HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA KOTA BOJONEGORO. Abd. Hafid

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA KOTA BOJONEGORO. Abd. Hafid"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA KOTA BOJONEGORO Abd. Hafid Abstract, The purpose of this study was to determine the relationship between conformity and peer self-concept and consumer behavior in adolescents. The hypothesis is a positive relationship between peer conformity with consumer behavior, there is a negative relationship between self-concept and consumer behavior in adolescents, and together there is a relationship between conformity and peer self-concept and consumer behavior in adolescents. The population in this study were students of PMTs Attanwir with totaling sample 53 people. Sampling by purposive sampling. The data was collected using a scale. Scale-study used peer conformity and self-concept scale and the scale of the consumer behavior. The data analysis technique used is multiple regression analysis. From the results of data analysis showed that there was a significant relationship between peer conformity and self-concept and consumer behavior in adolescents as indicated by the acquisition of p = (p <0.05). And obtained the coefficient of determination (R Square) by 0263 means that both variables contribute to the behavioral variables kosumtif by 26.3% and 73.7% influenced by other variables. Keywords: conformity, self-concept, and consumer behavior Intisari, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja Kota Bojonegoro. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif, ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja Kota Bojonegoro, dan secara bersama-sama ada hubungan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja Kota Bojonegoro. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi MTs Attanwir Bojonegoro dengan sampel penelitian berjumlah 53 orang. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode skala. Skala penelitian yang digunakan skala konformitas teman sebaya dan skala konsep diri dan skala perilaku konsumtif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda. Dari analisis data menunjukkan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja yang ditunjukkan dengan perolehan p=0,000 (p<0,05). Dan diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar artinya bahwa kedua variabel tersebut memberikan kontribusi pada variabel perilaku kosumtif sebesar 26,3% dan 73,7% dipengaruhi oleh variabel yang lainnya. Kata kunci : Konformitas, konsep diri, dan perilaku konsumtif 1

2 Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang tidak dibutuhkan, namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekedar mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial, dan sebagainya (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Remaja membuat pertimbangan untuk membeli suatu produk menitik beratkan pada status sosial, mode dan kemudahan daripada pertimbangan ekonomis. Bahkan nampaknya analisa pasar ini sering jitu, tidak saja dalam membuat analisis perilaku konsumtif remaja tersebut tetapi juga analisis kebutuhan remaja, motivasi remaja, sikap remaja, bahkan tata nilai kehidupan remaja, sehingga tidaklah aneh bila remaja kemudian menjadi incaran bagi produsen. Remaja dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku, perilaku konsumen, kesenangan terhadap hal-hal tertentu mempunyai ciri khas sendiri. Kaum remaja merupakan pembeli potensial untuk produk-produk seperti pakaian, sepatu, kosmetik bahkan sampai makanan (Monks, 2006). Pernyataan diatas juga dibuktikan oleh penelitian Sari (2005) bahwa perilaku konsumtif juga bisa dihubungkan dengan pengendalian diri remaja, karena hasil uji korelasi penelitian tersebut mengatakan apabila ada hubungan yang negatif antara pengendalian diri dan perilaku konsumtif pada remaja Kota Bojonegoro. Artinya bahwa semakin remaja kurang bisa mengendalikan diri maka semakin tinggi perilaku konsumtif yang dilakukan oleh usia remaja di kota besar ( diakses pada tanggal 6 Februari 2012). Zebua dan Nurdjayadi (2001) mengatakan bahwa perilaku konsumtif pada remaja diduga terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu konsep diri mereka sebagai remaja dan tingkat konformitas terhadap kelompok sebaya. Masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik, sosial dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan jati diri atau identitas diri. Upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan bagaimana remaja menampilkan dirinya. Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari kelompok sebaya mereka. Demi pengakuan tersebut, remaja seringkali bersedia melakukan berbagai upaya meskipun mungkin hal itu bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi mereka bila yang melihat adalah orang tua atau orang dewasa lainnya. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Peer group menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati diri mereka. Pada 2

3 dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri mereka pada suatu kelompok karena suatu kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Konformitas adalah satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja-anggota kelompok tersebut (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Di sisi lain dalam memperoleh jati diri, remaja berusaha membentuk citra atau image tentang dirinya dan upaya ini terlihat dalam suatu gambaran tentang bagaimana setiap remaja mempersepsikan dirinya. Termasuk didalamnya bagaimana ia mencoba menampilkan diri secara fisik. Hal tersebut membuat mereka sensitif terhadap gambaran fisik sehingga mendorong mereka melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntutan komunitas sosial mereka. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja untuk berperilaku konsumtif (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Perilaku Konsumtif Fromm (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya. Membeli saat ini seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan, meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu. Pendapat Fromm di atas oleh Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) diberi istilah sebagai perilaku konsumtif (consumptive behavior). Perilaku tersebut menggambarkan suatu tindakan yang tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Kesimpulannya bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, pengunaan segala hal yang paling mewah yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik. Perilaku konsumtif pada remaja Kota Bojonegoro Zebua dan Nurdjayadi (2001) menyatakan bahwa remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Monks (2006) mengatakan bahwa pada umunya konsumen remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umunya remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku, kesenangan musik, dalam pertemuan dan pesta. Remaja selalu ingin berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain terutama teman sebaya, sehingga remaja kebanyakkan membelanjakan uangnya untuk keperluan tersebut. 3

4 Konformitas Teman Sebaya Konformitas merupakan salah satu bentuk penyesuaian dengan melakukan perubahan-perubahan perilaku yang disesuaikan dengan norma kelompok. Konformitas terjadi pada remaja karena pada perkembangan sosialnya, remaja melakukan dua macam gerak yaitu remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan menuju ke arah teman-teman sebaya (Monks, 2006). Havighurst (dalam Hurlock, 1999) berpendapat bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari remaja yang mempunyai usia, sifat, dan tingkah laku yang sama dan ciriciri utamanya adalah timbul persahabatan. Myers (dalam Aryani, 2006) mengemukakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok. Ini terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari celaan maupun keterasingan. Menurut Hurlock (1999), karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Monks (2006) bahwa berkaitan dengan hubungan sosial, remaja harus menyesuaikan diri dengan orang di luar lingkungan keluarga, seperti meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya (peer group). Kuatnya pengaruh kelompok sebaya terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya disebut konformitas (Monks, 2006). Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan suatu hal yang paling banyak terjadi pada masa remaja. Agar remaja dapat diterima dalam kelompok acuan maka penampilan fisik merupakan potensi yang dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang menyenangkan yaitu merasa terlihat menarik atau merasa mudah berteman. Konsep Diri Agustiani (2009) mengemukakan konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Fitts (dalam Agustiani, 2009) menyatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts juga menjelaskan konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar dirinya. Diri fenomenal ini adalah diri yang diamati, dialami, dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang ia 4

5 sadari. Keseluruhan kesadaran atau persepsi ini merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri individu. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya (Hurlock, 1999). Mead (dalam Burns, 1993) menjelaskan pandangan, penilaian, dan perasaan individu mengenai dirinya yang timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial sebagai konsep diri. Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki (Rakhmat, 2001). Pernyataan tersebut didukung oleh Burns (1993) yang menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku di tengah masyarakat. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapainya kesehatan mental. Sehingga konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan. Konformitas Teman Sebaya, Konsep Diri, dan Perilaku konsumtif pada remaja Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan, namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekedar mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya. Perilaku konsumtif pada remaja ini terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu konsep diri mereka sebagai remaja dan tingkat konformitas terhadap kelompok teman sebaya. Seperti diketahui masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik, sosial dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan jati diri atau identitas diri. Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri mereka pada suatu kelompok karena suatu kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Konformitas adalah satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja-anggota kelompok tersebut (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Melalui pernyataan tersebut tampak bahwa remaja yang menginginkan harmonisasi dan dukungan emosi dalam menjalin persahabatan akan lebih mudah dalam melakukan konformitas, mengikuti norma yang berlaku di kelompok, meskipun tidak ada paksaan secara langsung untuk hal itu. Remaja akan menyamakan tingkah laku, hobi, gaya hidup, penampilan agar tidak beda dengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya, maka perilaku konsumtif pun terjadi. 5

6 Di sisi lain dalam memperoleh jati diri, remaja berusaha membentuk citra atau image tentang dirinya dan upaya ini terlihat dalam suatu gambaran tentang bagaimana setiap remaja mempersepsikan dirinya. Termasuk didalamnya bagaimana ia mencoba menampilkan diri secara fisik. Hal tersebut membuat mereka sensitif terhadap gambaran fisik sehingga mendorong mereka melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntutan komunitas sosial mereka. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja untuk berperilaku konsumtif (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Brooks (dalam Rakhmat, 2005) mendefenisikan bahwa melalui konsep diri individu dapat memperoleh gambaran tentang dirinya secara utuh. Baik yang bersifat fisik, sosial dan psikologis diperoleh melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain. Menurut Dodgson dan Wood (dalam Parma, 2007) mengatakan bahwa individu yang mempunyai konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Untuk itu individu cenderung menutup secara pribadi namun seiring waktu serta pengalaman sosialnya, individu akan belajar memperbaiki diri menuju pada pandangan akan dirinya dengan baik. Berbagai macam cara akan individu lakukan karena dalam pemahamannya hanya bagaimana ia menjadi pribadi dengan memiliki pemaknaan diri yang positif. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya. Tanpa alasan apapun, individu tidak bersusah payah untuk memahami dirinya lebih baik lagi karena ia sudah memiliki pemahaman diri yang positif. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja 2. Terdapat hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif pada remaja. Asumsinya bahwa semakin positif konformitas teman sebaya atau semakin konform remaja itu dengan teman sebaya maka semakin tinggi pula perilaku konsumtifnya, begitu sebaliknya semakin negatif konformitas teman sebaya atau semakin tidak konform remaja dengan teman sebayanya maka semakin rendah pula perilaku konsumtifnya. 3. Terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja. Asumsinya bahwa semakin negatif konsep diri remaja maka diikuti juga semakin tinggi perilaku konsumtifnya, begitu juga sebaliknya semakin positif konsep diri remaja maka semakin rendah pula perilaku konsumtifnya. Subjek Subyek penelitian adalah : (1) remaja berusia tahun, (2) status ekonomi menengah sampai atas (3) mempunyai uang saku tiap bulan minimal Rp ,-, (4) mempunyai kelompok teman sebaya. Dan ditemukan untuk subjek penelitian dengan jumlah 53 orang. 6

7 Alat Ukur Periaku konsumtif diukur dengan skala perilaku konsumtif. Aitem-aitem favorable dan unfavorable mengurai aspek-aspek dari Sumartono (2002), yaitu : (1) Membeli produk karena iming-iming hadiah, (2) Membeli produk karena kemasannya menarik, (3) Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, (4) Membeli produk atas pertimbangan harga, bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya, (5) Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, (6) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, (7) Membeli produk dengan harga mahal untuk meningkatkan percaya diri, (8) Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda). Skor skala adalah 4 poin kontinum sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Uji diskriminasi aitem (N=100) 46 aitem memenuhi indeks daya diskriminasi aitem, untuk uji daya diskriminasi aitem dinyatakan valid pada p > 0,25. Dengan reliabilitas Alpha = 0,962. Contoh aitem, Dalam membeli produk saya lebih memfokuskan pada harganya dari pada manfaatnya. Konformitas teman sebaya diukur dengan 41 aitem yang mengurai aspekaspek dari Sears (1991), meliputi : (1) Kekompakan, yaitu (a) Menyesuaikan diri terhadap norma kelompoki, (b) Perhatian terhadap kelompok, (2) Kesepakatan, yaitu (a) Kepercayaan, (b) Persamaan pendapat, (c) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok, (3) Ketaatan, yaitu (a) Harapan orang lain, (b) Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman. Aitem-aitem skala disusun secara favorable dan unfavorable. Skor skala adalah 4 poin kontinum sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Aitem-aitem memenuhi indeks daya diskriminasi aitem dengan p > 0,25, dengan reliabilitas Alpha = 0,961 (N=100). Contoh aitem, Pendapat saya selalu ditolak oleh kelompok. Aspek-aspek konsep diri dari Fitss (dalam Agustiani, 2009), yaitu : (1) Dimensi Internal meliputi, (a) Diri identitas, (b) Diri perilaku, (c) Diri penerimaan/penilai dan (2) Dimensi Eksternal meliputi (a) Diri fisik, (b) Diri etikmoral, (c) Diri pribadi, (d) Diri keluarga, (e) Diri sosial diurai menjadi 36 aitem. Aitem-aitem favorable dan unfavorable diskala 4 poin kontinum sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Aitem-aitem memenuhi indeks daya diskriminasi aitem dengan p > 0,25, dengan reliabilitas Alpha = 0,952 (N=100). Conto aitem, Sifat buruk saya lebih dominan dari pada sifat saya yang baik. Hasil 1. Dari hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS 11,5 for windows, diperoleh nilai F = 8,914 ; dengan p = 0,000 ( p < 0,01) yang artinya hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sagat signifikan antara konfomitas teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif. Dengan koefisien determinasi (R Square) sebesar artinya bahwa kedua variabel tersebut memberikan kontribusi pada variabel perilaku konsumtif sebesar 26,3% dan 73,7% dipengaruhi oleh variabel yang lainnya. 2. Dari hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS 11,5 for windows, diperoleh nilai rx1y = 0,349 dengan p = 0,005 (p < 0,01) ; sangat signifikan. Artinya adalah hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan 7

8 antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif. Semakin remaja konform dengan teman sebaya maka semakin tinggi perilaku konsumtifnya, begitu juga sebaliknya semakin rendah konformitas teman sebaya maka semakin rendah pula perilaku konsumtif. Pada tabel measure of association diperoleh sumbangan efektif sebesar artinya variabel konformitas memberikan kontribusi sebesar 12,2% terhadap perilaku konsumtif. 3. Dari hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS 11,5 for windows, diperoleh nilai rx2y = -0,503 dengan p = 0,000 (p < 0,01) ; sangat signifikan. Artinya adalah hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif. Artinya bahwa semakin rendah konsep diri maka semakin tinggi perilaku konsumtifnya, demikian juga sebaliknya semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah perilaku konsumtif. Pada tabel measure of association diperoleh sumbangan efektif sebesar artinya bahwa variabel konsep diri memberikan kontribusi sebesar 25,3% terhadap perilaku konsumtif. Pembahasan Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara konfomitas teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif. Pernyataan diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Zebua dan Nurdjayadi, 2001) yang menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan bentuk khusus dari perilaku membeli yang dapat dilakukan oleh remaja dalam rangka menunjang penampilan diri yang sangat terkait dengan pembentukan konsep dirinya. Sementara itu, pembentukan konsep diri tampaknya juga tidak terlepas dari pengaruh kelompok sehingga dapat diasumsikan konformitas memegang peranan dalam hal ini. Diketahui bahwa masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik, sosial dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan jati diri atau identitas diri. Upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan bagaimana remaja menampilkan dirinya. Begitu pula hasil penelitian yang diperoleh dari siswa-siswi MTS Attanwir bahwa mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari kelompok sebaya mereka dan demi pengakuan tersebut, seringkali subjek bersedia melakukan berbagai upaya meskipun mungkin hal itu bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi sbujek bila yang melihat adalah orang tua atau orang dewasa lainnya, dan salah satunya upaya tersebut adalah dengan berperilaku konsumtif. Berdasarkan hasil korelasi secara parsial yang sangat signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif pada remaja, dan hal ini diungkapkan bahwa salah satu faktor psikologis yang turut berperan dalam pembentukan perilaku konsumtif adalah konformitas teman sebaya. Sedangkan dengan melihat nilai koefisien korelasi, dimana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif. 8

9 Artinya bahwa semakin seorang remaja konform dengan teman sebaya, maka semakin tinggi pula ia terpengaruhi untuk berperilaku konsumtif. Hasil penelitian diatas juga dibuktikan melalui Hurlock (1999), karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Zebua & Nurdjayadi (2001) bahwa upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan cara menampilkan dirinya, remaja ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan bagian dari kelompok sebaya secara khusus. Demi pengakuan tersebut, remaja seringkali bersedia melakukan berbagai upaya meskipun bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi mereka bila ditinjau dari kacamata orangtua atau orang dewasa lainnya. Upaya pribadi tersebut timbul karena remaja menyadari bahwa penerimaan sosial terutama peer groupnya sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang dinampakkan remaja. Kemampuan yang dimiliki remaja dapat meningkatkan atau menurunkan pandangan teman-teman sebaya terhadap dirinya. Sesuatu yang bersifat pribadi seperti tampang, bentuk tubuh, pakaian atau perhiasan, dan sebagainya, sangat diminati karena erat berkaitan dengan keberhasilannya dalam pergaulan. Remaja menjadi sangat memperhatikan penampilan dan menghabiskan banyak uang dan waktu serta usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat penampilannya menjadi lebih baik. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Peer group menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati diri mereka. Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri mereka pada suatu kelompok karena suatu kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Konformitas adalah satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja-anggota kelompok tersebut (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Melalui pernyataan tersebut tampak bahwa hasil penelitian yang dilakukan di MTS Attanwirmenyatakan bahwa subjek menginginkan harmonisasi dan dukungan emosi dalam menjalin persahabatan akan lebih mudah dalam melakukan konformitas, mengikuti norma yang berlaku di kelompoknya, meskipun tidak ada paksaan secara langsung untuk hal itu. Subjek akan menyamakan tingkah laku, hobi, gaya hidup, penampilan agar tidak beda dengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya, maka perilaku konsumtif pun terjadi. Berdasarkan hasil korelasi secara parsial yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja Kota Bojonegoro, dan hal ini diungkapkan bahwa salah satu faktor psikologis yang turut berperan dalam pembentukan perilaku konsumtif adalah konsep diri. Sedangkan jika melihat nilai koefisien korelasi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri 9

10 dengan perilaku konsumtif. Artinya semakin seorang remaja memandang rendah konsep dirinya, dapat diramalkan bahwa semakin mudah ia terpengaruhi untuk berperilaku konsumtif. Hal ini tampaknya tidak terlepas dari keinginan yang kuat pada remaja untuk tampil menarik. Pernyataan diatas dibuktikan juga dalam sebuah teori bahwa di sisi lain dalam memperoleh jati diri, remaja berusaha membentuk citra atau image tentang dirinya dan upaya ini terlihat dalam suatu gambaran tentang bagaimana setiap remaja mempersepsikan dirinya. Termasuk didalamnya bagaimana ia mencoba menampilkan diri secara fisik. Hal tersebut membuat mereka sensitif terhadap gambaran fisik sehingga mendorong mereka melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntutan komunitas sosial mereka. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja untuk berperilaku konsumtif (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Menurut Dodgson dan Wood (dalam Parma, 2007) mengatakan bahwa individu yang mempunyai konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Untuk itu individu cenderung menutup secara pribadi namun seiring waktu serta pengalaman sosialnya, individu akan belajar memperbaiki diri menuju pada pandangan akan dirinya dengan baik. Berbagai macam cara akan individu lakukan karena dalam pemahamannya hanya bagaimana ia menjadi pribadi dengan memiliki pemaknaan diri yang positif. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya. Tanpa alasan apapun, individu tidak bersusah payah untuk memahami dirinya lebih baik lagi karena ia sudah memiliki pemahaman diri yang positif. Tambunan (2001) mengatakan bahwa kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain inilah yang menyebabkan remaja berusaha mengikuti atribut yang sedang menjadi mode dan berperilaku konsumtif. Berdasarkan pembahasan diatas, konsep diri adalah pandangan, penilaian dan perasaan individu terhadap dirinya sendiri baik secara fisik, psikis, sosial maupun moral. Melihat hal tersebut konsep diri merupakan salah satu faktor perilaku konsumtif yang berarti konsep diri mempunyai andil dalam mempengaruhi perilaku konsumtif. Semakin negatif konsep diri remaja maka semakin tinggi kecenderungan remaja untuk berperilaku konsumtif, begitu juga sebaliknya semakin positif konsep diri remaja maka semakin rendah pula remaja untuk berperilaku konsumtif. Itu juga yang terjadi oleh siswa-siswi MTs Attanwir dari hasil penelitian ini, bahwa konsep diri subjek termasuk konsep diri yang negatif. Artinya pandangan akan diri subjek kurang baik dari segi fisik dan psikis. Kebanyakan subjek memandang dirinya kurang menarik, kurang mempunyai prinsip hidup yang kuat, kehadiran keluarga yang sedikit kurang maksimal, dan sebagainya. Dari sinilah penilaian dan pemaknaan akan diri subjek negatif dan disaat itulah, oleh karena penyesuaian dalam interaksi sosial, subjek ingin berusaha mengubah pemaknaan diri yang kurang terutama dari segi fisik dengan berperilaku konsumtif agar keberadaan dirinya dalam lingkup sosial terpenuhi. Hasil tingkat kontribusi dari variabel bebas kepada variabel tergantung masih rendah. Karena kedua variabel bebas memiliki korelasi yang kuat maka keduanya memiliki keterkaitan yang erat dan dapat dipandang sebagai suatu kesatuan. Dengan demikian pengaruhnya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan jika kedua variabel 10

11 bebas tersebut tidak saling berhubungan atau dapat berdiri sendiri sehingga masingmasing akan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar. Perlu dicermati bahwa baru 26,3% dari perilaku konsumtif yang dapat dijelaskan melalui konformitas teman sebaya dan konsep diri, berarti masih ada sisanya sebesar 73,7% yang dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini dan perlu diteliti lebih lanjut termasuk dalam pengendalian diri individu dalam mengontrol keinginan berbelanja, pengaruh intensitas menonton iklan televisi, gaya hidup yang serba modernisasi, dan factor psikologi yang lainnya. Dan dari dua variabel tersebut ternyata yang paling memberikan kontribusi tertinggi adalah variabel konsep diri dengan sumbangan efektif sebesar 25,3%. Selanjutnya kontribusi yang kedua adalah variabel konformitas dengan sumbangan efektif sebesar 12,2%. 11

12 Daftar Pustaka Agustiani, Hendriati Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Cetakan Kedua. Bandung : Refika Aditama. Aryani, Gunita Hubungan Antara Konformitas dan Perilaku konsumtif pada remaja di SMA Negeri 1 Semarang. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Burns Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.Jakarta : Arcan. Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang : Ikip Semarang Press. Centi, J Paul. (1993). Mengapa rendah diri?. Yogyakarta :Kansius. Hadi, S Statistik. Jilid 1, 2, 3. Yogyakarta : Andi Offset. Hadi, S Metodologi Research. Jilid 1. Yogyakarta : Andi Offset. Hasibuan, Elfina P. N Hubungan Antara Gaya Hidup Brand Minded Dengan Kecenderungan Perilaku konsumtif pada remaja Putri. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Loudon, D. L., dkk, Consumer Behavior : Concepts and Applications. 4 th ed. New York: McGraw-Hill, Inc. Monks, F. J. & Knoers, A. M. P Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Cetakan keenam. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Muhid, A Analisis Statistic SPSS for windows. Surabaya : Duta Aksar Narbuko, C, dan Achmadi A Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara Pardede, Yudit O. K Konsep Diri Anak Jalanan Usia Remaja. Jurnal Penelitian Psikologi. No.2. Volume 12. Parma, Sintiche Ariesny Hubungan Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Remaja Putri Dalam Pembelian Kosmetik Melalui Katalog di SMA Negeri 1 Semarang. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro. Priyatno, D Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Media Kom. Rakhmat, J Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santrock, J.W Adolescence Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Sari, Tiurma Y Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body Image Pada Remaja Putri. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara. Sears, D.O., Freedman, J.L. & Peplau, L.A Psikologi Sosial Edisi ke-5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Soegito, Konsumerisme Penyebab Inflasi. Kepala BPS : diakses pada tanggal 26 Juli Somantri, Ating & Muhidin, Sambas Ali Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Cetakan II. Bandung : CV. Pustaka Setia. Sumartono Terperangkap Dalam Iklan. Bandung : CV. Alfa Beta. Tambunan, Raymond Remaja Dan Perilaku Konsumtif. Jakarta : Artikel 12

13 Zebua, Albertina S. & Nurdjayadi, Rostina D Hubungan Konformitas dan Konsep Diri Dengan Perilaku konsumtif pada remaja Putri. Phronesis Vol. 3 No diakses pada tanggal 6 Februari diakses pada tanggal 6 Februari diakses pada tanggal 6 Februari

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 45-50 Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri R. A. Adinah Suryati Ningsih, Yudho Bawono dhobano@yahoo.co.id Program Studi Psikologi,

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era moderen seperti ini seseorang sangatlah mudah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi yang terus berkembang memberikan perubahan pada perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, masyarakat seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG

PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG Bagus Haryo Suseno Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU Oleh : INDAH IRYANTININGSIH SUSILO WIBISONO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya Pembangunan Nasional Indonesia diiringi dengan tingkat kompleksitas masyarakat yang lebih tinggi. Adanya kemajuan ini secara nyata menyebabkan hasrat konsumtif

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada siswa kelas XI SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Wahyu Pranoto Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to empirically examine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN: MOTIVASI MEMBELI PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA PEREMPUAN Maria Sriyani Langoday Flora Grace Putrianti, S.Psi., M.Si Abstract The purpose of this study is to determine the relationship of self-concept

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-18 tahun,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006 HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006 S K R I P S I Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Negeri Semarang Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI PAKAIAN DI ONLINE SHOP PADA REMAJA SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI PAKAIAN DI ONLINE SHOP PADA REMAJA SMA KESATRIAN 1 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI PAKAIAN DI ONLINE SHOP PADA REMAJA SMA KESATRIAN 1 SEMARANG Oleh: Della Roselina Pertiwi M2A008113 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.Pengertian Perilaku Konsumtif A.Perilaku Konsumtif Konsumtif merupakan istilah yang biasanya dipergunakan pada permasalahan, berkaitan dengan perilaku konsumen dalam kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Gillin dalam (Sunarto, 2004:21) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya semua orang yang hidup di dunia ini memiliki kebutuhan untuk membuatnya bertahan hidup. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini banyak hal yang berubah, perubahan terjadi di dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi informasi, ekonomi-industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak terkecuali Indonesia yang merupakan negara berkembang. Perkembangan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pria Metroseksual II. A. 1. Pengertian Pria Metroseksual Definisi metroseksual pertama kalinya dikemukakan oleh Mark Simpson (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA PUTRI DALAM PEMBELIAN KOSMETIK MELALUI KATALOG DI SMA NEGERI 1 SEMARANG I N T I S A R I Oleh : Sintiche Ariesny Parma M2A000064 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.10, tahun 1964, Jakarta dinyatakan sebagai Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah china, India, dan Amerika Serikat. Saat ini Indonesia menempati posisi

Lebih terperinci

HARGA DIRI DAN INTENSI MEMBELI PRODUK FASHION PADA MAHASISWI JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

HARGA DIRI DAN INTENSI MEMBELI PRODUK FASHION PADA MAHASISWI JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS HARGA DIRI DAN INTENSI MEMBELI PRODUK FASHION PADA MAHASISWI JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Kartika Prasetyaningtyas, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. konsumtif remaja ditinjau dari status sosial ekonomi orangtua di SMKN 4. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. konsumtif remaja ditinjau dari status sosial ekonomi orangtua di SMKN 4. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian komparatif, yang membandingkan perilaku konsumtif remaja ditinjau dari status sosial ekonomi orangtua di SMKN 4 Pekanbaru.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju dan canggih menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Adapun kemajuan teknologi tersebut tidak lepas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang mewarnai abad ke- 21 telah memunculkan suatu gaya hidup baru yang diberi label modern. Globalisasi memungkinkan tumbuhnya gaya hidup global,

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Definisi Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah sebagai bagian dari aktivitas atau kegiatan mengkonsumsi suatu barang dan jasa yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk produk fashion pada masa sekarang ini memiliki banyak model dan menarik perhatian para pembeli. Mulai dari jenis pakaian, tas, sepatu, alat make up, dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri mahasiswa/i pendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu antara lain :

Lebih terperinci

teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia teknologi informasi telah menciptakan

teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia teknologi informasi telah menciptakan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA DI BANDA ACEH

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA DI BANDA ACEH HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA DI BANDA ACEH Jasmadi 1, Aulia Azzama 1 1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Samarinda

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Samarinda ejournal Psikologi, 2015, 3 (2): 569-578 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA Siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi perlu dilakukan dalam menganalisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Product Moment. Uji

Lebih terperinci

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu BAB I PEMBUKAAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu pengaruh terlihat dari perubahan perilaku membeli pada masyarakat.parma (2007)

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Kata konsumtif mempunyai arti boros, makna kata konsumtif adalah sebuah

Lebih terperinci

Hubungan Konsep Diri Dengan Konformitas Teman Sebaya Dalam Kegiatan Perkuliahan

Hubungan Konsep Diri Dengan Konformitas Teman Sebaya Dalam Kegiatan Perkuliahan HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA Ahmad Muammar Khumaini Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG Laily Febria Purnaningtyas, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dijelaskan beberapa hal mengenai definisi kontrol diri, aspek kontrol diri, faktor yang mempengaruhi kontrol diri, definisi perilaku konsumtif, faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumtif Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan berlebihan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku membeli impulsif atau impulsive buying merupakan sebuah fenomena psikoekonomik yang melanda kehidupan masyarakat pada jaman modern, khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah menyatu cukup lama, bahkan minuman keras seperti arak dan berem termasuk tuak merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karakteristik dan tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI DISUSUN OLEH : ELVA FAELA SHOFA 2012-60-011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO Fonda Desiana Pertiwi, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : INTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA Randi Agung Pranata, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Liestianti Surya Putri 1, Hastaning Sakti 2 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA Diyah Puji Lestari, Unika Prihatsanti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro diyah.saltig@gmail.com

Lebih terperinci

Noer Rafikah Zulyanti *) Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI

Noer Rafikah Zulyanti *) Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN MEREK INDOMIE ( Studi pada anak kos yang tinggal di wilayah Kota Lamongan ) Noer Rafikah Zulyanti

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA ANGAKATAN 2013 DIPLOMA III FAKULTAS TEKNIK JURUSAN KIMIA DAN SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Khadhofal Arif, Endang Sri Indrawati *) Jalan Prof. Soedarto. Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR Nova Devisanti Titik Muti ah Nova_dikson@yahoo.com tmutiah2000@yahoo.com Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA Abstrak HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA Jessica Sebayang, Munawir Yusuf, Aditya Nanda Priyatama Program Studi Psikologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Data setiap variabel diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) Release 13.0.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU KW (IMITASI) DI PASAR KLITHIKAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU KW (IMITASI) DI PASAR KLITHIKAN YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU KW (IMITASI) DI PASAR KLITHIKAN YOGYAKARTA Oleh Deni Dwi Mahendra Program S1 MANAJEMEN Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Deni Dwi Mahendra.

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK Hubungan Antara Citra Diri (Self Image) dengan Perilaku Konsumtif Dalam Pembelian Produk Kosmetik Pada Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang Kharina Putrie Sunastiko, Frieda N.R.H, Nofiar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci