EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN 03 COLOMADU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN 03 COLOMADU"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN 03 COLOMADU SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Nur Aeni Eki Santoso NIM. ST PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i

2 LEMBAR PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN 03 COLOMADU Oleh: Nur Aeni Eki Santoso NIM. ST Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji. Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping, bc. Yeti Nurhayati, M.Kes Sunardi, SKM, M.Kes NIK NIP ii

3 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Nur Aeni Eki Santoso NIM : ST Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini Surakarta, 05 Februari 2016 Yang membuat pernyataan, (Nur Aeni Eki Santoso) NIM. ST iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMPN 03 Colomadu. Dalam penyusunan Skipsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Atiek Murhayati M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep, selaku sekretaris Program Studi S-1 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada 4. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku dosen pembimbing I sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya skripsi ini. 5. Sunardi, S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbing II sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya skripsi ini. 6. Semua dosen Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. iv

5 7. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat baik moral, material dan spiritual untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta, khususnya kelompok 6 dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan moril, materiil dan spiritual. 9. Responden yang telah bersedia untuk berkerja sama dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin. Surakarta, 05 Februari 2016 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii iv vi ix x xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 BAB II LANDASAN TEORI Nyeri Disminore Pengertian Nyeri Disminore Klasifikasi Disminore Nyeri Remaja Pengertian Remaja vi

7 2.2.2 Masa Remaja Perkembangan Remaja Guided Imagery Pengertian Guided Imagery Cara Kerja Guided Imagery Hal-hal yang perlu diperhatikan Pelaksanaan Pelaksanaan Guided Imagery Dalam Penelitian Keaslian Penelitian Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Besar Sampel Kriteria Sampel Tempat dan Waktu Penelitian Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Pengumpulan Data Sumber Data vii

8 3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data Uji Validitas dan Uji Realibitas Teknik Pengolahan Data Analisa Data Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Nyeri Disminore sebelum diberikan Guided Imagery Nyeri Disminore setelah diberikan Guided Imagery Analisis Biviariat BAB V PEMBAHASAN Hasil Analis Univariat Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Nyeri Disminore sebelum diberikan Guided Imagery Nyeri Disminore setelah diberikan Guided Imagery Hasil Analisis Bivariat BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.5 Keaslian Penelitian Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Umur Tabel 4.2 Distribusi Nyeri Disminore sebelum diberikan Guided Imagery 40 Tabel 4.3 Distribusi Nyeri Disminore setelah diberikan Guided Imagery. 40 Tabel 4.4 Uji Normalitas Intensitas Skala Nyeri dengan Pemberian Guided Imagery dengan Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.5 Hasil Analisis Statistik Paired T Test Pada Pemberian Guided Imagery Pre dan Post ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skala NRS Gambar 2.2 Skala VDS Gambar 2.3 Skala Oucher Gambar 2.4 Skala Wajah Gambar 2.6 Kerangka Teori Gambar 2.7 Kerangka Konsep Gambar 3.1 Skema Penelitian One Group Pretest-Posttest x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Usulan Topik Penelitian Lampiran 2 Lembar Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 3 Lembar Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Lembar Pengajuan Ijin Penelitian Lampiran 5 Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Concent) Lampiran 6 SOP Guided Imagery Lampiran 7 Alat Pengukuran Skala Nyeri Lampiran 8 Lembar Observasi Lampiran 9 Hasil Penelitian Lampiran 10 Lembar Konsultasi xi

12 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Nur Aeni Eki Santoso Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu Abstrak Tahap pertama masa remaja pada perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Salah satu ketidaknyamanan fisik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari saat menstruasi yaitu dismenore. Manajemen non farmakologis dapat dilakukan dengan teknik guided imagery. Guided Imagery adalah suatu teknik yang menggunakan imajinasi individu dengan imajinasi terarah untuk mengurangi stress ataupun nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMP N 03 Colomadu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre-Experimental dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest. Penelitian dilakukan di SMPN 03 Colomadu. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Besar sampel berjumlah 54 siswa perempuan. Uji normalitas data pada penelitian menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Tingkat nyeri responden setelah (post) dilakukan guided imagery yang tidak mengalami nyeri dengan jumlah 12 siswi (22,2%), yang mengalami nyeri ringan 26 siswi (48,1%) dan responden yang mengalami nyeri sedang 16 siswi (29,6%). Hasil uji paired t test didapatkan hasil bahwa Sig (2-tailed) menunjukan nilai p < 0,001 (p-value < α 0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini adanya pengaruh pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMPN 03 Colomadu. Kata Kunci : Guided Imagery, Nyeri Disminore, Remaja Daftar Pustaka : 40 ( ) xii

13 STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Nur Aeni Eki Santoso The Effectiveness of the Guided Imagery Technique for Dysmenorrhea Reduction of the Teenagers of SMP N 03 colomadu Abstract In the early of adolescents girls experince their menstrual periods. One of the physical discomfort which can interfere daily activities during this period is dysmenorrhea. Non-pharmalogical management can be done by using guided imagery technique. Guided imagery is a technique to syncronize someone imajination with directed imagination with directed imagination in order to reduce stress and pain of dysmenorrhea. This research aims to determine the effectiveness of guided imagery technique for dysmenorrhea reduction in the case of the teenagers of SMP N 03 Colomadu. This research used pre-experimental research with One Group Pretest- Posttest research design. The research was conducted in SMP N 03 Colomadu. The sampling technique was purposive sampling. The sample size was 54 female students. The Kolomogorov-Smirnov was used for the data normality test. After the giving of guided imagery, we collected data that 12 respondents (22,2%) did not feel any pain of dysmenorrhea, 26 respondents (48,1%) experienced low level of dysmenorrhea and 16 respondents (29,6%) experienced medium level of dysmenorrhea. The paired t test results the Sig (2-tailed) that shows p value < 0,001 (p-value < α 0,05). The conclusion of this research is that there is influence of guided imagery giving on dysmenorrhea in the case of SMP N 03 Colomadu teenagers. Keyword : Guided Imagery, Dysmenorrhea Pain, Teenagers References : 40 ( ) xiii

14

15 BAB I PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah kesehatan yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja sebagai penerus bangsa. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Rejeki, 2009). Tahap pertama masa remaja pada perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menurut (Sukarni & Margareth, 2013) menstruasi merupakan suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik yang datangnya teratur tiap bulan dan disertai pelepasan endometrium. Menstruasi dimulai antara usia tahun dan dapat menimbulkan berbagai gejala pada remaja, diantaranya nyeri perut, sakit kepala terkadang disertai vertigo, perasaan cemas dan gelisah (Anurogo, 2008). Banyak wanita usia reproduktif yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari saat menstruasi yaitu dismenore (Kasdu,2005). Disminore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Saryono,2009). Secara.fisiologi menstruasi terjadi akibat dari aktivitas prostaglandin yang tidak seimbang di daerah uterus yang menstimulasi 1

16 2 kontraksi otot polos dinding uterus untuk mengeluarkan dinding endometrium yang diluluhkan (Ganong & William, 2007). Dismenore ini umumnya terjadi sekitar 2 atau 3 tahun setelah menstruasi pertama dan mencapai klimaksnya saat wanita berusia tahun (Simanjuntak, 2008). Nyeri hebat dirasakan sangat menyiksa oleh sebagian wanita bahkan kadang menyebabkan kesulitan berjalan ketika haid menyerang. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Beberapa wanita bahkan pingsan, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami tidak dapat melakukan aktivitas untuk sementara waktu. Menurut (Gagua, 2012) studi epidemiologi pada populasi remaja berusia tahun di Amerika Serikat melaporkan prevalensi dismenorea 59,7%, mereka yang mengeluh nyeri, 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Sementara di Indonesia angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45 95% di kalangan wanita usia produktif. Dismenorea atau nyeri menstruasi berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2 yaitu : dismenorea primer (nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi) dan dismenorea sekunder (nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik). Angka kejadian dismenore tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder (Proverawati, 2009). Penanganan untuk nyeri disminore terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat menggunakan obat analgesik sebagai penghenti rasa sakit dan anti peradangan non- steroid

17 3 Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID), sedangkan prosedur non farmakologi dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi, kompres air hangat, olahraga teratur (Arifin, 2008). Manajemen non farmakologis dapat dilakukan dengan teknik guide imagery yaitu menurut Patricia (dalam Kalsum, 2007) adalah suatu teknik yang menggunakan imajinasi individu dengan imajinasi terarah untuk mengurangi stress ataupun nyeri. Menurut Rank (2011) menyatakan guided imagery merupakan teknik perilaku kognitif dimana seseorang dipandu untuk membayangkan kondisi yang santai atau tentang pengalaman yang menyenangkan. Guided imagery dapat berfungsi sebagai pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian dapat mengurangi respon nyeri (Jacobson, 2006). Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres, selain itu dapat melepaskan endorphin yang melemahkan respon rasa sakit dan dapat mengurangi rasa sakit atau meningkatkan ambang nyeri (Hart, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2015 diperoleh dari 10 remaja yang mengalami menstruasi dan belum diberikan guided imagery ada 8 anak yang mengalami nyeri disminore, 5 remaja putri mengatakan mereka setiap menstruasi sering merasakan nyeri disminore, untuk mengurangi nyeri mereka hanya tiduran tanpa melakukan hal apapun dan 3 remaja putri lainnya jika merasakan nyeri disminore mereka mengomsumsi obat anti nyeri, mereka mengatakan dengan mengomsumsi obat nyeri berkurang tetapi hanya sebentar.

18 4 Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian adalah Apakah ada pengaruh Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu Tujuan khusus a. Untuk mendiskripsikan karakteristik responden. b. Untuk mendiskripsikan nyeri disminore pada remaja sebelum diberikan guided imagery. c. Untuk mendiskripsikan nyeri disminore pada remaja setelah diberikan guided imagery. d. Menganalisis Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu.

19 5 1.5 Manfaat Penelitian Bagi pihak sekolah Diharapkan dengan pemberian informasi tentang efektifitas pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore selanjutnya dapat berperan aktif dalam mengatasi masalah pada remaja yang mengalami nyeri disminore di sekolah Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa mengenai terapi non farmakologis dengan teknik guided imagery untuk mengatasi nyeri disminore Bagi Remaja Diharapkan dengan pemberian informasi tentang efektifitas pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore yang tepat sehingga remaja tetap merasa nyaman pada saat mengalami nyeri disminore, dengan demikian konsentrasi belajar tidak terganggu, serta meningkatkan kualitas hidup remaja untuk bersekolah Bagi Peneliti Diharapkan menjadi aplikasi metode penelitian tentang guided imagery dan sebagai sumber informasi dalam memberikan tindakan keperawatan yang tepat tentang nyeri disminore.

20 Bagi Peneliti Lain Diharapkan hasil penelitian menjadi bahan masukan bagi peneliti lain untuk pengembangan ilmu keperawatan, khususnya penatalaksanaan nyeri disminore.

21 7

22 BAB II LANDASAN TEORI 2.7 Nyeri Disminore Pengertian Nyeri Disminore Disminore adalah sejumlah ketidaknyamanan selama hari pertama atau hari kedua menstruasi yang sangat umum terjadi (Perry, 2010). Menurut (Hendrik, 2006) disminore adalah nyeri pada daerah perut yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama jam, meskipun pada umumnya hanya berlangsung 24 jam pertama saat terjadi perdarahan haid. Disminore merupakan nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Nugroho & Utomo, 2014). Disminore terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah yang tinggi, akibat pengaruh progesteron selama fase luteal pada siklus menstruasi, sehingga menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, menyebabkan iskemia disintegrasi endometrium, peradarahan dan nyeri (Morgandan Hamilton, 2009) Klasifikasi Disminore Menurut (Sukarni & Margareth, 2013) klasifikasi disminore dibagi menjadi dua yaitu : 7

23 8 a. Disminore Primer 1) Pengertian Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Disminore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri disertai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea dan iritabilitas. 2) Etiologi Disminore primer terjadi dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika potongan jaringan dari lapisan rahim melewati leher rahim, terutama jika saluran serviksnya sempit. Hal lainnya yang bisa

24 9 memperburuk disminore primer adalah rahim yang menghadap ke belakang (retroversi), kurang olahraga, stress psikis atau stress sosial. Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilang nya disminore primer. Hal ini disebabkan adanya kemunduran saraf rahim akibat hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan. Wanita yang mengalami disminore memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami disminore. Disminore sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh wanita hamil yang mendapat suntikan prostaglandin untuk merangsang persalinan. Menurut French (2005) faktor predisposisi terjadinya dismenore primer antara lain faktor psikologis, budaya, persepsi individu, pengalaman masa lalu, usia, status sosial, pekerjaan, status perkawinan, dan jumlah anak. Beberapa faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer antara lain : a) Faktor kejiwaan Remaja secara emosional tidak stabil, apalagi jika remaja tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses menstruasi, sehingga hal ini menyebabkan dismenore dapat muncul dengan mudah.

25 10 b) Faktor konstitusi Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia,penyakit menahun dapat mempengaruhi timbulnya dismenore. c) Faktor obstruksi kanalis servikalis Wanita yang uterusnya mengalami hiperantefleksi kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya stenosis kanalis servikalis. Stenosis kanalis servikalis bukanlah penyebab utama munculnya dismenore primer. d) Faktor endokrin Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot tonus. e) Faktor alergi Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migrain, atau asma bronkhiale. 3) Karakteristik disminore primer Nyeri yang dirasakan oleh wanita yang mengalami dismenore biasanya hilang timbul, tajam, dan bergelombang mengikuti arah

26 11 gerakan rahim menjalar ke pinggang bagian belakang (Price, 2005). Menurut French (2005), karakteristik nyeri menstruasi berdasarkan derajat nyerinya antara lain: a) Nyeri ringan yaitu tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, dan dapat hilang dengan istirahat. b) Nyeri sedang yaitu sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari, dan butuh analgesik dosis rendah untuk mengurangi nyeri. c) Nyeri berat yaitu mengganggu aktifitas sehari-hari, dan butuh analgesik dosis rendah untuk mengurangi nyeri. d) Nyeri sangat berat yaitu tidak dapat beraktifitas, dan tidak dapat hilang dengan analgesik dosis rendah. b. Disminore Sekunder 1) Pengertian Disminore sekunder adalah nyeri menstruasi yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan, umumnya terjadi pada wanita berusia lebih dari 25 tahun. Tipe nyeri dapat menyerupai disminore primer namun lama nyeri dirasakan melebihi periode menstruasi dan dapat pula terjadi bukan pada saat menstruasi. 2) Etiologi Disminore sekunder disebabkan oleh kondisi patologis yang timbul di uterus, tuba fallopi, ovarium atau pelvis

27 12 peritoneum. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Beberapa patologi panggul ini dapat menyebabkan nyeri : a) Endometrisosis b) Penyakit radang panggul c) Ovarium kista dan tumor d) Cervical stenosis atau oklusi e) Adenomiosis f) Fibroid g) Uterine polip h) Intrauterin adhesi i) Malformasi kongenital j) Intrauterin alat kontrasepsi k) Septum vagina transverse, sindroma kongesti pelvis 3) Karakteristik disminore sekunder Tanda dan gejala pada disminore sekunder muncul sesuai penyebabnya. Keluhan yang biasa muncul adalah gejala pada gastrointestinal, kesulitan berkemih dan masalah pada punggung. Keluhan menstruasi berat yang disertai nyeri menandakan adanya

28 13 perubahan kondisi uterus seperti adenomiosis, myomas atau polip Nyeri Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang didefinisikan dalam berbagai perspektif. Menurut Tournaire & Thea-Yonneau (2007) dalam Andarmoyo (2013) nyeri adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh. Pengkajian nyeri berguna untuk menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa yang sesuai dan menentukan tindakan yang tepat. Nyeri merupakan suatu yang nyata yang bisa diukur dan dijelaskan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan. Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut : a. Skala numerik ( Numerical Rating Scales, NRS ) Dalam skala ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi teraupetik. Gambar 2.1 Skala NRS ( Andarmoyo, 2013 )

29 14 b. Skala Deskritif (Verbal Descriptor Scale, VDS) Pengukuran nyeri dengan menggunakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampa lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampei nyeri yang tidak tertahankan. Gambar 2.2 Skala VDS( Andarmoyo, 2013 ) Untuk melakukan pengukuran intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat yang dinamakan Oucher. Oucher terdiri dari dua skala yang terpisah yaitu sebuah skala dengan nilai pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besardan skala fotografik enam-gambar pada sisi kanan untuk anak-anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak (dengan peningkatan rasa tidak nyaman) dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna dan tingkat keparahan nyeri.

30 15 Gambar 2.3 Skala Oucher ( Andarmoyo, 2013 ) Selain menggunakan Oucher, pengukuran intensitas nyeri juga dapat menggunakan skala wajah. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan. Gambar 2.4 Skala Wajah ( Andarmoyo, 2013 )

31 Remaja Pengertian Remaja Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, pada masa ini terjadi berbagai perubahan dan perkembangan yang cepat, baik fisik, mental maupun psikososial. Badan kesehatan dunia WHO membedakan dua kelompok usia kaum muda yaitu tahun sebagai adolesence dan tahun sebagai youth. Dalam praktek, kedua kelompok usia tersebut digolongkan menjadi satu yaitu young people atau kaum muda berusia tahun (Fatia, 2009) Masa Remaja Masa remaja ditandai masa pubertas, yaitu waktu seorang anak perempuan mampu mengalami konsepsi yakni menarche atau menstruasi pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki - laki. Pubertas adalah waktu terjadinya perkembangan seks sekunder, berlangsung antara 2-3 tahun. Perubahan pubertas akan mendahului perkembangan seks sekunder yang pertama. Hormon-hormon steroid adrenal, estrogen, androgen, mempunyai peran penting dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas (Fatia, 2009) Perkembangan Remaja Menurut Ali dan Asrori (2014) perkembangan remaja dibagi menjadi :

32 17 a. Perkembangan intelektual Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah komplek berkembang secara bertahap. b. Perkembangan seksual Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. c. Perkembangan emosional Psikolog amerika kelahiran Jerman E.Erikson memandang perkembangan sebagai proses psikososial yang terjadi seumur hidup.tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut berhubungan dengan lainnya dalam gaya dewasa, kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja. d. Perkembangan kreativitas Perkembangan kreativitas berkaitan erat dengan fungsi belahan otak kanan, yang berarti berkaitan pula dengan perkembangan intelek. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tahap-tahap perkembangan kreativitas adalah persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Ada beberapa faktor

33 18 yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas pada remaja, yaitu remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan berdasarkan pemikiran logis, remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif, remaja sudah mampu menghadapi masalah yang kompleks. e. Perkembangan hubungan sosial Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Ada beberapa karakteristik menonjol dari perkembangan hubungan sosial remaja, yaitu berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan untuk bergaul, adanya upaya memilih nilai-nilai sosial, meningkatnya kesadaran akan lawan jenis, mulai tampak kecenderungan mereka memilih karier tertentu. f. Perkembangan nilai, moral dan sikap Nilai adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Remaja menunjukkan karakteristik individual perkembangan nilai, moral dan sikap yang khas, yakni berusaha menemukan sendiri bahkan membentuk sendiri nilai, moral dan sikap dikalangan mereka.

34 Guided Imagery Pengertian Guided Imagery Guided Imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Jenis relaksasi Guided Imagery dapat dilakukan dengan satu orang pelatih untuk membimbing klien dalam membangun kesan positif dan berkonsentrasi pada pengalaman sensori. Perawat bertugas membantu klien untuk memilih gambaran atau pengalaman yang nyaman dari masa lalunya, seperti pemandangan laut atau mencelupkan ke air yang sejuk. Bayangan ini berfungsi sebagai perangkat mental dalam teknik ini. Guided imagery dapat diterapkan pada semua kelompok usia dan beberapa penelitian menyebutkan guided imagery dapat mengatasi berbagai keluhan seperti sakit kepala, memperbaiki mood yang buruk, kecemasan dan lain sebagainya (Carter, 2006) Cara Kerja Guided Imagery Hubungan antara kesehatan pikiran dan fisik telah didokumentasikan dengan baik dan diteliti secara ekstensif. Penggambaran mental yang positif dapat menciptakan relaksasi dan mengurangi stres, memperbaiki mood, mengkontrol tekanan darah tinggi, mengurangi rasa sakit, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan menurunkan kolesterol dan kadar gula darah (Rossman, 2000).

35 20 Cara kerja Guided Imagery kepada tubuh kita adalah dengan mempengaruhi sistem saraf autonom dalam tubuh kita. Salah satu contohnya adalah seseorang yang hanya dengan membayangkan makanan enak, minuman yang segar yang disukai, tanpa melakukan kegiatan makan minum dan tanpa disadari dia meneteskan air liur dengan sendirinya (salivasi). Salivasi yang dikeluarkan oleh kelenjar air liur tidak selalu dikontrol oleh kesadaran kita. Salivasi dikontrol oleh bagian yang berbeda dari sistem saraf kita yaitu sistem saraf otonom. Ketika sistem saraf pusat mengatur gerakan yang disadari, sistem saraf otonom mengatur salivasi dan fungsi psikologis lain yang biasanya terjadi tanpa disadari (Rossman, 2000). Relaksasi guided imagery akan membuat tubuh lebih rileks dan nyaman. Ketika responden dianjurkan untuk nafas dalam, secara perlahan tubuh responden akan merasakan rileks. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) yang menyebabkan meningkatnya produksi enkephalin olek medulla adrenal. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endorphin neurotransmiter yang dipercaya mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Guyton & Hall, 2006). Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat sadar. Amigdala berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang

36 21 dalam hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Maka amigdala dianggap membantu menentukan pola respon perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dari hipokampus rangsangan yang bermakna dikirim ke amigdala. Amigdala mempunyai serangkaian tonjolan reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmiter yang mengirimkan sinyal ke wilayah sentralnyasehingga terbentuk pola respon perilaku yang sesuai dengan rangsangan yang diterima (Guyton & Hall, 2006). Guided Imagery dapat memberikan rasa pemberdayaan atau kontrol pada individu. Dengan pemberdayaan diri dan nafas yang teratur dan dalam akan meningkatkan enkephalin dan β endorphin dan dengan adanya rangsangan berupa bayangan tentang hal hal yang disukai maka responden akan merasa rileks dan mengurangi nyeri yang dirasakan. Guided Imagery dapat memberikan rasa pemberdayaan atau kontrol pada individu. Teknik ini dapat diinduksi oleh seorang terapis yang membimbing pasien. Gambaran mental yang dihasilkan digunakan adalah semata-mata produk dari imajinasi individu. Beberapa individu mengalami kesulitan dalam membayangkan. Mereka mungkin tidak mendapatkan gambar yang jelas. Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membayangkan dimungkinkan karena perasaan gugup pada terapis. Kegugupan ini dapat diatasi dengan melakukan terapi mandiri (tanpa terapis) dengan menggunakan rekaman suara.

37 Hal-hal yang perlu diperhatikan Guided Imagery mempunyai efek yang berbeda pada tiap orang. Seseorang dapat tertidur saat melakukan Guided Imagery, sehingga perlu diperhatikan bahwa tidak boleh menggunakan Guided Imagery saat mengendarai kendaraan di jalan, atau saat bekerja mengoperasikan alat-alat berat Pelaksanaan Guided Imagery dapat dilakukan secara mandiri atau dengan bantuan terapis. Saat melakukan sendiri, individu menempatkan dirinya ke dalam keadaan santai dan menciptakan gambaran sesuai imajinasi sendiri mengenai masalah yang dihadapi atau diarahkan oleh orang lain. Ketika diarahkan oleh orang lain, individu mendengarkan seorang terapis, video, atau rekaman yang mengarah kepadanya menuju relaksasi. Guided Imagery juga dapat dilakukan dalam pengaturan kelompok. Pasien diposisikan dengan tenang dan nyaman, perawat kemudian membimbing untuk mengulangi bayangan tadi, mencoba menghayati dengan seluruh inderanya (Smeltzer & Bare, 2002). Guided Imagery adalah proses terdiri atas dua bagian. Komponen pertama adalah ketika seseorang mencapai keadaan relaksasi yang mendalam melalui pernapasan dan teknik relaksasi otot. Selama fase relaksasi, orang menutup matanya dan berfokus pada sensasi pernafasan yang masuk dan keluar dari tubuh secara lambat atau mungkin berfokus pada melepaskan perasaan ketegangan dari otot-

38 23 ototnya, mulai dengan jari-jari kaki dan bekerja sampai ke puncak kepala. Rekaman relaksasi sering menampilkan musik lembut atau tenang, suara alami seperti ombak dan kicau bergulir burung dalam rangka untuk menciptakan perasaan relaksasi. Komponen kedua dari latihan ini adalah citra atau visualisasi oleh diri sendiri yang disesuaikan dengan tujuan relaksasinya yang dilakukan setelah relaksasi lengkap dicapai Pelaksanaan Guided Imagery Dalam Penelitian Ini Guided Imagery dalam penelitian ini ditujukan untuk siswi yang mengalami nyeri disminore. Sebelum diberikan guided imagery, siswi yang mengalami nyeri disminore diukur terlebih dahulu skala nyerinya dengan menggunakan skala nyeri numerik ( Numeric Rasting Scales, NRS ). Setelah hasil didapatkan, siswi dianjurkan untuk duduk dikursi dengan posisi nyaman. Siswi diminta untuk menutup mata sambil menarik nafas dalam secara pelan-pelan 3 sampai 5 kali sampai merasa rileks. Siswi diminta untuk membayangkan hal-hal yang indah seperti membayangkan pantai, gunung, ataupun yang lainnya sambil mendengarkan musik yang slow. Setelah siswi merasa rileks, kemudian diminta untuk membuka mata dan peneliti mengukur skala nyeri kembali.

39 Keaslian Penelitian Tabel 2.5 Keaslian Penelitian Nama peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Ratnasari, Ratna, Judha (2012) Pengaruh Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Rsud Panembahan Senopati Bantul. Metode penelitian adalah quasi experimental design dengan rancangan pretest-posttest control group. Populasi penelitian semua pasien post operasi fraktur RSUD Panembahan Senopati Bantul. Sampel penelitian sebanyak 60 orang yang dibagi menjadi perlakuan dan kelompok control. Analisis data penelitian menggunakan analisis uji-t. Hasil penelitian ini menjelaskan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur sebelum diberikan guided imagery pada kelompok eksperimen seluruhnya 100% dalam kategori nyeri sedang. Tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur setelah diberikan guided imagery pada kelompok eksperimen sebagian besar 56,7% dalam kategori nyeri ringan. Tingkat nyeri pada kelompok kontrol seluruhnya 100% dalam kategori nyeri sedang. Hasil uji t tingkat nyeri antara pasien yang diberikan perlakuan guided imagery dan yang tidak diberikan perlakuan guided imagery diperoleh nilai t hitung sebesar 8,920 dengan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05). Sari Diantina Ratna (2012) Efektifitas Pemberian Guide Imagery Terhadap Perubahan Skala Nyeri Post Sectio Caesaria Di Rsud Dr. Moewardi Metode penelitian adalah Quasi Eksperimental Design dengan pendekatan Pretes - postes Kontrol Group Design dengan Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa skala nyeri ibu post partum sebelum terapi guide imagery rata-rata adalah nyeri sedang, skala nyeri ibu post partum sesudah terapi guide imagery pada kelompok

40 25 menggunakan desain pre-post test dalam dua kelompok. Populasi penelitian adalah semua pasien post SC di RSUD Dr. Moewardi dan sampel penelitian adalah 30 ibu post SC. Teknik analisis data menggunakan uji t-test. eksperimen rata-rata adalah nyeri ringan sedangkan kelompok kontrol rata-rata nyeri sedang. Pemberian guide imagery efektif terhadap perubahan skala nyeri pada ibu post partum yang dilakukan sectio caesaria di RSUD Dr. Moewardi.

41 Kerangka Teori Fase Menstruasi Intervensi untuk mempengaruhi Nyeri: a. Farmakologi b. Nonfarmakologi 1) Relaksasi guided imagery 2)TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ) 3) Kompres hangat/ dingin Nyeri Disminore - Tidak ada nyeri - Nyeri ringan (1-3) - Nyeri sedang (4-6) - Nyeri berat (7-9) - Nyeri sangat berat (10) Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri 1. Usia 2. Kebudayaan 3. Pengalaman sebelumnya 4. Makna nyeri 5. Perhatian 6. Jenis kelamin 7. Ansietas 8. Keletihan 9. Gaya koping 10. Dukungan sosial dan keluarga Gambar 2.6 Kerangka Teori ( Andarmoyo, 2013 ) Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti : Berpengaruh diteliti : Berpengaruh diteliti

42 Kerangka Konsep Nyeri disminore pre guided imagery Pemberian guided imagery Nyeri post imagery disminore guided Gambar 2.7 Kerangka Konsep 2.12 Hipotesis Penelitian Ha : Ada pengaruh pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMPN 03 Colomadu. Ho : Tidak ada pengaruh pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMPN 03 Colomadu.

43 28

44 BAB III METODE PENELITIAN 3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah Pre-Experimental dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest. Menurut Sugiyono (2010) desain One Group Pretest-Posttest adalah membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Sebelum dilakukan perlakuan, peneliti melakukan observasi yang pertama (pretest) untuk mengetahui tingkat skala nyeri sebelum dilakukan guided imagery. Observasi yang kedua dilakukan setelah eksperimen yaitu mengukur tingkat skala myeri (postest) apakah ada perbedaan diantara keduanya. Sehingga peneliti mengetahui perbedaan tingkat nyeri sebelum diberikan guided imagery dengan tingkat nyeri setelah diberikan guided imagery. Rancangan penelitian sebagai berikut : O 1 x O 2 Gambar 3.1 Skema Penelitian One Group Pretest-Posttest (Sugiyono, 2010) Keterangan : O 1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) O 2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan) X = perlakuan guided imagery 28

45 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja perempuan yang sudah mengalami pubertas dan menstruasi yang berada di SMPN 03 Colomadu yang berjumlah 80 siswa perempuan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karkteristik yg dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini sampel diambil dari remaja yang sedang mengalami haid atau menstruasi di SMPN 03 Colomadu. Pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu secara purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010) Besar Sampel Rumus Besar Sampel :

46 30 Keterangan : n : besar sampel Z /2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 1-/2 p : proporsi hal yang diteliti d : presisi N : jumlah populasi Besar sampel = 1,64 2 x 0,5 x (1-0,5) x 68 0,05 2 (68-1) + 1,64 2 x 0,5 x (1-0,5) = 2,6896 x 0,25 x 68 0,0025 x ,6896 x 0,25 = 45,7232 0, , 6724 = 45,7232 0,8399 = 54,438 = 54 Berdasarkan penghitungan tersebut maka jumlah sampel adalah 54 remaja putri.

47 Kriteria Sampel Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel ( Notoatmodjo, 2010). Responden pada penelitian ini adalah remaja putri di SMPN 03 Colomadu dengan kriteria inklusi sebagai berikut : a. Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi b. Remaja putri yang mengalami nyeri disminore c. Remaja putri yang tidak menggunakan obat anti nyeri (kecuali obat oles). Kriteria eksklusi adalah kriteria yang menyebabkan subjek penelitian tidak dapat dijadikan sampel penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu : a. Remaja yang belum mengalami pubertas b. Remaja yang tidak mengalami nyeri disminore. 3.6 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Desember 2015 di SMPN 03 Colomadu.

48 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Independen : Guided Imagery Dependen : Nyeri Disminore merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu merupakan nyeri pada daerah perut yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama jam, meskipun pada umumnya hanya berlangsung 24 jam pertama saat terjadi perdarahan haid. SOP guided imagery menggunakan Skala numerik ( Numerical Rating Scales, NRS ) - - Rasio Dimulai dari angka 0 (tidak ada nyeri) sampai angka 10 (nyeri sangat berat) 3.5 Pengumpulan Data Sumber Data Menurut Setiadi (2007), data primer merupakan data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan, survei, dan lain sebagainya. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil observasi pengkajian tingkat nyeri disminore pada remaja yang sedang menstruasi

49 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian lembar observasi tingkat nyeri yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Langkah-langkah dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut : a. Menentukan kriteria responden sesuai dengan kriteria penelitian. b. Menjelaskan tujuan dari penelitian relaksasi Guided Imagery untuk tingkat nyeri. c. Meminta kesediaan responden untuk ikut dalam penelitian d. Guided imagery diberikan kepada remaja putri yang mengalami nyeri disminore. e. Pre test: pengukuran tingkat nyeri pertama dilakukan pada saat sebelum perlakuan relaksasi Guided Imagery. h. Menjelaskan kepada responden tentang Guided Imagery. i. Perlakuan: Responden diberikan Guided Imagery secara individual, peneliti memberikan guided imagery tanpa dibantu assiten (Dapat dilihat di SOP Guided Imagery) (Lampiran 7). j. Post test: pengukuran tingkat nyeri setelah tindakan relaksasi Guided Imagery diberikan. k. Guided Imagery diberikan antara 7-10 menit.

50 Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Dalam pengisian lembar observasi menggunakan metode check list agar dapat memberikan hasil secara langsung. Alat yang yang digunakan untuk mengidentifikasi nyeri menggunakan skala numeric (Numerical Rating Scales, NRS ). Sedangkan dalam pelaksanaan pemberian guided imagery menggunakan SOP guided imagery Uji Validitas dan Uji Realibitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid maka instrumen harus di uji terlebih dulu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan memiliki suatu kesamaan apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha 0,6 (Setiadi, 2007). Uji validitas dan reliabilitas tidak dilakukan pada penelitian ini, karena instrumen untuk mengukur tingkat nyeri yang digunakan dalam penelitian ini sudah pernah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Alat ukur skala nyeri NRS memiliki validitas sebesar r= 0,90. Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sugiyono 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Li, Liu, & Herr (2007) bahwa

51 35 skala nyeri NRS menunjukkan reliabilitas lebih dari 0,95 (Armiyati, 2009). 3.6 Teknik Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Editing Editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian dalam lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada data yang kurang dapat segera dilengkapi. Editing pada penelitian ini meliputi pemeriksaan kelengkapan isi lembar observasi, kesesuaian skor yang dicantumkan oleh peneliti dengan skor masing masing indikator, dan pemeriksaan jumlah skor total. 2. Coding Teknik coding dilakukan dengan memberikan tanda pada masingmasing jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan ke dalam lembaran tabel kerja. Data yang didapat dari skala NRS adalah data berupa angka. Peneliti memasukkan data angka tersebut menjadi data kategorik sesuai panduan skala nyeri NRS. 3. Processing/entry Proses memasukkan data ke dalam tabel dilakukan dengan program yang ada di komputer (Setiadi, 2007). Proses memasukkan data pada penelitian ini menggunakan program SPSS. Data yang diolah pada SPSS

52 36 merupakan data rerata tingkat nyeri sebelum relaksasi Guided imagery (pretest) dan data rerata tingkat nyeri setelah pemberian relaksasi guided imagery (post test). 4. Cleaning Cleaning merupakan teknik pembersihan data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan peneliti (Setiadi, 2007). Cleaning pada penelitian ini dilakukan dengan cara memeriksa data yang benar-benar dibutuhkan oleh peneliti (karakteristik responden, hasil observasi pre-test dan post-test) dan menghapus data-data yang tidak dibutuhkan pada setiap variabel. Semua data yang diperoleh peneliti merupakan data yang digunakan dan diolah untuk dianalisa. 3.7 Analisa Data a. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Fungsi analisis sebenarnya adalah untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui remaja yang mengalami nyeri disminore di SMPN 03 Colomadu. b. Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui interaksi antar variabel tersebut, baik bersifat komparatif, asosiatif ataupun

53 37 korelatif. Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisa bivariat (Saryono, 2008). Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov karena data berdistribusi normal maka akan dilakukan paired t test. Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji paired t test. Interpretasi apabila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja dan apabila nilai p 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh guided imagery terhadap tingkat nyeri disminore pada remaja. 3.8 Etika Penelitian Semua penelitian yang berhubungan dengan manusia sebagai objek dari penelitian harus mempertimbangkan etika dari penelitian. Peneliti bertanggung jawab penuh melakukan pemeriksaan terkait bahaya dan keamanan penelitian. 1. Lembar persetujuan penelitian (Informed Consent) Informed consent berisi tentang surat pernyataan kesediaan untuk mengikuti suatu kegiatan. Peneliti menjelaskan hak-hak dan tanggung jawab peneliti dan responden. Peneliti menjelaskan informasi tentang kegiatan, keuntungan dan bahaya yang mungkin terjadi. 2. Tanpa nama (Anonimity) Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan tidak mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

54 38 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasian responden tetap dijaga, dan peneliti menjamin bahwa informasi apapun yang diberikan responden akan dirahasiakan, dan hanya peneliti dan responden yang tahu. 4. Kemanfaatan (Beneficience) Peneliti mengetahui manfaat dan resiko yang dapat muncul dari penelitian yang dilakukan. Penelitian memberi manfaat lebih besar dari dampak negatif yang ditimbulkan. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur yang dianjurkan. 5. Keadilan (Justice) Keadilan dalam penelitian ini yaitu peneliti memperlakukan semua responden sama satu dengan yang lain karena semua responden memiliki hak yang sama.

55 39

56 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang berupa analisis univariat, analisis bivariat. Responden pada penelitian ini adalah siswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian di SMP N 03 Colomadu. Pengambilan data ini dilakukan dari 01 Oktober 2015 sampai dengan 20 Desember Responden penelitian dengan jumlah 54 siswi. 4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur ( n = 54 ) Klasifikasi Frekuensi (orang) Presentase (%) 13 tahun 40 74,1 % 14 tahun 14 25,9 % Total % Berdasarkan tabel 4.1 diatas diperoleh distribusi frekuensi karakteristik siswi SMPN 03 Colomadu yang menjadi responden penelitian berdasarkan umur adalah 74, 07 % untuk usia 13 tahun yaitu sebanyak 40 siswi, untuk responden 25,92 % dengan usia 14 tahun sebanyak 14 siswi. Hal ini menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah siswi yang berusia 13 tahun. 39

57 Nyeri Disminore sebelum diberikan Guided Imagery Tabel 4.2 Nyeri Disminore sebelum diberikan Guided Imagery ( n = 54 ) Variabel Frekuensi Persentase (%) Nyeri Ringan 10 18,5 % Nyeri Sedang 28 51,9 % Nyeri Berat 16 29,6% Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat nyeri responden sebelum (pre) dilakukan guided imagery yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 10 siswi (18,5%), yang mengalami nyeri sedang sebanyak 28 siswi (51,9%) dan responden yang mengalami nyeri berat sebanyak 16 siswi (29,6%) Nyeri Disminore setelah diberikan Guided Imagery Tabel 4.3 Nyeri Disminore setelah diberikan Guided Imagery ( n = 54 ) Variabel Frekuensi Persentase (%) Nyeri Ringan 23 42,6 % Nyeri Sedang 31 57,4 % Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat nyeri responden setelah (post) dilakukan guided imagery yang mengalami nyeri ringan menjadi 23 siswi (42,6%), yang mengalami nyeri sedang menjadi 31 siswi (57,4%) dan responden yang mengalami nyeri berat sudah tidak ada.

58 Analisis Biviariat Efektifitas pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMPN 03 Colomadu. Analisa Bivariat merupakan analisis data yang digunakan untuk mengetahui interaksi dua variabel, secara analitik korelasi. Analisa bivariat pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMPN 03 Colomadu. Hasil uji bivariat yang menjelaskan efektifitas pemberian guided imagery dalam mengatasi nyeri dismenore dijelaskan lebih lanjut dibawah ini: Tabel 4.4 Uji Normalitas Intensitas Skala Nyeri dengan Pemberian Guided Imagery dengan Kolmogorov-Smirnov Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig Sebelum 54 1, ,071 Sesudah 54 1, ,211 Berdasarkan tabel 4.5 uji normalitas intensitas skala nyeri menggunakan Kolmogorov-Smirnov karena sampel yang ada hanya 54 responden. Kolmogorov- Smirnov akan memberikan hasil lebih akurat ketika jumlah sampel yang kita miliki lebih dari 50 (Dahlan,2012). Pada uji normalitas intensitas skala nyeri menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dengan pemberian guided imagery didapatkan nilai p pada kelompok sebelum p=0,071 dan pada kelompok sesudah p=0,211. Hal ini berarti nilai p>0,05 yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan paired t test untuk membandingkan nyeri disminore pada kelompok sebelum dan kelompok sesudah.

59 42 Tabel 4.5 Hasil Analisis Statistik Paired T Test Pada Pemberian Guided Imagery Pre dan Post. Mean SD t Sig (2-tailed) Sebelum 2,5926, , Sesudah 2,0741,72299 Berdasarkan hasil uji paired t test pada pemberian guided imagey didapatkan hasil bahwa Sig (2-tailed) menunjukan nilai p < 0,001 (p-value < α 0,05) dan nilai t sebesar 7,555 sehingga H 0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore pada remaja di SMPN 03 Colomadu.

60 43

61 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analis Univariat Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Penelitian menunjukkan bahwa siswi-siswi SMPN 03 Colomadu yang sudah mengalami menstruasi berumur 13 tahun (74, 07 %) dan 14 tahun (25,92 %). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memasuki tahap perkembangan remaja yang berupa perkembangan seks sekunder (Fatia, 2009). Menurut Ali dan Asrori (2014) perkembangan remaja dibagi menjadi perkembangan intelektual, perkembagan seksual, perkembangan emosional, perkembangan kreativitas, perkembangan sosial dan perkembangan nilai, moral dan sikap. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rakhma (2012) yang menunjukan dismenore dialami lebih banyak pada tingkat usia dua belas tahun keatas. Penelitian Thing (2011) pada remaja yang mengalami menstruasi rata-rata berumur 15,5 tahun. Dismenore akan bertambah berat setelah beberapa tahun setelah menstruasi pertama sampai usia tahun kemudian dismenore akan mulai mereda. American Academy of Pediatrics, Committee on Adolescence, American College of Obstetricians and Gynecologists and Committee on Adolescence Health Care (2006) mengungkapkan median usia 43

62 44 menstruasi pertama stabil antara usia 12 sampai 13 tahun, dan hanya 10% yang mengalami menstruasi pertama pada usia 11,1 tahun dan 90% sudah mengalami menstruasi pada usia 13,75 tahun Nyeri Disminore sebelum diberikan Guided Imagery Berdasarkan distribusi data tentang nyeri disminore sebelum diberikan guided imagery tingkat nyeri responden sebelum (pre) dilakukan guided imagery yang mengalami nyeri ringan sebanyak 10 siswi (18,5%) dan responden yang mengalami nyeri sedang sebanyak 28 siswi (51,9%) dan responden yang mengalami nyeri berat sebanyak 16 siswi ( 29,6% ). Disminore merupakan nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Nugroho & Utomo, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakhma (2012) yang membagi derajat dismenore dalam tiga derajat nyeri dismenore yaitu derajat nyeri ringan, derajat nyeri sedang dan derajat nyeri berat. Siswi yang mengalami dismenore derajat nyeri ringan sebanyak 60 siswi, dismenore derajat nyeri sedang sebanyak 44 siswi dan dismenore derajat nyeri berat sebanyak 25 siswi. Maka sebagian besar siswi SMK Arjuna mengalami nyeri ringan. Penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya sama dalam hal pembagian derajat nyeri. Penelitian yang dilakukan membagi nyeri menjadi nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat. Penelitian

63 45 Rahkma (2012) juga membagi nyeri menjadi nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat. Disminore terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah yang tinggi, akibat pengaruh progesteron selama fase luteal pada siklus menstruasi, sehingga menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, menyebabkan iskemi. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang didefinisikan dalam berbagai perspektif. Menurut Tournaire & Thea-Yonneau (2007) dalam Andarmoyo (2013) nyeri adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh. Pengkajian nyeri berguna untuk menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa yang sesuai dan menentukan tindakan yang tepat. Nyeri merupakan suatu yang nyata yang bisa diukur dan dijelaskan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswi yang mengalami nyeri sebelum diberikan guided imagery, mereka tidak melakukan hal-hal yang dapat mengurangi nyeri. Sebagian besar siswi yang merasakan nyeri disminore hanya tidur berbaring untuk menghilangkan nyeri Nyeri Disminore setelah diberikan Guided Imagery Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat nyeri responden setelah (post) dilakukan guided imagery yang mengalami

64 46 nyeri ringan sebanyak 23 siswi (42,6%) dan responden yang mengalami nyeri sedang sebanyak 31 siswi (57,4%) dan responden yang mengalami nyeri berat sudah tidak ada. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang sudah diberikan guided imagery yang mengalami nyeri ringan menjadi 23 siswi yang sebelum diberikan berjumlah 10 siswi, siswi yang mengalami nyeri sedang juga mengalami perubahan menjadi 31 siswi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian guided imagery terhadap nyeri disminore sangat efektif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari, Ratna, Judha (2012) yang berjudul Pengaruh Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pasien yang mengalami nyeri fraktur setelah diberikan guided imagery mengalami penurunan intensitas nyeri. Pasien yang berjumlah 30 sebelum diberikan guided imagery mengalami nyeri sedang, setelah diberikan guided imagery 17 orang menjadi nyeri ringan. Guided Imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Relaksasi guided imagery akan membuat tubuh lebih rileks dan nyaman. Ketika responden dianjurkan untuk nafas dalam, secara perlahan tubuh responden akan merasakan rileks. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin

65 47 Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) yang menyebabkan meningkatnya produksi enkephalin olek medulla adrenal. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endorphin neurotransmiter yang dipercaya mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Guyton & Hall, 2007). Area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat sadar adalah amigdala yang berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang dalam hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Maka amigdala dianggap membantu menentukan pola respon perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dari hipokampus rangsangan yang bermakna dikirim ke amigdala. Amigdala mempunyai serangkaian tonjolan reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmiter yang mengirimkan sinyal ke wilayah sentralnya sehingga terbentuk pola respon perilaku yang sesuai dengan rangsangan yang diterima (Guyton & Hall, 2007). Guided Imagery dapat memberikan rasa pemberdayaan atau kontrol pada individu. Dengan pemberdayaan diri dan nafas yang teratur dan dalam akan meningkatkan enkephalin dan β endorphin dan dengan adanya rangsangan berupa bayangan tentang hal hal yang disukai maka responden akan merasa rileks dan mengurangi nyeri yang dirasakan.

66 48 Guided Imagery dapat memberikan rasa pemberdayaan atau kontrol pada individu. Teknik ini dapat diinduksi oleh seorang terapis yang membimbing pasien. Gambaran mental yang dihasilkan digunakan adalah semata-mata produk dari imajinasi individu. Beberapa individu mengalami kesulitan dalam membayangkan. Mereka mungkin tidak mendapatkan gambar yang jelas. Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membayangkan dimungkinkan karena perasaan gugup pada terapis. Kegugupan ini dapat diatasi dengan melakukan terapi mandiri (tanpa terapis) dengan menggunakan rekaman suara. 5.2 Hasil Analisis Bivariat Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMPN 03 Colomadu Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa pemberian guided imagery menunjukkan hasil yang efektif dalam mengatasi nyeri dismenore. Hal ini terlihat dari hasil uji paired t test pada pemberian guided imagey didapatkan hasil bahwa Sig (2-tailed) menunjukan nilai p < 0,001 (p-value < α 0,05) dan t tabel 15,34 sehingga didapatkan hasil bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima, hasil tersebut disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nyeri pre dan post. Responden yang diberikan guided imagery mengalami penurunan nyeri, dari yang sebelum diberikan guided imagery

67 49 mengalami nyeri sedang setelah diberikan guided imagery menjadi nyeri ringan. Guided imagery diberikan kepada siswi SMPN 03 Colomadu yang mengalami nyeri disminore, sebelum diberikan siswi yang mengalami nyeri disminore diukur dahulu skala nyerinya kemudian setelah itu diberikan guided imagery. Siswi dibimbing untuk membayangkan sesuatu yang indah sambil mendengarkan musik yang disukai. Setelah itu diukur kembali skala nyerinya. Responden yang sudah diberikan guided imagery mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan rasa nyeri. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ratnasari, Ratna, Judha (2012) tentang Pengaruh Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Rsud Panembahan Senopati Bantul. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pemberian guided imagery terhadap nyeri pada pasien postoperasi fraktur di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan nyeri pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah pemberian perlakuan guided imagery. Didukung Hasil uji t didapat nilai t hitung sebesar 7,828 dengan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05). Nyeri mengalami penurunan dari ratarata sebesar 5,77 pada sebelum pemberian perlakuan guided imagery dan mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan guided imagery menjadi rata-rata sebesar 3,90. Hasil analisis uji t juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri jika dibandingkan antara pasien yang diberikan

68 50 perlakuan guided imagery dan yang tidak diberikan perlakuan guided imagery. Didukung hasil uji t didapat nilai t hitung sebesar 8,920 dengan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05). Rata-rata nyeri pada kelompok eksperimen sebesar 3,90 dan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok kontrol 5,83. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan tingkat nyeri pasien yang diberi perlakuan guided imagery dan yang tidak diberikan perlakuan guided imagery. Kesamaan hasil dengan penelitian sebelumnya memberikan gambaran efektifitas guided imagery dalam menurunkan tingkat nyeri. Hal ini berimplikasi bahwa guided imagery dapat dijadikan sebagai alternatif terapi yang dapat digunakan oleh perawat untuk penanganan nyeri pada pasien.

69 43

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR Yeti Nurhayati 1) 1 ABSTRAK Kata kunci : ABSTRACT Keyword 62 1. PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu ABSTRAK

Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu ABSTRAK Efektivitas Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja Di SMP N 03 Colomadu 1) Nur Aeni Eki S, 2) Yeti Nurhayati, 3) Sunardi 1) Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Lebih terperinci

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan rancangan non randomized control group pretest posttest design. Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Studi dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spruth), dan pada umumnya belum mencapai tahap kematangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Eksperiment dengan rancangan pre dan post test one group design yaitu responden dilakukan pengukuran tingkat nyeri

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN. PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN Pinilih Pangesti Utami 1, Adi Isworo 2, Moh. Hanafi 2, Siti Arifah 2 1Mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Magelang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan rancangan Non Equivalent Control

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupkan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen Design dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Two Group Pre Test and Post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi eksperimental design, dengan rancangan yang digunakan adalah posttest only control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar variabel yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experiment menggunakan pendekatan pre-post test design with control group.

BAB III METODE PENELITIAN. experiment menggunakan pendekatan pre-post test design with control group. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitative dengan metode quasy experiment menggunakan pendekatan pre-post test design with control group. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat quasy experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group design. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA 0 PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi Dismenore Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2007 dalam Traore, 2012: 39), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Peneliti melakukan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Design. Rancangan yang digunakan adalah Non-equivalent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kearah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sekitar 1 miliyar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk di dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang, seperti Indonesia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif, yaitu rancangan penelitian yang menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RURIYANI 070201071 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2012). Menurut Depkes RI dan Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. dalam penelitian ini adalah metode masase dan variabel dependen adalah nyeri

BAB III KERANGKA KONSEP. dalam penelitian ini adalah metode masase dan variabel dependen adalah nyeri BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebanyakan wanita pada masa reproduksi mengalami beberapa gejala psikologik (alam perasaan negatif) atau gejala fisik pada fase luteal siklus menstruasi. Sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan Non Equivalent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika presentase kejadian

Lebih terperinci

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Dewi Kurniawati J410

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini terdapat kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian eksperimental yaitu penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian Non Experimen (Hidayat, 2007). Dalam rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005). 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) dengan rancangan pretest-posttest group design (Dahlan, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO angka dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel

BAB 3 METODE PENELITIAN. komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel yaitu pengaruh kompres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu. tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu. tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu sebagai kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi adalah proses alami pada wanita ditandai dengan proses deskuamasi, atau meluruhnya endometrium bersama dengan darah melalui vagina. Terjadi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dalam masa hidupnya pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Remaja adalah masa dalam perkembangan manusia, ketika anak berubah dari makhluk aseksual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen (Preeksperiments design). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre test dan post test design.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disminorhoe adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa untuk beristirahat atau berakibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan perempuan, terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu istilah yang menunjukkan masa peralihan perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu periode waktu yang menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa remaja ini, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium (Hamilton, 1995). Menstruasi terjadi hampir setiap 28 hari

Lebih terperinci

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, pada masa remaja seseorang akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan tipe atau jenis penelitian quasi eksperimen kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 41 BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK DWI NANDA YANI NIM I31112031 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental, yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental, yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental, yaitu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKHNIK BIRTHBALL DENGAN TINGKAT NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPM UMU HANI YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKHNIK BIRTHBALL DENGAN TINGKAT NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPM UMU HANI YOGYAKARTA TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKHNIK BIRTHBALL DENGAN TINGKAT NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPM UMU HANI YOGYAKARTA TAHUN 2015 Umu Hani Akademi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah E-mail

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci