TERMITE CONTROL / PENGENDALIAN RAYAP DI PERPUSTAKAAN: STUDI ACTION RESEARCH PADA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERMITE CONTROL / PENGENDALIAN RAYAP DI PERPUSTAKAAN: STUDI ACTION RESEARCH PADA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN"

Transkripsi

1 TERMITE CONTROL / PENGENDALIAN RAYAP DI PERPUSTAKAAN: STUDI ACTION RESEARCH PADA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN Amma Naningrum Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Jalan Jend. A. Yani - Pabelan, Kartasura, Po Box 295 Surakarta Jawa tengah, Indonesia Abstrak Ratusan rayap telah menyerang bangunan, rak buku dan koleksi Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok Riau. Akibatnya menimbulkan kerusakan gedung, rak buku dan koleksi perpustakaan dimana material tersebut mengandung bahan selulosa yang merupakan makanan utama bagi rayap. Sebuah metode diperlukan untuk mengendalikan, memberantas gangguan ini, sehingga gangguan rayap dapat diselesaikankan. Kegiatan ini dikenal sebagai kegitan termite control atau pengendalian rayap. Penelitian ini menggunakan metode Action Research atau penelitian tindakan, yaitu menggunakan metode penelitian tindakan yang mengadopsi model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Metode ini meliputi tiga tahapan yaitu: perencanaan; Actuating dan refleksi; serta evaluasi. Kegiatan termite control ini dilakukan secara intensif dari bulan November 2008, sampai Februari 2010, dengan Chemical Barrier System dan Termite Baiting System. Kemudian kegiatan dilanjutkan setiap tahunnya secara berkesinambungan sampai Oktober 2013 dengan hanya menerapkan Chemical Barrier System. Berdasarkan hasil survei diperoleh hasil bahwa jenis rayap yang menyerang perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan adalah jenis Nasusitermes spp dan Coptotermes spp (Jenis rayap Subterranean). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa teknik Chemical Barrier System dan Termite baiting system optimal dalam penggunaannya. Dan dengan kegiatan termite control atau pengendalian rayap ini serangan rayap dan koloninya bisa diberantas. Kata Kunci: pengendalian rayap, kerusakan, penelitian tindakan Abstract Hundreds of termites have invaded the building, bookcases and library collections, at Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok Riau. As a result, building, bookcases and library collections in which material contain cellulose are damaged. Cellulose is the main food for termites. A method is needed to control and eradicate this nuisance, so that termites can problem can be solved. This activity is known as termite control. This study uses action research adoptedfrom the model developed by Kurt Lewin. This method includes three stages: planning; Actuating and reflection; and evaluation. Termite control is carried out intensively from November 2008 until February 2010, with the Chemical Barrier System and Termite Baiting System. Then followed an annual basis activities until October 2013 to implement the Chemical Barrier System only. The survey resulted that the type of termite which attack Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan library are Nasusitermes spp and Coptotermes spp (type Subterranean termites). The results showed that the activities of engineering Chemical Termite Barrier System and baiting system gives omptimum result. And the activities of termite control termites attack and their colonies can be destroyed. Key Word : termite control, damaged, action research BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan termasuk bangunan dan seluruh isinya adalah rumah kedua bagi pustakawan. Sebagai rumah kedua kami selalu berusaha agar perpustakaan mempunyai kondisi dan suasana yang aman dan nyaman. Aman terhindar dari gangguan yang mungkin muncul dan telah muncul. Nyaman dalam pengertian enak digunakan dan membuat penghuninya senang menggunakannya. Akan sangat menjengkelkan jika perpustakaan dan isinya mendapatkan serangan, seperti serangan rayap. Awalnya kami berpikir bahwa gedung perpustakaan kami terlihat baik-baik saja di luar tetapi kenyataannya keropos didalamnya. Ratusan rayap telah menyerang bangunan perpustakaan, 55

2 rak buku dan koleksi perpustakaan. Hal ini didukung dengan kondisi lingkungan di luar perpustakaan yang mendukung kelangsungan hidup rayap dimana suhu hangat dengan kelembaban yang tinggi (karakteristik dari daerah tropis). Akibatnya menimbulkan kerusakan gedung perpustakaan, rak buku dan koleksi perpustakaan dimana material tersebut mengandung bahan selulosa yang merupakan makanan utama bagi rayap. Fenomena inilah yang terjadi di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau. Jika dibiarkan hal tersebut akan menyebabkan gedung perpustakaan, rak buku dan koleksi perpustakaan rapuh, berjamur, rusak dan tidak dapat digunakan. Akibat yang paling fatal adalah penghuni terancam ketika bangunan runtuh, dan bisa membayangkan jika hal ini sampai terjadi. Kejadian ini memberi arti betapa pentingnya kegiatan pelestarian perpustakaan. Sebuah metode diperlukan untuk mengontrol, memberantas gangguan rayap ini, sehingga gangguan rayap dapat diselesaikankan dan diantisipasi. Kegiatan ini telah dikenal sebagai kegiatan termite control atau pengendalian rayap. Pustakawan sebaiknya tahu bagaimana mengantisipasi, memberantas rayap yang menjadi gangguan perpustakaan agar perpustakaan mempunyai kondisi dan suasana yang aman dan nyaman seperti yang terjadi di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau. Penulis juga berharap dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan jika perpustakaan memiliki serangan rayap tanpa menimbulkan kerusakan bangunan, mengganggu pengguna, dan kegiatannya ramah lingkungan. Penulis berharap bahwa secara nyata dapat membantu menambah pengetahuan praktek pustakawan dan mitra mereka. Sehingga harapannya akan membuat perpustakaan menjadi aman dan nyaman bagi pengelola dan penggunanya Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah yaitu: Jenis rayap apa yang menyerang Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau dan Bagaimana cara mengendalikan dan memberantas rayap yang menjadi gangguan perpustakaan tersebut Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis rayap yang menyerang Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau 2. Untuk mengendalikan dan memberantas rayap yang menjadi gangguan di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum membahas tentang termite control atau pengendalian rayap, penulis akan memaparkan terlebih dahulu mengenai rayap. Tujuannya dapat membantu pustakawan mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis rayap yang menyerang Serangga Rayap dalam biologi adalah hewan yang merupakan salah satu jenis dari Isoptero dari kelas Antropoda. Ada lebih dari jenis rayap di dunia dan kebanyakan hidup di daerah tropis, seperti yang dikatakan AS Hornby yang mengatakan rayap adalah serangga yang hidup dalam kelompok yang terorganisir, terutama di negara panas. Rayap melakukan banyak kerusakan dengan cara memakan kayu pohon dan bangunan. (Hornby, 2005:1583) Hal ini juga dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dimana: rayap merupakan serangga (seperti semut) putih, mengepung, memakan dan merusak kayu Anai-Anai (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 935) Menurut Rudy C Tarumingkeng rayap perusak digolongkan dalam lima jenis, berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, yaitu sebagai berikut: 1. Rayap kayu adalah jenis rayap yang menyerang pohon. Rayap kayu tinggal di sarang dan tidak terhubung dengan tanah. Contoh rayap ini adalah Neotermes Tectonae (Keluarga Kalotermitidae) yang merupakan hama dari kayu jati 2. Rayap Kayu hujan, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang di kayu dan tidak terhubung dengan tanah. Contoh jenis inilah Glyptotermes genus atau Glyptotermes spp (Keluarga Kalotermitidae) 3. Rayap kayu kering sebagai Cryptotermes spp (Keluarga Kalotermitidae) hidup dalam kayu mati yang kering dan tidak berhubungan dengan tanah. Hama ini umumnya mendapat di rumah dan mebel, seperti meja, kursi, rak buku, dan sebagainya. Tanda serangan mereka adalah adanya ekskremen atau butiran kecoklatan kecil 56

3 yang jatuh di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. 4. Rayap Subterranean umumnya tinggal di tanah yang mengandung banyak bahan kayu mati atau membusuk. Coptotermes genus (Coptotermes spp) dan Schedo Rhinotermes adalah jenis rayap bawah tanah yang sering merusak. Jenis ini bisa hidup meskipun sarangnya tidak terhubung dengan tanah, tapi kadang-kadang menerima lembab, misalnya, tetesan air dari atap bangunan yang bocor. 5. Rayap tanah di Indonesia adalah jenis family Termitidae. Mereka tinggal di tanah sarang, terutama dekat bahan organik yang mengandung selulosa, seperti kayu, jeroan dan humus. Macrotermes spp (terutama m.gilvus), odontotermes spp dan Microtermes cadangan Termitidae jenis-jenis rayap yang paling umum menyerang bangunan. Namun, habitat rayap yang paling disukai adalah bagian dari konstruksi. Rayap ini memakan targetnya hingga 200 meter dari sarang mereka. Bahkan mereka bisa menembus dinding yang tebalnya beberapa cm dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya untuk mencapai target mereka. Rayap memiliki tiga fase hidup yaitu: telur, sebelum dewasa dan tahap dewasa. Ada tiga jenis utama dari anggota koloni dewasa: reproduksi, pekerja dan prajurit. Rayap selalu hidup teratur dan terorganisir. Salah satu karakteristik mereka adalah menyembunyikan diri mereka sendiri. Selulosa adalah makanan rayap: buku, kertas, perabotan, dan kayu bangunan tetapi habitat rayap yang paling mirip adalah bagian dari konstruksi. Selain itu, rayap adalah hewan perusak yang paling berbahaya bagi keberadaan koleksi dan gedung perpustakaan. Rayap kerusakan dan menyelesaikan makanan mereka dalam waktu singkat. Menurut Tarumingkeng (2008) rayap mencapai sasaran serangan mereka karena berbagai hal, yaitu: a. Benda itu langsung berhubungan dengan tanah b. Rayap membangun pipa perlindungan (berlindung tabung) dari tanah ke objek serangan. c. Melalui celah kecil, retak (minimal 0, 4 mm) contoh: fondasi bangunan dan dinding. d. Menembus objek hambatan (plastik dan logam tipis) 2.2. Termite Control atau Pengendalian Serangga Sebuah metode diperlukan untuk mengontrol, untuk mencegah dan memberantas gangguan rayap ini secara aman dan nyaman. Kegiatan ini dikenal sebagai kegiatan termite control. Berbagai metode pengendalian rayap dan umumnya memiliki dua metode pengendalian rayap, yaitu: 1. Metode metode konvensional dengan penyemprotan dan suntikan termitidae atau Chemical Barrier System. 2. Metode eliminasi adalah metode dengan bahan aktif Hexaflumuron atau disebut Termite Baiting System. Pengendalian rayap ini dimaksudkan untuk menghilangkan masalah tanpa kerusakan bangunan, mengganggu pengguna, kegiatan dan ramah lingkungan. Prosedur pada Chemical Barrier System dengan penyemprotan dan suntikan Termitidae dengan bahan aktif dalam terowongan rayap di sekitar gedung perpustakaan yang menyerang dan sarang mereka. Berbagai macam teknik telah digunakan dalam Termite Baiting System, salah satu dari mereka yang dikenal sebagai Sentricon. Sentricon sistem yang telah dikembangkan di Amerika Serikat sejak Dimulai dengan penelitian dari University of Florida yang secara entomologi menyimpulkan bahwa bahan aktif hexaflumuron bahan terbaik untuk digunakan dalam Termite Baiting System. Setelah melalui proses penelitian secara mendalam pada tahun 1995 Sentricon Termite Baiting System mulai dipasarkan ke perusahaanperusahaan di Amerika Serikat (salah satu yang terbesar Terminix International USA), dan tumbuh sampai sekarang. Sistem Sentricon Indonesia masuk sejak 2000 dan hingga sekarang terbukti efektif untuk mengatasi rayap paling kejam dari jenis tanah di Indonesia yakni Coptotermes spp. Penulis berharap dengan termite control ini, perpustakaan dapat terhindar dari wabah rayap, khususnya di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau, Indonesia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Action Research atau penelitian tindakan. Menurut Kemmmis (1983) bahwa penelitian tindakan adalah upaya untuk menguji gagasan-gagasan dalam praktik memperbaiki atau mengubah sesuatu dalam rangka untuk menerima dampak yang nyata terhadap situasi. (Zuriah, 2003: 54) 57

4 Penulis menggunakan metode penelitian tindakan yang mengadopsi model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Model ini didasarkan pada konsep subjek penelitian tindakan yang memiliki tiga komponen utama yang menunjukkan langkahlangkah berikut: 1. Perencanaan, tahap perencanaan merupakan kegiatan selama awal kegiatan penelitian 2. Actuating dan Refleksi adalah tahap yang menjelaskan rencana aksi dan observasi. 3. Mengevaluasi adalah perhatian membayar dekat dengan apa yang terjadi setelah tahap refleksi itu diselesaikan kemudian harus disusun oleh sebuah modifikasi yang teraktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan, pengamatan dan lain-lain lagi Objek Penelitian Objek penelitian adalah Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau, dari bulan November 2008 sampai Februari 2010 dengan teknik Chemical Barrier System dan Termite Baiting System. Kemudian kegiatan dilanjutkan setiap tahunnya secara berkesinambungan sampai Oktober 2013 dengan hanya menerapkan teknik Chemical Barrier System. Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau (BPTSTH) berada di Jl. Raya Bangkinang- Kuok KM 9 of Kotak pos 4/BKN Bangkinang Riau Indonesia. Perpustakaan dengan luas sekitar 160m2. Perpustakaan ini sebelum tahun 2011 menggunakan nama Perpustakaan Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat (BPHPS) sesuai dengan nama balai, tetapi kemudian berganti nama menjadi yang sekarang yaitu Perpustakaan Balai penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan. BAB IV ANALISIS Kegiatan pengendalian rayap ini dilakukan oleh penulis, pegawai Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan dan pegawai Terminix Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini adalah mencegah, mengobati dan mensterilkan perpustakaan dari serangan rayap. Analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dilakukan untuk mengaudit kondisi perpustakaan dan lingkungannya serta kesediaan anggaran. Selanjutnya melakukan tiga tahapan proses pengendalian rayap di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, yaitu: 4.1. Perencanaan Pada tahap ini, kita harus memperhatikan pertanyaan tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, apa, mengapa, siapa, di mana dan bagaimana melakukan kegiatan. a. Apa yang akan dilakukan: untuk menghilangkan masalah rayap di perpustakaan (gedung, rak dan koleksi buku) b. Mengapa: mengenai pemberantasan adalah termite control tanpa merusak bangunan, mengganggu pengguna, kegiatan dan ramah lingkungan. c. Siapa: yang terlibat dalam kegiatan ini adalah staf di Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, yaitu: penulis sebagai pustakawan, Cakra Dewiza yang kemudian diganti Ratih Kusuma dan Shinta Pangesthi sebagai staf honorer perpustakaan, Kasubag TU, pegawai tata usaha, pegawai dari Perusahaan Pengendalian Rayap (Terminix Indonesia). d. Mana: tempat di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau, Jl. Raya Bangkinang-Kuok KM 9 dari kotak pos 4/ BKN Bangkinang Riau Indonesia. e. Bagaimana: Melalui tiga tahap proses pengendalian rayap di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Actuating dan Refleksi Ada tiga tahap dalam tahap actuating dan refleksi, mereka adalah: a. Kegiatan Pra-Termite Control 1) Fase pertama dalam refleksi actuating dan pra-kegiatan termite control. Kegiatan dalam tahap ini adalah: Survei, pengamatan dan wawancara dengan lembaga lain tentang aktivitas pengendalian rayap 2) Pengamatan dan wawancara dengan perusahaan termite control atau pengendalian rayap 3) Membuat proposal kegiatan termite control atau pengendalian rayap 4) Mengenalkan dan mengajukan proposal kegiatan termite control ke Kasubag TU dan Kepala Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan b. Kegiatan Pengendalian Rayap Setelah atasan mensepakati usulan atau proposal kegiatan pengendalian rayap maka 58

5 kegiatan ini siap untuk dilakukan. Langkah selanjutnya adalah melakukan survei terhadap serangan rayap untuk menentukan jenis yang menyerang dan menentukan solusi untuk mengendalikan. Kegiatan ini telah dilaksanakan oleh Terminix International Indonesia sebagai perusahaan pengendalian payap yang telah dipilih untuk mengatasi gangguan rayap. Hasil survei yang dilakukan pihak Terminix di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan, Kuok Riau (BPHPS) menghasilkan data sebagai berikut: Identifikasi Rayap Identifikasi Sarang Identifikasi jalur masuk Nasusitermes spp dan Coptotermes spp (Subterranean Termite) Didalam permukaan tanah di sekitar Perpustakaan dan di dalam fondasi bangunan serta rak buku Dinding Perpustakaan Identifikasi Penyebab Terdapat selulosa yang menjadi sumber makanan rayap 2. Termite Baiting System Prosedur Termite Baiting System adalah sebagai berikut: a) Instalasi Semua lokasi sistem Termite Baiting System ditutupi dalam In-Ground Station. Stasiun umpan dikubur di dalam tanah di sekitar gedung atau bangunan perpustakaan setiap 6 meter. Stasiun umpan berisi kayu umpan untuk memancing rayap yang sedang mencari makanan. Selanjutnya, Above-Ground Station, stasiun umpan yang dipasang secara langsung ke bangunan yang diserang. Stasiun umpan langsung berisi rayap memiliki bentuk jaringan yang disukai oleh rayap. Gambar 4.1. In Ground Station Tabel 4.1. Data hasil survei jenis rayap yang menyerang Perpustakaan BPHPS Solusi untuk masalah-masalah itu adalah termite control atau pengendalian rayap dengan teknik Chemical Barrier System untuk rayap jenis Nasutermes spp dan teknik Termite Baiting System (Sentricon) untuk jenis rayap Coptotermes spp. Kegiatan ini telah dilakukan pada bulan November 2008 sampai Februari 2010 dengan teknik Chemical Barrier System dan Termite Baiting System. Kemudian kegiatan dilanjutkan setiap tahunnya secara berkesinambungan sampai Oktober 2013 dengan hanya menerapkan teknik Chemical Barrier System. 1. Chemical Barrier System Prosedur pekerjaan dengan sistem penyemprotan dengan bahan kimia aktif imidakloropid dalam tunnels Nasutermes spp yang ditemukan di sekitar perpustakaan dan sarang mereka. Aktivitas penyemprotan telah dilakukan tiga kali selama satu tahun. Sistem yang menggunakan bahan termitida, yaitu: Nama Dagang Option 50 st Nama Bahan Aktif Imidakloropid 50 g/l Konsentrasi ml/ltr Dosis untuk formulasi ltr/m Target Rayap 1 : 80 5 Subterranean T e r m i t e : Nasutitermes spp Tabel 4.2. Bahan dan dosis yang digunakan untuk kegiatan chemical barrier system Gambar 4.2. Above-Ground Station b) Pemantauan atau monitoring Pemantauan atau monitoring rutin dilakukan pada kedua stasiun. Kayu umpan diganti dengan sirkuit II jika ditemukan adanya serangan aktif lain dalam umpan kayu. Pemantauan juga dilakukan pada Above-Ground Station untuk memastikan bahwa umpan telah termakan, dan jumlah umpan cukup untuk pemantauan lebih lanjut. Pada saat pemantauan, inspeksi juga dilakukan pada daerah sekitar stasiun dan daerah-daerah lain yang dirasa penting untuk mengantisipasi adanya serangan rayap baru. c) Elimination atau penghapusan dengan rutin inspeksi dan penggantian jaringan In Ground Station dan Above-Ground Station 2 setiap minggu sampai koloni rayap habis dihapuskan. Hasilnya menunjukkan setelah treatment koloni 59

6 rayap terberantas dan tidak muncul kembali. menggunakan Chemical Barrier System saja seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. BAB V KESIMPULAN d) Pemantauan lanjutan Setelah penghapusan koloni proses ini selesai, pegawai Terminix Indonesia akan tetap memantau Above-Ground Station dan pergantian Sirkuit II pada In Ground Station dengan WMD / kayu umpan kembali. Mereka kembali memeriksa umpan stasiun, gedung dan sekitarnya setiap bulan untuk memposisikan, mendaftar ulang atau mengisi kembali umpan, jika diperlukan. c. Pasca kegiatan Pengendalian rayap Bahan kimia dalam kegiatan termite control ini aman bagi pengguna dan penghuni perpustakaan sehingga aktivitas di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan dapat dilakukan seperti biasa dan kegiatan termite control juga selesai, seperti pepatah lama menyatakan Sekali mendayung dua buah pulau terlampaui. Selain itu, kita hanya melakukan pemantauan perpustakaan dan isinya setelah kegiatan termite control Evaluasi Aktivitas pengamatan telah dilakukan dalam tahap ini dalam kegiatan termite control. Tujuannya untuk mengetahui hasil dari kegiatan termite control. Kegiatan termite control ini dilakukan secara intensif pada bulan November 2008 sampai Februari 2010 dengan teknik Chemical Barrier System dan Termite Baiting System. Kemudian kegiatan dilanjutkan setiap tahunnya secara berkesinambungan sampai Oktober 2013 dengan hanya menerapkan teknik Chemical Barrier System. Hasilnya rayap bersama dengan koloni mereka mati dan tidak terlihat adanya gangguan rayap di perpustakaan dan sekitarnya lagi Saran Untuk mengantisipasi kejadian yang sama Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPHPS) Kuok sebaiknya kedepannya selalu melakukan kegiatan termite control ini secara berkala dan berkesinambungan setiap tahun dengan Berdasarkan hasil penelitian di Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan dapat menyimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan hasil survei diperoleh hasil bahwa jenis rayap yang menyerang perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan adalah jenis Nasusitermes spp dan Coptotermes spp (Jenis rayap Subterranean) 2. Aktivitas termite control atau pengendalian rayap yang telah dilakukan pada Perpustakaan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan adalah menggunakan teknik Chemical Barrier System dan Termite baiting system. Secara teknis Chemical Barrier System dan Termite baiting system aman digunakan tanpa kerusakan bangunan, mengganggu pengguna, kegiatan diperpustakaan dan ramah lingkungan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa teknik Chemical Barrier System dan Termite baiting system optimal dalam penggunaannya, hal itu bisa dilihat dari hasil evaluasi. Dan dengan kegiatan termite control atau pengendalian rayap ini serangan rayap dan koloninya bisa diberantas. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedure Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aqib, Zainal Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Irama Widya, Pg 21 Business Editors Sentricon System: The Only Termite Bait System Now Listed With SBCCI As Stand-Alone Alternative to Liquid Termiticide Treatments. New York: Business Wire. May 29, pg. 1 BusinessWorld Don t let the termites bite. Manila: Business World. Jun 28, pg. 1 Cameron, Stephen L; Whiting, Michael F. Mitochondrial genomic comparisons of the subterranean termites from the Genus Reticulitermes (Insecta: Isoptera: 60

7 Rhinotermitidae). Ottawa: Genome. Feb Vol. 50, Iss. 2; p. 188 (15 pages) Cornel University Library Pest Control. librarypreservation/ mee/management/pestcontrol.html diakses 12 Februari Fumapest Group Termite Control Methods. diakses 17 Juli 2010 Harby, Karla Safe Termite Control. Topeka: Mother Earth News. Mar p. 80 (4 pages) Hornby, A S Oxford Advanced Learner s Dictionary of Current English seventh edition. Oxford: Oxford University Press. Services_1.pdf diakses 12 February 2010 Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. 3. cet.2. Jakarta: Balai Pustaka. Narbuka, Kholid Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Nalencz, Nicole Sentricon: Spring Brings Earth Day, Swarming Termites. New York: Business Wire. Apr 18, pg. 1 Okezone Awas, Rayap Kuasai Rumah. www. style.okezone.com access November 30, Pest and Termite Consultant Surat Penawaran Pengendalian Rayap (Termite Control). Pekan Baru: Terminix International Indonesia PR Newswire What You Should Know About Your Termite Contract; Orkin Offers Termite Education for New and Existing Termite Customers. New York: PR Newswire. Feb 11, p. 1 Stromberg, Meghan Termite tech. Highlands Ranch: Professional Builder. Jul Vol. 68, Iss. 7; p. 63 Sukmadinata, Nana Syaodih Metode Penelitian Pendidikan. Cet.3. Bandung: Rosda Karya. Hal 195 Suszkiw, Jan; Peabody, Erin. Fungal Foam Seeks and Destroys Termites. Washington: Agricultural Research. Sep Vol. 55, Iss. 8; p. 4 (3 pages) Tarumangkeng, Rudy C Biologi dan Pengendalian Rayap Bangunan di Indonesia. diakses 20 Oktober Tarumangkeng, Rudy C Biologi dan Perilaku Rayap. perilaku_rayap.htm diakses 30 November Zuriah, Moh Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia 61

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp.

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp. I M COMPANY PROFILE CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi 17530 Telp. 0822 9975 9082 email: sonyamrullah@gmail.com FUMIGATION PEST CONTROL RODENT

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Titik Kartika Pusat Penelitian Biomaterial RUANG LINGKUP Memberikan pengertian 1. Tentang rayap

Lebih terperinci

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Moh. Wahyu Taufiq/10612028 ( Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) Salah satu serangga yang dapat menjadi hama dan mengganggu serta sangat merugikan bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut Nandika, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI THE IDENTIFICATION OF THE IMPACT AND LEVEL OF TERMITE S ATTACKS ON THE BUILDING IN THE DISTRICT KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh Hadhi Prabowo Syaiful 051203032/ Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: Frieda Sitepu 111201135/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap

Lebih terperinci

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P

Lebih terperinci

Oleh: Tarsoen Waryono **)

Oleh: Tarsoen Waryono **) 1 EKOSISTEM RAYAP DAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN *) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak Bentuk ancaman lingkungan hunian selain rusaknya bangunan akibat serangan rayap, juga dideritanya

Lebih terperinci

Anang Kadarsah ABSTRACT

Anang Kadarsah ABSTRACT BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor 2, Juli 2005, Halaman 17-22 http://bioscientiae.tripod.com STUDI KERAGAMAN RAYAP TANAH DENGAN TEKNIK PENGUMPANAN PADA TUMPUKAN JERAMI PADI DAN AMPAS TEBU DI PERUSAHAAN JAMUR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USE OF LUBRICANT OIL AND INSECTICIDE TO CONTROL TERMITE IN OIL PALM FARM Angga Pramana Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi

Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi Imam Prayogo Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: imam@ce.its.ac.id ABSTRAK Serangan rayap akhir-akhir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Menurut Nandika, dkk (2003) sistematika dari rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Insecta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USE OF LUBRICANT OIL AND INSECTICIDE TO CONTROL TERMITE IN OIL PALM FARM Angga Pramana Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG Shofi Annisa, Retno Hestiningsih, Mochamad Hadi Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) NOVIANTI SRI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City *) **) Thyar Deby Yuhara *), Sri Yuliawati **), Praba Ginandjar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. R a y a p Rayap adalah serangga sosial yang hidup secara berkelompok dan bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU HASIL PENELITIAN OLEH: MEITA ENDASURA 111201152/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI Oleh DWI NURCAHYO A B1J009048 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan dan obat-obatan.namun demikian, hasil hutan yang banyak dikenal penduduk adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya 110 Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya (Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan

Lebih terperinci

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK PENGENDALIAN RAYAP Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI LABORATORIUM SKRIPSI ADE GUNAWAN MANURUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 06 November sampai 28 November 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Kalbe Farma mengenai proses perencanaan produksi dalam menentukan nilai allowance dan mengetahui kapasitas yang

Lebih terperinci

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS MONEV TATA AIR DAS ESTIMASI KOEFISIEN ALIRAN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut TINJAUAN PUSTAKA Ciri Umum dan Kondisi FisikKota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan Ibukota provinsi Riau dengan luas 632,26 km 2. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak anatara 101 14-101 34 bujur Timur

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. Muhammad Sayuthi Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum. Isi bab ini

Lebih terperinci

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan The Study of Chitosan Suspension to Control Termites (Coptotermes curvignathus Holmgren)

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 F. Iklim 2.9. Kondisi Iklim di Provinsi DKI Jakarta Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BENDA BERDASARKAN UKURAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMEDIA LEGO PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BENDA BERDASARKAN UKURAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMEDIA LEGO PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN Kusniawati, Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Benda Berdasarkan Ukuran 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BENDA BERDASARKAN UKURAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMEDIA LEGO PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan setelah krisis moneter. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pemilihan serat bambu (petung) sebagai bahan penelitian dengan. dengan pertumbuhan yang relatif lebih cepat.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pemilihan serat bambu (petung) sebagai bahan penelitian dengan. dengan pertumbuhan yang relatif lebih cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai jenis bambu dengan kualitas yang baik tumbuh subur di berbagai daerah di Indonesia. Serat bambu mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi bahan

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pertemuan ke-15 Materi Perkuliahan : Sistem perawatan dan pemeliharaan bangunan baik pada internal dan eksternal PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENYULUHAN PROGRAM 5T CARA CERDAS PETANI MENGGUNAKAN PESTISIDA GUNA MEMINIMALISASI PENCEMARAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-M Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection

PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection 32 Rismayadi dan Arinana PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection Yudi RISMAYADI 1 dan ARINANA 2 Corresponding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E24100090 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM: IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM: 130 500 048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA

KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA I Wayan Sukania Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta ABSTRAK Tangga penyebrangan jalan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK TALI SERABUT BUAH LONTAR

SIFAT MEKANIK TALI SERABUT BUAH LONTAR Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SIFAT MEKANIK TALI SERABUT BUAH LONTAR ISTI IKMAH *, MUSA DIMYATI, DWI SUKOWATI,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: NICO CHRISTIAN 111201105/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik ataupun sintesis kemudian

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 Disusun : HARI SUPRIYADI NIM : D 200 040 039 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau 1 THE IMPLEMENTATION OF LEARNING METHOD PLANE PROBLEM TO IMPROVE ACTIVITY AND RESULT OF STUDENT LEARNING ON THE SUBJECT SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT IN CLASS XI MIA 2 SMA ISLAM AS-SHOFA PEKANBARU

Lebih terperinci

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Power On Termite Soil Test (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera:

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL PERPADUAN GAMBAR DENGAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GABUS 4 SRAGEN TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai

Lebih terperinci

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa 16 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian A. Materi a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang di peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA (The Diversity of Termites Species in Oil Palm Plantations at PT. Bumi Pratama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan penulis untuk mulai mengadakan penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama satu bulan, mulai

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : SUCI SEKARWATI NIM F15111030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gudang adalah komponen penting yang harus ada di setiap kegiatan industri. Gudang sendiri memiliki fungsi sebagai penyangga antara variabilitas supply dan demand, serta

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun Oleh: ADI PRABOWO D 200 040 049 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

B DI TKITT. Oleh: A53B111036

B DI TKITT. Oleh: A53B111036 PERKEMBANGANN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN KOTAK ANGKA PADAA ANAK KELOMPOK B DI TKITT INSAN HARAPAN NGAWEN KLATEN TAHUN AJARAN 213/214 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Anak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MIND MAP DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN PATEMON GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN METODE MIND MAP DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN PATEMON GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGGUNAAN METODE MIND MAP DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN PATEMON GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Sarifah 1), M. Chamdani 2), Tri Saptuti Susiani 3) FKIP,

Lebih terperinci

Didesain agar nyaman dan tahan lama.

Didesain agar nyaman dan tahan lama. Didesain agar nyaman dan tahan lama. Inter IKEA Systems B.V. 2015 Sebagian besar dari kita menghabiskan banyak waktu di meja, baik saat bekerja di kantor maupun di rumah. Itulah mengapa ruang kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang dikeluarkan oleh negara serta mencatat pengeluaran negara secara detail. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang dikeluarkan oleh negara serta mencatat pengeluaran negara secara detail. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik dan terus mengalami peningkatan, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki pembangunan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II. IKLIM & METEOROLOGI 1 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 1. CUACA & IKLIM Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KUMON DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN 04 KAJAI KOTA PARIAMAN Nendi Fardila Ilahi 1,Niniwati 1, Asrul Taher

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriftif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci