TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian"

Transkripsi

1 Faktor internal : Perasaan Kebutuhan ragu dan takut dasar mengungkapkan manusia menurut potensi Maslow diriyaitu : Ketidaktahuan Fisiologis potensi Dukungan diri. informasional Faktor Eksternal Rasa aman Dukungan dan Aktualisasi perlindungan. penilaian diri BAB II Dukungan Keluarga Dukungan dalam aktualisasi Keluarga diri pada anak usia prasekolah Budaya Rasa cinta Dukungan dimiliki usia prasekolah instrumental dan memiliki Lingkungan Harga diri Dukungan Emosional TINJAUAN PUSTAKA Pola asuh Aktualiasai Orang tua: diri Praktek pengasuhan anak. Dukungan keluarga. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari apa yang dia bisa. Maslow dalam (Arinanto, 2009), menyatakan aktualisasi adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi akan dibantu dan dihalangi oleh pengalaman dan belajar khususnya saat usia anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi dari fisiologis ke psikologi (Arianto, 2009). Aktualisasi dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, dari semua pemenuhan kapasitas dan kualitas. Aktualisasi juga mempermudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu semakin bertambah besar, maka akan semakin berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi diri beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kedewasaan (Aryanto, 2008). Menurut Abraham Maslow dalam konsep Hirarki kebutuhan Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum pemenuhan kebutuhan yang selanjutnya. Kebutuhan tertinggi dalam teori Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang dimulai disadari pada dirinya. Semua manusia akan mengalami fase tersebut, hanya saja sebagian manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuran-ukuran pencapaian dari tahap yang dikemukakan oleh teori Maslow. Jika seorang manusia dapat cepat melampaui tiap tahapan awal dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia memiliki kesempatan mengenal dirinya yang sebenarnya (Arianto, 2009). 8

2 2 Abraham Maslow seorang psikologi modern membagi kebutuhan dasar manusia menjadi 5 komponen kebutuhan, dimana kebutuhan aktualisasi diri sangat dipengaruhi oleh tahap-tahap kebutuhan dasar yang lain. Kebutuhan tersebut meliputi: a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis. b. Kebutuha keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut dan tekanan, dari lingkungan atau kejadian yang mengancam. c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi, dan kasih sayang. d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan hargi diri, status, prestasi, respek, dan penghargaan dari pihak lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimalkan penggunaan kemampuan dan potensi diri. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat dan potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri Anak yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain baik dari dalam atau dari luar keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakan untuk melakukan sesuatu. a. Internal Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri anak yang meliputi :

3 3 1) Ketidaktahuan akan potensi diri 2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya terhambat untuk berkembang. Potensi merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Perubahan pada diri seseorang dapat dimaksimalkan dengan baik jika dapat mengetahui potensi yang ada dalam diri kemudian dapat mengarahkan kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009) b. Eksternal Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri sesorang seperti: 1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi diri berupa pengembangan potensi anggota dalam masyarakat karena perbedaan karakter setiap individu dalam kehidupan yang nyata terkadang lingkungan kurang menunjang aktualisasi individu yang dianggap berbeda dalam kelompok masyarakat. 2) Faktor Lingkungan Lingkungan masyarakat juga berpengaruh dalam pencapaian aktualisasi diri (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosiopsikologis (Sudrajat, 2008) 3) Pola Asuh Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peran penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak terutama saat usia prasekolah (Borwn, 2001). Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik dari dalam atau dari luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan potensi yang dimiliki dari tekanan internal maupun eksternal dalam

4 4 pengaktualisasian dirinya pada lingkungan dan orang lain menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Kematangan diri menunjukkan individu tersebut telah mencapai aktualisasi diri secara penuh. Proses aktualisasi diri dalam individu disebabkan adanya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu saling mempengaruhi satu dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah kepada pertahanan diri, sehingga muncul rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi risiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan bertindak. Sementara kekuatan yang lain adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri yang diwujudkan dengan adanya potensi diri yang dimiliki, sehingga muncul kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh (Asmadi, 2008). Faktor- faktor baik dari internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi tercapainnya tingkatan aktualisasi diri pada anak, dimana faktor internal yang datang dari dalam diri seseorang seperti ketidaktahuan potensi diri dan perasaan takut dan ragu mengungkapkan potensi diri yang dapat mengakibatakan terhambatnya pembentukan kebutuhan dasar manusia yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Sedangkan faktor dari luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap aktualisasi diri yaitu, budaya masyarakat yang berbeda karakter yang dapat menghambat potensi seseorang. Lingkungan masyarakat baik secara fisik dan psikologis yang dapat menunjang pembentukan aktualisasi diri. Pola asuh orang tua dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam pembentukan aktualisasi pada anak, dimana pada saat usia anak-anak sangat bergantung pada orang yang dianggap lebih dewasa. Pola asuh orang tua yang diberikan termasuk dalam dukungan keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri pada anak, jika seorang

5 5 anak diasuh dengan pola yang baik dan sesuai dengan tingkat perkembangannya maka seorang anak akan berkembang sesuai dengan pola asuh yang diharapkan orang tua. Akan tetapi jika orang tua menerapkan pola asuh yang tidak sesuai seperti pola asuh yang terlalu keras dan memaksa akan mengakibatkan anak menjadi seorang yang takut dalam menunjukkan potensi dan mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya, karena anak takut jika apa yang mereka lakukan dianggap salah dan akan mendapatkan hukuman. Tidak hanya pola asuh yang menjadi unsur dukungan keluarga, pemenuhan kebutuhan fisik, kasih sayang, pengakuan dalam keluarga, pemberian pujian saat anak melakukan hal baik juga merupakan bentuk dukungan keluarga. Aktualisasi diri dapat terbentuk berawal dari keluarga sehingga anak yang memiliki aktualiasi diri yang positif akan terbentuk individu yang memilki kepribadian yang baik saat anak mulai mengenal dunia luar. Orang tua memiliki peran dan besar dalam proses aktualisasi diri pada anak yaitu mendampingi anak dan membantu anak dalam mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki anak. Dukungan orang tua yang diberikan pada anak sangat diperlukan dalam menumbuhkan aktualisasi diri pada anak, maka apapun yang menjadi kekuatan dan kelemahan anak yang dimiliki oleh seorang anak, dan sebagai orangtua sudah menjadi tugasnya untuk mendukung segala potensi yang dimiliki anak agar tercapai proses aktualisasi diri pada anak secara optimal sejak dini. 3. Karakteristik Aktualisasi Diri Seorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 2001), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut anatara lain: a. Penerimaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain

6 6 Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat tersebut akan membentuk rasa toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. b. Kesadaran sosial Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang dan ingin membantu orang lain. Perasaan ingin membantu selalu ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial dimana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain. c. Hubungan interpersonal Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan dengan rasa cinta dan penuh kasih sayang. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut tidak cocok dengan masyarakat sekitarnya. d. Kreativitas Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kretivitas ini di wujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang potensi, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain. e. Mengintegrasikan sarana dan tujuan Seseorang yang teraktualisasi melihat saran dapat menjadi tujuan, karena kepuasan dan kesenangan yang ditimbulkannya. Aktivitas yang dilakukan seseorang yang dapat mencapai aktualisasinya untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan. Menyenangi apa yang dilakukan sekaligus melakukan apa yang disenangi, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa nyaman dan penuh dengan rekreasi dalam aktivitasnya. 4. Aktualisasi diri pada anak-anak

7 7 Aktualisasi diri pada anak-anak adalah masa yang sangat awal bagi seseorang untuk dikatakan hidup sebagai manusia. Maka kebutuhan yang paling awal terpenuhi sebelum mencapai pada kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan fisik. Bagi seorang anak kebutuhan tersebut sangat besar karena tuntutan fisiknya harus terpenuhi, hal ini berlaku untuk tahap-tahap selanjutnya. termasuk pada tahap kebutuhan selanjutnya (Fitri, 2009). Ketika seorang anak dianggap memiliki prestasi yang ditunjukkan, hal tersebut belum tentu dapat dikatakan seorang anak sudah memasuki pencapaian sikap aktualisasi, terkadang seorang ketika ditanyakan apakah dia senang saat memenangkan suatu kompetisi, dia akan menjawab senang. Kemungkinan anak tersebut mengalami pencapaian kebutuhan yang lain yaitu kebutuhan yang berada di bawah kebutuhan aktualisasi diri. Jika menampilkan diri seorang anak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik, maka saat menang akan mendapatkan hadiah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Saat anak menampilkan diri maka seorang anak dapat memenuhi kebutuhan akan cinta dari lingkungannya, maka anak telah hidup dalam lingkungan yang tidak menghargai keberadaannya, kecuali ketika seorang anak tampil. Padahal sudah menjadi kewajiban orangtua untuk menghargai potensi maupun kekurangan dalam kondisi apapun. Seorang anak memiliki kebebasan dalam penentuan potensi yang dimiliki dan bebas untuk menunjukkan potensi yang dimilki tanpa harus ada paksaan dari pihak yang lain, yang nantinya saat beranjak dewasa seorang akan memiliki rasa senang dan kepuasan dalam hidupnya (Fitri, 2009). 5. Cara Mengukur tingkat aktualisasi diri pada anak usia prasekolah Seorang anak dapat dilihat apakah dia bisa dikatakan tercapai proses aktualisasi diri adalah dengan dilihat dari bagaimana seorang anak berperilaku dalam kehidupan sosialnya dan keberanian seorang anak dalam hal mengungkapkan apa yang menjadi keinginanya. Menurut Rosanti (2011) seorang anak dapat dikatakan terpenuhi proses aktualisasi diri yaitu dengan melihat perkembangan anak sebagai berikut :

8 8 a. Anak dapat menunjukkan sikap mandiri dalam melakukan kegiatan. b. Anak mulai mampu untuk berbagi, menolong dan membantu teman-temannya. c. Seorang anak mulai bisa menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan yang kompetitif secara positif. d. Seorang anak dapat menunjukkan sikap pengendalian perasaan. e. Anak dapat juga dapat memahami dan mengikuti peraturanperaturan dalam suatu permainan. f. Jika seorang anak diminta untuk tampil ke depan seorang anak mampu melaksanakan tanpa ada perasaan ragu dan melakukan dengan sikap percaya diri. g. Seorang anak mampu untuk menjaga dirinya sendiri dari lingkungan sekitar. Misalnya anak tidak terpengaruh dengan teman yang lain berbuat yang negatif dan dapat melanggar aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. h. Seorang anak dapat menghargai pendapat dan mendengarkan temannya saat bermain bersama. i. Seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata sifat yang sederhana ( baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani dan jelek) j. Seorang anak dapat mengungkapkan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan dan jika anak tidak setuju. k. Seorang anak dapat menunjukkan secara optimal potensi-potensi yang dimiliki seorang anak tanpa ada rasa tekanan dari pihak lain l. Anak dapat menunjukkan inovasi-inovasi yang sederhana kreativitas yang dimilki. m. Dari uraian-uraian di atas merupakan sikap yang dapat dikategorikan unsur pembentukan sikap aktualisasi diri pada anak. Jika seorang dapat melakukan sikap-sikap tersebut maka tercapailah seorang anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang paling atas yang

9 9 disebut aktualisasi diri. Anak yang sudah tercapai aktualissi dirinya akan mempermudah untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki sejak dini dan menjadi seorang yang lebih matang dalam hal perkembangan saat dewasa kelak. Semakin cepat seorang anak mencapai kebutuhan aktualisasi diri maka anak tersebut memiliki kesempatan mengenal dirinya sendiri yang sebenarnya lebih cepat dari anak-anak yang lain. B. Dukungan Keluarga 1. Definisi Menurut Friedmen (2001) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan kelurga terhadap anggotanya. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) serta keterlibatan emosional ke dalam intimasi dan kepercayaan dalam hubungan sosial (Kane, 2001). Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan nonverbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orangorang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosial atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini seseorang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena mendapat perhatian, saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Kuncoro, 2002). Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesedian, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, serta dapat menghargai dan saling menyayangi (Serason, 2002). 2. Jenis dukungan Keluarga

10 10 Dalam suatu keluarga terdapat 4 dukungan yang harus dilakukan pada anggotanya yaitu: a. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat menyambungkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. b. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian. c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti tenaga, sarana dan materi. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau atau setamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap anggotanya yang sedang mengalami kesulitan atau penderitaan. d. Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukngan ini adalah secara emosinal menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap pertumbuhan dan perkembangan bisa menjadi fungsi yang bersamaan (Wiils, 2003).

11 11 3. Sumber Dukungan Keluarga Menurut Root dan Dooley dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga natural diterima sesorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misal anggota keluarga (ibu, ayah, saudara dan kerabat) teman dekat. Dukungan keluarga bersifat non formal sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan keluarga yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan kelurga akibat bencana alam melalui berbagai macam sumbangan sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai berbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada: 1) Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan. 2) Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan. 3) Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah lama. 4) Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan mulai dari dukungan secara fisik dan dukungan secara moral. 5) Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan psikologis. 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah: a. Faktor Internal 1) Tahap perkembangan Dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan yang dalam anggotanya yang bebeda-beda.

12 12 2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang untuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat aktualisasi pada anak dan anggota keluarganya dan pengetahuan tentang tingkat perkembangan kebutuhan yang berhubungan dengan aktualisasi diri. 3) Faktor psikologis Psikologis juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya terutama anak pada usia prasekolah. Adapun yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam dukungan psikologis sebagai sumber penguatan emosional seorang anak. Dimana pada usia prasekolah anak masih memiliki psikologis yang masih labil dan memerlukan dukungan untuk keluarga. 4) Faktor Spritual Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. b. Faktor Eksternal 1) Praktik dalam Keluarga Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan mempengaruhi anggotanya dalam pencapaian pengembangan kebutuhan dasarnya yaitu kebutuhan aktualisasi. 2) Faktor sosioekonomi Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan pengetahuan dan cara berpikir seseorang untuk lebih meningkatkan kebutuhan dasarnya. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan dan cara pemenuhan peningkatan dasar yaitu aktualisasi diri. Semakin

13 13 tinggi tingkat ekonomi suatu keluarga biasanya akan lebih cepat untuk memenuhi setiap tingkatan kebutuhan dasar sehingga cepat sampai pada tingkatan terakhir yaitu kebutuhan aktualisasi diri. 3) Faktor Budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan kelaurga dalam memberikan dukungan termasuk bagaimana cara pemberian dukungan untuk pencapaian pada tingkat kebutuhan dasar yaitu aktualisasi diri. 5. Cara mengukur Dukungan Keluarga Menurut Smet (2000) cara untuk mengukur dukungan keluarga dapat dilihat dengan ciri-ciri dukungan yaitu : a. Informatif, yaitu dengan cara memberikan dukungan infomasi yang diperlukan oleh keluarganya seperti pemberian nasehat, pengarahan, ideide atau informasi lainnya. b. Perhatian sosial, dukungan tersebut dapat ditunjukan berupa dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. c. Bantuan Instrumental, anggota keluarga bersedia menolong secara langsung jika salah satu dari anggotanya mengalami kesulitan. Misalnya dengan cara menyediakan peralatan yang lengkap dan obat-obatan yang dibutuhkan anggota keluarganya. d. Bantuan penilaian, pemberian penilaian positif dan negatif yang pengaruhnya sangat berarti seperti pujian jika anggotanya melakukan tindakan yang benar dan teguran saat anggotanya melakukan kesalahan.

14 14 C. Kerangka Teori 1. - Skema 2. 1 Kerangka Teori Sumber : Asmadi, ( 2008 ).

15 15 D. Kerangka Konsep Varibel Independen Variabel Dependen Skema 2. 2 Kerangka Konsep E. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen penelitian ini yaitu dukungan keluarga, sedangkan aktualisasi diri sebagai variabel dependen. F. Hipotesa Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian adalah Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan aktualisasi diri pada anak usia prasekolah di TK ABA 31 Ngaliyan Semarang. G. Jadwal Penelitian Terlampir.

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG 5 ABSTRAK Anak merupakan generasi unggul penerus suatu bangsa yang pada dasarnya tidak akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen proyek kontruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksananakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sebagai generasi unggul dalam sauatu negara pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa bantuan dari orang yang dianggap dewasa. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu sangat penting bagi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan istilah zoon politicon. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya mengandalkan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian, kegiatan kegiatan, dan mencapai tujuan bersama (Muhammad, 2009, h. 23). Menurut UUD 1945 pasal 28, berorganisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realitas perubahan zaman yang terus bergerak dinamis menjelaskan tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup signifikan dalam hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam hati kecilnya pasti berharap dapat berkembang sebagai pribadi yang matang, mengembangkan potensi-potensi dirinya, dan menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami kebutuhan para karyawannya agar karyawan. mampu memberikan feedback positif bagi perusahaan, Persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami kebutuhan para karyawannya agar karyawan. mampu memberikan feedback positif bagi perusahaan, Persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan aktualisasi diri adalah sebagai kebutuhan final setiap individu yang bekerja di suatu perusahaan, dimana perusahaan harus mampu memahami kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah suatu proses atau usaha yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP Pertemuan II KONSEP DASAR KELUARGA Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP. 197401121998031002 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas I Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam

Lebih terperinci

Chairul Huda Al Husna

Chairul Huda Al Husna DIMENSI SOSIAL LANSIA Chairul Huda Al Husna PARADIGMA Lansia Proses menua Perubahan fisik Perubahan psikologis Perubahan sosial Stressor PARADIGMA Semakin tua partisipasi sosial & cakupannya menyempit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami 1. Pengertian Dukungan Suami Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Menurut

Lebih terperinci

PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA Dadang Kusbiantoro.......ABSTRAK....... Pijat bayi menjadi penyelesaian masalah dari setiap ibu yang mempunyai bayi. Pijat bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami perubahan dari fase kehidupan sebelumnya. Masa anak prasekolah sering disebut dengan golden age atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang memerlukan waktu, dana, dan usaha serta kerjasama berbagai pihak. Berbagai aspek dan faktor terlibat

Lebih terperinci

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci