TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERSPEKTIF ABRAHAM HAROLD MASLOW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERSPEKTIF ABRAHAM HAROLD MASLOW"

Transkripsi

1 Al-Ghazwah : Jurnal Fakultas Agama Islam Universitas Yudharta Pasuruan ISSN : E-ISSN (Online) Teori : - Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Volume Sekolah 1, Nomor Dasar 2, September 2017 TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERSPEKTIF ABRAHAM HAROLD MASLOW Anang Sholikhudin dan Uswatun Hasanah anangsholikhudin@yudharta.ac.id Universitas Yudharta Pasuruan Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang teori belajar belajar humanistik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar perspektif Abraham Maslow. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dipergunakan untuk bagaimana seorang guru harus menyikapi agar motivasi siswa meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berjenis kajian pustaka (Library Research), yaitu studi pemikiran Abraham H. Maslow tentang teori belajar humanistik dalam meningkatkan motivasi yang berpusat pada peserta didik (Student Centered). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan cara mencari, memilih, menyajikan dan menganalisis data-data dari literatur atau sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik. Deskriptif yaitu menggambarkan sifat- sifat individu, keadaan, kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan suatu gejala dengan gejala lain dalam ruang lingkup sosial. Sedangkan analitik adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti dengan jalan memilah dan memilih antara suatu pengertian dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai objek. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Teori Humanistik Abraham Maslow adalah teori yang mengemukakan lima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang dijadikan pengertian kunci dalam memahami motivasi manusia. Maslow mengidentifikasi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan diri dan kebutuhan akan perwujudan diri, yang tersusun dalam sebuah hierarki yang terendah dan bersifat biologis sampai tingkat tertinggi dan mengarah pada kemajuan individu (2) Teori Belajar humanistik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Perspektif Abraham Maslow adalah menitikberatkan pada pendekatan ~ 281 ~

2 humanistik, dengan menggunakan "komunikasi antar pribadi" yaitu berpusat pada peserta didik dengan memahami kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan. Seorang guru harus lebih responsif terhadap kebutuhan- kebutuhan yang dibutuhkan peserta didik dalam proses pendidikan. Perasaan gembira, tidak tertekan, nyaman adalah hal yang dinginkan dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatnya keminatan peserta didik untuk belajar. Kata Kunci: Teori Belajar Humanistik Abraham H. Maslow, Motivasi Belajar. A. Pendahuluan Menurut teori humanistik Abraham H. Maslow mengenai (Teori Kebutuhan) tingkat atau hierarki kebutuhan manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku adalah: 1) Kebutuhan fisiologikal physiological needs); 2) Kebutuhan rasa aman (safety needs); 3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs); 4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs); 5) Aktualisasi diri (self actualization). 1 Dalam teorinya tentang motivasi, Maslow mengemukakan ada lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan inilah kemudian dijadikan pengertian kunci dalam memahami motivasi manusia. Maslow mengidentifikasi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar manusia dalam sebuah hierarki yang terendah dan bersifat biologis sampai tingkat tertinggi dan mengarah pada kemajuan individu. 2 Kebutuhan-kebutuhan itu tidak hanya bersifat fisiologis tetapi juga psikologis. Kebutuhan itu merupakan inti kodrat manusia yang tidak dapat dimatikan oleh kebudayaan, hanya ditindas, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar atau tradisi yang keliru. 3 Dalam realita yang ada pada saat ini, mengingat pentingnya belajar, guru selalu menginginkan dan menuntut agar siswa antusias dan sungguhsungguh dalam pembelajaran, namun banyak terjadi guru hanya mengajar tanpa memperhatikan kondisi siswa, tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan siswa yang lebih pokok terlebih dahulu, yang mana kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat menunjang dia lebih termotivasi untuk belajar. Guru menuntut siswa untuk giat belajar, berprestasi dan rajin. 1 Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya. (Jakarta: PT Rineka Cipta). Hlm Henry Clay Lindgren, Psychology In The Classroom, (Modern Asia Edition: Japan, 1972), hlm Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham, terjemahan oleh A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 70. ~ 282 ~

3 Kemudian ketika siswa malas, nilainya rendah dan melakukan pelanggaran, guru seringkali memandang sebelah mata, guru tetap menuntut siswa untuk siswa sungguh-sungguh dalam belajar dan meningkatkan perstasinya. Namun bagaimana bisa keinginan dan harapan guru itu bisa terwujud ketika guru hanya menuntut siswa bersungguh-sungguh dan berprestasi dalam belajar, sedangkan guru tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan siswa yang dapat menunjang siswa untuk lebih termotivasi belajar, karena manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi terlebih dahulu untuk mencapai sesuatu. Hal ini sesuai dengan teori Abraham H. Maslow dengan teori hierarkinya yaitu bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar.yang telah dijelaskan, dapat kita contohkan tentang kebutuahan hierarki tingkat pertama yaitu kebutuhan fisiologis. Dalam menunjang motivasi belajar siswa agar lebih meningkat, maka kebutuhan ini harus terpenuhi terlebih dahulu, contoh tentang makanan, ketika siswa sebelum masuk kelas merasa lapar, maka motivasi terbesar dia adalah makan, bukan belajar. Karena makan merupakan kebutuhan fisiologis yang berada dalam urutan terbawah, sedangkan belajar ternasuk kebutuhan yang ke lima yaitu aktualisasi diri, dimana dalam teori Abraham Maslow yang isinya apabila kebutuhankebutuhan pada suatu tahap tertentu terpenuhi maka kebutuhankebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan lebih kuat. 4 Secara teoritis, teori hirarki kebutuhan Abraham H. Maslow, memiliki implikasi yang sangat sighnifikan dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam teori kebutuhan Abraham H. Maslow, apabila semua hirarki kebutuhan bisa terpenuhi, maka siswa memiliki kehidupan yang seimbang. Ketika siswa memiliki keseimbangan hidup, maka akan munculah motivasi yang selanjutnya. Karena menurut maslow kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang ada di atasnya. 5 Dalam konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan- kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhankebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi, lima kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif (conative needs) yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi. Kebutuhan-kebutuhan ini, yang Maslow 4 Hamalik Oema, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset Bandung, 2009), hlm E. Koeswara, Teori-teori Kpribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991), hlm ~ 283 ~

4 sering kali sebut sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki atau tangga atau dimana anak tangga menggambarkan kebutuhan yang lebih tinggi, tetapi buka merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup (lihat Figur 10.1) kebutuhan-kebutuhan di level rendah mempunyai prapotensi atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan kebutuhankebutuhan di level lebih tinggi, dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan di level lebih rendah ini harus terpenuhi atau cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi bisa aktif. Contohnya, seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan penghargaan atau aktualisasi diri harus terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan akan makanan dan keamanannya. Oleh karena itu, rasa lapar dan keamanan mempunyai prapotensi terhadap penghargaan maupun aktualisasi diri. Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini: berdasarkan prapotensi dari masing-masing: fisiologis (physiological), keamanan (safety), cinta dan keberadaan (love and belongingness ), penghargaan (esteem), dan aktualisasi diri ( self actualization). Dengan Teori Humanistik pada bagian konsep teori hirarki Abraham Maslow, peneliti akan berusaha memecahkan dan memberi solusi kepada siswa dalam menyikapi masalah motivasi belajar siswa di kelas yang saat ini menurun. B. Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh peneliti, adapun teori belajar humanistik Abraham Maslow berdasarkan pada lima dasar tingkatan kebutuhan individu, yang menggunakan teori hierarki kebutuhan yaitu pertama adalah kebutuhan fisiologis, kedua kebutuhan akan keamanan, ketiga Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang, keempat kebtuhan akan harga diri, dan yang terakhir adalah kebutuhan perwujudan diri, yang isinya apabila kebutuhan- kebutuhan pada suatu tahap tertentu terpenuhi maka kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan lebih kuat. 6 Adapun kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs) Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, 6 Ibid. hlm.176. ~ 284 ~

5 pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera kebutuhankebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan mendominasi perilaku manusia. 7 Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan- kebutuhan ini. 8 Bila kita analisis dalam kehidupan nyata, memang benar apabila kebutuhan fisiologis seseorang tidak terpenuhi, maka dia tidak akan bisa hidup normal dan akan terus termotivasi untuk memenuhinya. Seperti contoh ketika kita merasa lapar akan termotivasi untuk makan, kita tidak akan termotivasi untuk memperoleh penghargaan ataupun pujian. Yang kita fikirkan hanyalah bagaimana kita bisa makan. Maka selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka motivasi utama kita yaitu bagaimana cara kita mendapatkan makanan. Kejadian tersebut terjadi dalam realita pada proses pembelajaran, termasuk pada anak sekolah dasar, ketika dalam proses pembelajaran kebutuhan fisiologis seorang siswa belum terpenuhi, proses pembelajaran tersebut motivasi siswa untuk belajar sangatlah lemah atau bahkan tidak ada motivasi untuk belajar. Ketika sebelum pembelajaran di mulai, dia sudah merasa lapar dan tetap mengikuti pembelajaran tanpa makan terlebih dahulu, otomatis ketika proses pembelajaran dia akan termotivasi untuk makan, ketika dalam proses pembelajaran dia termotivasi untuk makan maka bagaimana bisa motivasi untuk belajarnya kuat, sedangkan kebutuhan dasarnya yaitu makan belum terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang paling dasar dan bersifat mendesak, apabila kebutuhan 7 Frank G. Goble, Ibid. hlm J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 14. ~ 285 ~

6 fisiologis saja belom terpenuhi, sulit untuk menggapai kebutuhan motivasi berikutnya, karena belum bisa menghilangkan motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar ini, sehingga motivasi paling dasar ini akan terus mendorong untuk terpenuhi. Siswa yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama- tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi siswa yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan.karena perlu diketahui bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan hirarki yang paling mendasar atau lapisan paling bawah dalam tatanan lapisan piramida lima hirarki tersebut yang mendasar ini. Maka hendaklah seorang guru mampu membaca keadaan siswanya ketika beberapa siswa tidak begitu antusias mengikuti pembelajaran. Bisa jadi dikarenakan kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi. Jika demikian, guru harus berusaha memberi solusi atas pemasalahan tersebut. Ketika siswa tersebut sudah cukup makan, maka motivasi untuk dia makan akan hilang saat itu. Sehingga kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan lebih kuat memotivasi. 2. Kebutuhan akan Keamanan (Need for Self Actualization) Sesuai dengan teori hirarki abraham maslow, apabila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan naik tingkatan pada lapisan kedua yang memotivasi lebih kuat, selanjutnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, terorisme, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan juga keteraturan merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan. Anak-anak akan termotivasi pada kebutuhan rasa aman ini setelah kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Ketika kita analisis dalam kehidupan saat ini, contoh dalam suatu permasalahan yang terjadi ada seorang siswa yang mempunyai permasalahan di sekolahnya, dia mendapat tekanan dari temannya, temannya selalu menarget uang kepadanya, jika dia tidak memberi uang maka diancam akan dipermalukan di depan umum, namun dia tidak bisa selalu memberi temannya itu uang, karena dia juga membutuhkan uang itu untuk jajannya di sekolah, dia selalu menghindar dan sembunyi dari temannya tersebut agar tidak ditarget uang dan dipermalukan. Di dalam kelaspun dia erasa tidak tenang, karena dia selalu kepikiran tentang masalah ini, dia merasa tidak aman satu ~ 286 ~

7 sekolah dengan teman yang suka menargetnya itu Berbeda dengan orang dewasa dalam masyarakat telah diajarkan bagaimana cara menahannya. Jadi sekalipun orang dewasa merasa keselamatannya terancam, mereka tidak akan memperlihatkannya ke luar. Sedangkan pada rana sekolah dasar, siswa bereaksi secara total karena seolah- olah mereka dalam bahaya, ketika kebutuhan akan keselamatan ini belum terpenuhi, dia nampak sedih, murung atau tidak bersemangat, tidak ada yang lebih dia inginkan selain bebas dari ketakutan yang dia rasakan, sehingga kebutuhan-kebutuhan lainya lemah untuk memotivasi, karena kebutuhan ini lebih kuat memotivasi untuk segera terpenuhi. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan keselamatan ini merupakan kebutuhan yang juga sangat penting dipenuhi, diri akan menuntut untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Siswa yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan, yang lebih dia harapkan adalah bagaimana dia bisa merasa tenang bebas dari takut, gelisah, terkekang dari ancaman. Dalam hal ini guru juga harus bisa membaca keadaan siswa, mencari alasan dibalik kesalahanya, mampu memberi solusi dan membimbing siswa untuk mengatasi masalahnya. Tidak hanya melihat dari luar saja tentang kesalahan yang dilakukannya, tetapi memahami alasan dibalik kesalahan siswa tersebut. 3. Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang (Need for Love and Belongingneslpus) Kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis, di lingkungan keluarga maupun kelompok masyarakat. Dalam kehidupan, setelah motivasi akan kebutuhan fosiologis dan kebutuhan rasa aman terpuaskan, maka naik pada kebutuhan selanjutnya yang memotivasi lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan rasa cinta dan memiliki. Setiap manusia membutuhkan akan cinta dan memiliki seperti ingin mempunyai teman, mendapat kehangatan dan kasih sayang dari keluarga, mempunyai pasangan, menjadi bagian dalam suatu kelompok, masyarakat dan negara. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Termasuk juga ~ 287 ~

8 keinginan untuk mendapatkan cinta dan rasa memiliki. Dalam realita yang ada, seorang siswa merasa gurunya tidak pernah memperhatikannya, hanya memperhatikan siswa-siswa yang pintar saja, dia merasa gurunya tidak menyukai dan tidak sayang padanya. Akhirnya setiap pelajaran tersebut siswa tersebut tidak berantusias untuk mengikuti pelajannya. Pada kondisi tersebut, yang lebih kuat dia inginkan adalah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari guru tersebutm dia ingin agar gurunya menyayanginya seperti dia menyayangi teman-temannya yang lain. Kebutuhan ini menentukan kenyamanan saat belajar di kelas. Ketika kebutuhan ini belum terpenuhi. Maka dia akan merasa cemas dan akan terus termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika kebutuhan ini belom terpenuhi, maka siswa tidak bersemangat di dalam kelas dan ingin mengupayakan pemenuhan kebutuhan tersebut dan kebutuhan-kebutuhan lainya tidak akan kuat untuk memotivasi. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan rasa cinta ini merupakan kebutuhan dasar yang juga perlu untuk segera terpenuhi, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka kebutuhan ini akan terus mendorong seseorang untuk segera memenuhinya, sehingga kebutuhan-kebutuhan lain lemah untuk memotivasi, termasuk belajar, bagaimana mungkin keinginan belajarnya kuat jika yang siswa pikirkan di dalam kelas yang lebih kuat adalah memperoleh kasih sayang yang sama dari seorang gurunya. Sebagai seorang guru juga harus mencoba memahami hal ini pada siswa, ketika ada siswa yang murung dan tidak semngat belajar. Maka guru perlu melakukan pendekatan dan memberi motivasi penyemangat dan memberi pengertian agar dia merasa tidak sendirian dan merasa didiskriminasi. Ketika motivasi ini dapat terpuaskan dan bisa naik pada motivasi terhadap kebutuhan selanjutnya. Dan hilanglah motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena sudah terpenuhi. 4. Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem Needs) Setelah kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang terpenuhi, kebutuhan mendasar berikutnya yang muncul adalah kebutuhan akan harga diri (need for self esteem). Kebutuhan ini meliputi dua hal, for self respect or self esteem, and for the esteem of others yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi nama baik, prestise, gengsi, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta apresiasi. ~ 288 ~

9 Bila dianalisis setiap manusia membutuhkan akan harga diri, contoh dalam pembelajaran ketika kebutuhan akan harga diri siswa terpuaskan maka akan maka akan timbul perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa mampu dan merasa berguna. Sehingga akan memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran dan memicu tindakan yang positif. Namun sebaliknya, ketika siswa itu merasa frustasi karena kebutuhan harga dirinya tidak terpuaskan maka akan tibul perasaan minder, tidak percaya diri, canggung, lemah, selalu bergantung, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan merasa rendah diri ketika bergaul. Maka seorang guru juga harus pandai-pandai memahami siswa yang seperti ini dan mencari solusi bagaimana cara supaya siswa tersebut bisa memiliki perasaan harga diri dan dihargai. Dengan mencoba memahami karakter siswa tersebut dan mengatasi permasalahan tersebut yang membuat siswa tidak percaya diri. 5. Kebutuhan Aktualisasi diri Setelah empat kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang itu mampu mewujudkannya memakai (secara maksimal) senluruh bakat. Seseorang yang telah mencapai tahap aktualisasi diri atau orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan memiliki pribadi yang utuh, sehat, seimbang dan matang. Aktualisasi diri ini adalah perkembangan individu yang paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut kemampuannya. Namun perlu digarisbawai bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa kreasi atau karya-karya berdasarkan bakat atau kemampuan khusus. Setiap orang bisa mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan jalan melakukan yang terbaik atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing- masing. Ia termotivasi untukmenjadi dirinya sendiri tanpa pengaruh atau tendensi apapun. Namun bentuk aktualisasi berbeda pada setiap orang karena adanya perbedaan individual. Bila dianalisis pada siswa sekolah dasar, aktualisasi ini memang dibutuhkan oleh siswa, ketikasiswa sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebelumnya maka kebutuhan aktualisasi inilah yang akan muncul untuk memotivasi siswa untuk memenuhinya, sperti yang telah dijelaskan dalam teori Abraham H. Maslow bahwa ketika seorang siswa mencapai motivasi aktualisasi diri ini maka dia akan mengaktualisasikan dirinya sengan jalan melakukan yang terbaiksesuai dengan bidangnya atau ~ 289 ~

10 profesinya, sedangkan saat ini profesinya adalah seorang pelajar maka dia akan belajar dengan sebaik-baiknya. Dapat disimpulkan bahwa ketika keempat hierarki kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan munculah kebutuhan yang paling tinggi ini yang akan mendorong siswa untuk mengaktualisasikan dirinya yakni menjadi siswa yang berkeinginan untuk menjadi yang terbaik sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan profesinya saat ini. Ketika sudah sampai pada tahap kebutuhan tertinggi ini, maka terwujudlah harapan dari penelitian ini yaitu meningkatnya motivasi belajar pada siswa, karena keempat kebutuhan sebelum kebutuhan aktualisasi diri ini sudah terpenuhi, sehingga tidak mendorong siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dan kebutuhan yang paling atas dalam hierarkikebutuhan yaitu aktualisasi dirilah yang akan mendorong paling kuat. C. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Teori Belajar Humanistik Abraham H. MASLOW Penggunaan teori ini dalam dunia pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajarnya. Lembaga sekolah dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan menggunakan teori kebutuhan hierarki. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, berikut ini saran untuk peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan siswa : 1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs) Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat mendasar dari beberapa tingkatan kebutuhan dasar manusia. Jadi ketika ingin mencapai tingkatan selanjutnya harus terlebih dahulu memenuhi atau memuaskan kebutuhan ini. Sudah terlihat dalam realita yang ada bahwa kebutuhan ini sangatlah penting untuk segera dipenuhi, seperti suatu masalah yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya yaitu tentang makanan, ketika sebelum masuk kelas seorang siswa belum sarapan, dan akibatnya ketika di dalam kelas dia merasa lapar dan tidak fokus belajar, dalam benaknya tidak ada yang paling dia inginkan selain makan. Fenomena tersebut, dapat digambarkan, bagaimana mana mungkin dia bisa termotivasi untuk belajar, sedangkan motivasi kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi, selagi motivasi ini belum terpenuhi, maka dia akan termotivasi oleh Melihat makanan dengan terus berfikir dan berkeinginan bagaimana dia bisa segera memenuhinya. ~ 290 ~

11 Jika sudah seperti ini mana mungkin dia akan termotivasi untuk belajar sedangkan motivasi untuk dia makan yang merupakan kebutuhan dasar manusia pada tingkatan yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis, hal ini mengacu pada penjelasan Abraham H. Maslow dalam teori hierarki manusia tentang kebutuhan fisiologis sebagai berikut: Tidak perlu diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat. Tegasnya ini berarti bahwa pada diri manusia yang selalu kurang dalam kehidupannya, kebutuhan fisiologislah dan bukan yang lain, yang merupakan motivasi terbesar. Seseorang yang kekurangan makanan, keamanan, kasih sayang, penghargaan besar kemungkinan akan lebih banyak membutuhkan makanan dari yang lainnya. 9 Dalam teori tesebut dapat dipahami bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat pokok dan yang paling kuat dari kebutuhan yang lain. Ketika di kelas kebutuhan fisiologis tersebut belum terpenuhi, maka sangat kecil kemungkianan untuk memunculkan motivasi pada jenjang yang lebih tinggi, ketika kebutuhan fisiologinya belum terpenuhi, maka sangatlah kecil keinginan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu keamanan, kasih sayang, penghargaan, ataupun perwujudan diri karena motivasi kebutuhan dasarnya masih mendesaknya untuk segera memenuhinya. Melihat keadaaan seperti ini solusi dalam memenuhi kebutuhan fisiologis ini, lembaga sekolah dapat memberi himbauan kepada orang tua siswa untuk menekankan sarapan di rumah sebelum siswa brangkat sekolah, bisa juga mengadakan agenda sarapan bersama dengan membawa bekal dari rumah ke sekolah, kemudian menyediakan ruangan kelas yang bersih dan indah. 2. Kebutuhan akan Keselamatan (Need for Self Actualization) Dalam proses belajar mengajar, perlu kita tahu bahwa kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan, damai, tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak disangka-sangka, atau berbahaya.. Untuk dapat memotivasi siswa, seorang guru harus memahami apa yang menjadi kebutuhan siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan. Di sekolah dasar biasanya dijumpai adanya geng-geng yang 9 ibid, hlm. 45 ~ 291 ~

12 memberikan tekanan-tekanan kepada siswa di luar gengnya. Jika hal tersebut terjadi di dalam kelas, maka akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan merasa ketakutan untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para anggota geng menguasai kelas. Dalam hal ini, jika masalah ini dibiarkan secara terus menerus, sangat dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan belajar siswa tidak dapat tercapai. Guru harus mampu bersikap tegas pada kasus seperti ini. Dominasi anggota geng di dalam kelas harus diambil alih sepenuhnya oleh guru. Seharusnya guru juga memberi peraturan-peraturan yang tegas untuk menjaga stabilitas kelas. Guru juga wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap gangguan yang mengancam, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Melihat dari fenomena yang ada, maka dirasa sangatlah penting untuk memperhatikan teori Abraham Maslow tentang kebutuhan rasa aman, berikut menurut maslow, berikut kebutuhan akan keselamatan: Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan muncul seperangkat kebutuhan baru, yang kurang lebih dapat kita kategorikan akan kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan pada pelindung, dan sebagainya 10 Dalam teori tersebut dijelaskan, ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka naik pada tingkatan kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi yang lebih kuat mendorong, yaitu kebutuhan akan keselamatan, maksudnya yaitu seseorang membutuhkan ketenangan, rasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar dalam diri manusia. Termasuk juga pada anak-anak, seprti yang kita fokuskan saat ini yaitu pada anak sekolah dasar. Seperti yang sudah dijelaskan dalam analisis pembahasan tentang kebutuhan akan keselamatan sebelumnya, ketika kebutuhan ini belum terpenuhi maka tidak ada yang lebih siswa inginkan selain memenuhi kebutuhan tersebut, di dalam kelas dia akan termotivasi untuk mencari rasa tenang dan aman, ketika kebutuhan ini mendorong lebih kuat, maka kebutuhan yang diatas tidak akan kuat mendorong, termasuk juga dengan motivasi belajar. Solusinya yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan akan keselamatan atau kebutuhan akan rasa aman tersebut, yaitu dapat dipenuhi, 10 ibid,, hlm. 47. ~ 292 ~

13 melalui: membuat siswa merasa guru sebagai teman agar guru dan siswa memilikikedekatan emosional, sehingga guru mampu memahami kebutuhan siswa yang dapat mendorongnya lebih termotivasi untuk belajar, sikap guru yang menyenangkan, dan tidak semena-mena mengendalikan perilaku siswa di kelas, memberi ketegasan bagi siswa yang melanggar dengan cara yang halus. 3. Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang (Need for Love and Belongingness) Setiap individu menginginkan dirinya bergabung dengan kelompok tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa, dia juga ingin berasosiasi dengan siswa yang lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi. Walaupun banyak guru, memahami adanya kebutuhan tersebut, kadang mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas terutama dalam hal kekeluargaan dan kebersamaan siswa di kelas. Padahal kemungkinan ada sebagian dari mereka yang sulit bergaul atau memulai pembicaraan dengan temannya yang lain karena tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat perhatian sebagaimana temantemannya yang lain sehingga rasa memiliki (sense of belonging) dapat muncul.seharusnya siswa pada level kebutuhan ini diberikan perhatian supaya mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya. Seorang siswa membutukan cinta baik kasih sayang dan kehangatan dari keluarganya, diakui keberadaannya di kelas oleh teman-temannya dan juga dari gurunya. Kebutuhan ini juga menentukan kenyamanan saat belajar di kelas. Ketika kebutuhan ini belom terpenuhi. Maka dia akan merasa cemas dan akan terus termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika kebutuhan ini belom terpenuhi, maka siswa tidak bersemangat di dalam kelas dan ingin mengupayakan pemenuhan kebutuhan tersebut. Sesuai dengan teori Abraham Maslow: Apabila kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan rasa cinta, rasa kasih dan rasa memiliki, dan seluruh daur yang telah digambarkan diulang kembali sengan menempatkan hal-hal tersebut sebagai titik pusat yang baru. Maka kini orang akan sangat merasakan ketiadaan kawan, kekasih, isteri, atau anak. Ia haus akan hubungan yang penuh kasih dengan orang-orang pada umumnya, yakni, haus akan suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya sehingga ia akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini. Ia akan berupaya mendapatkan tempat seperti itu ~ 293 ~

14 11 ibid, hlm. 53 Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar daripada yang lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan melupakan bahwa, ketika ia lapar, ia pernah mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak perlu atau tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa, seseorang juga membutuhkan akan cinta dan kasih sayang, ketika seseorang telah mencapai pada tahap ini, walaupun sebelumnya dia merasakan tidak membutuhkan cinta dan kasih sayang ataupun meremehkannya, namun ketika sampai pada tahap ini dia akan mesakan perihnya rasa kesepian, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan. Dengan melihat teori tersebut jika dikaitkan dengan realita yang ada yang sudah dijelaskan, maka seorang guru ataupun lembaga sekolah untuk memberikan solusi agar kebutuhan tersebut bisa terpenuhi. Karena ketika kebutuhan ini belum terpenuhi, siswa sulit untuk mendapatkan kenyamanan ketika dia belajar, akan merasa minder dan canggung ketika tidak merasakan kasih sayang. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui: a. Hubungan antara guru dan siswa : Dalam hubungan antara guru dan siswa, hendaknya: bersikap perhatian dan peduli kepada siswa, sabar, adil, dan dapat menjadi pendengar yang baik bagi siswa; menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat, dan keputusan siswa. b. Hubungan antara siswa dengan siswa Dalam hubungan antara siswa dengan siswa dapat dilakukan dengan cara: membangun suasana kekeluargaan antara setiap siswa, bisa dengan mengadakan bermain sambil belajar di kelas, dan sering mrmbentuk tim kerja sama dalam menyelesaikan tugas guru. c. Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem Needs) Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat jarang sekali untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang dianggap membanggakan baginya seringkali ditanggapi dengan biasa saja oleh guru. Memberi penghargaan ataupun pujian ini penting supaya siswa tidak malas untuk berkarya lagi. Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas. Mereka menjadi malas karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah sia-sia karena ~ 294 ~

15 tidak ada apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal ini bisa menjadi motivator yang kuat pada siswa. Teori abraham maslow tentang Kebutuhan akan harga diri: Semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang patologis) mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang lain. Karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Yakni pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia serta kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, kita memiliki apa yang disebut dengan hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang disebutkan sebagai penghormatan atau penghargaan dari orang lain), status, ketenaran, dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi. Kebutuhan-kebutuhan ini telah ditekankan secara relatif oleh Alfred Adler dan para pengikutnya, namun relatif telah telah diabaikan freud. Namun, kini apresiasi pentingnya hal-hal tersebut secara sentral makin meluas, baik dikalangan psikoanalis maupun dikalangan psikolog klinis. 12 Dalam pembelajaran ketika kebutuhan akan harga diri siswa terpuaskan maka akan maka akan timbul perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa mampu dan merasa berguna. Sehingga akan memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran dan memicu tindakan yang positif. Namun sebaliknya, ketika siswa itu merasa frustasi karena kebutuhan harga dirinya tidak terpuaskan maka akan tibul perasaan minder, tidak percaya diri, canggung, lemah, selalu bergantung, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan merasa rendah diri ketika bergaul. Solusi untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan cara: a. Mengembangkan harga diri siswa Yaitu bisa dengan cara mengembangkan pengetahuan siswa berdasarkan dengan tingkat kemampuan berfikir siswa, telaten dalam memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya, melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan menjaga nama baik 12 ibid, hlm. 55 ~ 295 ~

16 siswa di depan teman- temannya dengan tidak menegur kesalahannya di depan umum, namun ketika dia sendirian. b. Penghargaan dari pihak lain Memberikan pujian kepada siswa di depan teman-temannya tentang kelebihan yang dia miliki, memberiakan hadiah ketika bisa menjawab soal dari guru atau ketika mendapat nilai yang terbaik, dan melibatkan siswa ketika akan menentukan dan mengambil suatu keputusan. c. Kebutuhan Aktualisasi diri Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan tentang aktualisasi sebelumnya bahwa aktualisasi diri ini adalah perkembangan individu yang paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut kemampuannya, akan tetapi Abraham Maslow menggarisbawai bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa kreasi atau karya karya berdasarkan bakat atau kemampuan khusus. Setiap orang bisa mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan jalan melakukan yang terbaik atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masingmasing. Ia termotivasi untukmenjadi dirinya sendiri tanpa pengaruh atau tendensi apapun. Namun bentuk aktualisasi berbeda pada setiap orang karena adanya perbedaan individual. Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuankemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada siswa yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat spontan, bersikap wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka sudah sangat paham dan sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan. Tugas guru hanya tinggal memfasilitasi apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran. Berikut teori abraham maslow tentang kebutuhan Aktualisasi Diri: Meskipun semua kebutuhan ini telah dipenuhi, kita masih sering merasa (kalau tidak selalu) bahwa perasaan tidak puas dan kegelisaan baru akan segera berkembang, kecuali orang itu melakukan apa yang, secara individual, sesuai baginya. Seorang musisi harus menciptakan musik, seorang pelukis harus melukis, seorang penyiar ~ 296 ~

17 harus bersyair, jika pada akhirnya dia harus senteram. Ia harus jujur terhadap sifatnya sendiri. Kebutuhan ini dapat kita sebut sebagi perwujudan diri. 13 Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri dapat dilakukan dengan cara: memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik, memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya, menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata, perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas metakognitif siswa, melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan kreatif. Ketika siswa sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan hierarki tersebut, mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, kasih sayang, dan harga diri terpenuhi, maka motivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut akan hilang pada saat itu, dan akan munculah motivasi pada tingkat kebutuhan hierarki yang paling tinggi yaitu kebutuhan perwujudan diri (aktualisasi diri), sehingga dia akan berkembang, akan melakukan apa yang seharusnya dia lakuan. Seorang musisi harus menciptakan musik, seoang pelukis harus melukis, seorang penyair harus bersyair. Pada hal tersebut kita bisa posisikan dia sebagai siswa, maka dia akan sadar akan apa yang harus seorang siswa lakukakan yaitu belajar. Dengan demikian, maka akan terealisasikan peningkatan motivasi belajar pada siswa, karena perwujudan diri. Solusi agar kebutuhan ini terpenuhi, maka yang harus dilakukan guru adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan yang terbaik bagiya, memberi kebebasan bagi siswa untuk menggali potensinya, mengaitkan suatu pelajaran dengan kehidupan nyata, selalu melibatkan siswa dalam pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa, ketika siswa sudah mencapai pada tahap kebutuhan aktualisasi diri ini, maka dia akan termotivasi untuk menjadi dirinya sendiri, mengembangkan potensinya dan melakukan apapun dengan sebaik- baiknya, jadi guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk menjadi yang terbaik. DAFTAR PUSTAKA 13 ibid, hlm. 56 ~ 297 ~

18 Goble, Frank G. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham, terjemahan oleh A. Supratiknya, Yogyakarta: Kanisius, Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset Bandung, Koeswara, E. Teori-teori Kpribadian, Bandung: PT. Eresco, Lindgren, Henry Clay, Psychology In The Classroom, Modern Asia Edition: Japan, 1972 P. Siagian, Sondang. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Winardi, J. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, ~ 298 ~

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MAKALAH TERAPAN Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah teori Belajar dan Pembelajaran Dosen Pengampu: Imron

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN 7 TEORI HIRARKI KEBUTUHAN Motivasi : Teori Hirarki Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masuk kedalam masyarakat modern. Di era modernisasi istilah asuransi sudah

BAB V PENUTUP. masuk kedalam masyarakat modern. Di era modernisasi istilah asuransi sudah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah dalam mengikuti asuransi Prudential di Pangkalpinang terdapat hasil bahwa masyarakat Pangkalpinang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen proyek kontruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksananakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi juga

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

Gambar: hierarki kebutuhan menurut Maslow 4

Gambar: hierarki kebutuhan menurut Maslow 4 2. Suatu Tinjauan Teoretis: Kajian Teori Maslow Terhadap Motivasi Menjadi Guru Sekolah Minggu 2.1. Teori Motivasi Abraham Maslow yang Meliputi Hierarki Kebutuhan Maslow Abraham Maslow dilahirkan di New

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Seperti halnya karyawan mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang diharapkan akan dipenuhi oleh perusahaan, perusahaan juga mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

Gambar 1. Maslow s Hierarchy of Human Needs (http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html)

Gambar 1. Maslow s Hierarchy of Human Needs (http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html) HIERARKI DARI KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT MASLOW Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya. Salah satu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan istilah zoon politicon. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah, hal ini disebabkan semua aktivitas dari suatu instansi

Lebih terperinci

ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW

ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW Arsitektur Humanistik Menurut Teori Maslow (Hariyono) ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW Paulus Hariyono Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Handoko (1996) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para pekerja memandang

Lebih terperinci

Dasar Manajemen dan Kepemimpinan

Dasar Manajemen dan Kepemimpinan MODUL PERKULIAHAN Dasar Manajemen dan Kepemimpinan Fungsi Pengarahan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat 06 Fungsi Pengarahan A. Motivasi Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi,yang menuju dewasa. Selain mejunjukan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi,yang menuju dewasa. Selain mejunjukan adanya perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja adalah masa di mana banyak terjadinya perubahan pada diri individu, perubahan tersebut adalah perubahan secara biologis, psikologis, sosial

Lebih terperinci

Hirarki Kebutuhan Maslow Dan Karma Capitalism

Hirarki Kebutuhan Maslow Dan Karma Capitalism Hirarki Kebutuhan Maslow Dan Karma Capitalism Dalam Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/abraham_maslow) disampaikan bahwa Abraham Maslow menggunakan piramida hirarki kebutuhan dalam memvisualisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Faktor internal : Perasaan Kebutuhan ragu dan takut dasar mengungkapkan manusia menurut potensi Maslow diriyaitu : Ketidaktahuan Fisiologis potensi Dukungan diri. informasional Faktor Eksternal Rasa aman

Lebih terperinci

Abraham Maslow ( )

Abraham Maslow ( ) The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Eksistensialisme dan Humanisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Perkembangan Aliran-Aliran Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT FINNANTARA INTIGA DI SANGGAU

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT FINNANTARA INTIGA DI SANGGAU FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT FINNANTARA INTIGA DI SANGGAU ABSTRAK Markus Turanto email: turantomarkus@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Setiap perusahaan selalu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Motivasi Kerja 1.1 Definisi Motivasi Kerja Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers & Porter, 1975 dalam Wijono, 2010). Motivasi juga sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu menemukan cara-cara guna memotivasi karyawan, karena

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu menemukan cara-cara guna memotivasi karyawan, karena BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Perusahaan apapun pastinya harus menjawab tantangan yang dilampauinya, salah satunya yaitu menemukan cara-cara guna memotivasi karyawan, karena belakangan ini banyak

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUTUHAN MEKANIK PADA SHOWROOM HONDA SOEKARNO HATTA PEKANBARU

TINGKAT KEBUTUHAN MEKANIK PADA SHOWROOM HONDA SOEKARNO HATTA PEKANBARU 1 TINGKAT KEBUTUHAN MEKANIK PADA SHOWROOM HONDA SOEKARNO HATTA PEKANBARU Nelvo Adrian, Aswandi Bahar, widiastuti e-mail: nelvo_putra@ymail.com, 082284665741 Program Studi Pendidikan Luar Sekolah FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerja dan bekerja merupakan hakekat manusia. Selama manusia hidup, maka manusia tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

HUMANISME PENDIDIKAN. A. Humanisme Pendidikan

HUMANISME PENDIDIKAN. A. Humanisme Pendidikan Humanisme dalam pendidikan itu perlu agar para peserta didik mampu membangun empati dan simpati atas penderitaan orang lain. Pendidikan harus lebih mampu menggali kearifan lokal dan ajaran agama yang mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari:

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari: MOTIVASI MOTIVASI Motivasi: kondisi psikologis yang bersifat internal yang menimbulkan/mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dalam mencapai tujuan tertentu. Kadang-kadang motivasi itu jelas,

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan masalah sentral dalam dunia psikologi. Motivasi merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial. Hal lain yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan dunia usaha saat ini. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB II PERILAKU KEAGAMAAN DAN NILAI-NILAI SOSIAL

BAB II PERILAKU KEAGAMAAN DAN NILAI-NILAI SOSIAL BAB II PERILAKU KEAGAMAAN DAN NILAI-NILAI SOSIAL A. Pengertian Perilaku Keagamaan 1. Perilaku Pengertian perilaku dalam kamus antropologi yaitu segala tindakan manusia yang disebabkan baik dorongan organisme,

Lebih terperinci

TEORI MASLOW. Oleh: TRIA FAJAR R, S.Pd.

TEORI MASLOW. Oleh: TRIA FAJAR R, S.Pd. TEORI MASLOW Oleh: TRIA FAJAR R, S.Pd BIOGRAFI TOKOH Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908. Selepas SMU, Ia mengambil studi hukum di City College of New York (CCNY). Pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Motivasi 2. 1. 1.Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin Movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti

Lebih terperinci

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri. NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri. Pilihan jawaban sebanyak empat buah, yaitu: SS : Bila pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN A. Analisis Implementasi Etos Kerja Islam di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik Upaya Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi setiap perusahaan berupaya untuk menunjukkan keunggulan-keunggulannya agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi di negara indonesia cenderung dituduhkan pada dunia pendidikan yang disorot sebagai sektor yang belum berhasil mengemban misi mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam hati kecilnya pasti berharap dapat berkembang sebagai pribadi yang matang, mengembangkan potensi-potensi dirinya, dan menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. dan dokumentasi di MAN Rejotangan. Pada uraian ini peneliti akan mengungkap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. dan dokumentasi di MAN Rejotangan. Pada uraian ini peneliti akan mengungkap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembahasan ini akan di lakukan peneliti dengan merujuk pada hasil temuan penelitian yang di peroleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi di MAN

Lebih terperinci

Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar Manusia

Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar Manusia Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan Dasar Manusia Misal : Makan Air Kemanan Cinta dll merupakan hal yang penting u/ mempertahan kan hidup & kesehatan Konsep Manusia Manusia sebagai klien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12Fakultas Addys EKONOMI DAN BISNIS MOTIVASI SUKSES Aldizar, LSQ, MA Program Studi Akuntansi Pengertian Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan orang melakukan sesuatu atau dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu sumber daya yang berharga. Apabila sebagian besar jumlah penduduk ini merupakan penduduk

Lebih terperinci

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan Harrison Papande Siregar Tugas Resumé Mata Kuliah Perilaku Organisasi MOTIVASI Di dalam manajemen, kepemimpinan, atau perilaku organisasi, barangkali tidak ada isu paling terkenal selain motivasi. Hal

Lebih terperinci

HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA

HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA Oleh : Rahmat Domu, S.Pd. M.Si Widyaiswara Muda BDK Manado Motivasi merupakan pendorong untuk keberhasilan seseorang. Ternyata dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebabnya

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, SIKAP BELAJAR DAN AKTUALISASI DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut Asmadi (2008), kebutuhan setiap individu berbeda-beda, namun pada dasarnya mempunyai kebutuhan

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

MOTIVASI. MOTIVASI keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan

MOTIVASI. MOTIVASI keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan Bab 10 MOTIVASI MOTIVASI MOTIVASI keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan Beberapa Definisi Motivasi Definisi 1:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial juga seperti orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi aktuasi yaitu untuk menggerakkan dan mengarahkan pelaksanan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi aktuasi yaitu untuk menggerakkan dan mengarahkan pelaksanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi aktuasi yaitu untuk menggerakkan dan mengarahkan pelaksanan program. Aktuasi lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset penting organisasi karena perannya dalam implementasi strategi sangat penting yaitu sebagai subjek pelaksana dari strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam diri seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar IPS 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penilaian Kinerja 2.1.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

Lebih terperinci

Consumer Behavior, Eighth Edition. Bab 4. Konsumen Sebagai Individu 4-1

Consumer Behavior, Eighth Edition. Bab 4. Konsumen Sebagai Individu 4-1 Consumer Behavior, Eighth Edition SCHIFFMAN & KANUK Bab 4 Konsumen Sebagai Individu 4-1 MOTIVASI Dorongan dalam diri individu individu yang memaksa mereka untuk bertindak 4-2 Model Proses Motivasi Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan itu dapat berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya, seseorang bekerja

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III BAB I A. Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Pada jaman sekarang ini manusia dituntut untuk tidak hanya cerdas dalam intelektual, tapi dituntut juga untuk berkarakter, sebab karakter sebagai kepribadian

Lebih terperinci

NOTO TRAGEDI, CINTA DAN KEMBALINYA SANG PANGERAN KARYA PRIJONO HARDJOWIROGO: CERMINAN AKTUALISASI DIRI TOKOH

NOTO TRAGEDI, CINTA DAN KEMBALINYA SANG PANGERAN KARYA PRIJONO HARDJOWIROGO: CERMINAN AKTUALISASI DIRI TOKOH NOTO TRAGEDI, CINTA DAN KEMBALINYA SANG PANGERAN KARYA PRIJONO HARDJOWIROGO: CERMINAN AKTUALISASI DIRI TOKOH Hasrul Rahman FKIP, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam kehidupan manusia untuk membentuk insane yang dapat memecahkan permaslahan dalam kehidupannya. Tiga tempat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan karyawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena menjadi penentu jalannya perusahaan. Sumber daya manusia perlu dikelola secara

Lebih terperinci

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga yang dilakukan dengan benar sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, olahraga tidak hanya dijadikan sebagai salah satu kegiatan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga non fisik berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. juga non fisik berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Pembangunan yang berlangsung sampai saat ini tidak hanya membangun secara fisik semata, tetapi juga non fisik

Lebih terperinci

Pendekatan Humanistik : Teori Hierarki Keperluan Maslow

Pendekatan Humanistik : Teori Hierarki Keperluan Maslow Pendekatan Humanistik : Teori Hierarki Keperluan Maslow Teori Pembelajaran Humanistik Teori Pembelajaran Carl Rogers Teori Pembelajaran Maslow Pengenalan menekankan keunikan dan individualiti seorang murid.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM UPAYA UNTUK MEMPEROLEH INDEKS PRESTASI YANG TINGGI

ANALISIS PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM UPAYA UNTUK MEMPEROLEH INDEKS PRESTASI YANG TINGGI ANALISIS PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM UPAYA UNTUK MEMPEROLEH INDEKS PRESTASI YANG TINGGI LATAR BELAKANG Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya menciptakan sumber

Lebih terperinci