Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A 325 M 04,IDT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A 325 M 04,IDT)"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia SNI ASTM A325:2012 Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa ICS ; (ASTM A 325 M 04,IDT) Badan Standardisasi Nasional

2 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 SNI ASTM A325:2012 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan Normatif Informasi pemesanan Bahan dan proses pengerjaan Komposisi kimia Sifat-sifat mekanis Dimensi Hasil pengerjaan Jumlah uji dan uji ulang Metode uji Pemeriksaan Penolakan Sertifikasi Pertanggungjawaban Penandaan produk Pengepakan dan penandaan pengepakan Lampiran A (normatif) Persyaratan tambahan Lampiran B (normatif) Istilah dan definisi Lampiran C (informatif) Tabel 1 - Kelas mur dan spesifikasi permukaan... 3 Tabel 2 - Permukaan cincin... 3 Tabel 3 - Komposisi kimia untuk baut tipe Tabel 4 - Komposisi kimia untuk baut tipe Tabel 5 - Persyaratan nilai kekerasan baut... 7 Tabel 6 - Persyaratan uji tarik untuk baut ukuran penuh... 8 Tabel 7 - Persyaratan kuat tarik untuk contoh baut yang dibubut... 8 Tabel 8 - Uji kapasitas rotasi untuk baut-baut dengan lapis seng... 9 Tabel 9 - Batas ukuran berlebih seng celup-panas dan seng mekanis Tabel 10 - Jenis pengujian dan jumlah pengujian Gambar C.1 - Bagian-bagian baut i

4 SNI ASTM A325:2012 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa adalah adopsi identik dari ASTM A 325 M-04, Structural Bolts, Steel, Heat Treated 830 MPa Minimum Tensile Strength [Metric]. SNI baru ini bertujuan untuk membuat satu Standar Nasional Indonesia mengenai spesifikasi baut mutu tinggi khususnya tipe A 325 M untuk sambungan struktur baja dengan pertimbangan banyaknya jembatan struktur baja yang digunakan di Indonesia. Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 03.1 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 28 Juli 2008 di Bandung, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. ii

5 Pendahuluan iii SNI ASTM A325:2012 Baut sebagai alat penyambung struktur baja sudah sangat umum di Indonesia. Oleh karena itu kualitas baut yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Standar ini tidak membahas mengenai angka kekencangan baut yang harus diberikan untuk aplikasi penggunaan baut pada struktur baja di lapangan. Dalam standar ini dibahas mengenai baut mutu tinggi dengan kekuatan tarik minimum 830 MPa dengan perlakuan panas (heat treatment), mulai dari persyaratan bahan, persyaratan mekanis, persyaratan identifikasi sampai dengan penerimaan dan penolakan baut. Selain standar ini sebelumnya terdapat juga Standar Nasional Indonesia (SNI) Mur & Baut, Kepala Segi Enam untuk Konstruksi Umum dan Jembatan yang mengatur baut dengan tingkat 8.8 dan 10.9 yang memiliki karakterisik berbeda dengan baut tipe A 325 M. Standar ini disusun dengan tujuan membuat dan melengkapi Standar Nasional Indonesia mengenai standar spesifikasi baut mutu tinggi untuk sambungan struktur baja dengan pertimbangan banyaknya jembatan baja dan jenis baut yang digunakan di Indonesia.

6

7 1 Ruang lingkup Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat tarik minimum 830 MPa 1 dari 19 SNI ASTM A325: Spesifikasi ini meliputi dua tipe baut segi enam mutu tinggi yaitu hasil quen dan temper untuk kekuatan tarik minimum 830 MPa (CATATAN 1). 1.2 Baut tersebut digunakan sebagai penyambung struktural yang memenuhi spesifikasi untuk sambungan struktur yang menggunakan baut, sesuai dengan ASTM A 325M atau ASTM A 490M. 1.3 Baut ini termasuk juga baut dengan ukuran M12 sampai dengan M36. Baut tersebut dirancang dalam beberapa tipe tergantung komposisi kimianya yang antara lain sebagai berikut: Tipe 1 - Karbon medium, karbon boron, atau baja paduan karbon minimum atau baja paduan boron; Tipe 2 - Ditarik dari peredaran pada tahun 2003 (tidak digunakan lagi); Tipe 3 - Baja tahan cuaca. 1.4 Spesifikasi ini hanya dapat digunakan untuk baut segi enam mutu tinggi. 1.5 Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini dimuat dalam ASTM F 1789 dan disajikan dalam lampiran B standar ini. 1.6 Resiko yang berkaitan terhadap keselamatan hanya berlaku untuk bagian metode pengujian, pasal 10, dalam spesifikasi ini. Dalam standar ini tidak termasuk aspek keselamatan yang diperlukan. Jika ada aspek keselamatan yang harus diperhatikan, hal tersebut merupakan tanggung jawab dari pengguna standar ini untuk membuat suatu praktek keselamatan dan kesehatan dan mengukur batasan penerapan yang dapat disyaratkan dalam penggunaannya. CATATAN 1 Spesifikasi ini dalam satuan metrik untuk melengkapi spesifikasi A Acuan Normatif 2.1 Standar ASTM ASTM A 153, Specification for zinc coating (hot-dip) on iron and steel hardware. ASTM A 490M, Specification for heat-treated steel structural bolts, 150 ksi minimum tensile strength ASTM A 563M, Specification for carbon and alloy steel nuts ASTM A 751, Test methods, practices, and terminology for chemical analysis of steel product ASTM B 695, Specification for coating of zinc mechanically deposited on iron and steel. ASTM D 3951, Practice for commercial packaging ASTM F 436M, Specification for hardened steel washers

8 SNI ASTM A325:2012 ASTM F 606M, Test methods for determining the mechanical properties of externally and internally threaded fasteners, washers, and rivets ASTM F 788/F788M, Specification for surface discontuinitas of bolts, screw, and studs, inch and metric series ASTM F 959M, Specification for compressible-washer-type direct tension indicators for use with structural fasteners ASTM F 1470, Fastener sampling for specified mechanical properties and performance inspection ASTM F 1789, Standard terminology for f16 mechanical fasteners ASTM G 101, Guide for estimating the atmospheric corrosion 2.2 Standar ASME ASME B 1.13M, Metric Screw Threads ASME B M, Metric Heavy Hex Structural Bolts ASME B M Inspection and Quality Assurance for Special Purpose Fasteners ASME B Part Identifying Number (PIN) Code System 3 Informasi pemesanan 3.1 Pemesanan untuk baut segi enam struktural mutu tinggi dalam jumlah banyak menurut spesifikasi ini harus termasuk hal-hal berikut: Kuantitas (jumlah baut dan perlengkapannya) Ukuran, termasuk diameter nominal baut, jarak antar ulir (thread pitch) dan panjang baut Nama produk, baut segi enam struktural mutu tinggi Jika baut dengan ulir penuh disyaratkan, persyaratan tambahan harus ditentukan (lihat Lampiran A) Tipe baut : tipe 1 atau tipe 3, jika tipe tidak disyaratkan dalam pemesanan, tipe baut tersebut baik tipe 1 maupun tipe 3 tetap harus dinyatakan oleh penyalur Penunjukkan ASTM dan tahun penerbitan Komponen-komponen lain seperti mur, cincin (washer) dan untuk tipe cincin tipe compressible dengan indikator tarik langsung, jika diperlukan harus disediakan dengan nomor lot Lapisan seng tentukan proses galvanis yang disyaratkan, sebagai contoh celup panas, deposit secara mekanis (mechanically deposited) atau tanpa acuan Penyelesaian akhir, tentukan pemberian lapisan pelindung akhir yang lain jika perlu Laporan pengujian. Jika dibutuhkan (lihat 13) Persyaratan khusus jika diperlukan; 2 dari 19

9 Untuk penerapan sistem identifikasi bagian, lihat ASME B dari 19 SNI ASTM A325:2012 CATATAN 2 - Contoh pemesanan yang tipikal adalah sebagai berikut : 1000 buah, M 24x3x100, baut segi enam struktural mutu tinggi, Tipe 1 ASTM A 325M, masing-masing dengan 1 buah ring biasa dan mur segi enam mutu tinggi, lapisan seng dengan mechaniccally deposited. 3.2 Mur yang direkomendasikan Mur yang memenuhi spesifikasi ASTM A 563M direkomendasikan untuk digunakan bersama baut segi enam mutu tinggi yang memenuhi spesifikasi ini. Mur tersebut harus masuk dalam kelas dan memiliki pelapisan permukaan untuk tipe baut seperti Tabel 1. Tabel 1 - Kelas mur dan spesifikasi permukaan No. Tipe baut Permukaan Baut Kelas mur Spesifikasi permukaan Mur 1 1 polos A 563M-8S polos (tidak dilapis) atau 8S3 2 1 lapis seng A 563M-10S lapis seng 3 3 polos A 563M, 8S3 polos 3.3 Cincin yang direkomendasikan Cincin yang memenuhi spesifikasi ASTM F 436M direkomendasikan untuk digunakan bersama baut segi enam mutu tinggi yang memenuhi spesifikasi ini. Cincin tersebut apabila dilapisi permukaannya untuk masing-masing tipe baut seperti Tabel 2. Tabel 2 - Permukaan cincin No. Tipe baut Permukaan Baut Permukaan Cincin 1 1 Polos/Plain (tidak dilapis) Polos (tidak dilapis) 2 1 Lapis seng Lapis seng 3 3 Polos Baja tahan cuaca, polos 3.4 Perlengkapan lainnya Jika tipe cincin kompresibel dengan indikator tarik langsung akan digunakan dengan baut-baut dalam spesifikasi ini, perlengkapan tersebut harus memenuhi spesifikasi ASTM F 959M tipe Bahan dan proses pengerjaan 4.1 Perlakuan panas (heat treatment) Baut tipe 1 yang dihasilkan dari baja karbon medium harus diquen di dalam media cair dari temperatur austenisasinya Baut tipe 1 yang dihasilkan dari baja karbon yang ditambahkan kromium, nikel, molibden, atau boron harus diquen dalam minyak dari temperatur austenisasinya Baut tipe 3 harus didinginkan hanya di dalam minyak dari temperatur austenisasinya.

10 SNI ASTM A325: Baut tipe 1 (dengan mengabaikan baja yang digunakannya) dan baut tipe 3 harus ditemper; dengan memanaskan ulang mencapai temperatur lebih dari 427 C. 4.2 Proses pembuatan ulir Ulir harus dibuat dengan cara dipotong dan dibubut. 4.3 Pelapisan seng, celup panas (hot dip), dan deposit secara mekanis (mechanically deposited) Jika diperlukan pengencang dengan lapisan seng, pembeli harus menentukan proses pelapisannya, sebagai contoh, celup panas, deposit secara mekanis, atau tanpa acuan Jika celup panas yang ditentukan, mur harus dilapisi seng dengan proses celup panas dan pelapisannya harus mengacu pada berat atau tebal lapisan dan kinerja yang memenuhi kelas C spesifikasi ASTM A Jika proses deposit secara mekanis yang ditentukan, mur tersebut harus dilapisi seng dengan proses deposisi mekanis dan pelapisan harus mengacu pada berat/ketebalan lapisan yang memenuhi kelas 50 spesifikasi ASTM B Jika tidak ada acuan yang disyaratkan, produsen harus melakukan pelapisan salah satu metode dan spesifikasi sesuai atau Komponen yang dibuat berulir (baut dan mur) harus dilapisi seng dengan proses yang sama dan pilihan bagi penyalur dibatasi hanya satu proses per item tanpa dicampur per lot. 4.4 Pelumasan Jika mur dengan lapisan seng dipesan dengan bautnya, mur harus dilumasi menurut spesifikasi ASTM A 563M, persyaratan tambahan (lampiran A), untuk meminimalkan terjadinya galling. 4.5 Proses sekunder Jika ada proses yang dapat mempengaruhi sifat mekanis dan kinerja baut yang dilakukan setelah pengujian awal, baut harus diuji ulang untuk semua sifat-sifat mekanis dan persyaratan kinerja yang dipersyaratkan dan terpengaruh oleh proses ulang tersebut Jika proses sekunder adalah pengerjaan panas, baut harus diuji ulang untuk semua sifat mekanis yang dipersyaratkan. Baut yang lapisi dengan proses celup panas harus diuji untuk semua sifat mekanis yang dipersyaratkan dan pengujian kapasitas puntir. Jika mur yang dilapisi seng dilumasi ulang setelah pengujian kapasitas puntir awal, dudukannya harus diuji ulang untuk kapasitas puntir. 5 Komposisi kimia 5.1 Baut tipe 1 harus berupa baja karbon murni, baja karbon boron, baja paduan atau paduan boron (produsen yang memutuskan), merujuk pada komposisi kimia yang dispesifikasikan dalam Tabel 3. 4 dari 19

11 Tabel 3 - Komposisi kimia untuk baut tipe 1 Baja Karbon Unsur % Analisis lebur Analisis Produk Karbon 0,3-0,52 0,28-0,55 Mangan, minimum 0,6 0,57 Fosfor, maksimum 0,04 0,048 Belerang, maksimum 0,05 0,058 Silikon 0,15-0,3 0,13-0,32 Baja Karbon Boron Unsur % Analisis lebur Analisis Produk Karbon 0,3-0,52 0,28-0,55 Mangan, minimum 0,6 0,57 Fosfor, maksimum 0,04 0,048 Belerang, maksimum 0,05 0,058 Silikon 0,1-0,3 0,08-0,32 Boron 0,0005-0,003 0,0005-0,003 Unsur Baja Paduan, % Analisis lebur Analisis Produk Karbon 0,3-0,52 0,28-0,55 Mangan, minimum 0,6 0,57 Fosfor, maksimum 0,035 0,04 Belerang, maksimum 0,04 0,045 Silikon 0,15-0,35 0,13-0,37 Unsur Paduan A) A) Baja Boron Paduan Unsur % Analisis lebur Analisis Produk 5 dari 19 SNI ASTM A325:2012 Karbon 0,3-0,52 0,28-0,55 Mangan, minimum 0,6 0,57 Fosfor, maksimum 0,035 0,04 Belerang, maksimum 0,04 0,045 Silikon 0,15-0,35 0,13-0,37 Boron 0,0005-0,003 0,0005-0,003 Unsur Paduan A) A) A) Baja, seperti yang didefinisikan oleh American Iron and Steel Institute, harus dipertimbangkan sebagai paduan ketika rentang maksimum yang diberikan untuk kadar unsur paduan melebihi satu atau lebih batas berikut : Mangan 1,65 %; silikon 0,60 %; Tembaga 0,60 % atau dalam rentang definit atau kuantitas minimum definit pada unsur-unsur berikut yang telah dispesifikasikan dan disyaratkan dalam batasan pengenalan lapangan dari baja-baja paduan konstruksi : aluminium, kromium hingga 3,99 %, kobal, kolombium, nikel, titanium, tungsten, vanadium,zirkonium atau unsur paduan lainnya yang ditambahkan untuk memperoleh efek paduan yang diinginkan. 5.2 Baut tipe 3 harus berupa baja tahan cuaca dan harus memenuhi salah satu komposisi kimia yang ditentukan dalam Tabel 4. Penentuan komposisi kimia A, B, C, D, E atau F harus menjadi pilihan dari produsen baut. Lihat petunjuk ASTM G 101 untuk metode estimasi ketahanan korosi dari baja paduan rendah (low alloy steel).

12 SNI ASTM A325:2012 Tabel 4 - Komposisi kimia untuk baut tipe 3 Komposisi Unsur % Baut Tipe 3 A) A B C D E F Karbon: Analisis lebur 0,33-0,4 0,38-0,48 0,15-0,25 0,15-0,25 0,2-0,25 0,2-0,25 Analisis produk 0,31-0,42 0,36-0,50 0,14-0,26 0,14-0,26 0,18-0,27 0,19-0,26 Mangan: Analisis lebur 0,9-1,2 0,7-0,9 0,8-1,35 0,4-1,2 0,6-1 0,9-1,2 Analisis produk 0,86-1,24 0,67-0,93 0,76-1,39 0,36-1,24 0,56-1,04 0,86-1,24 Fosfor : Analisis lebur maksimum 0,035 0,06-0,12 maksimum 0,035 maksimum 0,035 maksimum 0,035 maksimum 0,035 Analisis produk maksimum 0,04 0,06-0,125 maksimum 0,04 maksimum 0,04 maksimum 0,04 maksimum 0,04 Belerang: Analisis lebur maksimum 0,04 maksimum 0,04 maksimum 0,04 maksimum 0,04 maksimum 0,04 maksimum 0,04 Analisis produk maksimum 0,045 maksimum 0,045 maksimum 0,045 maksimum 0,045 maksimum 0,045 maksimum 0,045 Silikon: Analisis lebur 0,15-0,35 0,3-0,5 0,15-0,35 0,25-0,5 0,15-0,35 0,15-0,35 Analisis produk 0,13-0,37 0,25-0,55 0,13-0,37 0,2-0,55 0,13-0,37 0,13-0,37 Tembaga: Analisis lebur 0,25-0,45 0,2-0,4 0,2-0,5 0,3-0,5 0,3-0,6 0,2-0,4 Analisis produk 0,22-0,48 0,17-0,43 0,17-0,53 0,27-0,53 0,27-0,63 0,17-0,43 Nikel: Analisis lebur 0,25-0,45 0,5-0,8 0,25-0,5 0,5-0,8 0,3-0,6 0,2-0,4 Analisis produk 0,22-0,48 0,47-0,83 0,22-0,53 0,47-0,83 0,27-0,63 0,17-0,43 Kromium: Analisis lebur 0,45-0,65 0,5-0,75 0,3-0,5 0,5-1 0,6-0,9 0,45-0,65 Analisis produk 0,42-0,68 0,47-0,83 0,27-0,53 0,45-1,05 0,55-0,95 0,42-0,68 Vanadium: Analisis lebur B) B) minimum 0,02 B) B) B) Analisis produk B) B) minimum 0,01 B) B) B) Molibdenum: Analisis lebur B) maksimum 0,06 B) maksimum 0,1 B) B) Analisis produk B) maksimum 0,07 B) maksimum 0,11 B) B) Titanium: Analisis lebur B) B) B) maksimum 0,05 B) B) Analisis produk B) B) B) maksimum 0,06 B) B) A) A, B, C, D, E, dan F merupakan kelas-kelas dari material yang digunakan untuk baut-baut tipe 3. Pemilihan dari sebuah kelas harus merupakan keputusan dari produsen baut. B) Unsur-unsur ini tidak dispesifikasikan atau disyaratkan. 5.3 Analisis produk yang dibuat pada baut yang telah selesai dan mewakili tiap lot, harus sesuai dengan persyaratan analisis produk yang ditentukan dalam Tabel 3 dan Tabel Campuran unsur baja yang sengaja ditambahkan bismuth, selenium, tellurium, atau timah (lead) tidak diizinkan untuk baut; 6 dari 19

13 7 dari 19 SNI ASTM A325: Penegasan terhadap 5.4 harus berdasarkan sertifikat, bahwa peleburan baja yang mengandung unsur-unsur yang sengaja ditambahkan tersebut tidak digunakan untuk menghasilkan baut; 5.6 Analisis kimia harus dilakukan sesuai metode uji, praktik dan terminologi menurut ASTM A Sifat-sifat mekanis 6.1 Nilai kekerasan Nilai Kekerasan baut harus merujuk pada Tabel 5. Tabel 5 - Persyaratan nilai kekerasan baut Ukuran baut Panjang baut Brinell Rockwell C mm mm Minimum Maksimum Minimum Maksimum M12 sampai dengan M24, < 2D > 2D M25 sampai dengan M36, < 3D > 3D A Baut ukuran M24 dan lebih kecil yang memiliki panjang baut nominal lebih kecil dari 2D serta baut yang ukurannya lebih besar dari M24 yang memiliki panjang nominal lebih kecil dari 3D hanya di uji kekerasan minimum dan kekerasan maksimumnya. 6.2 Kuat tarik Kecuali diizinkan di dalam untuk baut panjang dan untuk baut pendek, baut ukuran M24 dan lebih kecil yang mempunyai panjang baut nominal (L), L > 2 1 / 4 D, dan baut ukuran yang lebih besar dari baut M24 yang mempunyai panjang > 3D; harus di uji skala penuh dengan bantuan baji/pasak dan harus memenuhi uji beban tarik minimum dengan baji/pasak dan uji beban aktual atau beban aktual alternatif yang sesuai dengan Tabel 6. Beban yang dicapai selama pengujian harus sama atau lebih besar dari beban yang dispesifikasikan Apabila panjang baut menyebabkan pengujian baut utuh sulit untuk dilakukan, benda uji yang dibubut harus diuji dan harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam Tabel 7. Apabila kedua macam baut tersebut diuji, baik yang utuh maupun yang dibubut, maka pengujian yang utuh harus lebih diutamakan.

14 SNI ASTM A325:2012 Tabel 6 - Persyaratan uji tarik untuk baut ukuran penuh Beban aktual Beban aktual Luas daerah Beban tarik Diameter nominal (Proof Load) B) Alternatif B) tegangan minimum dan jarak ulir mm 2 A) kn B) Metode Metode pengukuran kekuatan luluh Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 M12 x M16 x M20 x M22 x M24 x M27 x M30 x M36 x A) Luas daerah tegangan, mm 2 = (D P) 2 Keterangan: D adalah diameter nominal baut, mm; P adalah jarak ulir, mm. B) Tabulasi beban berdasarkan hal-hal berikut: Kolom 3 Kolom 4 Kolom Mpa 600 MPa 660 MPa Tabel 7 - Persyaratan kuat tarik untuk contoh baut yang dibubut Diameter nominal mm kuat tarik minimum MPa kuat luluh, minimum MPa % M12 sampai M dari 19 Elongasi dalam 4D, Minimum Reduksi luas, Minimum % Baut ukuran M24 dan yang lebih kecil dengan panjang baut nominal (L) 2D < L < 2¼ D, yang tidak dapat diuji tarik dengan bantuan pasak/baji harus diuji tarik aksial ukuran penuh dan harus memenuhi beban tarik minimum dan beban yang dispesifikasikan di dalam Tabel 6. Baut ukuran M24 dan yang lebih kecil dengan panjang baut nominal < 2D, yang tidak dapat diuji tarik aksial harus dikualifikasi berdasarkan nilai kekerasannya (hardness) Untuk baut-baut yang dilakukan uji kekerasan dan uji tarik, batas tarik menjadi dasar penerimaan bila hasil kekerasan yang terbaca lebih rendah. 9.2 Uji rotasi Definisi uji kapasitas rotasi dimaksudkan untuk evaluasi adanya pelumasan, efisiensi dari pelumasan, dan kompatibilitas dari pemasangan sebagaimana yang diwakili oleh komponen yang terpilih untuk pengujian;

15 9 dari 19 SNI ASTM A325: Persyaratan Baut berlapis seng, cincin berlapis seng dan mur berlapis seng yang dilumasi dan diuji dengan skala penuh di dalam suatu sambungan yang dibuat atau alat pengukur tarik, menurut 11.2, tidak boleh menunjukkan tanda-tanda keruntuhan ketika perputaran mur sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 8. Pengujian harus dilakukan oleh lembaga yang berwenang sebelum pengiriman setelah dilapisi seng dan dilumasi. (lihat 11.2 dan CATATAN 4); Tabel 8 - Uji kapasitas rotasi untuk baut-baut dengan lapis seng Panjang Baut Nominal (L) Rotasi mur, (putaran) minimum mm < 2D 180 o (1/2) 2D < L < 3D 240 o (2/3) 3D < L < 4D 300 o (7/8) 4D < L < 8D 360 o (1) > 8D 420 o (1 1 / 8 ) Kriteria Penerimaan Pemasangan baut dan mur harus dianggap gagal jika pemasangan tersebut gagal melewati salah satu persyaratan berikut: Tidak bisa dipasang untuk perputaran mur sesuai dengan Tabel Tidak bisa melepaskan mur setelah terpasang sesuai perputaran di dalam Tabel Kegagalan geser pada ulir yang ditentukan dengan pemeriksaan visual dari ulir, baut dan mur setelah dilepaskan; Kegagalan puntir atau puntir/tarik dari baut. Perpanjangan baut pada ulir antara mur dan kepala baut diharapkan terjadi pada perputaran yang disyaratkan dan tidak dikategorikan sebagai kegagalan. 10 Dimensi 10.1 Kepala dan badan baut Ukuran baut harus mengacu pada dimensi metrik untuk baut segi enam mutu tinggi yang dispesifikasikan di dalam ASME B M Panjang ulir tidak boleh diubah kecuali seperti yang disediakan di dalam persyaratan tambahan (lihat lampiran A). Baut-baut dengan panjang ulir selain yang diperlukan oleh spesifikasi ini harus dipesan menurut spesifikasi ASTM F 568M Ulir Tanpa pelapisan Ulir harus memenuhi seri ulir kasar metrik sesuai spesifikasi ASME B1.13M dan harus mempunyai toleransi kelas 6g Pelapisan Kecuali disyaratkan lain, baut-baut yang berlapis seng harus digunakan dengan mur berlapis seng atau lubang (tapped holes) yang mempunyai ukuran lebih besar sesuai spesifikasi ASTM A 563 harus mempunyai ulir kelas 6g sebelum pencelupan panas atau pelapisan seng secara deposit mekanis. Setelah pelapisan seng, diameter puncak ulir dan diameter utama tidak boleh melebihi kelas 6g dengan toleransi sebagai berikut:

16 SNI ASTM A325:2012 Tabel 9 - Batas ukuran berlebih seng celup-panas dan seng mekanis Batas ukuran berlebih Diameter baut nominal mm A Seng celup panas Seng mekanis M M M M M M M A mur seng celup-panas dibuat ulir setelah pelapisan dan mur seng mekanis dibuat ulir sebelum pelapisan Batas pengukuran untuk baut harus diverifikasi selama pembuatan. Dalam kasus adanya selisih, alat ukur cincin berulir yang telah dikalibrasi dengan ukuran yang sama seperti batas ukuran di dalam (toleransi kelas x, toleransi alat pengukur) harus digunakan untuk verifikasi kesesuaian. Alat ukur harus dipasang dengan tangan, setelah dilumasi oli mesin encer untuk mencegah kerusakan. Pemeriksaan ini, jika dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan harus dilaksanakan secara periodik sesuai jaminan mutu dari ASME B Hasil pengerjaan 8.1 Batas yang diizinkan, pemeriksaan dan evaluasi dari cacat permukaan, retak, retak karena proses quen, retak akibat pekerjaan tempa, pecahan kepala, pecahan geser, sambungan, lipatan, overlap ulir, rongga, bekas-bekas jepitan peralatan, takikan dan cungkilan harus sesuai dengan spesifikasi ASTM F 788/F788M (lihat CATATAN 3). CATATAN 3: Spesifikasi ASTM F 788/F788M maupun ASTM F1470 menjamin 100% bebas dari pecahan kepala, pengambilan contoh didesain untuk memberikan tingkat kepercayaan 95% dari pecahan kepala dalam beberapa lot tes. Pecahan kepala, dalam batas menurut spesifikasi ASTM F 788/F 788M, tidak terlihat tetapi tidak mempengaruhi sifat-sifat mekanis atau persyaratan dari baut. 12 Jumlah uji dan uji ulang 12.1 Keandalan pengujian Masing-masing lot harus diuji oleh produsen sebelum pengiriman sesuai dengan rencana pengendalian mutu dan identifikasi lot sebagaimana di dalam 9.2 sampai dengan Jika baut-baut diselesaikan oleh sumber selain dari produsennya, pihak yang berwenang harus bertanggung jawab untuk menjamin semua pengujian telah dilakukan dan baut-baut memenuhi persyaratan spesifikasi ini (lihat 4.5). 10 dari 19

17 12.2 Tujuan dari pemeriksaan lot 11 dari 19 SNI ASTM A325: Tujuan dari pemeriksaan lot adalah untuk menjamin bahwa setiap lot sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi ini. Hal ini akan lebih efektif jika semua pihak yang terlibat di dalam pasca produksi, penyalur-penyalur, dan para pembeli barang memelihara identifikasi dan keutuhan dari masing-masing lot sampai produk terpasang Metode lot Semua baut harus diproses menurut rencana jaminan mutu pengendalian dan idenfifikasi lot. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyaluran harus mengidentifikasi dan menjaga keutuhan dari setiap lot produksi baut, mulai dari pemilihan bahan mentah sampai semua proses operasi dan penanganan pengepakan akhir dan pengiriman. Setiap lot harus memasukkan nomor identifikasi lotnya sendiri, masing-masing lot harus diuji, dan laporan hasil pengujian untuk masing-masing lot harus disimpan Definisi Lot Satu lot harus merupakan jumlah yang teridentifikasi secara lengkap sebagai baut segienam mutu tinggi dengan ukuran dan panjang nominal yang sama yang dihasilkan secara berurutan dari pabrik, waktu, bahan dan proses yang sama sehingga pengambilan contoh secara statistik memberikan hasil yang sah. Identifikasi dari paket dan keutuhan paket harus terkendali seluruhnya mulai dari operasi sampai pengepakan Jumlah pengujian Jumlah pengujian minimum untuk masing-masing lot untuk pengujian sesuai dengan syarat yang dispesifikasikan (lihat Tabel 10). 13 Metode uji Tabel 10 - Jenis pengujian dan jumlah pengujian Pengujian Jumlah pengujian Kekerasan, Kuat Tarik Guide F 1470 (pengujian beban aktual), Kapasitas Puntir (Torsi) Berat bahan pelapis, ketebalan Spesifikasi yang diminta (*) Ketidakontinuitas permukaan ASTM F 788M Dimensi dan kesesuaian ulir ASME B (*) Guide F 1470 jika spesifikasi bahan pelapis tidak menentukan frekuensi pengujian 13.1 Tarik, uji beban aktual dan kekerasan Uji tarik, uji beban aktual, dan uji kekerasan sesuai ASTM F- 606M Kekuatan tarik harus ditentukan dengan menggunakan metoda baji/pasak atau cara uji tarik aksial produk skala penuh atau metode contoh uji yang dibubut, tergantung pada ukuran dan panjang sebagaimana dispesifikasikan di dalam sampai dengan Kegagalan uji skala penuh harus terjadi pada badan baut atau ulir baut tanpa keruntuhan pada sambungan antara badan dan kepala baut Pengujian beban aktual harus ditentukan menggunakan metode-1 yaitu pengukuran panjang, atau metode-2 yaitu kekuatan leleh sesuai pilihan pabrik.

18 SNI ASTM A325: Kapasitas putaran Baut yang berlapis seng harus ditempatkan di dalam suatu sambungan baja atau alat pengukur tarik dan dirakit dengan cincin yang berlapis seng dan mur berlapis seng yang dilumasi sebagaimana baut yang akan digunakan (lihat CATATAN 4). Mur harus telah dilumasi dengan pelumas yang dijelaskan di dalam paragraf terakhir dari seksi proses perakitan ASTM A 563M. Sambungan sebaiknya terdiri dari satu atau lebih plat struktur baja yang datar atau susunan dengan ketebalan total, termasuk cincin, sehingga 3 sampai 5 ulir penuh baut yang ditempatkan antara permukaan tumpuan dari kepala baut dan mur. Lubang di dalam sambungan harus mempunyai diameter nominal sebagaimana lubang di dalam cincin. Pengencangan awal mur harus menghasilkan beban dalam baut yang tidak kurang dari 10% dari rencana beban uji beban aktual yang dispesifikasikan. Setelah pengencangan awal, posisi mur harus ditandai relatif terhadap baut, dan perputaran sesuai Tabel 8. Selama rotasi, kepala baut harus ditahan. CATATAN 4: Uji kapasitas putaran hanya diterapkan untuk mencocokkan apakah lot-lot yang berisi baut A 325M, mur A 563M yang dilumasi, dan cincin F 436M yang digalvanis menurut yang disyaratkan ASTM A 153 atau ASTM B 695 bisa dipasangkan satu sama lainnya. Baik baut dan mur harus digalvanis menggunakan proses yang sama. 14 Pemeriksaan 14.1 Jika pemeriksaan yang dijelaskan di dalam 11.2 dibutuhkan oleh pemesan, hal tersebut harus dijelaskan di dalam kontrak pemesanan Pemesan harus diizinkan masuk kedalam semua bagian proses pekerjaan pembuatan, atau ke tempat-tempat penyalur, yang menyangkut proses perakitan atau penyaluran. Semua hasil pengujian dan pemeriksaan yang dibutuhkan oleh perwakilan pemesan harus disediakan sebelum pengiriman. 15 Penolakan 15.1 Penanganan dari baut yang tidak memenuhi syarat harus sesuai dengan salah satu acuan ASTM F 1470 dengan pasal Disposition of nonconforming lots. 16 Sertifikasi 16.1 Jika disyaratkan pada saat pemesanan barang, pembuat atau penyedia barang, siapapun yang ditunjuk sebagai lembaga berwenangnya harus menyediakan laporan pengujian yang mencakup hal-hal berikut: Analisis satu peleburan, nomor peleburan, dan pernyataan yang menjamin bahwa produksi dengan bahan yang sengaja ditambahkan seperti daftar pada 5.4 tidak digunakan untuk proses produksi baut Hasil dari uji kekerasan, tarik, dan uji beban aktual Hasil dari uji kapasitas rotasi termasuk metode uji yang digunakan (pelat masif atau alat pengukur tarik) dan pernyataan Mur telah dilumasi untuk mur yang berlapis seng ketika dikirimkan dengan baut yang berlapis seng Pelapisan seng diukur dengan berat lapisan atau tebal untuk baut yang dilapisi. 12 dari 19

19 Hasil dari pemeriksaan visual untuk pecahan kepala Pernyataan kesesuaian untuk dimensi dan ulir yang sesuai kebutuhan Nomor lot dan nomor pemesanan Alamat yang lengkap dari pihak-pihak yang bertanggung jawab dan; 13 dari 19 SNI ASTM A325: Judul dan tanda tangan pada sertifikasi dari wakil perusahaan yang ditunjuk Kegagalan untuk memenuhi semua informasi yang diperlukan pada laporan uji menjadi alasan untuk penolakan. 17 Pertanggungjawaban Pihak yang bertanggungjawab atas mur dan baut harus merupakan organisasi yang memasok barang tersebut bagi pembeli dan mempunyai sertifikat yang berisi keterangan pabrikasi, contoh, hasil uji dan pemeriksaannya menurut spesifikasi dan memenuhi semua persyaratan. 18 Penandaan produk 18.1 Identifikasi pembuat semua baut tipe 1 dan tipe 3 harus ditandai oleh pembuat dengan tanda unik yang layak untuk mengidentifikasikan pembuat atau penyalur Identifikasi tipe; Baut tipe 1 harus diberi tanda A 325M dan 8S, sebagai tambahan baut dengan tanda 8.8S juga telah memenuhi persyaratan dalam ISO Baut tipe 3 harus ditandai A 325M (dengan garis bawah pada kata-kata A 325M ) dan 8S3. Penggunaan tanda lain untuk menunjukkan bahwa baut-baut tersebut adalah baut dengan baja tahan cuaca disesuaikan dengan pilihan pembuat; sebagai tambahan baut dengan tanda 8.8S3 juga telah memenuhi persyaratan dalam ISO Lokasi dan cara penandaan - Semua tanda harus ditempatkan pada bagian kepala baut dan harus timbul atau sebaliknya tergantung pilihan pembuat, Penempatan tanda 8S dan 8S3 harus sedekat mungkin dengan bagian luar kepala baut Kriteria penerimaan - Baut-baut yang tidak ditandai menurut ketentuan di atas tidak memenuhi syarat dan ditolak Tipe dan identifikasi label pembuat dan penyalur harus terpisah dan jelas. Kedua identifikasi harus berada pada tempat yang berbeda dan, jika pada level yang sama harus dipisahkan paling sedikit dua spasi (±4 mm). 19 Pengepakan dan penandaan pengepakan 19.1 Pengepakan Kecuali disyaratkan lain, pengepakan harus sesuai ASTM D 3951.

20 SNI ASTM A325: Jika mur berlapis seng termasuk di dalam pemesanan yang sama dengan baut-baut berlapis seng, baut dan mur harus dikirim di dalam kemasan yang sama Jika pengepakan khusus diperlukan maka hal tersebut harus dijelaskan pada saat pemesanan Penandaan pengepakan Masing-masing unit pengiriman harus termasuk atau direncanakan dengan penandaan hal-hal berikut ini: Rujukan ASTM dan tipenya Ukuran Nama dan logo atau merek dagang dari pembuat Nomor lot Tanda lot, jika mur-mur, cincin-cincin atau indikator tarik langsung, atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Adalah pemesanan dengan A 325 baut segi-enam mutu tinggi, Unit pengapalan seharusnya ditandai dengan nomor lot dengan tambahan kebutuhan penandaan dengan spesifikasi produk yang dapat diterapkan Nomor urut pemesanan dan; Negara asal pembuat. 14 dari 19

21 Lampiran A (normatif) Persyaratan tambahan 15 dari 19 SNI ASTM A325:2012 Baut dengan ulir penuh A.1 Baut dengan panjang nominal yang sama atau lebih pendek dari empat kali diameter nominalnya harus dibuat ulir sepanjang badannya. Baut tidak perlu diberi bahu. Jarak dari bawah kepala baut yang menjadi permukaan tumpu sampai ke bagian ulir apabila diukur dengan cincin pengukur ulir, yang dipasang sedapat mungkin dengan putaran tangan tidak boleh melebihi panjang dari 2 ½ ulir untuk baut ukuran M24 dan yang lebih kecil, dan 3 ½ ulir untuk baut ukuran yang lebih besar dari M24. A.2 Baut harus ditandai sesuai ketentuan dalam pasal penandaan produk dengan pengecualian bahwa simbol yang digunakan adalah A 325 MT sebagai pengganti A 325M.

22 SNI ASTM A325:2012 Lampiran B (normatif) Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini digunakan: B.1 analisis satu peleburan (heat analysis) analisis kimia dari suatu contoh termasuk didalamnya penentuan karbon, mangan, belerang, nikel, kromium, molibdenum, tembaga, vanadium, kolumbium, unsur lain yang dispesifikasikan atau yang tidak boleh ada oleh spesifikasi produk yang akan dipakai untuk kelas, dan tipe yang akan diterapkan, dan unsur butiran austenitik yang dimurnikan yang kandungannya digunakan dalam pengujian ukuran butiran austenitik dari satu peleburan B.2 austenit larutan padat logam non magnetik dari besi gama dan unsur paduannya B.3 Bahu (shoulder) Bagian pada baut di antara kepala baut dengan ulir yang digunakan untuk menetapkan posisi (biasa digunakan untuk lokasi puli/pulley dan sambungan bergerak) B.4 baja tahan cuaca (weathering steel) salah satu jenis baja paduan yang tidak perlu pengecatan B.5 baut mutu tinggi baut yang mempunyai kuat tarik minimum 830 Mpa B.6 baut tipe 1 baut yang terbuat dari baja karbon medium B.7 baut tipe 2 baut yang terbuat dari baja martesit karbon rendah B.8 baut tipe 3 baut yang terbuat dari baja tahan cuaca B.9 beban aktual (proof load) beban dalam pengujian yang digunakan untuk memastikan bahwa benda uji yang diuji akan mengalami kondisi sesuai dengan yang direncanakan pada saat mencapai beban tersebut B.10 celup panas (hot dip) suatu proses galvanis dengan pencelupan panas 16 dari 19

23 17 dari 19 SNI ASTM A325:2012 B.11 cincin tipe compressible cincin baut dengan fungsi pegas untuk memperkokoh ikatan pada saat dikencangkan B.12 galling fenomena pengelasan dingin yang dapat terjadi ketika bagian logam yang tidak dilapisi seperti mur dan baut seolah-olah menempel menjadi satu B.13 jarak ulir (thread pitch) jarak antar ulir dalam satu baut B.14 lot kelompok hasil produksi B.15 lubang ulir dalam (tapped holes) pembuatan ulir dalam pada lubang hasil bor B.16 paduan (alloy) sebuah kombinasi, baik itu berupa larutan atau senyawa dari dua unsur atau lebih, paling sedikit satu unsur berupa logam dan menghasilkan sifat logam B.17 panjang baut panjang keseluruhan baut yang dikurangi dengan panjang kepala baut B.18 panjang ulir bagian baut yang terdapat ulir B.19 pengencang (fastener) baut, mur, cincin, sekrup B.20 perlakuan panas (heat treatment) teknik yang digunakan untuk meningkatkan sifat fisik dan sifat kimia dari sebuah bahan. Proses ini termasuk proses pemanasan dan pendinginan, dengan temperatur normalnya sampai dengan temperatur yang ekstrim untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti pengerasan dan pelunakan suatu bahan. Yang termasuk dalam proses ini adalah anil, pengerasan permukaan, penguatan presipitasi, temper dan quen. B.21 quen (quenching) cara yang umum digunakan untuk memperkeras baja dengan struktur martensit, dengan cara baja harus didinginkan dengan cepat lewat dari titik eutektoid, suatu temperatur pada saat austenitik menjadi tidak stabil

24 SNI ASTM A325:2012 B.22 temper (tempering) suatu teknik perlakuan panas untuk logam dan paduan dalam baja dilakukan proses temper untuk memperkeras logam dengan mentransformasi martensit menjadi bainit atau ferit B.23 temperatur austenit temperatur di atas temperatur kritis yaitu sekitar 727 C pada temperatur eutectoid (titik lebur dari satu atau lebih larutan padat seperti satu paduan, tergantung pada proporsi relatif dari masing-masing bahan paduannya). 18 dari 19

25 Lampiran C (Informatif) Gambar C.1 - Bagian-bagian baut 19 dari 19 SNI ASTM A325:2012

26

27

28 BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Telp: ; Faks: ; bsn@bsn.go.id

Spesifikasi baut mutu tinggi untuk penyambung struktur baja

Spesifikasi baut mutu tinggi untuk penyambung struktur baja Spesifikasi baut mutu tinggi untuk penyambung struktur baja 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini memuat dua tipe baut mutu tinggi yaitu ukuran 1 dan lebih kecil untuk minimum kekuatan tarik 120 ksi dan 1 1½

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Baja gelombang untuk pagar pengaman jalan

Baja gelombang untuk pagar pengaman jalan Baja gelombang untuk pagar pengaman jalan 1 Ruang lingkup Spesifikasi baja gelombang untuk pagar pengaman jalan dimaksudkan sebagai acuan pengadaan bahan untuk pemasangan pagar pengaman. Lingkup spesifikasi

Lebih terperinci

Mur roda untuk kendaraan bermotor roda empat

Mur roda untuk kendaraan bermotor roda empat Standar Nasional Indonesia Mur roda untuk kendaraan bermotor roda empat ICS 43.040.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) ICS 77.140.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Profil pelat dan batang baja struktural paduan karbon rendah yang bermutu tinggi dan pelat baja struktural tempa dingin untuk jembatan

Profil pelat dan batang baja struktural paduan karbon rendah yang bermutu tinggi dan pelat baja struktural tempa dingin untuk jembatan Profil pelat dan batang baja struktural paduan karbon rendah yang bermutu tinggi dan pelat baja struktural tempa dingin untuk jembatan 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini mencakup profil baja struktural, pelat

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Baja tulangan beton SNI 2052:2014 Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 77.140.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 14/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PEMASANGAN BAUT JEMBATAN Pemasangan baut jembatan

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi (ASTM C803/C803 M-03, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C803:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

SNI 7563:2011 Standar Nasional Indonesia

SNI 7563:2011 Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Spesifikasi profil, pelat, dan batang tulangan baja struktural dari baja karbon dan baja paduan rendah kekuatan tinggi, serta pelat baja struktural paduan hasil quen dan temper

Lebih terperinci

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification SNI ISO 1096:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu lapis - Klasifikasi Plywood - Classification (ISO 1096:1999,IDT) Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu ICS 79.060 Badan

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah SNI 4144 : 2012 Badan Standardisasi Nasional Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Katup tabung baja LPG

Katup tabung baja LPG Standar Nasional Indonesia Katup tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI), Katup tabung baja LPG merupakan revisi SNI 1591:2007 dengan pertimbangan:

Lebih terperinci

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C , IDT)

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C805:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Struktur Rangka Ruang (Space frame)

Struktur Rangka Ruang (Space frame) Struktur Rangka Ruang (Space frame) Struktur Space Frame ialah konstruksi rangka ruang dengan suatu sistem sambungan antara batang / member satu sama lain yang menggunakan bola / ball joint sebagai sendi

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI Standar Nasional Indonesia SNI 7614:2010 Baja batangan untuk keperluan umum (BjKU) ICS 77.140.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.50 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination

Lebih terperinci

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4482:2013  Standar Nasional Indonesia Durian  ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

Iron and Steel. Umum. TKS 4406 Material Technology I

Iron and Steel. Umum. TKS 4406 Material Technology I TKS 4406 Material Technology I Iron and Steel Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Umum Logam banyak dipakai untuk berbagai macam

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING

PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING Nur Subkhan 1, Kun Suharno 2, NaniMulyaningsih 3 Abstrak Studi kekuatan tarik pada sambuangan las telah dilakukan pada baja karbon rendah

Lebih terperinci

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan. iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

RANGKA ATAP BAJA RINGAN

RANGKA ATAP BAJA RINGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL Ardison Gutama 1), Alex Kurniawandy 2), Warman Fatra 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, 1,2) Teknik Sipil, 3) Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PROSES PENGERASAN (HARDENNING) PROSES PENGERASAN (HARDENNING) Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1%

Lebih terperinci

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm Standar Nasional Indonesia SNI 8056:2014 Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm ICS 59.080.30 (ASTM D6241 04 (2009), IDT) Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat SNI 7585:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7585:2010 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Batang uji tarik untuk bahan logam

Batang uji tarik untuk bahan logam Standar Nasional Indonesia Batang uji tarik untuk bahan logam ICS 77.040.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Pendahuluan...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4

Lebih terperinci

Galvanisasi (hot dip galvanized) pada besi dan baja fabrikasi - Spesifikasi dan metode pengujian

Galvanisasi (hot dip galvanized) pada besi dan baja fabrikasi - Spesifikasi dan metode pengujian Standar Nasional Indonesia Galvanisasi (hot dip galvanized) pada besi dan baja fabrikasi - Spesifikasi dan metode pengujian ICS 25.220.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Pendahuluan...i Daftar

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection) Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection) Mata Kuliah : Struktur Baja Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Pendahuluan Dalam konstruksi baja, setiap bagian elemen dari strukturnya dihubungkan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan - 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Celup panas (Hot Dipping) Pelapisan hot dipping adalah pelapisan logam dengan cara mencelupkan pada sebuah material yang terlebih dahulu dilebur dari bentuk padat menjadi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci