NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN CRAVING PADA PECANDU NARKOBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN CRAVING PADA PECANDU NARKOBA"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN CRAVING PADA PECANDU NARKOBA Oleh: NOVIZA Yulianti Dwi Astuti, S.Psi.,M.Soc.Sc PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN CRAVING PADA PECANDU NARKOBA Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Yulianti Dwi Astuti, S.Psi.,M.Soc.Sc)

3 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN CRAVING PADA PECANDU NARKOBA Noviza Yulianti INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba. Subjek dalam penelitian ini adalah para pecandu narkoba yang sedang menjalani proses penyembuhan di Panti Pamardi Putra, berjumlah 47 subjek. Adapun skala yang digunakan adalah skala Efikasi Diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Corsini (Puspitalani, 2002), berjumlah 34 item. Sedangkan skala Craving disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Tiffany (Versland, 2006), berjumlah 35 item. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 16.0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0,510 yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Efikasi Diri, Craving

4 Pengantar Suatu kenyataan yang sulit dipercaya, bahwa hampir semua pengguna narkoba mengetahui bahaya dari narkoba, namun hanya sedikit yang bersedia dan berhasil untuk menghentikan kebiasaannya tersebut. Ancaman penyakit yang mengintai terkadang tidak cukup ampuh untuk membuat pacandu menghentikan kebiasaannya. Narkoba di satu sisi merupakan suatu yang dibenci dan dicoba untuk dihindari, namun di sisi lain dianggap sebagai sahabat setia yang terus dicari dan dijadikan sebagai salah satu alat pergaulan. Akibat peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba, jutaan anak bangsa telah mengalami ketagihan (addiction) dan ketergantungan (dependence). Ribuan orang telah meninggal dunia secara sia-sia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh instansi terkait dan perkembangan Peredaran Gelap dan Penyalahgunaan Narkoba (PG & PN) didapati beberapa fenomena terkait dengan penyalahgunaan narkoba, yaitu telah terdeteksi 3,9% atau sekitar empat dari 100 orang pelajar dan mahasiswa adalah penyalahguna narkoba, dan usia rata-rata pertama kali pemakai narkoba adalah 15 tahun. Apabila keadaan ini tidak ditangani dengan sungguhsungguh, dampaknya dapat menghilangkan satu generasi anak bangsa (Lost Generations). United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), menginformasikan bahwa sekitar 200 juta orang di seluruh dunia telah menggunakan narkoba.

5 Sedangkan di Indonesia, Badan Narkotika Nasional (BNN), menginformasikan bahwa sekitar 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia (sekitar 3,2 juta orang) adalah penyalahguna narkoba. Hampir 70% dari semua penghuni Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara adalah narapidana atau tahanan dalam perkara Peredaran Gelap dan Penyalahgunaan Narkoba. Selain itu Badan Narkotika Nasional (BNN) juga mencatat, pada bulan Februari 2008 terdapat 10 kasus penyalahgunaan narkoba di Yogyakarta, dengan jumlah tersangka 19 orang. Jumlah ini dinilai cukup tinggi meningkat dari pada tahun lalu. Berdasarkan data Polres Sleman, tahun 2007 pelaku penyalahgunaan narkoba didominasi kaum laki-laki dengan jumlah 139 orang, sedangkan perempuan hanya tiga orang. Empat puluh empat orang diantaranya adalah mahasiswa.( /). Pecandu yang mengalami putus zat dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw). Cara mengatasi Sakaw, pecandu akan berusaha mati-matian untuk memperoleh narkoba. Bila tidak punya uang untuk membeli narkoba, maka dia akan mencuri, menjual barang, berbohong, memaksa dan mengancam siapa saja termasuk orang tuanya, membolos, dan berkelahi. Bagi wanita, ada yang sampai menjual diri sekedar untuk memperoleh narkoba. Bahkan untuk merawat dan memulihkan kesehatan pecandu narkoba memerlukan waktu yang lama, fasilitas yang memadai, tenaga medis yang berkualitas dan obat yang cukup, sehingga membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan ketertiban dan ketenteraman masyarakat serta bisa mencelakakan pecandu itu sendiri maupun

6 orang lain. Akibatnya dapat menyeret pecandu masuk penjara, dan yang lebih membahayakan lagi dari penyalahgunaan narkoba adalah apabila terjadi over dosis (OD) dapat menyebabkan kematian. Hal itu dapat terjadi karena tubuh pecandu mampu beradaptasi, toleransi dan tidak bisa mengukur jumlah narkoba yang dikonsumsi, sehingga tanpa disadari pemakaiannya melebihi dosis ambang batas kemampuan tubuhnya. ( Dampak lain penyalahgunaan narkoba adalah ketergantungan (dependence), craving dan ketagihan (addiction). Bagi para pecandu narkoba, hal yang paling sulit dilakukan adalah berhenti mengkonsumsi narkoba tesebut. Pecandu narkoba dapat disembuhkan, namun hal itu sulit, karena harus melalui suatu proses penyembuhan yang cukup cermat. Beberapa hasil laporan menyatakan bahwa tidak sedikit di antara pecandu yang telah sembuh dapat kecanduan kembali. Seperti yang dialami oleh Satya (bukan nama sebenarnya) yang mulai mengkonsumsi narkoba sejak sering ke tempat-tempat hiburan seperti kafe atau diskotik, kemudian berhenti mengkonsumsi narkoba setelah menjalani pengobatan di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) yaitu bagian detoksifikasi opioid cepat dengan anestesia (DOCA), namun setelah pengobatan Satya kembali mengkonsumsi putaw dengan cara disuntikkan. Tetapi ternyata putaw tersebut tidak berefek dan terasa hambar, karena tidak percaya Satya melipatkan dosis, namun tetap saja putaw tersebut tidak terasa. Sejak kejadian tersebut, Satya berniat untuk tidak menggunakan putaw lagi. (

7 Para pecandu narkoba ibarat hidup dalam lingkaran setan, dalam waktu singkat mereka akan kehilangan kendali dan terjebak dalam tuntutan yang terus mendesak. Akibatnya, mereka yang pernah kecanduan narkoba memiliki risiko mudah kambuh kembali. Cukup melihat sebuah jarum suntik, sendok makan atau bubuk putih, otak mantan pecandu biasanya langsung nagih. Namun, jika pecandu langsung mengkonsumsi lagi narkoba, biasanya akibatnya cukup fatal. Mantan pecandu yang kembali mengkonsumsi narkoba akan memerlukan dosis yang lebih besar dari semula. Hal serupa dengan Satya, juga dialami oleh seorang artis yang terkenal tahun 1970-an Roy Marten yang pernah tertangkap dan masuk penjara akibat penyalahgunaan narkoba, dan untuk kedua kalinya tertangkap membawa sabu-sabu. Padahal Roy salah satu narasumber antinarkoba yang sedang diadakan di Surabaya. ( Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa tidak mudah bagi pecandu untuk benar-benar sembuh dari ketergantungan narkoba, karena keinginan untuk kembali menggunakan narkoba dapat terjadi kapan saja. Keinginan untuk kembali menggunakan narkoba disebut dengan istilah (craving). Menurut Clark (2007) Craving adalah sugesti yang masih ada untuk kembali menggunakan narkoba. Istilah craving sudah populer di kalangan orang yang menyalahgunakan narkoba. Craving terjadi pada orang yang menggunakan narkoba dan dianggap sebagai motivasi subjektif dalam pengalaman individu berupa hasrat atau keinginan untuk kembali menggunakan narkoba.

8 Kecanduan narkoba akan menyebabkan pecandu mengalami ketergantungan terhadap narkoba, sehingga pada saat pecandu berhenti menggunakan narkoba akan muncul keinginan untuk menggunakan narkoba lagi (craving). Saat terjadi craving, pecandu akan mengalami kebingungan, sering kali pecandu dibutakan pada resiko dan konsekuensi penggunaan narkoba. Dalam hal ini, keyakinan yang kuat dari dalam diri pecandu untuk sembuh sangat diperlukan, karena keyakinan dalam diri berpengaruh terhadap kesuksesan atau kegagalan yang akan terjadi saat pecandu mengalami craving. Istilah keyakinan ini disebut dengan efikasi diri. Menurut Bandura (Baron dan Byrne, 2004) efikasi diri merupakan keyakinan individu dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Bandura menambahkan, efikasi diri dapat menentukan pilihan respon seseorang terhadap masalah, dimana jika seseorang memiliki efikasi diri tinggi maka akan menganggap suatu masalah bukanlah sebagai hambatan melainkan sebuah tantangan untuk meraih keberhasilan. Saat individu mengalami keberhasilan maka efikasi diri akan meningkat, dan tingginya efikasi diri akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila pecandu narkoba tidak memiliki efikasi diri yang tinggi, maka ada kecenderungan pecandu mengalami kegagalan dan kembali berkeinginan untuk menggunakan narkoba lagi (craving). Bertitik tolak dari latar belakang di atas, muncul pertanyan apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba?

9 Metode Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan para pecandu narkoba yang berada di Panti Rehabilitasi Pamardi Putra Bandar Lampung. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menjalani proses penyembuhan, yang berjumlah 47 subjek. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam skala, yaitu skala craving dan skala efikasi diri. Skala craving terdiri dari 35 item yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan teori Tiffany (Versland, 2006). Skala efikasi diri terdiri dari 34 item yang disusun oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada teori Corsini (Puspitalani, 2002). Skala craving menyediakan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, pada pernyataan favorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya pada pertanyaan unfavorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Skala efikasi diri juga menyediakan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, pada pernyataan favorable nilai tertinggi

10 4 adalah untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya pada pertanyaan unfavorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Semua data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan di analisis dengan metode statistik, dan untuk menguji hubungan antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba digunakan metode analisis korelasi Product Moment dari Pearson. Perhitungan akan dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Hasil Penelitian Setelah terbukti bahwa sebaran data yang diperoleh adalah normal dan hubungan antar variabel linier, maka dilakukan uji terhadap hipotesis dengan teknik product moment. Perhitungan analisis korelasi product moment menggunakan program SPSS 16.0 for windows, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 1 Analisis Korelasi Product Mmoment Efikasi Diri Dan Craving Product Moment Craving p Efikasi Diri -0,510 0,000

11 Analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel efikasi diri dengan variabel craving sebesar -0,510 dengan p=0,000 atau p<0,01. Hal ini berarti bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan craving. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba diterima. Berdasarkan hasil analisis diketahui koefisien determinasi (R square) variabel efikasi diri dengan craving dalam penelitian ini adalah sebesar 0,260. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri memberikan sumbangan efektif terhadap craving sebesar 26%. Pembahasan Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba. Besarnya pengaruh efikasi diri terhadap craving pada pecandu narkoba dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R square) yaitu sebesar 0,260. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri memberikan sumbangan efektif terhadap craving sebesar 26%, sedangkan sisanya sebesar 74% merupakan pengaruh dari variabel lain, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri subjek yang memberikan pengaruh terhadap craving pada pecandu narkoba.

12 Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment, koefisien korelasi antara efikasi diri dengan craving pada pecandu narkoba adalah -0,510 dengan p=0,000 atau p<0,01 dimana hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan craving. Dalam hal ini semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah craving pada pecandu narkoba. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah efikasi diri maka semakin tinggi craving pada pecandu narkoba. Mengacu pada teori craving yang dikemukakan oleh Clark (2007), craving adalah sugesti yang masih ada untuk kembali menggunakan narkoba. Craving terjadi pada orang yang menggunakan narkoba dan dianggap sebagai motivasi subjektif dalam pengalaman individu berupa hasrat atau keinginan untuk kembali menggunakan narkoba. Dalam hal ini efikasi diri sangat diperlukan, karena keyakinan dalam diri berpengaruh terhadap kesuksesan atau kegagalan yang akan terjadi saat pecandu mengalami craving. Bandura (Baron dan Byrne, 2004) menjelaskan efikasi diri merupakan keyakinan individu dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Efikasi diri dipercaya berfungsi untuk mengontrol perhatian pecandu narkoba, sehingga saat stimulus berupa craving muncul, pecandu dapat mengatasinya dengan baik. Namun apabila efikasi diri rendah, maka pecandu tidak dapat menghindari munculnya craving (Stephens, dkk dalam Bandura, 1997).

13 Hal serupa dijelaskan oleh Singleton dan Gorelick (Anton, 1999) bahwa craving terjadi pada saat individu hanya memiliki sedikit kepercayaan dan keyakinan dalam diri untuk menghindari narkoba. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi efikasi diri, maka craving yang terjadi pada pecandu narkoba semakin rendah. Efikasi diri juga dapat menentukan pilihan respon seseorang terhadap masalah, dimana jika individu memiliki efikasi diri tinggi maka akan menganggap suatu masalah bukanlah sebagai hambatan melainkan sebuah tantangan untuk meraih keberhasilan. Apabila pecandu narkoba tidak memiliki efikasi diri yang tinggi, maka ada kecenderungan pecandu akan mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, sehingga craving dengan mudah terjadi dan menyebabkan pecandu mengalami kambuh (Bandura, 1997). Penelitian ini juga memiliki kelemahan berkaitan dengan digunakannya metode try-out terpakai atau pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja, karena subjek penelitian yang hanya sedikit, yaitu 47 subjek pecandu narkoba. Kelemahan berikutnya adalah item pada angket penelitian terlalu banyak, sehingga ada sebagian subjek yang mengeluhkan hal tersebut.

14 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dan craving pada pecandu narkoba dengan koefisien korelasi r= -0,510 dengan p=0,000 atau p<0,01. Semakin tinggi efikasi diri, maka craving pada pecandu narkoba semakin rendah, sebaliknya semakin rendah efikasi diri, maka craving pada pecandu narkoba semakin tinggi. Kontribusi variabel efikasi diri terhadap craving pada pecandu narkoba sebesar 0,260 yang berarti efikasi diri memiliki sumbangan efektif sebesar 26% terhadap craving pada pecandu narkoba. Saran 1. Bagi subjek penelitian Para pecandu narkoba diharapkan untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan efikasi diri selama proses penyembuhan, sehingga saat craving muncul pecandu dapat mengatasinya dengan baik. Sebagaimana hasil penelitian ini bahwa efikasi diri berkorelasi negatif terhadap craving pada pecandu narkoba, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa efikasi diri merupakan salah satu alternatif yang dapat menentukan muncul atau tidaknya craving pada pecandu narkoba selama proses penyembuhan berlangsung. Selain itu pecandu juga harus mengikuti semua tahap penyembuhan dengan baik, khususnya dalam hal peningkatan spiritual yaitu dengan terapi dzikir.

15 2. Bagi pengurus panti rehabilitasi dan orang tua subjek Para pengurus panti rehabilitasi dan orang tua subjek diharapkan untuk memberikan pendidikan mengenai efikasi diri, menanamkan nilai-nilai agama pada pecandu, sehingga pecandu dapat menjalani proses penyembuhan dengan baik dan saat craving muncul, pecandu narkoba sudah memiliki efikasi diri yang kuat dalam dirinya untuk sembuh. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai craving pada pecandu narkoba, diharapkan dapat meneliti hal tersebut lebih mendalam lagi seperti dengan menggunakan metode kualitatif, untuk mendapatkan data yang lebih detail. Bagi peneliti selanjutnya yang meneliti dengan metode kuantitatif sebaiknya jumlah item yang diberikan tidak terlalu banyak.

16 DAFTAR PUSTAKA Anton, R.F What is Craving?. Journal of Alcohol Research & Health. Vol. 23 No. 3 Baron, A.A., and Byrne,D Psikologi Sosial Jilid I, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga Bandura, A Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company. Clark, D Theories of Craving and Urges. Dwiyono, S Jejak Kecanduan Di Dalam Otak. Leo, S. P, dan Yulianti, D.A Pengaruh Craving dalam Pencapaian Kondisi Clean And Sober Pecandu Napza. Jurnal Psikologika, 22, Vol.XI. Puspitalani, N Hubungan Antara Self-efficacy dengan Problem Focused Coping Dalam Proses Penyusunan Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi UKS. Intisari. Tanjung, M.A Pahami Kejahatan Narkoba. Jakarta: Lembaga Terpadu Permasyarakatan Anti Narkoba. Versland,A.S Efficacy of Imagery and Cognitive Task Used to Reduce Craving and Implications for The Elaborated Intrusion Theori of Craving. Dissertation.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN KECENDERUNGAN RELAPSE PADA PECANDU NARKOBA YANG MENJALANI REHABILITASI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN KECENDERUNGAN RELAPSE PADA PECANDU NARKOBA YANG MENJALANI REHABILITASI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN KECENDERUNGAN RELAPSE PADA PECANDU NARKOBA YANG MENJALANI REHABILITASI Oleh: INTAN AGITHA PUTRI (14320128) Yulianti Dwi Astuti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan untuk Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terapi rumatan metadon adalah sebuah terapi dimana terdapat substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik yang berbentuk cair yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini sudah menjadi permasalahan serius, dan dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan yang luar biasa (Extra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat adiktif) atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan NARKOBA di Indonesia terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikitif lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara bio, psiko maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah satunya adalah penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 83 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) jika digunakan dengan pengawasan dan pengendalian yang baik dapat bermanfaat di bidang kesehatan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nation Office on Drugs and Crime memperkirakan penyalahguna narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 tahun (UNODC, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tak kurang dari 320.000 orang antara usia 15-29 tahun meninggal setiap tahun karena berbagai penyebab terkait alkohol. Jumlah ini mencapai sembilan persen

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat-obatan dengan tujuan medis secara legal diresepkan oleh dokter atau tenaga medis untuk mengobati penyakit. Namun, pemakaian obat tanpa petunjuk medis merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel Tergantung Variabel Bebas : Kecemasan akademik : Efikasi diri B. Definisi Operasional 1. Kecemasan Akademik Kecemasan akademik adalah dorongan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga segala aspek kehidupan manusia tidak memiliki batas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia dewasa ini, muncul kasus-kasus penyalahgunaan obat berbahaya dan narkotika yang efeknya sangat meresahkan masyarakat. Masalah ketergantungan obat berbahaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperkenalkan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) atau yang sering dikenal dengan Narkoba(Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas menuliskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum. Salah satu prinsip penting negara

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis obat-obatan terlarang yaitu, seperti Dadah (Malaysia/Brunei), Drugs (Inggris), Shabu-shabu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Hal Itu berarti bahwa penegakan hukum menjadi yang utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S -1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dunia saat ini semua barang kebutuhan sehari-hari dapat ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun dari media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang  2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang

Lebih terperinci

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Narkoba atau yang kini dikenal juga dengan sebutan NAPZA, adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Bahan/ zat adiktif. Narkoba merupakan bahan/ zat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini dikarenakan data yang didapat dari penelitian berupa angka atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung : Perilaku mengemudi berisiko 2. Variabel Bebas : Kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini peredaran narkotika semakin merajalela dikarenakan Indonesia bukan lagi tempat transit, tetapi menjadi sasaran pemasaran, dan bahkan tempat produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini maraknya peredaran narkoba sudah tak terbendung lagi, bahkan hal tersebut sudah meluas ke seluruh penjuru dunia, terutama di negara Indonesia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam masyarakat. Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik ditingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara suatu

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman bahaya narkoba telah melanda sebagian besar negara dan bangsa di dunia. Kecenderungan peredaran narkoba sebagai salah satu cara mudah memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA

Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA Muhammad John Elang Lanang Sismadi, Muhammad Ardiansyah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2 Bagian Syaraf FKIK UMY Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Say no to drug adalah suatu istilah yang mudah diucapkan tetapi susah untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas (X) kontrol diri dan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan tanggung-jawab bersama, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANTAN PECANDU UNTUK KEMBALI MENYALAHGUNAKAN NARKOBA (RELAPS) TESIS NAMA: NURMIATI HUSIN NPM :

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANTAN PECANDU UNTUK KEMBALI MENYALAHGUNAKAN NARKOBA (RELAPS) TESIS NAMA: NURMIATI HUSIN NPM : UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANTAN PECANDU UNTUK KEMBALI MENYALAHGUNAKAN NARKOBA (RELAPS) TESIS NAMA: NURMIATI HUSIN NPM : 0606154295 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN KETAHANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiann ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (2013, h. 5) pada dasarnya pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita-berita kriminalitas yang semarak di berbagai media, baik cetak maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA adalah narkotika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah menjadi masalah serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun. Presiden

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut: 1. Proses rehabilitasi bagi pecandu narkotika yang dilaksanakan

Lebih terperinci

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung Abstrak Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung 1 Ega Kusmawati 2 Antonius Ngadiran 3 Tri Sulastri 1,2,3 Program Studi Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun Oleh: TRI HARNINGSIH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba mengancam kehidupan kita. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Subjek dari penelitian kuantitatif ini adalah sesuai fenomena yang telah diteliti yaitu subjek yang telah melakukan proses Rehabilitasi di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba adalah sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat Edaran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR Oleh: KARTIKA UTAMI HEPI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penyalahgunaan Narkoba dan peredaran gelap zat adiktif lainnya dengan berbagai cara dan dampak yang ditimbulkan merupakan masalah besar yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba merupakan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dewasa ini sedang berlangsung proses pembaharuan hukum pidana. Pembaharuan hukum pidana meliputi pembaharuan terhadap hukum pidana formal, hukum pidana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci