Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia ICS Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi (ASTM C803/C803 M-03, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C803:2012

2 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 BSN 2012 Daftar isi i SNI ASTM C803:2012 Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Terminologi Ringkasan metode uji Arti dan kegunaan Peralatan Resiko-resiko bahaya Penentuan titik uji Prosedur pengujian Pelaporan Ketelitian dan penyimpangan Kata kunci... 8 Lampiran A (normatif) Istilah dan definisi... 9 Lampiran B (normatif) Gambar probe dan pin Lampiran C (informatif) Contoh formulir pengujian ketahanan penetrasi beton dengan probe Lampiran D (informatif) Contoh formulir pengujian ketahanan penetrasi beton dengan pin. 12 Gambar B.1 Probe Gambar B.2 - Pin Tabel 1 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan probe... 5 Tabel 2 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan pin... 6

4 SNI ASTM C803:2012 BSN 2012 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi merupakan hasil adopsi dari ASTM C 803/C 803 M-03, Standar Test Method for Penetration Resistance of Hardened Concrete, dengan penambahan Istilah dan definisi, gambar probe dan pin serta contoh formulir pengujian. Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan S2 melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional dan dibahas dalam rapat konsensus yang diselenggarakan tanggal 18 Maret 2010 di Bandung oleh Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. ii

5 BSN 2012 Pendahuluan iii SNI ASTM C803:2012 Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi pelaksana, teknisi laboratorium atau produsen dalam melakukan pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi sehingga dapat mengetahui keseragaman dan kekuatan beton. Secara garis besar metode uji ini mencakup cara memeriksa keseragaman beton dan memperkirakan kekuatan beton dengan menggunakan probe baja atau pin baja. Metode uji ini menggunakan pistol beton yang memberikan sejumlah energi yang terukur kepada probe baja atau pin. Ketahanan penetrasi beton ditentukan dengan cara mengukur panjang probe yang masuk ke dalam beton atau dengan cara mengukur kedalaman lubang yang terbentuk akibat penetrasi pin ke dalam beton.

6

7 1 Ruang lingkup BSN 2012 Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi 1 dari 12 SNI ASTM C803: Metode uji ini meliputi cara pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi dengan menggunakan probe atau pin baja. 1.2 Satuan yang digunakan dalam standar ini adalah SI atau satuan lain di pandang sebagai standar yang terpisah. Satuan yang dinyatakan dalam tiap sistem mungkin tidak tepat secara ekivalen, sehingga setiap sistem harus digunakan secara terpisah. Kombinasi satuan dari dua sistem ini dapat menghasilkan ketidaksesuaian dengan standar. 1.3 Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan kerja, bila ada, menjadi tanggung jawab pengguna standar ini untuk menentukan keselamatan dan kesehatan serta menentukan aplikasi batasan-batasan regulasi/ketentuan sebelum digunakan. Untuk pernyataan yang lebih spesifik mengenai resiko bahaya, lihat butir 7. 2 Acuan normatif 2.1 Standar ASTM C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods For Construction Materials (SNI , Tata Cara Pelaksanaan Program Uji Antar Laboratorium untuk Penentuan Presisi Metode Uji Bahan Konstruksi). C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates. 2.2 Standar ANSI A 10.3, Safety Requirements for Powder Actuated Fastening System. 3 Terminologi 3.1 Definsi Definisi yang digunakan pada metode uji ini mengacu pada ASTM C Ringkasan metode uji 4.1 Metode uji ini menggunakan pistol beton yang memberikan sejumlah energi yang terukur kepada probe baja atau pin baja. Ketahanan penetrasi beton ditentukan dengan cara mengukur panjang probe yang masuk ke dalam beton atau dengan cara mengukur kedalaman lubang yang terbentuk akibat penetrasi pin ke dalam beton. 5 Arti dan kegunaan 5.1 Metode uji ini dapat diterapkan untuk memeriksa keseragaman beton dan menentukan lokasi-lokasi yang kualitasnya kurang baik atau lokasi-lokasi kerusakan pada struktur beton. 5.2 Metode uji ini dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton terpasang, yang diberikan oleh hubungan antara tahanan penetrasi dan kekuatan beton. Hubungan tersebut harus ditetapkan sebelumnya melalui pengujian dengan peralatan yang ditentukan (lihat juga

8 SNI ASTM C803: ), menggunakan material beton dan proporsi campuran yang serupa dengan beton terpasang. Gunakan prosedur dan metode statistik pada ACI 228 IR untuk membuat dan menggunakan hubungan antara tahanan penetrasi dan kekuatan beton. CATATAN 1 - Karena hasil penetrasi dapat dipengaruhi oleh tekstur permukaan bekisting (bahan kayu atau bahan baja), uji korelasi harus dilakukan pada benda uji dengan permukaan bekisting yang sama dengan yang digunakan selama masa konstruksi. Informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji penetrasi dan ringkasan penelitian sebelumnya telah tersedia dalam beberapa referensi. 5.3 Probe baja ditembakkan menggunakan pistol beton berkekuatan tinggi (mesiu), sehingga probe dapat menembus beberapa partikel agregat. Ketahanan penetrasi probe dipengaruhi oleh kekuatan beton dan kekuatan agregat kasar. Pin-pin baja ukurannya lebih kecil dari probe dan ditembakkan dengan pistol beton berenergi rendah (pegas). Pin digunakan hanya untuk penetrasi fraksi mortar, oleh karena itu suatu pengujian harus diabaikan bila pin mengenai partikel agregat kasar. 5.4 Metode uji ini menimbulkan kerusakan pada bagian permukaan beton, yang memerlukan perbaikan kembali, umumnya bersifat arsitektural. 6 Peralatan 6.1 Uji ketahanan penetrasi dengan probe Pistol beton (driver unit ) - Pistol beton harus mampu menembakkan probe ke dalam beton dengan sejumlah energi yang dapat dikontrol secara akurat sehingga probe akan tertanam. Pistol beton harus dilengkapi dengan pengaman untuk mencegah terjadinya tembakan pada saat alat tidak berada pada posisi yang tepat di atas permukaan beton. CATATAN 2 - Pistol beton dengan mesiu sesuai dengan standar ANSI A10.3 telah berhasil digunakan dengan baik Untuk energi pembebanan yang ditetapkan, variasi kecepatan probe standar ditembakan oleh pistol beton standar tidak boleh memiliki koefisien variasi lebih besar dari 3 % untuk setiap 10 pengujian yang dilakukan dengan metode balistik yang dapat diterima. CATATAN 3 - Suatu chronograph penghitung konvensional dan layar balistik yang sesuai dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pada 2 m (6,5 ft) dari ujung pistol beton Probe - Probe harus terbuat dari batang baja paduan (alloy) keras yang dilapisi galvanis untuk melindungi dari korosi, dengan ujung berbentuk kerucut tumpul yang dapat dimasukkan ke dalam pistol beton dan dapat ditembakkan ke dalam permukaan beton sehingga dapat tertanam dalam beton dengan baik dan panjang bagian terluarnya dapat diukur. Kekerasan harus diantara Rockwell 44 HRC dan 48 HRC. Ujung probe harus berulir untuk mengakomodasi perlengkapan yang dirancang untuk memudahkan pengukuran dan penarikan. CATATAN 4 - Jika probe akan dikeluarkan dari beton,suatu alat yang dilengkapi mur yang dapat disekrupkan pada ujung (belakang) probe menggunakan kunci inggris dan pelat pemberi celah (spacers) yang dapat diselipkan diatas probe yang dibaut kembali, akan membantu dalam melepaskan probe Panjang probe harus seragam dengan rentang variasi ± 0,5 %. BSN dari 12

9 6.1.3 Peralatan pengukur BSN dari 12 SNI ASTM C803: Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur kedalaman atau alat ukur lainnya dan peralatan yang berhubungan dengan pengukuran tersebut, harus digunakan untuk mengukur panjang probe yang tidak tertanam sampai 0,5 mm (0,025 inci) terdekat Peralatan ukur harus dilengkapi dengan pelat dasar acuan atau alat-alat lain yang dapat diletakkan di atas permukaan beton dalam tiga titik jarak yang sama sekurangkurangnya 50 mm (2 inci) dari probe yang akan diukur. CATATAN 5 - Untuk menahan pelat dasar acuan pada permukaan beton saat dilakukan pengukuran pada arah horizontal atau dibagian bawah permukaan beton, dapat digunakan sebuah pelat penahan yang mempunyai pegas dan mur yang dapat disekrupkan pada ujung probe. CATATAN 6 - Penutup probe yang dapat disekrupkan ke ujung probe dapat digunakan untuk memudahkan pengukuran panjang probe yang tidak tertanam dan untuk menggantikan ketebalan pelat dasar Alat pengarah - Suatu alat yang ditempatkan pada permukaan beton dan digunakan untuk mengarahkan dan memandu probe dan pistol beton pada saat ditembakkan. CATATAN 7 - Alat pengarah dapat berupa alat pengarah tunggal atau alat pengarah segitiga dengan lubang pada tiga sudutnya yang memungkinkan penembakan tiga probe dalam pola segitiga sesuai dengan Uji ketahanan dengan pin Pistol beton (unit driver) - Pistol beton harus mampu menembakkan pin ke dalam dengan jumlah energi yang dapat dikontrol dengan teliti. Pin ditembakkan ke dalam beton, sehingga menghasilkan sebuah lubang yang kedalaman penetrasinya dapat diukur. CATATAN 8 - Pistol pegas dengan kekakuan pegas 49,7 kn/m (284 lb/inci) telah berhasil digunakan untuk beton yang mempunyai rentang kekuatan antara 3 MPa sampai dengan 28 MPa (450 psi sampai dengan psi) Pistol pegas memerlukan verifikasi berkala terhadap jumlah energi yang disalurkan kepada pin. Perbaikan diperlukan apabila ada alasan untuk mempertanyakan ketepatan pengoperasiannya. CATATAN 9 - Jumlah energi yang disalurkan pada pin dapat diverifikasi menggunakan balok kalibrasi yang disediakan oleh pabrik. Pin ditembakkan ke dalam balok menggunakan pistol pegas, dan diukur kedalamannya yang kemudian dibandingkan dengan spesifikasi dari pabrik. Jika kedalaman tidak memenuhi spesifikasi pabrik, pistol harus diperbaiki Pin - Pin harus terbuat dari batang bor baja paduan keras, dengan perlakuan panas yang sesuai dengan kekerasan Rockwell 62 HRC sampai 66 HRC, dengan satu ujung yang runcing dan ujung lainnya tumpul. Ukuran pin harus seragam dengan toleransi ± 2,0 %. Masing-masing pin harus digunakan hanya sekali dan kemudian dibuang. CATATAN 10 - Pin dengan panjang sekitar 30 mm (1,2 inci), diameter 3,6 mm (0,14 inci) dengan ujung yang dibubut dengan sudut 22,5 0 terhadap sumbu longitudinal, telah berhasil digunakan dengan menggunakan pistol beton seperti yang diuraikan pada Catatan 8.

10 SNI ASTM C803: Peralatan pengukur Sebuah pengukur kedalaman dengan pelat acuan hanya digunakan untuk mengukur kedalaman penetrasi ujung pin ke dalam beton sampai 0,025 mm (0,001 inci) terdekat Batang pengukur kedalaman harus mempunyai diameter dan sudut ujung yang lebih kecil daripada ukuran pin Peralatan uji dilengkapi dengan sebuah penyemprot udara untuk membersihkan debu pada lubang kecil yang dihasilkan oleh pin sebelum mengukur kedalaman penetrasi. 7 Resiko-resiko bahaya 7.1 Uji ketahanan dengan probe Hati-hati dalam mengoperasikan pistol beton untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan atau akibat ketidaktepatan posisi probe Gunakan kacamata pelindung, pelindung telinga, dan peralatan pelindung lainnya yang sesuai ketika menembakkan probe ke dalam beton Jika menggunakan mesiu, harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ANSI A Jika ada baja tulangan atau logam lain yang tertanam dalam beton dan diduga memiliki kedalaman yang lebih kecil daripada perkiraan kedalaman penetrasi probe, pilihlah posisi pengujian sehingga probe tidak akan menumbuk atau mengenai logam tesebut. CATATAN 11 - Posisi tulangan dapat diketahui dengan meggunakan detektor logam. Ikuti instruksi pabrik untuk pengoperasian yang tepat. 7.2 Uji ketahanan dengan pin Hati-hati dalam mengoperasikan pistol pegas untuk mencegah kecelakaan dari penembakan pin yang tidak disengaja Pengguna harus memakai kacamata pelindung dan peralatan pelindung lainnya yang sesuai pada saat melakukan pengujian. 8 Penentuan titik uji 8.1 Uji ketahanan dengan probe Beton yang diuji harus mencapai tingkat ketahanan penetrasi yang cukup sehingga probe tidak masuk lebih dari setengah kali ketebalan beton, dan dapat tertanam dengan kuat. Jarak penempatan probe tidak boleh kurang dari 175 mm (7 inci) dari lokasi probe yang lainnya, juga tidak boleh kurang dari 100 mm (4 inci) dari tepi permukaan beton Satu pengujian minimum dilakukan tiga kali penembakan probe pada satu titik lokasi. Jika rentang nilai dari tiga pengukuran penetrasi dari probe melebihi nilai yang terdapat pada kolom ke tiga Tabel 1, lakukanlah pengukuran ke empat dan abaikan pengukuran dengan nilai deviasi yang paling besar dari rata-rata. Jika nilai tiga pengukuran terakhir tetap tidak BSN dari 12

11 BSN dari 12 SNI ASTM C803:2012 memenuhi batasan pada Tabel 1, pilih lokasi uji yang berbeda dan lakukan lagi tiga pengukuran yang baru. CATATAN 12 - Jumlah pengujian yang diambil bergantung pada tujuan penggunaan hasil, merujuk pada ACI 228.IR sebagai acuan. 8.2 Uji ketahanan dengan pin Beton yang diuji harus mempunyai tingkat ketahanan penetrasi yang cukup sehingga pin tidak masuk lebih dalam daripada panjang pin keseluruhan di luar permukaan beton ketika ditembakkan. CATATAN 13 - Untuk pistol pegas seperti yang diuraikan pada Catatan 8, panjang bagian yang terluar (yang tidak masuk) adalah 7,6 mm (0,30 inci) Penetrasi pin harus diletakkan tidak kurang dari 50 mm (2 inci) atau lebih dari 150 mm (6 inci) dari penetrasi pin lainnya, atau tidak lebih dari 50 mm (2 inci) dari tepi permukaan beton Rata-rata kedalaman penetrasi yang diukur dari enam pin yang ditembakkan ke dalam beton dalam satu lokasi uji harus dinyatakan sebagai satu pengujian (lihat Catatan 12) Abaikan pembacaan jika penetrasi pin mengenai agregat kasar atau rongga udara, dan lakukan pengujian yang baru. Jika hasil atau cakupan dari enam pengukuran penetrasi pin melebihi nilai yang tercantum pada kolom ke tiga Tabel 2, lakukan pengukuran ke tujuh dan buang nilai pengukuran yang nilai deviasinya paling besar dari rata-rata. Jika enam pengukuran terakhir tetap tidak sesuai dengan batasan yang terdapat pada Tabel 2, pilih lokasi pengujian yang berbeda dan lakukan enam pengukuran yang baru. Ukuran agregrat maksimum Tabel 1 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan probe 1s (Batas b pengujian tunggal) mm [inci] Rentang maksimum dari tiga pengukuran tunggal C mm [inci] d2s (Batas perbedaan maksimum antara dua pengujian (masing-masing uji dihitung berdasarkan dari rata-rata tiga pengukuran) d ) mm [inci] No. 4 (mortar) 2,0 [0,08] 6,6 [0,26] 3,3 [0,13] 25 mm [1 inci] 2,5 [0,10] 8,4 [0,33] 4,1 [0,16] 50 mm [2 inci] 3,6 [0,14] 11,7 [0,46] 5,6 [0,22] a nilai-nilai tersebut menggambarkan indeks ketelitian seperti yang diuraikan dalam ASTM C 670. b nilai-nilai tersebut adalah deviasi standar untuk operator tunggal untuk pengujian terhadap beton yang mempunyai ukuran agregat maksimum seperti yang terlihat pada kolom 1. c nilai-nilai tersebut adalah rentang maksimum yang diizinkan untuk kelompok dari tiga pengukuran tunggal yang dibuat bersamaan, baik menggunakan alat pengukuran tunggal atau dengan menggunakan alat pengukuran segi tiga. d suatu perbedaan yang lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan mengindikasikan probabilitas tertinggi bahwa itu adalah perbedaan secara statistik didalam beton dalam dua area yang diwakili oleh dua kelompok dalam masing-masing tiga pengukuran.

12 SNI ASTM C803:2012 Material BSN 2012 Tabel 2 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan pin 1s (Batas b pengujian tunggal) mm [inci] Rentang maksimum dari enam pengukuran tunggal C mm [inci] 6 dari 12 d2s (Batas perbedaan maksimum antara dua pengujian (masing-masing uji dihitung berdasarkan dari rata-rata enam pengukuran) d ) mm [inci] Beton 3 MPa - 28 MPa 0.4 [0.016] 1.6 [0.064] 0.5 [0.018] [450 psi psi] a nilai-nilai tersebut menggambarkan indeks ketelitian seperti yang diuraikan dalam praktek C 670. b nilai-nilai tersebut adalah nilai standar deviasi dari operator tunggal untuk pengujian dalam beton seperti yang terlihat pada kolom 1. c nilai-nilai ini adalah rentang maksimum yang diizinkan untuk kelompok dari masing-masing enam pengukuran yang dibuat pada diameter 300 mm [12 inci]. d suatu perbedaan dari nilai-nilai yang lebih besar mengindikasikan kemungkinan tertinggi bahwa itu adalah perbedaan arti statistik didalam beton dalam dua area yang diwakili oleh dua kelompok dalam masing-masing tiga pengukuran. 9 Prosedur pengujian 9.1 Uji ketahanan dengan probe Ratakan permukaan beton yang kasar yang akan diuji dengan area yang lebih luas sehingga cukup untuk menempatkan alat dan pelat dasar di atas permukaan beton Tempatkan alat pengarah pada permukaan beton yang akan diuji. Masukkan sebuah probe ke dalam pistol beton, posisikan pistol beton dengan bantuan alat pengarah posisi dan tembakkan probe ke dalam beton. Ikuti petunjuk keselamatan dalam penggunaan peralatan Pindahkan alat pengarah posisi dan ketuk ujung terluar probe menggunakan palu kecil untuk memastikan bahwa probe tidak lepas dan untuk memastikan bahwa probe sudah tertanam dengan kuat, buang probe yang tidak tertanam dengan kuat Tempatkan pelat acuan di atas probe dan pastikan posisi tersebut tetap tertahan pada permukaan beton tanpa bergeser atau berpindah. Jika permukaan beton disekitar permukaan probe terkelupas, pecahan-pecahan beton tersebut harus dibersihkan agar pelat acuan dapat menempel dengan rata. Jika diperlukan, pasang penahan pelat dan penutup probe dengan tepat, lalu ukur jarak dari pelat dasar acuan ke ujung probe, atau permukaan atas tutup probe, sampai 0,5 mm (0,025 inci) terdekat. (Lakukan verifikasi terhadap pemenuhan persyaratan 8.1.2). Jika kemiringan probe lebih dari 10 derajat terhadap tegak lurus permukaan beton, abaikan probe tersebut dan tembakan probe yang lain. Hitung panjang rata-rata probe yang tidak tertanam. CATATAN 14 - peralatan mekanis dan elektronis tersedia untuk memudahkan penentuan panjang rata-rata probe yang tidak tertanam Apabila pengujian akan dilakukan pada beton yang mempunyai kerapatan sekitar kg/m 3 atau kurang, dan pada semua beton dengan kuat tekan lebih kecil dari 17 MPa (2 500 psi), kurangi jumlah energi yang disalurkan ke probe oleh pistol beton atau gunakan

13 BSN dari 12 SNI ASTM C803:2012 probe dengan ukuran diameter yang lebih besar atau lakukan kedua-duanya. Kurangi energi yang disalurkan dengan menempatkan probe lebih jauh di bawah selongsong sesuai yang dianjurkan oleh pabrik. Jangan gunakan pengaturan kekuatan rendah jika probe tidak tertanam dengan baik pada beton. Hubungan kekuatan yang terpisah harus dibuat untuk ukuran probe dan tingkat energi yang berbeda. CATATAN 15 - Probe dengan panjang keseluruhan 79,4 mm (3,125 inci) dan diameter 7,9 mm (0,312 inci), dengan pengurangan diameter ujung penetrasi sampai 6,4 mm (0,250 inci) untuk panjang perkiraan 14,3 mm (0,562 inci).telah diuji dengan hasil yang memuaskan untuk pengujian beton yang mempunyai kerapatan kg/m 3 (125 lb/ft 3 ) atau lebih besar. Probe dengan diameter 7,9 mm (0,312 inci) dan panjang 79,4 mm (3,125 inci) harus digunakan untuk pengujian penetrasi pada beton yang mempunyai kerapatan lebih kecil dari kg/m 3 (125 lb/ft 3 ). 9.2 Uji ketahanan dengan pin Haluskan permukaan beton yang mempunyai tekstur yang kasar, lunak, atau mengandung mortar yang terkelupas sampai rata dengan menggunakan batu perata yang memiliki tekstur butiran medium silikon karbida atau bahan lain yang sejenis. Lokasi pengukuran yang diratakan untuk setiap pengukuran penetrasi pin harus mempunyai luas paling tidak sama dengan luas daerah tumpuan alat. Lokasi pengukuran dianggap rata jika tidak terdapat celah diantara permukaan dan sebuah pin yang ditempatkan di sebelah sisi permukaan Masukkan pin baru ke dalam pistol beton dengan pegas Berikan beban atau gaya pada pegas dengan cara menekan pegas sampai pelatuknya tertarik Tempatkan pistol beton dengan kuat tegak lurus terhadap permukaan beton yang akan diuji, tarik pelatuknya untuk melepaskan pegas dan menembakkan pin ke dalam permukaan beton, lepaskan pistol beton termasuk pinnya Bersihkan lubang pin yang terbentuk dengan menggunakan alat penyemprot udara Masukkan alat pengukur kedalaman ke dalam lubang pin dan ukur kedalaman penetrasi sampai ketelitian 0,02 mm (0,001 inci) terdekat. 10 Pelaporan 10.1 Untuk pengujian dengan probe atau pin laporkan informasi berikut ini: Identifikasi lokasi pengujian pada konstruksi beton dan tipe elemen beton yang diuji Keterangan mengenai campuran beton termasuk tipe agregat kasarnya Keterangan penyelesaian permukaan dan jika diperlukan cara-cara persiapan permukaan yang dilakukan sebelum pengujian Perkiraan lokasi pengujian Tanggal serta waktu pengujian Untuk pengujian dengan probe laporkan informasi berikut ini: Nomor identifikasi pistol dan tingkat energi yang digunakan pada saat pengujian.

14 SNI ASTM C803: Dimensi probe Perkiraan ketebalan contoh uji Panjang probe yang terekspos dan rata-rata panjang probe terekspos untuk setiap lokasi uji, dan Keterangan mengenai kondisi yang tidak biasa, termasuk hasil uji yang ditolak untuk menganalisis data Untuk pengujian dengan pin laporkan informasi berikut ini: Nomor identifikasi pistol dan tingkat energi yang digunakan pada saat pengujian Perkiraan ketebalan contoh uji Kedalaman penentrasi pin dan rata-rata kedalaman penetrasi untuk setiap lokasi uji, dan Keterangan mengenai kondisi yang tidak biasa, termasuk hasil uji yang ditolak untuk menganalisis data. 11 Ketelitian dan penyimpangan 11.1 Ketelitian Data yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan ketelitian dibuat menggunakan peralatan dan ditentukan dalam satuan inch-pound. Indeks ketelitian yang diberikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2 adalah konversi-konversi nilai inch-pound yang dituliskan dalam tanda kurung Uji ketahanan menggunakan probe Indeks ketelitian yang diberikan dalam Tabel 1 dipergunakan untuk pengukuranpengukuran yang dihasilkan oleh seorang operator tunggal dengan menggunakan peralatan yang sama pada contoh uji beton yang sama, yaitu beton yang dibuat dengan bahan-bahan, prosedur, peralatan, dan kondisi perawatan yang sama Uji ketahanan menggunakan pin Ketelitian dari contoh uji tunggal, operator tunggal, pistol pegas yang sama pada saat yang sama adalah 0,4 mm [0,016 inci] (1s) seperti yang ditetapkan dalam C Indeks ketelitian yang diberikan dalam Tabel 2 dipergunakan untuk pengukuranpengukuran yang dihasilkan oleh seorang operator tunggal dengan menggunakan peralatan yang sama pada contoh uji beton yang sama, yaitu beton yang dibuat dengan bahan-bahan, prosedur, peralatan, dan kondisi perawatan yang sama Penyimpangan Metode uji ini tidak memberikan penyimpangan karena ketahanan penetrasi telah didefinisikan dalam metode uji ini. 12 Kata kunci Kekuatan beton; keseragaman beton; kekuatan di tempat; pengujian di tempat; ketahanan penetrasi. BSN dari 12

15 BSN 2012 Lampiran A (normatif) Istilah dan definisi 9 dari 12 SNI ASTM C803:2012 A.1 agregat material yang berbentuk butiran, seperti pasir, kerikil, batu pecah dan terak besi hasil pembakaran suhu tinggi, berdasarkan ukurannya agregat terbagi menjadi dua yaitu agregat halus dan agregat kasar A.2 beton material komposit yang mengandung media pengikat dimana di dalamnya terdapat partikel partikel atau fragmen fragmen agregat. Dalam beton semen hidrolis, pengikat terbentuk dari campuran antara semen dengan air (dengan atau tanpa bahan tambah) A.3 beton keras beton dengan umur di atas 28 hari, dan telah mencapai kekuatan tekan yang direncanakan. A.4 penetrasi masuknya probe atau pin yang ditembakkan ke dalam beton melalui suatu energi yang terukur sesuai dengan penggunaannya. A.5 pistol beton pistol yang digunakan untuk memasukkan probe pada beton. A.6 pistol pegas pistol yang menggunakan pegas untuk memasukkan pin pada beton.

16 SNI ASTM C803:2012 Keterangan : BSN 2012 Lampiran B (normatif) Gambar probe dan pin Gambar B.1 Probe A adalah panjang keseluruhan probe; B adalah panjang ujung probe dengan diameter yang lebih kecil; C adalah diameter ujung probe yang masuk ke dalam permukaan beton; D adalah diameter probe Keterangan : (C) [ inci] Ø 6,4 mm 22,5 mm (B) 14,3 mm [ inci] 30 mm [ 1.2 inci] (F) (E) (A) 79,4 mm [ inci] (G) Ø 3,6 mm Gambar B.2 - Pin E adalah panjang keseluruhan pin; F adalah ujung pin yang dibubut dengan sudut 22,5º sejajar arah longitudinal; G adalah diameter pin 10 dari 12 [ inci] (D) Ø 7,9 mm [ inci]

17 BSN dari 12 SNI ASTM C803:2012 Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir Pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi dengan probe B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) Fax. (022) Bandung pusjal@melsa.net.id Tanggal pengujian : 12 Januari 2009 Lokasi pengujian : Bandung Jumlah titik pengujian : 3 titik Tebal selimut beton : 50 mm Panjang probe : 79,4 mm Diuji oleh : Budi Subrata Diperiksa oleh : Setyo Hardono, ST,MT No. Keterangan : Elemen yang diuji Hasil pengukuran Panjang probe terluar (mm) Hasil pengukuran Rata-rata (mm) Probe 1 Probe 2 Probe 3 1 Gelagar 40 40,5 40,2 40,23 2 Gelagar 40,3 40, ,23 3 Gelagar 41 40,1 40,4 40,50 Diperiksa oleh penyelia Diuji oleh teknisi Tanggal : 12 Januari 2009 Tanggal : 12 Januari 2009 (Setyo Hardono, ST, MT) (Budi Subrata, ST)

18 SNI ASTM C803:2012 Lampiran D (informatif) Contoh isian formulir Pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi dengan pin Tanggal pengujian : 12 Januari 2009 Lokasi pengujian : Bandung Jumlah titik pengujian : 3 titik Tebal selimut beton : 50 mm Panjang pin : 30 mm Diuji oleh : Budi Subrata Diperiksa oleh : Setyo Hardono, ST,MT BSN 2012 B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N No. Elemen yang diuji Hasil pengukuran Kedalaman penetrasi pin (mm) Keterangan : Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) Fax. (022) Bandung pusjal@melsa.net.id 12 dari 12 Hasil pengukuran Rata-rata (mm) Pin 1 Pin 2 Pin 3 1 Pelat beton 18,32 18,65 19,12 18,70 2 Pelat beton 18,00 18,33 18,14 18,16 3 Pelat beton 18,62 18,81 18,18 18,54 Diperiksa oleh penyelia Diuji oleh teknisi Tanggal : 12 Januari 2009 Tanggal : 12 Januari 2009 (Setyo Hardono, ST, MT) (Budi Subrata, ST)

19 BSN 2012

20 BSN 2012 BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Telp: ; Faks: ; bsn@bsn.go.id

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C , IDT)

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C805:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C )

Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C ) Rancangan Standar Nasional Indonesia 3 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02) ICS xx.xxx.xx Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 25/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN METODE UJI PENGUKURAN KEDALAMAN KARBONASI BETON

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah SNI 4144 : 2012 Badan Standardisasi Nasional Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C , IDT)

Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597-02, IDT) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan ketahanan penetrasi (ASTM C403 / C403M - 08, IDT)

Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan ketahanan penetrasi (ASTM C403 / C403M - 08, IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM C403/C403M:2012 Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan ketahanan penetrasi (ASTM C403 / C403M - 08, IDT) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir Standar Nasional Indonesia Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir ICS 75.140; 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm

Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm Standar Nasional Indonesia SNI 8056:2014 Metode uji kekuatan tusuk statis geotekstil dan produk sejenisnya dengan batang penekan berdiameter 50 mm ICS 59.080.30 (ASTM D6241 04 (2009), IDT) Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya

Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya Standar Nasional Indonesia Metode uji indeks tahanan tusuk geomembran dan produk sejenisnya ICS 59.080.30 (ASTM D4833-07 (2013), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2013 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010 tentang Pemberlakukan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Jakarta, 25

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji abrasi beton di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji abrasi beton di laboratorium ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Spesifikasi bahan bersifat semen dalam kemasan, kering dan cepat mengeras untuk perbaikan beton (ASTM C928 09)

Spesifikasi bahan bersifat semen dalam kemasan, kering dan cepat mengeras untuk perbaikan beton (ASTM C928 09) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi bahan bersifat semen dalam kemasan, kering dan cepat mengeras untuk perbaikan beton (ASTM C928 09) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi kereb beton untuk jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Kayu lapis Istilah dan definisi

Kayu lapis Istilah dan definisi Standar Nasional Indonesia Kayu lapis Istilah dan definisi (ISO 2074:2007, IDT) ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Jenis kayu lapis...

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.50 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification SNI ISO 1096:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu lapis - Klasifikasi Plywood - Classification (ISO 1096:1999,IDT) Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu ICS 79.060 Badan

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL

Lebih terperinci

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran Standar Nasional Indonesia Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran ICS 29.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Nasional. Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga udara dalam agregat

Standar Kompetensi Nasional. Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga udara dalam agregat Standar Kompetensi Nasional Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga udara dalam agregat ICS 91.100.20 Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

Semen portland komposit

Semen portland komposit Standar Nasional Indonesia Semen portland komposit ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan

Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan RSNI0 Standar Nasional Indonesia Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan (ASTM C512/C512M-10, IDT) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan material bangunan yang paling umum digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan material bangunan yang paling umum digunakan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan material bangunan yang paling umum digunakan dalam pembangunan, dan sudah sangat tua sejarahnya. Di Indonesia banyak dibangun gedung bertingkat, jembatan

Lebih terperinci

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton ICS 91.200 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Lampiran A...15 Bibliografi...16 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan pekerja

Lebih terperinci

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.

Lebih terperinci

Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton

Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton Standar Nasional Indonesia Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton ICS 27.190 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat tarik belah beton

Metode pengujian kuat tarik belah beton SNI 03-2491-2002 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat tarik belah beton ICS Badan Standarisasi Nasional Prakata Standar Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton ini merupakan hasil revisi dari

Lebih terperinci