HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Pinggiran Perkotaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Pinggiran Perkotaan"

Transkripsi

1 57 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Pinggiran Perkotaan Karakteristik Demografis Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Kelurahan Andir secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, dan terdiri dari 13 Rukun Warga yang membawahi 116 Rukun Tetangga. Adapun batas wilayah Kelurahan Andir adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dayeuhkolot - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Malakasari - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Baleendah - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bojongmalaka Jarak pusat pemerintahan Kelurahan Andir dengan pusat pemerintahan dalam struktur yang lebih tinggi adalah sebagai berikut : - Jarak ke ibukota kecamatan : 1 Km - Jarak ke ibukota kabupaten : 18 Km - Jarak ke ibukota propinsi : 15 Km - Jarak ke ibukota negara : 191 Km Sarana transportasi umum yang digunakan penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-hari adalah ojeg, angkutan pedesaan dan dokar/andong. Sarana transportasi tersebut menghubungkan Kelurahan Andir dengan desa lainnya. Untuk dapat mencapai ibukota kabupaten dan ibukota propinsi tersedia angkutan umum yang dapat melayani setiap saat. Kelurahan Andir terletak pada ketinggian 7 m dpl yang secara topografi seluruhnya merupakan lahan datar pada dataran medium. Suhu udara tiap tahun berkisar antara 19 C - 9 C dengan rata-rata curah hujan tiap tahun 5 mm. Kondisi geografis dan iklim yang menunjang telah memberikan keuntungan bagi petani di Kelurahan Andir untuk melakukan usahatani padi sawah secara optimum, terlebih lagi ditunjang oleh sistem pengairan yang memadai. Faktor-faktor tersebut sangat memungkinkan bagi petani untuk menerapkan pola tanam padi padi padi atau padi padi palawija. Total luas wilayah Kelurahan Andir adalah 378,91 Ha, yang sebagian besar digunakan untuk usahatani padi sawah. Luas lahan pertanian padi sawah menempati luas lahan seluas 179,41 Ha atau sebesar 47,43% dari total luas wilayah keluarahan. Lahan usahatani padi sawah tersebut seluruhnya dilayani oleh daerah irigasi DAS Ciherang yang terbagi menjadi irigasi teknis dan semi teknis.

2 58 Tabel 3 Luas dan penggunaan lahan di Kelurahan Andir tahun 8 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pemukiman 14,99 7,5 Pemakaman 1,46,39 3 Pekarangan 59,48 15,7 4 Sawah 179,41 47,43 5 Kas desa 19,86 5,5 6 Lain-lain 13,9 3,46 Total 378,9 1, Lahan yang digunakan untuk pemukiman (7,5%) sebagian besar adalah lahan konversi dari lahan sawah yang beralih fungsi menjadi kompleks perumahan baru. Berdasarkan data monografi kelurahan, lahan sawah yang beralih fungsi menjadi kompleks perumahan selama lima tahun terakhir adalah seluas 34 Ha. Berdasarkan data monografi jumlah penduduk Kelurahan Andir tahun 8 adalah 7 89 orang, yang terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 14.7 orang (5,94%), perempuan orang (49.6%). Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Andir adalah KK dan sebagian besar (49,18) termasuk dalam kategori keluarga miskin (pra-ks) dan KS-1). Tabel 4 Komposisi kepala keluarga di Kelurahan Andir berdasarkan tingkat kesejahteraan tahun 8 No Kategori Kesejahteraan Jumlah (KK) Persentase (%) 1 Pra sejahtera (pra-ks) ,48 Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) 159 7,7 3 Keluarga Sejahtera (KS-) 344 3,7 4 Keluarga Sejahtera 3 (KS-3) 1 574, 5 Keluarga Sejahtera 3 plus (KS-3 plus) 43,55 Total , Dari data potensi dan perkembangan Kelurahan Andir tahun 8, diketahui bahwa sebagian besar keluarga telah memiliki WC yang sehat, yaitu sebanyak 7.46 keluarga (9,93%), namun masih terdapat 76 (3,54%) keluarga yang memiliki WC yang kurang memenuhi standar kesehatan, bahkan terdapat keluarga yang biasa buang air besar di sungai/parit/kebun/hutan sebanyak 98 keluarga (1,5%). Keluarga yang memanfaatkan fasilitas MCK umum saat ini adalah sebanyak 13 keluarga (1,69%). Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, pada Tabel 5 di bawah ini dapat diketahui besarnya angka beban ketergantungan (dependency ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang belum produktif (-14 tahun) dan penduduk yang tidak produktif (> 65 tahun) dengan banyaknya penduduk

3 59 yang termasuk usia produktif (15-65 tahun) (Lembaga Demografi FE-UI, 1981). Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka beban ketergantungan penduduk Kelurahan Andir adalah sebesar 74, artinya bahwa setiap 1 orang penduduk yang produktif harus menanggung 74 orang yang tidak produktif. Hal ini menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif bagi orang yang tidak produktif sangat berat. Indikator lain yang dapat diperoleh dari tabel penggunaan lahan dan tabel luas penduduk adalah mengenai man land ratio (MLR), yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian. Beradasarkan perhitungan, diperoleh MLR Kelurahan Andir sebesar 155, ini berari setiap satu hektar lahan pertanian digunakan untuk menghidupi 155 orang penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa daya dukung lahan pertanian sebagai sumber kehidupan berada dalam posisi yang sangat berat, karena menurut Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, batas beban berat lahan pertanian adalah 7 orang per hektar. Tabel 5. Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan kelompok umur tahun 8 No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , , ,85 5 > 65 78,8 Total , Sebagian besar penduduk di Kelurahan Andir bekerja sebagai karyawan swasta (74,96%), penduduk yang sebagai petani hanya sebanyak 8,5%. Tenaga kerja di sektor pertanian ini hampir seluruhnya bekerja pada usahatani padi sawah, adapun komoditas lain seperti palawija merupakan tanaman penyelang diantara musim tanam padi dengan musim tanam berikutnya. Sebagian besar petani tidak memiliki lahan sendiri, mereka hanya menggarap atau menyewa lahan milik orang lain, hanya 5% petani yang berstatus sebagai pemilik lahan. Sektor lain yang banyak dimasuki oleh penduduk adalah sektor industri kecil dan menengah (Tabel 6). Tabel 6. Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan mata pencaharian tahun 8 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

4 6 1 Petani 39 8,5 Buruh tani 57 1,43 Pengrajin 81,3 3 Karyawan swasta ,96 4 Wiraswasta 38 5,96 5 Jasa 148 3,71 6 PNS 111,78 7 Lain-lain 35,88 Total , Sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Andir saat ini adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak lima buah, Sekolah Menengah Pertama sebanyak dua buah. Sekolah Menengah Atas (SMA) terdekat terdapat di ibu kota kecamatan atau ibukota propinsi. Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Andir didominasi oleh lulusan SLTP atau sederajat, yakni sebesar 35,75% (Tabel 7). Tabel 7. Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan tingkat pendidikan tahun 8 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Belum sekolah ,16 Tidak tamat SD/sederajat 718,57 3 Tamat SD/sederajat ,57 4 Tamat SLTP/sederajat ,75 5 Tamat SMU/sederajat ,5 6 Akademi ,94 7 Perguruan Tinggi 634,7 8 Tidak sekolah 344 1,3 Total , Desa Mekarwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Desa Mekarwangi secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat. Desa Mekarwangi berbatasan dengan : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Langensari - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cimenyan - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bandung - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pagerwangi Jarak pusat pemerintahan Desa Mekarwangi dengan pusat pemerintahan dalam struktur yang lebih tinggi adalah sebagai berikut : - Jarak dari desa ke ibukota kecamatan : 5 Km - Jarak dari desa ke ibukota kabupaten : Km

5 61 - Jarak dari desa ke ibukota propinsi : 7 Km - Jarak dari desa ke ibukota negara : 191 Km Sarana transportasi umum yang digunakan penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-hari adalah ojeg dan angkutan pedesaan. Angkutan pedesaan yang tersedia adalah sarana transportasi yang menghubungkan Desa Mekarwangi menuju ibukota kecamatan. Angkutan pedesaan tersebut hanya beroperasi tiga kali dalam sehari dan hanya tersedia di pagi hari. Kondisi jalan di Desa Mekarwangi relatif baik, dan 8 Km jalan telah beraspal, dimana 3 Km tergolong dalam kondisi baik dan 5 Km tergolong dalam kondisi sedang. Desa Mekarwangi berada pada ketinggian 1 7 m dpl, yang secara topografi sebagian besar (86%) termasuk dalam kategori lahan berombak-berbukit, sisanya termasuk dalam kategori datar-berombak. Suhu rata-rata tiap tahun berkisar antara 18ºC - 4ºC, dengan rata-rata hari hujan setiap tahunnya adalah 15 hari. Kondisi topografi Desa Mekarwangi membuat desa ini potensial untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya tanaman hortikultura. Total luas wilayah Desa Mekarwangi saat ini adalah 53,8 Ha, dan hanya 14.51% yang merupakan lahan tegalan yang digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura, dan sebagian besar digunakan untuk budidaya tanaman tomat dan cabai merah. Tabel 8. Luas dan penggunaan lahan di Desa Mekarwangi tahun 8 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pemukiman 66, 1,6 Pemakaman 3,,57 3 Pekarangan 8, 1,53 4 Tegalan 76, 14,51 5 Hutan lindung, 38,18 6 Kas desa 4,5,86 7 Lain-lain 166,3 31,75 Total 53,8 1, Ketersediaan air di Desa Mekarwangi tergolong memprihatinkan. Pada musim hujan, hampir seluruh penduduk mengandalkan ketersediaan air bersih dari air hujan, hampir setiap rumah memiliki tempat penampungan air hujan. Pada saat musim kemarau, penduduk harus mengambil air dari mata air yang letaknya sekitar,5 Km dari pemukiman penduduk. Hal ini juga mempengaruhi pola tanam yang dilakukan, dimana pada musim kemarau penduduk tidak dapat menanami lahannya karena tidak tersedianya air untuk budidaya tanaman hortikultura. Akibatnya pada musim kemarau sebagian besar petani memilih bekerja di sektor lain seperti menjadi buruh bangunan. Saat ini, pemerintah Desa Mekarwangi bersama warga setempat tengah melakukan pipanisasi air yang diambil dari

6 6 Kecamatan Cibodas yang berjarak sekitar 18 Km dari Desa Mekarwangi. Diharapkan dengan cara demikian ketersediaan air bersih bagi penduduk dapat terjamin sepanjang tahun. Berdasarkan data monografi jumlah penduduk Desa Mekarwangi tahun 8 adalah 5 3 orang, yang terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 599 orang (51,74%), perempuan 44 orang (48.6%). Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Mekarwangi adalah KK dan sebagian besar (51,7%) termasuk dalam kategori keluarga miskin (pra-ks) dan KS-1). Tabel 9 Komposisi kepala keluarga di Desa Mekarwangi berdasarkan tingkat kesejahteraan tahun 8 No Kategori Kesejahteraan Jumlah (KK) Persentase (%) 1 Pra sejahtera (pra-ks) 381 5,66 Keluarga Sejahtera 1 (KS-1) 387 6,6 3 Keluarga Sejahtera (KS-) 376 5,3 4 Keluarga Sejahtera 3 (KS-3) 47 16,63 5 Keluarga Sejahtera 3 plus (KS-3 plus) 94 6,33 Total , Berdasarkan data monografi desa, sebagian besar rumah penduduk merupakan rumah semi permanen (75 rumah), dan masih terdapat rumah yang berdinding papan (463 rumah) dan berdinding bambu (16 rumah). Masih banyak rumah penduduk yang tidak memiliki WC sendiri, karena keterbatasan air, sehingga banyak penduduk yang menggunakan WC umum yang berada di dekat sumber air. Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, pada Tabel 1 di bawah ini dapat diketahui besarnya angka beban ketergantungan (dependency ratio). Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka beban ketergantungan penduduk Desa Mekarwangi adalah sebesar 53, artinya bahwa setiap 1 orang penduduk yang produktif harus menanggung 53 orang yang tidak produktif. Hal ini menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif bagi orang yang tidak produktif sangat berat. Indikator lain yang dapat diperoleh dari tabel penggunaan lahan dan tabel luas penduduk adalah mengenai man land ratio (MLR), yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian. Beradasarkan perhitungan, diperoleh MLR Desa Mekarwangi sebesar 66, ini berari setiap satu hektar lahan pertanian digunakan untuk menghidupi 66 orang penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa daya dukung lahan pertanian sebagai sumber kehidupan berada dalam posisi yang sangat berat, karena

7 63 menurut Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, batas beban berat lahan pertanian adalah 7 orang per hektar. Tabel 1 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan kelompok umur tahun 8 No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , , ,45 5 > ,66 Total 5 3 1, Sebagian besar penduduk di Desa Mekarwangi bekerja sebagai petani, dan sebagian besar petani tidak memiliki lahan sendiri, mereka hanya menggarap atau menyewa lahan milik orang lain, hanya 1 orang atau persen petani yang berstatus sebagai pemilik lahan. Sektor lain yang banyak dimasuki oleh penduduk adalah sektor industri dan bangunan (Tabel 11). Tabel 11 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan mata pencaharian tahun 8 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Petani 419 3,97 Pengrajin 8,59 3 Buruh Industri 35,54 4 Buruh bangunan 375 7,7 5 Jasa Pengangkutan 148 1,94 6 PNS 98 7,4 Total , Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Mekarwangi saat ini adalah Taman Kanak-Kanak (TK) swasta sebanyak dua buah dan Sekolah Dasar (SD) negeri sebanyak tiga buah. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat di Desa Langensari, yang berjarak sekitar,5 Km dari Desa Mekarwangi. Sekolah Menengah Atas (SMA) terdekat hanya terdapat di ibu kota kecamatan atau ibukota propinsi. Kondisi ini pula yang menyebabkan banyak anak-anak Desa Mekarwangi tidak dapat meneruskan sekolah selepas SD, karena orangtua tidak mampu untuk membiayai biaya pendidikan anak-anaknya, termasuk untuk biaya transportasi. Tingkat pendidikan Desa Mekarwangi didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar, yaitu sebesar 38,78% (Tabel 1).

8 64 Tabel 1 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan tingkat pendidikan tahun 8 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Belum sekolah 319 6,35 Tidak tamat SD/sederajat ,8 3 Tamat SD/sederajat ,78 4 Tamat SLTP/sederajat ,68 5 Tamat SMU/sederajat 59 11,76 6 Akademi 143,86 7 Perguruan Tinggi 67 5,3 8 Tidak sekolah 1,43 Total 5 3 1, Keragaan Usahatani Pinggiran Kota Status Penguasaan Lahan Tanah bagi petani merupakan faktor produksi yang sangat penting selain sumberdaya ekonomi dan sumberdaya manusia. Sumberdaya ekonomi dan manusia akan menjadi sumberdaya yang sia-sia jika petani tidak mengusasai sumberdaya alam berupa lahan usahatani. Petani secara umum memiliki sebuah ikatan emosional yang sangat kuat dengan lahan tempatnya berusaha, karena dari lahan tersebut diharapkan mampu menghidupi keluarga petani. Petani akan menggantungkan semua harapannya kepada apa yang dihasilkan oleh lahan tersebut, hubungan ini biasanya terjadi pada petani yang menjadikan usahatani sebagai satu-satunya andalan untuk menghidupi keluarganya. Sebagian besar keluarga petani padi (8%) dan 64 persen keluarga petani hortikultura berstatus sebagai penyakap (Tabel 13). Banyaknya keluarga contoh yang berstatus sebagai penyakap disebabkan karena banyak keluarga contoh yang tadinya memiliki lahan sendiri namun kemudian menjual lahannya karena desakan faktor ekonomi dalam rumah tangga. Pada usahatani padi sistem bagi hasil yang diterapkan bagi petani penyakap dikenal dengan sistem maro, dimana hasil panen dibagi 5 : 5 antara petani penyakap dan pemilik lahan sedangkan biaya untuk memperoleh input produksi biasanya ditanggung oleh penggarap. Pada usahatani hortikultura kondisi tersebut sedikit berbeda, dimana sebagian besar petani penyakap biasanya memang sengaja diminta oleh pemilik lahan untuk menggarap sekaligus menjaga lahan miliknya. Biasanya lahan tersebut dulunya merupakan lahan milik petani, dan setelah dibeli oleh pihak lain, pembeli menyuruh petani untuk menggarap lahan tersebut. Penyakap tetap menanggung seluruh ongkos produksi, tetapi tidak berkewajiban membagi hasil panen dengan pemilik. Sebagian besar pemilik lahan di lokasi penelitian

9 65 keluarga petani hortikultura adalah penduduk di luar desa yang biasanya berasal dari Bandung atau Jakarta. Bagi petani hortikultura yang berstatus penyewa, petani biasanya menyewa lahan milik kas Rp. 3, - Rp 5., / tumbak per tahun. desa ataupun pemilik dengan harga sewa berkisar antara Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan status penguasaan lahan Penguasaan Lahan Petani Padi Petani Hortikultura (n = 5) % (n = 5) % Penyewa penggarap, 15 3, Penyakap 4 8, 3 64, Pemilik penggarap 8 16, 3 6, Rata-rata luas penguasaan lahan 194 m 177 m Pola Tanam Pola tanam yang diterapkan pada usahatani padi sawah maupun hortikultura sepenuhnya sangat tergantung pada jaminan pasokan air di lahannya. Pada usahatani padi sawah, semua contoh menyatakan bahwa pola tanam padi-padi-padi akan tercapai jika pasokan air bagi sawahnya memadai. Berdasarkan pada kondisi pasokan air pada saat ini, maka pilihan terbaik adalah dengan pola tanam padi-padi-bera atau padi-padi-palawija (Tabel 14). Petani yang menerapkan pola tanam padi-padi-padi (4%) ataupun padi-padipalawija (36%) adalah petani yang lokasi sawahnya berdekatan dengan saluran sekunder. Lebih dari separuh contoh petani (6%) memilih memberakan sawahnya, karena pada saat musim kemarau sawah mereka sama sekali tidak mendapatkan air. Seringkali petani di lokasi penelitian berebut air dengan petani di desa lain, hal ini disebabkan dengan terbatasnya pasokan air di DAS Ciherang, kondisi ini diperparah dengan penggunaan air oleh pabrik-pabrik yang banyak terdapat di sekitar lokasi penelitian. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pola tanam pada usahatani padi sawah Pola Tanam Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Padi Padi Padi (4%) Padi Padi Padi Padi- Padi Palawija (36%) Padi Padi Bera (6%) Padi Padi Palawija Padi Padi Bera

10 66 Usahatani hortikultura sepenuhnya mengandalkan sistem tadah hujan, karena belum adanya jaringan air ataupun sumber air di sekitar desa untuk mengairi lahan petani. Saat ini, sedang diusahakan proyek penyambungan pipa dari mata air di daerah Cibodas yang letaknya Km dari lolasi penelitian. Jika usaha ini berhasil, petani memiliki kesempatan untuk melakukan usahatani sepanjang tahun. Lebih dari dua per tiga petani (7%) mengusahakan komoditas tomat cabai merah, yang diusahakan dengan cara tumpang sari (Tabel 15). Pemilihan jenis komoditas yang relatif beragam pada usahatani hortkultura sepenuhnya bergantung pada preferensi dan pengalaman petani mengenai komoditas yang dianggap paling menguntungkan bagi petani. Tabel 15 Komoditas yang diusahakan petani hortikultura Pola Tanam n = 5 % Tomat Cabai Merah 36 7, Tomat saja 5 1, Cabai saja 4, Cabai merah bunga kol 4, Cabai merah buncis 4, Buncis bunga kol 1, Kacang tanah bawang 1, Sosin 1, Keterjangkauan Pada Lembaga Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan Sub bab ini menggambarkan keterjangkauan penduduk pada berbagai fasilitas ekonomi (pasar, koperasi), industri, pendidikan (sekolah) dan kesehatan (puskesmas). Hal ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa besar kesempatan bagi keluarga petani yang tinggal di daerah pinggiran perkotaan untuk memasuki sektor di luar sektor pertanian. Pada keluarga petani padi, lebih dari separuh contoh (54%) menyatakan mudah untuk mengakses pasar. Jarak tempuh yang dirasakan tidak terlalu jauh (< 5 Km) oleh 6 persen contoh serta biaya transportasi yang dinilai terjangkau oleh sebagian besar contoh (84%) membuat sebagian contoh tertarik untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi di pasar. Sarana transportasi (angkutan umum) yang tersedia sepanjang hari turut menunjang kelancaran kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian keluarga contoh. Sebagian contoh sering ke pasar untuk menjual hasil usahatani nya, baik berupa beras atau hasil usaha sampingan lainnya ataupun membeli barang-barang dan sayuran untuk dijual kembali di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan pada keluarga petani hortikultura, lebih dari separuh contoh (5%) menyatakan mudah untuk mengaskses dan berpartisipasi

11 67 dalam kegiatan ekonomi di pasar, namun jarak yang dinilai cukup jauh (5-1 Km) oleh sebagian besar contoh (78%) serta sarana transportasi umum yang kurang memadai membuat sebagian besar contoh menilai biaya transportasi menuju pasar menjadi tidak terjangkau dan tidak efisien untuk melakukan kegiatan ekonomi dalam skala kecil di pasar sehingga sektor ini bukan merupakan pilihan untuk mencari penghasilan tambahan di luar sektor pertanian (Tabel 16). Lebih dari separuh contoh keluarga petani padi (56%) menyatakan mudah untuk mengakses koperasi. Jarak yang dekat dan biaya transportasi juga dinilai terjangkau oleh sebagian besar contoh keluarga petani padi dan hortikultura. Namun hal ini tidak membuat sebagian contoh tertarik ikut dalam kegiatan simpan pinjam di koperasi. Sebagian contoh merasa berat dengan iuran bulanan yang sifatnya rutin jika menjadi anggota koperasi. Hal ini menyebabkan koperasi bukan merupakan pilihan untuk melakukan kegiatan simpan pinjam (Tabel 16). Lokasi tempat tinggal keluarga petani padi yang dekat dengan daerah industri menjadikan lebih dari separuh contoh (56%) menilai biaya untuk mencapai lokasi industri cukup terjangkau, namun keberadaan sektor industri yang dekat tempat tinggal tidak menjadikan contoh mudah untuk terlibat di dalamnya. Pada keluarga petani hortikultura, lokasi industri dinilai jauh (> 1 Km) oleh 5 persen contoh dan biaya transportasi dinilai tidak terjangkau oleh 8 persen contoh, hal ini menyebabkan sektor industri bukan merupakan sektor yang dapat digunakan untuk mencari penghasilan di luar sektor pertanian. Lebih dari separuh contoh keluarga petani padi (64%) dan sebagian besar contoh keluarga petani hortikultura (98%) menyatakan sulit untuk mengakses sektor industri. Hal ini turut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan contoh yang relatif rendah. Berdasarkan penuturan contoh, untuk bekerja di pabrik saat ini dibutuhkan ijazah SMA atau sederajat, ditambah lagi persaingan yang ketat membuat sebagian besar contoh sulit untuk terlibat dalam sektor industri (Tabel 16). Sebagian besar contoh keluarga petani padi (86%) dan keluarga petani hortukultura (98%) menyatakan mudah untuk memperoleh fasilitas pendidikan. Adanya fasilitas pendidikan gratis di sebagian sekolah pada tingkat SD dan SLTP turut mengurangi beban orangtua. Lokasi fasilitas pendidikan yang relatif dekat dari tempat tinggal membuat biaya transportasi dinilai terjangkau bagi sebagian besar contoh keluarga petani padi (9%) dan 9 persen contoh keluarga petani hortikultura (Tabel 16). Berdasarkan hasil wawancara pada contoh keluarga petani padi, diketahui sebagian besar contoh mampu menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang SLTA, mereka berharap dengan semakin tingginya jenjang

12 68 pendidikan yang ditempuh akan membuka kesempatan bagi anak-anaknya untuk bekerja dan memperbaiki taraf hidup. Sedangkan pada keluarga petani hortikultura, contoh yang memiliki anak yang duduk di bangku SLTA menilai biaya untuk menjangkau fasilitas pendidikan tersebut dinilai tidak terjangkau karena lokasinya yang cukup jauh serta biaya pendidikan dinilai mahal, hal ini menyebabkan banyak orangtua yang hanya menyekolahkan anaknya hanya hingga jenjang SLTP. Seluruh contoh keluarga petani padi dan hortikultura menyatakan mudah untuk menjangkau fasilitas kesehatan (Puskesmas), karena contoh dapat berobat di Puskesmas dengan biaya yang terjangkau. Jarak yang dinilai dekat dan biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan yang dinilai terjangkau oleh sebagian besar contoh membuat contoh mudah untuk medapatkan layanan kesehatan di Puskesmas (Tabel 16). Tabel 16 Sebaran contoh (%) berdasarkan keterjangkauan pendidikan dan kesehatan pada lembaga ekonomi, Keterjangkauan Pasar Koperasi Industri Sekolah Puskesmas P H P H P H P H P H Kemudahan mengakses Mudah Sulit Jarak < 5 Km 5 1 Km > 1 Km Biaya Transportasi Terjangkau Tidak terjangkau Ket : P : Keluarga petani padi H : Keluarga petani hortikultura Keadaan Umum Keluarga Contoh Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga contoh pada penelitian ini digambarkan oleh umur suami dan istri, tingkat pendidikan suami dan istri, pekerjaan utama suami dan istri, besar keluarga, tingkat pendapatan keluarga, serta bantuan yang diterima keluarga contoh. Umur Suami dan Istri Pada beberapa literatur, banyak disebutkan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang berusia antara tahun (Lembaga Demografi UI). Berpijak pada batasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia kerja. Pada keluarga petani padi, 9 persen suami dan 94

13 69 persen istri merupakan penduduk usia kerja; begitu pula dengan keluarga petani hortikulura, dimana 94 persen suami dan 1 % istri merupakan penduduk usia kerja (Tabel 17). Jika dilihat dari usia suami yang sebagian besar tergolong usia produktif, dapat dikatakan keluarga memiliki sumberdaya yang cukup produktif untuk mencari nafkah. Usia istri yang cukup mendukung untuk melakukan kegiatan produktif, menjadikan istri sebagai pencari nafkah tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, selain itu keterlibatan anak dalam mencari nafkah dirasakan cukup membantu mengurangi beban keluarga. Sebagian besar suami dan istri pada keluarga contoh berumur di atas 4 tahun (Tabel 17). Hal ini memperkuat berbagai temuan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sektor pertanian bukan merupakan sektor yang diminati oleh generasi muda, khususnya yang berumur di bawah 4 tahun. Tingkat Pendidikan Keluarga Contoh Tingkat pendidikan di suatu wilayah pada umumnya akan mencerminkan keragaman mata pencaharian yang dijalani penduduk di wilayah tersebut. Dapat dikatakan tingkat pendidikan responden tergolong rendah, bahkan banyak yang tidak pernah menempuh pendidikan di sekolah. Pada keluarga petani padi, 5 persen suami dan lebih dari separuh contoh istri (64%) menempuh pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar (SD); sedangkan pada keluarga petani hortikultura lebih dari dua per tiga contoh suami (68%) dan istri (68%) juga hanya menempuh pendidikan hingga tamat SD (Tabel 17). Besarnya persentase keluarga petani, baik petani padi maupun petani hortikultura yang hanya mampu menempuh pendidikan hingga tingkat SD dapat memberikan indikasi bahwa, sektor pertanian di lokasi penelitian kurang diminati oleh penduduk yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari SD. Alasan yang dikemukakan oleh contoh mengenai rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh adalah keterbatasan biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dari bidang pendidikan non formal, sebagian besar suami (78%) pada keluarga petani padi pernah mengikuti pendidikan nonformal (Tabel 17). Contoh petani padi hampir seluruhnya tergabung dalam kelompok tani, hanya 6,5 persen petani yang bukan anggota kelompok tani. Pendidikan non formal petani yang berkenaan dengan bidang pertanian seluruhnya diperoleh melalui kegiatan kelompok tani. Jenis pendidikan non formal yang diterima oleh anggota kelompk tani adalah Sekolah Lapang (SL), baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Penyelenggaraan Sekolah Lapang yang diselenggarakan oleh swasta kebanyakan difasilitasi oleh perusahaan perusahaan input

14 7 produksi, seperti perusahaan pupuk maupun pestisida. Pada keluarga petani hortikultura, seluruh suami maupun istri menyatakan tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal, baik di bidang pertanian maupun non pertanian (Tabel 17). Hal ini disebabkan di lokasi penelitian tidak terdapat kelompok tani. Selama ini kelompok tani hanya berupa nama saja, namun tidak memiliki kegiatan sebagi sebuah kelompok, selain itu kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak 1 tahun terakhir tidak pernah diselenggarakan lagi. Tabel 17 Sebaran contoh (%) berdasarkan karakteristik keluarga Karakteristik Keluarga Suami (n = 5) Istri (n = 5) P H P H Umur 1 3 tahun 31-4 tahun 41 5 tahun 51 6 tahun tahun > 64 tahun Rata-rata + SD Pendidikan Formal Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tidak tamat SMU Tamat SMU Tidak tamat perguruan tinggi Tamat perguruan tinggi Pendidikan Non Formal Pernah mengikuti kursus/pelatihan Tidak pernah mengikuti kursus Pekerjaan Utama Petani Buruh tani Karyawan Pabrik Pedagang PRT PNS Tidak bekerja Pekerjaan Sampingan Petani Buruh Bangunan Buruh tani (memburuh di lahan orang) Pedagang Sektor jasa Supir angkot/ojeg Beternak Tidak memiliki pekerjaan sampingan ,4 +9, ,34+ 1, ,4+9, ,6+1,

15 71 Tabel 17 (Lanjutan) Karakteristik Keluarga P H Besar Keluarga < = 4 orang orang orang 6 Rata-rata + stdev 4,48 + 1,13 3,94 + 1,8 Pendapatan Keluarga (Rp/bulan) > Rata-rata pendapatan keluarga , 965, (Rp/bln) (min-maks) Rata-rata pendapatan per kapita (Rp/bln) (min-maks) 15 7, 75, 6 469, , 637 5, , 64 85, , Besar Keluarga Contoh Lebih dari separuh contoh keluarga petani padi (54%) dan sebagian besar keluarga petani hortikultura (76%) memiliki anggota keluarga antara -4 orang dan tergolong dalam keluarga kecil (Tabel 17). Kecilnya jumlah keluarga petani hortikultura mencerminkan banyak keluarga yang sudah menyadari pentingnya nilai keluarga kecil bahagia sejahtera. Menurut penuturan istri, jumlah keluarga yang semakin besar akan semakin memberatkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan Utama dan Tambahan Keluarga Contoh Telah disebutkan di atas bahwa tingkat pendidikan dapat mencerminkan keragaman mata pencaharian di suatu lokasi. Tingkat pendidikan suami dan istri yang relatif rendah menyebabkan keluarga contoh sulit untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Pada keluarga petani padi, sebagian besar suami (94%) dan 4 persen istri memiliki mata pencaharian sebagai petani, sedangkan pada keluarga petani hortikultura, 1 persen suami bermata pencaharian utama sebagai petani, dan hampir separuh contoh istri (48%) bermata pencaharian sebagai buruh tani (Tabel 17). Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian masih merupakan andalan bagi keluarga petani padi dan hortikultura dalam mencari nafkah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar istri pada keluarga petani padi (8%) dan keluarga petani hortikultura (78%) ikut membantu suami dalam mencari nafkah.

16 7 Pada keluarga petani padi, 4 persen istri ikut bekerja menggarap lahan sawah bersama suami, dan sisanya bekerja sebagai buruh tani, berdagang atau bekerja di sektor informal lainnya. Pada keluarga petani hortikultura, hampir separuh contoh istri (48%) bekerja sebagai buruh tani. Sebagai buruh tani biasanya tenaga kerja wanita dibayar Rp..,- per hari dengan waktu kerja dari pukul Uang yang para istri peroleh dari hasil jerih payahnya biasanya juga dipakai untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Pada keluarga petani padi, pekerjaan sampingan biasanya dikerjakan di sela-sela waktu petani setelah mereka selesai menggarap lahannya, menunggu masa panen atau di luar musim tanam dimana sebagian petani tidak dapat melakukan kegiatan usahatani karena kurangnya ketersediaan air. Sebagian besar suami dan istri tidak memiliki pekerjaan lain selain bertani, mereka hanya mengandalkan hasil dari lahannya sebagai sumber penghidupan mereka (Tabel 17). Adapun petani yang memiliki pekerjaan sampingan, biasanya suami bekerja sebagai buruh tani di lahan milik orang lain, sebagai buruh bangunan, menarik ojeg, atau berdagang. Ada pula contoh yang menjadikan kegiatan usahatani sebagai pekerjaan sampingan, pekerjaan utama suami adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai Pegawai Negeri Sipil, mereka bekerja di sawah selepas waktu bekerja di sektor non usahatani. Pekerjaan sampingan pada keluarga petani hortikultura biasanya dilakukan di luar musim tanam. Usahatani hortikultura di lokasi penelitian menggunakan sistem tadah hujan, karena tidak tersedianya jaringan pengairan untuk kebutuhan usahatani. Petani sangat mengandalkan hujan sebagai sumber pengairan utama di lahan mereka, akibatnya petani hanya dapat bercocok tanam pada musim hujan, dan pada musim kemarau biasanya petani mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. Lebih dari separuh contoh suami (6%) memiliki mata pencaharian sampingan sebagai buruh bangunan, biasanya suami bekerja di Kota Bandung serta Jakarta. Ketika musim hujan datang, mereka akan kembali berusahatani. Sebagian suami contoh tidak memiliki pekerjaan sampingan, keluarga tersebut biasanya mengandalkan tabungan penghasilan dari musim tanam sebelumnya, menjual ternak ataupun mengandalkan pemberian dari anak yang sudah bekerja. Sebagian besar istri (98%) tidak memiliki pekerjaan sampingan di luar usahatani (Tabel 14). Menurut White dalam Girsang (1996) juga ditegaskan oleh Saftari (1997) yang diacu dalam Puspa (7), pada keluarga petani kecil atau keluarga petani yang tidak memiliki tanah, keterlibatan suami dan istri dalam kegiatan non pertanian merupakan strategi bertahan hidup untuk menambah pendapatan yang kecil dari sektor pertanian atau sebagai jembatan pada waktu sedang tidak ada kegiatan pertanian., sedangkan petani

17 73 menengah dan besar menjalankan kegiatan ini untuk akumulasi modal dengan menanamkan kembali surplus dari bidang pertanian ke bidang non pertanian. Pendapatan Keluarga Contoh Menurut Simandjuntak yang diacu dalam Puspa (7), perbedaan tingkat pendapatan keluarga tidak saja disebabkan oleh tingkat pendidikan, akan tetapi juga desebabkan oleh beberapa faktor lain seperti pengalaman kerja, keahlian, sektor usaha, jenis usaha dan lokasi usaha. Dalam usahatani, pendapatan yang diterima petani sangat tergantung dari luas lahan dan juga status penguasaan lahan usahatani tersebut. Petani pemilik yang menggarap sendiri lahan usahanya akan menikmati hasil panen secara penuh, hal ini tentu sangat berbeda dengan petani yang hanya berstatus sebagai penggarap dimana hasil panen harus dibagi juga dengan pemilik lahan (Tjahjana, 4). Rata-rata pendapatan keluarga petani padi adalah Rp ,-/ bulan dan sebagian besar keluarga contoh (76%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS (Tabel 17); namun jika dilihat dari pendapatan per kapita keluarga berdasarkan kontribusi sektor pertanian, sebagian besar contoh (86%) tergolong keluarga miskin. Sumbangan pendapatan anak yang sudah bekerja terhadap pendapatan keluarga contoh dirasakan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, rata-rata sumbangan pendapatan anak terhadap pendapatan keluarga adalah 6 persen. Pada sebagian keluarga contoh, anak yang sudah bekerja masih tinggal bersama orangtua nya sehingga anak dapat turut membantu membeli kebutuhan sehari-hari; anak yang sudah tinggal terpisah dari orangtua pun terkadang mengirimkan uang kepada orangtua nya sehingga beban keluarga untuk memenuhi kebutuhannya sedikit berkurang. Rata-rata pendapatan keluarga petani hortikultura adalah Rp. 965,/ bulan dan sebagian besar keluarga contoh (88%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS 3 (Tabel 17). Sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan keluarga adalah 64,68 persen, selebihnya merupakan pendapatan di luar sektor pertanian dan sumbangan pendapatan anak. Jika dilihat dari pendapatan per kapita di sektor pertanian, separuh contoh termasuk dalam keluarga miskin. Menurut penuturan istri, pendapatan yang diperoleh masih dirasakan cukup berat bagi keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang didapat dirasakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan. Beban keluarga akan semakin berat jika memiliki anak usia sekolah, terutama pada tingkat SLTA. Hal ini disebabkan karena sekolah tingkat SLTA ini hanya terdapat di ibukota kecamatan maupun ibu kota propinsi, sehingga orangtua harus Garis kemiskinan untuk Kabupaten Bandung pada Tahun 7 adalah Rp , 3 Garis kemiskinan untuk Kabupaten Bandung Barat pada Tahun 7 adalah Rp ,

18 74 mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk ongkos putra-putri nya. Akibatnya banyak anak yang hanya menempuh pendidikan hingga tingkat SLTP karena keterbatasan biaya, hal ini menyebabkan anak-anak tersebut sulit untuk mencari pekerjaan di sektor formal. Dengan terbatasnya kesempatan untuk mencari nafkah, akan meneruskan rantai kemiskinan yang selama ini mengelilingi kehidupan keluarga petani. Besarnya pendapatan yang diperoleh petani baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian sangat berfluktuatif. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan di sektor pertanian akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibanding bekerja di luar sektor pertanian, begitu pula sebaliknya. Pendapatan di sektor pertanian sangat ditentukan oleh keadaan cuaca, serangan hama penyakit, dan juga harga produk (terutama pada petani hortikultura). Pendapatan di luar sektor pertanian pun tergantung pada kesempatan kerja yang tersedia dan tidak stabil sepanjang waktu. Menurut penuturan petani, bertani itu ibarat berjudi, jika hasil panen melimpah dan harga hasil pertanian cukup tinggi maka petani akan menikmati keuntungan; namun jika hasil pertanian turun akibat serangan hama penyakit ataupun cuaca, terlebih jika harga pada saat panen jatuh, maka petani akan mengalami kerugian. Kondisi ini merupakan hal biasa bagi petani, namun petani tetap yakin jika musim ini petani merugi, maka pada musim berikutnya petani akan menikmati keuntungan. Petani yakin sektor pertanian mampu menjamin kehidupan keluarga meskipun dengan kondisi yang minim sekalipun. Bantuan Yang Diterima Keluarga Contoh Sebagian besar contoh keluarga petani padi maupun hortikultura tidak menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), raskin ataupun bantuan pengobatan bagi keluarga miskin. Askeskin atau Jamkesmas. Keadaan ini menunjukkan sebagian besar contoh tidak termasuk kelompok keluarga miskin yang berhak menerima bantuan (Tabel 18). Namun, ada sebagian contoh, baik pada keluarga petani padi maupun keluarga petani hortikultura, yang menuturkan bahwa contoh tidak mendapatkan bantuan karena tidak terdata oleh pengurus warga. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis bantuan yang diterima keluarga contoh Petani Padi (n = 5) Petani Hortikultura (n = 5) Jenis Bantuan Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % Bantuan Langsung Tunai (BLT) Raskin Askeskin / Jamkesmas

19 75 Kepemilikan Aset Keluarga Contoh Pada Tabel 19 dapat dilihat jenis aset yang dimiliki keluarga contoh. Pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan aset yang dimiliki keluarga pun sangat terbatas. Sebagian besar responden tidak memiliki kebun atau sawah. Pada keluarga petani padi hanya 16 persen contoh yang memiliki lahan sawah dengan rata-rata kepemilikan lahan 1.68 m. Pada keluarga petani hortikultura hanya 6 persen contoh yang memiliki lahan kebun, dengan rata-rata kepemilikan lahan seluas.833 m. Banyak contoh yang tadinya memiliki aset berupa lahan kebun ataupun sawah, namun kemudian menjual lahan miliknya karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi, seperti biaya untuk sekolah anak. Dilihat dari kepemilikan hewan ternak, dapat dilihat bahwa hanya sebagian kecil keluarga contoh, baik keluarga petani padi maupun keluarga petani hortikultura yang memiliki hewan ternak, seperti ayam, bebek, kambing, atapun sapi, namun itupun bukan diusahakan dalam skala komersial. Hewan ternak dianggap sebagai tabungan, yang dapat dijual jika sedang membutuhkan biaya ataupun dalam menghadapi masa-masa sulit ketika gagal panen, ketika keluarga tidak dapat melakukan usahatani karena pengaruh cuaca. Terkadang keluarga memanfaatkan hewan ternak kecil, seperti ayam untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Dari status kepemilikan rumah, dapat dilihat bahwa sebagian besar keluarga petani padi (76%) keluarga dan lebih dari dua per tiga contoh petani hortikultura (7%) tinggal di rumah milik sendiri. Hanya sebagian kecil keluarga petani padi (6%) dan keluarga petani hortikultura (4%) yang berstatus sebagai penyewa rumah. Keluarga tersebut merupakan pendatang dari daerah lain dan belum memiliki tempat tinggal sendiri. Sebagian besar contoh, baik keluarga petani padi maupun hortikultura tidak memiliki kendaraan pribadi, karena harga kendaraan terutama kendaraan bermotor tidak terjangkau oleh contoh. Bagi sebagian keluarga contoh yang memiliki motor, biasanya motor tersebut merupakan modal utama untuk mencari nafkah tambahan dengan cara menjadi tukang ojeg. Perhiasan merupakan barang mewah bagi keluarga contoh, hanya sebagian kecil keluarga petani padi (14%) dan keluarga petani hortikultura (16%) yang memiliki perhiasan seperti anting-anting, kalung dan cincin yang terbuat dari emas. Jumlah emas yang mereka miliki pun tidak banyak, rata-rata seberat 5 gram, menurut penuturan istri, emas tersebut juga merupakan simpanan yang dapat mereka jual apabila mereka memerlukan uang.

20 76 Kesadaran contoh untuk menabung juga tergolong rendah, hanya sebagian kecil keluarga petani padi (%) dan keluarga petani hortikultura (1%) yang memiliki tabungan. Contoh biasanya menyimpan uang tersebut di rumah ataupun menabung di sekolah anak. Besarnya pendapatan yang tidak sesuai dengan harga kebutuhan hidup yang terus meningkat juga merupakan faktor yang menyebabkan contoh sulit untuk menyisihkan uang untuk ditabung. Pendapatan sehari-hari habis untuk memenuhi kebutuhan hidup pada hari itu juga. Jika keluarga contoh sewaktu-waktu membutuhkan uang dalam jumlah yang cukup besar, mereka biasanya meminjam kepada kerabat ataupun menjual barang berharga yang dimiliki. Barang elektronik yang banyak dimiliki oleh keluarga contoh adalah televisi. Sebagian besar keluarga petani padi (94%) dan keluarga petani hortikultura (86%) memiliki televisi. Meskipun barang elektronik yang dimiliki bukan merupakan kualitas terbaik dan umurnya sudah cukup lama, namun barang tersebut amat berharga untuk memberikan hiburan kepada keluarga. Jika dilihat dari banyaknya keluarga contoh yang memiliki handphone (36% pada keluarga petani padi dan 3% pada keluarga petani hortikultura) dapat disimpulkan saat ini sarana komunikasi merupakan kebutuhan tersendiri bagi keluarga, meskipun keluarga hidup dalam kondisi ekonomi yang terbatas. Dilihat dari kepemilikan perabot rumah tangga, mayoritas contoh baik keluarga petani padi maupun keluarga petani hortikultura memiliki kursi tamu, tempat tidur dan lemari pakaian. Perabotan lain seperti meja makan dan lemari pajangan hanya dimiliki kurang dari separuh contoh keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura. Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi perabot rumah tangga pada sebagian besar keluarga contoh terlihat sudah usang dan seringkali perabot tersebut bersifat multi fungsi, misalnya kursi tamu juga digunakan juga sebagai tempat tidur, karena tempat tidur yang ada tidak cukup untuk menampung semua anggota keluarga. Alat-alat pertanian merupakan modal usaha bagi keluarga petani. Seluruh keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura memiliki alat-alat pertanian kecil seperti cangkul dan sprayer.

21 77 Jenis Aset Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Petani Padi (n = 5) Petani Hortikultura (n = 5) Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % Tanah kebun Sawah Hewan ternak : Ayam Kambing Sapi Bebek Rumah a.sendiri b.keluarga c.kontrak Kendaraan a. Sepeda b. Becak c. Motor d. Mobil Barang berharga a. Emas Tabungan a. Keluarga b. Anak Elektronik a. Radio b. TV c. Kulkas d. VCD/DVD player e.penanak nasi listrik f. Mesin cuci g. HP Meubel a. Kursi tamu b. Meja makan c. Tempat tidur d. Lemari pakaian e. Lemari pajangan Alat alat pertanian a.cangkul b. Sprayer

22 78 Nilai Aset Yang Dimiliki Keluarga Contoh Pada keluarga petani padi, rata-rata nilai aset yang dimiliki keluarga contoh adalah Rp ,. Pada keluarga petani hortikultura rata-rata nilai aset yang dimiliki keluarga contoh adalah Rp ,. Aset yang memiliki nilai terbesar adalah tanah ataupun rumah, karena letaknya di pinggiran kota, maka harga tanah di kedua lokasi penelitian pun tergolong tinggi (Tabel ). < > 5 Tabel Sebaran contoh berdasarkan nilai aset yang dimiliki Nilai Aset (Rp) Petani Padi (n = 5) Petani Hortikultura (n = 5) n % n % Rata-rata + median (Rp) (min-maks) ( ) ( ) Besarnya Hutang Yang Dimiliki Keluarga Contoh Sebagian besar keluarga petani meminjam uang bukan untuk keperluan konsumtif, kalaupun ada pinjaman yang sifatnya konsumtif biasanya jumlahnya tidak besar, dan sebagian besar merupakan pinjaman ke warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dan biasanya dibayar dengan sistem yarnen yaitu dibayar pada saat panen. Pinjaman yang jumlahnya cukup besar biasanya berupa angsuran kendaraan (motor). Berdasarkan hasil wawancara, sebagian keluarga contoh meminjam uang ataupun barang sebagai modal produksi. Petani biasanya berhutang kepada bandar untuk membeli input produksi, dengan syarat petani menjual hasil panennya kepada bandar tersebut dengan harga yang sudah ditentukan bandar, pinjaman dilunasi dengan mengurangi nilai hasil panen yang dijual kepada bandar. Menurut penuturan contoh, mereka sebenarnya merasa dirugikan dengan adanya ikatan tersebut, namun mereka tidak mempunyai pilihan lain di saat tidak memiliki modal untuk memulai usahatani. Cara tersebut dianggap paling mudah bagi contoh, dibandingkan jika harus meminjam modal ke lembaga keuangan formal. Rata-rata besarnya pinjaman yang dimiliki keluarga petani padi adalah Rp ,, sedangkan rata-rata besarnya pinjaman yang dimiliki keluarga petani hortikultura adalah Rp. 637, (Tabel 1).

23 79 Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan besarnya hutang yang dimiliki Petani Padi (n = 5) Petani Hortikultura (n = 5) n % n % Nilai Pinjaman (Rp) > Rata-rata + median (Rp) (min-maks) ( 36 ) (-4 ) Rasio Hutang dan Aset Perhitungan nilai rasio antara hutang dan aset yang dimiliki keluarga petani menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh keluarga petani padi (58%) dan 56 persen contoh keluarga petani hortikultura saat ini tidak memiliki hutang kepada siapa pun (Tabel ). Pada sebagian besar keluarga contoh masih timbul rasa segan jika harus berhutang. Menurut penuturan istri, mereka lebih baik tidak memiliki harta benda ataupun menjual harta benda yang ada dibandingkan harus berhutang. Sebagian besar keluarga contoh lebih memilih membeli barang secara tunai jika memiliki uang. Tabel Sebaran contoh berdasarkan rasio hutang dan aset Rasio Hutang dan Petani Padi (n = 5) Petani Hortikultura (n = 5) Aset (Rp) n % n % Tidak berhutang Berhutang < 5% Berhutang > 5 % Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Contoh Sebagian besar contoh keluarga petani padi maupun keluarga petani hortikultura tinggal dalam rumah yang sudah memiliki dinding permanen. Sebagian besar contoh tinggal dalam rumah berlantai semen (plester), sedangkan sebagian kecil contoh (6% keluarga petani padi dan % keluarga petani hortikultura) masih tinggal dalam rumah yang berlantai campuran antara plester dan tanah, biasanya bagian rumah yang masih berlantai tanah adalah bagian dapur. Seluruh contoh keluarga petani padi dan lebih dari separuh contoh keluarga petani hortikultura (6%) tinggal di rumah yang beratapkan genting (Tabel 3). Menurut Departemen Kesehatan (), kebutuhan ruang per orang minimal 9 m. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa setiap orang dalam keluarga petani padi menempati ruang seluas 9,87 m, sedangkan pada keluarga petani hortikultura ratarata setiap orang dalam keluarga menempati ruang seluas 9,15 m. Namun 46 persen keluarga petani padi dan 44 persen keluarga petani hortikultura memiliki luas rumah per

24 8 kapita < 8 m, karena seringkali rumah dengan luasan yang sangat terbatas ditempati oleh lebih dari satu keluarga. Selain dari kondisi bangunan, kualitas tempat tinggal juga ditunjang oleh sarana yang ada di dalamnya. Seluruh tempat tinggal keluarga contoh belum teraliri jaringan air bersih yang berasal dari PDAM, sehingga seluruh keluarga petani padi mengandalkan air sumur, baik yang berasal dari sumur timba maupun sumur pompa untuk memnuhi kebutuhan air mandi ataupun air minum. Bagi contoh yang tidak memiliki sumber air sendiri biasanya contoh memanfaatkan sumur umum ataupun meminta kepada tetangganya. Terdapat 1 persen keluarga petani padi yang tidak memiliki kamar mandi sendiri di rumah, sehingga contoh memanfaatkan kamar mandi umum yang terdapat di sekitar tempat tinggal mereka untuk keperluan mandi, mencuci ataupun buang air. Dari hasil wawancara diketahui biasanya satu kamar mandi umum berikut sumur yang terdapat di lokasi tersebut dimanfaatkan oleh -3 keluarga. Pada keluarga petani hortikultura, mata air yang menjadi merupakan andalan dalam memenuhi kebutuhan air minum, air mandi maupun untuk mencuci, terutama pada saat musim kemarau. Pada saat musim hujan, penduduk biasanya menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari. Pada saat musim kemarau penduduk harus mengambil air ke mata air yang letaknya sekitar,5 Km dari tempat tinggalnya. Karena kesulitan air pula yang menyebabkan 48 persen keluarga contoh tidak memiliki kamar mandi di rumahnya dan sebagian keluarga contoh mengandalkan WC milik umum ataupun sungai sebagai tempat buang air. Biasanya letak kamar mandi umum adalah di sekitar mata air, sehingga sebagian penduduk menilai lebih mudah untuk melakukan kegiatan mandi, cuci ataupun buang air di kamar mandi umum, dibandingkan dengan jika harus mengangkut air ke rumah untuk keperluan sehari-hari. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal Keadaan Tempat Tinggal Keluarga Kondisi Dinding Permanen Semi Permanen Non Permanen 1 Kondisi Lantai Keramik saja Plester (semen) saja Tanah saja Kayu saja Keramik dan plester Plester dan tanah Petani Padi (n = 5) Petani Hortikultura (n = 5) n % n %

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Purbolinggo sebelum pemekaran kabupaten,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA A. Demografi dan Monografi Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Penulis akan menyampaikan gambaran

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Dusun/RT/RW

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang objek penelitian dengan maksud untuk menggambarkan objek

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci