BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam hati kecilnya pasti berharap dapat berkembang sebagai pribadi yang matang, mengembangkan potensi-potensi dirinya, dan menjadi pribadi yang bebas, menikmati kebahagiaan. Nama-nama besar seperti Abraham Lincoln, Albert Einstein, Mahatma Gandi, Ibu Teresa, dan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) adalah beberapa contoh orang-orang yang bahagia dengan mengaktualisasikan diri. Maslow ( dalam Alwisol, 2010), menyatakan aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. Dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, dijelaskan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi dan aktualisasi diri berada pada tingkatan tertinggi pada kebutuhan hidup 1

2 manusia, dimana kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dapat terpenuhi terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan yang lebih tinggi, begitu terus beproses hingga mencapai tingkatan tertinggi akan kebutuhan hidup manusia yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Hierarki kebutuhan manusia tersebut meliputi: Kebutuhan fisiologis (physiological), yaitu kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih sayang. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain. Dan puncaknya adalah kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Lebih lanjut Maslow (dalam Alwisol, 2010) menjelaskan bahwa pemisahan kebutuhan tidak berarti masing-masing bekerja secara ekslusif, tetapi kebutuhan bekerja tumpang tindih sehingga orang dalam satu ketika dimotivasi oleh dua kebutuhan atau lebih. Tidak ada orang yang basic need-nya terpuaskan 100%. Maslow memperkirakan rata-rata orang dapat terpuaskan kebutuhan fisiologisnya sampai 85%, kebutuhan keamanan tepuaskan 70%, kebutuhan dicintai dan mencintai terpuaskan 50%, self esteem terpuaskan 40%, dan 2

3 kebutuhan aktualisasi terpuaskan sampai 10%. Derajat tingkat kepuasan pada setiap orang berbeda-beda. Bisa saja tingkat kepuasan pada suatu jenjang mungkin masih sangat rendah, orang sudah memperoleh kepuasan yang lebih besar pada jenjang yang lebih tinggi. Dan tidak peduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewatinya, kalau jenjang yang dibawah mengelami ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki. Pada umumnya kebutuhan yang lebih rendah mempunyai kekuatan atau kecenderungan yang lebih besar untuk diperioritaskan. Namun bisa terjadi perkecualian, akibat sejarah perkembangan perasaan, minat, dan pola berpikir sejak anak-anak, orang yang kreatif lebih mementingkan ekspresi bakat khususnya, alih-alih memuaskan dorongan sosialnya, orang memprioritaskan kebutuhan kepuasan self esteem diatas kebutuhan kasih sayang dan cinta, atau orang memprioritaskan nilai-nilai/ide tertentu dan mengabaikan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Perkecualian yang lain, kebutuhan itu tidak muncul berturutan dari rendah ketinggi, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi bisa muncul lebih awal mendahului kebutuhan yang lebih rendah. Misalnya pada orang tertentu kebutuhan-esteem muncul lebih dahulu daripada kebutuhan cinta dan afeksi, dan mungkin pada orang tertentu kebutuhan kreatif-nya mendahului kebutuhan lainnya. Jika orang tidak pernah kekurangan kebutuhan dasar mungkin mereka cenderung menganggap ringan kebutuhan itu, sehingga kebutuhan itu tidak menjadi motivator dari tingkah lakunya. Dia meloncat kekebutuhan kasih sayang yang 3

4 menjadi sangat kuat karena kedua orang tuanya sibuk tidak mempunyai waktu untuk memberi perhatian dan cinta kepada anaknya. Baru ketika terjadi bencana, muncul kebutuhan fisiologis yang mungkin mereka tidak segera mampu menanganinya (Maslow, dalam Alwisol, 2010). Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seiring dengan perkembangan hidup manusia, manusia memiliki lima tingkatkan kebutuhan sebagaimana telah dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam teori Hirarki Kebutuhan Manusia, dimana kebutuhan dasar yang lebih awal harus terlebih dahulu terpenuhi untuk kemudian muncul kebutuhan yang lebih tinggi. Namun lebih lanjut Maslow menjelasakan bahwa pada orang-orang tertentu bisa saja kebutuhan hidup yang lebih tinggi muncul lebih awal ketimbang kebutuhan yang ada sebelumnya. Dalam perkecualian yang dijelaskan oleh Maslow ( dalam Alwisol, 2010) dijelaskan bahwa kebutuhan tidak muncul berturutan dari rendah ke tinggi, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi bisa muncul lebih awal mendahului kebutuhan yang lebih rendah. Karena pada dasarnya derajat kepuasan kebutuhan pada setiap orang itu berbeda-beda. Kebutuhan dasar seperti makan,minum dan kebutuhan seharihari lainnya pada setiap orang berbeda-beda, ada orang yang dengan makanan sederhana dan apa adanya sudah merasa terpenuhi kebutuhan dasarnya dan ada pula yang merasa bahwa kebutuhan dasar itu akan terpenuhi apabila makanan yang dimakannya adalah makanan yang yang bergizi tinggi. Setalah kebutuhan dasar tersebut terpenuhi kemudian muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan cinta, dalam kebutuhan inipun setiap orang memiliki derajat 4

5 kepuasan yang berbeda-beda, walaupun kebutuhan ini memiliki derajat kualitas yang tidak tinggi tapi bagi seseorang yang merasakannya sudah dapat memenuhi kebutuhannya, maka dapat dikatakan kebutuhan tersebut sudah dapat terpenuhi bagi orang tersebut, begitu seterusnya proses ini berlanjut hingga aktualisasi diri dapat tercapai. Itu artinya bahwa kebutuhan akan aktualisasi diripun bisa dicapai oleh siapa saja sekalipun itu oleh orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah maupun orang-orang dengan keterbatas fisik sebagaimana yang dialami oleh para penyandang kusta. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta Mycrobacterium Leprae yang menyerang sistem saraf tepi, kulit dan jaringan lain, khususnya mata,saluran nafas atas, otot tulang belakang dan testis. Tak jarang akibat kuman ini penyandang kusta mengalami cacat fisik hingga kematian. Penyakit kusta dikenal sebagai penyakit kronik menular dan ada anggapan bila terserang kusta ia akan tersisih dari lingkungan sosial, karena takut tertular. Saat ini penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Bukan hanya karena namanya, tetapi juga karena dapat menyebabkan keterbatasan fisik, trauma psikologis, penurunan keadaan ekonomi dan pengucilan sosial (Zulkifli, 2003). Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam 5

6 memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Menurut laporan resmi yang diterima dari 115 negara dan wilayah, World Health Organization (WHO) bahwa prevalensi terdaftar kusta global pada akhir kuartal pertama tahun 2013 mencapai kasus, sementara jumlah kasus baru, terdeteksi selama 2012 adalah ( tidak termasuk jumlah kecil kasus di Eropa ). Untuk di Indonesia sendiri, Surat kabar Wartakota online pada selasa 19 Febuari 2013 mengabarkan bahwa Jumlah penderita kusta di Indonesia cenderung meningkat. Hal itu disebabkan kesadaran masyarakat akan hidup sehat yang kurang, Demikian yang diungkapkan Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan RI, saat acara perayaan HUT Penyakit Kusta sedunia di RS Sitanala Tangerang, akhir pekan lalu. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah penderita kusta pada tahun 2012 mencapai orang, sementara pada tahun 2011 mencapai orang. Jumlah penderita kusta di Indonesia ini masih terbilang tinggi. Di dunia berada pada peringkat ketiga, dan Pulau Jawa merupakan daerah yang mendominasi angka penderita terbanyak. Menurut Nafsiah, karena jumlah penderita kusta yang cukup banyak, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan Indonesia urutan ketiga dunia setelah India dan Brazil. Sementara di Indonesia, sekitar 50 persen penderita kusta berada di Pulau Jawa. Penderita kusta juga tersebar di Sumatera Selatan, 6

7 Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Papua-Irian Jaya (wartakota.dom, 2013) Dari Pengamatan awal yang dilakukan peneliti sebelumnya, kebanyakan masyarakat merasa enggan melakukan kontak fisik atau bahkan mereka cenderung menjauhi para penyandang kusta karena takut tertular, sehingga tingkat kesadaran dini akan penyakit kusta pada masyarakat menjadi rendah. Terkadang banyak diantara mereka yang sudah memiliki gejala-gejala penyakit kusta tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia mulai terkena penyakit kusta, mereka menganggap bahwa tanda itu hanyalah penyakit kulit biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Pola pikir semacam ini dapat terjadi karena mungkin mereka takut dikucilkan bila diketahui mereka terkena kusta. Dari sikap itulah mereka enggan berobat untuk penanganan dini pada penyakit kusta, akibatnya kuman kusta tersebut terus berkembang dalam tubuh dan terus menerus menyerang sistem kekebalan tubuh dan tak jarang menimbulkan cacat fisik hingga bahkan kematian. Padahal jika sudah ada kesadaran sejak dini mengenai penyakit kusta, penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa harus mengalami cacat fisik. Kemudian cacat fisik ini menimbulkan masalah baru pada penyandang kusta, dimana mereka perlu menyesuaikan diri, bukan hanya dengan lingkungan sosial dimana mereka berada, tetapi juga menyesuaikan diri untuk dapat beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, bekerja dan sebagainya. 7

8 Cacat yang tidak dapat disembuhkan dapat menjadi penghambat yang menghalangi penyandang cacat fisik melakukan penyesuaian pribadi maupun sosial, karena sebagai manusia yang memiliki perkembangan fisik kurang memadai atau dengan ciri-ciri fisik kurang menarik akan menghadapi banyak masalah yang jarang dapat diatasi dengan baik (Hurlock, 2006). Penyandang cacat fisik mempunyai keterbatasan kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya, bahkan kecacatan yang dialami penyandang cacat fisik dapat menjadi hambatan yang membatasi kesempatan dan kemampuannya (Pranowo & Sugiyatma, 2004). Bila kita melihat pada teori-teori diatas, cacat fisik yang ditimbulkan oleh penyakit kusta sangat membatasi ruang gerak para penderitanya, dimana mereka akan menghadapi kesulitan untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan bertahan hidup, sehingga tampak terlihat mustahil bagi para penyandang cacat ini untuk merasakan hidup dalam kesuksesan dan berkelimpahan materi. Namun sosok seorang bapak Alisaga, salah seorang penyandang kusta yang berhasil dengan usaha pembuatan tangan dan kaki palsu menepis anggapan bahwa para penyandang cacat fisik akibat kusta mustahil untuk dapat merasakan kesuksesan, buktinya ia salah seorang penyandang cacat fisik akibat kusta dapat sukses berkarya dalam usaha pembuatan tangan dan kaki palsu dan juga dapat mempekerjakan rekan sesama penyandang cacat fisik akibat kusta. Tidak hanya sosok seorang Alisaga saja sebagai penyandang cacat fisik akibat kusta yang sukses berwirausaha, namun juga ada bapak Ahmad salah seorang penyandang cacat fisik akibat kusta yang sukses berwirausaha dibidang yang 8

9 berbeda, bapak Ahmad berhasil untuk bangkit dari keterpurukan dan ketidak berdayaan akibat keterbatasan fisik yang ditimbulkan oleh penyakit kusta dideritanya dengan usaha untuk beternak jangkrik. Dari usaha ternak jangkrik ini Ahmad dapat memanen 25 kilogram jangkrik setiap bulannya,dengan harga jual 20 ribu sampai 30 ribu rupiah per kilogram ( detik.com, 2013). Dari pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa setiap menusia memiliki keinginan untuk menjadi pribadi yang bebas, menikmati kebahagian dengan menjadi diri mereka sendiri, atau dengan kata lain setiap manusia memiliki keinginan untuk aktualisasi diri, dimana aktualisasi diri ini dalam teori hierarki kebutuhan maslow berada pada tingkat puncak dari kebutuhan hidup yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam hierarki kebutuhan Maslow dikatakan bahwa kebutuhan hidup yang paling mendasar dan paling penting harus dapat terpenuhi terlebih dahulu untuk kemudian muncul kebutuhan hidup yang lebih tinggi, maka dapat dikatakan untuk mencapai aktualisasi diri, setiap manusia harus dapat melalui setiap tahap demi tahap dari kebutuhan hidup sebagaimana telah dijelaskan dalam teori Maslow hingga akhhirnya mereka mencapai aktualisasi diri dalam hidup mereka. Proses yang begitu panjang dilalui setiap manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Mungkin kita sudah terbiasa mendengar mengenai kisah dari para tokoh-tokoh terkenal seperti Abraham Lincoln, Albert Einstein, Mahatma Gandi dalam proses aktualisasi diri yang dilakukan oleh mereka yang pada dasarnya hidup dengan fisik yang normal dan berkecukupan. Berdasarkan uraian diatas, 9

10 bagaimana halnya dengan mereka para penyandang kusta dengan cacat fisik yang pada dasarnya memiliki keterbatasan fisik akibat penyakit kusta yang dideritanya, kemudian keterbatasan ekonomi hingga diskriminasi sosial yang mereka hadapi, apakah mereka akan mencapai aktualisasi diri, dan bagaimana proses itu berlangsung hingga akhirnya aktualisasi diri dapat tercapai Rumusan Masalah Mempelajari latar belakang penelitian diatas maka timbul ketertarikan tersendiri bagi peneliti yang sekaligus akan menjadi pertanyaaan dalam penelitian ini yaitu mengenai Bagaimana Gambaran Proses Menuju Aktualisasi Diri Pada Penyandang Kusta Dengan Cacat Fisik Ditinjau Dari Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai Gambaran Proses Menuju Aktualisasi Diri Pada Penyandang Kusta Dengan Cacat Fisik Ditinjau Dari Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow. 10

11 1.4. Manfaat Penelitan a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan serta tujuan dari penelitian ini diadakan yanitu untuk mengetahui Bagaimana Gambaran Proses Menuju Aktualisasi Diri Pada Penyandang Kusta Dengan Cacat Fisik Ditinjau Dari Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow. b. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti berikutnya dalam pengembangan penelitian dengan topik yang sama. 2. Bagi Subjek Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan kedepannya dapat menajadi bahan kajian agar para penyandang kusta dapat juga mencapai aktualisasi diri, dan tercapainya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi para penyandang kusta. 3. Bagi Masyarakat Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum kepada masyarakat umum bahwa para penyandang kusta juga berhak 11

12 melakukan aktualisasi diri, mendapatkan kehindupan sosial dan ekonomi yang baik serta diharapkan kedepannya dapat menghilangkan diskriminasi sosial terhadap para penyandang kusta agar tercipatanya kehidupan sosial yang rukun dan harmonis. 12

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN 7 TEORI HIRARKI KEBUTUHAN Motivasi : Teori Hirarki Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kusta (Morbus hansen) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang syaraf tepi, selanjutnya

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi, budaya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dengan angka penderita yang terdaftar sangat bervariasi menurut Propinsi dan Kabupaten. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan penyakit kusta atau lepra sangat ditakuti. Penyakit itu disebabkan bakteri Microbakterium leprae, juga dipicu gizi buruk. Tidak jarang penderitanya dikucilkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyakit yang proses kejadiannya atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, berakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ( M.leprae ) yang menyerang hampir semua organ tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit ini adalah saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih menghadapi beberapa penyakit menular baru sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu penyakit menular yang belum sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit kusta disebut juga penyakit lepra atau Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. (1) Kusta adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Baik kebutuhan yang sifatnya biologis maupun yang sifatnya psikologis. Pada tahap pertama, seseorang bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen proyek kontruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksananakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang utamanya menyerang saraf tepi, dan kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kondisi perekonomian saat ini, perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kondisi perekonomian saat ini, perusahaan harus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kondisi perekonomian saat ini, perusahaan harus dapat bekerjasama dengan karyawannya sehingga terjadi hubungan timbal balik antara perusahaan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Faktor internal : Perasaan Kebutuhan ragu dan takut dasar mengungkapkan manusia menurut potensi Maslow diriyaitu : Ketidaktahuan Fisiologis potensi Dukungan diri. informasional Faktor Eksternal Rasa aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan penyakit menular langsung yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan dan pengembangan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan dan pengembangan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan di segala kegiatan bisnis. Perubahan lingkungan sedemikian dinamis telah memaksa berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kusta atau Leprae merupakan salah satu penyakit tertua di dunia. Catatancatatan

BAB I PENDAHULUAN. Kusta atau Leprae merupakan salah satu penyakit tertua di dunia. Catatancatatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kusta atau Leprae merupakan salah satu penyakit tertua di dunia. Catatancatatan mengenai penyakit ini, yang ditemukan di India, ditulis pada tahun 600 sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular sampai saat ini sangat ditakuti oleh semua orang baik itu dari masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh masih

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelum istilah Disabilitas mungkin kurang akrab disebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas mungkin kurang akrab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mereka yang telah sembuh dari kusta adalah kurang adanya rasa empati

BAB I PENDAHULUAN. dan mereka yang telah sembuh dari kusta adalah kurang adanya rasa empati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sikap yang muncul dan berkembangpada masyarakat terhadap penderita kusta dan mereka yang telah sembuh dari kusta adalah kurang adanya rasa empati masyarakat

Lebih terperinci

TEORI MASLOW. Oleh: TRIA FAJAR R, S.Pd.

TEORI MASLOW. Oleh: TRIA FAJAR R, S.Pd. TEORI MASLOW Oleh: TRIA FAJAR R, S.Pd BIOGRAFI TOKOH Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908. Selepas SMU, Ia mengambil studi hukum di City College of New York (CCNY). Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang dapat menimbulkan masalah sangat komplek. Bukan hanya segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang penyebabnya ialah Mycobacterium leprae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta atau Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. 1 Kusta ini merupakan penyakit menahun yang menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan

Lebih terperinci

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari:

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari: MOTIVASI MOTIVASI Motivasi: kondisi psikologis yang bersifat internal yang menimbulkan/mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dalam mencapai tujuan tertentu. Kadang-kadang motivasi itu jelas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penderita kusta (lepra) di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian, kegiatan kegiatan, dan mencapai tujuan bersama (Muhammad, 2009, h. 23). Menurut UUD 1945 pasal 28, berorganisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian berkembang sangat pesat di jaman era

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian berkembang sangat pesat di jaman era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian berkembang sangat pesat di jaman era globalisasi seperti ini. Perusahaan tidak hanya bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan potensial menjadi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan potensial menjadi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan potensial menjadi kebutuhan setiap perusahaan dan organisasi baik di dunia maupun di Indonesia. Setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Reza Oscar ( Komunitas Ayah ASI Lampung ) Istilah suami siap antar jaga ( SIAGA ), kiranya tepat disematkan pada calon ayah yang setia mendampingi istrinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang muncul, seseorang dituntut untuk memiliki pemikiran yang out of the box

BAB I PENDAHULUAN. yang muncul, seseorang dituntut untuk memiliki pemikiran yang out of the box BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, kita menghadapi berbagai macam tantangan baik dalam ekonomi, politik, teknologi, lingkungan, kesehatan, maupun dalam bidang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan istilah zoon politicon. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama adalah batuk selama dua minggu atau lebih,

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Uang Uang adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Menurut Rubenstein (dalam Elias dan Farag, 2010) di Amerika Serikat, keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Handoko (1996) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para pekerja memandang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan, diskusi, dan saran mengenai penelitian ini. 5.1. Kesimpulan Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu sumber daya yang berharga. Apabila sebagian besar jumlah penduduk ini merupakan penduduk

Lebih terperinci

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah WHO 2001 menyatakan bahwa paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan

Lebih terperinci

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

Gambar 1. Maslow s Hierarchy of Human Needs (http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html)

Gambar 1. Maslow s Hierarchy of Human Needs (http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html) HIERARKI DARI KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT MASLOW Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya. Salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DAN PENYAKIT FRAMBOESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DAN PENYAKIT FRAMBOESIA PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DAN PENYAKIT FRAMBOESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow 2.1.1 Kebutuhan Fisiologis Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN A. Analisis Implementasi Etos Kerja Islam di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik Upaya Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang

Lebih terperinci

Manusia makhluk sosial sehingga membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Kemampuan manusia berinteraksi menjadi tolak ukur keberhasilan penyesuaian

Manusia makhluk sosial sehingga membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Kemampuan manusia berinteraksi menjadi tolak ukur keberhasilan penyesuaian Manusia makhluk sosial sehingga membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Kemampuan manusia berinteraksi menjadi tolak ukur keberhasilan penyesuaian diri dalam lingkungannya. Penyesuaian diri sangat erat

Lebih terperinci

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN PENGERTIAN Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak Istilah lain yang dipergunakan secara bergantian dengan istilah motivasi antara lain: desire

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh semua manusia. Usia lanjut membuat para lansia sangat rentan dengan berbagai penyakit, bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya disebabkan oleh organisme obligat intraselluler Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penderita penyakit kusta, penyakit kusta masih menjadi momok di masyarakat bila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka penyakit ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

OPTIMISME HIDUP PENYANDANG KUSTA DI DUSUN NGANGET TUBAN JAWA TIMUR

OPTIMISME HIDUP PENYANDANG KUSTA DI DUSUN NGANGET TUBAN JAWA TIMUR OPTIMISME HIDUP PENYANDANG KUSTA DI DUSUN NGANGET TUBAN JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat S-1 Disusun Oleh : AKMALUDIN AKBAR F 100 050 185 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan telah memberikan karunia kepada umat manusia secara adil. Masingmasing individu diberikan kelebihan dan kekurangan dalam menjalani hidupnya. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit tertua di dunia yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit tertua di dunia yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kusta merupakan penyakit tertua di dunia yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae (M.leprae). Awalnya penyakit kusta ini menyerang saraf tepi,

Lebih terperinci

BAB II. 1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia. pengalaman - pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan.

BAB II. 1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia. pengalaman - pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan. 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kepuasan Hidup Lanjut Usia 1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia Kepuasan merupakan kondisi subyektif dari keadaan pribadi seseorang sehubungan dengan perasaan senang atau

Lebih terperinci

Dasar Manajemen dan Kepemimpinan

Dasar Manajemen dan Kepemimpinan MODUL PERKULIAHAN Dasar Manajemen dan Kepemimpinan Fungsi Pengarahan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat 06 Fungsi Pengarahan A. Motivasi Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci