PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SD NEGERI SERAYU YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SD NEGERI SERAYU YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SD NEGERI SERAYU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Deiby Astika NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i

2 ii

3 iii

4

5 MOTTO Dan katakanlah kepada hamba-hamba-ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Terjemahan Q. S. Al- Isra : 53)... dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan yang berbekas pada jiwa mereka. (Terjemahan Q. S. An-Nisa : 63) The most impotant thing in communication is to hear what isn t being said. (Peter Drucker) v

6 PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil alamiin, segala puji hanya milik Allah SWT karena dengan izin-nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Kupersembahkan skripsi ini kepada: 1. Bapak Junaidi Anwar dan Ibu Eny Kiswarin tercinta yang senantiasa mendidik, mendoakan, dan memberikan kasih sayang yang begitu besar selama ini. 2. Almamater tercinta, Universias Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama. vi

7 PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SD NEGERI SERAYU YOGYAKARTA Oleh Deiby Astika NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal anak dengan orang tua, tingkat konsep diri anak, dan apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 di SD Negeri Serayu, Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta yang berjumlah 95 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan skala dengan 4 alternatif jawaban. Uji validitas menggunakan judgement expert dan analisis butir instrumen, sedangkan uji reliabilitas menggunakan Cronbach s Alpha. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan variabel komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak. Komunikasi interpersonal anak dengan orangtua termasuk dalam kategori sedang sebesar 68,4% dan konsep diri anak juga berada dalam kategori sedang sebesar 63,2%. Hasil perhitungan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,539. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal anak dengan orang tua memberikan pengaruh 53,9% terhadap konsep diri anak. Selanjutnya sebesar 46,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Besarnya koefisien korelasi adalah 0,734 yang berarti korelasi variabel X dan Y tergolong kategori kuat. Kata kunci: komunikasi interpersonal, konsep diri, SD Negeri Serayu vii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SD NEGERI SERAYU YOGYAKARTA. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan depada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi umatnya. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini mendapat bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin penelitian. 2. Bapak Suparlan, M. Pd. I., selaku ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan fasilitas hingga selesai skripsi ini. 3. Ibu Haryani, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak H. Sujati, M. Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat selama masa kuliah di PGSD FIP UNY. 5. Seluruh dosen yang telah mengajar mata kuliah di PGSD FIP UNY yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan. 6. Kepala sekolah, segenap guru, karyawan, dan siswa kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi. 7. Bapak, Ibu, kakak dan adik yang senantiasa memberikan doa dan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. viii

9 ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua B. Konsep Diri C. Penelitian yang Relevan D. Kerangka Berpikir E. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Jenis Penelitian x

11 C. Tempat dan Waktu Penelitian D. Variabel Penelitain E. Devinisi Operasional Variabel F. Populasi Penelitian G. Teknik Pengumpulan Data H. Instrumen Penelitian I. Uji Coba Instrumen J. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian B. Deskrips Hasli Penelitian C. Uji Hipotesis D. Pembahasan E. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Tabel 4. Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 5. Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Konsep Diri Tabel 6. Statistik Deskriptif Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 7. Penetuan Kategori Tabel 8. Kategori Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 9. Hasil Kategori dan Presentase Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 10. Presentase setiap Aspek Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 11. Presentase setiap Indikator Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 12. Statistik Deskriptif Konsep Diri Tabel 13. Kategori Konsep Diri Tabel 14. Hasil Kategori dan Presentase Konsep Diri Tabel 15. Presentase setiap Aspek Konsep Diri Tabel 16. Presentase setiap Indikator Konsep Diri Tabel 17. Hasil R Square Tabel 18. Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi hal xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Kategori Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Gambar 2. Diagram Kategori Konsep Diri...72 hal xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Fakultas Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dinas Perizina Kota Yogyakarta Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Penelitian Lampiran 4. Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 5. Skala Konsep Diri Lampiran 6. Kisi-kisi Skala Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 7. Kisi-kisi Skala Konsep Diri Lampiran 8. Hasil Uji Coba Instrumen Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 9. Hasil Uji Coba Instrumen Skala Konsep Diri Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 11. Hasil Uji Validitas Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Instumen Konsep Diri Lampiran 14. Hasil Penelitian Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 15. Hasil Penelitian Skala Konsep Diri Lampiran 16. Hasil Analisis Deskriptif Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 17. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Lampiran 18. Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 19. Kategorisasi Konsep Diri Lampiran 20. Data Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Lampiran 21. Analisis Regresi Linier Sederhana Lampiran 22. Foto Dokumentasi hal xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang mempunyai karakteristik yang berbedabeda. Anak mempunyai tubuh, perilaku, pikiran, dan perasaan masingmasing. Seiring berjalannya waktu, bagaimana pemahaman anak tentang dirinya berubah. Anak aktif dan terus menerus mengembangkan dan memperbarui pemahaman tentang diri. Pemahaman seseorang terhadap diri sendiri sering disebut dengan konsep diri. Anant Pai (dalam Djaali, 2008: 130) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan seseorang tentang diri sendiri yang menyangkut apa yang orang tersebut ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilaku tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Seorang anak yang menerima keadaan diri sendiri dengan baik, berarti memiliki konsep diri yang positif. Anak tersebut akan lebih optimis, penuh percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, termasuk terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan bukan dipandang sebagai akhir dari segalanya, tetapi lebih menjadikannya sebagai pelajaran berharga untuk melangkah lagi ke depan. Konsep diri anak mula-mula terbentuk dari perasaan apakah anak tersebut diterima dan diinginkan kehadirannya oleh keluarga. Keluarga mempunyai peran penting dalam pembentukan konsep diri anak karena keluarga merupakan lingkungan pertama anak dalam bersosialisasi. Cara keluarga, 1

16 khususnya orang tua, memperlakukan anak memiliki peran besar dalam terbentuknya konsep diri anak. Konsep diri kemudian akan berkembang melalui perlakuan yang berulang-ulang setelah menghadapi sikap-sikap tertentu dari keluarga dan orang lain di lingkungan kehidupan anak tersebut. Hubungan keluarga yang baik cenderung membuat konsep diri anak positif. Salah satu hal yang dapat membuat hubungan keluarga baik adalah adanya komunikasi interpersonal yang efektif. Apabila setiap anggota keluarga dapat mengkomunikasikan perasaan dan pikirannya dengan baik, maka akan timbul keterbukaan dan saling memahami antar anggota keluarga. Hal ini cenderung akan membuat konsep diri anak menjadi positif. Komunikasi interpersonal yang efektif sangatlah penting, namun masih banyak keluarga yang belum berkomunikasi interpersonal dengan efektif. Sebuah laporan dari Children s Society (dalam Kompas.com: 2015) menyatakan bahwa banyak anak yang kabur dari rumah. Sebagian besar dari anak yang kabur dari rumah berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Anak yang berusaha melarikan diri biasanya memiliki alasan hubungan yang kurang positif dengan orang tua dan tingkat konflik keluarga yang tinggi. Adanya konflik keluarga yang tinggi membuat anak menganggap bahwa keluarganya adalah keluarga yang tidak harmonis, bahkan menganggap orang tuanya adalah orang tua yang buruk. Hal ini akan menumbuhkan rasa frustasi dan sikap permusuhan anak terhadap orang lain. Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY, Dr Sari Murti, mengatakan hingga bulan September 2015, LPA menangani 70 buah kasus 2

17 kekerasan pada anak, dengan sebagian besar kasus kekerasan seksual. Hal yang mengkhawatirkan adalah ada anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan tersebut, rata-rata anak ini hanya mencontoh. Sultan mengatakan bahwa banyak para orang tua yang acuh pada kegiatan anak di luar rumah (Evani, 2015). Hasil angket terbuka yang diisi anak kelas VA pada 17 Februari 2016 menunjukkan bahwa beberapa anak kelas VA cenderung tidak memberitahukan hasil ulangan yang buruk kepada orang tua. Beberapa anak bahkan berbohong tentang hasil ulangannya. Hal ini karena, beberapa anak kelas VA dimarahi oleh orang tua apabila mendapat hasil ulangan yang buruk. Morissan (2013: 152) mengatakan bahwa sifat manusia adalah tidak suka terlibat dalam konflik dan kekacauan yang akan menyusahkan dirinya. Tidak ada seorangpun yang suka terlibat dalam kesusahan. Orang tua yang memarahi anak membuat anak takut dan mendorong anak untuk cenderung berperilaku tidak sepenuhnya jujur dan bahkan berbohong. Banyak orang tua yang walaupun tanpa sengaja namun telah menanamkan kepercayaan kepada anak bahwa anak baru diterima bila berhasil dan ditolak bila gagal. Mengabaikan atau hanya terkadang saja menerima anak membuat anak melihat diri anak sebagai gabungan rasa hormat dan ejekan, apalagi bila anak memiliki kekurangan baik segi fisik maupun psikis (Musbikin, 2009). Beberapa anak kelas VA apabila mempunyai kesulitan dalam mengerjakan PR, tidak menanyakannya kepada orang tua. Alasannya adalah karena ingin 3

18 berusaha mengerjakan sendiri. Alasan anak yang lain adalah karena orang tua sibuk mengurus rumah dan adiknya. Beberapa anak kelas VA tidak menceritakan kegiatan yang dilakukan di sekolah kepada orang tua. Anak lebih memilih bercerita kepada teman, guru, atau anggota keluarga yang lain. Menurut anak, orang tua juga jarang menceritakan kegiatannya kepada anak. Kurangnya komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak membuat anak cenderung kurang terbuka kepada orang tua. Seorang anak kelas VA mengaku memilih untuk tidak mengatakan hal yang diinginkan kepada orang tua karena mengetahui bahwa orang tua tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Seorang anak yang lain mengaku ketika orang tua tidak bisa memenuhi keinginan anak maka anak akan menangis atau marah. Beberapa anak kelas VA mengakui bahwa dirinya pernah dicubit/dijewer oleh orang tua karena kelakuan anak yang nakal dan tidak menuruti kata-kata orang tua. Orang tua terkadang memanggil anak dengan sebutan anak nakal saat anak benar-benar membuat jengkel orang tua. Beberapa anak kelas VA mengakui bahwa dirinya adalah anak yang nakal. Pelabelan anak nakal dari orang tua, cenderung membuat anak menganggap bahwa seperti itulah kepribadiannya. Selanjutnya anak akan merasa wajar jika berbuat nakal, karena memang orang tua menyebut diri anak sebagai anak yang nakal. Kondisi di atas bukanlah masalah yang bisa dianggap sepele. Anak yang tidak menceritakan kegiatannya atau kesulitannya dalam pembelajaran 4

19 kepada orang tua menunjukkan kurangnya keterbukaan dan kepercayaan anak kepada orang tua. Pelabelan negatif terhadap anak cenderung mengakibatkan konsep diri anak menjadi rendah karena berpikiran sesuai dengan pelabelan negatif tersebut. Hal ini apabila dibiarkan berlarut-larut akan semakin menimbulkan masalah terhadap konsep diri anak di masa yang akan datang. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap seseorang terhadap orang lain, benda, dan kehidupan secara umum. Hal ini juga membuat seorang anak belajar berfikir tentang diri mereka sendiri, sebagaimana dilakukan oleh anggota keluarga mereka. Dengan meluasnya lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa diluar rumah, landasan awal ini bisa berubah dan mengalami modifikasi, namun tidak akan pernah hilang sama sekali. Keberlangsungan hubungan anak dengan orang tua tergantung dari kemampuan dalam melakukan komunikasi secara efektif. Kedua belah pihak harus paham cara untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, juga harus belajar untuk bersikap responsif sehingga orang merasa nyaman dan terbuka. Ada kecenderungan anak-anak di SD Negeri Serayu Yogyakarta komunikasi interpersonal dengan orang tua kurang efektif dan konsep dirinya rendah. Oleh karena itu peneliti ingin membuktikan apakah ada pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. Namun karena pengambilan data penelitian baru bisa dilakukan pada saat anak naik ke kelas VI maka lebih lanjut, penelitian ini berjudul Pengaruh Komunikasi Interpersonal Anak 5

20 dengan Orang Tua terhadap Konsep Diri Anak Kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan. Adapun identifikasi masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Anak cenderung berperilaku tidak sepenuhnya jujur dan bahkan berbohong karena takut dimarahi oleh orang tua atas hasil ulangan yang buruk. 2. Anak tidak menanyakan hal yang dirasa sulit ketika mengerjakan PR karena orang tua sibuk mengurus rumah dan adik. 3. Anak tidak menceritakan kegiatan yang dilakukan di sekolah karena orang tua jufajarang menceritakan kegiatannya kepada anak. 4. Anak menangis dan marah ketika orang tua tidak memenuhi permintaannya. 5. Anak mengakui bahwa dirinya adalah anak yang nakal karena orang tua memanggilnya dengan panggilan anak nakal. 6. Belum diketahuiya tingkat pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak di SD Negeri Serayu Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah diuraikan diatas maka peneliti membuat pembatasan masalah agar ruang lingkup 6

21 penelitian tidak terlalu luas, lebih jelas, dan terarah. Pembatasan masalah tersebut adalah penelitian ini fokus untuk membahas pengaruh komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana tingkat komunikasi interpersonal anak dengan orang tua pada anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta? 2. Bagaimana tingkat konsep diri pada anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta? 3. Apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui tingkat komunikasi interpersonal anak dengan orang tua pada anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. 2. Mengetahui tingkat konsep diri pada anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. 3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. 7

22 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Secara Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan baik bagi pembaca maupun peneliti khususnya dalam hal pengetahuan tentang komunikasi interpersonal dan konsep diri. b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam peningkatan kualitas guru dan orang tua dengan mengadakan pelatihan-pelatihan tentang konsep diri dan komunikasi interpersonal. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman guru tentang konsep diri yang berpengaruh kepada perilaku anak dan dapat memberikan masukan dalam penyempurnaan praktik komunikasi interpersonal guru di kelas. c. Bagi Orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua untuk lebih memahami peran konsep diri pada anak, 8

23 menumbuhkan konsep diri yang positif, dan menjaga komunikasi yang efektif dengan anak. d. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap perkembangan konsep diri sebagai bekal untuk membina anak saat peneliti menjadi guru atau orangtua di masa yang akan datang. 9

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi manusia menurut Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart (2013: 19) adalah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk berhubungan satu sama lain dan dengan lingkungan. Menurut Agus M. Hardjana (2003: 11) dari sudut pandang pertukaran makna, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. D.W. Johnson (dalam Supratiknya, 1995: 30) mendefinisikan komunikasi secara luas sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik secara verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain, sedangkan definisi komunikasi secara sempit adalah pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima pesan. Sedangkan menurut Joseph A. DeVito (2011: 24) komunikasi mengacu pada suatu tindakan, oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan, terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Dari pemahaman pengertian menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan oleh 10

25 seseorang kepada orang lain yang mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. 2. Prinsip Komunikasi Menurut Joseph A. DeVito (2011: 40-51), terdapat 8 prinsip komunikasi yaitu sebagai berikut. a. Komunikasi adalah Paket Isyarat Perilaku komunikasi baik pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya biasanya terjadi dalam paket (Pittenger, Hocket, & Danehy dalam DeVito, 2011: 40). Perilaku verbal maupun nonverbal saling memperkuat dan mendukung untuk mengkomunikasikan makna tertentu. b. Komunikasi adalah Proses Penyesuaian Komunikasi hanya dapat terjadi apabila para komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama (Pittenger, dkk dalam DeVito, 2011: 41). Prinsip ini menjadi sangat relevan karena tidak ada dua orang yang menggunakan sistem syarat yang persis sama. c. Komunikasi Mencakup Dimensi Isi dan Hubungan Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan manusia mengenali perbedaan dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Dimensi isi yang dimaksud disini menunjukkan isi pesan yang disampaikan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan hubungan antara komunikan dan bagaimana komunikasi dilakukan. 11

26 d. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer Dalam hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya, misalnya dalam hubungan dua orang yang bersaing. Dalam hubungan komplementer, dua orang mempunyai perilaku yang berbeda, misalnya dalam hubungan seorang atasan dan bawahan. e. Rangkaian Komunikasi Dipungtuasi Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinu, tidak ada awal dan akhir yang jelas. Setiap kejadian bisa menjadi sebab, dan setiap kejadian bisa pula menjadi akibat. Yang dianggap seseorang sebagai sebab bisa dianggap orang lain sebagai akibat, tergantung pada persepsi orang tersebut. f. Komunikasi adalah Proses Transaksional Komunikasi adalah transaksi. Transaksi yang dimaksud adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses, komponen-komponennya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan (Barnlund; Watzlawick; Watzlawick, dkk; Wilmot dalam DeVito, 2011: 47 ) g. Komunikasi Tidak Terhindarkan Seseorang tidak bisa tidak berkomunikasi (Watzlawick dkk., dalam DeVito, 2011: 50). Komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa atau tidak ingin berkomunikasi. Tidak berarti semua perilaku merupakan komunikasi, misalnya seorang siswa melihat keluar jendela dan guru tidak melihatnya, maka komunikasi tidak terjadi. 12

27 h. Komunikasi Tidak Reversibel Sekali seseorang telah mengkomunikasikan suatu pesan, pesan tersebut tidak dapat dibalikkan. Seseorang tidak bisa menghilangkan dampak dari pesan yang terlanjur diterima orang lain namun hanya bisa mengurangi. Seseorang perlu berhati-hati untuk mengucapkan sesuatu agar tidak menyesal dengan dampaknya kelak. Menurut Deddy Mulyana (2014: ) prinsip komunikasi diantaranya adalah. a. Komunikasi adalah proses simbolik Menurut Susanne K. Langer (dalam Deddy Mulyana, 2009: 92) salah satu kebutuhan pokok seseorang adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. simbol atau lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. b. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Seseorang tidak bisa tidak berkomunikasi. Hal ini tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilaku diri sendiri. c. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, mengisyaratkan bagaimana hubungan 13

28 para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan tersebut ditafsirkan. d. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Ketika seseorang sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku tersebut berpotensial untuk diterjemahkan orang lain. seseorang tidak bisa mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan suatu perilaku. e. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu Makna suatu pesan bergantung pada konteks fisik, ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Misalnya memakai pakaian merah menyala wajar dikenakan dalam suatu pesta, namun kurang beradab bila dikenakan dalam acara pemakaman. f. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Ketika seseorang berkomunikasi, orang tersebut meramalkan efek perilaku komunikasi yang berdampak pada orang lain. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung dengan cepat. g. Komunikasi bersifat sistemik Dalam komunikasi, setidaknya dua sistem dasar beroperasi yaitu sistem internal dan eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seseorang ketika berpartisipasi dalam komunikasi. Sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar 14

29 individu, misalnya kegaduhan di sekitarnya, penataan ruang, cahaya, dan lain sebagainya. h. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang sama persis, meskipun kembar. Namun adanya kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya pendidikan, bahasa, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang untuk saling tertarik dan lama kelamaan komunikasi akan berjalan dengan lebih efektif. i. Komunikasi bersifat nonsekuensial Komunikasi manusia bentuk dasarnya adalah bersifat dua-arah. Meskipun terdapat banyak model komunikasi satu-arah. Ketika seorang manager berbicara kepada para pegawainya, sebenarnya para pegawai tersebut menyampaikan pesan melalui perilaku nonverbal seperti anggukan. j. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan traksaksional Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung. Kejadian sederhana, seperti Tolong ambilkan garam melibatkan rangkaian kejadian yang lebih rumit bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa seseorang mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. 15

30 k. Komunikasi bersifat irreversible Dalam komunikasi, sekali seseorang mengirimkan pesan, orang tersebut tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi orang lain, apa;agi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Sifat irreversible menyadarkan bahwa seseorang harus berhati0hati utnuk menyampaikan pesan kepada orang lain karena efeknya tidak bisa dihilangkan sama sekali meskipun sudah berusaha meralatnya. l. Komunikasi bukan obat mujarab untuk menyelesaikan berbagai masalah Banyak persoalan yang disebabkan oleh komunikasi. Namun komunikasi bukanlah obat mujarab untuk menyelesaikan persoalan tersebut karena mungkin persoalan tersebut berkaitan dengan masalah struktural. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip komunikasi interpersonal diantaranya adalah komunikasi adalah proses simbolik, paket isyarat, proses penyesuaian, dan rangkaian dispungtuasi; setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi; komunikasi punya domensi isi dan hubungan; komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan; komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu; komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi; semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi; komunikasi bukan obat mujarab utuk menyelesaikan berbagai masalah; komunikasi bersifat sistemik, nonsekuensial, prosesual, dinamis, traksaksional, dan irreversible. 16

31 3. Tujuan Komunikasi Dalam setiap komunikasi mempunyai tujuan, yang tidak perlu dikemukakan secara sadar. Joseph A. DeVito (2011: 30-33) mengungkapkan bahwa tujuan komunikasi adalah menemukan, berhubungan, meyakinkan, dan bermain. Tujuan komunikasi bukan hanya seperti yang telah disebutkan, masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Keempat tujuan tersebut tampaknya merupakan tujuan-tujuan utama. Pertama, menemukan menyangkut dengan penemuan diri. Seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain akan belajar mengenai diri sendiri dan juga orang lain. Dengan berbicara mengenai diri sendiri dengan orang lain, seseorang akan memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku orang tersebut. Umpan balik yang positif akan membantu seseorang merasa bahwa dirinya normal. Thibaut dan Kelley (dalam DeVito, 2011: 31) mengatakan bahwa penemuan diri juga bisa dilakukan melalui proses perbandingan sosial. Seseorang akan membandingkan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan dengan orang lain. Dengan membandingkan diri sendiri dan orang lain maka seseorang dapat mengevaluasi dirinya. Kedua, berhubungan menyangkut dengan membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Seseorang ingin dicintai dan disukai, kemudian juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. seseorang menghabiskan banyak waktu untuk berkomunikasi untuk bisa membina dan memelihara hubungan sosial. 17

32 Ketiga, menyakinkan menyangkut dengan mengubah sikap dan perilaku seseorang. Seseorang dengan berkomunikasi bisa mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu, meyakini bahwa sesuatu itu benar atau salah, menyetujui atau mengecam suatu gagasan, dan lain sebagainya. Setiap orang bisa menjadi pengubah ataupun yang diubah sikap dan perilakunya. Keempat, bermain menyangkut dengan menghibur diri. Ketika seseorang mendengarkan pelawak, musik, atau pembicaraan, sebagian besar adalah untuk menghibur diri. Demikian pula, banyak dari perilaku komunikasi seseorang dirancang untuk menghibur orang lain dengan menceritakan lelucon, mengutarakan sesuatu yang baru, atau mengaitkan cerita yang menarik. 4. Pengertian Komunikasi Interpersonal Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik), sedangkan Littlejohn mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara individu-individu (dalam Suranto Aw, 2011: 3). Menurut Kathleen S. Verderber et al (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 14) komunikasi antarpribadi atau interpersonal merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Menurut Agus M. Hardjana (2003: 85) komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, 18

33 dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Komunikasi interpersonal (dalam DeVito, 2011) didefinisikan melalui tiga pendekatan utama. a. Pendekatan Komponen Komunikasi Interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera. b. Pendekatan Hubungan Diadik Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. c. Pendekatan Pengembangan Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang merupakan akhir dari perkembangan komunikasi yang bersifat tak-pribadi pada suatu ekstrem menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrem yang lain. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi dimana penyampaian pesan oleh seseorang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang terjadi secara langsung dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera. Sedangkan komunikasi interpersonal anak dengan orang tua adalah komunikasi dimana penyampaian pesan oleh anak dan 19

34 penerimaan pesan oleh orang tua yang terjadi secara langsung dengan peluang pemberian umpan balik oleh orang tua dengan segera. 5. Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal bermacam-macam (Suranto Aw, 2011: 19-21), diantaranya sebagai berikut. a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain dan menghindarkan kesan tertutup dan dingin. b. Menemukan diri sendiri Seseorang tidak mudah melihat kesalahan dan kekurangan pada diri sendiri, namun mudah menemukan pada orang lain. Seseorang yang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses yang banyak sekali tentang diri sendiri maupun orang lain. Seseorang memperoleh informasi berharga untuk menemukan diri sendiri dengan membicarakan apa yang disukai, apa yang dibenci keadaan diri, minat, dan harapan. c. Menemukan dunia luar Komunikasi interpersonal yang dilakukan seseorang membuat orang tersebut memperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dengan orang lain. Informasi tersebut penting untuk menemukan dunia luar. 20

35 d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis Setiap orang banyak menggunakan waktu untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Semakin banyak teman yang bisa diajak bekerja sama, semakin lancar suatu pekerjaan atau kegiatan sehari-hari. Semakin banyak musuh, semakin terhambat suatu pekerjaan atau kegiatan sehari-hari. e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku Dalam prinsip komunikasi, ketika seseorang menerima pesan berarti orang tersebut telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Komunikasi dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku, maupun pemikiran seseorang. f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu Adakalanya seseorang melakukan komunikasi interpersonal untuk mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu. Di samping mendatangkan kesenangan, komunikasi tersebut juga dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari keseriusan kehidupan sehari-hari. g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan salah komunikasi dan salah interprestasi. Komunikasi interpersonal dilakukan dengan pendekatan secara langsung sehingga dapat menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan. 21

36 h. Memberikan bantuan (konseling) Komunikasi interpersonal dapat memberikan bantuan kepada seseorang dengan kedekatan hubungan diantara komunikan. Bantuan salah satunya bisa berupa nasehat seperti dari seorang guru BK kepada siswanya. Joseph A. DeVito (1992: 13-14) mengatakan bahwa terdapat beberapa tujuan dari komunikasi interpersonal, diantaranya sebagai berikut. a. Belajar Komunikasi interpersonal membuat seseorang lebih memahami dunia diluar dirinya seperti benda-benda, kegiatan-kegiatan, dan orang lain. Hal yang paling penting adalah komunikasi interpersonal memberikan peluang untuk belajar tentang diri sendiri. b. Berhubungan Salah satu kebutuhan terbesar seseorang adalah untuk membangun dan mempertahankan hubungan dekat dengan orang lain. Hal ini dapat membantu untuk meringankan kesepian dan depresi; memungkinkan seseorang untuk berbagi dan meningkatkan kesenangan/kepuasan; dan secara umum membuat seseorang merasa lebih positif terhadap diri sendiri. c. Mempengaruhi Seseorang sering mencoba untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain dalam komunikasi interpersonal. Seseorang juga banyak 22

37 menghabiskan waktu dalam hidupnya untuk berada dalam situasi interpersonal. d. Bermain Bermain termasuk dalam semua kegiatan yang kesenangan adalah tujuan utama atau eksklusif. Tujuan ini merupakan salah satu tujuan yang paling penting. e. Membantu Komunikasi interpersonal mempunyai tujuan untuk melayani kebutuhna orang lain, untuk menghibur. Keberhasilan melaksanakan tujuan ini, baik untuk seseorang yang profesional maupun tidak, bergantung pada pengetahuan dan keterampilan dalam berkomunikasi interpersonal. Tujuan menurut Suranto A.W. hampir sama dengan Joseph A. DeVito sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari komunikasi interpersonal adalah untuk untuk menungkapkan perhatian kepada orang lain, menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, mempengaruhi sikap dan tingkah laku, mencari kesenangan, menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi, dan memberikan bantuan. 6. Komunikasi Interpersonal yang Efektif Menurut Joseph A. DeVito (2011: 285) komunikasi interpersonal bisa sangat efektif dan bisa sangat tidak efektif. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif menurut Jalaluddin Rakhmat (2007: 118) apabila 23

38 pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan sedangkan menurut A. Supratiknya (1995: 34) terjadi apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. D.W. Johnson (dalam Suprayitna, 1995: 35) mengatakan terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengirimkan pesan secara efektif yaitu sebagai berikut. a. Pengirim pesan harus mengusahakan agar pesan-pesan yang dikirimkan mudah dipahami oleh penerima pesan. b. Pengirim pesan harus mempunyai kredibilitas atau kepercayaan di mata penerima pesan. c. Pengirim pesan harus berusaha untuk mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan tersebut dalam diri penerima pesan. Komunikasi dikatakan efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2007: 13) paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu sebagai berikut. a. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat terhadap isi pesan seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan bisa menimbulkan pertengkaran dan membuat hubungan menjadi renggang. b. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Komunikasi yang menimbulkan 24

39 kesenangan, misalnya sapaan, menjadikan hubungan lebih hangat, akrab, dan menyenangkan. c. Pengaruh pada Sikap Seseorang paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain, misalnya seorang guru ingin mengajak siswa untuk lebih mencintai lingkungan, pemasang iklan ingin merangsang seleera konsumen, dan lain sebagainya. d. Hubungan yang Semakin Baik Komunikasi ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia butuh untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain baik dalam hal interaksi dan asosiasi; pengandalian dan kekuasaan dan cinta serta kasih sayang. e. Tindakan Persuasi ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar namun lebih sukar lagi komunikasi untuk mendorong seseorang bertindak. Akan tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikate. Komunikasi interpersonal yang efektif menurut Joseph A. DeVito (2011: ) yang dilihat dari tiga sudut pandang sebagai berikut. a. Sudut Pandang Humanistis Pendekatan humanistis menekankan pada kualitas-kualitas yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan (Bochner 25

40 & Kelly, 1974 dalam Joseph A. DeVito 2011: 285). Pendekatan ini dimulai dengan kualitas-kualitas umum yang menurut para filsuf dan humanis menentukan terciptanya hubungan antarmanusia yang superior. Berdasarkan kualitas-kualitas umum ini, diturunkan perilaku-perilaku spesifik yang menandai komunikasi interpersonal yang efektif. 1) Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik komunikator dan komunikator bertanggung jawab atas hal tersebut. Menurut Praktiko (dalam Dasrun Hidayat, 2012: 140) keterbukaan merupakan hal yang terpenting untuk menciptakan saling pengertian diatara anak dan orang tua. Tingkat keterbukaan dalam sebuah proses komunikasi tergantung dari seberapa dekat orang tua terhadap anak sehingga anak merasa aman dalam mengungkapkan diri. 2) Empati Henry Backrack (dalam DeVito, 2011: 286) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain tersebut. Seseorang dengan berempati maka dapat menyesuaikan 26

41 apa yang akan dikatakan atau bagaimana mengatakan agar diterima dengan baik oleh orang lain. Empati dapat dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal. Seseorang dapat mengkomunikasikan empati secara nonverbal dengan cara memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata dan kedekatan fisik, sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 3) Sikap Mendukung Seseorang bisa mengkomunikasikan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif, spontanitas, dan provisionalisme. a) Deskriptif Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya suasana mendukung. Seseorang yang mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu membuat orang lain umumnya tidak merasakan adanya ancaman dan tidak perlu membela diri. b) Spontanitas Seseorang yang spontan dalam berkomunikasi serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya akan diberikan umpan balik dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka. 27

42 c) Provisionalisme Seseorang yang bersikap tentatif dan berpikiran terbuka, bersedia mendengarkan pandangan yang berbeda dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan, akan mendorong orang lain untuk bersikap mendukung. 4) Sikap Positif Seseorang bisa mengkomunikasikan sikap positif, setidaknya dengan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang lain untuk berinteraksi. 5) Kesetaraan Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila suasananya setara. Setara dapat diwujudkan dengan pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. b. Sudut Pandang Pragmatis Pendekatan ini berawal dari keterampilan spesifik yang dari riset diketahui efektif dalam komunikasi interpersonal, kemudia keterampilanketerampilan ini dikelompokkan ke dalam kelas-kelas perilaku umum (Ruben, 1988; Spitzberg & Cupach, 1984, 1989; Spitzberg & Hecht, 1984; Wiemann, 1977; Wiemann& Backlund, 1980 dalam Joseph A. DeVito, 2011: 285) 28

43 1) Kepercayaan Diri Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh. Sosok yang santai, menurut riset, mengkomunikasikan sikap terkendal, status, dan kekuatan. 2) Kebersatuan Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Kebersatuan bisa dikomunikasikan dengan memelihara kontak mata yang patut; sosok tubuh yang langsung dan terbuka; menyebut nama lawan bicara; memberikan umpan balik; dan lain sebagainya. 3) Manajemen interaksi Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh yang penting. Komunikator mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Manajemen interaksi dapat dikomunikasikan dengan menyampaikan pesan verbal dan nonverbal yang saling bersesuaian dan saling memperkuat. 4) Daya Ekspresi Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanannya pada keterlibatan. Kualitas ini juga mencakup pemikulan tanggung 29

44 jawab untuk berbicara dan mendengarkan, dalam hal ini sama dengan kesetaraan. Daya ekspresi dapat dikomunikasikan dengan menggunakan variasi dalam gerak tubuh, kecepatan, nada, volume, dan ritme suara. 5) Orientasi kepada Orang Lain Orientasi kepada orang lain mengacu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan interpersonal. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian peratian dan minat terhadap apa yang dikatan lawan bicara. Komunikator yang berorientasi kepada lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudur pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan pandangan dari lawan bicara ini. c. Sudut Pandang Pergaulan Sosial Pendekatan ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan biaya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan (Hatfield & Traupman, 1981; Kelley dan Thibaut, 1978; Thibatut & Kelley, 1986; Walster et al., 1978 dalam Joseph A. DeVito, 2011: 285). Joseph A DeVito (2011: 197) mengatakan bahwa teori pergaulan sosial lebih menjelaskan kecenderungan seseorang untuk mencari keuntungan atau manfaat dengan mengeluarkan biaya sesedikit mungkin. 30

45 a. Bertukar Manfaat Dalam setiap hubungan selalu ada biaya, seperti masalah keuangan, ketegangan pekerjaan, atau konflik antarpribadi. Biaya ini dapat diimbangi dengna mempertukarkan manfaat atau kesenangan, misalnya perilaku yang saling mengasihi (Lerderer, 1984 dalam Joseph A. DeVito, 2011: 298). Perilaku mengasihi adalah dukungan-dukungan kecil yang diterima dengan senang hati dari orang lain. b. Menanggung Beban Biaya Milik Diri Sendiri Seseorang merasa tidak puas bila harus menanggung bagian biaya secara tidak adil. Hal ini seperti teori kesetaraan (ekuitas) yang mengatakan bahwa seseorang tidak saja berusaha membina hubungan yang manfaatnya melampaui biaya, melainkan juga bahwa seseorang puas dengan suatu hubungan bila ada kesetaraan dalam distribusi imbalan dan biaya yang dikeluarkan masing-masing pihak. c. Menginfestasikan Pertukaran Manfaat pada saat Biaya Meningkat Bila suatu hubungan mengalami masalah, banyak orang bereaksi secara pasif dengan mananti situasi berubah dengan sendirinya atau membiarkan hubungan menjadi lebih buruk. Pengertian yang empatik, perhatian ekstra, dan saling membelai dan menyentuh sering kali dapat digunakan untuk menanggulangi meningkatnya biaya hubungan. d. Memperbesar Manfaat untuk Mengurangi Daya Tarik Alternatif Bila biaya melampaui manfaatnya, daya tarik alternatif meningkat. Jika seseorang menginginkan daya tarik pesaing berkurang ( setiap 31

46 orang pasti mempunyai pesaing), tatalah situasi sedemikian rupa utnuk meningkatkan manfaat dan menurunkan biaya. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat membuat lawan bicara mengerti isi pesan yang dimaksud, selain itu juga dapat menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin membaik, dan suatu tindakan pada lawan bicara. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dilihat dari keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan, kepercayaan diri, kebersatuan, managemen interaksi, daya ekspresi, orientasi kepada orang lain, bertukar manfaat, menanggung beban biaya milik diri sendiri, menginfestasikan pertukaran manfaat pada saat biaya meningkat dan memperbesar manfaat untuk mengurangi daya tarik alternatif. Pada penelitian ini, indikator komunikasi interpersonal yang efektif yang digunakan adalah dari sudut pandang humanistis menurut Joseph A. DeVito yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. 7. Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Komunikasi interpersonal mempunyai peranan penting dalam keluarga karena tersampaikannya pesan dengan baik atau tidak tergantung dari cara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua ataupun sebaliknya. Komunikasi di antara anak dengan orang tua tentu saja diharapkan berjalan sesuai dengan harapan sehingga tujuan bersama pun dapat diwujudkan. 32

47 Menurut Verderber et al (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 169) komunikasi khususnya komunikasi keluarga mempunyai paling tidak tiga tujuan utama yaitu sebagai berikut. a. Komunikasi keluarga berkontribusi bagi pembentukan konsep diri Tanggung jawab pertama dari keluarga adalah berbicara dengan cara yang akan berkontribusi bagi pengembangan diri yang kuat bagi semua anggota keluarga (Yerby, Buerkel-Rothfuss, & Bochner dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:170). Penelitian yang dilakukan oleh D.H. Demo (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 170) menyatakan bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi dari para anggotanya. Konsep diri para anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan cara menyatakan pujian, sambutan, dukungan, dan kasih. b. Komunikasi keluarga memberikan pengakuan dan dukungan yang diperlukan Tanggung jawab kedua dari anggota keluarga adalah berinteraksi dengan cara mendukung dan mengakui sesama anggota keluarga. Dukungan dan pengakuan membantu anggota keluarga merasa berarti dan membantu mengatasi masa-masa sulit. Apabila tidak mendapatkan dukungan dan pengakuan dari keluarga, maka anak akan mencari di luar keluarga. 33

48 c. Komunikasi keluarga menciptakan model-model Tanggung jawab ketiga dari anggota keluarga adalah berkomunikasi sedemikian rupa yang dapat bertindak sebagai model atau contoh mengenai komunikasi yang baik bagi anggota keluarga yang lebih muda. B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri menurut Anant Pai (dalam Djaali, 2008: 130) adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang seseorang itu ketahui dan rasakan tentang perilaku, isi pikiran dan perasaan, serta bagaimana perilaku tersebut berpengaruh terhadap orang lain. William D. Brooks (1974) mendefinisikan konsep diri sebagai those physical, sosial, and psychological perception of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others, sedangkan menurut Anita Taylor et al (1977) konsep diri adalah all you think and feel abaout you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold abaout yourself (dalam Rakhmat, 2007: ). Atwater (dalam Desmita, 2010: 180) mendefinisikan konsep diri sebagai keseluruhan gambaran diri, perasaam, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan diri sendiri. Sedangkan Elizabeth B. Hurlock (1978: 58) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang 34

49 dimiliki seseorang tentang diri sendiri karakteristik fisik, psikologis, sosial emosional, aspirasi dan prestasi. Dari pengertian menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan pandangan, perasaan, dan penilaian seseorang tentang diri sendiri yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain. 2. Perkembangan Konsep Diri Dasrun Hidayat (2012: 25) mengatakan bahwa konsep diri dibangun dengan komunikasi atau membuka hubungan dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, seseorang bisa mendapatkan informasi dari orang lain. R.H. Weir (dalam Calhoun dan Acocella, 1995: 76) mengatakan bahwa loncatan kemajuan yang paling besar dalam perkembangan diri seseorang adalah ketika seseorang mulai menggunakan bahasa pada kira-kira umur satu tahun. Seseorang yang memahami apa yang dikatakan orang tua atau orang lain tentang dirinya, akan mendapatkan banyak informasi tentang diri orang tersebut. Konsep yang dimiliki seseorang pada awalnya hanya beberapa pengertian samar, kondensasi pengalaman yang berulang-ulang yang berkaitan dengan kenyamanan dan ketidaknyamanan fisik. Meskipun samarsamar, pengertian awal ini membentuk konsep dasar. S.E. Asch (dalam Calhoun dan Acocella, 1995: 76) mengatakan pengertian atau pandangan awal tentang diri adalah bibit konsep diri seseorang. 35

50 Konsep diri berkembangan dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai diri orang tersebut sejak kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap orang tersebut. Konsep diri seseorang mula-mula terbentuk dari perasaan apakah orang tersebut diterima dan diinginkan oleh keluarga. Hal ini diperkuat oleh pendapat Elizabeth B. Hurlock (1978: 59) bahwa konsep diri didasarkan atas keyakinan anak mengenai pendapat orang yang penting dalam kehidupan anak seperti orang tua, guru, dan teman sebaya, tentang diri anak tersebut. Perlakuan yang berulang-ulang dan sikap-sikap tertentu dari keluarga atau orang lain di lingkungan sekitar akan membuat konsep diri seseorang berkembang. Elizabeth B. Hurlock (1978: 59) mengatakan bahwa perkembangan konsep diri bersifat hirarkis yang meliputi konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri yang terbentuk pertama adalah konsep diri primer. Konsep diri primer ini di dasarkan atas pengalaman anak di rumah dan dibentuk dari berbagai konsep terpisah. Konsep awal ini mengenai peran anak dalam hidup, cita-cita, dan tanggung jawab yang didasarkan atas didikan orang tua. Citra fisik berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tarik, kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya, dan pentingnya bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri anak dimata orang lain. Citra psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi; citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat dan kepercayaan diri, serta berbagai jenis aspirasi dan kemampuan. 36

51 Seiring dengan pergaulan anak yang berkembang dengan orang di luar rumah, anak memperoleh konsep yang lain tentang diri mereka. Hal ini membentuk konsep diri sekunder. Konsep diri sekunder berkaitan dengan bagaimana anak melihat diri anak di mata orang lain (Hurlock, 1978: 59). Konsep diri sekunder juga meliputi citra diri fisik dan citra diri psikologis. Citra diri fisik berkaitan dengan pikiran anak tentang perbandingan struktur fisik anak dengan orang lain di luar rumah sedangkan citra diri psikologis berkaitan tentang perbandingan citra anak yang diperoleh dari rumah dengan yang diperoleh dari orang lain tentang diri anak. Konsep diri primer seringkali menentukan pilihan situasi di mana konsep diri sekunder akan dibentuk. Pendapat ini didukung oleh James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (1995: 76) yang mengatakan bahwa dengan tumbuhnya anak, konsep diri anak tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan yang serius. Konsep diri tentu saja terus berkembang sepanjang hidup, tetapi cenderung berkembang sepanjang garis yang telah terbentuk pada awal masa kanak-kanak. Anak yang mampu melihat motivasi atau memahami maksud dari ucapan dan perilaku orang lain terhadap dirinya, dapat membentuk hubungan sosial yang baik yang membawa pengaruh positif pada konsep diri anak. Anak terkadang salah atau tidak mampu melihat motivasi sebenarnya di balik ucapan dan perlakuan orang lain terhadap diri anak tersebut. Anak merasa benci kepada orang yang tidak memperlakukan anak seperti yang anak harapkan. Hal ini dapat membawa pengaruh yang tidak baik pada konsep 37

52 diri anak. Elizabeth B. Hurlock (1978: 66) mengatakan bahwa sulit untuk mengubah konsep diri karena bobot emosional konsep diri yang besar maka dari itu orang tua perlu untuk memastikan bahwa konsep diri anak realistis dan positif. Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat dimengerti bahwa konsep diri awalnya terbentuk dari keyakinan anak tentang pendapat dan perlakuan dari keluarga. Konsep diri anak berkembang lagi ketika berinteraksi dengan teman sebaya dan orang lain di luar keluarga, namun cenderung berkembang sepanjang garis yang telah terbentuk di awal masa kanakkanak. 3. Jenis Jenis Konsep Diri a. Konsep Diri Positif Dasar dari konsep diri yang positif menurut James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (1995: 73) bukanlah kebanggaan yang besar namun lebih kepada penerimaan diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Seseorang dengan konsep diri positif dapat menerima diri sendiri apa adanya. Hal ini tidak berarti bahwa orang tersebut tidak pernah kecewa terhadap diri sendiri. Mengenai harapan atau tujuan, seseorang dengan konsep diri positif merancang harapan atau tujuan yang sesuai dan realistis. Artinya, orang tersebut mempunyai peluang untuk mencapai tujuan tersebut. Berbeda dengan konsep diri negatif, seseorang dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan dengan bebas. Dengan demikian, orang tersebut akan 38

53 bertindak berani dan spontan serta memperlakukan orang lain dengan hangat dan hormat, hidup akan terasa menyenangkan. Willian D. Brooks dan Philip Emmert (dalam Rakhmat, 2007: 105) mengatakan terdapat lima tanda seseorang yang memiliki konsep diri positif, yaitu: 1) Seseorang dengan konsep diri positif yakin akan kemampuan mengatasi masalah; 2) Seseorang dengan konsep diri positif merasa setara dengan orang lain; 3) Seseorang dengan konsep diri positif menerima pujian tanpa rasa malu; 4) Seseorang dengan konsep diri positif menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, kekinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat; 5) Seseorang dengan konsep diri positif mampu memperbaiki diri. b. Konsep Diri Negatif Konsep diri negatif menurut definisinya meliputi penilaian yang negatif terhadap diri sendiri. Konsep diri negatif menurut James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (1995: 72) dibedakan menjadi dua. Konsep diri negatif yang pertama adalah pandangan seseorang tentang diri sendiri yang benar-benar tidak teratur. Seseorang dengan konsep diri negatif tidak tahu siapakah dirinya, apakah yang menjadi kekuatan atau kelemahan diri, atau apa yang dihargai dalam hidup orang tersebut. Konsep diri negatif yang kedua adalah pandangan seseorang tentang diri 39

54 sendiri yang terlalu stabil dan terlalu teratur atau dengan kata lain kaku. Hal ini mungkin terjadi karena dididik terlalu keras sehingga menciptakan citra-diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan. Seseorang dengan konsep diri negatif mungkin mengalami kecemasan secara berkelanjutan, karena menghadapi informasi tentang diri sendiri yang tidak dapat diterima dengan baik. Mengenai harapan atau tujuan yang dibuat, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi (Rotter dalam Calhoun & Acocella, 1995: 73). Ketika orang tersebut gagal dalam mencapai tujuannya dan orang tersebut percaya bahwa dirinya memang orang yang gagal, hal ini dapat merusak harga-dirinya, yang kemudian membuat kekakuan atau ketidakberaturan citra-dirinya lebih parah. Menurut Wiliam D. Brooks dan Philip Emmert (dalam Rakhmat, 2007: 105), terdapat empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu sebagai berikut. 1) Peka terhadap kritik. Seseorang dengan konsep diri negatif tidak tahan terhadap kritik dan mudah marah. Kritik sering kali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga diri orang tersebut. 2) Responsif terhadap pujian. Seseorang dengan konsep diri senang terhadap pujian namun tidak pandai dalam mengungkapkan pengakuan terhadap kelebihan orang lain. 40

55 3) Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Seseorang dengan konsep diri negatif merasa tidak diperhatikan dan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak benar. 4) Bersikap pesimis terhadap kompetensi. Seseorang dengan konsep diri negatif enggan untuk bersaing dalam hal prestasi dengan orang lain karena menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. 4. Dimensi Konsep Diri Konsep diri terdiri dari citra fisik dan citra psikologis (Hurlock, 1978: 58). Citra fisik berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tarik, kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya, dan pentingnya bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri anak dimata orang lain. Citra psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi; citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat dan kepercayaan diri, serta berbagai jenis aspirasi dan kemampuan. Citra diri psikologis akan mempengaruhi kualitas dan kemampuan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan anak. Atwater (dalam Desmita, 2010: 180) membagi konsep diri menjadi tiga bentuk. Pertama, body image, yaitu bagaimana seseorang melihat diri orang tersebut sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang mengenai diri orang tersebut. Ketiga, sosial self, yaitu bagaimana orang lain melihat diri orang tersebut. 41

56 James F. Calhoun dan Joan Ross acocella (1995: 67-71) mengatakan bahwa konsep diri mempunyai tiga dimensi, yaitu sebagai berikut. a. Pengetahuan Dimensi pertama dalam konsep diri adalah apa yang diketahui tentang diri sendiri. Seseorang mempunyai daftar julukan yang menggambarkan dirinya: usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, dan lain sebagainya. Dalam membandingkan diri sendiri dengan orang lain, seseorang sering menggunakan istilah-istilah kualitas seperti baik, pandai, dan lain sebagainya. b. Pengharapan Seseorang mempunyai satu set pandangan tentang kemungkinan akan menjadi apa di masa yang akan datang (Roger dalam Calhoun dan Acocella, 1995: 71). Pengharapan ini merupakan diri-ideal. Diri-ideal setiap orang berbeda-beda. Pengharapan atau diri-ideal bisa membangkitkan kekuatan untuk mencapai masa depan yang baik, namun pengharapan atau diri-ideal yang terlalu tinggi dapat membuat seseorang menjadi sangat tidak realistis dan hal tersebut dapat menghalangi seseorang untuk mencapai masa depan yang baik. c. Penilaian Seseorang menjadi penilai bagi diri sendiri setiap hari. Hasil pengukuran tersebut disebut dengan harga diri pada dasarnya berarti seberapa besar seseorang menyukai diri sendiri. semakin besar ketidaksesuaian antara gambaran diri tentang siapa diri dengan gambaran 42

57 tentang seharusnya menjadi apa atau dapat menjadi apa, akan semakin rendah harga diri orang tersebut. William H. Fitts (dalam Agustiani, 2006: ) melengkapi aspek konsep diri dengan membagi konsep diri menjadi dua dimensi, yaitu sebagai berikut. a. Dimensi Internal Dimensi internal adalah penilaian yang dilakukan seseorang untuk menilai diri berdasarkan dunia di dalam diri orang tersebut. Dimensi internal dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut. 1) Diri Identitas (identity self) Diri identitas merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan siapakah saya?. Dalam pertanyaan tersebut mencakup label-label yang diberikan kepada diri (self) oleh orang yang bersangkutan untuk menggambarkan diri dan membangun identitas. 2) Diri Pelaku (behavioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. 3) Diri Penerimaan/ penilaian (judging self) Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya sebagai perantara antara diri identitas dan 43

58 diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. b. Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, seseorang menilai dirinya melalui hubungan dengan orang lain. dimensi eksternal dibagi menjadi lima bentuk, yaitu sebagai berikut. 1) Diri Fisik (psysical self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang mengenai kesehatan, penampilan (menarik, tidak menarik, cantik, jelek) dan keadaan tubuh (gemuk, kurus, tinggi, pendek). 2) Diri etik-moral (moral-ethical self) Diri etik-moral menyangkut persepsi seseorang terhadap diri dilihat dari standar pertimbangan moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, nilai-nilai moral yang meliputi batasan baik dan buruk, dan lain sebagainya. 3) Diri Pribadi (personal self) Diri Pribadi merupakan persepsi seseorang tentang keadaan dirinya. Hal ini dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang merasa puas terhadap dirinya atau sejauh mana orang tersebut merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. 44

59 4) Diri Keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Diri keluarga juga menunjukkan peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota keluarga. 5) Diri Sosial (sosial self) Bagian ini merupakan penilaian seseorang terhadap interaksi diri dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian seseorang terhadap bagian dalam dirinya ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksi dengan orang lain. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dimensi konsep diri yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat William H. Fitts yaitu diri identitas, diri pelaku, diri penilai, diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial. 5. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Konsep diri dipengaruhi oleh komunikasi karena konsep diri dibentuk dengan adanya komunikasi. Hal ini sesuai pendapat dari Dasrun Hidayat (2012: 24) yang menyatakan bahwa beberapa fungsi dari komunikasi yaitu: (1) pembentukan konsep diri, (2) pernyataan eksistensi diri, (3) untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. 45

60 Konsep diri seseorang menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006: 139) dapat dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut: a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan berharga. b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh orang tersebut dan orang lain. c. Aktualisasi diri dan realisasi potensi pribadi yang sebenarnya. Jalaluddin Rakhmat (2007: ) mengatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu sebagai berikut. a. Orang lain Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri ini, orang yang paling berpengaruh adalah orang yang dekat dengan diri ini. George Herbert Mead (dalam Rakhmat, 2007: 101) menyebut orang yang sangat penting sebagai significant others. Ketika seseorang masih kecil, significant others adalah orang tua, saudara-saudara, dan orang yang tinggal satu rumah. Dalam perkembangan significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan. Konsep diri perlahan-lahan terbentuk dari interaksi dengan orangorang yang dapat mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan. Senyuman, pujian, dan penghargaan dari orang lain akan membentuk penilaian positif terhadap diri sendiri. Ejekan, cemoohan, dan penolakan dari orang lain akan membentuk penilaian negatif terhadap diri sendiri. 46

61 Seseorang terkadang menghimpun penilaian orang lain yang pernah berhubungan dengan diri orang tersebut. Ketika semua orang menganggap diri orang tersebut nakal, orang tersebut pun menganggap diri orang tersebut nakal. Pandangan diri sendiri sesuai dengan pandangan orang lain sering disebut dengan generalized others. b. Kelompok Rujukan Seseorang pasti mempunyai kelompok di dalam masyarakat. Setiap kelompok pasti mempunyai norma tertentu. Seseorang akan mengarahkan perilaku dan menyesuaikan diri dengan norma-norma pada kelompok ini dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Desmita (2010: ) memaparkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seorang anak, antara lain: 1) hubungan dengan keluarga, 2) hubungan dengan teman sebaya, 3) pembentukan kelompok, 4) popularitas, penerimaan sosial, dan penolakan, 5) sekolah, dan 6) guru. Menurut Nia Kania Kurniawati (2004: 10) komunikasi sangatlah berperan dalam membangun pribadi (self), dengan cara sebagai berikut. a. Sel filfilling prophecy, yaitu ketika berlaku sesuai dengan ekspektasi atau berdasarkan penilaian orang lain terhadap orang tersebut. b. Komunikasi dengan anggota keluarga (direct definition, identity scrips, attachment style (a secure, a fearful, a dismissive, anxious/ambivalent)) c. Komunikasi dengan rekan sejawat (reflected appraisal, sosial comparison) d. Komunikasi dengan masyarakat (perspectives of the generalized other) 47

62 Selanjutnya Nia Kania Kurniawati (2004: 11) mengatakan bahwa komunikasi berpengaruh dalam pembentukan konsep diri dengan dua cara, yaitu dengan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari dan komunikasi dengan anggota keluarga. Komunikasi dengan keluarga terdiri dari definisi langsung, naskah dasar identitas, dan gaya lampiran. a. Definisi Langsung Definisi langsung merupakan komunikasi yang secara eksplisit menyatakan kepada anak, siapa anak dengan ciri dan perilaku anak. Keluarga menyediakan komunikasi langsung tentang siapa diri anak melalui pernyataan-pernyataan yang dibuat. Pernyataan positif dapat meningkatkan harga diri anak. Sedangkan pernyataan negatif dapat menurunkan harga diri anak. b. Naskah Dasar Identitas Naskah dasar identitas merupakan cara keluarga berkomunikasi. Seperti naskah drama, naskah dasar identitas menentukan peran anak, bagaimana anak bermain dengan aktor lain, dan adanya elemen dasar di bidang kehidupan anak. Naskah dasar identitas contohnya adalah: kita adalah orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat, kita harus pandai menyimpan uang, berpegangteguhlah pada agama, dan lain sebagainya. c. Gaya Lampiran Gaya lampiran adalah pola-pola yang orang tua ajarkan kepada anak dan bagaimana memperlakukan suatu hubungan dekat. Gaya lampiran 48

63 yang tercermin pada ikatan pertama dengan orang tua sangatlah penting karena membentuk pola hubungan selanjutnya dengan orang lain. Berdasarkan uraian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah pengalaman interpersonal, penghargaan dari orang lain, aktualisasi diri, komunikasi dengan keluarga, komunikasi dengan rekan sejawat, dan komunikasi dengan masyarakat. C. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Abdul Malik Iskandar tahun 2010 dengan judul The Effect of Interpersonal Communication Intensity Academic Counselor and Student Learning Motivation in Stikes Mega Rezky Makassar menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas komunikasi interpersonal penasehat akademik dengan motivasi belajar siswa sebesar lebih besar dari nilai r tabel sebesar Hasil penelitian Herdiansyah Pratama tahun 2011 dengan judul Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Anak terhadap Motivasi Berprestasi pada Anak (Studi pada SDN 01 Padi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua terhadap komunikasi interpersonal anak dengan korelasi sebesar dengan nilai siginikansi (p<0.005), korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap motivasi berprestasi siswa sebesar dengan nilai signifikasi (p<0.005), maka dapat 49

64 disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua terhadap motivasi berprestasi anak. Hasil penelitian A.M.S Nurhidayah tahun 2013 dengan judul Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik Sleman meyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal dengan motivasi belajar dengan r hitung sebesar 0,886 yang termasuk kategori kuat. Komunikasi interpersonal wali kelas berperan terhadap motivasi belajar siswa, dimana komunikasi interpersonal wali kelas mampu meningkatkan kebutuhan, dorongan, dan tujuan siswa kelas VI untuk belajar. Hasil penelitian Ratna Dwi Astuti tahun 2014 dengan judul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri Mendungan I Yogyakarta menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berasal dari dalam diri yaitu: a) faktor citra fisik (sebanyak 51,90%), b) faktor perasaan berarti (sebanyak 65,82%), c) faktor aktualisasi diri (sebanyak 55,70%), d) faktor pengalaman (sebanyak 38%). Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri yaitu a) peranan perilaku orang tua (sebesar 70,89%), b) peranan faktor sosial (sebesar 54,43%). Hasil penelitian Teguh Haryo Yudanto tahun 2010 dengan judul Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep diri: Studi Kasus Mengenai Komunikasi Interpersonal Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Beberapa Keluarga di Medan menyimpulkan bahwa sangat penting komunikasi interpersonal orang tua terhadap keluarga 50

65 dalam membentuk konsep diri remaja. Dukungan dan keterbukaan membuat keluarga mengetahui sejauh mana mereka memahami kondisi itu satu sama lain dalam lingkungan keluarga tersebut. Orang tua juga harus menyadari bahwa orang tua adalah pengaruh besar terbentuknya konsep diri dalam diri remaja yang akan dibawanya hingga anak dewasa. D. Kerangka Pikir Konsep diri yang positif sangat diperlukan oleh setiap anak. Dengan konsep diri yang positif, anak akan memiliki pegangan hidup dan mampu bersikap positif terhadap apa yang terjadi. Konsep diri awalnya terbentuk dari keyakinan anak tentang pendapat dan perlakuan dari keluarga. Desmita (2010: ) memaparkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seorang anak, antara lain: 1) hubungan dengan keluarga, 2) hubungan dengan teman sebaya, 3) pembentukan kelompok, 4) popularitas, penerimaan sosial, dan penolakan, 5) sekolah, dan 6) guru. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah hubungan dengan keluarga. Hubungan dengan anggota keluarga akan terjalin dengan baik dan kuat apabila antar anggota keluarga dapat berkomunikasi interpersonal dengan efektif. Hal ini karena dengan komunikasi interpersonal yang efektif seseorang bisa mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan ide-ide dengan cara yang orang lain mengerti. Joseph A. DeVito (2011: 253) mengungkapkan bahwa melalui komunikasi interpersonal, seseorang akan berinteraksi dengan orang lain, mengenal orang lain dan diri sendiri, dan mengungkapkan diri kepada orang lain. Komunikasi interpersonal dengan keluarga dapat mempengaruhi 51

66 konsep diri anak dengan cara bagaimana keluarga menanggapi perilaku anak. Ketika orang tua mengabaikan anak, anak bisa merasa tidak dihargai oleh orang tua. Bahkan ketika orang tua tidak mengabaikan anak namun orang tua tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada anak, hal tersebut juga dapat membuat konsep diri anak menjadi lebih negatif. Ketika orang tua menyayangi anak dan dapat mengkomunikasikaanya dengan baik kepada anak, hal ini akan meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan diatas, maka diharapkan bahwa komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua dapat berpengaruh terhadap konsep diri anak. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. 52

67 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang nantinya diperoleh berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Margono (Darmawan, 2013: 37) yang menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Penelitian ex-post facto disebut demikian karena sesuai dengan arti ex-post facto, yaitu dari apa yang dikerjakan setelah kenyataan. Menurut Nazir (dalam Darmawan, 2013: 40), dalam penelitian ex-post facto peneliti tidak mempunyai kontrol langsung terhadap variabel bebas dalam penelitian ini. Ketidakmampuan peneliti melakukan kontrol dikarenakan manifestasi fenomena telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dan fenomena sulit dimanipulasikan. Fenomena yang dimaksud disini adalah komunikasi interpersonal anak dengan orang tua. C. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SD Negeri Serayu Yogyakarta dengan subjek penelitian siswa kelas VI Tahun Ajaran 2016/2017. Peneliti memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini karena 53

68 peneliti sudah melakukan observasi dan wawancara dengan anak terkait dengan konsep diri. Hasil dari wawancara tersebut adalah anak berbohong karena takut dimarahi oleh orang tua, anak jarang menceritakan kesulitannya kepada orang tua, orang tua pernah mencubit dan menjewer anak ketika berbuat nakal, anak menganggap dirinya adalah anak yang nakal, dan anak menangis atau marah ketika permintaan tidak dipenuhi oleh orang tua. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September D. Variabel Penelitian Variabel penelitian menurut Sugiyono (2013: 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Sugiyono (2013: 61) mendefinisikan variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal anak dengan orang tua. 54

69 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Sugiyono (2013: 61) mendefinisikan variabel terikat sebagai variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsep diri anak. E. Definisi Operasional Variabel 1. Komunikasi interpersonal anak dengan orang tua adalah komunikasi dimana penyampaian pesan oleh anak dan penerimaan pesan oleh orang tua yang terjadi secara langsung dengan peluang pemberian umpan balik oleh orang tua dengan segera. Komponen komunikasi interpersonal anak dengan orang tua pada penelitian ini mengacu pada teori Joseph A. Devito yang terdiri dari: a. keterbukaan; b. empati; c. sikap mendukung; d. sikap positif; e. dan kesetaraan. 2. Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, perasaan, dan penilaian seseorang tentang diri sendiri yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Komponen konsep diri pada penelitian ini mengacu pada teori William H. Fitts yang terdiri dari: a. dimensi internal (diri identitas, diri pelaku, dan diri penerimaan); b. dan dimensi eksternal (diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial). 55

70 F. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117). Anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta berjumlah 96 siswa. Sukardi (2014: 54) mengatakan bahwa untuk jumlah populasi kecil, sebaiknya seluruh populasi digunakan sebagai sumber pengambilan data. Berdasarkan pendapat tersebut dan karena ada suatu kendala maka peneliti hanya bisa menggunakan 95 anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta sebagai sumber pengambilan data. G. Teknik Pengumpulan Data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data seberapa besar pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta, oleh karena itu diperlukan teknik pengumpulan data dengan tepat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan skala konsep diri. Skala tersebut merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif menenai komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri dengan 4 alternatif jawaban. H. Instrumen Penelitian Instrumen menurut Zainal Mustafa EQ (2009: 160) adalah alat bantu peneliti dalam kegiatan pengukuran obyek atau variabel. Instrumen yang valid dan reliabel akan menghasilkan data yang valid dan reliabel juga. Instrumen 56

71 yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala komunikasi antarpribadi dan skala konsep diri. Penyusunan skala komunikasi interpersonal dan skala konsep diri pada penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu sebagai berikut. 1. Persiapan Persiapan penelitian meliputi perumusan tujuan instrumen, definisi operasional variabel, indikator, dan kisi-kisi. a. Tujuan Tujuan instrumen skala adalah untuk memperoleh data tentang komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan data tentang konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. b. Komponen Komunikasi Interpersonal dan Konsep Diri 1) Komponen komunikasi interpersonal anak dengan orang tua pada penelitian ini mengacu pada teori Joseph A. Devito yang terdiri dari: a) keterbukaan; b) empati; c) sikap mendukung; d) sikap positif; e) dan kesetaraan. 57

72 2) Komponen konsep diri anak pada penelitian ini mengacu pada teori c. Kisi-kisi William H. Fitts yang terdiri dari: a) dimensi internal (diri identitas, diri pelaku, dan diri penerimaan); b) dan dimensi eksternal (diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial). Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Variabel Aspek Indikator No. Butir Soal (+) No. Butir Soal (-) Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Keterbukaan Anak dapat mengungkapkan diri kepada orang tua Anak jujur dalam mengungkapkan diri kepada orang tua Empati Anak mampu untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua Sikap Anak spontan dan Mendukung terbuka dalam berkomunikasi Sikap Positif Anak menghargai pendapat atau ide yang diungkap oleh orang tua Anak mendorong untuk berinteraksi 1, 2-7, 8, 9,10, , 17 19, 20, 21, , 5, 6 12, Jumlah Butir

73 Kesetaraan Anak memberikan penghargaan bila orang tua berhasil melakukan sesuatu yang diinginkan Anak mengakui kedua pihak sama-sama berharga 24, 25, 26 27, 28, Anak mau bekerja sama dengan orang tua dalam memecahkan masalah 31, 32 Jumlah 34 33, ) Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Anak Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Anak Variabel Dimensi Indikator No. Butir Soal (+) Konsep Diri Anak Diri Identitas Pelabelan yang diberikan anak kepada dirinya Diri Pelaku Diri Penerimaan Diri Fisik Diri Moral Etik- Persepsi anak tentang tingkah lakunya Kepuasan anak akan dirinya Penerimaan anak akan dirinya Persepsi anak tentang fisiknya seperti keadaan tubuh dan penampilan Persepsi anak tentang hubungan dengan Tuhan Persepsi anak tentang etika dan moral Diri Pribadi Persepsi anak tentang keadaan dirinya Diri Keluarga Persepsi anak tentang kedudukannya sebagai anggota keluarga 59 No. Butir Soal (- ) Jumla h Butir 1, 2, 3 4, 5 5 6, 7, 8 9, , , , , 19 21, 22, , 27, 28-3

74 Persepsi anak tentang 29, 30 31, 32 4 seberapa besar anak diterima oleh anggota keluarga Diri Sosial Persepsi anak tentang 33, kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain Jumlah 35 d. Penyekoran Pemberian skor dalam penelitian ini menggunakan skala dengan 4 alternatif jawaban. Responden dianjurkan memilik satu jawaban dengan memberikan tanda centang ( ). Pemberian skor pada setiap pilihan jawaban menggunakan pedoman sebagai berikut. Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Pilihan Jawaban Skor Pernyataan (+) Skor Pernyataan (-) Sangat sesuai 4 1 Sesuai 3 2 Tidak sesuai 2 3 Sangat tidak sesuai 1 4 Pada soal yang bernilai positif, jika siswa memilih jawaban sangat sesuai skor 4, sesuai skor 3, tidak sesuai skor 2, dan sangat tidak sesuai skor 1. Pada soal yang bernilai negatif, jika siswa menjawab sangat sesuai skor 1, sesuai skor 2, tidak sesuai skor 3, dan sangat tidak sesuai skor 4. 60

75 2. Penyusunan Butir-butir soal skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan skala konsep diri anak dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan indikator. I. Uji Coba Instrumen 1. Uji Coba Instrumen Penelitian Tujuan dari dilakukannya uji coba instrumen adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian berupa skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan skala konsep diri. Uji coba instrumen dilaksanakan di luar populasi penelitian yaitu pada sebagian siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara yang terdiri dari 30 siswa. 2. Uji Validitas Instrumen Menurut S. Margono (Zuriah, 2006: 194) validitas isi suatu instrumen menunjuk pada suatu instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur apa yang akan diukur. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (2014: 173) yang menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas konstrak (construct validity). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspekaspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori komunikasi interpersonal dari Joseph A. DeVito dan teori konsep diri dari William H. Fitts, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Judgement expert (pendapat dari 61

76 ahli) dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen ahli di bidang Psikologi dan Bimbingan Konseling di SD yaitu Ibu Haryani, M.Pd. Setelah pengujian konstrak dari ahli selesai, instrumen yang telah disetujui ahli tersebut diujicobakan pada siswa di luar populasi penelitian, yaitu siswa kelas V SD N Bhayangkara tahun pelajaran 2015/2016. Setelah instrumen diujicobakan dan memperoleh data, kemudian dilakukan analisis butir instrumen. Analisis butir instrumen dilakukan karena dalam penyusunan tes, butir instrumen yang tidak memperlihatkan kualitas baik harus disingkirkan atau direvisi terlebih dahulu sebelum dijadikan bagian dari tes. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan nilai signifikasi tiap butir instrumen dengan taraf signifikasi (5% atau 0,05) yang dibantu aplikasi SPSS 16.0 for windows. Menurut Danang Sunyoto dan Ari Setiawan (2013: 80) apabila nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi berarti valid. Setelah dilakukan analisis butir instrumen, maka diperoleh data sebagai berikut. a. Instrumen Skala Komunikasi Interpersonal Orangtua dengan Anak Dari 34 butir item yang diujicobakan, diperoleh 11 butir item yang tidak valid yaitu butir item nomor 1, 2, 3, 6, 7, 9, 14, 16, 17, 20, dan 29. Item tersebut telah direvisi sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. 62

77 b. Instrumen Skala Konsep Diri Dari 35 butir item yang diujicobakan, diperoleh 6 butir item yang tidak valid yaitu butir item nomor 1, 6, 15, 16, 29, dan 31. Item tersebut telah direvisi sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. 3. Uji Reliabilitas Instrumen Menurut Nurul Zuriah, reliabilitas (2006: 192) menunjukkan pada konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2014: 173) yang menyatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan pendekatan Cronbach s Alpha. Menurut Nunnally (dalam Imam Ghozali, 2007: 42) jika koefisien yang didapat >0.60, maka instrumen penelitian tersebut reliabel. Setelah dilakukan perhitungan dengan program SPSS 16 maka diperoleh hasil sebagai berikut: a. Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Hasil perhitungan reliabilitas untuk variabel komunikasi interpersonal orang tua dengan anak menunjukkan nilai alpha sebesar 0,728. Instrumen dikatakan reliabel jika perhitungan menunjukkan hasil >0.60, dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen untuk variabel komunikasi interpersonal orang tua dengan anak yang telah diujicobakan ini reliabel. 63

78 Tabel 4. Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua b. Reliabilitas Skala Konsep Diri Hasil perhitungan reliabilitas untuk variabel konsep diri sebesar 0,735. Instrumen dikatakan reliabel jika perhitungan menunjukkan hasil >0.60, dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen untuk variabel komunikasi interpersonal orang tua dengan anak yang telah diujicobakan ini reliabel. Tabel 5. Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Konsep Diri J. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Teknik analisis data dalam penelititan ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2014: 207) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Pada penelitian ini, digunakan tabel, diagram batang, 64

79 tendensi sentral (mean, median, dan modus), dan variasi melalui range dan standar deviasi yang dihitung menggunakan bantuan SPSS Uji Hipotesis Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis terdapat pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta adalah analisis regresi linier sederhana. Menurut Sugiyono (2009: 249) untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y maka dianalisis dengan regresi. Perhitungan analisis regresi ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan rumus sebagai berikut. Y = a + b X Keterangan: Y = Subjek dalam variabel dependen yang diteliti a = Harga Y ketika harga X = 0 b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel independen. X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. (Sugiyono, 2011: 260) 65

80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Serayu yang beralamat di Jalan Juwadi No.2 Kotabaru Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah 95 anak kelas VI. Subjek terdiri dari 44 anak laki-laki dan 51 anak perempuan. B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Variabel Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Data mengenai komunikasi interpersonal anak dengan orang tua diperoleh dari instrumen skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua yang terdiri dari 34 butir pertanyaan dan disebar kepada 95 anak. Rentang skor yang digunakan dalam skala tersebut adalah 1 sampai 4. Skor minimal skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua adalah 1 x 34 = 34 sedangkan skor maksimalnya 4 x 34 = 136. Dari data yang terkumpul, dihitung nilai mean, median, modus, range, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows dengan data sebagai berikut: Tabel 6. Statistik Deskriptif Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Statistik Deskriptif Hasil Mean Median Modus 105 a Range 56 Standar Deviasi Nilai Maksimum 132 Nilai Minimum 76 66

81 Setelah didapat nilai mean dan standar deviasi maka dapat dilakukan pengkategorian tentang variabel komunikasi interpersonal anak dengan orang tua. Menurut Saifuddin Azwar (2014: 149) penentuan kategori data menggunakan acuan sebagai berikut. Tabel 7. Penentuan Kategori No. Kategori Interval 1. Tinggi X µ+1,0 σ 2. Sedang µ-1,0 σ X µ+1,0 σ 3. Rendah X < µ-1,0 σ Tabel 8. Kategori Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua No Kategori Interval Skor Skala 1. Tinggi X µ+1,0 σ X 122,51 2. Sedang µ-1,0 σ X µ+1,0 σ 103,41 X 122,51 3. Rendah X < µ-1,0 σ X 103,41 Data telah disajikan dalam tabel maka selanjutnya mencari distribusi frekuensi yang diolah dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Setelah melakukan perhitungan maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut. Tabel 9. Hasil Kategori dan Presentase Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua No Kategori Interval Frekuensi Presentase (%) 1. Tinggi X 122, ,8 2. Sedang 103,41 X 122, ,4 3. Rendah X 103, ,8 Jumlah Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa anak yang memiliki komunikasi interpersonal dengan orang tua yang tinggi sebanyak 15 anak 67

82 dengan presentase 15,8%, anak yang memiliki komunikasi interpersonal dengan orang tua yang sedang sebanyak 65 anak dengan presentase 68,4%, dan anak yang memiliki komunikasi interpersonal dengan orang tua yang rendah sebanyak 15 anak dengan presentase 15,8%. Adapun sebaran data dalam bentuk diagram batang sebagai berikut Gambar 1. Diagram Kategori Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Adapun analisis dari tiap aspek komunikasi interpersonal anak dengan orang tua adalah sebagai berikut. Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua KIAO Tinggi Sedang Rendah Tabel 10. Presentase setiap Aspek Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Aspek Jumlah Jumlah Skor Maksimal Presentase Soal Skor (95 x 4 x jumlah soal) Keterbukaan ,39 % Empati ,46 % Sikap ,63 % Mendukung Sikap Positif ,05% Kesetaraan ,61% Berdasarkan tabel di atas, aspek komunikasi interpersonal anak dengan orang tua memiliki presentase yang berbeda-beda. Aspek 68

83 tertinggi yaitu aspek keterbukaan yang memiliki presentase 89,39%. Aspek keterbukaan merupakan aspek dengan 2 indikator dan 6 pertanyaan. Aspek terendah yaitu aspek empati dengan presentase 78,46%. Aspek empati memiliki 1 indikator dan 7 pertanyaan. Adapun analisis dari tiap indikator komunikasi interpersonal anak dengan orang tua adalah sebagai berikut. Tabel 11. Presentase setiap Indikator Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Indikator Presentase Anak dapat mengungkapkan diri kepada orang tua Anak jujur dalam mengungkapkan diri kepada orang tua Anak mampu untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua Anak spontan dan terbuka dalam berkomunikasi Anak menghargai pendapat atau ide yang diungkapkan oleh orang tua Anak mendorong orang tua untuk berinteraksi Anak memeberikan penghargaan bila orang tua berhasil melakukan sesuatu yang diinginkan Anak mengakui kedua pihak samasama berharga Jumlah Soal 69 Jumlah Skor Skor Maksimal (95 x 4 x jumlah soal ,84% ,93% ,46% ,02% ,37% ,94% ,54% ,99%

84 Anak mau bekerja sama dengan orang tua dalam memecahkan masalah ,24% Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap indikator memiliki presentase yang berbeda-beda. Indikator tertinggi adalah anak dapat mengungkapkan diri kepada orang tua dengan presentase 91,84%. Indikator terendah adalah anak mampu memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua dengan presentase 78,46%. 2. Deskripsi Variabel Konsep Diri Data mengenai konsep diri anak kelas VI SD N Serayu Yogyakarta diperoleh dari instrumen skala konsep diri yang terdiri dari 35 butir pertanyaan dan disebar ke 95 responden. Rentang skor yang digunakan dalam skala adalah 1 sampai 4. Skor minimal skala konsep diri adalah 1 x 35 = 35 sedangkan skor maksimalnya 4 x 35 = 140. Dari data yang terkumpul, dihitung nilai mean, median, modus, range, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows dengan data sebagai berikut: Tabel 12. Statistik Deskriptif Konsep Diri Statistik Deskriptif Hasil Mean Median Modus 106 a Range 48 Standar Deviasi Nilai Maksimum 136 Nilai Minimum 88 70

85 Setelah didapat nilai mean dan standar deviasi maka dapat dilakukan pengkategorian tentang variabel konsep diri sebagai berikut. Tabel 13. Kategori Konsep diri No Kategori Interval Skor Skala 1. Tinggi X µ+1,0 σ X 127,18 2. Sedang µ-1,0 σ X µ+1,0 σ 107,98 X 127,18 3. Rendah X < µ-1,0 σ X 107,98 Data telah disajikan dalam tabel maka selanjutnya mencari distribusi frekuensi yang diolah dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Setelah melakukan perhitungan maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut. Tabel 14. Hasil Kategori dan Presentase Konsep Diri No Kategori Interval Frekuensi Presentase (%) 1. Tinggi X 127, ,9 2. Sedang 107,98 X 127, ,2 3. Rendah X 107, ,9 Jumlah Berdasarkan tabel diatas, anak yang memiliki konsep diri tinggi sebanyak 17 anak dengan preentase 17,9%, yang memiliki konsep diri sedangan sebanyak 60 anak dengan presentase 63,2%, dan yang memiliki konsep diri rendah sebanyak 18 anak dengan presentase 18,9%. Adapun sebaran data dalam bentuk diagram batang sebagai berikut. 71

86 Konsep Diri Konsep Diri Gambar 2. Diagram Kategori Konsep Diri Tinggi Sedang Rendah Adapun analisis dari tiap aspek konsep diri adalah sebagai berikut. Tabel 15. Presentase setiap Aspek Konsep Diri Aspek Jumlah Jumlah Skor Maksimal Presentase Soal Skor (95 x 4 x jumlah soal) Diri Identitas ,68 % Diri Pelaku ,53 % Diri Penerimaan ,47 % Diri Fisik ,16 % Diri Etik Moral ,57 % Diri Pribadi ,16 % Diri Keluarga ,38 % Diri Sosial ,61 % Aspek tertinggi dari variabel konsep diri yaitu aspek diri keluarga dengan presentase 88,38%. Aspek diri keluarga merupakan aspek dengan 2 indikator dan 7 pertanyaan. Aspek terendah dari variabel konsep diri adalah aspek diri fisik dengan presentase 68,16%. Aspek tersebut memiliki 1 indikator dan 2 pertanyaan. 72

87 Adapun presentase setiap indikator konsep diri adalah sebagai berikut. Tabel 16. Presentase setiap Indikator Konsep Diri Indikator Jumlah Jumlah Skor Presentase Soal Skor Maksimal (95 x 4 x jumlah soal) Pelabelan yang ,68% diberikan anak kepada dirinya Persepsi anak tentang ,53% tingkah lakunya Kepuasan anak akan ,34% dirinya Penerimaan anak akan ,05% dirinya Persepsi anak tentang ,16% fisiknya seperti keadaan tubuh dan penampilan Persepsi anak tentang ,21% hubungan dengan Tuhan Persepsi anak tentang ,93% etika dan moral Persepsi anak tentang ,16% keadaan dirinya Persepsi anak tentang ,18% kedudukannya sebagai anggota keluarga Persepsi anak tentang ,04% seberapa besar anak diterima oleh anggota keluarga Persepsi anak tentang ,61% kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap indikator mempunyai presentase yang berbeda-beda. Indikator tertinggi adalah persepsi anak tentang kedudukannya sebagai anggota keluarga dengan 73

88 presentase sebesar 90,18%. Indikator terendah adalah persepsi anak tentang fisiknya seperti keadaan tubuh dan penampilan dengan presentase sebesar 68,16%. C. Uji Hipotesis Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik analisis regresi linier sederhana yang dilakukan dengan program SPSS 16.0 for windows diperoleh persamaan Y= ,735x. Angka-angka tersebut diinterpretasikan sebagai berikut. 1. Konstanta sebesar artinya jika komunikasi interpersonal anak dengan orang tua (X) nilainya nol (0), maka konsep diri (Y) nilainya positif Koefisien regresi X sebesar 0,735 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai pada komunikasi interpersonal anak dengan orang tua (X) maka nilai konsep diri (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,735. Koefisien ini bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dengan konsep diri, semakin tinggi komunikasi interpersonal anak dengan orang tua maka semakin tinggi konsep diri anak. 74

89 Berikut ini adalah hasil koefisien determinasi (R Square) yang telah dihitung menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 17. Hasil R Square Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,539. Hal ini berarti bahwa komunikasi interpersonal anak dengan orang tua (X) memberikan pengaruh sebesar 53,9% terhadap konsep diri (Y), sedangkan selebihnya yaitu 46,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh r hitung variabel komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan variabel konsep diri dengan taraf sigifikansi 5% sebesar 0,734. Setelah diketahui koefisien korelasi langkah selanjutnya yaitu menginterpretasikan koefisien korelasi menggunakan tabel pedoman korelasi menurut Yamin S dan Kurniawan (2009: 70) sebagai berikut. Tabel 18. Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Interpretasi 0,00-0,09 Hubungan korelasi diabaikan 0,10-0,29 Hubungan korelasi rendah 0,30-0,49 Hubungan korelasi moderat 0,50-0,70 Hubungan korelasi sedang > 0,70 Hubungan korelasi kuat 75

90 Berdasarkan tabel diatas, nilai koefisien korelasi yang diperoleh >0,70 maka termasuk dalam tingkatan kuat. Dengan demikian, komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri memiliki korelasi kuat. Nilai signifikansi yang diperoleh dari analisis regresi linier sederhana ini adalah 0,000 (<0,05). Hal ini berarti bahwa hipotesis terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta diterima. D. Pembahasan Konsep diri merupakan hal yang penting bagi setiap anak. Pemahaman tentang konsep diri akan menunjang anak dalam menjalani hidup (Nia Kania Kurniawati, 2004: 10). Di dunia ini, terdapat bermacam-macam masalah dalam keluarga. Mulai dari ketidaknyamanan, ketidakharmonisan, bahkan kekerasan di dalam keluarga. Jika tidak ada konsep diri yang positif maka anak mudah kehilangan arah, mudah syok, mudah terpengaruh, dan lain sebagainya. Konsep diri dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah komunikasi. Dalam penelitian ini, komunikasi lebih dikerucutkan menjadi komunikasi interpersonal dimana penyampaian pesan oleh anak dan penerimaan pesan oleh orang tua terjadi secara langsung dengan peluang pemberian umpan balik oleh orang tua dengan segera. Ketika anak berkomunikasi interpersonal dengan orang tua dan mendapatkan umpan balik, maka anak dapat mengenali diri sendiri dan dapat membangun konsep dirinya. Hal ini seperti pendapat Nia Kania Kurniawati (2004: 11) 76

91 menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh dalam membentuk konsep diri, antara lain dengan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari dan komunikasi dengan anggota keluarga. Verderber et al (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 169) juga mengatakan bahwa komunikasi khususnya komunikasi keluarga mempunyai paling tidak tiga tujuan utama, salah satunya adalah komunikasi keluarga berkontribusi bagi pembentukan konsep diri. Selanjutnya hasil penelitian dari D.H Demo (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011: 170) menyatakan bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi dari para anggota keluarga. Hal ini diperkuat oleh penelitian tentang pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta yang telah peneliti lakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal anak dengan orang tua mempengaruhi konsep diri anak. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, sumbangan efektif variabel komunikasi interperosnal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak sebesar 53,9%, sedangkan untuk 46,1% dipengaruhi faktor-faktor lain. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi dan analisis pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta terbukti. Hasil skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua menunjukkan yang termasuk dalam kategori tinggi berjumlah 15 anak dengan presentase 77

92 15,8%, yang termasuk dalam kategori sedang berjumlah 65 anak dengan presentase 68,4%, dan yang termasuk dalam kategori rendah berjumlah 15 anak dengan presentase 15,8%. Hal ini menunjukkan rata-rata anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta berada pada kategori sedang. Hal ini mengasumsikan bahwa anak cukup mampu untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang tua. Adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan antara anak dengan orang tua membuat komunikasi interpersonal anak dengan orang menjadi cukup baik. Anak cukup mampu untuk mengirimkan pesan dan cukup paham bagaimana agar pesan dapat diterima dengan baik oleh orang tua. Orang tua cukup mampu menerima pesan dan memberikan umpan balik untuk anak. Orang tua sadar bahwa umpan balik adalah yang penting demi efektifnya komunikasi dan demi memelihara hubungan yang harmonis dengan anak. Variabel komunikasi interpersonal anak dengan orang tua mempunyai 5 aspek yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Aspek paling tinggi adalah aspek keterbukaan dengan presentase 89,39%. Aspek keterbukaan memiliki 2 indikator. Indikator anak dapat mengungkapkan diri kepada orang tua dengan presentase 91,84% dan indikator anak jujur dalam mengungkapkan diri kepada orang tua dengan presentase 86,93%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata anak kelas VI SD N Serayu Yogyakarta dapat berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Anak paham bahwa dengan bersikap terbuka membuat orang tua lebih mengerti tentang keinginan dan perasaan anak. Contohnya adalah anak tidak perlu 78

93 berpura-pura sudah mengerjakan PR agar diperbolehkan bermain, anak hanya perlu mengerjakan PR agar cepat selesai dan bisa bermain. Contoh lain adalah ketika anak tetap memberitahukan hasil ulangan yang buruk kepada orang tua, anak tidak perlu takut dimarahi karena orang tua hanya memberikan nasehat untuk belajar lebih giat. Sikap positif ini membuat anak merasa lebih dihargai sehingga anak pun akan lebih menurut terhadap apa yag dinasehatkan orang tua kepadanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Praktiko (dalam Dasrun Hidayat, 2012: 140) yang menyatakan bahwa keterbukaan merupakan hal yang terpenting untuk menciptakan saling pengertian diantara anak dan orang tua. Aspek paling rendah yaitu aspek empati dengan indikator anak mampu untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua yang mempunyai presentase sebesar 78,96%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator anak mampu untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua merupakan faktor dengan pengaruh paling kecil diantara indikator yang lain. Walaupun merupakan faktor yang paling kecil pengaruhnya namun bila dilihat dari besarnya presentase, anak cukup mampu memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua. Anak telah mampu untuk mendengarkan dan/atau mengerti orang tua. Contohnya anak tidak mengganggu orang tua ketika mereka sedang beristirahat. Anak paham bahwa orang tua pasti lelah setelah bekerja sehingga membutuhkan waktu istirahat yang cukup, jika tidak istirahat orang tua bisa kelelahan sampai jatuh sakit. 79

94 Hasil skala konsep diri menunjukkan yang masuk dalam kategori tinggi sebanyak 17 anak dengan presentase 17,9%, dalam kategori sedang sebanyak 60 anak dengan presentase 63,2%, dan dalam kategori rendah sebanyak 18 anak dengan presentase 18,9%. Rata-rata anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta mempunyai konsep diri dalam kategori sedang. Kategori sedang berarti anak sudah mampu menerima keadaan diri dengan baik namun terkadang masih mengalami kecemasan bila gagal dalam mencapai suatu tujuan. Hal ini terjadi diduga karena pengaruh dari komunikasi interpersonal anak dengan orang tua yang cukup baik. Ketika anak berbicara dan orang tua memberikan umpan balik/tanggapan kepada anak, hal ini langsung berpengaruh terhadap konsep diri anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Joseph A. DeVito (2011: 253) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dengan keluarga dapat mempengaruhi konsep diri anak dengan cara bagaimana keluarga menanggapi anak. Pendapat tersebut diperkuat oleh Jalaluddin Rakhmat (2007: 102) yang menyatakan bahwa senyuman, pujian, dan penghargaan dari orang lain akan membentuk penilaian positif terhadap diri sendiri. Ejekan, cemoohan, dan penolakan dari orang lain akan membentuk penilaian negatif terhadap diri sendiri. Konsep diri anak dilihat dari 8 aspek yang meliputi diri identitas, diri pelaku, diri penerimaan, diri fisik, diri etik moral, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial. Pada penelitian ini aspek yang paling tinggi adalah aspek diri keluarga dengan presentase 88,38%. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri keluarga pada anak baik/positif. Anak menyadari bahwa dengan memahami 80

95 dan menjalankan perannya sebagai anggota keluarga maka dapat menimbulkan rasa respek/penghargaan/kasih sayang dari orang tua. Contohnya ketika anak merawat orang tua dengan sepenuh hati, orang tua akan membalasnya dengan kasih sayang kepada anak. Contoh yang lain adalah ketika orang tua mengucapkan selamat ulang tahun, anak merasa senang. Sikap positif ini dapat membuat konsep diri anak semakin baik/semakin positif. Hal ini sejalan dengan pendapat Joseph A. DeVito (2011: 253) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dengan keluarga dapat mempengaruhi konsep diri anak dengan cara bagaimana keluarga menanggapi anak. Pendapat tersebut diperkuat oleh Jalaluddin Rakhmat (2007: 102) yang menyatakan bahwa senyuman, pujian, dan penghargaan dari orang lain akan membentuk penilaian positif terhadap diri sendiri. Aspek terendah dalam variabel konsep diri pada penelitian ini adalah diri fisik dengan presentase 68,16%. Walaupun konsep diri fisik anak paling rendah diantara konsep diri yang lain, namun masih termasuk dalam kategori cukup baik/cukup positif. Anak memperhatikan penampilannya agar terlihat baik menurut pandangan orang lain. Contohnya anak menyetrika baju sebelum berangkat sekolah karena anak menyadari bahwa dengan berpakaian rapi akan membuatnya nyaman dipandang. Kepercayaan diri anak juga akan naik dengan berpakaian rapi ke sekolah. Sebaran data pada penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri anak kelas VI SD N 81

96 Serayu Yogyakarta dalam kategori sedang yang berarti cukup baik. Selanjutnya analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri. Berdasarkan tabel analisis regresi, koefisien regresi X sebesar 0,735. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 pada komunikasi interpersonal anak dengan orang tua maka bilai konsep diri mengalami kenaikan sebesar 0,735. Selanjutnya, R Square (koefisien determinasi) bernilai 0,539. Hal ini berarti bahwa variabel komunikasi anak dengan orang tua berpengaruh sebesar 53,9% terhadap variabel konsep diri. Anak kelas VI memang telah mendapat pengaruh dari orang lain seperti teman, guru, dan masyarakat, namun pengaruh dari keluarga pada konsep diri anak tidak hilang sama sekali. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih terdapat ketidaksempurnaan dan keterbatasan seperti: 1. Peneliti melakukan observasi penelitian pada saat anak kelas V SD sedangkan pengambilan data penelitian dilakukan pada saat anak kelas VI SD. Sehingga judul skripsi ini berubah menjadi Pengaruh Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua terhadap Konsep Diri Anak Kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. 82

97 2. Indikator variabel komunikasi interpersonal anak dengan orang tua kurang tepat. Indikator yang tepat adalah ditujukan kepada orang tua dengan begitu peneliti dapat melihat umpan balik yang diberikan orang tua kepada anak. 83

98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Komunikasi interpersonal anak dengan orang tua pada anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta berada dalam kategori sedang. Kategori sedang mengasumsikan bahwa anak cukup mampu untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang tua. Hal ini dikarenakan adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan antara anak dengan orang tua sehingga komunikasi interpersonal anak dengan orang tua cukup baik. 2. Konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta berada dalam kategori sedang. Kategori sedang berarti anak sudah mampu menerima keadaan diri dengan baik namun terkadang masih mengalami kecemasan bila gagal dalam mencapai suatu tujuan. Hal ini dikarenakan komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terjalin cukup baik sehingga membuat konsep diri anak menjadi cukup baik. 3. Terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal anak dengan orang tua terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R Square) yaitu 0,539. Hal ini berarti bahwa komunikasi interpersonal anak dengan orang tua memberikan pengaruh sebesar 53,9% terhadap konsep diri anak kelas VI SD Negeri Serayu Yogyakarta. 84

99 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dipaparkan, maka saran yang disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Bagi anak diharapkan dapat meningkatkan empati dengan mencoba memahami keadaan orang tua. Anak juga diharapkan lebih memperhatikan fisik dan penampilan karena hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan dan konsep diri anak. 2. Bagi orang tua diharapkan dapat menjalin komunikasi interpersonal yang baik dengan anak dan mendukung anak menjadi pribadi yang positif. Orang tua diharapkan lebih terbuka dalam mengutarakan keadaan kepada anak agar anak bisa mengasah rasa empatinya kepada orang tua. 3. Bagi guru hendaknya dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak di sekolah. Guru diharapkan dapat memberikan teladan agar tercipta lingkungan yang baik bagi perkembangan konsep diri anak. 85

100 DAFTAR PUSTAKA A. Supratiknya. (1995). Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. A.M.S Nurhidayah. (2013). Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik Sleman. Diakses dari pada tanggal 30 Maret 2016 Pukul WIB. Abdul Malik Iskandar. (2010). The Effect of Interpersonal Communication Intensity Academic Counselor and Student Learning Motivation in STIKES Mega Rezky Makassar. Diakses dari r.pdf pada tanggal 30 Maret 2016 pukul WIB. Aditya Eka Prawira. (2015). Kalau Anak Kabur dari Rumah, Itu Salah Orang Tua. Diakses dari pada tanggal 24 Januari 2017 pukul 18:34 WIB. Agus M. Hardjana. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Anonim. (2011). Alasan Mengapa Anak Kabur dari Rumah. Diakses dari Anak.Kabur.dari.Rumah pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 18:48 WIB. Ari Sandita Murti. (2016). Kasus Ibu Penggergaji Anak di Jaksel Segera Disidangkan. Diakses dari pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 17:53 WIB. Berger, Charles R., Roloff, Michael E., & David R. Roskos-Ewoldsen. (2014). Handbook Ilmu Komunikasi. (Alih bahasa: Derta Sri Widowatie). Bandung: Penerbit Nusa Media. Calhoun, Pukules F. dan Joan Ross Acocella. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan.Semarang: IKIP Semarang Press. Danang Sunyoto dan Ari Setiawan. (2013). Buku Ajar: Statistik Kesehatan Parametrik, Non Parametrik, Validitas, dan Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika. 86

101 Dasrun Hidayat. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya: Fakta Penelitian Fenomenologi Orang Tua Karir dan Anak Remaja.Yogyakarta: Graha Ilmu. David Setyawan. (2015). KPAI: Pelaku Kekerasan terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat. Diakses dari pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 17:36 WIB. Deddy Mulyana. (2014). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Deni Darmawan. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. DeVito, Joseph A. (1992). The Interpersonal Communication Book. Sixth Edition. New York: HarperCollins Publishers. Fuska Sani Evani. (2015). Tingkat Kekerasan Seksual pada Anak di DIY Mengkhawatirkan. Diakses dari pada tanggal 24 Februari 2016 pukul 18:50 WIB. H. Djaali. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hendrianti Agustiani. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak: Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Imam Ghozali. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Imam Musbikin. (2009). Mengapa Ya Anakku Kok Suka Berbohong...?. Yogyakarta: DivaPress. Jalaluddin Rakhmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Misbahuddin dan Iqbal Hasan. (2007). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana. 87

102 Morissan. (2013). Psikologi Komunikasi. Bogor: Galia Indonesia. Nia Kania Kurniawati. (2014). Komunikasi Antarpribadi: Konsep dan Teori Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurul Zuriah. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ratna Dwi Astuti. (2014). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri Mendungan I Yogyakarta. Diambl dari pada tanggal 30 Maret 2015 pukul WIB. Ruben, Brent D dan Lea P. Stewart. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: Rajawali Pers. Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, John W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.. (2011) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD. Bandung: Alfabeta.. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.. (2011). Komunikasi Antarmanusia. 5 th. ed. (Alih bahasa: Ir. Agus Maulana M.S.M.). Tangerang: KARISMA Publishing Group. Sukardi. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Suranto Aw. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yamin S dan Kurniawan. (2009). Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta: Salemba Infotek. Zainal Mustafa E.Q. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 88

103 LAMPIRAN 89

104 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Fakultas 90

105 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Dinas Perizinan Kota Yogyakarta 91

106 Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Penelitian 92

107 Lampiran 4. Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Skala Komunikasi Anak dengan Orang Tua Nama : Jenis Kelamin : Kelas : Cara Pengisian Lembar Skala: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan 2. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan dirimu 3. Berilah tanda centang ( ) pada pilihan jawaban sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, atau sangat tidak sesuai 4. Perika kembali jawaban dan pastikan semua nomor sudah terjawab 5. Selamat mengerjakan No Pernyataan Sangat Sesuai 1 Saya memberitahukan hasil ulangan di sekolah Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai kepada orang tua. 2 Saya berpamitan kepada orang tua jika akan pergi. 3 Saya tidak mau mengaku ketika memecahkan piring. 4 Saya menyembunyikan hasil ulangan yang buruk dari orang tua. 5 Saya berpura-pura sudah mengerjakan PR agar dibolehkan bermain. 6 Saya berbohong karena takut dimarahi orang tua. 7 Saya membeli mainan dengan uang tabungan sendiri. 8 Saya merapikan tempat tidur sendiri untuk meringankan pekerjaan rumah orang tua. 9 Saya tidak membuang-buang makanan yang 93

108 telah disediakan orang tua. 10 Ketika orang tua pulang dari bekerja, saya menyambut dan membawakan tasnya. 11 Saya tidak mengganggu orang tua ketika mereka sedang beristirahat. 12 Saya hanya mau membantu orang tua menyapu bila diberi hadiah/imbalan. 13 Saya ingin orang tua membantu saya mengerjakan PR walaupun mereka sedang sibuk. 14 Saya menjawab apabila ditanya oleh orang tua. 15 Saya malas menanggapi pembicaraan orangtua jika sedang menonton acara tv kesukaan saya. 16 Saya menjalankan nasehat orangtua. 17 Saya tidak suka memotong pembicaraan orang tua. 18 Saya marah ketika orangtua menasehati terlalu banyak. 19 Saya mendengarkan dan menanggapi ketika orang tua berbicara. 20 Saya bertanya kepada orang tua apakah seragam saya sudah rapi atau belum. 21 Saya menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang tua. 22 Saya bertanya kepada orang tua ketika ada hal yang tidak saya pahami. 23 Saya tidak menceritakan kesulitan yang saya alami di sekolah. 24 Saya memuji masakan yang dibuat oleh orang tua. 25 Saya berpamitan dan mencium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah. 26 Saya mengucapkan terimakasih karena orang tua sudah menemani belajar. 27 Saya berani mengingatkan orang tua apabila orang tua belum beribadah. 28 Saya mau mematuhi peraturan yang ada di rumah. 29 Saya meminta maaf kepada orang tua apabila mempunyai kesalahan. 94

109 30 Saya takut mengganti acara TV yang sedang ditonton orang tua. 31 Saya segera membantu ketika orang tua meminta bantuan. 32 Saya ikut memberikan pendapat tentang tempat untuk piknik keluarga. 33 Saya lebih memilih bermain daripada bekerja bakti membersihkan rumah. 34 Saya meminta orangtua untuk mengerjakan PR saya yang sulit. 95

110 Lampiran 5. Skala Konsep Diri Skala Konsep Diri Nama : Jenis Kelamin : Kelas : Cara Pengisian Lembar Skala: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan 2. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaanmu 3. Berilah tanda centang ( ) pada pilihan jawaban sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, atau sangat tidak sesuai 4. Perika kembali jawaban dan pastikan semua nomor sudah terjawab 5. Selamat mengerjakan No Pernyataan Sangat Sesuai Tidak Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai 1 Saya adalah anak yang jujur. 2 Saya adalah anak yang disiplin dalam mengumpulkan tugas. 3 Saya adalah anak yang ramah dan senang menyapa teman. 4 Saya adalah anak yang pandai maka tidak perlu - belajar dengan keras. 5 Saya adalah anak yang nakal. 6 Saya meminta maaf jika berbuat salah. 7 Saya mandi tanpa disuruh orang tua. 8 Saya rajin belajar karena ingin menjadi anak yang berprestasi. 9 Saya menunda-nunda dalam mengerjakan PR. 96

111 10 Saya hanya belajar ketika ada ulangan. 11 Saya senang mengikuti ekstrakulikuler di sekolah karena menambah kemampuan saya. 12 Saya bersyukur dengan prestasi yang sudah saya peroleh karena saya sudah berusaha dengan maksimal. 13 Saya bersyukur dengan keadaan fisik diri saya saat ini. 14 Saya merasa minder dengan kecantikan / kegantengan teman saya. 15 Saya tidak suka dengan warna kulit saya. 16 Saya menyetrika baju sebelum berangkat sekolah. 17 Saya memotong kuku 1 minggu sekali. 18 Saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan-nya. 19 Saya rajin beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. 20 Saya lupa beribadah ketika sedang bermain bersama teman. 21 Saya tidak mencontek saat ulangan. 22 Saya meminjamkan pensil/bolpen kepada teman yang membutuhkan. 23 Saya berpamitan kepada orang tua jika ingin bermain. 24 Saya senang berolahraga supaya sehat. 25 Saya tidak mengumpulkan PR karena malas. 26 Saya merawat orang tua saat sakit karena saya menyayangi mereka. 27 Saya membantu orang tua menyapu lantai. 97

112 28 Saya belajar giat agar bisa meraih cita-cita. 29 Saya sarapan setiap hari bersama keluarga. 30 Saya senang ketika orang tua mengucapkan selamat ulang tahun untuk saya. 31 Saya tidak pernah ditanyai orang tua tentang kegiatan di sekolah. 32 Saya merasa orang tua tidak sayang karena telah menghukum saya. 33 Saya mengucapkan selamat ketika teman menjadi juara di kelas. 34 Saya memberi usul kepada teman-teman untuk belajar kelompok. 35 Saya merasa gugup jika akan memulai pembicaraan dengan teman baru. 98

113 Lampiran 6. Kisi-Kisi Skala Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Kisi-Kisi Skala Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Variabel Aspek Indikator No. Komunikasi interpersonal anak dengan orang tua Keterbukaan Empati Anak dapat mengungkapkan diri kepada orang tua Anak jujur dalam mengungkapkan diri kepada orang tua Anak mampu untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang tua Butir Soal (+) 1, 2-7, 8, 9, 10, 11 No. Butir Soal Butir Soal (-) 3 1. Saya memberitahukan hasil ulangan di sekolah kepada orang tua. 2. Saya berpamitan kepada orang tua jika akan pergi. 3. Saya tidak mau mengaku ketika memecahkan piring. 4, 5, 6 4. Saya menyembunyikan hasil ulangan yang buruk dari orang tua. 5. Saya berpura-pura sudah mengerjakan PR agar dibolehkan bermain. 6. Saya berbohong karena takut dimarahi orang tua. 12, Saya membeli mainan dengan uang tabungan sendiri. 8. Saya merapikan tempat tidur sendiri untuk meringankan pekerjaan rumah orangtua. 9. Saya tidak membuang-buang makanan yang telah disediakan orang tua Ketika orang tua pulang dari bekerja, saya menyambut dan

114 membawakan tasnya. 11. Saya tidak mengganggu orang tua ketika mereka sedang beristirahat. 12. Saya hanya mau membantu orang tua menyapu bila diberi hadiah/imbalan. 13. Saya ingin orang tua membantu saya mengerjakan PR walaupun mereka sedang sibuk. Sikap Mendukung Anak spontan dan terbuka dalam berkomunikasi Saya menjawab apabila ditanya oleh orang tua. 15. Saya malas menanggapi pembicaraan orangtua jika sedang Anak menghargai pendapat atau ide yang diungkap oleh orang tua 16, menonton acara tv kesukaan saya. 16. Saya menjalankan nasehat orangtua. 17. Saya tidak suka memotong pembicaraan orang tua. 18. Saya marah ketika orangtua menasehati terlalu banyak. Sikap Positif Anak mendorong orang tua untuk berinteraksi 19, 20, 21, Saya mendengarkan dan menanggapi ketika orang tua berbicara. 20. Saya bertanya kepada orang tua apakah seragam saya sudah rapi atau belum. 21. Saya menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang tua. 22. Saya bertanya kepada orang tua ketika ada hal yang tidak saya 100

115 pahami. 23. Saya tidak menceritakan kesulitan yang saya alami di sekolah. Anak memberikan penghargaan 24, 25, Saya memuji masakan yang dibuat oleh orang tua. kepada orang tua Saya berpamitan dan mencium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah. 26. Saya mengucapkan terimakasih karena orang tua sudah menemani belajar. Kesetaraan Anak mengakui kedua pihak sama-sama berharga 27, 28, Saya berani mengingatkan orang tua apabila orang tua belum beribadah. 28. Saya mau mematuhi peraturan yang ada di rumah. 29. Saya meminta maaf kepada orang tua apabila mempunyai kesalahan. 30. Saya takut mengganti acara TV yang sedang ditonton orang tua. Anak mau bekerja sama dengan 31, 32 33, Saya segera membantu ketika orang tua meminta bantuan. orang tua dalam memecahkan 32. Saya ikut memberikan pendapat tentang tempat untuk piknik masalah keluarga. 33. Saya lebih memilih bermain daripada bekerja bakti membersihkan rumah. 34. Saya meminta orangtua untuk mengerjakan PR saya yang sulit. 101

116 Lampiran 7. Kisi-Kisi Skala Konsep Diri Kisi-Kisi Skala Konsep Diri Variabel Dimensi Indikator No. Butir No. Butir Butir Soal Soal (+) Soal (-) Konsep Diri Anak Diri Identitas Pelabelan yang diberikan anak kepada dirinya 1, 2, 3 4, 5 1. Saya adalah anak yang jujur. 2. Saya adalah anak yang disiplin dalam mengumpulkan tugas. 3. Saya adalah anak yang ramah dan senang menyapa teman. 4. Saya adalah anak yang pandai maka tidak perlu belajar dengan keras. 5. Saya adalah anak yang nakal. Diri Pelaku Persepsi anak tentang tingkah lakunya 6, 7, 8 9, Saya meminta maaf jika berbuat salah. 7. Saya mandi tanpa disuruh orang tua. 8. Saya rajin belajar karena ingin menjadi anak yang berprestasi. 9. Saya menunda-nunda dalam mengerjakan PR. 10. Saya hanya belajar ketika ada ulangan. Diri Penerima an Kepuasan anak akan dirinya 11, Saya senang mengikuti ekstrakulikuler di sekolah karena menambah kemampuan saya. 12. Saya bersyukur dengan prestasi yang sudah saya peroleh karena saya sudah berusaha dengan maksimal. 102

117 Diri Fisik Diri Eik- Moral Diri Pribadi Diri Keluarga Penerimaan anak akan dirinya 13 14, Saya bersyukur dengan keadaan fisik diri saya saat ini. 14. Saya merasa minder dengan kecantikan/kegantengan teman saya. 15. Saya tidak suka dengan warna kulit saya. Persepsi anak tentang fisiknya 16, Saya menyetrika baju sebelum berangkat sekolah. seperti keadaan tubuh dan 17. Saya memotong kuku 1 minggu sekali. penampilan Persepsi anak tentang hubungan 18, Saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang dengan Tuhan diberikan-nya. 19. Saya rajin beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Persepsi anak tentang etika dan 21, 22, Saya lupa beribadah ketika sedang bermain bersama teman. moral Saya tidak mencontek saat ulangan. 22. Saya meminjamkan pensil/bolpen kepada teman yang membutuhkan. 23. Saya berpamitan kepada orang tua jika ingin bermain. Persepsi anak tentang keadaan Saya senang berolahraga supaya sehat. dirinya 25. Saya tidak mengumpulkan PR karena malas. Persepsi anak tentang 26, 27, Saya merawat orang tua saat sakit karena saya menyayangi mereka. kedudukannya sebagai anggota Saya membantu orang tua menyapu lantai. keluarga 28. Saya belajar giat agar bisa meraih cita-cita. Persepsi anak tentang seberapa 29, 30 31, Saya sarapan setiap hari bersama keluarga. 103

118 Diri Sosial besar anak diterima oleh anggota keluarga Persepsi anak tentang kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain 30. Saya senang ketika orang tua mengucapkan selamat ulang tahun untuk saya. 31. Saya tidak pernah ditanyai orang tua tentang kegiatan di sekolah. 32. Saya merasa orang tua tidak sayang karena telah menghukum saya. 33, Saya mengucapkan selamat ketika teman menjadi juara di kelas. 34. Saya memberi usul kepada teman-teman untuk belajar kelompok. 35. Saya merasa gugup jika akan memulai pembicaraan dengan teman baru. 104

119 Lampiran 8. Hasil Uji Coba Instrumen Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Hasil Uji Coba Instrument Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua No Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Total

120 Lampiran 9. Hasil Uji Coba Instrumen Skala Konsep Diri Hasil Uji Coba Instrument Skala Konsep Diri No Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Total

121 Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua 107

122 Lampiran 11. Hasil Uji Validitas Instrumen Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua NO Sig. (2-tailed) Taraf Signifikansi Keterangan [Sig. (2-tailed) < Taraf Signifikansi berarti Valid] 1 0,459 0,05 Tidak Valid 2 0,227 0,05 Tidak Valid 3 0,203 0,05 Tidak Valid 4 0,084 0,05 Valid 5 0,001 0,05 Valid 6 0,707 0,05 Tidak Valid 7 0,142 0,05 Tidak Valid 8 0,035 0,05 Valid 9 0,391 0,05 Tidak Valid 10 0,007 0,05 Valid 11 0,002 0,05 Valid 12 0,000 0,05 Valid 13 0,009 0,05 Valid 14 0,162 0,05 Tidak Valid 15 0,010 0,05 Valid 16 0,675 0,05 Tidak Valid 17 0,241 0,05 Tidak Valid 18 0,000 0,05 Valid 19 0,000 0,05 Valid 108

123 20 0,238 0,05 Tidak Valid 21 0,000 0,05 Valid 22 0,006 0,05 Valid 23 0,000 0,05 Valid 24 0,004 0,05 Valid 25 0,000 0,05 Valid 26 0,002 0,05 Valid 27 0,000 0,05 Valid 28 0,000 0,05 Valid 29 0,142 0,05 Tidak Valid 30 0,000 0,05 Valid 31 0,040 0,05 Valid 32 0,059 0,05 Valid 33 0,020 0,05 Valid 34 0,006 0,05 Valid 109

124 Lampiran 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri NO Sig. (2-tailed) Taraf Signifikansi 110 Keterangan [Sig. (2-tailed) < Taraf Signifikansi berarti Valid] 1 0,079 0,05 Tidak Valid 2 0,043 0,05 Valid 3 0,001 0,05 Valid 4 0,005 0,05 Valid 5 0,034 0,05 Valid 6 0,483 0,05 Tidak Valid 7 0,013 0,05 Valid 8 0,004 0,05 Valid 9 0,000 0,05 Valid 10 0,001 0,05 Valid 11 0,004 0,05 Valid 12 0,000 0,05 Valid 13 0,040 0,05 Valid 14 0,004 0,05 Valid 15 0,123 0,05 Tidak Valid

125 16 0,171 0,05 Tidak Valid 17 0,000 0,05 Valid 18 0,000 0,05 Valid 19 0,006 0,05 Valid 20 0,018 0,05 Valid 21 0,042 0,05 Valid 22 0,008 0,05 Valid 23 0,001 0,05 Valid 24 0,012 0,05 Valid 25 0,014 0,05 Valid 26 0,000 0,05 Valid 27 0,008 0,05 Valid 28 0,025 0,05 Valid 29 0,162 0,05 Tidak Valid 30 0,004 0,05 Valid 31 0,146 0,05 Tidak Valid 32 0,002 0,05 Valid 33 0,003 0,05 Valid 34 0,028 0,05 Valid 35 0,013 0,05 Valid 111

126 Lampiran 14. Hasil Penelitian Skala Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua No Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Total

127

128

129 Lampiran 15. Hasil Penelitian Skala Konsep Diri No Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Total

130

131 To tal

132 Lampiran 16. Hasil Analisis Deskriptif Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua KIAO Statistics N Valid 95 Missing 0 Mean Median Mode 105 a Std. Deviation Range 56 Minimum 76 Maximum 132 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown KIAO Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

133 Total

134 Lampiran 17. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri konsepdiri Statistics N Valid 95 Missing 0 Mean Median Mode 106 a Std. Deviation Range 48 Minimum 88 Maximum 136 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown konsepdiri Frequency Percent Valid Percent 120 Cumulative Percent Valid

135 Total

136 Lampiran 18. Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua Mean = Std Dev = Tinggi Sedang Rendah : X M + SD : M SD X < M + SD : X < M SD Kategori Skor Tinggi : X Sedang : X < Rendah : X < Lampiran 19. Kategorisasi Konsep Diri Mean = Std Dev = Tinggi Sedang Rendah : X M + SD : M SD X < M + SD : X < M SD Kategori Skor Tinggi : X Sedang : X < Rendah : X < Lampiran 20. Data Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Anak dengan Orang Tua dan Konsep Diri No KIAO Kategori Konsep Diri Kategori Sedang 103 Rendah Sedang 118 Sedang Rendah 110 Sedang Rendah 106 Rendah 122

137 No KIAO Kategori Konsep Diri Kategori Sedang 118 Sedang Sedang 119 Sedang Sedang 124 Sedang Sedang 117 Sedang Tinggi 115 Sedang Sedang 117 Sedang Sedang 122 Sedang Sedang 129 Tinggi Sedang 114 Sedang Sedang 106 Rendah Tinggi 127 Sedang Rendah 104 Rendah Tinggi 126 Sedang Tinggi 127 Sedang Rendah 101 Rendah Sedang 119 Sedang Sedang 113 Sedang Rendah 110 Sedang Sedang 119 Sedang Sedang 128 Tinggi Rendah 115 Sedang Sedang 124 Sedang Rendah 101 Rendah Rendah 107 Rendah Sedang 103 Rendah Sedang 125 Sedang Rendah 111 Sedang Rendah 106 Rendah Rendah 101 Rendah Sedang 117 Sedang Tinggi 122 Sedang Sedang 117 Sedang Tinggi 116 Sedang Sedang 111 Sedang Sedang 125 Sedang Tinggi 126 Sedang 123

138 No KIAO Kategori Konsep Diri Kategori Sedang 127 Sedang Sedang 129 Tinggi Sedang 131 Tinggi Sedang 104 Rendah Sedang 123 Sedang Sedang 111 Sedang Sedang 130 Tinggi Sedang 115 Sedang Rendah 88 Rendah Sedang 106 Rendah Tinggi 128 Tinggi Tinggi 126 Sedang Sedang 107 Rendah Sedang 122 Sedang Sedang 124 Sedang Sedang 121 Sedang Sedang 114 Sedang Tinggi 136 Tinggi Sedang 119 Sedang Sedang 108 Sedang Rendah 117 Sedang Sedang 127 Sedang Sedang 121 Sedang Sedang 129 Tinggi Sedang 113 Sedang Sedang 116 Sedang Sedang 112 Sedang Sedang 121 Sedang Rendah 102 Rendah Tinggi 132 Tinggi Tinggi 128 Tinggi Sedang 128 Tinggi Sedang 111 Sedang Sedang 115 Sedang Sedang 127 Sedang Tinggi 131 Tinggi 124

139 No KIAO Kategori Konsep Diri Kategori Sedang 105 Rendah Rendah 99 Rendah Sedang 109 Sedang Sedang 106 Rendah Sedang 110 Sedang Tinggi 128 Tinggi Sedang 118 Sedang Sedang 122 Sedang Sedang 120 Sedang Sedang 130 Tinggi Sedang 129 Tinggi Sedang 124 Sedang Sedang 122 Sedang Sedang 131 Tinggi Sedang 126 Sedang Sedang 116 Sedang Sedang 119 Sedang Tinggi 130 Tinggi Sedang 108 Sedang 125

140 Lampiran 21. Analisis Regresi Linier Sederhana 126

141 Lampiran 22. Foto Dokumentasi Gambar 1. Anak-anak SD Negeri Bhayangkara sedang mengisi skala untuk uji coba instrumen 127

142 Gambar 2. Anak-anak SD Negeri Bhayangkara sedang mengisi skala untuk uji coba instrumen Gambar 3. Anak-anak SD Negeri Serayu sedang mengisi skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri anak 128

143 Gambar 4. Anak-anak SD Negeri Serayu sedang mengisi skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri anak Gambar 5. Anak-anak SD Negeri Serayu sedang mengisi skala komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dan konsep diri anak 129

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI MENURUT SEILER (dalam Arni Muhammad, 2000;19-20) 20) 1. Komunikasi adalah suatu proses, yang dimaksud proses disini adalah

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Unsur-unsur komunikasi Adalah yang membuat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Akhmad Faiz Abror Rosyadi NIM

SKRIPSI. Oleh Akhmad Faiz Abror Rosyadi NIM PENGARUH MINAT MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KEDISIPLINAN PADA SISWA KELAS V SD SE GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakulltas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu Bab 2 KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu comunicatio yang berarti pemberitahuan atau

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n Proses Komunikasi O u t l I n e T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n T P U Diharapkan mampu ampu menjelaskan dan menerapkan konsep-konsep dasar dalam komunikasi, jenis dan teknik komunikasi,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Komunikasi: Suatu Pengantar Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM PENGARUH PERHATIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAPPRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGISEKOLAH DASAR SE-GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita sehari-hari, karena dengan berkomunikasi yang baik berarti kita termasuk orang yang berjiwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS JASA DAN HARGA PULSA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA KARTU SIMPATI PADA MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH KUALITAS JASA DAN HARGA PULSA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA KARTU SIMPATI PADA MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH KUALITAS JASA DAN HARGA PULSA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA KARTU SIMPATI PADA MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Eka Prasetya NIM

SKRIPSI. Oleh Eka Prasetya NIM HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Oleh: FEBRILIA KUSUMA WARDANI A

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Oleh: FEBRILIA KUSUMA WARDANI A DESKRIPSI HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI GENDER (Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Teras Tahun 2014/2015) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEWON TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEWON TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENGARUH PENGARUH PERSEPSI PERSEPSI SISWA TENTANG SISWA TENTANG MATA PELAJARAN MATA PELAJARAN AKUNTANSI DAN PEMBERIAN AKUNTANSI PEKERJAAN DAN RUMAH PEMBERIAN TERHADAP PEKERJAAN PRESTASI RUMAH BELAJAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si Pertemuan ke-4 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si Komunikasi Intrapibadi Menurut Blake dan Harodlsen (2005:28) komunikasi intrapribadi adalah peristiwa komunikasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah. ABSTRAK IRMAYANTRI. Perilaku Komunikasi Antara Orang Tua Tunggal (Single Parent) Dan Anak Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak Di SMP Negeri 8 Makassar (Dibimbing oleh Muh. Farid dan Kahar). Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dapat dikatakan dengan melakukan komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip komunikasi

Prinsip-prinsip komunikasi Prinsip-prinsip komunikasi Susane K. Langer Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan simbolik atau penggunaan lambang Ernst Cassirer itulah keunggulan manusia dengan makhluk lain LAMBANG?? IKON INDEKS

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga. Kualitas hubungan orang tua akan memberikan dampak besar terhadap tumbuh kembang anak. Hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK PT. DJARUM INDONESIA

PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK PT. DJARUM INDONESIA PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK PT. DJARUM INDONESIA (Studi Pada Konsumen Produk PT. Djarum Indonesia di Kota Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan dunia usaha dan semakin tajamnya tingkat persaingan.

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPETENSI TEORI K3 DAN MOTIVASI MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN SIKAP SISWA DALAM PENERAPAN K3 PADA PRAKTIK PENGELASAN SKRIPSI

HUBUNGAN KOMPETENSI TEORI K3 DAN MOTIVASI MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN SIKAP SISWA DALAM PENERAPAN K3 PADA PRAKTIK PENGELASAN SKRIPSI HUBUNGAN KOMPETENSI TEORI K3 DAN MOTIVASI MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN SIKAP SISWA DALAM PENERAPAN K3 PADA PRAKTIK PENGELASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU Juwita Palupi Muhamad Fajar Hidayat Devi Subiyantini Putri Rizky Psikologi, FPPsi, Universitas Negeri Malang juwi.pupi@gmail.com fajarjunior93@gmail.com

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Menenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH SOKONANDI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH SOKONANDI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH SOKONANDI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realitas perubahan zaman yang terus bergerak dinamis menjelaskan tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup signifikan dalam hal ini,

Lebih terperinci

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Oleh Yudi Kuswanto 05601241074 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi

Lebih terperinci

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: Human Relations Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan Fakultas FIKOM Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Isi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Widia Astutiningsih NIM

SKRIPSI. Oleh Widia Astutiningsih NIM PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 NGULAKAN KARANGSARI PENGASIH KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA. Jalan Babarsari No.

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA. Jalan Babarsari No. Kepuasan Relasi Antara Atasan dan Bawahan dengan Pendekatan Teori Pertukaran Sosial di PT PLN (Persero) Area Yogyakarta (Deskriptif Kualitatif dengan Teori Pertukaran Sosial Tentang Kepuasan Relasi ) Ratih

Lebih terperinci

terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas

terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar,

B A B I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar, B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasIlmuSosialUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratanGunaMemperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah kuantitatif karena diperlukan data hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND DENGAN SIKAP TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA SD DI KELAS SE-GUGUS KALITIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

TANGGAPAN GURU PENJAS TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN PRODI PJKR DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 SKRIPSI

TANGGAPAN GURU PENJAS TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN PRODI PJKR DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 SKRIPSI TANGGAPAN GURU PENJAS TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN PRODI PJKR DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN BERBAH TAHUN AJARAN 2012/ 2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris, yaitu, communication berasal dari kata Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 1 KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan komunikasi antar pribadi merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

PENGAR KOMUNIKASI SKRIPSI FAKULTAS POLITIK. Oleh / kom

PENGAR KOMUNIKASI SKRIPSI FAKULTAS POLITIK. Oleh / kom PENGAR RUH KUALITAS KOMUNIKASII INTERPERSONAL TERHADAP TINGKATT PENGETAHUAN KOMUNIKAN (Studi Kasus padaa Penyuluhan Tatap Muka Gizi dan Kesehatan dalam Kegiatan Posyandu Rumah Srikandi di Badran Bumijo

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

MUHAMMAD YUSUF AZHARRI A

MUHAMMAD YUSUF AZHARRI A PERSETUJUAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE RANTAI TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS II SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Dipersiapkan dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci