V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9 Sebaran Perjumpaan Jenis Burung Rangkong di Lokasi Survei.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9 Sebaran Perjumpaan Jenis Burung Rangkong di Lokasi Survei."

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Burung Rangkong dan Satwa Lain di Harapan Rainforest Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) A. Kondisi Burung Rangkong Pada Jalur Pengamatan Terdapat sembilan jenis burung rangkong yang ada di Harapan Rainforest, tujuh jenis diantaranya dijumpai pada saat penelitian, yaitu Enggang jambul (Berenicornis comatus), Enggang cula (Buceros rhinoceros), Rangkong gading (Rhinoplax vigil), Julang jambul-hitam (Aceros corrugatus), Julang emas (Rhyticeros undulatus), Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) dan Enggang klihingan (Anorrhinus galeritus). Burung rangkong dijumpai pada saat melakukan aktivitas terbang, istirahat, membersihkan bulu (preening), makan, bersuara dan bersarang. Jenis yang ditemukan di ketiga lokasi survei jalur yaitu Julang jambul-hitam, Rangkong badak dan Rangkong gading. Sebaran area perjumpaan jenis burung rangkong ditampilkan pada Tabel 9. Nama lokal burung rangkong di Harapan Rainforest ditampilkan pada Lampiran 6. Tabel 9 Sebaran Perjumpaan Jenis Burung Rangkong di Lokasi Survei. Area No. Nama Indonesia Nama Ilmiah Camp Harapan Fokus 3 CS Kapas 1. Enggang jambul Berenicornis comatus Enggang cula Buceros rhinoceros 3. Julang jambul-hitam Aceros corrugates 4. Kangkareng hitam Anthracoceros malayanus - 5. Rangkong gading Rhinoplax vigil 6. Julang emas Rhyticeros undulatus - 7. Enggang klihingan Anorrhinus galeritus - Jenis rangkong yang sering dijumpai di area sekitar Camp Harapan yaitu Julang jambul-hitam dengan jumlah perjumpaan sebanyak sebelas kali. Rangkong gading dijumpai dua kali perjumpaan. Rangkong badak dijumpai satu kali, jenis ini diketahui selama tiga hari berturut-turut setiap pagi hari terdengar bersuara di area forest trail Camp Harapan. Dua jenis lainnya yaitu Enggang klihingan dan

2 Kangkareng hitam masing-masing dijumpai tiga kali dan empat kali perjumpaan di sekitar Camp Harapan yaitu KM 38 dan danau Camp 35. Burung rangkong banyak ditemukan melintas area Camp Harapan yang dekat dengan danau. Total perjumpaan burung rangkong di Camp Harapan sebanyak 21 kali. Tabel perjumpaan burung rangkong ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10 Perjumpaan Burung Rangkong di Camp Harapan. Jumlah Jenis Kelamin No. Tanggal Nama Jenis Aktivitas Individu Jantan Betina Anakan 1 7-Feb Enggang cula S Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam THT I Pre Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam T Feb Julang jambul-hitam THT Feb Julang jambul-hitam T Feb Kangkareng hitam THT Feb Kangkareng hitam THT Feb Kangkareng hitam THT Feb Kangkareng hitam T Jan Rangkong gading S Jan Rangkong gading S Feb Enggang Klihingan M Feb Enggang Klihingan Br Feb Enggang Klihingan Br Total Perjumpaan : 21 kali perjumpaan Keterangan aktivitas : S (suara), T (terbang), M (makan), I (istirahat), Br (bermain), THT (terbang-hinggap-terbang) dan Pre (preening/membersihkan bulu). Fokus 3 merupakan lokasi survei yang baik untuk melihat atraksi terbang burung rangkong dengan posisi pengamat berada di jalur. Selain itu, bentangan alam Fokus 3 menyediakan banyak lahan terbuka dan terdapat pohon yang menjulang tinggi dibandingkan dengan kedua lokasi survei lainnya, sehingga memungkinkan untuk dapat melihat rangkong melakukan aktivitas terbang dan

3 kemudian hinggap serta beristirahat pada dahan tegakan pohon yang berada di pinggir jalur kawasan. Karena salah satu kebiasaan rangkong yaitu menyukai daerah terbuka untuk terbang melintas dan istirahat (Madrim 1990; Suryadi 2004). Tabel perjumpaan burung rangkong di Fokus 3 ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11 Perjumpaan Burung Rangkong di Fokus 3. No. Tanggal Nama Jenis Aktivitas Jumlah Jenis Kelamin Individu Jantan Betina 1 26-Jan Enggang cula S Jan Julang jambul-hitam I Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam I Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam S Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam THT Jan Julang jambul-hitam H Feb Julang jambul-hitam T Feb Julang jambul-hitam T Feb Julang jambul-hitam THT Feb Julang jambul-hitam T Feb Julang jambul-hitam THT Feb Julang jambul-hitam THT Jan Kangkareng hitam T Jan Rangkong gading S Feb Julang emas THT Feb Julang emas T Feb Julang emas T Total Perjumpaan : 29 kali perjumpaan Keterangan aktivitas : S (suara), T (terbang), M (makan), I (istirahat), Br (bermain), THT (terbang-hinggap-terbang) dan Pre (preening/membersihkan bulu).

4 Lokasi Camp di Fokus 3 dan Heliped merupakan lokasi yang sering dilintasi oleh burung rangkong. Sama seperti yang terjadi di Camp Harapan, jenis rangkong yang sering dijumpai yaitu Julang jambul-hitam. Jumlah perjumpaan jenis tersebut yaitu 23 kali dari 29 kali. Burung rangkong sulit terlihat pada saat terbang di CS Kapas karena penutupan kanopi yang rapat. Area CS Kapas baik untuk dilakukan pengamatan tempat tidur bagi rangkong karena CS Kapas merupakan area konsentrasi tempat tidur bagi rangkong. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan hasil pengamatan yaitu tercatat dua kali perjumpaan rangkong pada sore hari menjelang malam berkumpul pada satu sampai dua tegakan pohon dengan jumlah individu 3 7 ekor per satu kelompok. Jenis yang dijumpai Julang jambul-hitam dan Enggang klihingan. Jenis Julang emas dijumpai pada saat bersarang. Jenis rangkong lainnya dijumpai pada saat terbang dan bersuara. Rangkong gading dijumpai hanya melalui suara. Jumlah total perjumpaan burung rangkong yaitu sembilan kali. Tabel perjumpaan burung rangkong di CS Kapas ditampilkan pada Tabel 12. Foto dokumentasi burung rangkong di lokasi survei ditampilkan pada Gambar 7. Tabel 12 Perjumpaan Burung Rangkong di CS Kapas. No. Tanggal Nama Jenis Aktivitas Jumlah Individu Jenis Kelamin Jantan 1 7-Jan Enggang cula THT Jan Julang jambul-hitam T Jan Julang jambul-hitam I Jan Julang jambul-hitam THT Jan Rangkong gading S Jan Rangkong gading S Jan Enggang klihingan I Jan Rangkong sp. THT Jan Rangkong sp. T Betina Total Jumlah Perjumpaan : 9 kali perjumpaan Keterangan aktivitas : S (suara), T (terbang), M (makan), I (istirahat), Br (bermain), THT (terbang-hinggap-terbang) dan Pre (preening/membersihkan bulu).

5 (a) (b) (c) (d) Gambar 7 Burung rangkong (a) Julang jambul-hitam (Aceros corrugatus) betina di forest trail Camp Harapan, (b) Julang jambul-hitam jantan di jalur Fokus 3, (c) Julang emas (Rhyticeros undulatus) di CS Kapas dan (d) Rangkong gading (Rhinoplax vigil) di tree platform Camp Harapan. Burung rangkong termasuk dalam jenis spesies kunci (key species) di Harapan Rainforest. Jenis tersebut yaitu jenis Julang jambul-hitam (Aceros corrugatus) dan Rangkong gading (Rhinoplax vigil). Pertimbangan suatu jenis satwa termasuk dalam spesies kunci di Harapan Rainforest yaitu merupakan spesies endemik dan atau dilindungi undang-undang, kelimpahan individu mengalami penurunan, memiliki persyaratan habitat spesifik dan menjadi perhatian dunia internasional. Selain fungsinya sebagai spesies kunci, burung rangkong dapat dijadikan sebagai indikator rusaknya kualitas dan kuantitas hutan. Jika hutan mengalami kerusakan atau degradasi hutan seperti penebangan pohonpohon maka burung rangkong akan pindah ke tempat lain yang kualitas hutannya masih baik.

6 Burung rangkong merupakan burung yang memiliki persyaratan habitat spesifik dan dilindungi oleh undang-undang. Burung rangkong bersifat arboreal yaitu melakukan aktivitasnya di atas kanopi pohon. Pohon yang digunakan adalah pohon tinggi dengan ketinggian 30 meter. Pohon digunakan untuk hinggap, istirahat, tidur dan bersarang. Burung rangkong sebagai spesies kunci mempunyai peranan penting dalam regenerasi hutan karena mempunyai kemampuan menyebarkan benih biji tumbuhan hutan dari buah-buahan yang dimakannya. Burung rangkong sangat dibutuhkan oleh ekosistem karena jangkauan terbangnya yang sangat luas dibanding dengan burung jenis lain (Poonswad 1993; Kinnaird & O Brien 1997; Marthy 2008). Inventarisasi yang dilakukan oleh Harapan Rainforest terhadap jenis burung rangkong yaitu distribusi titik lintasan, inventarisasi sarang, inventarisasi potensi pohon sarang, pembuatan sarang buatan dan penelitian mengenai ekologi pakan rangkong dan penyebaran biji dan benih pada saat bersarang. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui proses regenerasi hutan. Namun Harapan Rainforest masih belum mendapatkan informasi yang cukup mengenai sebaran sarang alami dan pohon pakan, serta jenis pakan burung rangkong yang ada di Harapan Rainforest. 2. Kondisi Burung Rangkong pada Sarana Pengamatan Tree Platform Pengamatan burung pada tree platform merupakan hal yang tidak biasa terjadi di Indonesia. Posisi pengamat berada sejajar dan atau di atas burung rangkong dan burung lainnya pada saat terbang melintas, seperti yang ditampilkan pada Gambar 8. Pengamatan atraksi terbang, terbang-hinggap-terbang (THT) dan istirahat burung rangkong terlihat lebih baik di atas tree platform daripada berada pada jalur.

7 (a) (b) Gambar 8 Pemandangan hutan dilihat dari tree platform (a) di Camp Harapan, tegakan pohon yang menjuntai tinggi merupakan pohon tempat rangkong melakukan perhentian jika sedang melintas dan (b) di Fokus. Tree platform pada forest trail Camp Harapan lebih baik dibandingkan dengan yang berada di Fokus 3. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi tegakan pohon serta hutan yang mendominasi di daerah sekitar tree platform. Tree platform Camp Harapan dikelilingi banyak tegakan pohon daripada di sekitar tree platform pada Fokus 3. Masing-masing jumlah tegakan di sekitar tree platform Camp Harapan dan Fokus 3 dengan radius 200 meter dari tree platform yaitu 20 tegakan dan 16 tegakan. Karakteristik tegakan kesukaan burung rangkong yaitu

8 memiliki tinggi lebih dari 30 meter, berbatang besar, tinggi bebas cabang setinggi 30 meter, mempunyai cabang yang besar dan kanopi lebar dan rimbun dedaunan. Kondisi tegakan di sekitar tree platform Camp Harapan masih dalam kondisi baik yaitu berbatang besar, tinggi serta kokoh, sedangkan kondisi tegakan di sekitar tree platform Fokus 3 tidak dalam kondisi baik yaitu beberapa batang tegakan sudah mati, rapuh, diameter tegakan lebih kecil daripada kondisi di Camp Harapan serta tidak memiliki kanopi yang lebar dan sedikit dedaunan. Pada Fokus 3 tegakan pohon kesukaan burung rangkong terletak lebih dari 400 meter dari tree platform. Kondisi hutan di sekitar tree platform Camp Harapan didominasi oleh vegetasi habitat hutan sekunder sedang, sedangkan di sekitar tree platform Fokus 3 didominasi oleh vegetasi hutan sekunder rendah. Rangkong terbang melintas tree platform Camp Harapan dengan radius meter (m) dan sering terlihat yaitu sebanyak 21 kali perjumpaan pada pagi dan sore hari, sedangkan pada Fokus 3 rangkong jarang sekali terlihat yaitu sebanyak 12 kali perjumpaan radius lebih dari 300 meter dan hanya terlihat pada waktu sore hari. Jenis rangkong yang melintas di tree platform Camp Harapan yaitu Julang jambul-hitam dan Rangkong gading. Pada tree platform Fokus 3 yaitu Julang jambul-hitam dan Julang emas, sedangkan Kangkareng hitam teridentifikasi melalui suara. Tabel pengamatan tree palform Camp Harapan ditampilkan pada Tabel 13 dan tree platform Fokus 3 pada Tabel 14. Faktor lain yang mempengaruhi tidak ada rangkong yang melintasi tree platform yaitu cuaca. Pada saat dilakukan pengamatan di tree platform Camp Harapan cuaca cerah, sedangkan pada saat di Fokus 3 cuaca mendung, gerimis dan hujan pada pagi dan atau siang hari. Tree platform yang digunakan untuk pengamatan pada saat penelitian yaitu dua dari lima unit yang ada di Harapan Rainforest. Rencana awal pengamatan akan dilakukan pada kelima tree platform tetapi karena waktu penelitian tidak cukup dan kondisi Harapan Rainforest pada saat itu sedang mengalami masalah maka pengamatan pada tree platform dilakukan pada dua unit yang berada pada lokasi survei jalur. Suasana dan kondisi saat di tree platform ditampilkan pada Gambar 9.

9 Gambar 9 Suasana dan kondisi tree platform di Camp Harapan.

10 Tabel 13 Pengamatan Burung Rangkong pada Tree Platform Camp Harapan. Tanggal Waktu Nama Jenis Jumlah individu Aktivitas Koordinat ( ) Arah terbang Koordinat arah terbang ( ) Lama aktivitas ( menit; detik) 22-Jan 7:45 Rangkong gading 1 S ' 25" Jan 7:55 Rangkong gading 1 S ' 05" 165 Dari Ke Jarak dari platform (m) 22-Jan 10:07 Julang jambul-hitam 1 T - B > U " 243 jantan 22-Jan 11:05 Julang jambul-hitam 1 T - BL > U " 55 jantan 22-Jan 16:44 Rangkong gading 1 S " Jan 16:54 Rangkong gading 1 S ' 03" Jan 16:59 Rangkong gading 1 S ' 12" Jan 17:27 Julang jambul-hitam 1 T - B > U " 149 jantan 23-Jan 17:04 Julang jambul-hitam 1 H - B > TL ' 15" 157 betina 23-Jan T " Jan 17:05 Julang jambul-hitam 1 H - T > U " 92 jantan 23-Jan T " Jan 16:54 Rangkong gading 1 T - B > BD " 267 jantan 23-Jan 17:03 Rangkong gading 1 S " Jan 17:13 Rangkong gading 1 S ' Jan 7:19 Rangkong gading 1 T - S > B " 220 jantan 24-Jan H " Jan T " Jan 7:39 Rangkong gading 1 S " Jan 8:05 Rangkong gading 1 T - B > BD " 175 jantan 24-Jan I Pre - BD '30" 175 Catatan

11 Lanjutan Tabel 13 Pengamatan Burung Rangkong pada Tree Platform Camp Harapan. Tanggal Waktu Nama Jenis Jumlah individu Aktivitas Koordinat ( ) Arah terbang Koordinat arah terbang ( ) Dari Ke Lama aktivitas (detik) 24-Jan T - BD > T " 300 Jarak dari platform (m) 24-Jan 8:40 Julang jambul-hitam 1 T S > B " 150 jantan 24-Jan H " Jan T B > U " Jan 8:41 Rangkong gading 1 S " Jan 8:53 Julang jambul-hitam 1 S 165 8" Jan 10:06 Rangkong gading 1 S " Jan 11:50 Rangkong gading 1 S 140 1" 250 Keterangan : Aktivitas yaitu S (suara), T (terbang), H (hinggap), I (istirahat) dan Pre (preening/membersihkan bulu); Koordinat yaitu U (utara), TL (timur laut), T (timur), TT (timur tenggara), S (selatan), BD (barat daya), B (barat) dan BL (barat laut). Catatan

12 Tabel 14 Pengamatan Burung Rangkong pada Tree Platform Fokus 3. Tanggal Waktu Nama Jenis Jumlah individu Aktivitas 30-Jan 16:15 Julang jambul-hitam 1 S 0 koordinat ( ) Arah terbang Koordinat arah terbang ( ) Dari Ke Lama aktivitas (detik) Jarak dari platform (m) 30-Jan 16:16 Julang jambul-hitam 2 T B > BD " > 300 sepasang 30-Jan H BD " 30-Jan T BD > S " 30-Jan 16:24 Julang jambul-hitam 1 T U > T " > 300 jantan 30-Jan H 50 17" 30-Jan T " 30-Jan 16:27 Julang jambul-hitam 3 T T > U " > 300 jantan 30-Jan 16:50 Julang emas 2 T T > S " > 300 sepasang 30-Jan 17:02 Julang jambul-hitam 2 T T > TL " > 300 jantan 30-Jan 17:12 Rangkong gading 1 S 120 2' 45" > Jan 17:19 Rangkong gading 1 S 70 1' Jan 17:20 Rangkong gading 1 S 70 55" Feb 11:15 Julang jambul-hitam 1 T 250 B 10" > Feb 11:58 Julang jambul-hitam 1 S 250 B 8" > Feb 16:57 Kangkareng hitam 1+ S 15 S 8" 150 Keterangan : Aktivitas yaitu S (suara), T (terbang), H (hinggap), I (istirahat) dan Pre (preening/membersihkan bulu); Koordinat yaitu U (utara), TL (timur laut), T (timur), TT (timur tenggara), S (selatan), BD (barat daya), B (barat) dan BL (barat laut). Catatan

13 B. Burung Selain Famili Bucerotidae yang Ada di Harapan Rainforest Kelas Aves di kawasan Harapan Rainforest berhasil diidentifikasi sebanyak 74 jenis dari 29 famili yang tersebar di ketiga area survei. Keanekaragaman jenis burung di area Fokus 3 lebih tinggi dibanding dengan dua lokasi lainnya yaitu sebanyak 51 jenis, sedangkan pada forest trail Camp Harapan sebanyak 17 jenis dan CS Kapas sebanyak 26 jenis. Jenis burung yang ditemukan di tiga lokasi survei jalur yaitu Takur gedang (Megalaima chrysopogon), Caladi badok (Meiglyptes tukki), Srigunting batu (Dicrurus paradiseus), dan Pijantung tasmak (Arachnothera flavigaster). Jenis satwa yang sering terlihat aktivitasnya di Fokus 3 yaitu Betet ekor-panjang (Psittacula longicauda) dan Tiong emas (Gracula religiosa). Jenis burung yang ditemukan dengan VU (Vulnerable) atau rentan menurut status IUCN Red List yaitu Elang Wallace (Spizaetus nanus) dan Punai besar (Treron capellei). Jenis burung yang masuk kedalam spesies kunci yaitu jenis Tiong emas dan Elang Wallace. Jenis burung dengan status rentan (VU) dan termasuk spesies kunci ditemukan di Fokus 3. Tabel status kelas Aves ditampilkan pada Lampiran 4. Keanekaragaman jenis burung pada pengamatan tree platform yaitu terdapat 25 jenis di Fokus 3 dan 13 jenis di Camp Harapan. Jenis burung yang ditemukan di dua lokasi tree platform yaitu Punai bakau (Treron fulvicollis), Punai kecil (Treron olax), Punai besar (Treron capellei), Walet sarang putih (Collocalia fuciphaga), Takur tenggeret (Megalaima australis), Cucak kuricang (Pycnonotus atriceps) dan Tiong emas (Gracula religiosa). Jenis satwa yang sering terlihat terbang melintas pada tree platform yaitu jenis dari keluarga Punai, Columbidae. Sebaran keanekaragaman jenis kelas Aves di setiap lokasi survei ditampilkan pada Lampiran 2. Jumlah jenis pada Fokus 3 lebih banyak dari lokasi survei lainnya disebabkan oleh daerah peralihan tutupan vegetasi ekosistem (ekoton) pada area Fokus 3 lebih banyak dibandingkan dengan CS Kapas dan Camp Harapan. Walaupun area CS Kapas didominasi oleh hutan sekunder tinggi, namun hal tersebut tidak membuat keanekaragaman jenis semakin banyak. Banyaknya daerah ekoton disuatu tempat menyebabkan keanekaragaman jenisnya semakin tinggi karena merupakan daerah peralihan dari beberapa tipe habitat serta

14 merupakan daerah perbatasan jenis burung antar tipe habitat. Selain itu, cuaca cerah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak jenis burung dijumpai pada lokasi survei. Aktivitas burung pada saat dijumpai bermacam-macam yaitu pada saat terbang, mengicau, makan, bermain dan bertengger. Burung beraktivitas pada waktu pagi hari pukul 06:00 09:00 dan sore hari pukul 16:00 18:00. Waktu tersebut merupakan waktu yang baik untuk dijadikan sebagai atraksi wisata birdwatching atau pengamatan burung. Aktivitas burung di Fokus 3 lebih beragam daripada di forest trail Camp Harapan dan CS Kapas. Hal tersebut disebabkan oleh tutupan vegetasi hutan pada Fokus 3 lebih terbuka dibanding dua lokasi lainnya. Adanya jalur kawasan di Fokus 3 membuat pengamat dapat melihat aktivitas burung dengan jelas. Aktivitas burung pada pagi hari yaitu mencari makan dan berkompetisi dalam mencari makanan. Pada saat berkompetisi burung mengeluarkan kicauannya dan terbang hilir - mudik untuk saling berkejar-kejaran memenangkan kompetisi. Burung ditemukan di pohon yang sedang berbuah. Pada waktu sore hari aktivitas burung lebih bervariasi. Burung akan mencari makan, bermain, mandi dan mencari tempat untuk istirahat dan tidur. Beberapa jenis yang ditemukan di lokasi survei ditampilkan pada Gambar 10.

15 (a) (b) (c) (d) Gambar 10 Burung jenis (a) Kirik-kirik biru (Merops viridis) di camp Fokus 3, (b) Takur tenggeret (Megalaima australis) di sekitar tree platform Fokus 3, (c) Elang wallace (Spizaetus nanus) di jalan kawasan arah ke Fokus 3, dan (d) Sempur-hujan darat (Eurylaimus ochromalus) di sekitar tree platform Fokus 3. Pada waktu siang hari pukul 10:00 15:00 suasana hutan menjadi sepi dari kicauan dan pergerakan burung. Namun ada pengecualian jika cuaca menjadi mendung kemudian hujan pada pagi hari, maka pada waktu siang hari akan terjadi kicauan burung karena pada saat hujan turun burung akan mengurangi aktivitasnya dan akan memulai aktivitas kembali pada saat hujan berhenti. Aktivitas yang dilakukan setelah hujan berhenti yaitu mandi, mencari makan dan bermain. C. Jenis Mamalia yang Ada di Harapan Rainforest Keanekaragaman jenis Mamalia yang tercatat selama penelitian yaitu sebanyak 12 jenis dari 9 famili. Tingkat ketepatan (presisi) kemerataan keanekaragaman jenis pada lokasi survei tinggi, karena jumlah jenis yang terinventarisasi tidak terlalu berbeda serta jenis yang ditemukan tidak beragam antar tiap lokasi survei. Masing masing jumlah jenis yang ditemukan yaitu sebanyak enam jenis di Fokus 3 dan tujuh jenis di Camp Harapan dan CS Kapas.

16 Satwa yang ditemukan di ketiga area survei jalur yaitu Babi hutan (Sus scrofa), Tupai sp. dan Ungko (Hylobates agilis). Jenis Mamalia yang masuk dalam status CITES keadaan rentan yaitu jenis Beruk (Macaca nemestrina), Babi berjenggot (Sus barbatus) dan Beruang madu (Helarctos malayanus). Jenis yang masuk dalam status EN (Endangered) atau terancam punah menurut status IUCN Red List yaitu jenis Simpai (Presbytis melalophos) dan Ungko (Hylobates agilis). Jenis Mamalia arboreal yang masuk kedalam spesies kunci yaitu Ungko. Jenis mamalia terrestrial yang masuk kedalam spesies kunci yaitu Napu (Tragulus napu). Tabel sebaran keanekaragaman jenis kelas Mamalia di setiap lokasi survei ditampilkan pada Lampiran 3. Status keterancaman jenis kelas Mamalia ditampilkan pada Lampiran 5. Keanekaragaman jenis yang ditemukan pada tree platform yaitu lima jenis pada Fokus 3 dan satu jenis pada Camp Harapan. Jenis Mamalia yang ditemukan di kedua tree platform yaitu Ungko. Ungko dijumpai saat melakukan aktivitas istirahat yaitu dengan duduk pada cabang batang pohon dan beberapa kali mengluarkan suara. Jarak Ungko dengan tree platform yaitu ± 200 m. Jenis lain yang terlihat di sekitar tree platform Fokus 3 yaitu Simpai (Presbytis melalophos) dengan jarak 10 m dari tegakan tree platform. Bentuk perjumpaan dengan Mamalia pada survei jalur yaitu melalui jejak dan kubangan pada jenis babi, famili Suidae, dan melihat secara langsung dengan jarak tujuh meter. Jejak dan kubangan banyak ditemukan di area CS Kapas, sedangkan perjumpaan secara langsung pada area Fokus 3. Jenis Beruang madu ditemukan perjumpaan dalam bentuk jejak baru di area Fokus 3 dan bekas cakaran pada tegakan pohon di area CS Kapas. Satwa jenis Babi hutan merupakan salah satu satwa yang mudah dilihat dan banyak ditemukan jejaknya, karena mobilitas (pergerakan) babi cukup luas dan populasinya melimpah dibandingkan dengan jenis babi Berjenggot dan Mamalia lainnya. Hal tersebut karena ditemukan banyak jejak Babi hutan di ketiga area survei. Gambaran aktivitas Mamalia ditampilkan pada Gambar 11. Beruk (Macaca nemestrina) merupakan Mamalia yang mendominasi di area sekitar Camp Harapan. Letak Camp Harapan bersebelahan langsung dengan perkebunan kelapa sawit membuat Beruk menjadi Mamalia yang populasinya

17 cukup banyak. Kandungan lemak yang terdapat didalam buah kelapa sawit membuat Beruk menyukai daerah tersebut serta menjadikan buah kelapa sawit sebagai alternatif pakan bagi keberlangsungan hidup jenis Beruk yang tinggal di kawasan Harapan rainforest. Jenis Ungko merupakan jenis yang paling atraktif dibanding dengan jenis Mamalia lainnya. Ungko sering mengeluarkan suara di beberapa aktivitasnya namun mempunyai sifat pemalu dan sangat peka terhadap gangguan. Suara Ungko dikeluarkan pada saat mempertahankan keberadaan kelompoknya. Satwaliar jenis ini dapat dijadikan sebagai salah satu satwa alternatif wisata minat khusus. (a) (b) (c) (d) Gambar 11 (a) Bekas cakaran Beruang madu (Helarctos malayanus) di CS Kapas, (b) feses baru dari jenis musang, (c) kawanan Babi hutan (Sus scrofa) yang melintas di jalan kawasan arah ke Fokus 3 dan (d) Simpai (Presbytis melalophos) di forest trail Camp Harapan.

18 5.2. Sebaran dan Perilaku Burung Rangkong di Harapan Rainforest A. Sebaran Tempat Makan Burung Rangkong Pohon pakan burung rangkong ditemui sebanyak sembilan pohon, empat jenis dari tiga famili. Empat jenis pohon pakan burung rangkong yang ditemukan di lokasi survei yaitu ara (Ficus variegata), ketam/bedih (Balakata baccata), terap (Artocaspus elasticus) dan medang (Cryptocarya sp.). Masing masing famili dari jenis tersebut secara berturut turut yaitu Moraceae, Euphorbiaceae dan Lauraceae. Jenis ara (Fig) dengan nama lokal aro merupakan buah pakan bagi burung rangkong. Jenis pohon dari famili Moraceae ini merupakan jenis yang tersebar di Asia (Kemp 1991; Poonswad 1993; Kinnaird & O Brien 1997). Informasi mengenai jenis pohon pakan di Harapan Rainforest didapat dari salah satu anggota tim riset dan pohon pakan jenis terap dan medang didapatkan dari masyarakat lokal. Peta sebaran pohon pakan di lokasi survei penelitian ditampilkan pada Gambar 12. Buah ketam/bedih merupakan jenis pohon pakan yang berbuah pada saat penelitian dan terletak di KM 38. Enggang klihingan tercatat sedang memakan buah tersebut di KM 38. Pencatatan sebaran pohon pakan hanya dilakukan pada lokasi survei sekitar Camp Harapan dan CS Kapas. Tidak dilakukan pencatatan pada area Fokus 3. Hal tersebut disebabkan karena kelimpahan jenis pohon ara di sekitar jalur survei Camp Harapan dan CS Kapas lebih banyak dari Fokus 3. Selama dilakukan survei tidak ditemukan jenis pohon ara yang berada di dekat dengan jalur kawasan dan forest trail Fokus 3. Ditemukan tiga tegakan pohon ara dan dua tegakan pohon ketam, satu tegakan pohon medang dan terap di area Camp Harapan, empat tegakan ara di CS Kapas. Survei sebaran tempat makan tidak didapatkan hasil yang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penelitian dilakukan pada saat pohon pakan tidak mengalami musim berbuah dan belum adanya data atau informasi mengenai sebaran pohon pakan burung rangkong.

19 Gambar 12 Peta Sebaran Pohon Pakan Burung Rangkong di Lokasi Survei. Sumber Peta: Harapan Rainforest Peta Oleh: Nur Azizah. Pohon Pakan

20 Jenis buah pakan burung rangkong dapat dilihat dari hasil pengamatan Enggang klihingan yang sedang bersarang di sekitar Jembatan Panjang. Salah satu tujuan dari pengamatan perilaku bersarang yaitu untuk mengetahui jenis buah yang diberikan Enggang klihingan dewasa kepada anakan. Buah yang diberikan oleh E. klihingan dewasa yaitu ada yang berwarna merah, hitam dan ada pula yang sudah menjadi bibit di lantai tanah. Jenis buah yang jatuh dari sarang kemudian dibawa kebagian nursery di Camp Harapan untuk diidentifikasi. Namun sampai saat ini belum teridentifikasi karena masih menunggu bentuk daun dari jenis buah tersebut. Jenis buah pakan ditampilkan, tegakan pohon ara dan plot pengamatan buah pakan rangkong ditampilkan pada Gambar 13. (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar 13 Jenis buah yang dimakan Enggang klihingan (a) jenis buah yang berbentuk lonjong di sekitar sarang, (b) jenis buah yang berbentuk elips, (c) tegakan pohon bedih/ketan (Balakata baccata) di KM 38, (d) jenis buah yang berbentuk bulat dan sudah berkecambah di sekitar sarang, (e) penampang tegakan pohon ara (Ficus variegate) dan (f) plot pengamatan buah pakan rangkong pada sarang.

21 B. Sebaran Tempat Melintas Burung Rangkong Habitat tempat istirahat burung rangkong yaitu di tempat terbuka yang terdapat tegakan pohon dengan dahan yang besar. Burung rangkong menyukai jenis kempas (Koompasia excelsa) dan medang (Cryptocarya sp.) sebagai pohon tempat hinggap dan istirahat. Tercatat tempat istirahat burung rangkong di forest trail Camp Harapan yaitu pada titik CR1. CR1 merupakan area terbuka karena terdapat genangan air dan vegetasi semak dan masih satu bentangan dengan danau yang berada di belakang forest trail, yang dijembatani oleh sebatang kayu besar sebagai jalur, namun area terbuka tersebut dikelilingi oleh tutupan vegetasi hutan sekunder rendah. Terdapat dua tegakan pohon kempas menjulang tinggi diantara vegetasi semak tersebut. Di kedua pohon kempas tersebut tercatat dua kali Julang jambulhitam melintas terbang kemudian hinggap dan istirahat pada sekitar pukul Tempat istirahat lainnnya yaitu sekitar danau KM 38. Tercatat tiga jenis melintas di area tersebut yaitu Enggang klihingan, Julang jambul-hitam dan Kangkareng hitam. Waktu tercatat aktivitas tersebut yaitu sekitar pukul Selain sebagai tempat istirahat, diasumsikan tempat tersebut merupakan tempat makan dan tempat tidur burung rangkong karena di sekitar danau KM 38 terdapat pohon bedih/ketam sebagai pohon pakan serta tegakan pohon kempas dan pohon ara. Menurut informasi yang didapat yaitu burung rangkong menempati kanopi pohon kempas sebagai tempat tidur. Tercatat dua kali Julang jambul-hitam di Fokus 3, dua kali di CS Kapas jenis Julang jambul-hitam dan Enggang klihingan, dan satu kali di KM 38 Enggang klihingan menempati kanopi atas pohon kempas. Waktu ditemukan aktivitas itu pada pukul Area tempat melintas di lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 14 (Camp Harapan). Gambar 15 (Fokus 3) dan Gambar 16 (CS Kapas). Pada area Fokus 3 rangkong menggunakan tegakan pohon sebagai tempat hinggap. Dalam penelitian ini hinggap dibedakan dengan istirahat. Pada aktivitas hinggap didefinisikan rangkong hanya mengambil istirahat sekitar duapuluh detik sampai satu menit untuk melakukan terbang selanjutnya. Pada aktivitas istirahat

22 rangkong melakukan kegiatan membersihkan bulu, bermain dengan pasangannya serta bersuara dengan kisaran lama waktu yaitu tiga sampai dua puluh menit. Tercatat satu kali Julang jambul-hitam beristirahat di area heliped Fokus 3. Hal tersebut diasumsikan dipengaruhi oleh keberadaan pengamat. Pada pengamatan di KM 38 dan CS Kapas pengamat datang lebih dahulu ke lokasi tempat istirahat serta keberadaan pengamat tidak dikenali karena tertutup tegakan vegetasi hutan, sedangkan pada Fokus 3 rangkong dapat cepat mengenali keberadaan pengamat karena area Fokus 3 sangat terbuka dan pengamat berada di jalur dan tidak tertutup.

23 Gambar 14 Peta Sebaran Titik Lintasan Burung Rangkong di Camp Harapan. Peta Oleh: Nur Azizah dan M. Farikhin.

24 Gambar 15 Peta Sebaran Titik Lintasan Burung Rangkong di Fokus 3. Peta Oleh: Nur Azizah dan M. Farikhin.

25 Gambar 16 Peta Sebaran Titik Lintasan Burung Rangkong di CS Kapas. Peta Oleh: Nur Azizah dan M. Farikhin.

26 Sebaran Sarang 1. Sarang Alami Ditemukan tiga lubang pohon alami yang digunakan burung rangkong untuk bersarang yaitu di CS Kapas, KM 46 dan di sekitar Jembatan Panjang. Sarang yang ditemukan yaitu Julang emas di CS. Kapas, dan Enggang klihingan di KM 46 dan arah ke Fokus 3. Ketiga sarang alami tersebut menggunakan pohon jenis kempas (Koompasia excelsa) sebagai tempat untuk bersarang. Burung rangkong tidak melubangi pohon sarangnya sendiri melainkan menggunakan lubang pohon alami yang sudah dilubangi oleh burung jenis lain (Kemp 1995). Parameter arah lubang sarang digunakan untuk membantu peletakkan sarang buatan di Harapan Rainforest. Bentuk sarang alami tiap jenis burung rangkong tidak selalu sama, hal tersebut disesuaikan dengan ukuran tubuh dari jenis burung rangkong. Lubang dan keliling sarang alami Enggang klihingan lebih kecil dibandingkan dengan jenis Julang emas yang ditemukan pada saat penelitian. Kondisi sarang ditampilkan pada Tabel 15 dan lokasi sebaran sarang alami ditampilkan pada Gambar 19. Sarang Julang emas ditemukan pada awal Januari, letaknya berdekatan dengan lokasi survei pengamatan Ungko pada transek satu di CS Kapas. Kondisi sarang masih digunakan, hal tersebut dilihat dari masih terdapat individu di dalam lubang sarang, namun belum teridentifikasi usia dan jenis kelamin individu. Sarang di KM 46 ditemukan pertama kali oleh tim Harapan Rainforest pada tahun Pada tahun 2008 sarang tersebut masih dihuni oleh Enggang klihingan. Pada saat penelitian ini dilaksanakan, dilakukan pengecekan kembali terhadap sarang pada pertengahan Februari. Sarang di KM 46 diduga digunakan kembali oleh enggang tersebut, tetapi satu keluarga tersebut sudah meninggalkan sarang, hal tersebut dilihat dari masih adanya sisa bekas lumpur dan feses yang menempel di sekitar lubang. Berbeda dengan sarang yang berada di satu km setelah Jembatan Panjang, sarang ini sedang digunakan oleh Enggang klihingan. Sarang ditemukan pada pertengahan bulan Februari. Terdapat lingkaran tutupan lumpur disekitar lubang. Burung rangkong akan melubangi lumpur yang mengeras pada lubang sarang jika anakan sudah menetas dari telurnya dan sudah mengalami pertumbuhan bulu

27 secara sempurna (Poonswad 1993). Kondisi lubang sarang sudah tidak tertutup seluruhnya oleh lumpur, sudah terdengar suara anakan dari dalam lubang. Penampang lubang sarang alami yang ditemukan pada saat survei ditampilkan pada Gambar 17. Berdasarkan hasil survei tim biodiversity research Harapan Rainforest, Marthy (2008) menyatakan bahwa pohon yang berpotensi sebagai sarang banyak ditemukan di hutan sekunder tinggi. Terdapat 75 buah lubang pohon yang berpotensi dijadikan sarang oleh keluarga burung rangkong (Marthy 2008). Selanjutnya, fokus pencarian sarang alami rangkong yaitu pada jenis Rangkong gading, Enggang jambul, Julang jambul-hitam dan Julang emas, karena keempat jenis tersebut sangat terbatas informasi perilaku bersarang. (a) (b) (c) (d) Gambar 17 Penampang sarang (a) Enggang klihingan (Annorhinus galeritus) di KM 46, (b) Julang emas (Rhyticeros undulatus) di CS Kapas, (c) Enggang klihingan di Jembatan Panjang dan (d) lubang sarang Enggang klihingan di Jembatan panjang secara dekat dengan anakan yang sedang mengintip.

28 Tabel 15 Kondisi Sarang Alami Burung Rangkong. Pengukuran No. Lokasi sarang Tanggal dicatat Jenis Burung Keliling pohon (cm) Jarak ke pohon (m) Tinggi pohon (cm) Tinggi bebas cabang (cm) Tinggi lobang (cm) Arah lobang Catatan 1 KM 47 7-Feb-10 Enggang klihingan 2 Kapas 6-Jan-10 Julang emas 168 cm timur Sarang sudah ditinggalkan 230 cm barat Sarang berisi satu individu didalam, dugaan : betina. 3 Ke arah Fokus 3 11-Feb-10 Enggang klihingan 70 cm timur 2 betina & 3 jantan di luar sarang, (11/02/10) anak masih di dalam sarang kemungkinan dengan induknya, anak sudah bersuara berarti telur sudah menetas. Dugaan terdapat 2 anakan.

29 2. Sarang Buatan Harapan Rainforest merupakan lembaga pertama di Indonesia yang membuat sarang buatan bagi rangkong. Harapan Rainforest meletakkan sebanyak 18 buah sarang buatan yang disebar di sekitar area Camp Harapan sampai menuju ke arah Fokus 3. Sarang buatan tersebut dibuat dari beberapa macam bahan yang berbeda, yaitu dari batang pohon, drum plastik, drum logam dan kotak kayu lapis. Tujuan dibuat sarang buatan rangkong adalah untuk memberikan tambahan atau alternatif sarang bagi rangkong selama proses regenerasi ekosistem hutan berlangsung. Pada saat penelitian berlangsung dilakukan pengecekan terhadap beberapa sarang buatan yang ada di Harapan Rainforest yaitu di sekitar forest trail Basecamp dan yang menuju ke arah Fokus 3. Terdapat enam buah sarang buatan yang berada di sekitar forest trail Camp Harapan dan terdapat tiga buah sarang yang menuju ke arah Fokus 3. Semua sarang buatan tersebut belum dihuni oleh burung rangkong, namun beberapa ada yang sudah dihuni oleh Mamalia jenis bajing. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penempatan sarang rangkong yang tidak strategis yaitu diletakkan di antara dahan tegakan pohon, sedangkan burung rangkong biasa bersarang di lubang-lubang yang berada di batang di bawah cabang pohon yang pertama. Harapan Rainforest membuat sarang buatan dengan berbagai macam rancangan (desain). Hal tersebut dibuat untuk mengetahui tipe sarang buatan yang akan digunakan oleh rangkong. Pembuatan sarang buatan di Harapan Rainforest berdasarkan hasil pembicaraan dengan beberapa orang yang mempunyai perhatian pada konservasi burung rangkong. Sarang buatan rangkong sudah berhasil dilakukan di Thailand dan beberapa tempat di Singapura. Bentuk dan penempatan sarang buatan ditampilkan pada Gambar 18. Lokasi sebaran sarang buatan ditampilkan pada Gambar 19.

30 Gambar 18 Bentuk sarang buatan serta letak penempatannya pada pohon kempas di forest trail Camp Harapan. Sebaran Area Melintas Sebaran Sarang Alami Sebaran Makan Sebaran Sarang Buatan Gambar 19 Lokasi Sebaran Area Burung Rangkong di Harapan Rainforest. Sumber Peta: Harapan Rainforest 2009.

31 D. Perilaku Makan Burung Rangkong Perilaku makan rangkong merupakan salah satu atraksi satwa yang menarik. Hal tersebut dilihat dari cara rangkong menyantap makanannnya. Paruhnya yang besar membuat rangkong tidak dapat langsung menelan makanannya. Pertama yang dilakukan yaitu rangkong mengambil dahulu makanannya dengan ujung paruhnya, dilemparkan keatas kemudian dimasukkan kembali ke dalam paruhnya dan langsung ditelan. Gambar 20 Rangkong badak sedang melakukan aktivitas makan. Foto oleh: Timlaman (2006). Hasil penelitian Suryadi (2004) menyatakan bahwa Julang sulawesi (Rhyticeros cassidix) melakukan aktivitas makan pada pukul 07:00 10:00 waktu Indonesia bagian Sulawesi. Pada saat penelitian dilakukan hanya sekali dijumpai burung rangkong sedang melakukan aktivitas makan di pohon pakan yaitu jenis Enggang klihingan. Pada saat penelitian pohon pakan jenis ara di ketiga area survei sedang tidak mengalami musim berbuah. Tercatat satu keluarga Enggang klihingan, sepasang individu dewasa dan tiga anakan sedang melakukan kegiatan makan dan istirahat di sebelah pohon pakan, buah bedih atau ketam (Balakata baccata) di jalur KM 38. Pada saat dijumpai waktu menunjukkan pukul 10:38 artinya rangkong mendekati peralihan perilaku yaitu dari perilaku makan ke perilaku istirahat dan calling (Suryadi 2004; Noerfahmy 2008). Selain perilaku makan di pohon pakan, dilakukan juga pengamatan perilaku pemberian makan pada saat perilaku bersarang. Burung rangkong akan berkelompok dalam hal membantu memberikan dan menjaga pasangan yang

32 sedang bersarang. Kelompok induk Enggang klihingan memberikan makan kepada betina dan anakan yang berada di dalam sarang. Dilakukan dua kali pengulangan pada pengamatan sarang yaitu pada tanggal 13 Februari 2010 pukul dan 17 Februari 2010 pukul 09:00 15:00. Total pengantaran pakan pada hari pertama yaitu 42 kali, dua kali pakan serangga dan lainnya buah. Total pengantaran hari kedua yaitu 28 kali, satu kali pakan serangga dan lainnya buah. Tercatat bahwa terdapat lima individu Enggang klihingan dewasa. Tabel pengamatan sarang Enggang klihingan ditampilkan pada Lampiran 7. Tidak ditemukan signifikasi hubungan antara jumlah rangkong yang berkunjung pada pohon pakan dan karakteristik dari buah pakan (berat, panjang dan lebar) (Hadiprakasa & Kinnaird 2004). Selanjutnya masing-masing jenis rangkong memiliki strata yang berbeda dalam mendapatkan pakannya. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam melakukan aktivitas makan dan bersarang (Schoener 1974 & Rosenzweig 1995 diacu dalam Hadiprakasa & Kinnaird 2004). Distribusi, kecukupan dan karakteristik dari sumberdaya buah pakan berpengaruh besar terhadap karakteristik perilaku makan (Hadiprakasa & Kinnaird 2004). Selanjutnya dikatakan bahwa pohon buah beringin atau Ficus sp. atau Fig memainkan peranan penting dalam kelimpahan dan distribusi keberadaan burung rangkong. Poonswad (1998) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis buah pakan burung rangkong di setiap lokasi atau negara berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan komposisi dan struktur hutan di setiap negara yang menjadi sebaran habitat burung rangkong di wilayah Asia. E. Perilaku Terbang Burung Rangkong Burung rangkong menyukai ruang terbuka untuk melintas. Salah satu area yang biasa dilalui rangkong yaitu danau (Musadat 2010, komunikasi personal). Tambahan tempat yang menjadi lintasan rangkong terbang menurut informasi salah satu tim riset yaitu danau Camp 35 (Musadat 2010, komunikasi personal). Waktu perjumpaan burung rangkong didapatkan hasil bahwa pada pagi hari rangkong terlihat beraktivitas terbang melintas jalur berkisar antara pukul

33 06:00 10:00 untuk pergi mencari makan, setelah lewat waktu tersebut burung rangkong akan melakukan aktivitas beristirahat dengan rangkaian kegiatan membersihkan bulu dan bermain dengan pasangannya karena tercatat bahwa rangkong ditemukan selalu berpasangan, tidak pernah dalam jumlah ganjil. Pada pukul 16:00 18:30 burung rangkong akan terlihat melintas terbang kembali ke arah antara bagian Utara dan Timur untuk melakukan aktivitas tidur. Namun pada waktu sore hari burung rangkong akan terlihat berkawanan dengan jumlah 3 8 individu per kelompok. Waktu perjumpaan burung rangkong dapat dilihat pada Tabel 16 (Camp Harapan), Tabel 17 (Fokus 3) dan Tabel 18 (CS Kapas). Gambar 21 Rangkong badak sedang melakukan aktivitas terbang. Foto oleh: Timlaman (2006). Tabel 16 menunjukkan sebaran waktu dan tanggal perjumpaan dengan burung rangkong di Camp Harapan. Didapatkan hasil bahwa jenis Julang jambulhitam yang paling banyak dijumpai. Jenis Rangkong badak hanya dijumpai melalui suara, tidak melihat secara langsung. Tercatat waktu bahwa rangkong melakukan aktivitas terbang dan istirahat di area Camp Harapan pada pukul 07:00 10:00 pagi hari dan pukul 15:40 18:20 sore hari. Pagi hari rangkong terbang bertolak dari arah Timur dan sore hari terbang kembali ke arah Timur.

34 Tabel 16 Waktu Perjumpaan Burung Rangkong di Camp Harapan. Jumlah Jenis Kelamin No. Tanggal Waktu Nama Jenis Aktivitas Individu Jantan Betina Anakan 1 16-Jan 7:55 Julang jambul-hitam T Jan 8:08 Julang jambul-hitam S Jan 7:19 Rangkong gading S Jan 7:34 Rangkong gading S Jan 6:46 Julang jambul-hitam T Jan 9:18 Julang jambul-hitam S Jan 9:33 Julang jambul-hitam T Jan 9:50 Julang jambul-hitam THT Jan 10:03 Julang jambul-hitam THT I Pre Jan 10:38 Julang jambul-hitam S Jan 16:45 Julang jambul-hitam T Feb 10:30 Enggang Klihingan M Feb 11:34 Enggang cula S Feb 15:39 Kangkareng hitam THT Feb 15:56 Enggang Klihingan Br Feb 17:11 Enggang Klihingan Br Feb 17:33 Kangkareng hitam THT Feb 17:39 Julang jambul-hitam THT Feb 18:06 Julang jambul-hitam T Feb 18:08 Kangkareng hitam THT Feb 16:56 Kangkareng hitam T Total Jumlah Perjumpaan : 21 kali perjumpaan Keterangan aktivitas : S (suara), T (terbang), M (makan), I (istirahat), Br (bermain), THT (terbang-hinggap-terbang) dan Pre (preening/membersihkan bulu). Tabel 17 menunjukkan sebaran waktu dan tanggal perjumpaan dengan burung rangkong di Fokus 3. Hubungan antara waktu perjumpaan dengan jumlah perjumpaan, yaitu waktu perjumpaan pada waktu pagi hari berkisar antara pukul sedangkan waktu sore hari berkisar antara setelah pukul Jumlah perjumpaan yang paling banyak yaitu terjadi pada burung rangkong jenis Julang jambul-hitam. Pukul burung rangkong terbang melintas area Fokus 3 untuk kembali ke sarang. Pada pukul burung rangkong ditemukan berkawanan 3 7 ekor individu dan menempati dua tegakan pohon, diperkirakan tegakan pohon tersebut merupakan tempat tidur bagi kawanan burung rangkong.

35 Lokasi tegakan tersebut berada pada bagian Utara dan Timur dengan jarak lebih dari 400 meter dari Fokus 3. Waktu pagi hari dipakai rangkong untuk mencari makan, sedangkan waktu sore hari dipakai rangkong untuk kembali ke tempat tidurnya. Tabel 17 Waktu Perjumpaan Burung Rangkong di Fokus 3. Jumlah Jenis Kelamin No. Tanggal Waktu Nama Jenis Aktivitas Individu Jantan Betina 1 26-Jan 17:24 Enggang cula S Jan 18:16 Julang jambul-hitam I Jan 14:01 Julang jambul-hitam S Jan 15:43 Julang jambul-hitam I Jan 15:44 Julang jambul-hitam T Jan 15:55 Julang jambul-hitam THT Jan 17:00 Julang jambul-hitam S Jan 18:25 Julang jambul-hitam S Jan 18:33 Julang jambul-hitam T Jan 6:50 Julang jambul-hitam THT Jan 8:02 Julang jambul-hitam S Jan 9:39 Julang jambul-hitam T Jan 15:15 Kangkareng hitam T Jan 16:06 Julang jambul-hitam S Jan 16:21 Rangkong gading S Jan 16:59 Julang jambul-hitam THT Jan 8:01 Julang jambul-hitam THT Jan 16:01 Julang jambul-hitam THT Jan 16:27 Julang jambul-hitam THT Jan 16:05 Julang jambul-hitam H Feb 7:58 Julang jambul-hitam T Feb 7:59 Julang jambul-hitam T Feb 17:52 Julang emas THT Feb 17:52 Julang jambul-hitam THT Feb 7:35 Julang jambul-hitam T Feb 16:07 Julang emas T Feb 17:53 Julang jambul-hitam THT Feb 7:54 Julang emas T Feb 8:10 Julang jambul-hitam THT Total Jumlah Perjumpaan : 29 kali perjumpaan Keterangan aktivitas : S (suara), T (terbang), M (makan), I (istirahat), Br (bermain), THT (terbang-hinggap-terbang) dan Pre (preening/membersihkan bulu).

36 Tingkat jumlah perjumpaan CS Kapas tidak sebanyak yang terjadi pada Fokus 3. Hal tersbut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tutupan kanopi yang terlalu rapat dapat menghalangi pemandangan serta pendengaran kepakan sayap burung rangkong. Selain itu, tidak adanya lahan terbuka membuat burung rangkong sulit untuk beristirahat pada siang hari. Maka area tersebut sangat bagus untuk dijadikan tempat tidur, karena dua kali ditemukan pada waktu sore hari sekitar pukul 17:00 18:05, kawanan burung rangkong jenis Enggang klihingan sebanyak tiga individu menghinggapi tegakan pohon, serta kawanan burung rangkong jenis Julang jambul-hitam sebanyak tujuh ekor menghinggapi dua tegakan pohon. Tabel 18 Waktu Perjumpaan Burung Rangkong di CS Kapas. No. Tanggal Waktu Nama Jenis Aktivitas Jumlah Jenis Kelamin Individu Jantan Betina 1 6-Jan 12:30 Rangkong gading S Jan 12:44 Julang jambul-hitam T Jan 16:00 Enggang klihingan I Jan 12:40 Enggang cula THT Jan 13:55 Rangkong x THT Jan 18:01 Julang jambul-hitam I Jan 14:27 Rangkong x T Jan 8:22 Julang jambul-hitam THT Jan 11:16 Rangkong gading S Total Jumlah Perjumpaan : 9 kali perjumpaan Keterangan aktivitas : S (suara), T (terbang), M (makan), I (istirahat), Br (bermain), THT (terbang-hinggap-terbang) dan Pre (preening/membersihkan bulu). Rangkong x merupakan jenis rangkong yang tidak diketahui jenisnya pada saat pengamatan. Hal tersebut karena tutupan hutan yang rapat dan pencahayaan matahari. Burung rangkong jarang sekali terlihat terbang berkelompok dalam jumlah besar pada pagi dan siang hari, biasanya ditemui tidak lebih dari dua individu dalam satu kelompok terbang. Namun tidak pada sore hari, tercatat sebanyak empat kali, dua kali di CS Kapas dan dua kali di Fokus 3, kawanan burung rangkong terbang dalam jumlah besar pada sore hari menjelang malam sekitar pukul 17:30 18:30 dan berkumpul pada satu sampai dua tajuk pohon, kawanan tersebut beranggotakan kisaran tiga sampai delapan ekor dalam satu kelompok. Dapat dikatakan bahwa, rangkong di Harapan Rainforest pada pagi

37 hari akan pergi mencari makan dengan memisahkan diri dari kelompoknya, jika sedang berbiak hanya satu ekor individu jantan, jika sedang tidak berbiak akan berpasangan, dan akan pulang kembali ke tempat tidur pada sore hari secara berkawanan. Burung rangkong akan terbang ke seluruh arah pada pagi hari. Arah terbang rangkong pada pagi hari yaitu dari bagian Timur. Pada waktu sore hari rangkong akan kembali ke bagian antara Timur dan Selatan. Hal tersebut dikarenakan bagian Timur dan Selatan dari kawasan Harapan Rainforest merupakan hutan yang kondisinya masih bagus bagi kehidupan rangkong dibandingkan sebelah Utara dan Barat. Kondisi yang bagus yaitu masih banyak tegakan pohon yang tinggi dan tutupan kanopi yang cukup rapat yang dapat digunakan oleh rangkong. Karena sifat rangkong yang membutuhkan pohon tinggi dengan tajuk yang lebar sebagai tempat untuk bernaung, tempat tidur dan tempat bersarang (Marthy 2008). Sedikit sekali kemungkinan untuk dapat menemukan perilaku burung rangkong pada saat makan di bulan Januari dan Februari. Hal tersebut disebabkan oleh pada bulan tersebut beberapa rangkong sedang mengalami masa perkembangbiakkan, menyebabkan mobilisasi (pergerakan) burung rangkong menjadi berkurang karena sang induk yang tidak bisa pergi terlalu jauh dari sarangnya. Jarang ditemukan pohon pakan di area survei berbuah. Hanya jenis buah ketam/bedih yang dilihat berbuah pada kedua bulan tersebut. Buah bedih merupakan salah satu pakan bagi burung rangkong. Harapan Rainforest belum mempunyai data mengenai musim berbuah pohon pakan bagi keluarga Bucerotidae. C. Perilaku Bersarang Burung Rangkong Pada saat penelitian, bulan Januari Februari merupakan bulan berkembangbiak bagi sebagian besar jenis rangkong (Marthy 2008). Pada sarang Julang emas (Aceros undulatus), Imansyah (2010), komunikasi personal, mengatakan bahwa pada waktu pagi hari terlihat dua individu berada di sekitar sarang, satu induk dewasa dan satu anakan. Kemudian dilakukan pengamatan yang kedua yaitu pada waktu sore hari, terlihat satu ekor induk jantan datang

38 mendekati sarang, disaat induk jantan datang, terdengar suara burung rangkong dari dalam lubang sarang dan mengeluarkan sebagian kecil paruhnya. Bersamaan dengan Poonswad (1993) bahwa musim bersarang Julang emas dan Enggang papan yaitu pada bulan Januari sampai Mei. Pengamatan tidak dilakukan secara intensif dan berulang, hanya dilakukan dua kali pengamatan yaitu pada waktu pagi dan sore hari dengan hari yang berbeda. Keadaan area survei di CS Kapas pada saat itu tidak memungkinkan lagi untuk bisa ditempati karena hujan selama tiga hari berturut-turut yang kemudian menyebabkan air sungai meluap hingga menenggelamkan semua permukaan di area camp tersebut, maka keesokan harinya pengamatan dihentikan dan kembali ke Camp Harapan. Tidak dilakukan pengamatan pada sarang yang berada di KM 46 karena Enggang klihingan sudah selesai masa bersarang. Pada sarang yang bertempat di satu km setelah jembatan panjang, dilakukan pengamatan secara intensif dibandingkan dengan yang lain, karena sarang tersebut masih berpenghuni. Pengamatan dilakukan dengan dua kali ulangan, dengan waktu yang hampir sama yaitu pengamatan pertama pada pukul 08:00 14:00 dan pengamatan kedua pada pukul 09:00 15:00 dengan selang empat hari. Jumlah pengantaran pakan pada pengamatan pertama yaitu 42 kali dan pengamatan kedua sebanyak 28 kali. Perbedaan yang besar antara pengantaran pada hari pertama dan kedua disebabkan oleh faktor cuaca. Pada pengamatan pertama kondisi cuaca cerah, sedangkan pengamatan kedua cuaca bervariasi yaitu hujan dan tidak hujan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah pengantaran pakan oleh induk dan untuk mengetahui jenis buah yang diberikan ke anakan, serta lamanya waktu pemberian pakan terhadap individu yang berada di dalam lubang sarang. Waktu pemberian pakan dihitung dengan melihat waktu induk pergi meninggalkan sarang dan waktu kembali ke sarang. Jumlah pengantaran dihitung dengan menghitung kali setiap induk memberikan pakan ke lubang sarang. Jenis buah pakan diidentifikasi melalui pengamatan langsung dan tidak langsung. Langsung dilakukan dengan mendokumentasikan buah atau serangga yang dimasukkan ke dalam sarang karena ada kemungkinan bahwa ada buah atau serangga yang tidak jatuh ke lantai tanah dan tidak dapat diidentifikasi, terutama

39 untuk jenis serangga. Tidak langsung dilakukan dengan mengambil jenis buah yang jatuh ke lantai tanah, kemudian diidentifikasi di laboratorium bagian nursery divisi forestry. Pengamatan sarang alami burung rangkong merupakan salah satu bagian dari kegiatan tim riset, tujuannya adalah banyaknya jumlah pengantaran pakan oleh induk dan untuk mengetahui jenis buah yang diberikan ke anakan. Metode ini dilakukan dengan menggunakan instrumen enam kuadran yang diletakkan di lantai tanah di sekitar pohon sarang. kuadran di letakkan pada lantai tanah yang berisi banyak bibit baru, diduga bibit tersebut merupakan bibit dari buah yang terjatuh pada saat Enggang klihingan memasukkannya ke dalam lubang sarang. Jenis pakan untuk serangga tidak berhasil teridentifikasi jenisnya karena induk jantan memberikannya langsung melalui paruh ke paruh. Parameter identifikasi buah pada saat pengamatan yaitu melakukan pengukuran terhadap diameter buah, warna dan bentuk buah. Jenis buah pakan belum teridentifikasi, masih dalam proses pembibitan di nursery Camp Harapan. Perilaku bersarang ditampilkan pada Gambar 22. (a) (b) (c) (d) Gambar 22 Perilaku bersarang (a) induk sedang memberi makan, (b) induk baru datang dengan membawa buah, (c) induk beristirahat pada siang hari dan (d) anakan mengeluarkan paruh dan bersuara untuk meminta makan.

40 5.3. Potensi Sumberdaya Kawasan Harapan Rainforest yang Dikembangkan Potensi Sumberdaya Lokasi Survei Camp Harapan merupakan camp induk dari Harapan Rainforest yang berbatasan langsung dengan perkebunan kelapa sawit PT Asiatic Persada dan hutan bekas tebangan. Areal Camp Harapan yang merupakan areal yang baru ditetapkan sebagai areal restorasi ekosistem terdiri dari hutan sekunder rendah dan hutan sekunder sedang. Jenis pohon yang tumbuh di daerah hutan sekunder rendah dan sedang diantaranya yaitu medang (Litsea spp.), kempas (Koompasia excelsa) dan ara (Ficus sp.). Sedangkan areal Fokus 3 dan CS Kapas sudah menjadi areal restorasi ekosistem sebelumnya, yang didominasi oleh hutan sekunder sedang dan tinggi. Gambar tegakan pohon jenis kempas ditampilkan pada Gambar 23. (a) (b) Gambar 23 (a) Penampang tegakan pohon kempas (Koompasia sp.) dan (b) bentuk daun jenis kempas. Lokasi Fokus 3 merupakan area yang dijadikan sebagai lahan untuk nursery yaitu penanaman bibit pohon di areal bekas terbakar dan heliped (landasan helikopter). Area tersebut merupakan lahan yang tingkat kerusakannya cukup tinggi dibanding dengan dua lokasi survei lainnya, karena terdapat lahan terbuka akibat bekas terjadi kebakaran, bukaan untuk heliped serta terdapat jalur kawasan. Habitat Fokus 3 terdiri dari vegetasi rumput terbuka, semak belukar, hutan sekunder rendah yang ditumbuhi tumbuhan pionir seperti makaranga (Macaranga sp.) dan hutan sekunder sedang yang masih menyisakan tegakan

41 pohon tinggi seperti kempas, ara dan jelutung (Dyera sp.). Kondisi lokasi Fokus 3 ditampilkan pada Gambar 24. (a) (b) Gambar 24 (a) Area penanaman di heliped dan (b) kondisi tegakan vegetasi di Fokus 3. Area CS Kapas didominasi oleh tutupan hutan sekunder sedang sampai tinggi. Terdapat tegakan pohon tinggi dengan kanopi yang lebar dan tinggi seperti pohon kempas (Koompasia excelsa) dan pohon ara (Ficus sp.) yang biasa digunakan rangkong sebagai tempat tidur, bersarang dan makan (Poonswad et al. 1987; Madrim 1990; Noor 1998; Marthy 2008). Untuk menuju ke area CS Kapas maka harus melintasi Sungai Kapas sepanjang 3 4 km dengan menggunakan transportasi kapal kecil atau ketek sebagai nama lokal (Gambar 25). Kondisi CS Kapas ditampilkan pada Gambar 26. Gambar 25 Staf riset sedang menggunakan ketek menuju ke CS Kapas.

42 (a) (b) Gambar 26 Kondisi area CS Kapas (a) merupakan area yang tergenang air dan (b) terdapat banyak jalan angkutan hasil pemotongan kayu. Camp Harapan dan Fokus 3 termasuk dalam tipologi 2 dengan ciri banyak ditemukan jenis-jenis pionir seperti makaranga (Macaranga sp.). CS. Kapas termasuk kedalam tipologi 3 dengan ciri masih terdapat tegakan tinggal dan permudaan jenis-jenis pohon hutan primer seperti bulian (Eusideroxylon zwageri). Ketiga lokasi survei di kawasan Harapan Rainforest ada yang sudah dikembangkan sebagai jalur wisata dan ada yang masih dalam tahap proses inventarisasi area. Lokasi yang sudah dikembangkan yaitu area Camp Harapan, dan yang masih dalam proses survei yaitu Fokus 3 dan CS Kapas. Kondisi lokasi survei disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Kondisi Lokasi Survei. No. 1. Lokasi Keberadaan Sarana Penunjang Forest Platform Trail Jarak Tempuh (km) dari Camp Harapan Waktu Tempuh (jam) dari Camp Harapan Camp Harapan Ada Ada Fokus 3 Ada Ada 23 3 Tidak Tidak 3. CS Kapas ada ada 26 4 Status Jalur Sudah dikembangkan Akan dikembangkan Belum dikembangkan Camp Harapan dan Fokus 3 merupakan area yang sudah dilakukan pengembangan terhadap sebagian areanya (Gambar 26 dan Gambar 27). Kedua area tersebut sudah dibuat jalur forest trail dan tree platform. Kedua lokasi tersebut merupakan area yang akan dijadikan sebagai area kunjungan wisata. kedua sarana pelengkap tersebut mewakili kondisi kawasan hutan restorasi

43 Harapan Rainforest, PT REKI. Pada forest trail Camp Harapan sudah diberikan papan interpretasi mengenai informasi jenis flora dan fauna yang ada di Harapan Rainforest, tetapi masih belum informatif karena isi dan kemasan papan interpretasi yang ada belum memadai. Kondisi forets trail di Camp Harapan dan Fokus 3 ditampilkan pada Gambar 27 dan Gambar 28. (c) (d) Gambar 27 kondisi di Camp Harapan (a) letak papan interpretasi tumbuhan di forest trail dan (b) pengemasan papan interpretasi yang ada di forest trail. (a) (b) Gambar 28 kondisi Fokus 3 (a) jalan menuju Fokus 3 dan (b) forest trail. Kondisi fisik Harapan Rainforest tidak terlihat menarik jika dilihat dari sisi bentangan alamnya. Hal tersebut karena habitat Harapan Rainforest yang terdiri dari hutan dataran rendah yang kondisi tofografinya atau kemiringan lahannya tidak bervariasi, datar sampai landai dan tidak berbukit-bukit, tidak ada fenomena alam yang unik, dan bentangan alam yang unik serta sebagian wilayah hutannya sudah mengalami kerusakan hutan dari kegiatan penebangan liar, perambahan hutan serta kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997.

44 Dari segi ekowisata, Harapan Rainforest sebaiknya mengambil dari potensi keanekaragaman hayati dan karakteristik hubungan manusia dengan alamnya, kemudian diarahkan pada atraksi keanekaragaman hayati satwaliar dan tantangan berpetualang di hutan dataran rendah serta pendidikan mengenai kehutanan. Atraksi keanekaragaman hayati dapat menjadikan satwaliar menjadi obyeknya. Tantangan berpetualang di hutan dataran rendah tidak kalah menariknya dibanding dengan berpetualang di hutan dataran tinggi dan hutan jenis lainnya. Pada hutan dataran rendah terdapat lebih banyak tumbuhan produktif daripada hutan dataran tinggi, terdapat banyak anak sungai serta kemungkinan untuk melihat satwa burung dan mamalia lebih besar dibanding dengan dengan di hutan dataran tinggi. Namun kelemahan lainnya yaitu jika ingin melihat dengan lebih dekat maka harus dibuat sebuah sarana pendukung untuk melakukan pengamatan sejajar dan diatas obyek yang diamati Pengelolaan Harapan Rainforest A. Pengelolaan Kawasan Harapan Rainforest memiliki unit manajemen yang bersifat kesepakatan kerjasama operasional (Joint Operational Agreement) antara dua lembaga yaitu PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (PT REKI) dengan Yayasan Konservasi Ekosistem Hutan Indonesia (KEHI). Restorasi ekosistem PT REKI berdasarkan pada Peraturan Menteri Kehutanan No. 159/Menhut-II/2004 bertujuan untuk memulihkan kondisi tumbuhan, satwa dan abiotik sehingga tercapai keseimbangan ekosistem yang memiliki produktivitas hayati optimal serta fungsi-fungsi ekologis dapat terus berjalan untuk menunjang kehidupan, masyarakat secara keseluruhan yang meliputi aspek lingkungan hidup, ekonomi dan sosial. RUPS merupakan pengambil keputusan tertinggi yang berkaitan dengan kebijakan umum dalam perusahaan (susunan pemegang saham). Penanggung jawab tertinggi pelaksanaan kegiatan restorasi di lapangan yaitu Direktur Unit Manajemen. Belum ada bagian pengembangan wisata dalam struktur organisasi PT REKI. Penelitian mengenai perencanaan wisata minat khusus burung rangkong berada pada Direktur Restorasi, Penelitian dan Konservasi, divisi/bagian

45 Konservasi. Pengadaan infrastruktur dan sarana prasarana berada pada Direktorat Pembinaan Kawasan yang dipimpin oleh supervisor. Ekowisata merupakan bagian dari peningkatan potensi ekonomi hutan dalam kegiatan restorasi ekosistem. Struktur organisasi PT REKI ditampilkan pada Gambar 29. R U P S Hubungan Struktural Presiden Direktur Komisaris Direktur Unit Manajemen Direktur Pembinaan Kawasan dan Perencanaan Direktur Pengembangan Masyarakat dan Hubungan Masyarakat Direktur Restorasi, Penelitian, dan Konservasi Direktur Administrasi, SDM dan Keuangan Bagian Perencanaan Bagian Pengembangan Masyarakat Bagian Penelitian Bagian Administrasi dan SDM Bagian Perlindungan Hutan Bagian Humas dan Kelembagaan Bagian Konservasi Restorasi Bagian Keuangan Bagian Bina Hutan Bagian Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Kayu Bagian Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Kawasan Bagian Sarana dan Prasarana Gambar 29 Bagan Struktur Organisasi PT REKI Sumber : RKU PT REKI Harapan Rainforest menjelaskan dalam proposal teknisnya mengenai pemanfaatan jasa lingkungan yaitu sebaiknya yang dikembangkan adalah berupa paket-paket wisata yang selain untuk menikmati keindahan alam, juga dikombinasikan dengan olahraga tantangan seperti arung sungai dan jelajah

46 rimba, atau dikaitkan dengan pendidikan tentang pengetahuan kehutanan. Diharapkan bahwa Harapan Rainforest dapat difungsikan sebagai pusat tempat pendidikan dan pelatihan kehutanan dan lingkungan pada masa mendatang. Harapan Rainforest merupakan kawasan untuk kegiatan restorasi ekosistem, salah satunya yaitu merestorasi habitat tumbuhan dan satwaliar. Dalam merestorasi ekosistem kawasan, Harapan rainforest melakukan pemilihan jenis satwa dan tumbuhan yang masuk kedalam spesies kunci (key spesies). Pilihan dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi-fungsi ekosistem dan peranan setiap komponen ekosistem di areal kawasan hutan produksi yang telah mengalami degradasi secara lanskap sehingga jaring-jaring kehidupan dapat tetap berjalan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam restotasi habitat, antara lain yaitu inventarisasi keanekaragaman spesies satwa dan tumbuhan, pembinaan populasi dan habitat, reintroduksi atau rekolonisasi, pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan. Selain mempunyai kegiatan restorasi habitat, Harapan Rainforest melakukan kegiatan perlindungan hutan, meliputi memasang tanda larangan, konservasi plasma nutfah, pencegahan kebakaran, perlindungan satwa dan tumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, perlindungan mata air, sempadan sungai dan danau, dan penelitian yang berhubungan dengan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tahap rencana pengembangan ekowisata di Harapan rainforest yaitu pada tahun dilakukan inventarisasi potensi yang dapat dijadikan obyek wisata (supply), tahun dilakukan pembangunan sarana dan prasarana, tahun 2013 diharapkan sudah ada kegiatan yang dapat ditawarkan. Belum ada pengembangan wisata di Harapan Rainforest karena pengunjung atau tamu yang datang tidak pada tujuan untuk berwisata tetapi mempunyai urusan lain diluar kegiatan wisata. Tamu yang datang diantaranya bertujuan untuk belajar kegiatan restorasi di Harapan Rainforest dan memberikan dana atau bersifat hubungan kerjasama. Untuk wisata minat khusus burung rangkong diharapkan dapat mencapai tujuan ekonomi dengan memperhatikan pasar (demand).

47 B. Pengelolaan Sarana Prasarana Terdapat empat klasifikasi infrastruktur di Harapan Rainforest yaitu pembangunan fisik, peralatan dan kendaraan, fasilitas dan infrastruktur ekowisata, dan fasilitas pusat pelatihan dan pendidikan. Rencana investasi fisik selama 20 tahun dan daftar sarana dan prasarana ditampilkan pada Tabel 20. Tabel 20 Sarana dan Prasarana di Harapan Rainforest. No. Infrastruktur Satuan Fisik A Pembangunan Fisik 1 - Pembangunan jalan baru km 10,86 - Fasilitias main camp unit 1 - Fasilitas sub-main camp (Sumsel) unit 1 - Rehabilitasi jembatan unit 14 - Fasilitas kesehatan unit 1 - Tangki air unit 10 - Pos jaga di jalan utama dan jalan cabang dan unit 10 fasilitas penunjang - Menara pengawas kebakaran dan fasilitas unit 3 pengunjung - Tanda-tanda larangan unit 30 - Pembibitan dan fasilitas penunjang unit 1 B Peralatan dan Kendaraan - Alat komunikasi (SSB 3 unit, HT 25 unit) paket 1 - Alat ukur wilayah, inventarisasi flora dan fauna paket 1 (R&D) - Alat ukur iklim, debit, erosi, SPAS (R&D) paket 1 - Alat-alat kantor di kantor pusat paket 1 - Alat-alat kantor di camp paket 1 - Generator paket 1 - Traktor CAT D7G (tangan kedua) unit 1 - Mobil tangki air unit 1 - Truk (bibit) unit 2 - Mobil dan speed boat unit 3 - Sepeda motor unit 10 C Fasilitas dan Infrastruktur Ekowisata - Pondok wisata/ wisma turis paket 1 - Lapangan berkemah dan fasilitas penunjang paket 1 - Jaringan informasi dan komunikasi paket 1 - Restoran dan toko cenderamata (souvenir) paket 1 D Fasilitas Pusat Pelatihan dan Pendidikan - Penginapan peneliti dan instruktur paket 1 - Asrama dan fasilitas penunjang paket 1 - Perlengkapan pelatihan paket 1 - Ruang kelas pelatihan paket 1 Sumber: Proposal Teknis PT REKI 2008.

48 Kondisi sarana prasarana pada saat ini yaitu terdapat satu buah basecamp atau yang dinamakan Camp Harapan dan satu buah sub-camp yang dinamakan Camp 35 (Gambar 30). Kedua camp tersebut merupakan camp peninggalan perusahaan produksi hutan PT Asialog. Camp Harapan merupakan pusat atau lokasi utama Harapan Rainforest yang terdiri dari beberapa bangunan diantaranya yaitu pos keamanan, ruang direktur unit manajemen, ruang penginapan tamu, ruang penginapan staf, kantin/tempat makan, mushalla, ruang riset dan ruang kendaraan. Sedangkan yang tinggal di Camp 35 yaitu staf penjaga hutan/ranger dan sebagian rumah dari beberapa staf ranger. Sistem pengairan dilakukan dengan menyedot air dari danau Camp 35 yang kemudian dimasukkan kedalam tangki air untuk persediaan. Sumber energi atau listrik diperoleh dari jenset/alat pembantu tenaga listrik. Sistem jalur angkutan yaitu dengan menggunakan kendaraan Harapan rainforest. Para pekerja akan diantar jemput dengan sistem sewa atau charge. Namun pada saat dilakukannya penelitian, Harapan Rainforest masih dalam keadaan menyewa terhadap kendaraan mobil karena sudah beberapa kali memiliki kendaraan mobil tetapi selalu rusak. Selanjutnya, Harapan Rainforest sedang mencoba beberapa kendaraan yang tahan untuk dipakai didaerah tersebut. Sistem komunikasi di Harapan Rainforest dilakukan dengan memasang tower pemancar salah satu operator telepon selular yaitu indosat, serta terdapat jaringan internet untuk via (pelayanan persuratan) mailing service. Sistem keamanan dilakukan oleh bagian keamanan hutan dengan mengerahkan staf ranger di beberapa lokasi didalam dan di wilayah perbatasan. Sarana pelengkap di Harapan Rainforest yaitu forest trail dan tree platform. Kondisi dan keadaan forest trail dan tree platform tetap dijaga kerapihannya. Maintenance atau pengelolaan perawatan tersebut dilakukan oleh tim panjat tree platform dibawah koordinasi bagian manajemen (Gambar 31).

49 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 30 (a) Kondisi bangunan Camp Harapan, (b) bangunan kantor utama, (c) bangunan kantor riset/biodiversity, (d) bangunan klinik kesehatan dan (e) kondisi jembatan arah ke Fokus 3. (a) (b) Gambar 31 Staf pemanjat tree platform sedang melakukan perawatan terhadap sarana di Harapan Rainforest (a) pembersihan jalur forest trail dan (b) pengecetan tree platform.

50 Harapan Rainforest akan membangun satu buah basecamp dan satu buah sub-camp. Basecamp difungsikan untuk mengkoordinasikan seluruh perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang akan berhubungan dengan kegiatan restorasi ekosistem. Sub-camp difungsikan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan restorasi fisik kawasan seperti penanaman, pemeliharaan dan sebagainya. Kedua bangunan tersebut difungsikan juga sebagai pos jaga untuk mengkoordinasikan pengamatan seluruh kawasan. Harapan Rainforest melakukan kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan pembangunan jalan secara bertahap sesuai dengan volume kegiatan restorasi yang akan dilayaninya. Salah satu cara untuk menjaga keberadaan kawasan hutan Harapan Rainforest maka diadakan papan informasi mengenai larangan (Gambar 32). Gambar 32 Tanda larangan yang ada di kawasan hutan Harapan Rainforest. Harapan Rainforest akan melakukan kegiatan untuk mengelola habitat dan populasi rangkong pada tahun berikutnya yaitu dengan menanam bibit pohon pakan dan pohon untuk bersarang bagi rangkong, serta melakukan perlindungan hutan di kawasan Harapan Rainforest. Namun, hasil dari kegiatan tersebut akan dibutuhkan waktu yang cukup lama. Penebang liar masih melakukan kegiatan penebangan di dalam kawasan Harapan Rainforest (Gambar 33). Upaya pengendalian penebangan liar dan pengamanan di Harapan Rainforest dilakukan dengan mengendalikan akses masuk ke dalam areal restorasi yaitu 2 titik di Sub-DAS Lalan, 2 titik di Sub-DAS Meranti dan 3 titik si Sub-DAS Kandang serta pos-pos penjagaan yang tersebar di wilayah kerja. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar hutan tentang bahaya dan sanksi hukum yang dapat diberikan kepada pelakunya, mengembangkan kerjasama saling menguntungkan dengan masyarakat sehingga

51 semua pihak merasakan pentingnya keberadaan hutan. Menjalin hubungan dengan aparat setempat dan lembaga lainnya seperti LSM. Dinas Kehutanan, Muspika dan petugas keamanan. (a) (b) Gambar 33 (a) Pondokan para penebang liar dan (b) rakit yang dibuat dan digunakan penebang liar untuk mengangkut hasil tebangan di anak Sungai Kapas. Kendala yang dapat mengganggu dalam keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan wisata yaitu aksesibilitas, waktu yang lama untuk pemulihan ekosistem, sumberdaya manusia yang kurang berkompeten dan terampil dan dana tambahan. Kondisi jalan dari arah kota menuju Camp Harapan yang jika hujan turun terus-menerus maka tanah akan menjadi lembek dan lembek yang menyebabkan kendaraan sulit untuk melintas ke beberapa area di kawasan hutan Harapan Rainforest, serta dapat menyebabkan beberapa daratan area tujuan atraksi wisata terendam air dan banjir. Hal tersebut menyebabkan ketidaklancaran dalam sistem aksesibilitas (Gambar 34). Sumberdaya manusia yang ada saat ini yaitu mempekerjakan tenaga lapang dari masyarakat lokal serta jumlah staf yang tidak terlalu banyak karena disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan di Harapan Rainforest dan keterampilan (skill). (a) (b) Gambar 34 (a) Kondisi jembatan di forest trail Camp Harapan banjir dan (b) kendaraan mogok karena kondisi jalan yang tidak bisa dilalui.

52 5.4. Perencanaan Kegiatan Wisata Burung Rangkong Berdasarkan perilaku burung rangkong yang sangat sensitif dengan penampakan manusia maka didalam perencanaan wisata dilakukan upaya pendekatan teknis mencakup perkiraan atau estimasi jarak ketergangguan satwa oleh manusia (human disturbance), pembatasan jumlah pengunjung yang diizinkan untuk melakukan pengamatan, serta prosedur operasional baku pengamatan. Perumusan perencanaan wisata dilakukan dengan melakukan perpaduan pertimbangan jenis burung rangkong, perilaku rangkong, rencana dari pengelola dan masukan dari para pihak. Selain itu dilakukan juga pertimbangan terhadap musim berbuah pohon pakan dan musim berkembang biak. Program-program yang akan digunakan dan dikembangkan yaitu program wisata pengamatan burung rangkong pada saat perilaku makan, terbang dan bersarang. Wisata burung rangkong rangkong dibagi menjadi dua kategori yaitu wisata umum dan wisata minat khusus. Wisata kategori umum adalah untuk melakukan pengamatan perilaku terbang burung rangkong dan atraksi satwa lain, sedangkan wisata minat khusus yaitu untuk melakukan pengamatan perilaku makan dan perilaku bersarang burung rangkong. Matriks perencanaan wisata burung rangkong ditampilkan pada Tabel 21. Sarana penunjang yang disarankan untuk diadakan yaitu menara pengamatan seperti tree platform namun dibuat lebih sederhana dari yang sudah ada serta dibuat penutup pada tree platform agar tidak panas jika sedang melakukan pengamatan. Selain itu diadakan sarana penunjang lainnya berupa tempat persembunyian (hiding place) yang berbentuk panggung. Tempat persembunyian pengamatan dibuat dengan desain panggung dan ditutupi semaksimal mungkin serta disamarkan dengan warna lingkungan disekitarnya agar tidak dapat dicurigai oleh burung rangkong. Jarak minimal ketergangguan satwa dapat mencapai tujuh meter yaitu jarak antara satwa dengan pengamat. Hal tersebut dapat dilakukan jika pengamat sudah berada dilokasi atraksi satwa satu jam sebelum kedatangan satwa. Sketsa perencanaan penempatan sarana penunjang tersebut ditampilkan pada Gambar 35, Gambar 36 dan Gambar 37.

53 Manfaat yang akan didapatkan oleh pengunjung dalam melakukan wisata burung rangkong yaitu pengunjung akan melihat burung rangkong secara langsung, mengetahui kondisi keberadaan burung rangkong saat ini, dan diharapkan kegiatan ini dapat menumbuhan kesadaran pengunjung akan pentingnya keberadaan burung rangkong bagi hutan tropis Indonesia dan kehidupan makhluk lainnya dalam proses restorasi ekosistem hutan guna perbaikan habitat dan peningkatan populasi rangkong. Manfaat yang akan didapatkan oleh Harapan Rainforest yaitu diharapkan orang akan tertarik dengan kegiatan wisata yang diadakan oleh Harapan Rainforest, dengan adanya orang yang datang berkunjung ke Harapan Rainforest maka hal tersebut dapat memberikan income atau insentif pendapatan. Kemudian, jika kegiatan wisata burung rangkong atau wisata atraksi lainnya berjalan baik maka kegiatan wisata di Harapan Rainforest dapat dikembangkan dan dapat menciptakan kegiatan baru yang dapat menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut dapat didapatkan dari masyarakat setempat baik Suku Bathin Sembilan maupun masyarakat sipil lainnya. Hal tersebut dapat dicapai jika pengelolaan di Harapan Rainforest berjalan dengan baik yaitu dengan memperhatikan sistem promosi, sistem informasi, sistem tata kelola kawasan serta dukungan dari pihak lainnya seperti masyarakat setempat, LSM lokal dan Pemerintah Daerah. Kegiatan wisata di Harapan Rainforest baru akan dilakukan pada tahun kedua sampai ketiga setelah penelitian dilakukan. Hal tersebut dikarenakan oleh masih harus dilakukan pemantauan terhadap keberhasilan sarang buatan burung rangkong, karakteristik penggunaan lubang sarang, peningkatan populasi burung rangkong serta penelitian mengenai buah pakan burung rangkong di Harapan Rainforest.

54 Tabel 21 Matriks Perencanaan Wisata Burung Rangkong di Harapan Rainforest. Berdasarkan Jenis / Perilaku Burung Rangkong Enggang jambul (Berenicorniscomatus) perilaku: T Enggang cula (Buceros rhinoceros) perilaku: S Julang jambul-hitam (Aceros corrugatus) perilaku: T I S Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) perilaku: T I S Rangkong gading (Rhinoplax vigil) perilaku: T I S Julang emas (Rhyticeros undulatus) perilaku: T I B Enggang klihingan (Anorrhinus galeritus) perilaku: M I B Rencana dari Pengelola Masukan dari Para Pihak Perencanaan Wisata Burung Rangkong Jenis ini masuk dalam fauna pilihan di Harapan Rainforest. Jenis ini dijadikan sebagai lambang Harapan Rainforest dan masuk dalam fauna pilihan. Jenis ini masuk kedalam spesies kunci di Harapan Rainforest Jenis ini menjadi target divisi biodiversity untuk dilakukan penelitian mengenai perilaku bersarang. Rencana lainnya: Wisata online perilaku bersarang melalui internet Wisata yang akan diselenggarakan Harapan Rainforest yaitu berupa wisata minat khusus, ekowisata terbatas dan pendidikan lingkungan hidup. Wisata burung rangkong diharapkan dapat menjadi salah satu pendapatan ekonomi Harapan rainforest Akan dibuat lodge ecotourism sesuai dengan kebutuhan, tidak bersifat modern namun sejalan dengan pencapaian dari tujuan berekowisata. Aksesibilitas akan diperbaiki dan sarana transportasi diperkuat. Tahap rencana pengembangan ekowisata di Harapan rainforest yaitu pada tahun dilakukan inventarisasi potensi yang dapat dijadikan obyek wisata (supply), tahun dilakukan pembangunan sarana dan prasarana, tahun 2013 diharapkan sudah ada kegiatan yang dapat ditawarkan. Keterangan perilaku: T (terbang), I (istirahat), S (suara), M (makan) dan B (bersarang). Meningkatkan populasi rangkong dan sebaran pohon pakan. Masukan lainnya: - Dalam kegiatan pengamatan perilaku rangkong, tidak mendekati sarang, harus bersembunyi dan diam. - Pengamatan dilakukan sejauh 25 meter dari pohon sarang. - Peraturan tersebut berlaku sama pada saat perilaku makan di pohon. - memakai topi dan berpakaian warna gelap. Salah satu wisata yang disarankan yaitu ekowisata penelitian. Melakukan perbandingan kemudahan melihat rangkong di tempat lain di Sumatera. 1) Wisata umum: - yang diamati: perilaku terbang. 2) Wisata khusus: - Yang diamati: perilaku makan dan bersarang. Perilaku terbang: Lokasi: pada tree platform Camp Harapan, danau KM 38 dan heliped Fokus 3. Waktu aktif: pagi hari pukul 07:45-10:00 WIB. Sore hari pukul 17:00 18:30 WIB. Bulan kunjungan: Juni - September. Kapasitas pengunjung: 2 3 orang. Sarana penunjang: tree platform di Camp Harapan dan menara pengamatan di heliped Fokus 3 dan KM 38. Perilaku makan: Lokasi: pada KM 38. Waktu aktif: pagi hari pukul 08:00 10:00 WIB. Bulan kunjungan: September Desember. Kapasitas pengunjung: 2 3 orang. Sarana penunjang: tempat persembunyian (hiding place) yang diletakkan di dalam hutan dan diseberang jalan. Perilaku bersarang: Lokasi: Jembatan Panjang. Waktu aktif: mulai pukul 08:00 WIB. Bulan kunjungan: Januari Mei. Kapasitas pengunjung: 2 3 orang. Sarana penunjang: tempat persembunyian (hiding place) dan menara pengamatan.

55 A. Wisata Perilaku Makan Burung Rangkong Lokasi yang direkomendasikan untuk dijadikan area pengamatan perilaku makan burung rangkong yaitu KM 38 untuk jenis Enggang klihingan. Jarak pengamatan ± 10 meter dengan ketentuan pengamat datang sebelum waktu makan yaitu pukul 07:00, satu jam sebelum rangkong melakukan aktivitas makan. Waktu yang baik untuk melihat rangkong makan yaitu pukul 08:00 10:00 dan 16:00 17:00. Namun jika rangkong sedang melakukan aktivitas bersarang maka waktu makannya adalah setiap saat yaitu waktu induk datang membawa makanan untuk individu yang berada didalam sarang dengan interval waktu menit kedatangan. Sketsa rencana letak pengamatan perilaku makan ditampilkan pada Gambar 35. Di depan pohon pakan dibangun dua buah tempat persembunyian hiding place yang diletakkan di dalam hutan dan diseberang jalan. Hiding place dibuat untuk tempat pengamat melakukan pengamatan. Tempat persembunyian dibuat dari bangunan kayu yang dilapisi oleh dedaunan dan disamarkan agar tidak dicurigai oleh rangkong. Masing-masing tempat persembunyian berkapasitas 2 3 orang. Wisata perilaku terbang dapat dilakukan pada bulan September Desember yaitu pada saat pohon pakan berbuah dan melimpah.

56 20 m 10m 5 m 80 m 20 m Arah ke Camp Harapan Legenda : Jalan kawasan Danau KM 38 Pohon kempas Pohon hinggap potensial Rumah tinggal Pohon pakan jenis bedih (Balakata baccata) Hiding place Estimasi jarak Tempat berhenti kendaraan Jalan setapak Gambar 35 Sketsa Lokasi Pohon Hinggap Potensial dan Penempatan Hiding Place di KM 38.

57 Wisata Perilaku Terbang Burung Rangkong Lokasi yang baik untuk melihat burung rankong melakukan aktivitas terbang kemudian istirahat dan terbang kembali yaitu pada tree platform Camp Harapan, danau KM 38 dan heliped Fokus 3. Tempat yang nyaman untuk dapat melihat rangkong terbang yaitu di tree platform Camp Harapan. Hal tersebut dikarenakan posisi pengamat dengan rangkong mendekati sejajar dan ketinggian platform yang mencapai 28 meter. Waktu yang baik untuk melihat rangkong terbang yaitu mulai pukul 07:45 dan akan sepi pada pukul 10:00. Waktu istirahat akan dimulai setelah pukul 10:00. Untuk area KM 38, burung rangkong akan melintas pada sore hari mulai pukul 17:00. Wisata perilaku terbang dapat dilakukan pada bulan Mei - September. Pada saat sebagian besar burung rangkong tidak berbiak. Sketsa rencana letak pengamatan perilaku terbang ditampilkan pada Gambar 37. (a) (b) Gambar 36 (a) Danau Camp Harapan dan (b) jembatan di forest trail Camp Harapan.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata dan Ekowisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata dan Ekowisata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata dan Ekowisata Kepariwisataan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009. Beberapa definisi dari istilah mengenai kepariwisataan berdasarkan

Lebih terperinci

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara) POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara) BALAI PENELITIAN KEHUTANAN AEK NAULI PENDAHULUAN Ekowisata berkembang seiringin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Burung Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di setiap tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu kekayaan alam di Indonesia. Jenisnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MacKinnon dkk. (2010), burung rangkong diklasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MacKinnon dkk. (2010), burung rangkong diklasifikasikan sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Burung Rangkong Menurut MacKinnon dkk. (2010), burung rangkong diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Phylum Subphylum Class Super ordo Ordo Family : Animalia :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP. 21 BAB V HASIL 5.1 Distribusi 5.1.1 Kondisi Habitat Area penelitian merupakan hutan hujan tropis pegunungan bawah dengan ketinggian 900-1200 m dpl. Kawasan ini terdiri dari beberapa tipe habitat hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep Madura Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2016. Gambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

KEBERADAAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) DI GUNUNG BETUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN)

KEBERADAAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) DI GUNUNG BETUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN) KEBERADAAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) DI GUNUNG BETUNG TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (THE EXISTANCE OF HORNBILLS (Bucerotidae) IN BETUNG MOUNTAIN OF TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN) Andry Setyawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Life Science

Unnes Journal of Life Science Unnes J Life Sci 2 (1) (2013) Unnes Journal of Life Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unnesjlifesci POPULASI JULANG EMAS (Aceros Undulatus) DI GUNUNG UNGARAN JAWA TENGAH Yuliana Rachmawati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Kawasan Gunung Parakasak memiliki luas mencapai 1.252 ha, namun areal yang berhutan hanya tersisa < 1%. Areal hutan di Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas burung merupakan salah satu komponen biotik ekosistem yang berperan dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Peran tersebut dapat tercermin dari posisi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

POPULASI JULANG EMAS (Aceros Undulatus) DI GUNUNG UNGARAN JAWA TENGAH

POPULASI JULANG EMAS (Aceros Undulatus) DI GUNUNG UNGARAN JAWA TENGAH POPULASI JULANG EMAS (Aceros Undulatus) DI GUNUNG UNGARAN JAWA TENGAH skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Biologi oleh Yuliana Rachmawati 4450407001 JURUSAN BIOLOGI

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tanaman cenderung identik dengan tanaman yang seragam dan seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, yang memiliki peran yang

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rangkong dan Tumbuhan Pakannya di Harapan Rainforest Jambi

Keanekaragaman Jenis Rangkong dan Tumbuhan Pakannya di Harapan Rainforest Jambi Keanekaragaman Jenis Rangkong dan Tumbuhan Pakannya di Harapan Rainforest Jambi Species and Feed Diversity of Hornbill in the Harapan Rainforest, Jambi Very ANGGRIAWAN 1), Bambang HARIYADI 2), dan MUSWITA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perburuan satwa liar merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang sudah dikenal oleh manusia sejak zaman prasejarah. Masyarakat memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat

Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat Rahma Fitry

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam (Supriatna dan Wahyono, 2000), dan Sumatera merupakan daerah penyebaran primata tertinggi, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) 2.1.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kebun kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara umum, areal yang diteliti adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Owa Jawa atau Javan gibbon (Hylobates moloch) merupakan jenis primata endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999). Dalam daftar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae. Klasifikasi siamang pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Hylobates syndactylus

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG Sri Sumarni Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : sri_nanisumarni@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) YANG TERDAPAT DI PEGUNUNGAN GUGOP SEBAGAI REFERENSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH ORNITOLOGI SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) YANG TERDAPAT DI PEGUNUNGAN GUGOP SEBAGAI REFERENSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH ORNITOLOGI SKRIPSI KEANEKARAGAMAN BURUNG RANGKONG (Bucerotidae) YANG TERDAPAT DI PEGUNUNGAN GUGOP SEBAGAI REFERENSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH ORNITOLOGI SKRIPSI Diajukan Oleh SYAHRUL RAMADHAN NIM. 280818363 Mahasiswa

Lebih terperinci

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus) Lutung (Trachypithecus auratus cristatus) Oleh: Muhammad Faisyal MY, SP PEH Pelaksana Lanjutan Resort Kembang Kuning, SPTN Wilayah II, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Trachypithecus auratus cristatus)

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pengamatan Burung di Resort Perengan Seksi Konservasi Wilayah I Pandean dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memiliki ciri khusus yaitu lantai hutannya selalu digenangi air, dimana air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan mangrove mencapai 2 km. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis Rhizopora spp., Sonaeratia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996) PENDAHULUAN Latar Belakang Secara biologis, pulau Sulawesi adalah yang paling unik di antara pulaupulau di Indonesia, karena terletak di antara kawasan Wallacea, yaitu kawasan Asia dan Australia, dan memiliki

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 di lahan basah Way Pegadungan Desa Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-Ekologi Owa Jawa 2.1.1 Taksonomi Klasifikasi owa jawa berdasarkan warna rambut, ukuran tubuh, suara, dan beberapa perbedaan penting lainnya menuru Napier dan Napier (1985)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,

Lebih terperinci

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan spesies paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia sehingga dikategorikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Keempat tempat penelitian terletak di Kebun Raya Bogor. Posisi masingmasing lokasi tertera pada Gambar 1. a. Taman Lebak Sudjana Kassan Taman ini berada di pinggir

Lebih terperinci

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya. Oleh : Oki Hidayat

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya. Oleh : Oki Hidayat Bentuk Interaksi Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya Oleh : Oki Hidayat Setiap satwaliar tidak dapat lepas dari habitatnya. Keduanya berkaitan erat dan saling membutuhkan satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah cecah (Presbytis melalophos). Penyebaran cecah ini hampir di seluruh bagian pulau kecuali

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG KARANG Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). B. Alat dan Objek Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1.817 km 2, terletak diantara pulau Sumbawa di sebelah Barat, dan pulau Flores di sebelah Timur.

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan kawasan yang terdiri atas komponen biotik maupun abiotik yang dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak satwa liar. Setiap jenis satwa

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2011. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya, BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang beragam. Wilayahnya yang berada di khatuistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus TEKNIK PENANAMAN MANGROVE PADA DELTA TERDEGRADASI DI SUMSEL Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Teknik Penanaman

Lebih terperinci

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data PENDAHULUAN Hutan produksi merupakan suatu kawasan hutan tetap yang ditetapkan pemerintah untuk mengemban fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Pengelolaan hutan produksi tidak semata hanya untuk mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Gajah Sumatera Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub species gajah asia (Elephas maximus). Dua sub species yang lainnya yaitu Elephas

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan November sampai Desember 2008 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Penelitian pendahuluan ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari keberadaan dan penyebarannya dapat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal dapat diamati dari

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan 31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa di Repong Damar Pekon Pahmungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi dalam berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di seluruh wilayah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni Lampung Barat pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2012. Penelitian ini berada

Lebih terperinci

HARNIOS ARIEF 1. Diterima 29 Juli 2010/Disetujui 7 Oktober 2010 ABSTRACT

HARNIOS ARIEF 1. Diterima 29 Juli 2010/Disetujui 7 Oktober 2010 ABSTRACT KEANEKARAGAMAN JENIS SATWALIAR DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN STATUS PERLINDUNGANNYA: STUDI KASUS KAWASAN UNIT PENGELOLAAN PT. ADITUNGGAL MAHAJAYA, KABUPATEN SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH (Diversity

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PARAKASAK Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat 17 TINJAUAN PUSTAKA Bio-ekologi Burung Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai hampir di setiap tempat. Jenisnya sangat beranekaragam dan masingmasing jenis memiliki nilai

Lebih terperinci