan antara lain tikus, semut, cicak, lalat, nyamuk, rayap, dan kecoa. Upaya pengendalian dan pembasmian hama tersebut harus dilakukan oleh industri farmasi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas hama-hama tersebut. Seluruh bahan kimia yang digunakan untuk pest control harus mendapat persetujuan dari Departemen Quality Assurance (QA) PT. SOHO Group. Seluruh temuan di area produksi harus segera dilaporkan ke pihak terkait dan Quality Operation Division Head (QO Div. Head).

95 BAB 4 PEMBAHASAN PT. ETHICA Industri Farmasi beroperasi sebagai anak perusahaan dari PT. SOHO Group, dimana masih ada 4 perusahaan lain yang tergabung didalamnya, yaitu : PT. SOHO Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global Harmony Retaillindo dan PT. Universal Health Network. PT. ETHICA Industri Farmasi merupakan salah satu perusahaan farmasi yang memiliki gedung produksi untuk sediaan injeksi dan cephalosporin. PT. Parit Padang Global merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan bahan baku obat dan sebagai distributor tunggal untuk obat jadi yang diproduksi oleh PT. SOHO Group. Penyimpanan dan penyaluran produk yang dilakukan telah mengikuti tata cara penyimpanan dan penyaluran produk yang baik. PT.Global Harmony Retailindo ( PT GHR ) adalah suatu unit bisnis yang masih tergolong baru di PT. SOHO Group yang didirikan sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015, di mana PT. SOHO Group menjadi salah satu tempat yang menyediakan produk-produk kesehatan yang berkualitas dan terbaik, seperti produk kecantikan, suplemen makanan, vitamin, perawatan kulit baik produk lokal maupun mancanegara. Dalam hal penerapan cara pembuatan obat yang baik menurut aturan dari BPOM, PT. ETHICA Industri Farmasi telah melakukan seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dengan baik. Aspek-asper tersebut adalah : 4.1 Manajemen Mutu Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja, tetapi juga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses sehingga sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar, dan tidak menimbulkan risiko pada penggunaan dari segi mutu, keamanan, dan khasiat. Dalam penerapan manajemen mutu dilakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab yang jelas di dalam PT. ETHICA Industri Farmasi yang mencakup struktur organisasi, prosedur dan sumber daya untuk meyakinkan 85

96 86 bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Penerapan manajemen mutu di PT. ETHICA Industri Farmasi terbukti dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu. Selain itu, PT. ETHICA Industri Farmasi juga telah memiliki sertifikat CPOB. Untuk mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu jugadilakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang dilakukan secara berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar untuk membuktikan kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; konsistensi proses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. 4.2 Personalia Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan manufaktur, PT. SOHO Group terbagi dalam beberapa divisi/departemen, yaitu Quality Operation Divison, Production Division, Technical Division, Supply Chain Division, Validation and Documentation Department, Finance Department, dan Human Resource Department. PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card), dimana terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth) yang memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi setiap personilnya. PT. SOHO Group dalam peningkatan kualitas personil juga melakukan pelatihan yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan SDM. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan yang bersifat umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum seperti pelatihan CPOB dan keselamatan kerja yang biasanya diberikan kepada karyawan baru,

97 87 sedangkan pelatihan khusus seperti pelatihan mesin Manesty Express untuk supervisor departemen produksi. 4.3 Bangunan dan Fasilitas Lokasi bangunan industri farmasi dipersyaratkan untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT. ETHICA Industri Farmasi berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan lokasi perusahaan yang berada dikawasan industri Pulogadung sehingga dapat meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk. Bangunan serta fasilitas pendukung PT. ETHICA Industri Farmasi telah memenuhi kriteria CPOB dimana sebagai contohnya dinding, lantai dan atap dari ruang produksi telah dilapisi dengan epoxy yang bersifat kedap air, licin dan tahan goresan logam atau roda sehingga mudah dibersihkan. Tiap sudut ruangan dan tangga dibuat melengkung sehingga meminimalkan pengumpulan debu dan kotoran di sudut ruangan maupun tangga. Selain itu, ruangan produksi telah dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Ruangan produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi dikelompokan menjadi beberapa ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang pencetakan, ruang penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan. Laboratorium pengawasan mutu PT. ETHICA Industri Farmasi juga telah memenuhi persyaratan CPOB. Laboratorium QC terpisah dari area produksi dan dibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di laboratorium QC juga telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar, pelarut, dan reagen; acid chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan emergency aid. Ruang untuk instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari pengaruh getaran. Gudang PT. SOHO Group juga telah memenuhi persyaratan CPOB dimana penyimpanan bahan baku, bahan kemas dan produk jadi telah dibagi berdasarkan suhu penyimpanan ataupun berdasarkan jenis bahan misalnya pemisahan bahan baku halal dari bahan baku lainnya. Terdapat pula gedung kesehatan atau yang biasa disebut poli dimana disediakan untuk karyawan yang

98 88 sedang sakit untuk segera mendapatkan perawatan dan pengobatan. Selain itu, juga terdapat ruang untuk ibu menyusui. 4.4 Peralatan Peralatan yang digunakan oleh PT. ETHICA Industri Farmasi telah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Bahan yang digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah. Seluruh peralatan juga telah terkualifikasi sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian Quality Support Section (Quality Assurance). Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau. Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi. Peralatan produksi ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang terpisah. Ruangan produksi pun cukup besar untuk menampung peralatan, mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya. Nomor identitas dan validitas pembersihan tiap peralatan yang digunakan dalam produksi dicantumkan dalam Batch Record.Jika peralatan dan/atau validitasnya menyimpang dari yang seharusnya (tercantum dalam Batch Record), maka personel harus melaporkannya dalam laporan deviasi. Pemeliharaan alat dalam PT. ETHICA Industri Farmasi menjadi tanggung jawab bersama antara departemen produksi, departemen engineering, dan departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan Production Planning. Departemen Produksi bertangung jawab pada pembersihan

99 89 dan pengatasan problem ringan saat proses produksi. Departemen engineering bertanggung jawab untuk menjaga performa mesin secara berkala.jika ada peralatan yang bermasalah, maka pada mesin diberikan stiker warna merah. Jika kerusakan tidak dapat ditangani oleh operator produksi, maka peralatan tersebut akan diperbaiki oleh engineering dan dapat dikerjakan di workshop Engineering. 4.5 Sanitasi dan Higiene Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal dari personil. Salah satu penerapan yang dilakukan di PT. ETHICA Industri Farmasi adalah hand-hygiene dimana selalu disiapkan sarana mencuci tangan untuk mencegah kontaminasi terutama dari karyawan yang berhubungan dengan produk. Tiap karyawan yang masuk ke area pembuatan di PT. ETHICA Industri Farmasi selalu mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian pelindung tersebut selalu dicuci setelah digunakan sehingga kebersihannya selalu terjaga. Hal ini penting untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil PT. ETHICA Industri Farmasi menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut dan secara berkala karena kesehatan personil dapat turut serta memengaruhi mutu produk. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses jadi sampel sampai dia sembuh kembali. Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh penerapan sanitasi di PT. ETHICA Industri Farmasi adalah fasilitas toiletnya. PT. ETHICA Industri Farmasi menyediakan toilet dalam jumlah yang memadai dan terpisah dari area kerja karyawan. Setiap karyawan yang menggunakan toilet wajib mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas. Sanitasi fasilitas produksi juga diperhatikan. Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan alat atau mesin sesuai dengan protap pembersihan dan melakukan sanitasi ruangan. Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu, membersihkan lantai, dinding atap, dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai dengan SOP yang berlaku. Setiap personil yang telah selesai mengunakan alat

100 90 wajib mencuci dan membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku. Peralatan biasanya dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan aqua purificata dan alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen pembersih, namun ada tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus dipastikan terlebih dahulu. 4.6 Produksi PT. ETHICA Industri Farmasi memproduksi sediaan steril dan sediaan solid berbahan cephalosporin. Dibawah Sterile, Cephalosporin and Extract Production, ekstrak diproduksi sebagai bahan baku obat tradisional. Masingmasing gedung terpisah satu sama lain. Semua kegiatan produksi di masingmasing gedung dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB. Dinding, lantai dan atap ruangan produksi dilapisi oleh epoksi sehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air. Selain itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung (tidak bersudut) sehingga mudah untuk dibersihkan dan tidak menimbulkan penimbunan debu. Ruangan produksi pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Pada ruangan produksi steril pun telah digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas sesuai dengan proses produksi masing-masing produk. Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau menggunakan penutup sepatu, dan masker. Sedangkan untuk memasuki white area untuk memproduksi sediaan steril, personil wajib memakai baju khusus yang diperuntukkan di ruang steril. Selanjutnya, personil wajib mencuci tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang dihasilkan.

101 91 Ruang produksi di PT. ETHICA Industri Farmasi dikelompokkan berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang penimbangan, ruang mixing, dan lain-lain. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk mempermudah proses produksi dan biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan supermixer, FBD, dan granulator. Peralatan tersebut dibuat secara in-line untuk mempercepat proses produksi sehingga memperlancar proses produksi. Masing-masing ruangan produksi tidak memproduksi 2 produk yang berbeda. Dipintu bagian depan ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama produk yang sedang diproduksi. Jika produk yang berbeda tetapi diproduksi dengan menggunakan mesin yang sama maka akan diproduksi secara bergantian yaitu setelah satu produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan dahulu dan dicek oleh supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang lain. Selain itu, ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang produksi dan lingkungan luar. Pada produksi ekstrak, ruangan dipisah berdasarkan proses yang dilakukan. Pada lantai 1, dilakukan proses ekstraksi. Pada lantai 3 dilakukan proses maserasi termodifikasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengerjaan serta pengawasan. Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap yang harus diperiksa untuk menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In Process Control (IPC). IPC dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi. Untuk sediaan solid IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian, kode penandaan, bobot, kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur. Untuk sediaan liquid, IPC yang dilakukan meliputi: pemerian, berat jenis, dan ph. Untuk sediaan steril, IPC yang dilakukan umumnya meliputi pemerian, berat jenis, ph dan inspeksi visual. Untuk ekstrak, saat proses ekstraksi berlangsung, dilihat apakah dalam periode waktu yang telah ditentukan, % bricks yang diharapkan sudah sesuai. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji oleh bagian Quality Control. Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat, maka produk tersebut dapat di-release ke pasaran.

102 Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu (Quality Control) merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Departemen QC PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki dua laboratorium yaitu laboratorium kimiainstrumen (chemical - instrument laboratory) yang terpisahkan dengan pintu penghubung, dan laboratorium mikrobiologi (microbiology laboratory). Laboratorium kimia biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku yang baru datang dari pemasok atau reanalisa bahan baku, pemeriksaan kualitas air murni, dan pemeriksaan kualitas air limbah. Bahan baku yang baru datang akan diperiksa oleh analis bahan baku, sedangkan bahan pengemas akan diperiksa oleh analis bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas tersebut harus disertai Lembar Penerimaan Barang (LPB) dari gudang (Warehouse) dan sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA) ataupun Material Safety Data Sheet (MSDS) dari pemasok. Pengujian bahan awal ini meliputi identifikasi dan parameter-parameter lain yang tercantum dalam spesifikasi. Reanalisa dilakukan untuk memeriksa bahan baku apakah bahan baku tersebut masih dapat digunakan atau tidak untuk proses produksi. Di laboratorium instrumen terdapat alat- alat yang dibutuhkan untuk analisa kuantitatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi. Selain itu, di lab ini juga dilakukan pengujian terhadap metode untuk validasi metode analisa. Instrumen yang ada di lab QC selalu dikalibrasi secara rutin dan berkala, seperti kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Jadwal kalibrasi tersebut dibuat oleh Quality Support Section Head. Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk memeriksa adanya kontaminasi mikroorganisme baik pada bahan baku, bahan pengemas, maupun produk setengah jadi serta juga melakukan pemeriksaan mikroba pada ruang produksi. Pengujian di QC dilakukan oleh analis, diperiksa oleh section head, dan diputuskan hasilnya memenuhi persyaratan atau tidak oleh QC Dept Head. Hasil pengujian tersebut dilaporkan dalam bentuk sertifikat analisa. Jika dari pengujian diperoleh hasil yang menyimpang dari persyaratan, maka dibuat form penanganan

103 93 hasil uji di luar spesifikasi (Out of Spesification). Pada penanganan OOS, terlebih dulu dilakukan pengecekan pada laboratorium QC. Jika tidak terdapat kesalahan laboratorium maka perlu investigasi lebih lanjut oleh QA untuk mengetahui penyebab sebenarnya. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk menilai apakah seluruh aspek di suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan CPOB, Quality Manual, dan persyaratan lainnya serta merekomendasikan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Inspeksi diri merupakan suatu bentuk evaluasi internal, yaitu bagian dari suatu perusahaan mengevaluasi bagian lain di perusahaan tersebut. Di SOHO Group, pelaksanaan inspeksi diri merupakan tanggung jawab dari bagian Quality Operation, khususnya Quality Monitoring Section sebagai bagian yang menyiapkan dan merevisi SOP, memberikan pelatihan SOP, serta menyusun dan mengirimkan jadwal diri tahunan kepada pihak terkait. Inspeksi diri melibatkan auditor sebagai pihak yang mengaudit serta auditee yaitu pihak yang diaudit. Personel yang tergabung dalam tim auditor harus dipastikan telah memperoleh pelatihan yang cukup atau sudah memperoleh pengetahuan mengenai ketentuan CPOB dan ISO/IEC 17025:2005. Tim auditor terdiri dari seorang koordinator (yaitu QA Department Head), Lead Auditor (orang yang ditunjuk oleh koordinator audit), serta beberapa orang auditor (termasuk QM Sec Head / Quality System Executive, Department Head yang ditunjuk, serta orang lain yang ditunjuk untuk melakukan audit). Hal yang diinspeksi dalam inspeksi diri adalah segala aspek yang terdapat dalam suatu departemen, yaitu karyawan (Catatan Pelatihan, dll), bangunan dan peralatan (termasuk fasilitas dan sistem penunjang), penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi, produksi dan pengemasan, laboratorium, dokumentasi (termasuk Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur Kerja), dan house keeping (kebersihan peralatan, lingkungan, ruangan, dll), Adapun daerah yang diinspeksi meliputi semua area Produksi, Quality Assurance dan Quality Control (Laboratorium Kimia, Laboratorium

104 94 Mikrobiologi, Ruang Sampling, dan Ruang Pertinggal), R&D (Laboratorium Kimia dan Area Grey), Engineering (Utilities, Gudang, Bengkel, dll), Tempat penyimpanan dokumen, dan Gudang (Packaging & Raw Material, Finished Product, WIP, Karantina, dan Rejected Area). Sementara itu, audit mutu yang dilakukan oleh PT. SOHO Group ke pihak luar adalah audit mutu ke Toll Manufacturer, Laboratorium Eksternal dan Distributor, sehigga audit yang dilakukan disebut dengan Audit Eksternal. Bagian yang bertanggung jawab atas terlaksananya Audit Eksternal adalah Quality Monitoring Section. Tujuan dilaksanakannya audit eksternal adalah untuk meyakinkan bahwa perusahaan yang menerima Toll Manufacturer dan Analisa Bahan Baku atau produk dari PT. SOHO Group telah memenuhi persyaratan GMP maupun GLP, melakukan penilaian terhadap distributor telah memenuhi persyaratan GDP, serta melakukan penlaian terhadap penyimpangan selama proses produksi, analisa, dan distribusi, sehingga produk yang didistribusikan masih memenuhi persyaratan ke konsumen. Audit dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali atau lebih bila dibutuhkan. Audit juga dilakukan untuk menentukan toll manufacturer, laboratorium eksternal baru, pabrik baru, serta lokasi pabrik baru. Penilaian yang dilakukan pada audit eksternal adalah menggunakan checklist pada nilai (skala 1-4) yang sesuai dengan kondisi aktual. Nilai akhir yang didapatkan menjadi acuan tindakan yang akan dilakukan pada objek audit tersebut. 4 9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk Kembalian Suatu industri farmasi harus memiliki sebuah sistem untuk mengakomodasi penangangan suatu produk yang telah dipasarkan namun dirasakan (serta telah dibuktikan) tidak memenuhi persyaratan. Keluhan merupkana suatu bentuk komunikasi yang diterima oleh perusahaan mengenai perbedaan kualitas produk yang telah diterima oleh konsumen. Cakupan perbedaan tesebut adalah identitas, keamanan, kemurnian dan efikasi dari produk. Prosedur yang ada tidak dapat digunakan untuk menangani masalah terkait pemasaran (harga dan stok) serta pharmacovigilance.

105 95 Di PT. SOHO Group, keluhan ditangani oleh bagian Quality Monitoring Section. Bagian ini akan menerima laporan keluhan konsumen dari Clinical Trial Monitoring. Bagian QMS kemudian akan melakukan investigasi terhadap keluhan tersebut menggunakan formulir investigasi. Investigasi tersebut dimulai dengan mempelajari kasus keluhan sebelumnya pada produk yang sama. Setelah itu, Quality Monitoring Section Head (QMSH) melakukan investigasi dengan mengevaluasi catatan batch record product. Jika perlu, QMSH akan mengirimkan sampel untuk di uji oleh QC. Hasil investigasi keluhan menjadi acuan apakah sebuah keluhan dapat diterima (justified) atau tidak (not justified). Sebuah keluhan akan diterima apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal sama-sama tidak memenuhi persyaratan. Keluhan tidak akan diterima apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal keduanya memiliki hasil yang memenuhi syarat, dan apabila sampel keluhan tidak memenuhi syarat namun contoh pertinggal memenuhi syarat. Pada keluhan yang dinyatakan tidak diterima, QO dapat mengemukakan pendapat dan sanggahan Suatu keluhan yang dinyatakan justified (dapat diterima), QA Department Head kemudian melakukan investigasi terhadap produk yang sama namun dengan batch yang berbeda. Berdasarkan hasil investigasi dan tanggapan dari berbagai departemen, dilakukan penilaian risiko akhir untuk menetapkan tindakan lanjutan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan penarikan produk. Penarikan produk merupakan suatu tindakan dari sebuah perusahaan untuk mengambil kembali seluruh batch atau produk yang telah beredar di pasaran atas pertimbangan keamanan. Di PT. SOHO Group, penarikan produk merupakan tanggung jawab dari bagian Quality Monitoring Section. Penarikan produk dapat terjadi jika terdapat risiko dengan kategori kritis pada sebuah batch atau produk. Produk kembalian merupakan obat jadi yang telah beredar yang kemudian dikembalikan ke perusahaan karena terdapat keluhan mengenai produk tersebut seperti kerusakan kemasan ataupun mendekati daluwarsa. Di PT. SOHO Group, produk yang dapat dikembalikan adalah produk yang masa daluarsanya +/- 3 bulan. Produk yang dikembalikan, oleh distributor akan diserahkan kembali ke bagian Warehouse obat jadi PT. SOHO Group untuk selanjutnya dimusnahkan.

106 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola dokumen yang terdapat di PT. SOHO Group, yaitu Validation and Documentation Department (VDD) yang dikepalai oleh seorang apoteker. VDD merupakan departemen yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menjaga dokumen. VDD merupakan pusat segala dokumen, VDD menyimpan master batch record, semua SOP, mendata semua nomor surat yang keluar PT. SOHO Group, dan lainlain. Review terhadap SOP (Standard ofprocedure) di lakukan dilakukan setiap 3 tahun. Dokumen disimpan dengan sistem inventarisasi yang memudahkan pengawasan dan penelusuran dokumen. Selain dokumentasi secara manual, dokumentasi juga dilakukan dengan mengunakan sistem IFS (Information Finance System). Setiap dokumen yang berkontribusi terhadap produk perlu dilakukan pencatatan sesuai : a. Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal ini bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan; b. Tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti; c. Kata-kata tidak menimbulkan arti ganda, langsung pada tujuan; d. Tidak boleh ada huruf yang bertumpuk; e. Semua entries/bagian dokumen yang perlu ditulis tangan dilengkapi, tidak boleh ada bagian yang kosong. Bagian yang kosong dicoret menyilang sepertihuruf Z dan diberi paraf dan tanggal pengisian dokumen; f. Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A; g. Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat disamping data yang salah;

107 97 h. Setiap dokumen yang memerlukan perubahan harus disertai dengan change request berupa Laporan Usulan Perubahan (LUP) Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak PT. ETHICA Industri Farmasi memproduksi produk- produk antibiotik,multivitamin, herbal, dan lain-lain, baik dalam bentuk solid (tablet dan kapsul), maupun injelksi liquid (dalam ampul dan vial). Produk tersebut berasal dari pengembangan produk yang dilakukan sendiri atau berdasarkan lisensi dari perusahaan lain. Beberapa produk unggulan dari PT. ETHICA Industri Farmasi antara lain Pitogin, Cloracef, Neurophil 5000, Digezym, dan Fatica. PT. ETHICA Industri Farmasi juga menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing dengan melakukan produksi toll in dan toll out. Produksi toll in berarti pembuatan produk perusahaan lain di PT. ETHICA Industri Farmasi, sedangkan toll out berarti pembuatan produk PT. ETHICA Industri Farmasi di perusahaan lain. Kerjasama ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan kapasitas produksi dan keterbatasan sumber daya serta proses analisis yang harus dilakukan karena keterbatasan fasilitas atau peralatan. Sebelum pengujian, dilaksanakan audit terlebih dahulu terhadap penerapan CPOB perusahaan penerima kontrak. Produk PT. ETHICA Industri Farmasi yang diproduksi oleh perusahaan lainberdasarkan kontrak (toll out), antara lain produk-produk solid non cephalosporin seperti Fatica dan Digezym, sedangkan produk toll in dari PT. ETHICA Industri Farmasi antara lain Caltum, Soclor dan Sohobal. Perusahaan farmasi lain yang menjalin kerjasama dengan PT. ETHICA Industri Farmasi antara lain PT. Bernofarm, PT. Dankos Farma, PT Fahrenheit, dan PT. Phapros Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi yang dilakukan PT. ETHICA Industri Farmasi meliputi kualifikasi peralatan, kualifikasi bangunan dan fasilitas, kualifikasi infrastruktur, validasi proses produksi, validasi cara pembersihan, validasi metode analisa, serta verifikasi peralatan daninfrastruktur. Aktifitas kualifikasi dan validasi dilakukan oleh suatu departemen yaitu Validation and Documentation Department (VDD). Tahap-tahap dalam melakukan kualifikasi adalah Design

108 98 Qualification (DQ), Installation Qualification (IQ) of equipment/utility system, Operational Qualification (OQ) of equipment/utility system, dan Performance Qualification (PQ) of equipment/utility system, setelah itu diperiksa outputnya dan dinilai apakah memenuhi standar penerimaan yang telah ditetapkan. Validasi yang dilakukan adalah validasi proses, validasi proses aseptis dan validasi pembersihan. Secara umum cara melakukan validasi proses di industri farmasi Soho adalah dengan melakukan simulasi pada parameter-parameter produksi dan dikerjakan oleh tenaga yang telah mendapatkan training mengenai validasi. Berikut adalah tahapan pengerjaannya : a. Melakukan penimbangan bahan baku b. Proses mixing ( dilakukan pengambilan sampel > 3 titik ) c. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat deviasi d. Dilakukan penilaian misalnya untuk tablet waktu hancur, keregasan. e. Data hasil uji dibandingkan lalu di review dan di analisa f. Hasil analisa dituang dalam suatu laporan yang terdiri dari kesimpulan dan saran Validasi proses aseptis yaitu validasi terhadap sediaan steril yang proses produksinya dilakukan secara aseptis (proses sterilisasi dilakukan sebelum sediaan dikemas dalam kemasan primer). Cleaning Validation menjadi hal penting untuk menjamin bahwa produk tidak terkontaminasi dengan pencemar maupun terjadi mix up atau ketercampuran dengan produk lain yang menggunakan alat, wadah, mesin, ruangan yang sama. Departemen VDD PT. SOHO Group telah menetapkan suatu kebijakan mengenai urutan pembersihan produk berdasarkan toksisitas, kelarutan dalam air, dan tingkat kesulitan dalam pembersihan, dengan rumus : Risk Rating = Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk rating maka produk tersebut menjadi produk marker.

109 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. PT. ETHICA Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan baik dan teratur. b. Seorang apoteker di industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Semua bagian dalam struktur organisasi PT. ETHICA Industri Farmasi telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai pedoman CPOB sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. 5.2 Saran a. Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB. b. Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik. 99

110 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan. Menteri Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PT. SOHO Group. (2012) Orientation Program PT. SOHO Group Value For Health. Jakarta: PT. SOHO Group. 100

111 101 LAMPIRAN

112 102 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. SOHO Group Lampiran 2. Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group

113 103 Lampiran 3. Struktur Organisasi Quality Operation Division dan Departemennya Keterangan: Struktur Organisasi Quality Operation Division Keterangan: Struktur Organisasi Quality Assurance Department Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk SOHO

114 104 Lampiran 3. (lanjutan) Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk ETHICA

115 105 Lampiran 4. Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya Keterangan: Struktur Organisasi Production Division Keterangan: Struktur Organisasi Sterille, Cephalosphorin & Extract Production Department

116 106 Lampiran 4. (lanjutan) Keterangan: Struktur Organisasi Non-Sterile Production Department

117 107 Keterangan: Struktur Organisasi Production Process Excellence Departement dan Production Quality Compliance Departement Lampiran 5. Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya Keterangan : Struktur Organisasi Supply Chain Division Supply Planning Dept. Head Supply Planning Sub Dept. Head Product Supply Management Sub Dept. Head Supply Planning A dm inistrator Production Planning Sec. Head Contract Manufacture Sec. Head Production Planning Specialist Product Supply Management Executive Production Planning Executive Contract Manufacture Execut ive Keterangan : Struktur Organisasi Supply Planning Department Keterangan : Struktur Organisasi Material Procurement Department

118 108 Lampiran 5. (lanjutan) Keterangan : Struktur Organisasi Inbound Logistic Department Keterangan : Struktur Organisasi Import Clearance Department

119 109 Lampiran 6. Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya Keterangan: Struktur Organisasi Technical Division Keterangan: Struktur Organisasi Continues Improvement Departement Keterangan: Struktur Organisasi Health Safety And Environment (HSE) Departement

120 110 Lampiran 6. (lanjutan) Keterangan: Struktur Organisasi Engineering Department

121 111 Lampiran 6. (lanjutan) Keterangan: Struktur Organisasi Civil Engineering & Project Control Departement Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department

122 112 Lampiran 7. Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement

123 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 7 JANUARI FEBRUARI 2013 VALIDASI METODE ANALISA CO-ENZYM Q-10 DI PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI HERLINA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011) PERIODE XXXVII OLEH: NEHRU WIBOWO, S. Farm. NPM: 2448711103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 16 JANUARI 09 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO JL. PULOGADUNG NO. 6 KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA (3OKTOBER 25NOVEMBER2011)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO JL. PULOGADUNG NO. 6 KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA (3OKTOBER 25NOVEMBER2011) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO JL. PULOGADUNG NO. 6 KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA (3OKTOBER 25NOVEMBER2011) PERIODE XXXVII OLEH: YOKO INDRAWAN, S. Farm. NPM: 2448711118 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

BAB 1 MANAJEMEN MUTU Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 BAB 1 MANAJEMEN MUTU PRINSIP Industri obat tradisional harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 5 SEPTEMBER 28 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.393, 2011 BADAN POM. Obat Tradisional. Pembuatan. Persyaratan Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG Jl. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 16 JANUARI 9 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1 Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisioanl Yang Baik (CPOTB) PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK 7 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm.

Lebih terperinci

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017 MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017 RANCANGAN 28 SEPTEMBER 2017 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEMMY KURNIAWAN, S.Farm. 2448715124

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (07 SEPTEMBER 2015 13 OKTOBER 2015) PERIODE XLV Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (18 APRIL 2016 27 MEI 2016) PERIODE XLVI DISUSUN OLEH: DANIEL ADIARTHA S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL 2017 31 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: GRACIA GRISELDA, S.Farm NPM. 2448716031 PROGRAM

Lebih terperinci