EFEKTIVITAS AKUN SEBAGAI MEDIA UNTUK GERAKAN EARTH HOUR INDONESIA 2012 LULU HANIFAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS AKUN SEBAGAI MEDIA UNTUK GERAKAN EARTH HOUR INDONESIA 2012 LULU HANIFAH"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS AKUN SEBAGAI MEDIA UNTUK GERAKAN EARTH HOUR INDONESIA 2012 LULU HANIFAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Akun sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Lulu Hanifah NIM I

4 ABSTRAK LULU HANIFAH. Efektivitas Akun sebagai Media Gerakan Earth Hour Indonesia Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS. Gerakan Earth Hour adalah gerakan sosial mematikan lampu dan alat elektronik lainnya selama satu jam dengan tujuan untuk mengurangi gas rumah kaca di bumi. Gerakan ini dilaksanakan setiap minggu keempat bulan Maret di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu media kampanye dari gerakan Earth Hour adalah melalui Twitter dengan Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara intensitas mengakses akun Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media kampanye gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari kognitif, afektif, dan behavioral. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif menggunakan kuesioner dengan didukung datadata kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas responden mengakses Twitter; 2) terdapat hubungan yang signifikan pada intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral responden; dan 3) Twitter efektif sebagai media gerakan sosial. Kata kunci: Earth Hour, gerakan sosial, Twitter ABSTRACT LULU HANIFAH. Effectiveness Account as Media of Earth Hour Indonesia Movement Supervised by DJUARA P. LUBIS. Earth Hour is a social movement which turn off the light and others electronic devices for one hour. Earth Hour held every fourth week in March. Earth Hour followed by many countries in the world, including Indonesia. Earth Hour use some media to campaign this movement to people, one of the media is Twitter with account The objective of this research is to analyze relation between intensity of Twitter access and Twitter effectiveness as a media of social movements with cognitive, affective, and behavioral factors. The methods of the research are quantitative and supported with qualitative data. This research results show that: 1) there is significant correlation between ease of access to the internet and intensity of access to internet; 2) there is significant correlation between intensity of access to internet and behavioral factor; and 3) Twitter effective as media of social movements. Keywords: Earth Hour, social movements, Twitter

5 EFEKTIVITAS AKUN SEBAGAI MEDIA UNTUK GERAKAN EARTH HOUR INDONESIA 2012 LULU HANIFAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi: Efektivitas Akun sebagai Media untuk Gerakan Earth Hour Indonesia 2012 Nama : Lulu Hanifah NIM : I Disetujui oleh Dr Ir Djuara P Lubis, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah komunikasi massa dan gerakan sosial dengan judul Efektivitas Akun sebagai Media Gerakan Earth Hour Indonesia Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga kepada Ir. Hadiyanto, MSi selaku penguji utama dan Ir. Nuraini W. Prasodjo selaku penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan berharga bagi penulis. Kakak-kakak WWF dan Earth Hour Indonesia, khususnya Kak Ve, Kak Laura, Kak Cea, dan Kak Ruri yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian. Orang tua tercinta Achmad Mucharom dan Neneng Solihat, serta kakak-kakak tersayang, Rizqi Amalia, Muhammad Aziz Hakim, Rismelsy yang selalu sabar memberi doa, dukungan, semangat, materi dan semua pengorbanannya dengan penuh ikhlas kepada penulis. Indra Setiyadi, untuk selalu memotivasi, mendukung dan mendengarkan keluh kesah penulis. Sahabatsahabat KPM dan HIMASIERA khususnya Arif Rachman, Syifa Selvia, Rina Khaerunnisa, Ajeng Intan, Siska Oktavia, Nadia Zabila, Bahari Ilmawan, Faris Budiman, Elbie Yudha, M. Septiadi, Siti Chaakimah, dan Ganies Oktaviana atas dukungan, saran, bantuan, dan kebersamaan. Anggi Indriani, terimakasih telah memberikan inspirasi bagi penulis untuk meneliti situs jejaring sosial. Teman satu bimbingan, Agustin, untuk semangat, masukan, saran, candaan, dan kebersamaan dalam mengerjakan skripsi sehingga dapat sidang pada hari yang sama. Temanteman Nature, Babang, Bagus, Ryan atas kebersamaannya. Teman-teman Sanggar Juara yang mengajarkan banyak hal kepada penulis. Teman-teman seperjuangan akselerasi KPM 46 yang banyak memberikan masukan bagi penulis. Kakak-kakak KPM 45, Jabbar, Farhan, Rezza, Mareta, Selvi, Didit dan Robi yang telah memberi saran, masukan, dan semangat bagi penulis. Seluruh keluarga besar KPM, khususnya KPM 46 atas dukungan dan kebersamaan selama ini. Mba Dini, Mba Icha, dan Mba Maria yang banyak membantu penulis dalam proses administrasi. Terimakasih juga kepada seluruh responden serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan studi pustaka hingga penyelesaian skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Lulu Hanifah

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL (lanjutan) DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 5 Internet Sebagai Media Komunikasi Massa 5 Komunitas Dunia Maya dan Situs Jejaring Sosial 6 Gerakan Sosial 9 Kerangka Pemikiran 11 Hipotesis Penelitian 12 Definisi Operasional 12 PENDEKATAN LAPANGAN 16 Metode Penelitian 16 Lokasi dan Waktu 16 Teknik Pengumpulan Data 16 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18 GAMBARAN UMUM 20 Sejarah Earth Hour 20 Earth Hour Indonesia dan Akun 22 Karakteristik Responden 23 INTENSITAS FOLLOWERS DALAM MENGAKSES TWITTER DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 28 Intensitas Mengakses Akun 28 Hubungan Karakteristik Followers dengan Intensitas Mengakses Twitter 29 ix x x xi

10 Tingkat Kemudahan Mengakses Internet 40 Hubungan Tingkat Kemudahan Mengakses Internet Followers Akun dengan Intensitas Mengakses Twitter 42 Ikhtisar 43 EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 45 Aspek Kognitif 45 Aspek Afektif 46 Aspek Behavioral 46 Hubungan Antara Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Behavioral 47 Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Efektivitas Twitter sebagai Media untuk Gerakan Sosial 50 Ikhtisar 53 SIMPULAN DAN SARAN 55 Simpulan 55 Saran 55 DAFTAR PUSTAKA 57 LAMPIRAN 59 RIWAYAT HIDUP 72

11 DAFTAR TABEL 1 Logo dan nama situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia, Jumlah 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia, Beberapa indikator partisipan Earth Hour di dunia pada tahun 2008 sampai tahun Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan, Jumlah dan persentase responden menurut kategori usia, Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan, Jumlah dan persentase responden menurut tingkat penerimaan, Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal, Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi mengakses Twitter, Jumlah dan persentase responden menurut durasi mengakses Twitter, Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut jenis kelamin, Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter terhadap jenis kelamin, Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut usia responden, Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut usia responden, Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat pendidikan, Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat pendidikan, Jumlah dan persentase frekuensi frekuensi mengakses Twitter menurut jenis pekerjaan responden, Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut jenis pekerjaan, Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat penerimaan, Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat penerimaan, Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tempat tinggal, Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tempat tinggal responden,

12 DAFTAR TABEL (lanjutan) 24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepemilikan alat TIK, Jumlah dan persentase responden menurut tingkat melek teknologi, Jumlah dan persentase kemudahan mengakses internet dengan intensitas mengakses Twitter, Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek kognitif, Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek afektif, Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan aspek behavioral, Jumlah dan persentase responden menurut tindakan melakukan serta melakukan dan mengajak gerakan Earth Hour Jumlah dan persentase aspek afektif berdasarkan aspek kognitif, Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek afektif, Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek kognitif Jumlah dan persentase aspek kognitif menurut intensitas mengakses Twitter, Jumlah dan persentase aspek afektif menurut intensitas mengakses Twitter, Jumlah dan persentase aspek behavioral menurut intensitas mengakses Twitter, DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan sosial 12 2 Profil akun 23

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Strategi kampanye Earth Hour Indonesia Dokumentasi kegiatan Earth Hour Indonesia Statistik Akun 60 4 Daftar responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat 62 5 Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan intensitas mengakses Twitter 64 6 Hasil analisis hubungan tingkat kemudahan mengakses internet terhadap intensitas mengakses Twitter 68 7 Hasil analisis hubungan kognitif, afektif, dan behavioral 68 8 Hasil analisis hubungan intensitas mengakses Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media gerakan sosial 70

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Bungin (2008), komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Adanya kemampuan media massa yang makin berkembang dan perkembangan khayalak yang semakin kritis, menyebabkan media massa bukan hanya sebagai sarana menyampaikan informasi tetapi juga digunakan untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian khalayak tentang satu isu yang sedang berkembang. Salah satu hasil dari perkembangan teknologi informasi yang berdampak pada media massa adalah munculnya internet (media virtual). Perkembangan internet dinilai cukup pesat oleh berbagai pihak. Pengguna internet di Indonesia pun kian hari kian bertambah. Menurut riset MarkPlus Insight 2012, pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat. Pada akhir tahun 2012, pengguna Internet di Indonesia mencapai juta orang atau sebesar 23.5% dari seluruh populasi Indonesia. Riset MarkPlus Insight juga menemukan bahwa 58 juta orang, atau sebesar 95% pengguna internet mengakses internet dari notebook, netbook, tablet, dan perangkat seluler (Karimuddin 2012). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna internet, mengakses internet secara mobile. Internet mengembangkan teknologi-teknologi cyber, salah satunya adalah situs jejaring sosial. Beberapa situs jejaring sosial yang populer antara lain adalah Facebook, Twitter, Tumblr, dan Youtube. Berbeda dengan media massa lainnya, komunikasi yang dilakukan dengan internet bisa menjadi komunikasi dua arah karena khalayak bisa berinteraksi dengan berkomentar, bertanya, dan memberi saran pada situs-situs tertentu. Dengan demikian, adanya internet, khususnya situs jejaring sosial, semakin mempermudah dan mempercepat pertukaran informasi, termasuk pertukaran isu yang sedang berkembang. Hal ini yang menjadi salah faktor penyebab internet berkembang cukup pesat. Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula isu-isu di masyarakat yang mendorong khayalak untuk melakukan gerakan sosial. Gerakan sosial di Indonesia sudah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu. Pada tahun 1966, para mahasiswa anggota KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) berusaha menggagalkan upacara pelantikan anggota kabinet dengan jalan memblokade jalan-jalan yang menuju Istana Merdeka dengan kendaraan-kendaraan bermotor yang bannya dikempeskan. Kemudian pada tahun 1998, terjadi demonstrasi para mahasiswa dan kelompok pro demokrasi di jalan-jalan protokol ibu kota, demonstrasi di Gedung DPR. Gerakan ini berhasil menggulingkan pemerintahan Orde Baru, melahirkan suatu sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan terbuka. Seperti yang dikutip dalam Tarrow (1994), salah satu sumber kekuatan gerakan sosial ada pada kemampuan gerakan sosial untuk memobilisasi individu maupun kelompok dalam masyarakat. Mobilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan infrastuktur sosial seperti jaringan sosial.

16 2 Melihat dari perkembangan zaman, gerakan sosial kini tidak hanya dapat dilakukan melaui aksi-aksi dan turun langsung ke jalan, tetapi juga dapat melalui media massa, khususnya situs jejaring sosial melalui internet. Jaringan yang terbentuk untuk melakukan gerakan sosial bukan hanya lewat jaringan di dunia nyata tetapi juga lewat dunia maya. Berawal dari dunia maya, masyarakat dapat merealisasikannya ke dunia nyata seperti pada anggota grup dukungan Bibit- Candra yang akhirnya melakukan aksi damai turun ke jalan pada Hari Anti Korupsi Sedunia. Contoh lain yang serupa adalah munculnya gerakan Koin Cinta untuk Prita sebagai bentuk protes masyarakat terhadap tuntutan RS OMNI Internasional kepada Prita Mulyasari atas milis tentang RS OMNI Internasional yang dibuatnya. Gerakan ini muncul dari sebuah grup Facebook yang menjaring lebih dari partisipan (Heryanto 2009). Berkat adanya gerakan ini, Prita dapat menghadapi kasusnya karena banyak dukungan bahkan akhirnya memperoleh uang sekitar satu milyar rupiah dari Koin Cinta untuk Prita. Melalui situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan website lainnya aktor-aktor gerakan sosial bisa lebih mudah mengajak khalayak untuk ikut terlibat dalam gerakan sosial tertentu untuk segala kalangan dan segala tempat di penjuru dunia. Kelompok-kelompok sosial dunia maya juga dapat dimanfaatkan untuk memudahkan proses pergerakan sosial. Kelompok sosial dunia maya yaitu kelompok yang terbentuk disasarkan pada kegemaran dan kebutuhan anggota masyarakat terhadap kelompok tersebut (Bungin 2008). Salah satu situs jejaring sosial yang berkembang pesat saat ini adalah Twitter. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara dengan pengguna Twitter terbanyak nomor lima di dunia dengan jumlah pengguna sebanyak 29 juta akun (Semiocast 2012). Bahkan, perkembangan user Twitter Indonesia berada di peringkat kedua setelah Amerika Serikat dengan peningkatan sebanyak 9 juta akun Twitter selama setahun. Twitter merupakan salah satu media yang membebaskan penggunanya untuk dapat berinteraksi dengan pengguna Twitter lainnya dan dapat memperoleh informasi dari berbagai macam narasumber yang dapat memuaskan kebutuhan informasinya di manapun mereka berada. Pemegang akun Twitter memegang kendali atas alur informasi yang ingin diterima maupun yang diberikan dengan mem-follow akun-akun yang diinginkan. Salah satu gerakan sosial yang memanfaatkan Twitter sebagai media sosialisasi dan kampanye adalah gerakan Earth Hour, yaitu gerakan mematikan listrik dan alat-alat elektronik lainnya selama satu jam. Earth Hour adalah salah satu gerakan yang banyak diselenggarakan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Konsep Earth Hour muncul pada tahun 2006 dan pertama kali diselenggarakan pada tanggal 31 Maret 2007 di Sidney, Australia. Di Indonesia, Earth Hour pertama kali dilaksanakan pada tahun 2009 dan Indonesia terus mengikuti kampanye Earth Hour tiap tahunnya. Earth Hour terakhir kali dilaksanakan tanggal 31 Maret 2012 pada pukul sampai pukul waktu setempat. Earth Hour Indonesia menggunakan beragam media untuk mengajak khalayak untuk berpartisipasi, salah satunya adalah melalui Twitter. Akun Twitter Earth Hour Indonesia yang dibentuk pada 10 Februari 2010 dan berhasil menjaring khalayak sebanyak 9993 followers pada tanggal 21 Juni 2012 (twitter.com/ehindonesia).

17 3 Perumusan Masalah Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana efektivitas situs jejaring sosial, khususnya Twitter sebagai media gerakan sosial. Gerakan sosial yang diangkat adalah Gerakan Earth Hour Indonesia 2012 yang telah sukses diselenggarakan pada 31 Maret Penelitian ini ingin melihat apakah kesuksesan gerakan Earth Hour Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh adanya akun sebagai salah satu media kampanye. Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah yang diangkat adalah: 1. Apa hubungan karakteristik pengguna Twitter dengan intensitasnya dalam mengakses akun 2. Apa hubungan tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas dalam mengakses akun 3. Apa hubungan intensitas mengakses akun Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis hubungan karakteristik pengguna Twitter dengan intensitasnya dalam mengakses 2. Menganalisis hubungan tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas mengakses akun 3. Menganalisis hubungan intensitas mengakses akun Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berminat maupun pihak yang terkait dengan pemanfaatan Twitter sebagai media untuk gerakan sosial, khususnya kepada: 1. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai efektivitas situs jejaring sosial sebagai media untuk gerakan sosial. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dan bahan acuan bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai efektivitas situs jejaring sosial sebagai media untuk gerakan sosial. 2. Pengerak sosial, khususnya WWF Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam membentuk strategi-strategi kampanye online dalam gerakan sosial, khususnya melalui Twitter. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan efektivitas situs jejaring sosial yang dimiliki, khususnya Twitter sebagai media gerakan sosial.

18 4 3. Non akademisi dan masyarakat luas Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan dan efektivitas situs jejaring sosial sebagai media gerakan sosial.

19 5 TINJAUAN PUSTAKA Internet Sebagai Media Komunikasi Massa Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang digunakan secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin 2008). Pesan yang disampaikan oleh media massa kepada khalayak berupa informasi massa. Menurut Bungin (2008), informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi secara pribadi. Sebagai media yang mencakup khalayak luas, media massa tentu saja memiliki peran, yaitu: 1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat (media edukasi), media massa menjadi media yang membuka pikiran dan mendidik masyarakat agar menjadi masyarakat yang maju. 2. Sebagai media informasi, yaitu setiap saat menyampaikan informasi dengan terbuka, jujur, dan benar kepada masyarakat agar masyarakat menjadi kaya dan terbuka akan informasi. 3. Sebagai media hiburan, bukan hanya menghibur, media massa juga menjadi agent of change dalam institusi budaya dan katalisator pengembangan budaya. Menurut Kitchin dalam Green dalam Bungin (2008), dunia maya dapat dikonstruksikan sebagai tiga domain yang berbeda, yaitu internet, intranet, dan realitas virtual. Internet telah berkembang menjadi sebuah teknologi yang tidak saja mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun juga telah mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah realitas materialistis yang tercipta dalam dunia maya (Bungin 2008). Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antar-komputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan elektronik, termasuk , transmisi file, dan komunikasi dua arah antar individu atau komputer (Severin dan Tankard 2001). Menurut penelitian Sosiawan [tidak ada tahun], perbedaan karakteristik internet dibanding media komunikasi klasik dilihat dari sistem dan operasional sebagai alat maupun medium komunikasi adalah: 1. Perbedaan utama dan makro tersebut yaitu: internet adalah media berbasis komputer. 2. Internet sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap penggunanya/user. 3. Media internet mampu menjadi pusat informasi dan sumber informasi yang tidak terbatas. 4. Luas jangkauan dari media internet melintas antar benua, antar negara, serta antar budaya. 5. Fungsi internet sebagai media, selain sama dengan fungsi media lain, media internet memiliki penawaran untuk pengembangan bidang jasa maupun bisnis sebagai bagian gaya hidup.

20 6 Komunitas Dunia Maya dan Situs Jejaring Sosial Dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, artificial, atau virtual (Gibson dalam Severin dan Tankard 2001). Severin dan Tankard (2001) mendeskripsikan komunitas maya sebagai komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik melalui internet daripada di dunia nyata. Menurut hasil penelitian Sosiawan [tidak ada tahun] internet memiliki dua fasilitas utama yang digunakan dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat penyampaian pesan dan penerimaan pesan. Fasilitas ini nampak pada yang memberikan pelayanan untuk dapat menghubungkan dua atau lebih peserta komunikasi melalui pesan yang dikirim secara elektronik. Pada fasilitas , internet menjadi perantara komunikasi melalui teks berformat surat antar dua orang (secara interpersonal). Situs jejaring sosial didefinisikan sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan individu untuk: 1) membangun profil publik atau semi-publik dalam sebuah sistem yang dibatasi, 2) mengartikulasikan daftar pengguna lain dengan siapa mereka berbagi sambungan, dan 3) melihat dan menampilkan daftardaftar koneksi dan dibuat oleh orang lain dalam sistem (Boyd dan Ellison dalam Ginting 2010). Pernyataan Boyd dan Ellison pada poin satu didukung oleh hasil penelitian Kanto et al. (2011) yang menjelaskan bahwa perilaku remaja dalam jejaring sosial Facebook dan Twitter melalui internet dan telepon genggam yang utama adalah untuk kepentingan hubungan antar pribadi, yaitu menulis di wall, memperbaharui profil, menulis pesan, mem-posting foto baru, ataupun menandai foto. Pernyataan pada poin dua dan tiga didukung oleh penelitian Ellison et al. (2007) yang menunjukkan bahwa teman-teman responden di Facebook rata-rata adalah teman sekelas, orang-orang yang tinggal di dekat mereka, atau orang-orang yang sering berinteraksi sosial secara langsung dan melibatkan orang-orang baru dan sebesar 97% mantan teman-teman sekolah tinggi responden telah melihat profil Facebook mereka, dan sebanyak 90% atau lebih juga melaporkan bahwa teman-teman lainnya serta orang-orang di kelas mereka telah melihat profil Facebook-nya. Selain Facebook, terdapat situs-situs jejaring sosial lainnya yang populer di dunia, seperti yang disajikan pada Tabel 1. Situs jejaring sosial yang pertama muncul adalah classmates.com pada tahun Tahun 1997 menyusul situs-situs lain, yaitu sixdegrees.com, clao.com, dooyoo, dan tuluna. Namun, tiga jenis situs jejaring sosial yang paling populer di dunia sejak beberapa tahun yang lalu hingga tahun 2012 adalah Facebook, Twitter, dan LinkedIn (Tabel 1). Tidak berbeda jauh dengan dunia, di Indonesia situs jejaring sosial yang paling populer diantaranya Facebook. Twitter, dan Friendster. Menurut penelitian Zam (2009), Ginting (2010), dan Kanto et al. (2011) kebanyakan pengguna situs jejaring sosial, khususnya Friendster dan Facebook menggunakan situs jejaring sosial itu untuk kepentingan hubungan antarpribadi, seperti menulis di wall atau mengirim testimonial, chatting, memperbaharui profil, menulis pesan, memposting di grup, memposting foto baru, ataupun menandai foto. Pengguna situs jejaring sosial, khusunya Facebook memiliki motivasi lebih besar untuk menjaga pertemanan dengan teman-teman SMA dan perguruan tingginya daripada motivasi untuk mencari teman baru (Ellison et al. 2007).

21 Tabel 1 Logo dan nama situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia, 2012 a Logo Jenis situs jejaring sosial Jumlah pengguna (juta jiwa) Facebook Twitter 250 LinkedIn 110 MySpace 71 Google Plus 66 a Sumber: ebizmba Rank 2012 ( Berbeda dengan Facebook dan Friendster, Twitter memiliki keunikan tersendiri. Twitter merupakan situs jejaring sosial microblogging yang membatasi penggunanya untuk menulis apapun yang ada dipikirannya sebanyak 140 karakter. Oleh karena itu, Twitter disebut juga sebagai SMS Internet. Pengguna Twitter dapat memperoleh informasi apapun yang diinginkan dengan mem-follow akunakun Twitter yang diinginkan. Apabila pengguna Twitter tidak menginginkan infromasi dari akun tertentu yang di-follow, cukup dengan meng-unfollow akun Twitter tersebut. Konsep following menentukan siapa yang dapat memberikan informasi kepada kita dan konsep follower menentukan siapa yang akan mendapat informasi dari kita (Nugraha 2010). Twitter dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams. Awal mula dibentuk bernama Twttr kemudian pada akhir tahun 2006, berganti nama menjadi Twitter (Bennett 2012). Menurut penelitian Nugraha (2010), situs jejaring sosial Twitter, selain untuk berinteraksi dengan teman, juga dapat menjadi sarana citizen journalism, yaitu live report tentang peristiwa yang sedang berlangsung (dikenal dengan istilah live tweet). Hal ini karena Twitter memiliki kelebihannya yaitu dapat menulis apa pun yang diinginkan kapan pun dan dimana pun tanpa adanya filter dan moderasi yang biasanya ada pada ruang redaksi mainstream media serta dapat menerima informasi dengan cepat dari orang yang diinginkan dengan mem-follow.

22 8 Terdapat 75 juta akun Twitter terbentuk dan tercatat secara resmi di dunia pada tahun Peningkatan terjadi pada tahun 2011, pengguna Twitter melesat sampai pada angka 200 juta pengguna terdaftar walaupun jumlah pengguna regulernya masih dalam perdebatan (Taufiqurrakhman 2011). Pada tahun 2012, terbentuk lebih dari 465 juta akun Twitter tersebar di seluruh dunia dengan sebelas akun Twitter terbentuk setiap detik (Bennet 2012). Jumlah 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia tahun 2012 tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah pengguna dari 10 negara pengguna Twitter terbesar di dunia, 2012 a Negara Pengguna Twitter (juta jiwa) Amerika Serikat Brazil 33.3 Jepang 29.9 Britania Raya 23.3 Indonesia 19.5 India 13 Meksiko 11 Filipina 8 Spanyol 8 Kanada 7 a Sumber: Bennet 2012 ( Tabel 2 menunjukkan bahwa Amerika merupakan negara yang mendominasi Twitter dengan total pengguna sebesar juta jiwa. Namun, pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi di beberapa negara seperti Jepang, Brazil dan Indonesia (Taufiqurrakhman 2011). Pesatnya perkembangan Twitter di Indonesia menjadi bukti bahwa Twitter menjadi media yang strategis untuk menyosialisasikan dan menggerakan massa dalam gerakan sosial. Kemudahan dan kelebihan Twitter dapat menarik perhatian pengguna internet untuk tergabung dengan Twitter. Empat faktor yang menjadi alasannya menurut Siregar (2012) yaitu: 1. Keringkasan Terbatasnya karakter yang dapat dipublikasikan melalui Twitter (140 karakter) membuat informasi lebih cepat disampaikan dan lebih mudah dipahami oleh pengguna lain. 2. Informasi bebas dan update Pengguna Twitter dapat dengan bebas mempublikasikan informasi apapun yang terlintas di pikirannya. Selain itu, informasi yang paling update juga dapat ditemukan di Twitter dibandingkan dengan media lain karena kecepatan pengguna untuk mempublikasikan peristiwa yang terjadi di tempat kejadian tanpa harus ada wartawan atau jurnalis. 3. Komunitas terbuka Hampir tidak ada batasan bagi pengguna Twitter untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan pengguna yang lain. Hal ini juga merupakan salah satu

23 alasan mengapa Twitter dijadikan salah satu media gerakan sosial untuk menjaring massa. 4. Jejaring sosial yang membangun gudang data Berbagai informasi yang dipublikasikan melalui Twitter akan membentuk suatu pola yang juga menjadi informasi berbasis kekuatan massa yang menjelaskan minat dan tren. 9 Gerakan Sosial Gerakan sosial menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan. Di Indonesia sendiri, gerakan sosial merupakan salah satu cara ampuh untuk melakukan perubahan-perubahan tertentu. Menurut Sztompka (1993) ada beberapa alasan yang menyebabkan gerakan sosial menonjol pada masanya, yaitu: kepadatan penduduk yang menyebabkan meningkat peluang mobilisasi, rasa keterasingan yang memunculkan kerinduan terhadap sebuah komunitas dengan solidaritas dan kebersamaaan, meningkatnya ketimpangan sosial dan adanya transformasi demokratis sistem politik yang membuka peluang bagi tindakan kolektif, adanya keyakinan bahwa perubahan sosial dan kemajuan tergantung pada tindakan manusia, meningkatnya pendidikan, kemunculan dan menguatnya media massa yang sebagai instrumen yang sangat kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum. Menurut Blumer (1969) dalam Taib (2010), gerakan sosial merupakan gerakan bersama untuk menentukan suatu tatanan baru dalam kehidupan. Aberle (1996) dalam Taib (2010) menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu usaha terorganisir oleh suatu kelompok manusia untuk menimbulkan perubahan di hadapan tekad manusia lainnya. Hal ini dibedakan dari usaha-usaha individu secara murni serta dibedakan pula dari aksi kerumunan. Sztompka (1993) menyatakan bahwa definisi gerakan sosial harus terdiri dari empat komponen, yaitu kolektivitas orang yang bertindak sama, tujuan bersama tindakannya adalah perubahan tertentu dalam masyarakat menurut cara yang sama, kolektivitasnya tersebar namun derajatnya lebih rendah daripada organisasi formal, dan tindakannya mempunyai derajat spontanitas daripada organisasi formal. Sementara menurut Eyerman dan Jamison dalam Sztompka (1993), gerakan sosial merupakan tidakan kolektif yang terorganisir dengan tujuan untuk menciptakan perubahan sosial atau mengungkapkan perasaan tidak puasnya secara kolektif di depan umum dan mengubah basis sosial dan politik yang dirasa tidak memuaskan. Jadi, gerakan sosial merupakan suatu tindakan kolektif yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang memiliki persamaan nasib dan terjadi karena ketidakpuasannya atas suatu hal dengan tujuan bersama yaitu menciptakan perubahan. Singh dalam Ngadiah (2003) dalam Taib (2010) mengemukakan tiga tipe gerakan sosial, yaitu tipe klasik, tipe neo-klasik, dan tipe gerakan sosial baru (new social movement). Pada tahun 2009, seiring dengan berkembang pesatnya situs jejaring sosial di Indonesia, berkembang pesat pula aksi-aksi gerakan sosial melalui situs jejaring sosial khususnya Facebook. Salah satu gerakan yang memanfaatkan Facebook sebagai media untuk gerakan sosial adalah kasus Prita Mulyani yang dituntut oleh

24 10 RS OMNI Internasional karena mem-posting ceritanya tentang rumah sakit tersebut di sebuah mailing list (milis) yang membuahkan suatu grup Dukungan bagi Ibu Prita Mulyasari, penulis surat keluhan melalui internet yang dipenjara. Gerakan ini pun berlanjut ketika Prita divonis denda sebesar 204 juta rupiah yang membuahkan grup Facebook lain yaitu Koin cinta untuk Prita. Kehadiran grup ini mampu menggerakan hati khalayak untuk mendukung dan menyumbang, bahkan berkat adanya grup dukungan ini, RS OMNI Internasional mencabut gugatannya terhadap Prita Mulyasari. Contoh lain dari gerakan sosial maya yang cukup spektakuler adalah kasus petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Muncul grup-grup di Facebook yang menyatakan dukungannya terhadap kedua pimpinan KPK tersebut. Bahkan, tepat pada Hari Anti Korupsi Sedunia, anggota dari grupgrup tersebut melanjutkan aksinya di dunia nyata dengan turun ke jalan (aksi damai). Dalam kasus Bibit dan Chandra, gerakan para Facebookers telah mencapai tujuan awal yaitu membela Bibit dan Chandra dengan diturunkannya status deponeering atau surat mengesampingkan perkara kasus pada 24 Januari 2011 lalu. Semenjak dua gerakan yang cukup spektakuler tersebut, mulai bermunculan grup-grup lain di Facebook untuk melakukan gerakan sosial atas dasar solidaritas dan ketidakpuasan atas keputusan pemerintah. Adanya grup-grup di Facebook dimanfaatkan oleh aktor-aktor penggerak untuk melaksanakan gerakan sosial. Lewat Facebook, orang yang tidak saling kenal bersatu-padu untuk melakukan usaha perubahan yang dinilai menyimpang. Sesuai dengan Teori desa global yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan dalam Bungin (2008), kita sebenarnya hidup dalam suatu desa global. Pernyataan ini terkait pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Berangkat dari teori ini, menjadi suatu kemudahan bagi aktor-aktor penggerak untuk menggerakan khalayak dari golongan, kalangan, dan belahan dunia manapun melakukan gerakan sosial lewat situs jaringan sosial sehingga dapat lebih mudah dan lebih banyak menggalang khalayak untuk melakukan gerakan sosial. Kini, gerakan sosial tidak harus dilakukan secara tatap muka dan mengumpulkan khalayak di suatu tempat tertentu, tapi cukup dengan mengajak khalayak pengguna situs jejaring sosial untuk ikut serta dalam gerakan sosial. Pemanfaatan situs jaringan sosial ini juga sesuai dengan salah satu peran media massa menurut Bungin (2008) yaitu media massa yang berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat (media edukasi), media massa menjadi media yang membuka pikiran dan mendidik masyarakat agar menjadi masyarakat yang maju. Munculnya gerakan-gerakan sosial melalui situs jaringan sosial secara tidak langsung telah membukan pikiran masyarakat mengenai isu-isu yang tengah berkembang dan mengemukakan pendapatnya lewat situs jejaring sosial. Dilihat dari proses interaksi sosial dunia maya, gerakan sosial melalui situs jaringan sosial ini merupakan proses sosial asosiatif karena antara individu-individu pengguna saling bekerjasama dalam mendukung atau menolak suatu isu tertentu dengan adanya dinamika internal dan eksternal. Hal ini didukung oleh penelitian Lukitasari (2011) yang meneliti tentang grup Facebook dukungan Bibit-Chandra, hasilnya menyatakan bahwa dinamika yang terjadi dalam grup mempengaruhi

25 keberadaan grup itu sendiri (internal) dan juga mempengaruhi perkembangan kasus Bibit Chandra (eksternal) yang menjadi tujuan utama gerakan ini. Contoh gerakan sosial lain yang menjaring khalayak melalui situs jejaring sosial adalah gerakan peduli lingkungan. Isu ini makin berkembang seiring dengan perubahan iklim yang mengancam kehidupan di Bumi. Salah satu cara untuk menghambat percepatan sumbernya adalah dengan mengajak setiap individu melakukan perubahan gaya hidup. Seiring dengan hal tersebut, muncul gerakan-gerakan sosial untuk menyelamatkan bumi. Salah satu contohnya adalah gerakan Earth Hour yang merupakan gerakan sosial dari World Wildlife Fund (WWF), gerakan Earth Hour dilakukan dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak terpakai selama satu jam. Earth Hour pertama kali digagas pada tahun 2006 dan diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007 di Sidney, Australia. Semenjak itu, Earth Hour diselenggarakan setiap hari Sabtu di minggu keempat bulan Maret setiap tahunnya. Pada tahun 2012, Earth Hour dilaksanakan pada 31 Maret dan diikuti oleh 148 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, gerakan Earth Hour diikuti oleh 26 kota dan berhasil menurunkan beban listrik nasional sebesar 526 MW (WWF-Indonesia 2012). Earth Hour melakukan kampanye pada berbagai media massa, termasuk melalui internet dengan website, dan situs jejaring sosial Facebook dan Twitter dengan akun Twitter yang Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, karakteristik pengguna internet dan tingkat kemudahan khalayak mengakses internet diduga merupakan aspek yang berhubungan dengan efektivitas situs jejaring sosial, khususnya Twitter. Karakteristik pengguna terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan tempat tinggal. Dalam hal ini, karakteristik pengguna internet sama dengan karakteristik pengguna Twitter. Kemudahan khalayak mengakses internet ditentukan oleh indikator jenis fasilitas internet yang dimiliki dan tingkat pengetahuan khalayak tentang teknologi yang biasa disebut dengan istilah melek teknologi. Berdasarkan karakteristik pengguna internet dan kemudahan khalayak mengakses internet tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap intensitas khalayak mengakses Twitter yang mengusung gerakan sosial dan tingkat keterlibatan khalayak pada gerakan sosial yang diusung. Karakteristik pengguna dapat dikatakan sebagai receiver atau penerima menurut model Berlo (1960), sedangkan Twitter yang mengusung gerakan sosial dapat dikatakan sebagai channel atau media, dengan administratornya sebagai source atau sumber (Berlo 1960). Intensitas keterlibatan dapat diukur dengan frekuensi followers mengakses Twitter yang mengusung gerakan sosial dan durasi followers mengakses Twitter yang mengusung gerakan sosial. Efektivitas Twitter sebagai salah satu media gerakan sosial untuk mempengaruhi serta mengajak followers berpartisipasi dalam gerakan sosial dapat dikatakan sebagai effect yang terjadi dalam proses komunikasi menurut Berlo (1960). Efektivitas ini dapat diukur dari perilaku followers terhadap gerakan sosial yang diusung. Menurut Severin dan Tankard (2001), sikap merupakan rangkuman evaluasi terhadap objek. Perilaku followers dilihat dari tiga komponen, yaitu 11

26 12 kognitif (pengetahuan pada sebuah objek), komponen afektif (perasaan terhadap sebuah objek), dan komponen behavioral (tindakan terhadap objek) (Rakhmat 2001). Perilaku atau tindakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu melakukan gerakan sosial dan/atau mengajak khalayak lain melakukan gerakan sosial. Semakin positif sikap followers terhadap gerakan sosial, maka semakin efektif pula penggunaan Twitter sebagai media gerakan sosial. Karakteristik followers 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Jenis pekerjaan 5. Tingkat penerimaan 6. Kota tinggal Tingkat kemudahan mengakses internet 1. Jenis fasilitas internet yang dimiliki 2. Tingkat melek teknologi khalayak Intensitas mengakses 1. Frekuensi mengakses 2. Durasi mengakses Perilaku 1. Kognitif 2. Afektif 3. Behavioral a. Melakukan b. Mengajak Gambar 1 Kerangka pemikiran efektivitas Twitter sebagai media untuk gerakan sosial. artinya berhubungan dengan Hipotesis Penelitian 1. Karakteristik followers Twitter yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan kota tinggal berhubungan dengan intensitasnya dalam mengakses 2. Kemudahan dalam mengakses internet yang terdiri dari jenis fasilitas internet dan tingkat melek teknologi yang dimiliki pengguna Twitter mempengaruhi intensitasnya pada gerakan sosial melalui Twitter. 3. Semakin tinggi intensitas followers pada akun maka akan semakin tinggi perilakunya dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioralnya. 4. Semakin tinggi perilaku followers Twitter yang mengusung gerakan sosial, semakin efektif penggunaan Twitter sebagai media gerakan sosial. Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Usia responden pada saat penelitian yang dihitung

27 dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat. Berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang, rentang usia dibedakan atas: 1) remaja (skor 1) apabila usia responden tahun; 2) dewasa muda (skor 2) apabila usia responden tahun; dan 3) dewasa menengah (skor 3) apabila usia responden tahun (Newman and Newman yang dikutip oleh Pannen dan Sadjati (2001)). 2. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Jenis kelamin dibedakan atas: 1) laki-laki; dan 2) perempuan. 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh responden. Berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata lapang, tingkat pendidikan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat SMP/sederajat; 2) sedang (skor 2) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat SMA/sederajat; dan 3) tinggi (skor 3) apabila responden menempuh pendidikan hingga tamat Perguruan Tinggi. 4. Jenis pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan utama yang dijalankan oleh responden saat ini untuk memperoleh nafkah atau pendapatan. Berdasarkan data yang didapatkan di lapang, jenis pekerjaan dibedakan atas: 1) freelancer atau wiraswasta; 2) pelajar atau mahasiswa; dan 3) pegawai negeri atau pegawai swasta. 5. Tingkat penerimaan adalah penerimaan yang diperoleh responden setiap satu bulan, baik dari gaji hasil bekerja maupun uang kiriman orang tua, bagi pelajar atau mahasiswa. Tingkat penerimaan ditentukan berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. Tingkat penerimaan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila penerimaan kurang dari Rp ; 2) sedang (skor 2) apabila penerimaan antara Rp sampai Rp ; dan 3) tinggi (skor 3) apabila penerimaan lebih dari Rp Tempat tinggal adalah provinsi atau pulau tempat responden berdomisili. Tempat tinggal ditentukan berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. Tempat tinggal dibedakan atas: 1) Jakarta; 2) Jawa Barat; 3) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; 3) Jawa Timur dan Bali; 5) Sumatera; 6) Kalimantan; dan 7) Sulawesi. 7. Tingkat kemudahan mengakses internet adalah kemudahan responden dalam menggunakan internet dilihat dari tingkat kepemilikan alat teknologi, komunikasi, dan informasi (TIK) dan tingkat melek teknologi yang dimiliki responden. a. Tingkat kepemilikan alat teknologi, komunikasi, dan informasi (TIK) adalah jenis-jenis media yang dimiliki oleh responden untuk dapat mengakses internet. Tingkat kepemilikan alat TIK diukur dengan berapa banyak media internet yang dimiliki oleh responden, kemampuan responden untuk mengakses setiap hari, dan pengeluaran responden untuk biaya internet. Jenis fasilitas dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 6-11; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 12-17; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh

28 14 b. Tingkat melek teknologi adalah kemampuan responden dalam menguasai teknologi yang berkembang saat ini. Tingkat melek teknologi diukur berdasarkan aktivitas yang dilakukan ketika menggunakan internet, perangkat elektronik yang dimiliki, dan situs jejaring sosial lain yang dimiliki selain Twitter. Tingkat melek teknologi dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-6; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 7-10; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens dari suatu kegiatan (KBBI 2012). Intensitas diukur melalui frekuensi responden membuka Twitter dan durasi (waktu) yang dibutuhkan sekali membuka Twitter. Frekuensi dibedakan atas tiga kategori, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-5; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 6-8; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh Durasi dibedakan atas tiga kategori, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh adalah 2; 2) sedang (skor 2) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 3-4; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi seluruh pertanyaan yang diperoleh 5-6. a. Frekuensi mengakses Twitter adalah tingkat keseringan responden mengakses (membuka timeline, me-mention, dan me-retweet) Twitter dalam satu minggu terakhir saat mengisi kuesioner. b. Frekuensi mengakses adalah tingkat keseringan responden mengakses (membuka timeline, me-mention, dan meretweet) dalam satu minggu terakhir saat mengisi kuesioner. c. Durasi mengakses Twitter adalah tingkat lamanya responden mengakses (melihat timeline, mem-post tweet, me-mention, dan meretweet) dalam sekali membuka Twitter. d. Durasi mengakses adalah tingkat lamanya responden mengakes (melihat timeline, mem-post tweet, me-mention, dan me-retweet) dalam sekali membuka 9. Efektivitas dalam mengajak responden untuk ikut serta dalam gerakan Earth Hour Indonesia dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan aspek behavioral. a. Aspek kognitif (pengetahuan) adalah kemampuan responden untuk memahami, mengingat, dan mendefinisikan mengenai informasi yang disampaikan melalui Twitter dan tingkat penambahan pemahaman maupun pengetahuan responden atas informasi yang diberikan melalui Twitter. Pada aspek kognitif, diberikan 10 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1) salah; dan 2) benar dengan skor: 1) rendah apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 10-13; 2) sedang apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 14-16; dan 3) tinggi apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan b. Aspek afektif (sikap) adalah perasaan responden dalam menanggapi hal-hal mengenai Earth Hour dan peduli lingkungan. Pada aspek afektif, diberikan 5 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1) sangat tidak setuju;

29 2) tidak setuju; 3) setuju; dan 4) sangat setuju dengan skor: 1) negatif apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 5-9; 2) netral apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 10-14; dan 3) positif apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan c. Aspek behavioral (tindakan) adalah tindakan yang telah dilakukan responden terkait dengan gerakan Earth Hour Pada aspek behavioral, diberikan 15 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1) tidak; dan 2) ya dengan skor: 1) rendah apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 15-20; 2) sedang apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan 21-25; dan 3) tinggi apabila nilai akumulasi seluruh pernyataan Efektivitas Twitter sebagai media gerakan Earth Hour dikatakan: 1. Tinggi apabila aspek kognitif, afektif, dan behavioral berada dalam kategori tinggi. 2. Sedang apabila terdapat dua aspek perilaku yang berada dalam kategori tinggi. 3. Rendah apabila terdapat satu aspek perilaku yang berada dalam kategori tinggi. 4. Tidak efektif apabila semua aspek perilaku berada dalam kategori rendah. 15

30 16 PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner elektronik yang disebarkan melalui Twitter dan beberapa kuesioner disebar melalui kepada followers akun Hasil wawancara tersebut kemudian dikode, diolah melalui Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 dan dianalisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara semi terstruktur kepada responden dan informan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai Gerakan Earth Hour Indonesia. Lokasi dan Waktu Gerakan sosial yang dipilih untuk penelitian ini adalah gerakan Earth Hour Indonesia 2012 yang merupakan gerakan mematikan lampu dan alat-alat elektronik lainnya yang tidak terpakai selama satu jam. Gerakan ini dilaksanakan pada 31 Maret 2012 pukul sampai pukul waktu setempat. Gerakan Earth Hour merupakan gerakan yang awalnya dicetuskan oleh organisasi World Wildife Fund (WWF). Kantor WWF Indonesia yang dipilih untuk penelitian adalah Kantor WWF Indonesia yang beralamat di Graha Simatupang Tower 2 Unit C, 7 th -11 th Floor Jalan LetJen TB. Simatupang Jakarta. Penelitian dilakukan secara online dengan menyebar kuesioner di Twitter. Wawancara semi terstruktur dilakukan melalui chatting dengan responden dan bertemu langsung dengan informan. Gerakan Earth Hour Indonesia menggunakan berbagai media online untuk mengkampanyekan aksinya, salah satunya adalah melalui Twitter dengan Pemilihan Earth Hour dilakukan secara sengaja (purposive). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dipilihnya Earth Hour sebagai tempat penelitian adalah: 1) gerakan Earth Hour Indonesia memiliki akun Twitter yang digunakan untuk mengampanyekan sekaligus menarik dan mengajak khalayak untuk ikut serta pada gerakan Earth Hour sehingga sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, dan 2) telah berhasilnya aksi Earth Hour Indonesia direalisasikan setiap tahunnya pada setiap minggu keempat bulan Maret. Dengan pertimbangan tersebut diharapkan dapat diamati efektivitas dari akun sebagai media gerakan Earth Hour Indonesia. Teknik Pengumpulan Data Subjek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu responden dan informan. Responden merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang dirinya sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Responden dalam penelitian ini adalah followers akun responden dipilih sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Informan adalah pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya. Informan dalam penelitian

31 adalah Campaign Coordinator Earth Hour Indonesia, administrator akun Coordinator Earth Hour Bogor, dan beberapa partisipan Earth Hour Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah followers dari akun Followers yang dapat menjadi responden adalah yang memfollow akun sebelum tanggal 31 Maret 2012 (terakhir kali Earth Hour dilaksanakan). Followers yang memenuhi syarat didapatkan dengan memberikan screening question (pertanyaan saringan kepada calon responden) terlebih dahulu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan didukung data-data kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data sekunder, meliputi profil Earth Hour, jumlah per tanggal 31 Maret 2012, dan jumlah saat penelitian berlangsung. 2. Data primer, yang diperoleh dari survei responden dengan menggunakan kuesioner serta wawancara semi terstruktur dengan responden dan informan. Penelitian dilaksanakan secara survidalam waktu enam bulan dengan menggunakan dua tahap penelitian. Pertama, kuesioner elektronik berupa link dikirim kepada kuesioner dikirim dengan cara mention follower yang dimaksud kemudian memberikan link kuesioner atau dengan mengirimkan link kuesioner melalui followers kemudian menunggu followers yang merespon kuesioner. Tidak semua yang merespon kuesioner peneliti menjadi responden karena terdapat screening question pada kuesioner untuk menanyakan kapan calon responden mem-follow akun hanya yang mem-follow sebelum tanggal 31 Maret 2012 yang akan menjadi responden karena diasumsikan followers melihat kampanye Earth Hour Indonesia 2012 melalui Twitter pada saat itu. Link kuesioner dikirim kepada yang saat penelitian berlangsung sedang aktif di Twitter atau sedang muncul di timeline Twitter peneliti. Kedua, dilakukan wawancara semi terstruktur kepada informan dan responden. Wawancara dengan informan dilakukan melalui tatap muka. Wawancara dengan responden dilakukan melalui chatting karena lokasi responden yang berjauhan. Wawancara dengan responden bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang alasan responden mengikuti atau tidak mengikuti gerakan Earth Hour dan apakah responden yang mengikuti gerakan Earth Hour salah satu alasannya adalah karena terpengaruh dengan Wawancara dengan responden juga dilakukan apabila jawaban responden ternyata berbeda dengan maksud pertanyaan di kuesioner. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Setelah penyebaran kuesioner selama kurang lebih dua bulan, terdapat 122 kuesioner yang direspon oleh followers. Setelah melalui screening question atau pertanyaan saringan, diperoleh responden yang memenuhi syarat sebanyak 80 orang responden yang hasil kuesionernya akan diolah. Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, melihat karakteristik media sosial yang dinamis, peneliti tidak dapat menentukan karakeristik tertentu untuk orang-orang yang akan menjadi responden secara langsung, peneliti hanya menyebar kuesioner sebanyakbanyaknya selama bulan Oktober sampai bulan Desember tanpa ada jumlah sampling tertentu dan menunggu orang-orang yang merespon kuesioner. Kedua, jumlah responden yang masih dinilai kurang dengan jumlah responden yang dibutuhkan untuk penelitian yang valid dan mewakili seluruh populasi followers 17

32 18 akun Ketiga, kuesioner disebarkan secara elektronik sehingga responden yang mungkin bingung atau tidak mengerti pertanyaan kuesioner tidak dapat bertanya langsung sehingga beberapa jawaban kurang sesuai dengan maksud pertanyaan yang sebenarnya. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner dan pertanyaan semi terstruktur sebagai pedoman wawancara. Kuesioner yang menjadi acuan dibagi menjadi lima bagian. Pertama, berisi pertanyaan mengenai karakteristik individu atau karakteristik followers. Kedua, berisi pertanyaan mengenai tingkat kemudahan mengakses internet. Ketiga, berisi pertanyaan mengenai frekuensi mengakses Twitter. Keempat, berisi pertanyaan mengenai durasi mengakses Twitter. Kelima, berupa pernyataan responden mengenai aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek behavioralnya. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahankesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang. Untuk penelitian ini, hasil jawaban kuesioner dari 122 orang responden yang diperoleh kemudian diolah. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, memilah responden berdasarkan screening question, hanya yang sebelum 31 Maret 2012 yang menjadi responden penelitian kemudian diperoleh responden yang akan diolah hasil jawabannya sebanyak 80 orang responden (Lampiran 2). Kedua, memeriksa hasil jawaban responden. Jawaban responden yang kurang sesuai dengan maksud peneliti yang sebenarnya diberi tanda, kemudian peneliti menghubungi responden yang dimaksud melalui atau chatting untuk melakukan wawancara lebih lanjut terkait kuesioner yang telah diisi. Ketiga, melakukan pengkodean data kemudian memasukkan data ke dalam Microsoft Excel 2007 sesuai dengan indikator dan variabelnya. Keempat, data hasil kuesioner terhadap responden kemudian dibuat tabel frekuensi dan tabel silangnya serta diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windows versi Analisis data meliputi: 1. Analisis χ 2 (chi-square) untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan dari data nominal dan ordinal, yaitu hubungan jenis kelamin dengan frekuensi dan durasi responden dalam mengakses Twitter, jenis pekerjaan dengan frekuensi dan durasi responden dalam mengakses Twitter, serta tempat tinggal dengan frekuensi dan durasi responden dalam mengakses Twitter. 2. Analisis Rank Spearman dengan nilai alpha 5% untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan dari data-data ordinal, yaitu hubungan usia, tingkat pendidikan, dan tingkat penerimaan dengan frekuensi dan durasi responden mengakses Twitter, serta hubungan antara aspek kognitif, afektif, dan behavioral responden terhadap gerakan Earth Hour. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis hubungan antara intensitas responden

33 mengakses Twitter dengan efektivitas Twitter sebagai media gerakan sosial dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman dan Chi-square adalah melalui nilai signifikansi atau propabilitas atau alpha (α) yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0.05). Artinya, hasil penelitian mempunyai tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5%. Penyimpulan hasil penelitian dirumuskan sebagai berikut: H 0 adalah kebalikan dari pernyataan hipotesis yang akan diuji sedangkan H 1 adalah pernyataan hipotesis yang akan diuji. 1. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0.05, maka H 0 ditolak. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel; dan 2. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0.05, maka H 0 diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antar kedua variabel. 19

34 20 GAMBARAN UMUM Bab ini memaparkan tentang gambaran umum Earth Hour Indonesia, yaitu sejarah gerakan Earth Hour, gerakan Earth Hour Indonesia, data-data terkait akun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Earth Hour Indonesia dan kota-kota yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Bab ini juga memaparkan karakteristik responden penelitian. Sejarah Earth Hour Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman kehidupan di bumi yang paling signifikan. Salah satu cara menghambat percepatan sumber perubahan iklim adalah dengan mengajak masyarakat global mengubah gaya hidup. Salah satu cara mengubah gaya hidup yang paling murah dan paling sederhana adalah dengan hemat energi. WWF, dengan gerakan Earth Hour berusaha memberikan inisiatif mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menerapkan gaya hidup hemat energi. Earth Hour merupakan salah satu gerakan sosial yang dirintis oleh organisasi konservasi terbesar di dunia, yaitu World Wildlife Fund (WWF). Pada tahun 2007, WWF-Australia terinspirasi oleh adanya gerakan peduli terhadap perubahan iklim yang dilakukan oleh sekelompok warga Sidney, Australia. Gerakan tersebut menunjukkan bahwa semua kalangan dari mulai anak-anak hingga dewasa memiliki kemampuan untuk mengubah bumi menjadi lebih baik. Terinspirasi dari gerakan tersebut, WWF- Australia, Fairfax Media, dan pemerintah Kota Sidney melakukan kampanye kolaborasi dengan tujuan mengurangi gas rumah kaca di Sidney. Hingga kini, gerakan yang melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat tersebut dikenal sebagai gerakan Earth Hour. Di Sidney, Australia, lebih dari 2.2 juta jiwa dan 2000 organisasi bisnis mematikan listrik mereka selama satu jam sebagai aksi melawan perubahan iklim yang terjadi di bumi. Tidak lama setelah itu, sebanyak 35 negara dan hampir 400 kota di dunia menjadi bagian dari gerakan Earth Hour (WWF 2012). Menyusul keberhasilan Earth Hour 2007, Earth Hour 2008 diselenggarakan pada tanggal 29 Maret 2008 yang diikuti oleh seluruh kota di Australia, kemudian Kanada dan Toronto ikut berpartisipasi. Earth Hour selanjutnya diselenggarakan pada 28 Maret 2009, kemudian 27 Maret 2010, pada tahun 2011 diselenggarakan pada tanggal 26 Maret, dan terakhir Earth Hour diselenggarakan pada 31 Maret Setiap tahun, Earth Hour diselenggarakan dengan partisipan dari negaranegara dan kota-kota di seluruh terus meningkat (Tabel 3). Meningkatnya jumlah partisipan Earth Hour menjadi bukti bahwa perubahan iklim yang terjadi di bumi merupakan permasalahan yang harus dihadapi sehingga masyarakat dunia harus melakukan perubahan.

35 21 Tabel 3 Beberapa indikator partisipan Earth Hour di dunia pada tahun 2008 sampai tahun 2011 Uraian Tahun Negara yang berkomitmen Kota yang berkomitmen Ibukota Negara Ikon Global Partisipan 50 juta 1 milyar 1.5 milyar 1.8 milyar Komitmen Bisnis Multinasional Mitra Media Sumber: Earth Hour Indonesia ( Gerakan mematikan listrik ini menjadi salah satu kegiatan global yang rutin diselenggarakan tiap tahunnya. Earth Hour di seluruh dunia diselenggarakan setiap hari Sabtu terakhir di bulan Maret pada waktu malam hari selama satu jam. Walaupun hanya satu jam, gerakan ini memberikan perubahan besar bagi penghematan energi dan menjadi salah satu langkah awal untuk terus berkomitmen menekan perubahan iklim global. Target kampanye Earth Hour, yaitu untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di kotakota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi dan berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan, serta mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka. Target Earth Hour adalah mencapai partisipan lebih dari satu milyar orang di seluruh dunia di lebih dari 5000 kota, melibatkan komunitaskomunitas di lebih dari 6000 kota kecil dan kotamadya serta bekerjasama dengan banyak massa, mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih ramah lingkungan, serta memberikan mandat dari total dukungan yang terkumpul kepada para pemimpin dunia sehingga dapat membuat perubahan yang berarti. Pada tahun 2012, Earth Hour diselenggarakan pada 31 Maret 2012 pukul sampai pukul 21.30, jutaan orang dari 152 negara dengan lebih dari 7000 kota mematikan listrik selama satu jam (WWF 2012). Kesuksesan Earth Hour ini tidak lepas dari kampanye, baik kampanye online dan offline. Kampanye offline yang dilakukan Earth Hour diantaranya turun ke jalan saat car free-day dan melakukan aksi Earth Hour bersama-sama dengan lilin sebagai penerang. Kampanye online yang dilakukan Earth Hour adalah melalui situs jejaring sosial sehingga Earth Hour terhubung dengan komunitas global yang berkomitmen tinggi untuk melakukan perubahan demi keberlanjutan bumi. Kampanye online yang dilakukan Earth Hour diantaranya melalui media sosial Facebook, YouTube, Tumblr, Twitter, dan website. Akun Twitter Earth Hour dunia

36 22 Keberhasilan kampanye ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat, komunitas, bisnis, serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun bila dilakukan secara massal akan membuat kehidupan di Bumi menjadi lebih baik (WWF 2012). Earth Hour Indonesia dan Akun Gerakan Earth Hour Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun Gerakan ini diselenggarakan di Indonesia karena melihat isu-isu perubahan iklim yang merupakan salah satu ancaman kehidupan bumi yang paling signifikan dan melihat keberhasilan gerakan Earth Hour di negara-negara lain di seluruh dunia yang membawa perubahan ketika Earth Hour berlangsung dan pasca Earth Hour. Earth Hour Indonesia merupakan salah satu solusi yaitu dengan melakukan aksi kecil yang membawa perubahan besar untuk keberlanjutan bumi. Berdasarkan kondisi konsumsi listrik di Indonesia yang masih memperlihatkan pola penggunaan yang boros, maka WWF-Indonesia berkomitmen untuk tetap mengusung kampanye ini hingga 2014 untuk membangun kesadaran dan pengetahuan sehingga publik Indonesia, terutama di kota-kota besar di Jawa Bali (WWF-Indonesia 2012). Pada tahun 2009, Earth Hour Indonesia hanya dilaksanakan di Jakarta sebagai ikon kota pelaksana Earth Hour. Namun pada tahun 2010 Earth Hour Indonesia berhasil menjadi kampanye terbesar di Asia Tenggara dengan tiga ikon kota pelaksana, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sementara pada tahun 2011 Earth Hour Indonesia diselenggarakan untuk yang ketiga kalinya dan menjadi kampanye online ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Amerika. Keberhasilan Earth Hour Indonesia salah satunya karena didukung oleh media kampanye yang efektif. Media kampanye Earth Hour Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu kampanye offline dan kampanye online. Tidak jauh berbeda dengan Earth Hour dunia, media kampanye online Earth Hour Indonesia diantaranya melalui Twitter, Facebook, dan YouTube. Salah satu alasan Earth Hour Indonesia melakukan kampanye online adalah pesatnya perkembangan media sosial di Indonesia. Campaign Coordinator Earth Hour Indonesia, Verena Puspawardani menjelaskan bahwa media sosial dinilai sangat efektif untuk menjaring massa dan mengampanyekan Earth Hour. Media kampanye online merupakan penguat kampanye offline yang dilakukan oleh Earth Hour Indonesia. Twitter merupakan salah satu media kampanye online yang memberikan pengaruh besar untuk mengajak followers-nya berpartisipasi untuk menyelamatkan lingkungan dengan gaya hidup ramah lingkungan. Akun Twitter Earth Hour Indonesia berisi informasi-informasi seputar lingkungan, live tweet seputar kampanye offline Earth Hour dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan lainnya, serta mengajak followers-nya untuk mematikan lampu dan alat-alat elektronik yang tidak terpakai selama satu jam selama Earth Hour. Setelah Earth Hour dilaksanakan, akun ini tetap memberikan informasi-informasi dan isu-isu penting seputar lingkungan dan terus mengajak followers-nya untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

37 Akun dibentuk setahun setelah Earth Hour Indonesia yang pertama diselenggarakan, tepatnya pada 10 Februari Pada saat Earth Hour 2012 diselenggarakan, jumlah sebanyak 6398 followers. Pasca Earth Hour 2012, jumlah meningkat pesat, yaitu mencapai angka pada 19 Desember 2012 (Socialbakers 2012). Rata-rata jumlah tweet yang di-post oleh akun ini sebanyak 16 tweet per hari dengan 360 retweets per 100 tweet, dan 16 replies per 100 tweet. Sebanyak 86% dari followers-nya berasal dari Indonesia dan sebanyak 14% sisanya berasal dari mancanegara (Socialbaker 2012). Hal ini menunjukkan bahwa jejaring yang dibangun oleh akun sudah cukup luas sehingga tweet yang di-post oleh akun ini dapat dilihat bukan hanya oleh orang Indonesia. Akun dipegang oleh tiga orang administrator yang bertugas mem-post tweet, membalas mention akun-akun lain, dan me-retweet informasi-informasi yang relevan dengan Earth Hour. Untuk memperluas jejaring, beberapa kota besar di Indonesia juga memiliki akun Twitter Earth Hour dan berkolaborasi dengan akun @EHSamarinda, 23 Sumber: Gambar 2 Timeline akun Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi intensitas responden dalam mengakses Twitter. Karakteristik responden terdiri dari enam variabel, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan tempat tinggal. Variabel jenis kelamin dibagi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Usia responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori remaja (usia responden kurang dari 18 tahun), kategori dewasa muda

38 24 (usia responden antara 18 sampai 30 tahun), dan dewasa sedang (usia responden lebih dari 30 tahun). Variabel tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (kurang dari/sama dengan tamat SMP/sederajat), kategori sedang (tamat SMA/sederajat), dan kategori tinggi (tamat Perguruan Tinggi/sederajat). Sementara untuk variabel jenis pekerjaan dibagi menjadi dua tiga kategori, yaitu freelancer/wiraswasta, pelajar/mahasiswa, dan pegawai negeri/swasta. Penggolongan jenis pekerjaan didasarkan oleh jam kerja responden dan kemungkinan intensitasnya dalam mengakses Twitter. Variabel tingkat penerimaan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (penerimaan kurang dari Rp ), kategori sedang (penerimaan antara Rp sampai Rp ), dan kategori tinggi (penerimaan lebih besar dari Rp ). Jenis Kelamin Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden selama dua bulan penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa responden penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, 2012 Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Jumlah Tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh antara responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, yaitu sebesar 47.5% responden berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 52.5% responden berjenis kelamin perempuan (Tabel 4). Responden didominasi oleh perempuan karena menurut data statistik yang diperoleh dari Socialbakers (2012), sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 67%. Usia Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden diperoleh data bahwa responden berada pada rentang usia antara 16 sampai dengan 45 tahun. Persentase data responden menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5. Responden penelitian sangat didominasi responden berusia remaja (usia 16 sampai dengan 22 tahun) yaitu sebesar 53.8%. Sebesar 36.2% responden yang berusia antara 23 sampai dengan 30 tahun (dewasa muda) dan sebesar 10% responden berusia 31 sampai dengan 50 tahun (dewasa menengah) (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa, didominasi oleh orang-orang yang masih muda dan aktif. Hal ini salah satunya disebabkan sebagian besar

39 pengguna internet termasuk pengguna Twitter memang berada pada usia antara 15 sampai 30 tahun (Semiocast 2012). Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut kategori usia, 2012 Kategori usia Jumlah (orang) Persentase (%) Remaja (16-22 tahun) Dewasa Muda (23-30 tahun) Dewasa Menengah (31-50 tahun) Jumlah Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan followers dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi. Tabel 6 menyajikan jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan, 2012 Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA dengan persentase sebesar 56.2%. Responden yang tamat Perguruan Tinggi memiliki persentase sebesar 40%. Hanya sedikit responden yang tingkat pendidikannya tamat SMP, yaitu sebesar 3.8% (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas berada pada jenjang pendidikan yang sedang. Jenis Pekerjaan Berdasarkan rata-rata data di lapangan, jenis pekerjaan dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan perkiraan waktu luang yang dimiliki, yaitu freelancer atau wiraswasta, pelajar atau mahasiswa, dan pegawai negeri atau swasta. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jenis pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa. Persentase data responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

40 26 Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan, 2012 Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Freelancer/Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Pegawai negeri/swasta Jumlah Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden didominasi oleh pelajar atau mahasiswa, yaitu sebesar 58.8%. Hal ini menggambarkan bahwa didominasi oleh orang-orang yang masih menempuh pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi. Responden yang didominasi pelajar atau mahasiswa salah satu penyebabnya adalah mayoritas rensponden berada pada rentang usia 16 sampai 22 tahun, usia remaja yang masih produktif untuk menempuh pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi. Tingkat Penerimaan Tingkat penerimaan dikategorikan berdasarkan rata-rata data di lapangan. Tingkat penerimaan dikatagorikan rendah apabila penerimaan responden kurang dari Rp , sedang apabila penerimaan responden berkisar antara Rp sampai Rp , dan tinggi apabila penerimaan responden lebih dari Rp Jumlah dan persentase responden menurut penerimaan, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat penerimaan, 2012 Tingkat penerimaan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat penerimaan responden mayoritas berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 58.8%. Sebesar 25% responden memiliki tingkat penerimaan yang rendah, dan sebesar 16.2% responden memiliki tingkat penerimaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas memiliki tingkat penerimaan yang tergolong sedang, yaitu antara Rp sampai dengan Rp Hal ini sesuai dengan penelitian MarkPlus Insight yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna internet berada pada kalangan middle class (Karimuddin 2012).

41 Tempat Tinggal Berdasarkan definisi operasional, tempat tinggal adalah provinsi atau pulau tempat responden berdomisili. Pengkatagorian tempat tinggal berdasarkan data rata-rata di lapangan. Berdasarkan data di lapangan, responden tersebar di empat pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Responden yang tinggal di Pulau Jawa dibedakan lagi menurut provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, serta Jawa Timur dan Bali. Tabel 9 menyajikan jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal. 27 Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tempat tinggal, 2012 Tempat tinggal Jumlah (orang) Persentase (%) DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur dan Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Jumlah Sebesar 37.5% responden yang mewakili tinggal di DKI Jakarta. Sebesar 28.8% responden tinggal di Provinsi Jawa Barat. Sebesar 33.7% sisanya berada pada dua provinsi dan tiga pulau lain di Indonesia. Terdapat persentase responden yang sama antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah, yaitu sebesar 8.8%. Persentase yang sama pun terlihat pada Jawa Timur dan Sumatera dengan persentase sebesar 7.5% dan Pulau Kalimantan dengan persentase 2.5% (Tabel 9). Perbedaan yang cukup menonjol antara DKI Jakarta dengan provinsiprovinsi lain di Indonesia disebabkan DKI Jakarta adalah kota nomor satu di dunia yang paling sering mem-post tweet (Semiocast 2012). Jabodetabek juga merupakan kota pengguna internet nomor satu di Indonesia menurut riset MarkPlus Insight 2012 (Karimuddin 2012).

42 28 INTENSITAS FOLLOWERS DALAM MENGAKSES TWITTER DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Bab ini menjelaskan tentang hubungan antara intensitas followers akun dengan karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan tempat tinggal. Bab ini juga menjelaskan hubungan antara intensitas followers akun dengan tingkat kemudahan mengakses internet yang dimiliki oleh followers. Intensitas Mengakses Akun Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Tingkatan merupakan seberapa sering pengguna Twitter mengakses dalam kurun waktu tertentu. Mengakses Twitter dapat berarti melihat timeline, me-mention, dan/atau meretweet. Dalam penelitian ini, intensitas dilihat melalui dua indikator yaitu frekuensi dan durasi mengakses Twitter. Responden diberikan lima pertanyaan terkait intensitas, yaitu tiga pertanyaan terkait frekuensi dan dua pertanyaan terkait durasi. Intensitas kemudian diukur dengan memberikan skor terhadap jawaban responden dan menghitung jumlah skor tersebut. Skor yang diperoleh dibagi ke dalam tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Frekuensi responden dalam mengakses dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi mengakses Twitter, 2012 Frekuensi mengakses Twitter Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tabel 10 menunjukkan bahwa responden didominasi oleh followers akun yang memiliki frekuensi sedang dalam mengakses Twitter, yaitu sebesar 45%. Namun, angka ini tidak jauh berbeda dengan responden yang memiliki frekuensi tinggi dalam mengakses Twitter yaitu sebesar 43.8%. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki frekuensi rendah dalam mengakses Twitter, yaitu sebesar 11.2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar followers akun mengakses Twitter dengan frekuensi yang sedang dan cenderung tinggi. Indikator lain untuk mengetahui intensitas responden mengakses Twitter adalah durasi mengakses. Durasi adalah tingkat lamanya responden mengakses

43 Twitter setiap kali mengekases. Jumlah dan persentase durasi responden dalam mengakses Twitter dapat dilihat pada Tabel Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut durasi mengakses Twitter, 2012 Durasi mengakses Twitter Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Sebagian besar responden mengakses internet dengan durasi yang tinggi dengan persentase sebesar 48.8%, kemudian responden yang mengakses dengan durasi rendah dengan persentase sebesar 36.2%, sedangkan hanya sebagian kecil responden yang mengakses Twitter pada durasi sedang dengan persentase sebesar 15% (Tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwa followers mengakses Twitter pada durasi yang tinggi. Durasi mengakses Twitter yang tinggi disebabkan mayoritas responden mengakses Twitter melalui laptop atau komputer dan mengakses pada waktu luang sehingga durasinya tinggi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu responden (AI, 20 tahun) yang biasanya membuka Twitter seminggu sekali pada saat akhir pekan dengan waktu yang cukup lama, sekitar dua sampai tiga jam. Durasi mengakses Twitter yang rendah atau sebentar disebabkan oleh kepemilikan responden terhadap smartphone (termasuk PDA dan tablet PC) yang membuat responden sering membuka Twitter ketika bosan atau ketika muncul notifikasi namun dengan durasi yang sebentar. Hal ini diakui oleh salah satu responden AS (22 tahun) yang membuka Twitter kapan pun ada waktu luang tanpa memberikan waktu khusus untuk membuka Twitter, namun durasinya hanya beberapa menit saja. Pernyataan AS diperkuat oleh pernyataan LA (25 tahun) yang hanya membuka Twitter hanya saat muncul notifikasi Twitter di smartphone-nya atau saat ingin me-mention seseorang. Hubungan Karakteristik Followers dengan Intensitas Mengakses Twitter Pada subbab ini dijelaskan hubungan antara karakteristik responden dengan intensitas mengakses Twitter. Karakteristik responden yang dihubungkan intensitas mengakses Twitter antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penerimaan, dan tempat tinggal. Hubungan Jenis Kelamin dengan Frekuensi Mengakses Twitter Variabel jenis kelamin dihubungkan dengan frekuensi mengakses Twitter bertujuan untuk melihat apakah jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap frekuensi responden mengakses Twitter. Hubungan antara jenis kelamin followers

44 30 akun dan frekuensinya dalam mengakses Twitter dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah jenis kelamin responden yang berbeda akan menghasilkan frekuensi mengakses internet yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap frekuensi mengakses Twitter. Data hubungan antara jenis kelamin dengan frekuensi mengakses Twitter tersaji pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut jenis kelamin, 2012 Jenis kelamin Frekuensi Mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Laki-laki Perempuan Jumlah Kategori responden yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas memiliki frekuensi mengakses Twitter yang tinggi dengan persentase sebesar 44.7%. sementara responden yang berjenis kelamin perempuan sebagian besar memiliki frekuensi mengakses yang sedang dengan persentase sebesar 47.6%. Hanya sebesar 13.2% responden laki-laki yang memiliki frekuensi mengakses Twitter yang rendah, dan sebesar 9.5% perempuan yang memiliki frekuensi mengakses Twitter yang rendah (Tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwa followers laki-laki akun lebih sering mengakses Twitter daripada followers perempuan. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square sebesar > 0.05 maka H 0 diterima. Dengan kata lain, tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan frekuensinya mengakses Twitter. Artinya, jenis kelamin followers akun tidak berpengaruh terhadap frekuensinya dalam mengakses Twitter. Hubungan Jenis Kelamin dengan Durasi Mengakses Twitter Hubungan antara jenis kelamin dengan durasi mengakses Twitter juga dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap durasi mengakses Twitter. Data hubungan antara jenis kelamin dengan durasi mengakses Twitter tersaji pada Tabel 13.

45 Tabel 13 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter terhadap jenis kelamin, 2012 Jenis kelamin Durasi Mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Laki-laki Perempuan Jumlah Kategori responden yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas memiliki durasi mengakses Twitter yang tinggi dengan persentase sebesar 47.4%. Mayoritas perempuan juga memiliki durasi mengakses Twitter yang tinggi dengan persentase sebesar 50% (Tabel 13). Dapat disimpulkan, perempuan lebih lama mengakses Twitter daripada laki-laki. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square sebesar > 0.05 maka H 0 diterima. Dengan kata lain, tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan durasinya mengakses Twitter. Artinya, jenis kelamin followers akun tidak berpengaruh terhadap durasinya dalam mengakses Twitter. Hubungan Usia dengan Frekuensi Mengakses Twitter Hubungan antara usia responden dan frekuensi mengakses Twitter dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan tingkat usia yang berbeda memiliki frekuensi mengakses Twitter yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan frekuensi mengakses Twitter. Tabel 14 menyajikan data hubungan antara usia responden dengan frekuensi mengakses Twitter. Tabel 14 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut usia responden, 2012 Usia Frekuensi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % tahun tahun > 30 tahun Jumlah

46 32 Berdasarkan Tabel 14, kategori responden remaja (usia antara 16 sampai 22 tahun) sebesar 39.5% memiliki frekuensi mengakses Twitter yang sedang dan sebesar 48.8% memiliki intensitas mengakses Twitter yang tinggi. Responden yang tergolong dewasa muda (usia antara 23 sampai 30 tahun) memiliki perbedaan yang tidak jauh antara frekuensi mengakses Twitter yang sedang dan frekuensi mengakses Twitter yang tinggi, yaitu sebesar 44.9% responden memiliki frekuensi sedang dan sebesar 43.5% responden memiliki frekuensi tinggi. Pada kategori responden dewasa menengah (usia antara 30 sampai 50 tahun) memiliki frekuensi mengakses yang mayoritas sedang, yaitu sebesar 50 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa followers akun yang berusia remaja lebih sering mengakses Twitter daripada followers yang berusia dewasa muda dan dewasa menengah. Nilai signifikasi dari analisis korelasi Rank Spearman sebesar Nilai signifikansi (0.439) > 0,05, maka H 0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa usia tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap frekuensi responden mengakses Twitter. Hal ini berarti bahwa kategori usia responden tidak memberikan pengaruh dalam menentukan seringnya seseorang mengakses Twitter. Responden dari kategori usia remaja (antara 16 sampai dengan 22 tahun) memiliki frekuensi mengakses internet yang tergolong tinggi yaitu sebesar 48.8%. Hal ini disebabkan oleh pengguna Twitter di Indonesia didominasi oleh usia antara 15 sampai dengan 30 tahun (Semiocast 2012). Pada usia dewasa muda dan dewasa menengah, frekuensi mengakses Twitter cenderung sedang. Hubungan Usia dengan Durasi Mengakses Twitter Hubungan antara usia responden dan durasi mengakses Twitter juga dilihat untuk menganalisis apakah responden dengan tingkat usia yang berbeda memiliki durasi mengakses Twitter yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan durasi mengakses Twitter. Tabel 15 menyajikan data hubungan antara usia responden dengan durasi mengakses Twitter. Tabel 15 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut usia responden, 2012 Usia Durasi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % tahun tahun tahun Jumlah

47 Sebesar 66.7% responden pada usia remaja (usia antara 16 sampai 22 tahun) mengakses internet dengan durasi yang tinggi dan 33.3% sisanya memiliki durasi internet yang rendah. Responden dengan kategori dewasa awal (usia antara 23 sampai 30 tahun) mayoritas mengakses internet dengan durasi yang tinggi dengan persentase sebesar 49.3%. Terdapat kesamaan persentase antara durasi mengakses yang rendah dengan durasi mengakses yang tinggi pada responden dengan kategori usia dewasa menengah (usia antara 30 sampai 50 tahun) yaitu sebesar 36.2% (Tabel 15). Dapat disimpulkan bahwa followers akun yang berusia remaja mengakses durasi yang lebih lama dibandingkan dengan followers yang berusia dewasa muda. Followers yang berusia dewasa menengah, memiliki durasi yang cenderung rendah maupun tinggi tergantung pada kemudahan mengakses internetnya. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman sebesar Nilai signifikansi (0.121) > 0.05, maka H 0 diterima. Dengan kata lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan durasi mengakses Twitter. Artinya, kategori usia followers tidak berpengaruh terhadap durasinya ketika mengakses Twitter. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Mengakses Twitter Hubungan antara tingkat pendidikan dengan frekuensi mengakses Twitter dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan tingkat pendidikan yang berbeda memiliki frekuensi mengakses Twitter yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan frekuensi mengakses Twitter. Data hubungan antara tingkat pendidikan responden dan frekuensi mengakses Twitter tersaji pada Tabel Tabel 16 Tingkat pendidikan Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat pendidikan, 2012 Frekuensi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah Responden dengan tingkat pendidikan tamat SMP memiliki frekuensi mengakses Twitter yang sedang dan tinggi, yaitu 33.3% memiliki frekuensi sedang dan 66.7% memiliki frekuensi mengakses Twitter yang tinggi. Pada responden yang memiliki tingkat pendidikan tamat SMA, mayoritas responden memiliki frekuensi mengakses Twitter yang tinggi dengan persentase sebesar 48.9%, dan responden yang tamat perguruan tinggi memiliki frekuensi mengakses

48 34 Twitter yang cenderung sedang dengan persentase 53.1% (Tabel 16). Dengan demikian, followers akun yang berpendidikan rendah dan sedang memiliki kecenderungan mengakses Twitter lebih sering daripada followers yang berpendidikan tinggi. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman > 0.05 maka H 0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan frekuensi responden mengakses Twitter. Artinya, followers akun dengan berbagai tingkat pendidikan dapat mengakses Twitter dengan frekuesi yang sama. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Durasi Mengakses Twitter Hubungan tingkat pendidikan responden dengan durasi mengakses Twitter juga dilihat untuk melihat apakah tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap durasinya dalam mengakses Twitter. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan anatara tingkat pendidikan dengan durasi mengakses Twitter. Data jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter terhadap tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat pendidikan, 2012 Durasi mengakses Twitter Jumlah Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah Sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan tamat SMP memiliki durasi mengakses Twitter yang tinggi dengan persentase sebesar 66.7% dan responden yang memiliki tingkat pendidikan tamat SMA juga memiliki durasi mengakses Twitter yang tinggi dengan persentase sebesar 53.3%. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi cenderung memiliki durasi mengakses yang rendah dan tinggi dengan persentase masing-masing sebesar 40.6% (Tabel 17). Dengan demikian, followers akun Twitter yang berpendidikan rendah, sedang, maupun tinggi cenderung mengakses Twitter dengan durasi yang tinggi. Nilai signifikansi dari analisis uji korelasi Rank Spearman > 0.05 maka H 0 diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan durasi responden mengakses Twitter. Artinya, responden dengan berbagai tingkat pendidikan dapat mengakses Twitter dengan durasi yang sama.

49 Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Frekuensi Mengakses Twitter Hubungan antara jenis pekerjaan dengan frekuensi mengakses Twitter dapat diketahui melalui Uji Crosstab Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah jenis pekerjaan berbeda, memiliki frekuensi mengakses Twitter yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan frekuensi mengakses Twitter. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan frekuensi mengakses Twitter dapat dilihat pada Tabel Tabel 18 Jumlah dan persentase frekuensi frekuensi mengakses Twitter menurut jenis pekerjaan responden, 2012 Frekuensi mengakses Twitter Jumlah Jenis pekerjaan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Freelancer/wiraswasta Pelajar/mahasiswa Pegawai negeri/swasta Jumlah Persentase pelajar/mahasiswa yang memiliki frekuensi tinggi dalam mengakses internet cukup besar, yaitu sebesar 51.1%. Responden yang bekerja sebagai freelancer/wiraswasta sebesar 80% mengakses Twitter dalam frekuensi sedang. Begitu pula dengan responden yang bekerja sebagai pegawai negeri/swasta yang rata-rata mengakses Twitter dengan frekuensi sedang, yaitu sebesar 50% (Tabel 18). Dengan demikian, followers akun pelajar/mahasiswa lebih sering mengakses Twitter dibandingkan dengan followers yang bekerja sebagai freelancer/wiraswasta dan pegawai negeri/swasta. Hasil yang diperoleh melalui Uji Crosstab Chi-Square adalah nilai p-value > Artinya, tidak ada hubungan signifikan antara jenis pekerjaan responden dengan frekuensi mengakses Twitter. Dengan kata lain, jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap frekuensi dalam mengakses Twitter. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Durasi Mengakses Twitter Hubungan antara jenis pekerjaan dengan durasi mengakses Twitter dapat diketahui melalui uji Crosstab Chi-Square. Pada analisis ini, nilai H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan durasi mengakses Twitter. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan durasi mengakses Twitter dapat dilihat pada Tabel 19.

50 36 Tabel 19 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut jenis pekerjaan, 2012 Jenis pekerjaan Durasi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Freelancer/wiraswasta Pelajar/mahasiswa Pegawai negeri/swasta Jumlah Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square adalah > 0.05 maka H 0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa antara variabel jenis pekerjaan dengan durasi responden mengakses Twitter tidak terdapat hubungan yang signifikan. Artinya, jenis pekerjaan tidak berpengaruh dalam terhadap durasi responden mengakses Twitter. Kategori pelajar/mahasiswa mayoritas memiliki durasi mengakses yang tinggi dengan persentase sebesar 55.3%. Hal ini menunjukkan bahwa pelajar/mahasiswa memiliki frekuensi dan durasi mengakses Twitter yang tinggi. Durasi responden mengakses Twitter bagi responden yang bekerja sebagai freelancer/wiraswasta tergolong rendah dengan persentase sebesar 60.0% walaupun frekuensi mengaksesnya tergolong tinggi. Pegawai negeri/swasta memiliki kecenderungan mengakses Twitter dengan durasi yang tinggi dan rendah dengan persentase sebesar 39.3% dan frekuensi mengakses yang tergolong sedang. Perbedaan durasi mengakses pada pegawai negeri/swasta tertelak pada tingkat kemudahan mengakses internet yang dimiliki. Hubungan Tingkat Penerimaan dengan Frekuensi Mengakses Twitter Hubungan antara tingkat penerimaan dengan frekuensi mengakses Twitter dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan tingkat penerimaan yang berbeda memiliki frekuensi mengakses Twitter yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penerimaan dengan frekuensi mengakses Twitter. Data hubungan antara tingkat penerimaan responden dengan frekuensi mengakses Twitter tersaji pada Tabel 20. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman > 0.05 maka H 0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penerimaan responden dengan frekuensi responden mengakses Twitter. Artinya, responden dengan berbagai tingkat penerimaan dapat mengakses Twitter dengan frekuensi yang sama.

51 37 Tabel 20 Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tingkat penerimaan, 2012 Tingkat penerimaan Frekuensi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Responden dengan tingkat penerimaan yang rendah, cenderung mengakses Twitter dengan frekuensi yang sedang dengan persentase sebesar 45.0%. Sementara responden dengan tingkat penerimaan yang sedang mengakses Twitter dengan frekuensi yang relatif tinggi dengan persentase sebesar 51.1%. Sebaliknya, responden dengan tingkat penerimaan yang tinggi justru mengakses Twitter dengan frekuensi yang relatif sedang dengan persentase sebesar 61.5% (Tabel 20). Hal ini menunjukkan bahwa followers akun yang memiliki tingkat penerimaan cenderung sedang, lebih sering mengakses Twitter daripada followers dengan tingkat penerimaan yang tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat kepemilikan alat TIK dan pengeluaran yang digunakan untuk internet dari Hubungan Tingkat Penerimaan dengan Durasi Mengakses Twitter Hubungan antara tingkat penerimaan dengan durasi mengakses Twitter juga dilihat untuk mengetahui apakah tingkat penerimaan responden berpengaruh terhadap durasinya dalam mengakses Twitter. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penerimaan dengan durasi mengakses Twitter. Data hubungan antara tingkat penerimaan responden dengan durasi mengakses Twitter tersaji pada Tabel 21. Tabel 21 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tingkat penerimaan, 2012 Tingkat penerimaan Durasi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah

52 38 Responden dengan tingkat penerimaan yang rendah dan sedang cenderung mengakses Twitter dengan durasi yang tinggi, dengan persentase sebesar 45% dan 53.2%. Berbeda dengan responden yang memiliki tingkat penerimaan yang tinggi cenderung mengakses Twitter dengan durasi yang rendah dengan persentase sebesar 46.2% (Tabel 21). Dengan demikian, followers akun yang berpenghasilan rendah dan sedang lebih lama mengakses Twitter dibandingkan dengan followers yang memiliki tingkat penerimaan yang tinggi. Hal ini disebabkan responden yang memiliki tingkat penghasilan rendah dan sedang lebih memilih untuk mengakses Twitter di laptop atau komputer dengan durasi yang cukup lama seperti pernyataan dari salah satu responden: Kalo buka Twitter dari HP mahal, terus jarang beli paket internet juga. Jadi, kalo buka Twitter aku ke warnet atau di rumah sekalian. Lebih puas aja Twitter-an sama temen-temen (VR, 16 tahun) Responden dengan tingkat penerimaan yang tinggi justru cenderung mengakses Twitter dengan durasi yang rendah. Hal ini terjadi karena responden dengan tingkat penerimaan yang tinggi lebih sering mengakses Twitter melalui smartphone (termasuk PDA dan tablet PC) sehingga membuka Twitter dengan frekuensi yang sering namun durasi yang singkat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu responden, FT (35 tahun) dengan penerimaan yang masuk kategori tinggi. FT mengaku hanya membuka Twitter saat waktu luang dan saat menunggu seseorang dengan waktu yang relatif singkat. Ya paling buka Twitter sesekali, satu atau dua menit lah. Liat TL, bales mention. Kalo di TL ada yang seru yah timpalin bentar lah terus tutup lagi... (FT, 35 tahun) Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman > 0.05 maka H 0 diterima. Jadi, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penerimaan responden dengan durasi responden mengakses Twitter. Artinya, responden dengan berbagai tingkat penerimaan dapat mengakses Twitter dengan durasi yang sama. Hubungan tempat tinggal dengan frekuensi mengakses Twitter Hubungan antara tempat tinggal dengan frekuensi mengakses Twitter dapat diketahui melalui Uji Crosstab Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah responden dengan tempat tinggal berbeda, memiliki frekuensi mengakses Twitter yang berbeda pula. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan frekuensi mengakses Twitter. Tabel 22 menyajikan jumlah dan presentase frekuensi mengakses Twitter menurut tempat tinggal.

53 Tabel 22 Tempat tinggal Jumlah dan persentase frekuensi mengakses Twitter menurut tempat tinggal, 2012 Frekuensi Mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Sumatera Jawa Barat & Banten DKI Jakarta Jawa Tengah & DIY Jawa Timur & Bali Kalimantan Sulawesi Jumlah Responden yang bertempat tinggal di Pulau Sumatera, Provinsi Jawa Barat dan Banten, serta Provinsi DKI Jakarta memiliki kecenderungan mengakses Twitter dengan frekuensi yang tinggi. Responden yang bertempat tinggal di Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, serta Pulau Sulawesi memiliki kecenderungan mengakses Twitter dengan frekuensi yang sedang. Frekuensi yang cenderung sedang ke tinggi dimiliki oleh responden yang bertempat tinggal di Provinsi Jawa Timur dan Bali. Responden yang bertempat tinggal di Pulau Kalimantan memiliki frekuensi mengakses yang cenderung rendah ke sedang (Tabel 22). Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square adalah > 0.05 maka H 0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa antara variabel tempat tinggal dengan frekuensi responden mengakses Twitter tidak terdapat hubungan yang signifikan. Artinya, tempat tinggal followers tidak berpengaruh terhadap frekuensi followers mengakses Twitter. Hubungan Tempat Tinggal dengan Durasi Mengakses Twitter Tempat tinggal dan durasi mengakses Twitter juga dilihat hubungannya untuk mengetahui apakah tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap durasi responden mengakses Twitter. Pada analisis ini, pernyataan H 0 adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan durasi mengakses Twitter. Jumlah dan persentase durasi responden mengakses Twitter menurut tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 23.

54 40 Tabel 23 Jumlah dan persentase durasi mengakses Twitter menurut tempat tinggal responden, 2012 Tempat tinggal Durasi mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Sumatera Jawa Barat & Banten DKI Jakarta Jawa Tengah & DIY Jawa Timur & Bali Kalimantan Sulawesi Jumlah Responden yang bertempat tinggal di Pulau Sumatera, Provinsi Jawa Barat dan Banten, serta Provinsi Jawa Timur dan Bali memiliki durasi mengakses Twitter yang tergolong tinggi. Responden yang bertempat tinggal di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, serta Pulau Kalimantan memiliki durasi mengakses Twitter yang cenderung rendah. Responden yang bertempat tinggal di Pulau Sulawesi memiliki persentase yang sama antara responden yang mengakses Twitter dengan durasi rendah dan durasi tinggi dengan persentase sebesar 50%. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square adalah 0.25 > 0.05 maka H 0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa antara variabel tempat tinggal dengan durasi followers mengakses Twitter tidak terdapat hubungan yang signifikan. Artinya, tempat tinggal tidak berpengaruh terhadap durasi followers mengakses Twitter. Tingkat Kemudahan Mengakses Internet Tingkat kemudahan mengakses internet adalah kemudahan responden dalam menggunakan internet dilihat dari tingkat kepemilikan alat teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) yang dimiliki responden dan tingkat melek teknologi responden sebagai indikator. Terdapat sembilan pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat kemudahan mengakses internet, enam pertanyaan terkait dengan tingkat kepemilikan alat TIK dan tiga pertanyaan yang terkait dengan tingkat melek teknologi. Tingkat kepemilikan responden terhadap alat TIK adalah jenis-jenis media yang dimiliki oleh responden dan biaya yang dikeluarkan untuk dapat mengakses internet. Tingkat kepemilikan alat TIK diukur dengan berapa banyak media internet yang dimiliki oleh responden, kemampuan responden untuk mengakses setiap hari, dan pengeluaran responden untuk biaya internet. Tingkat kepemilikan responden terhadap alat TIK kemudian diukur dengan memberikan

55 skor dan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan ke dalam tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat kepemilikan responden terhadap alat TIK dapat dilihat pada Tabel Tabel 24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepemilikan alat TIK, 2012 Tingkat kepemilikan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tabel 24 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori sedang dalam kepemilikan alat TIK, yaitu sebesar 52.5%. Sebagian besar responden memiliki laptop dan smartphone (termasuk PDA dan tablet PC) namun tingkat pengeluaran responden untuk biaya internet masih cenderung rendah. Sebagian besar responden mengakses internet melalui free wifi atau layanan paket harian sehingga pengeluaran untuk internet tidak terlalu besar. Tingkat kepemilikan responden terhadap alat TIK yang sedang juga dipengaruhi oleh karakteristik responden yang sebagian besar pelajar/mahasiswa dengan tingkat penerimaan yang didominasi oleh kategori sedang sehingga tidak semua responden memiliki alat-alat TIK yang canggih. Hal ini didukung oleh pernyataan-pertanyaan responden sebagai berikut: Sebenernya HP mah android, mayan yaa canggih, cuman pulsanya ga adaan hehe, maklum mahasiswa. Jadi kalo mau internetan juga pake wifi kampus aja. Kecuali kalo lagi ada rejeki, boleh dah beli paket langganan (JB, 20 tahun) Aku kalo langganan BB paling yang paket gaul. Kalo pake yg gaul masih bisa sih Twitteran tapi ga bisa pake internetan. Enaknya yaa lebih murah aja kalo pake gaul harian, 2000 aja. Kalo android, i-pad aku ga ada. Paling buka Twitter di BB aja (EM, 19 tahun) Indikator lain dari tingkat kemudahan mengakses internet adalah tingkat melek teknologi responden. tingkat melek teknologi adalah kemampuan responden dalam menguasai teknologi yang berkembang saat ini. Tingkat melek teknologi diukur dengan memberikan skor dan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan ke dalam tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat melek teknologi responden dapat dilihat pada Tabel 25.

56 42 Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat melek teknologi, 2012 Tingkat melek teknologi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Berdasarkan Tabel 25, responden didominasi oleh tingkat melek teknologi yang tergolong tinggi dengan persentase sebesar 56.2% dan hanya sebesar 25% responden yang memiliki tingkat melek teknologi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan alat TIK tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat melek teknologi responden. Tingkat melek teknologi yang cenderung tinggi dapat disebabkan oleh karakteristik responden yang rata-rata berpendidikan tinggi dan masih di usia muda sehingga sadar akan teknologi yang sedang berkembang. Salah satu responden, SS (21 tahun) mengaku dapat menggunakan smartphone untuk jejaring sosial dan layanan internet walaupun tidak memilikinya. SS juga memiliki akun jejaring sosial lain selain Twitter, seperti Tumblr walaupun berdasarkan pengolahan data, tingkat kepemilikan TIK-nya tergolong rendah. Hubungan Tingkat Kemudahan Mengakses Internet Followers Akun dengan Intensitas Mengakses Twitter Hubungan antara tingkat kemudahan mengakses internet dan intensitas responden mengakses Twitter dapat diketahui melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan tingkat kemudahan mengakses internet yang berbeda dilihat dari tingkat kepemilikan alat TIK dan tingkat melek teknologi akan memiliki intensitas mengakses Twitter yang berbeda pula. Pernyataan H 0 pada analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemudahan mengakses internet dengan intensitas mengakses Twitter. Jumlah dan persentase intensitas responden mengakses Twitter menurut tingkat kemudahan mengakses internet dapat dilihat pada Tabel 26. Hanya satu orang responden yang memiliki tingkat kemudahan mengakses internet yang rendah dan memiliki intensitas mengakses Twitter yang tergolong sedang. Responden dengan kategori kemudahan mengakses internet sedang memiliki tingkat intensitas mengakses Twitter yang cenderung sedang dan tinggi dengan persentase yang sama, yaitu sebesar 48.1%. Sebanyak 51.9% responden dengan kategori tingkat kemudahan mengakses internet yang tinggi mengakses Twitter dengan intensitas yang tinggi.

57 Tabel 26 Kemudahan mengakses internet Jumlah dan persentase tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas mengakses Twitter, 2012 Intensitas mengakses Twitter Rendah Sedang Tinggi 43 Jumlah n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman, diperoleh hasil signifikansi sebesar (0.024) > 0.05, maka H 0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kemudahan mengakses internet dengan intensitas responden mengakses Twitter. Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat kecenderungan semakin tinggi tingkat kemudahan mengakses internet yang dimiliki responden, akan semakin tinggi intensitasnya dalam mengakses Twitter. Hal tersebut didukung oleh pernyataan beberapa orang responden: Tab ada, BB ada, langganan full jadi kalo buka Twitter yaa sering karena gampang aksesnya kali yah. Di mana aja, kapan aja kalo lagi bete tinggal scroll Timeline. Tapi kalo ga langganan yaa sama aja. Percuma punya gadget kalo ga bisa connect ke internet (HA, 21 tahun).. Kalo BB ga kebawa, pulsa ga ada, laptop ga dapet sinyal wifi yaa gimana mau buka Twitter. Susah juga yah. Jadi, emang harus ada fasilitas dulu baru deh buka Twitter. Kalo lagi ga bisa buka internet ya otomatis jadi jarang buka Twitter (FP, 20 tahun ) Ikhtisar Karakteristik followers akun yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pemasukan, dan tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitasnya dalam mengakses Twitter dilihat dari frekuensi dan durasi mengakses. Hal ini menunjukkan bahwa pada kalangan pengguna Twitter, karakteristik followers tidak mempengaruhi intensitas mengakses Twitter. Twitter dengan segala fasilitas yang ditawarkan membebaskan penggunanya untuk mengakses Twitter kapan pun dan dimana pun. Bahkan tidak ada batasan usia untuk dapat memiliki Twitter. Hal inilah yang menjadi kekuatan Twitter sebagai media gerakan sosial untuk menjaring massa sebanyak-banyaknya, dari berbagai tempat dan berbagai kalangan atau dapat dikatakan sebagai demokrasi di Twitter. Tingkat kemudahan mengakses internet yang dimiliki responden memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitasnya dalam mengakses Twitter. Hal ini

58 44 menunjukkan bahwa seberapa sering dan lama followers akun mengakses Twitter tergantung pada alat TIK apa saja yang dimiliki dan berapa pengeluaran yang digunakan untuk dapat mengakses internet. Selain itu, tingkat melek teknologi yang dimiliki followers juga mempengaruhi intensitasnya dalam mengakses Twitter. Followers yang kurang mengerti cara menggunakan Twitter tentu saja tidak akan berlama-lama mengakses Twitter, sedangkan followers yang sudah terbiasa dan sudah lama memiliki Twitter akan memiliki intensitas yang lebih lama dan lebih sering mengakses Twitter. Jadi, walaupun tidak terdapat batasan karakteristik followers dalam mengakses Twitter, namun intensitas followers dalam mengakses Twitter masih tergantung pada tingkat kemudahan mengakses internet yang dimiliki followers akun

59 45 EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Efektivitas akun sebagai media gerakan Earth Hour 2012 dilihat dari perilaku followers akun terhadap gerakan Earth Hour Dalam penelitian ini, perilaku followers akun dapat diidentifikasi melalui tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek behavioral. Kemudian dilihat hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan efektifitas Twitter sebagai media gerakan sosial melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden yang memiliki intensitas mengakses Twitter yang berbeda memiliki aspek kognitif, afektif dan behavioral yang berbeda pula terhadap gerakan Earth Hour Indonesia. Aspek Kognitif Aspek kognitif adalah pengetahuan terhadap halhal yang berkaitan dengan gerakan Earth Hour. Aspek kognitif yang diteliti meliputi pengetahuan tentang waktu dan kota-kota yang melaksanakan Earth Hour Indonesia, kegiatan yang dilakukan Earth Hour, dan sedikit sejarah mengenai Earth Hour. Responden diberikan sepuluh pernyataan yang berkaitan dengan gerakan Earth Hour dan pernah di-tweet oleh akun Aspek kognitif kemudian diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Aspek kognitif mengenai gerakan Earth Hour Indonesia dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek kognitif, 2012 Perubahan kognitif Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Berdasarkan hasil penelitian, aspek kognitif pada responden menunjukkan hasil yang tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik mengenai gerakan Earth Hour Indonesia. Terbukti bahwa mayoritas responden mengetahui kapan dan dimana Earth Hour pertama kali diselenggarakan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan Earth Hour Indonesia dan waktu pelaksanaan Earth Hour 2012.

60 46 Aspek Afektif Aspek afektif adalah perasaan responden dalam menanggapi hal-hal mengenai Earth Hour. Responden diberikan lima pernyataan yang berkaitan dengan perasaan responden terhadap gerakan Earth Hour Indonesia. Aspek afektif yang dinyatakan berkaitan dengan perasaan suka, perasaan terajak, dan dan perasaan terdorong untuk melakukan gerakan Earth Hour setelah membaca tweet yang diposting oleh akun Aspek afektif kemudian diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Aspek afektif mengenai gerakan Earth Hour Indonesia terhadap responden dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut perubahan aspek afektif, 2012 Perubahan afektif Jumlah (orang) Persentase (%) Negatif 0 0 Netral Positif Jumlah Tabel 28 menunjukkan bahwa sebesar 88.8% responden memiliki afektif yang positif terhadap gerakan Earth Hour 2012, bahkan tidak ada responden yang memiliki afektif yang negatif terhadap gerakan ini. Responden menyukai kontenkonten yang di-post di akun dan merasa terajak serta terdorong untuk melakukan gerakan Earth Hour ketika membaca tweet dari akun Aspek Behavioral Aspek behavioral adalah tindakan yang telah dilakukan responden terkait dengan gerakan Earth Hour Responden diberikan lima belas pernyataan mengenai tindakan-tindakan yang telah dilakukan responden terkait dengan Earth Hour Pernyataan tersebut antara lain berkaitan mematikan listrik dan alatalat elektronik lain selama Earth Hour 2012 berlangsung, tetap mengakses akun pasca Earth Hour 2012, melakukan aksi gaya hidup ramah lingkungan pasca Earth Hour 2012, terlibat dalam organisasi yang berkaitan dengan lingkungan, dan mengajak keluarga serta teman-teman untuk ikut serta melaksanakan Earth Hour 2012 dan gaya hidup ramah lingkungan. Aspek behavioral diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Aspek behavioral mengenai gerakan Earth Hour 2012 dapat dilihat pada Tabel 29.

61 Tabel 29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan aspek behavioral, 2012 Perubahan behavioral Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 0 0 Sedang Tinggi Jumlah Berdasarkan hasil penelitian pada aspek behavioral, hampir seluruh responden, yaitu sebesar 93.8% responden menunjukkan behavioral yang tinggi. Bahkan tidak ada responden yang menunjukkan behavioral yang rendah terkait dengan gerakan Earth Hour Hal ini berarti bahwa responden hampir melalukan seluruh tindakan terkait dengan gerakan Earth Hour Pada aspek behavioral, tindakan dibagi menjadi dua, yaitu melakukan gerakan Earth Hour 2012 dan mengajak orang lain untuk ikut terlibat dalam gerakan tersebut. Tabel 30 menyajikan jumlah dan persentase responden yang hanya melakukan dan melakukan serta mengajak orang lain untuk ikut terlibat dalam gerakan Earth Hour Tabel 30 Jumlah dan persentase responden menurut tindakan melakukan serta melakukan dan mengajak gerakan Earth Hour 2012 Tindakan Jumlah (orang) Persentase (%) Melakukan ,0 Melakukan dan mengajak 75 93,8 Berdasarkan Tabel 30, seluruh responden melakukan gerakan Earth Hour Indonesia 2012, namun tidak seluruhnya yang mengajak orang lain untuk ikut serta dalam gerakan Earth Hour Indonesia. Sebanyak 93.8% responden yang melakukan gerakan Earth Hour Indonesia 2012 dan mengajak orang lain untuk terlibat dalam gerakan ini. Hubungan Antara Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Behavioral Hubungan antara aspek kognitif dan afektif dapat dilihat melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara perubahan pengetahuan responden tentang gerakan Earth Hour Indonesia (aspek kognitif) dan perasaan responden tentang gerakan Earth Hour Indonesia (aspek afektif). Pernyataan H 0 pada analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek kognitif dan aspek afektif followers akun Tabel 31 menyajikan jumlah dan persentase perubahan aspek afektif yang dilihat dari perubahan aspek kognitif responden.

62 48 Tabel 31 Jumlah dan persentase aspek afektif berdasarkan aspek kognitif, 2012 Aspek kognitif Netral Aspek afektif Positif Jumlah n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tabel 31 menununjukkan bahwa seluruh responden dengan aspek kognitif yang rendah, sedang, atau tinggi, memiliki aspek afektif yang mayoritas positif Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman diperoleh hasil signifikansi sebesar (0.021) < 0.05 maka H 0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan aspek kognitif dan perubahan aspek afektif responden. Perubahan aspek kognitif yang tinggi akan cenderung menghasilkan perubahan aspek afektif yang positif, dan sebaliknya, aspek kognitif yang rendah akan cenderung menghasilkan aspek afektif yang negatif pula. Artinya, tingkat pengetahuan followers akun terhadap gerakan Earth Hour yang tinggi, akan cenderung membuat responden berperasaan positif terhadap gerakan Earth Hour. Sementara koefisien bernilai menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi kecil atau tidak erat antara aspek kognitif dan aspek afektif responden. Hubungan antara perubahan aspek afektif dan perbahan aspek behavioral responden juga dapat dilihat melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara perasaan responden mengenai gerakan Earth Hour Indonesia (aspek afektif) dengan tindakan yang dilakukan responden terkait dengan gerakan Earth Hour Indonesia (aspek behavioral). Pernyataan H 0 pada analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek afektif dan aspek behavioral pada followers akun Tabel 32 menyajikan hubungan antara aspek afektif dengan aspek behavioral responden. Tabel 32 menunjukkan bahwa responden yang memiliki aspek afektif yang netral, sebagian besar memiliki behavioral yang sedang dengan persentase sebesar 55.6%. Responden yang memiliki aspek afektif yang positif seluruhnya atau sebanyak 100% memiliki behavioral yang tinggi.

63 Tabel 32 Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek afektif, 2012 Aspek afektif Sedang Aspek behavioral Tinggi Jumlah n % n % n % Negatif Netral Positif Jumlah Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hasil signifikasi sebesar (0.00) < 0.05 maka H 0 ditolak. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara aspek afektif dengan aspek aspek behavioral. Apabila aspek afektif followers positif, aspek behavioralnya juga tinggi, dan sebaliknya. Perasaan positif terhadap gerakan Earth Hour cenderung direalisasikan oleh responden melalui tindakan yang terkait gerakan Earth Hour. Nilai koefisien sebesar yang mendekati angka satu menunjukkan bahwa hubungan yang terdapat antara aspek afektif dengan aspek behavioral sangat erat. Uji korelasi Rank Spearman juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara aspek kognitif atau pengetahuan responden mengenai gerakan Earth Hour Indonesia dan aspek behavioral atau tindakan yang dilakukan responden terkait Earth Hour Indonesia. Pernyataan H 0 pada analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek kognitif dan aspek behavioral followers akun Tabel 33 menyajikan hubungan antara aspek kognitif dengan aspek behavioral responden. Tabel 33 Aspek kognitif Jumlah dan persentase aspek behavioral berdasarkan aspek kognitif 2012 Aspek behavioral Jumlah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Berdasarkan Tabel 33, sebesar 100% responden yang kognitifnya rendah memiliki behavioral yang tinggi. Responden yang memiliki kognitif sedang, mayoritas memiliki behavioral yang tinggi dengan presentase sebesar 78.3%. Responden dengan kognitif tinggi, seluruhnya memiliki behavioral yang tinggi

64 50 pula. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai signifikan sebesar (0.001) < 0.05 maka H 0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan aspek kognitif followers akun memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek behavioral responden. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki followers akun terkait dengan Earth Hour, maka semakin tinggi pula keterlibatannya dalam gerakan Earth Hour Indonesia Nilai koefisien menunjukkan bahwa antara aspek kognitif dan aspek behavioral responden memiliki hubungan yang tidak erat. Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Efektivitas Twitter sebagai Media untuk Gerakan Sosial Hubungan antara intensitas mengakses internet dengan efektivitas Twitter sebagai media gerakan sosial dapat diketahui melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah intensitas responden mengakses Twitter, yang dilihat dari frekuensi dan durasi, memiliki pengaruh terhadap aspek kognitif, afektif, dan behavioral responden. Berdasarkan ketiga hubungan tersebut, akan diketahui efektivitas Twitter sebagai media gerakan Earth Hour Indonesia Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Aspek Kognitif Followers Akun Hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek kognitif responden dapat diketahui melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan intensitas mengakses Twitter yang berbeda akan memiliki aspek kognitif yang berbeda pula. Pernyataan H 0 pada analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek kognitif followers akun Hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek kognitif responden disajikan pada Tabel 34. Tabel 34 Intensitas mengakses Jumlah dan persentase aspek kognitif menurut intensitas mengakses Twitter, 2012 Aspek kognitif Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah

65 Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman sebesar > 0.05 maka H 0 diterima. Jadi, dapat disimpulkan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek kognitif followers akun tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya, intensitas mengakses Twitter yang berbeda tidak berpengaruh terhadap aspek kognitif responden. Responden yang memiliki intensitas mengakses Twitter yang sedang dan tinggi sangat didominasi oleh aspek kognitif yang tinggi. Responden dengan intensitas mengakses Twitter yang rendah memiliki persentase yang sama untuk aspek kognitif sedang dan tinggi, yaitu sebesar 50%. Kecenderungan responden yang memiliki aspek kognitif tinggi disebabkan responden mendapatkan informasi mengenai gerakan Earth Hour sebagian besar bukan melalui namun melalui media kampanye Earth Hour yang lain. Hal ini dibuktikan pada kuesioner nomor 36 yang menyatakan bahwa sebagian besar pengetahuan yang responden dapatkan seputar Earth Hour berasal dari akun tidak semua responden setuju akan hal tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu responden: Saya tau Earth Hour udah lumayan lama, dari waktu Earth Hour belum ada di Indonesia malah. Taunya dari berita-berita internasional aja. Nah, pas dilaksanain di Indonesia, waktu itu kan masih di Jakarta ya, belum sebooming sekarang, itu juga saya baca beritanya di internet. jauh sebelum follow Twitternya sih (TS, 35 tahun) Pernyataan TS juga diperkuat oleh pernyataan responden lain (NT, 25 tahun) yang menyatakan bahwa ia jarang melihat akun mem-post tweet seputar sejarah Earth Hour dan fakta-fakta Earth Hour lainnya. NT mengaku mendapatkan informasi-informasi tersebut melalui website resmi Earth Hour Indonesia. Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Aspek Afektif Followers Akun Hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek afektif responden juga dapat diketahui melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan intensitas mengakses Twitter yang berbeda akan memiliki aspek afektif yang berbeda pula. Pernyataan H 0 pada analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek afektif followers akun Hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek afektif responden disajikan pada Tabel 35. Responden yang memiliki intensitas mengakses Twitter rendah memiliki kecenderungan aspek afektif yang positif dengan persentase sebesar 75.0%. Begitu juga dengan responden yang memiliki intensitas mengakses Twitter yang sedang dan tinggi, memiliki aspek afektif yang positif. 51

66 52 Tabel 35 Jumlah dan persentase aspek afektif menurut intensitas mengakses Twitter, 2012 Intensitas mengakses Netral Aspek afektif Positif Jumlah n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman sebesar > 0.05 maka H 0 diterima. Jadi, dapat disimpulkan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek afektif responden tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya, intensitas mengakses Twitter yang berbeda tidak berpengaruh terhadap aspek afektif followers akun Responden yang memiliki intensitas mengakses Twitter yang rendah, sedang, dan tinggi sangat didominasi oleh aspek afektif yang positif. Berikut adalah pernyataan salah satu responden yang memiliki aspek afeksi yang tinggi dengan intensitas mengakses Twitter yang saya follow udah setaun lebih. Jujur jarang buka Twitter dan jarang liat akun ini muncul di Timeline saya. Tapi sekali muncul emang informatif dan menarik. Itu sih yang selama ini saya liat gitu.. (FT, 25 tahun). Pernyataan FT juga diperkuat dengan pernyataan JM:.Kalo buka-buka Twitter jarang, buka timeline Earth Hour apalagi. Tapi tetep follow karena kalo sekali buka Twitter yang muncul pasti himbauan yang simpel, yang gampang dilakuin, dan bikin gue mikir, bener juga yah. Jadi menurut gue emang ga perlu sering-sering buka Twitter sih kalo cuma mau nilai ni Twitter menarik apa engga.. (JM, 35 tahun) Tabel 35 dan pernyataan responden menunjukkan bahwa responden terus mem-follow akun hingga saat penelitian berlangsung karena tertarik dengan informasi yang diberikan oleh akun Twitter ini. Responden merasa tertarik dengan akun tanpa harus memiliki intensitas mengakses Twitter yang tinggi. Hubungan Intensitas Mengakses Twitter dengan Aspek Behavioral Followers Akun Hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral responden juga dapat diketahui melalui uji korelasi Rank Spearman. Uji ini

67 dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan intensitas mengakses Twitter yang berbeda akan memiliki aspek behavioral yang berbeda pula. Pernyataan H 0 untuk analisis ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral followers akun Hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral responden disajikan pada Tabel Tabel 36 Intensitas mengakses Jumlah dan persentase aspek behavioral menurut intensitas mengakses Twitter, 2012 Sedang Aspek behavioral Tinggi Jumlah n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Jumlah Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman sebesar 0.03 < 0.05 maka H 0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral responden memiliki hubungan yang signifikan. Artinya, intensitas mengakses Twitter yang berbeda berpengaruh terhadap aspek behavioral responden. Berdasarkan Tabel 36 intensitas responden mengakses Twitter yang rendah, sedang, dan tinggi memiliki aspek behavioral yang tinggi pula. Hal ini menunjukkan bahwa Twitter efektif sebagai media gerakan sosial ditinjau dari aspek behavioral seperti pernyataan AB (19 tahun), salah satu followers akun yang mengaku mengikuti gerakan Earth Hour Indonesia karena akun terus mengingatkan untuk mematikan lampu dan banyak teman-temannya yang me-retweet dan memposting tweet mengenai gerakan tersebut di Twitter. Ikhtisar Followers akun memiliki aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek behavioral yang cenderung tinggi atau dapat dikatakan memiliki perilaku yang positif terhadap gerakan Earth Hour Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, efektivitas akun sebagai media gerakan Earth Hour Indonesia 2012 dapat dikatakan tinggi. Namun, perilaku yang positif ini tidak selalu karena mem-follow akun Hal ini dapat terlihat dari hasil analisis data yang menunjukkan bahwa antara intensitas followers dalam mengakses Twitter tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek kognitif dan aspek afektif followers, namun memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek behavioral followers. Perilaku yang positif dapat disebabkan oleh

68 54 followers yang mendapatkan informasi mengenai Earth Hour dari orang lain, kampanye offline Earth Hour, atau dari media massa lain selain Twitter. Oleh karena itu, perilaku followers akun dan intensitasnya dalam mengakses Twitter saling mempengaruhi atau memiliki hubungan yang vice versa. Followers bisa saja memiliki perilaku yang positif terhadap gerakan Earth Hour Indonesia karena mengakses akun atau followers mengakses akun karena sudah terlebih dahulu memiliki perilaku yang positif terhadap gerakan ini.

69 55 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemanfaatan situs jejaring sosial, khususnya Twitter sebagai media gerakan sosial makin berkembang. Karakteristik Twitter yang unik, yaitu terbatas pada 140 karakter dan menggunakan konsep following, followers dan retweet menjadikan Twitter sebagai media yang efektif untuk mengkampanyekan aksi gerakan sosial dan untuk menjaring massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Akun sudah efektif sebagai media untuk gerakan Earth Hour 2012 dilihat dari perilaku followers akun 2. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan frekuensi dan durasi mengakses Twitter. Followers dengan berbagai karakteristik dapat mengakses mengakses Twitter dengan intensitas tinggi, sedang, maupun rendah. Oleh karena itu, terjadi demokrasi atau kebebasan bagi siapa pun untuk mengakses Twitter. 3. Tingkat kemudahan mengakses internet berhubungan dengan intensitas followers akun dalam mengakses Twitter. Semakin tinggi tingkat kemudahan mengakses internet maka semakin tinggi intensitas followers akun dalam mengakses Twitter. 4. Followers akun memiliki aspek kognitif, afektif, dan behavioral yang tergolong tinggi. Tidak terdapat hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan perubahan aspek kognitif dan afektif followers akun Namun, terdapat hubungan antara intensitas mengakses Twitter dengan aspek behavioral followers akun Hal ini terjadi karena antara intensitas mengakses Twitter dan perilaku followers saling mempengaruhi atau memiliki hubungan yang vice versa. Saran Situs jejaring sosial, khususnya Twitter sudah terbukti efektif sebagai media untuk gerakan sosial. Diharapkan bagi kalangan akademisi, untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas situs jejaring sosial sebagai media gerakan sosial karena penelitian mengenai hal tersebut masih jarang ditemui. Padahal, situs jejaring sosial sedang berkembang pesat dan dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk berbagai kepentingan saat ini. Bagi pihak WWF dan aktivis untuk memperhatikan konten-konten yang di-post oleh akun dengan materi-materi yang baru karena followers terkadang sudah mengetahui informasi yang disajikan dari media lain. Akun juga perlu terus aktif mem-posting tweet walaupun gerakan Earth Hour sudah terlaksana atau masih jauh pelaksanaannya. Hal ini perlu dilakukan agar followers tetap sadar akan keberadaan akun Twitter ini dan tetap ikut serta dalam kampanye gaya hidup ramah lingkungan. Bekerja sama dengan akun Twitter lain yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Earth Hour Indonesia juga efektif untuk dilaksanakan untuk menjaring massa yang lebih banyak lagi. Kampanye juga dilakukan bukan sekedar untuk mengajak followers melaksanakan Earth Hour tapi juga untuk mengajak followers mengajak orang

70 56 lain untuk ikut melaksanakan gerakan ini. Selain itu, perlu dibentuk akun-akun situs jejaring sosial yang lain agar memperluas jejaring dan kampanye dari Earth Hour. Bagi kalangan non akademisi dan masyarakat luas, untuk memanfaatkan dengan baik situs jejaring sosial yang ada untuk gerakan-gerakan sosial lain, diantaranya untuk gerakan sosial yang terkait dengan bidang pertanian, hukum dan HAM, serta politik. Situs jejaring sosial juga hendaknya dimafaatkan untuk hal-hal yang positif.

71 57 DAFTAR PUSTAKA Bennett S Feb 23. Twitter statistic Mediabistro [Internet]. [Diunduh 2013 Jan 1]. Tersedia pada: Berlo The Process of Communication. An Introduction to Theory and Practice. New York (US): Holt, Rinehart and Winston. Brown FW, Fritz SM An analysis of the use of an incomplete sentences test for employment selection cooperative extension agents and educators. J of Extension. 34(2). Tersedia pada: Bungin B Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Kencana. Departemen Pendidikan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka. Ebizmba Mei 15. Top 15 Most popular social networking sites, May Ebizma.com [Internet]. [Diunduh Mei]. Tersedia pada: Ellison NB, Streinfield C. Lample C The benefits of Facebook friends : social capital and college students use of online social network sites. Computer-Mediated Communication. 12(04): [Diunduh 2012 April 22]. Tersedia pada: Ginting MD Fenomena Facebook pada masyarakat Indonesia. J Warta Litkayasa. 07(01): Heryanto GG Ruang Publik Komunitas Virtual [Internet]. [Diunduh 2012 Mei 30]. Tersedia pada: artikel/1117-ruang-publik-komunitas-virtual.html Kanto S, Safitri R, Nirwana MD Digital natives dan media: eksplorasi perilaku remaja menggunakan Facebook dan penerapan media diet untuk mengurangi sisi buruk penggunaan teknologi informasi [Internet]. [Diunduh 2012 April 10]. LPPM. Tersedia pada: Karimuddin A Nov 13. Markplus Insight: jumlah pengguna internet di Indonesia capai 61 juta orang [Internet]. Dailysocial. [Diunduh 2012 Januari 1]. Tersedia pada: Lukitasari E Gerakan sosial melalui Facebook sebagai Bagian dari media baru: studi kasus dinamika gerak [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Nugraha AA Penerapan konsep citizen journalism dalam Twitter [catatan penelitian]. [Internet]. [Diunduh 2012 April 10]. Universitas Diponegoro. Tersedia pada: pdf Rakhmat J Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Semiocast Twitter reaches half a billion accounts in the US [internet]. Semiocast.com. [diunduh 2012 Desember 15]. Tersedia pada:

72 58 ion_accounts_140m_in_the_us Severin WJ, Tankard JW Communication Theories: Origins, Methods, and Uses in The Mass Media. New York (US): Longman. Singarimbun M, Effendi S Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Siregar GLC Kinerja promosi produk kopi anomali coffee melalui media sosial (kasus Twitter dan Website) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Socialbakers. (Earth Hour Indonesia) Twitter statistic [internet]. Socialbakers.com. [diunduh 1 Januari 2013]. Tersedia pada: Sosiawan EA. [tidak ada tahun]. Kajian Internet sebagai Media Komunikasi Interpersonal dan Massa. [diunduh 2012 April 24]. Tersedia pada: Sztompka P Sosiologi: Perubahan Sosial. Alimandan, penerjemah. Jakarta (ID): Prenada. Terjemahan dari: Sosiology of Sosial Change. Taib R Konflik pembangunan dan gerakan sosial baru (upaya memahami perubahan identitas gerakan dari petani menjadi masyarakat adat ) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tarrow SG Power in Movement: Social Movements, Collective Action, and Politics. Cambridge [UK]: Cambridge University. Taufiqurrakhman A Sep 9. Twitter memiliki 100 juta pengguna aktif [internet]. Okezone. [Diunduh 2012 Mei 23]. Tersedia pada: juta-pengguna-aktif [WWF] World Wildlife Fund About Earth Hour [diunduh 2012 April 10]. Tersedia pada: [WWF-Indonesia] World Wildlife Fund Indonesia Tentang kami. Earth Hour: sebuah petisi global [Diunduh 2012 April 10]. Tersedia pada: Zam W Pemanfaatan Friendster sebagai media komunikasi antarpribadi melalui jaringan sosial dunia maya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

73 59 Lampiran 1 Strategi kampanye Earth Hour Indonesia Sumber: WWF-Indonesia 2012 ( Lampiran 2 Dokumentasi kegiatan Earth Hour Indonesia 2012 Sumber: WWF-Indonesia (

74 60 Sumber: WWF-Indonesia ( Sumber: WWF-Indonesia (

75 61 Lampiran 3 Statistik Akun Sumber: Socialbakers 2012 (

TINJAUAN PUSTAKA Internet Sebagai Media Komunikasi Massa

TINJAUAN PUSTAKA Internet Sebagai Media Komunikasi Massa 5 TINJAUAN PUSTAKA Internet Sebagai Media Komunikasi Massa Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang digunakan secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin 2008).

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Sejarah Earth Hour

GAMBARAN UMUM. Sejarah Earth Hour 20 GAMBARAN UMUM Bab ini memaparkan tentang gambaran umum Earth Hour Indonesia, yaitu sejarah gerakan Earth Hour, gerakan Earth Hour Indonesia, data-data terkait akun Twitter @EHIndonesia, kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 45 EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Efektivitas akun Twitter @EHIndonesia sebagai media gerakan Earth Hour 2012 dilihat dari perilaku followers akun Twitter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jejaring sosial sebagai media komunikasi baru saat ini telah menjalar keseluruh dunia. Rata-rata masyarakat modern, seperti orang-orang yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam seluruh aspek kehidupan. Media komunikasi pun semakin berkembang seriring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi saat ini, banyak hal yang dapat dikerjakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi saat ini, banyak hal yang dapat dikerjakan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat. Dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak hal yang dapat dikerjakan dengan mudah. Salah satunya dalam hal berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perkembangan informasi yang sangat cepat serta mempermudah. individu dalam berkomunikasi satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perkembangan informasi yang sangat cepat serta mempermudah. individu dalam berkomunikasi satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi era digital dewasa ini sangat pesat. Dengan begitu banyak bermunculan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial di dalam internet yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna lain. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Teknologi telah berkembang pesat, terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini. Perubahan pun banyak terjadi termasuk dalam mencari dan mendapatkan informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya tercipta karena pemikiran manusia

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi telah memasuki babak baru seiring dengan perkembangan sarana telekomunikasi yang pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan salah satu hal paling penting dalam kehidupan manusia. Semua manusia pasti berinteraksi dan bersosialisasi dengan cara berkomusikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu secara konvensional maupun moderen. Secara moderen, komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. itu secara konvensional maupun moderen. Secara moderen, komunikasi dapat BAB I PENDAHULUAN! 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat pada bidang teknologi komunikasi saat ini, memungkinkan berbagai macam cara dilakukan untuk berkomunikasi. Baik itu secara konvensional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern diawali ketika Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada abad

BAB I PENDAHULUAN. modern diawali ketika Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada abad 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Babak baru teknologi informasi dan komunikasi modern diawali

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang pesat semenjak awal tahun 1980-an. Teknologi informasi merupakan suatu teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Media Sosial Instagram Media sosial merupakan salah satu produk hasil dari perkembangan- perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materialistis yang tercipta dalam dunia maya. berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak

BAB I PENDAHULUAN. materialistis yang tercipta dalam dunia maya. berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global (global village) yang mampu diakses oleh setiap individu yang ada disetiap belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari manusia tentunya tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari manusia tentunya tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya sehari-hari manusia tentunya tidak bisa lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk bersosialisasi

Lebih terperinci

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi TWITTER DAN TINGKAT KETERBUKAAN DIRI (Studi Korelasional tentang Fasilitas Twitter di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ) Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar (Sadirman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar (Sadirman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan yang artinya sesuatu hal yang dilakukan berdasarkan atas tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Lebih terperinci

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y MENGAPA MEDIA SOSIAL Selamat Datang di Era Generasi Y 1 Media Sosial di Indonesia 2 Dokter, Pasien, dan Media sosial Sisi positif Sisi Negatif 3 MENGENAL MEDIA SOSIAL Masihkah Anda ingat dengan perangko,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kebutuhannya dalam kegiatan kelompok (Rakhmat, 2001 : 160). Pernyataan

1. PENDAHULUAN. kebutuhannya dalam kegiatan kelompok (Rakhmat, 2001 : 160). Pernyataan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kelompok dikatakan efektif apabila kelompok tersebut dapat menjalankan fungsi-nya yaitu untuk saling berbagi informasi. Karena itu keefektifan suatu kelompok dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pertanyaan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas

LAMPIRAN. Pertanyaan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas L1 LAMPIRAN Bagian I : Kuesioner Data Koresponden Pertanyaan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas responden. Berilah tanda silang pada masing masing jawaban sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan data dari tahun 2008, mengenai. pengguna 16 juta orang menjadi lebih dari 1,4 milliar.

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan data dari  tahun 2008, mengenai. pengguna 16 juta orang menjadi lebih dari 1,4 milliar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet saat ini tak dapat dipisahkan dalam kehidupan, hal ini ditunjukkan dengan data dari www.newmedia.web.id tahun 2008, mengenai peningkatan pengguna internet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat efektif bagi umat manusia di dunia. Pengguna internet dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat efektif bagi umat manusia di dunia. Pengguna internet dapat melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet merupakan hasil teknologi komputer dan komunikasi yang kini sedang berkembang dan semakin populer, karena internet mampu memberikan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

Karakteristik Responden Responden

Karakteristik Responden Responden KUESIONER Penggunaan Twitter Terhadap Interaksi Sosial Pada Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Peneliti : Nur Rachmadina Lubis Sebagai peneliti saya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya era modern saat ini khususnya di bidang era komunikasi memberikan dampak yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Twitter Twitter adalah sebuah jejaring sosial dan jaringan informasi yang terdiri atas pesan-pesan sepanjang 140 karakter yang disebut Tweet (support.twitter.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat diikuti oleh kemajuan teknologi informasi. Melalui teknologi informasi seseorang dapat memperoleh informasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. internet. Internet (singkatan dari interconnected networking)

BAB 1 PENDAHULUAN. namun juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. internet. Internet (singkatan dari interconnected networking) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat pesat. Dunia telah memasuki era globalisasi dimana teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang dewasa ini. Dengan memanfaatkan IPTEK yang semakin maju, manusia mulai membuat inovasi-inovasi baru yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL RANCANGAN PRODUKSI. perancangan sangatlah penting. Maka dari itu penulis memilih media sosial Youtube

BAB IV HASIL RANCANGAN PRODUKSI. perancangan sangatlah penting. Maka dari itu penulis memilih media sosial Youtube BAB IV HASIL RANCANGAN PRODUKSI 1.1 Penempatan Media (Media Placement) 1.1.1 Teknis Produksi Media Sosial Utama Kehadiran sebuah media utama sebagai sarana untuk mempromosikan sebuah perancangan sangatlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Perkembangan ini telah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Perkembangan ini telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Perkembangan ini telah membawa masyarakat menuju era digitalisasi. Banyak kegiatan manusia yang sangat bergantung

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi yang berkembang selalu dibutuhkan manusia untuk mendapatkan informasi dan juga berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan pun semakin luas, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan segala sesuatunya menjadi lebih mudah dan instant. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan segala sesuatunya menjadi lebih mudah dan instant. Mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu hal mendasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangannya, cara maupun alat komunikasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Manusia tidak dapat hidup sendiri. Ada ketergantungan di antara sesama manusia, sehingga

Lebih terperinci

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Laporan Hasil Penelitian PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Anak-anak dan remaja yang jumlahnya mencapai hampir sepertiga penduduk yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang dalam bahasa Inggris disebut social network sites merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang dalam bahasa Inggris disebut social network sites merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial adalah suatu aplikasi yang memberdayakan jaringan internet (jaringan tanpa kabel) berbasis komputer yang dapat menghubungkan setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media komunikasi sudah makin berkembang, khususnya di bidang cybermedia. Sudah banyak situs, aplikasi dan media sosial yang telah diciptakan dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang berkembang, internet merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi kini dapat mengaksesnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet adalah sesuatu yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat modern di indonesia. Di era informasi seperti saat ini internet memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung.

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung. BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING A. Temuan Penelitian Pada penelitian kualitatif dibutuhkan analisis data berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses komunikasi. Sejarah komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses komunikasi. Sejarah komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah insan komunikasi, sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses komunikasi. Sejarah komunikasi akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan komunikasi massa kian pesat dan kompleks, serta menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan manusia. Pemanfaatan teknologi informasi memang

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet kini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Sejak internet masuk ke Indonesia jumlah pengguna internet di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman era globalisasi saat ini, merupakan suatu perubahan zaman yang berkembang pesat, yang dimana teknologi yang berkembang yang semakin canggih. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

KUESIONER TWITTER DAN TINGKAT KETERBUKAAN DIRI

KUESIONER TWITTER DAN TINGKAT KETERBUKAAN DIRI KUESIONER TWITTER DAN TINGKAT KETERBUKAAN DIRI (Studi Korelasional tentang Fasilitas Twitter di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ) Petunjuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberi gambaran menyeluruh mengenai temuan dan analisis atas masalah utama penelitian, yakni strategi komunikasi

Lebih terperinci

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua Langkah di Masyarakat Pedesaan Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I34120145 Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal sebagai sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk komunikasi interaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang membutuhkan orang lain untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup, untuk itu manusia hidup

Lebih terperinci

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Hasil wawancara di atas adalah situasi yang terjadi secara umum di lembaga kehumasan dan media massa dalam aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah masyarakat manusia menandakan penggunaan alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Sejarah masyarakat manusia menandakan penggunaan alat komunikasi untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah masyarakat manusia menandakan penggunaan alat komunikasi untuk mengatasi jarak yang lebih jauh satu dengan lainnya, yang tak mungkin dicapai hanya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi yang disebut dengan internet. Hal ini, secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi yang disebut dengan internet. Hal ini, secara tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang begitu pesat ini, banyak memberikan dampak positif maupun negatif khususnya di Indonesia. Dampak positifnya seperti, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, setiap manusia harus dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, setiap manusia harus dituntut untuk bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, setiap manusia harus dituntut untuk bisa mengikuti teknologi yang berkembang pesat. Perkembangan teknologi yang pesat inilah membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih kehidupan manusia. Komunikasi sendiri merupakan topik yang

BAB I PENDAHULUAN. terlebih kehidupan manusia. Komunikasi sendiri merupakan topik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan tidak pernah bisa lepas dari proses komunikasi, terlebih kehidupan manusia. Komunikasi sendiri merupakan topik yang banyak disebutkan, dibahas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin berkembang dan maju, terutama dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Seperti yang kita kenal dalam dunia informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat, khususnya dalam teknologi dan cara berfikir masyarakatnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi di Indonesia saat ini berkembang dengan pesat. Teknologi dan informasi merupakan suatu hal yang tidak asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media sosial kini telah berkembang dari komunikasi satu arah menjadi platform

BAB I PENDAHULUAN. Media sosial kini telah berkembang dari komunikasi satu arah menjadi platform BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Media sosial semakin menarik dan cukup mencuri perhatian masyarakat Indonesia untuk saling berkomunikasi. Banyak masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan, yang

Lebih terperinci

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan BAB VI MODAL SOSIAL 6.1 Kepercayaan Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan identitas menjadi

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan Internet memengaruhi cara orang-orang menghabiskan waktu luang. Internet merupakan salah satu cara mudah, relatif murah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan manusia terhadap teknologi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan manusia terhadap teknologi informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi ini, kebutuhan manusia terhadap teknologi informasi semakin berkembang. Salah satu teknologi informasi yang berkembang sangat pesat adalah internet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet saat ini menjadi sangat pesat, Ramadhani (2003),

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan internet saat ini menjadi sangat pesat, Ramadhani (2003), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini menjadi sangat pesat, Ramadhani (2003), menerangkan bahwa internet merupakan sebuah sebutan untuk sekumpulan jaringan komputer yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Need to belong pernah diteliti oleh Carvallo dan Pelham (2006) dalam penelitian yang berjudul When Fiends Become Friends: The Need to Belong and Perceptions

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem informasi sebagai elemen penting dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu tren dalam teknologi informasi

Lebih terperinci

Anda dapat mengirimkan video.

Anda dapat mengirimkan video. Bahkan dengan ratusan juta orang mengunjungi jaringan sosial setiap hari, dan media sosial menjadi sebuah kata kunci bisnis, email tetap merupakan cara no. 1 untuk kita berkomunikasi secara online sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang serba modern seperti saat ini, perkembangan bisnis menjadi sangat ketat sehingga konsumen menjadi semakin selektif dalam memilih informasi-informasi pemasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan salah satu tujuan negara Republik Indonesia yaitu

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan salah satu tujuan negara Republik Indonesia yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pilar penting pembangunan kehidupan masyarakat Indonesia. Sesuai dengan salah satu tujuan negara Republik Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari munculnya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Internet merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern, termasuk masyarakat Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi juga membuat sejumlah brand perusahaan. untuk memilih produk/jasa yang mereka ingin gunakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi juga membuat sejumlah brand perusahaan. untuk memilih produk/jasa yang mereka ingin gunakan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan teknologi, orang-orang semakin lebih kritis dalam menggunakan suatu produk/jasa. Masyarakat sudah mulai jenuh diteror oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Adanya internet menjadi bukti mempermudah pekerjaan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pemasaran kini sudah semakin luas. Terdapat banyak penemuan-penemuan baru yang dilakukan oleh para pemasar untuk mempromosikan produk mereka. Promosi

Lebih terperinci

Review Tugas Mata Kuliah. Kritik Sosial dan Teknologi. Buku :

Review Tugas Mata Kuliah. Kritik Sosial dan Teknologi. Buku : Review Tugas Mata Kuliah Kritik Sosial dan Teknologi Dosen Pengampu : Derajad S.Widhyharto,M.Si Oleh : Halim Perdana Kusuma (10/299671/SP/24189) Buku : A.Yogaswara.2010. The Power of Facebook. Cet.1 Yogyakarta

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH PERFORMANCE EXPECTANCY, EFFORT EXPECTANCY, DAN SOCIAL INFLUENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION INSTAGRAM

, 2015 PENGARUH PERFORMANCE EXPECTANCY, EFFORT EXPECTANCY, DAN SOCIAL INFLUENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION INSTAGRAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya telah memberikan manfaat bagi aktivitas manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN MEDIA SOSIAL PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi semakin berkembang. Salah satu teknologi yang berkembang paling pesat adalah internet. Seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan manusia. Informasi sendiri merupakan data yang sudah diolah/diproses ke dalam bentuk yang sangat berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta

Lebih terperinci