FRASA. 1. Pebgertian Frasa
|
|
- Suharto Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FRASA 1. Pebgertian Frasa Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa. Contoh: 1. gedung sekolah itu 2. yang akan pergi 3. sedang membaca 4. sakitnya bukan main 5. besok lusa 6. di depan. jabatan saja. Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu
2 1. Gedung sekolah itu(s) luas(p). 2. Dia(S) yang akan pergi(p) besok(ket). 3. Bapak(S) sedang membaca(p) koran sore(o). 4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(p). 5. Besok lusa(ket) aku(s) kembali(p). 6. Bu guru(s) berdiri(p) di depan(ket). Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Contoh: 1. Mereka(S) sering terlambat(p). 2. Mereka(S) terlambat(p). Ket: ( _ ) frasa. Pada kalimat pertama kata mereka yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata sering saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya. Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.
3 Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan. 1. Subjek dan Predikat. 1. Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain. Contoh: Sedang belajar(p) mereka itu(s). Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan Siapa yang sedang belajar? Jawabannya mereka itu. 2. Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi. 3. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel kah. Predikat dapat diberi partikel kal. Contoh: Merka itu(s) sedang belajar(p). Sedang belajarkah mereka itu? Merekakah sedang belajar? (salah)
4 2. Objek dan Pelengkap. 1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina. 2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek). 3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek. Contoh: 1. Transitif(memerlukan objek) 1. Orang itu(s) menjual(p). (Salah) 2. Orang itu(s) menjual(p) es kelapa muda(o) 2. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek) 1. Orang itu(s) minum(p). 2. Orang itu(s) minum(p) es kelapa muda(o). 3. Es kelapa muda(s) diminum(p) orang itu(o). 3. Intransitif(tidak memerlukan objek). 1. Tidak lengkap. Orang itu(s) mandi(p). 2. Semi-lengkap. 1. Orang itu(s) berjualan(p). 2. Orang itu(s) berjualan(p) es kelapa muda(pel). 3. Lengkap. 1. Organisasi itu(s) berlandaskan(p). (salah) 2. Organisasi itu(s) berlandaskan(p) kegotongroyongan(pel). 3. Keterangan.
5 1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap. 2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi. 3. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap. Contoh: Dulu(Ket) orang itu(s) menjual(p) es kelapa muda(o) di jalan surabaya(ket). 2. Jenis Frasa Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya. 1. Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya). Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris. 1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat. Contoh: Sejumlah mahasiswa(s) diteras(p).
6 Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya Sejumlah di teras (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, Sejumlah mahasiswa adalah frasa endosentris. Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga. 1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) dan atau atau. Contoh: 1. rumah pekarangan 2. suami istri dua tiga (hari) 3. ayah ibu 4. pembinaan dan pembangunan 5. pembangunan dan pembaharuan 6. belajar atau bekerja. 2. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan. Contoh: 1. pembangunan lima tahun 2. sekolah Inpres 3. buku baru 4. orang itu 5. malam ini
7 7. sedang belajar 8. sangat bahagia. Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya. 3. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain. Contoh: Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar. Ahmad,.sedang belajar..anak Pak Sastro sedang belajar. Unsur Ahmad merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Sastro merupakan aposisi. Contoh lain: 1. Yogya, kota pelajar 2. Indonesia, tanah airku 3. Bapak SBY, Presiden RI 4. Mamad, temanku. Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris
8 apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif 2. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP. Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras. 2. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya. enam. Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi 1. Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa: 1. nomina sebenarnya contoh: pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan 2. pronomina contoh: dia itu musuh saya
9 3. nama contoh: Dian itu manis 4. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina contoh: dia rajin rajin itu menguntungkan anaknya dua ekor dua itu sedikit dia berlari berlari itu menyehatkan kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba. 2. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata sedang untuk verba aktif, dan kata sudah untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata sangat, dan biasanya menduduki fungsi predikat. Contoh: Dia berlari. Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata sedang yang menunjukkan verba aktif.
10 3. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat. Contoh: Rumahnya besar. Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan. Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata sedang atau sudah. Tetapi bisa diberi kata sangat ). 4. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain. Contoh: dua buah tiga ekor lima biji duapuluh lima orang.
11 5. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh: Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras ke rumah teman dari sekolah untuk saya 6. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat. Contoh: Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P) Sejak kemarin dia terus diam(p) di situ. Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi. KLAUSA
12 1. Pengertian Klausa Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat, baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari kalimat. Penanda klausa adalah P, tetapi yang menjadi klausa bukan hanya P, jika mempunyai S, klausa terdiri atas S dan P. Jika mempunyai S, klausa terdiri dari atas S, P, dan O. jika tidak memiliki O dan Ket, klausa terdiri atas P, O, dan Ket. Demikian seterusnya.penanda klausa adalah P, tetapi yang dianggap sebagai unsure inti klausa adalah S dan P. Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bias juga tidak muncul misalnya dalam kalimta jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi. Pertanyaan : kamu memanggil siapa? Jawaban : teman satu kampus S dan P-nya dihilangkan. Contoh pada bahasa tidak resmi : saya telat! P-nya dihilangkan. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan
13 kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Klausa sudah pasti mempunyai P, sedangkan kalimat belum tentu mempunyai P. 2. Jenis-jenis Klausa Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah (1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya (BSI), (2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), dan (3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF). Berikut hasil klasifikasinya : 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya : 1. Klausa Lengkap Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi : 1. Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Kondisinya sudah baik. Rumah itu sangat besar. Mobil itu masih baru.
14 2. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Sudah baik kondisinya. Sangat besar rumah itu. Masih baru mobil itu. 2. Klausa Tidak Lengkap Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan. 2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P. Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan : 1. Klausa Positif Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Ariel seorang penyanyi terkenal. Mahasiswa itu mengerjakan tugas. Mereka pergi ke kampus. 2. Klausa Negatif Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
15 Ariel bukan seorang penyanyi terkenal. Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas. Mereka tidak pergi ke kampus. Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu apapun', maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok. 3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P. Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Klausa Nomina Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Dia seorang sukarelawan. Mereka bukan sopir angkot. Nenek saya penari. 2. Klausa Verba
16 Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Dia membantu para korban banjir. Pemuda itu menolong nenek tua. 3. Klausa Adjektiva Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Adiknya sangat gemuk. Hotel itu sudah tua. Gedung itu sangat tinggi. 4. Klausa Numeralia Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Anaknya lima ekor. Mahasiswanya sembilan orang. Temannya dua puluh orang. 5. Klausa Preposisiona Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Sepatu itu di bawah meja.
17 Baju saya di dalam lemari. Orang tuanya di Jakarta. 6. Klausa Pronomia Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah. Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya. 4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas : 1. Klausa Bebas Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat. Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin. Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa. Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
18 2. Klausa terikat Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum. Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia. Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya. 5. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat. Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat. Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas : 1. Klausa Atasan Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain. Ketika paman datang, kami sedang belajar. Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu. 2. Klausa Bawahan Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain.
19 Dia mengira bahwa hari ini akan hujan. Jika tidak ada rotan, akarpun jadi. 3. Analisis Klausa Klasifikasi dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu : 1. Berdasarkan fungsi unsur-usurnya 2. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya 3. Berdasarkan makna unsur-unsurnya. 1. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadangkadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadangkadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P. 1. S dan P Budi(S) tidak berlari-lari(p) Tidak berlari-lari(p) Budi(S) Badannya(S) sangat lemah(p) Sangat lemah(p) badannya(s) 2. O dan Pel P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
20 Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(p) pentas seni(o). Pentas seni(s) akan dislenggarakan(p) kepala sekolah(o) 3. KET Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P. Akibat banjir(ket) desa-desa itu(s) hancur(p) Desa-desa itu(s) hancur(p) akibat banjir(o) 2. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya. Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurunsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional. Aku Sudah menghadap Komandan Tadi F S P O Ket K N V N Ket 3. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
21 Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsurunsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N. Fungsi-fungsi itu disamping terdiri dari kategori-kategori kata atau frase juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisi fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain. Contoh : Dinda Menemani Adiknya Di tempat tidur Beberapa saat F S P O Ket 1) Ket 2) K N V N FD N M Pelaku Pembuatan Penderita Tempat Waktu 1. Makna Unsur Pengisi P 1. Menyatakan makna "Perbuatan" Dinda sedang belajar Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna "Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya" yaitu 'Dinda' 2. Menyatakan makna "Keadaan" Rambutnya hitam dan lebat RUMAH itu sangat besar Lukanya sangat parah
22 Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya merupakan makna keadaan. Makna keadaan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : 1. Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah. Misalnya : Rumah itu sangat bersih Kami sudah mengantuk 2. Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semcam ini secara khusus disebut sifat. Misalnya : Mahasiswa itu sangat rajin Perempuan itu ramah sekali Pohon cemara itu sangat tinggi 3. Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang disebut proses. Misalnya : Hujannya mereda Pengaruhnya semakin meluas 4. Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya : Orang itu dapat memahami keinginan anaknya. Setiap orang menyukai perbuatan baik Orang itu sangat sayang kepada binatang 3. Menyatakan Makan 'Keberatan"
23 Para tamu di ruang depan Ariel berada diruang baca Dinda tinggal di luar kota Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak menyatakan makna "perbuatan" dan "keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan". 4. Menyatakan makna "pengenal" orang itu adalah pegawai kedutaan Mereka adalah imahasiswa Um Dia adalah teman kecil saya 5. Menyatakan makna "jumlah" Rumah itu dua rumah Anak orang itu lima Kaki meja itu empat 6. Menyatakan makana "perolehan" Ariel memiliki mobil Dinda mendapat hadiah Sayur-sayuran itu mengandung banyak vitamin 2. Makna Unsur Pengisi S 1. Menyatakan Makna "pelaku"
24 Seorang perempuan tua membeli beras. Mahasiswa mengerjakan beberapa tes. 2. Menyatakan makna "alat" Truk-truk itu mengangkut beras. Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya. 3. Menyatakan makna "sebab" Banjir besar itu menghancurkan kota. Kamar itu panas karena perapian. 4. Menyatakan makna "penderita" Benda itu dipukulkannya dengan batu lain. Jalan-jalan sedang diperbaiki. 5. Menyatakan makna "hasil" Rumah-rumah banyak didirikan pemerintah. Novel itu dikarang oleh pengarang muda dari kalimantan. 6. Menyatakan makna "tempat" Para turis banyak berkunjung ke pantai kutai. Gua itu belum pernah dimasuki orang. 7. Menyatakan makna "penerima" Seorang ayah membelikan sepeda baru untuk anaknya
25 Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya 8. Menyatakan makna "pengalaman" Rambutnya hitam dan lebat Lukanya membesar 9. Menyatakan makna "dikenal" Orang itu pegawai kedutaan Dia adalah teman saya 10. Menyatakan makna "terjumlah" Kaki meja itu empat Anak orang itu lima 3. Makna Unsur Pengisi O (1) 1. Menyatakan makna "penderita" Ia menebang pohon. Seorang laki-laki menurunkan dua koper. 2. Menyatakan makna "penerima" Ahmad membeli buku baru untuk anaknya. Dinda membelikan baju baru bagi anaknya. 3. Menyatakan makna "tempat"
26 Banyak turis mengunjungi candi Borobudur. Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya. 4. Menyatakan makna "alat" Polisi menembak penjahat dengan pistolnya Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon. 5. Menyatakan makna "hasil" Pemerintah membuat jalan-jalan baru. 4. Makna Unsur Pengisi O (2) 1. Menyatakan makna "penderita". Ariel membelikan anaknya buku baru. 2. Menyatakan makna "hasil". Penjahit membuatkan kebaya ibu. 5. Makna Unsur Pengisi PEL 1. Menyatakan makna "penderita". Banyak mahasiswa belajar bahasa jerman. 2. Menyatakan makna "alat". Ia bersenjatakan bambu runcing. 6. Makna Unsur Pengisi KET 1. Menyatakan makna "tempat"
27 Aku mengitari rumah dari samping. 2. Menyatakan makna "waktu" Bapak kepala daerah pergi ke Jakarta kemarin. 3. Menyatakan makna "cara" Pencuri itu lari dengan skripsi. 4. Menyatakan makna "peserta" Ariel senang bercakap-cakap denganku 5. Menyatakan makna "alat" Anak itu menulis dengan tangan kiri. 6. Menyatakan makna "sebab" Orang itu menjadi gila karena tekanan hidup. 7. Menyatakan makna "pelaku" Senayan mulai dihuni oleh beberapa olahragawan. 8. Menyatakan makna "keseringan" Ariel telah menyerukan kata awas beberapa kali. 9. Menyatakan makna "perbandingan" Ariel sangat pandai seperti kakaknya. 10. Menyatakan makna "perkecualian"
28 Anak-anak itu tidak boleh masuk kecuali saya. MAKNA PENGISI UNTUK UNSUR KLAUSA Predikat subjek Objek (1) Objek (2) Pelengkap Keterangan Pembuatan keadaan Keberadaan Pengenal Jumlah Pemerolehan Pelaku Alat Sebab Penderita Hasil Tempat Penderita Penerima Tempat Alat Hasil Penderita Hasil Penderita Alat Tempat Waktu Cara Penerima Peserta Alat Penerima Sebab Pengalaman Pelaku Dikenal Keseringan Terjumlah Perbandingan Perkecualian KALIMAT 1. Pengertian
29 Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang kalimat dikemukan. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan Tasai, 2002: 58).Panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya (Wijayamartaya, 1991: 9). Pendapat laing mengatakan, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6). Menurut Kridalaksana, kalimat adalah suatu bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara actual maupun potensial terdiri dari klausa (Kridalaksan dkk, 1984:224). Satu bagian nujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap, adalah kalimat (Keraf, 1978: 156). kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap). 2. Macam-macam Kalimat Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan dengan: (1) jumlah dan kenis klausa yang terdapat di dalamnya, (2) jenis response yang diharapkan, (3) sifat hubungan actor_aksi, dan (4) ada tidaknya unsure negative pada kalimat utama. 1. Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor. 1. Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:
30 1. Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas: Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal. Contoh: Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja) Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas pentanyaan-pertanyaan. (Ada yang kau bawa itu?) Lukisan. Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat. cepat) Meskipun hujan. (Dia tetap datang) Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)
31 Karena itu, harga minyak naik. 2. Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas: Panggilan. Bakso! Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan. Halo! Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan. Dampak negative penayangan TV. Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Salam Selamat pagi!
32 Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.). Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas: 1. Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain. Yang berkaca mata hitam itu teman saya. Orang itu badannya sangat gemuk. Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong. 2. Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri, 1985:316). Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
33 Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya. Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri yang dibunuh. 3. Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang klausaklausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek, predikat objek, maupun keterangan. Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak. Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang. Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya tinggal menempati saja. 2. Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas : 1. Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10). Cita-cita anak itu sangat mulia. Saya tidak membawa uang sama sekali.
34 Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera. 2. Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?) dalam bahasa tulisan. Kakak sudah menikah? Mengapa anak itu tidak tidur? Siapa pemilik rumah itu? 3. Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan (Samsuri, 1985: ). Kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah. Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat. Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan. Masuklah!
35 Marilah kita belajar bersama-sama! Jangan membuang sampah di sembarang tempat! 3. Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas : 1. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor. Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive. Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat kalimat aktif ialah men- dan beryang dapat dikombinasikan dengan I atau kan. Anak itu memetik bunga di taman. Ayah membelikan kakak baju baru. Pembantu itu sedang menyapu halaman. 2. Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut. Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat diyang dapat bekombinasi dengan sufiks i dan kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
36 Badannya dilumuri minyak. Kita apakan barang-barang ini? Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu. 3. Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut. Jangan menyiksa diri sendiri. Wanita itu berhias di depan cermin. 4. Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198). Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan. Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi. Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
37 4. Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan atas : 1. Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan. Petani itu membajak sawah. Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman. Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir. 2. Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan. Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat printah (samsuri, 1985:250) Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat. Bukan buku itu yang saya cari. Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.
38 SINTAKSIS 1. Pengertian Sintaksis Banyak pengertian dan definisi tentang sintaksis. Tentu saja diantara definisidefinisi yang diberikan oleh para ahli tersebut, memiliki persamaan maupun perbedaan, baik dalam jumlah aspek yang tercakup di dalamnya, maupun redaksi atau kata-kata yang digunakannya. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1). Pendapat lain mengatakan, sintaksis adalah studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar, frase dan kalimat (Moeliono, 1976:103). Dan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frase dan ka1imat, dengan kata sebagai satuan dasarnya. Sintaksis (Yunani:Sun + tattein = mengatur bersama-sama) ialah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa. (Keraf, 1978:153). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan terbesar dalam sintaksis dan setiap bahasa mempunyai kaidah sintaksis tersendiri yang tidak dapat diterapkan begitu saja pada bahasa yang lain. Bidang sintaksis (Inggris, syntax) menyelidiki semua hubungan antar kelompok kata (atau antar-frase) dalam satuan dasar sintaksis itu. Sintaksis itu mnempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (verhaar, 1981:70). Istilah sintaksis (Belanda, syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001:18).
39 Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan kaidah kombinasi kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang berupa frase, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem-morfem supra sekmental (intonasi) sesuai dengan struktur sematik yang diinginkan oleh pembicara sebagai dasarnya. 2. Cakupan Sintaksis Pembahasan sintaksis mencakup frase, klausa, kalimat, dan morfem-morfem suprasegmental (intonasi). Tetapi, dalam sintaksis, pembicaraan mengenai jenis kata mutlak diperlukan, karena (1) struktur frase dan kalimat hanya dapat dijelaskan melalui penggolongan (penjenisan) kata (Ramlan, 1976:27), dan (2) Studi tentang kalimat suatu bahasa yang merupakan rangkaian yang berstruktur dari kata-kata, tidak akan banyak artinya tanpa mempelajari yang unsur-unsur itu sendiri (Samsuri, 1985:74). Memang, kelas (jenis) kata tau kategori kata adalah bagian dari sintaksis (Kridalaksana, 1986:31). Dengan demikia, aspek-aspek ketatabahasaan yang tercakup dalam sintaksis adalah jenis kata, frase, klausa, kalimat, dan morfem-morfem Daftar Rujukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang. Ramlan, M Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
40 Samsuri Tata Bahasa Indonesia Sintaksis. Jakarta: Sastra Budaya. Sugono, Dendy Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: C.V. Kilat Grafika. Rusnaji, Oscar. Aspek-aspek Linguistik. IKIP Malang. Wirjosoedjarmo Tata Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya Rusnaji, Oscar Aspek-aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. IKIP Malang. Verhaar Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press. Alwi, Hasan dan Dery Sugono Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
BBM 6. Sintaksis Bahasa Indonesia. Dra. Novi Resmini, M.Pd. Pendahuluan
BBM 6 Sintaksis Bahasa Indonesia Dra. Novi Resmini, M.Pd. Pendahuluan Istilah sintaksis berasal dari syntaxis (Belanda), yaitu bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana,
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciPerhatikan kalimat di bawah ini!
KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)
Lebih terperinciPEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS
PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,
Lebih terperinciKata Pengantar. kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan modul sintaksis ini sebagai bahan untuk
Kata Pengantar Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan modul sintaksis ini sebagai bahan untuk pengajaran dan pembelajaran
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperincianak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciUnsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?
KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat
Lebih terperincia. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu
1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat
9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis).
24 BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). Dari judul diketahui bahwa perbedaan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah
PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinci1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.
1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang
Lebih terperinciApa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h
BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciOleh Ratna Novita Punggeti
KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciPEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak
PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah
Lebih terperinciOleh Septia Sugiarsih
Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata
Lebih terperinciMODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK
MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh
Lebih terperinciFRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)
FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam
Lebih terperinciMerupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang
KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah
Lebih terperinciINTEROGATIF DALAM NOVEL HATIKU BUKAN PUALAM KARYA SAUT POLTAK TAMBUNAN (Interrogative in Novel Hatiku Bukan Pualam By Saut Poltak Tambunan
SAWERIGADING Volume 15 No. 3, Desember 2009 Halaman 372 379 INTEROGATIF DALAM NOVEL HATIKU BUKAN PUALAM KARYA SAUT POLTAK TAMBUNAN (Interrogative in Novel Hatiku Bukan Pualam By Saut Poltak Tambunan Rahmatiah
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciFrasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan
FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciPenulisan Huruf Kapital
Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
Lebih terperinciKonjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)
BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (3):
TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal
Lebih terperinciANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM
ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS
BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
Lebih terperinci3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.
1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciRINGKASAN PENELITIAN
RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi
Lebih terperinciPENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan
Lebih terperinciVERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian
Lebih terperinci2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations
2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang
Lebih terperinciI. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam
I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,
Lebih terperinciBAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA
MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap
Lebih terperinciFUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA
FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA Suher M. Saidi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Suher_msaidi@yahoo.com ABSTRACT Function actors in Indonesian passive sentences often escape discussion
Lebih terperinciSINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )
SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok
Lebih terperinci: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat
Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012
ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan
Lebih terperinciKehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.
A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1. Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciLatihan untuk Modul 1, 2, dan 3
Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 1. Penulisan tanda baca yang tidak benar terdapat dalam kalimat... (A) Banyak karyawan yang di-phk karena melakukan aksi unjuk rasa. (B) Pak Anwar, guru adik, akan pergi
Lebih terperinciRELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
Lebih terperinciVERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA
VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA
NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa
Lebih terperinciHUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian
Lebih terperinciKegiatan Sehari-hari
Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.
1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciKedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis
Modul 1 Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis M PENDAHULUAN Joko Santoso, M.Hum. ateri-materi yang disajikan dalam Modul 1, yang berkenaan dengan kedudukan dan ruang lingkup sintaksis ini merupakan pijakan
Lebih terperinci