Kata Pengantar. kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan modul sintaksis ini sebagai bahan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan modul sintaksis ini sebagai bahan untuk"

Transkripsi

1 Kata Pengantar Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan modul sintaksis ini sebagai bahan untuk pengajaran dan pembelajaran mahasiswa, khususnya mahasiswa STKIP siliwangi Bandung. Mengingat kemampuan penulis yang terbatas, maka penyelesaian modul sintaksis ini tidak luput dari hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan, sehingga dalam pemaparan materinya kemungkinan ada kekurangan, untuk itu penulis berharap saran dan kritik baik dari rekan Dosen atau mahasiswa. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan makalah ini kepada para pembaca yang berminat dengan harapan semoga bermanfaat adan

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI TINJAUAN MATA KULIAH BAB I FRASE Pengantar Frase 1 Latihan pertemuan 1 4 Latihan pertemuan Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya 11 1) Endosentris a. Apositif 11 b. Koordinatif 12 c. Atributif 12 2) Eksosentris a. Direktif 13 b. Non Direktif Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan kata 1) Frase verbal 14 2) Frase nominal 15 3) Frase ajektival 15 4) Frase pronominal 16 5) Frase numeralia 16 6) Frase preposisi 17 7) Frase konjungsi 17 Latihan pertemuan Rangkuman Frase 35

3 BAB II KLAUSA Pengantar Berdasarkan struktur internnya a. Klausa lengkap 37 b. Klausa tidak lengkap Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi a. Klausa positif 38 b. Klausa negatif Berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P a. Klausa nomina 38 b. Klausa verba 39 c. Klausa adjektiva 39 d. Klausa numeral 40 e. Klausa preposisi 40 f. Klausa pronominal Berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat a. Klausa bebas 41 b. Klausa terikat Berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat a. Klausa atasan 43 b. Klausa bawahan 43 Latihan pertemuan Analisis Klausa 1. Analisis Klausa berdasarkan fungsi Analisis Klausa berdasarkan kategoti kata Analisis Klausa berdasarkan makna 49 Latihan pertemuan 7, 9, 10 a. latihan 1 58 b. latihan 2 59 Rangkuman 60

4 BAB III KALIMAT Pengantar 61 Latihan pertemuan Jenis-jenis kalimat berdasarkan struktur gramatikalnya 1) Kalimat tunggal 68 2) Kalimat majemuk a. Kalimat setara 71 b. Kalimat bertingkat 72 c. Kalimat campuran Jenis-jenis kalimat berdasarkan pola subjek predikat a. Kalimat invers 74 b. Kalimat versi 75 Latihan pertemuan Latihan Latihan Latihan Latihan Jenis-jenis kalimat berdasarkan pengucapannya a. Kalimat langsung 81 b. Kalimat tidak langsung Jenis-jenis kalimat berdasarkan subjeknya a. Kalimat aktif 82 b. Kalimat pasif 84 Latihan pertemuan 13 a. Latihan 1 86 b. Latihan 2 86 c. Latihan Jenis-jenis kalimat berdasarkan isi atau fungsinya a. Kalimat berita 92 b. Kalimat tanya 93

5 c. Kalimat larangan 97 d. Kalimat seruan Jenis-jenis kalimat berdasarkan unsur kalimat a. Kalimat lengkap 97 b. Kalimat tidak lengkap Berdasarkan gaya penyajiannya a. Kalimat melepas 98 b. kalimat klimaks 99 c. Kalimat berimbang, 99 Kalimat efektif 99 Latihan pertemuan 14 a. Latihan b. Latihan c. Latihan3 112 Hubungan antarklausa 1. Hubungan antarklausa koordinatif Hubungan antarklausa subordinatif 118 Latihan pertemuan Rangkuman 123 KUNCI JAWABAN Pertemuan 1 dan Pertemuan 3 dan Pertemuan 4 dan Pertemuan 5 dan Pertemuan 7, 9, 10 Latihan Latihan 2 144

6 Pertemuan Pertemuan 12 a. Latihan b. Latihan c. Latihan d. Latihan Pertemuan 13 a. Latihan b. Latihan c. Latihan Pertemuan 14 a. Latihan b. Latihan c. Latihan Pertemuan

7 BAB I FRASE A. Pendahuluan 1. Deskripsi isi Pada bab ini membahas Pengertian frase, jenis frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya dibagi menjadi tiga yaitu a. frase endosentris ; apositif, koordinatif, atributif b. eksosentris ; direktif dan non direktif}). Jenis frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: a. frase nominal b. frase verbal c. frase ajektival d. frase pronominal e. frase numeralia f. frase preposisi g. frase konjungsi 2. Kompetensi dasar Mampu memahami, menguasai serta menganalisis frase dan kata majemuk 3. Indikator

8 Mahasiswa mampu memahami, menguasai serta menganalisis materi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya dan Jenis frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata 4. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami, menguasai, menganalisis dan mengklasifikasikan frase B. Uraian Materi Pertemuan 1 dan 2 Uraian Pokok Bahasan : Pendahuluan ( batasan dan pengertian Sintaksis) Klausa Frase Kalimat sintaksis 1. Batasan Sintaksis Linguistik memiliki dua tataran 1) Tataran fonologi 2) Tataran gramatika/tata bahasa : Morfologi dan Sintaksis a. Morfologi : bagian tata bahasa yang membicarakan hubungan internal sebuah kata atau membicarakan perihal hubungan antarmorfem dalam sebuah kata

9 b. Sintaksis : bagian tata bahasa yang membicarakan hubungan antar kata dalam tuturan 2. Definisi Sintaksis menurut beberapa Ahli 1) Sintaksis menurut Ramlan Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat 2) Sintaksis menurut (Tarigan, 1985) Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase 3) Sintaksis menurut Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan 3. Definisi Klausa menurut beberapa ahli 1) Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat. 2) Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K) 3) H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi. 4) Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas prediket baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari penanda klausa. Penanda klausa adalah P. Tetapi yang menjadi klausa bukan hanya P, jika mempunyai S. Klausa terdiri atas S dan P, jika mempunyai S, klausa terdiri atas S, P dan O. Jika tidak memiliki O dan keterangan, klausa terdiri atas P, O dan keterangan.

10 Demikian seterusnya. Contohnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia Lisan tidak resmi. Contoh kalimat jawaban : P : kamu memanggil siapa? J : teman satu kampus (s) dan P-nya dihilangkan. Contoh dalam bahasa tidak resmi : saya telat! P-nya dihilangkan. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang sudah ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Latihan Pertemuan Coba Anda ungkapkan pengertian frase, klausa, kalimat menurut beberapa ahli, kemudian Anda simpulkan menurut bahasa Anda sendiri? Pertemuan Ke- 3 dan 4 Uraian Pokok Bahasan : Frase, kata majemuk, Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk 1. Pengertian Frasa Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan,

11 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa. Contoh: 1. gedung sekolah itu 2. yang akan pergi 3. sedang membaca 4. sakitnya bukan main 5. besok lusa 6. di depan. Jika contoh itu diletakkan dalam struktur kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja. 1. Gedung sekolah itu(s) luas(p). 2. Dia(S) yang akan pergi(p) besok(ket). 3. Bapak(S) sedang membaca(p) koran sore(o). 4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(p). 5. Besok lusa(ket) aku(s) kembali(p). 6. Bu guru(s) berdiri(p) di depan(ket). Jadi, walau terdiri atas dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Untuk memudahkan pemahaman Anda mengenai frasa, perhatikan juga kalimat berikut yang dicontohkan oleh Ramlan (1988). Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

12 Kalimat itu terdiri dari satu klausa, yaitu Dua orang mahasiswa sedang. Selanjutnya, klausa terdiri dari empat unsur yang lebih rendah tatarannya, yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, buku baru, dan di perpustakaan. Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata, yakni sedang membaca, buku baru, di perpustakaan, dan ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu dua orang mahasiswa. Di samping itu, masing-masing unsur itu menduduki satu fungsi. Dua orang mahasiswa menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, buku baru menempati fungsi O, dan di perpustakaan menempati fungsi KET. Demikianlah, unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik yang disebut frase. Jadi, frase ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Selain contoh di atas, Supriyadi, dkk. (1992) menguraikan cara mengenal frase bahasa Indonesia seperti berikut. Perhatikan unsur setiap fungsi yang terdapat kalimat-kalimat berikut: (1) Saya guru. (SP) (2) Ayah saya guru. (SP) (3) Adik teman saya guru bahasa Indonesia. (SP) Unsur manakah yang mempunyai fungsi S dan yang mempunyai fungsi P pada kalimat di atas? Selanjutnya, hitunglah jumlah kata yang terdapat pada setiap kalimat di atas. Sesuai dengan struktur fungsional ketiga kalimat itu, hasil kerja Anda dapat digambarkan dalam bentuk tabel berikut. No Fungsi S P 1 Saya Guru 2 ayah saya Guru

13 Ayah Saya 3 adik teman saya guru bahasa Indonesia Adik teman saya Guru bahasa Indonesia teman Saya bahasa Indonesia Berapakah jumlah kata pada masing-masing kalimat di atas? Jawabannya jelas, bukan? Setiap kata merupakan unsur terkecil satuan sintaktis. Artinya, dalam bidang sintaktis kata-kata tersebut tidak perlu diuraikan lagi atas unsur- unsurnya yang lebih kecil. Mengapa? Ingat kembali struktur fonologi dan morfologi. Pada kalimat (2) dan (3) terdapat kelompok kata: ayah saya, adik teman saya, teman saya, guru bahasa Indonesia, bahasa Indonesia. Kelompok tersebut merupakan satuan gramatis, dan pembahasannya berada dalam bidang sintaksis. Karena itu, satuan gramatis semacam itu termasuk satuan sintaktik. Satuan sintaktik di atas ada yang menduduki fungsi S: ayah saya, adik teman saya; fungsi P: guru bahasa Indonesia. Ada pula yang hanya menduduki sebagian fungsi dari kalimat: teman saya (bagian S), bahasa Indonesia (bagian P). Masingmasing tidak melewati batas fungsi, baik S maupun P. Satuan sintaktik semacam ini disebut frase. Jadi, dapat disimpulkan bahwa frase adalah kelompok kata yang mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat. 2. Frase dengan Kata Majemuk Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata tetapi gabungan kata itu secara bersama membentuk suatu makna atau arti baru a. Pembedaan Kata Majemuk. Berdasarkan Cara penulisannya 1) Kata majemuk senyawa

14 Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra 2) Kata majemuk tak senyawa Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem -morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan. kumis kucing b. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kata pembentuknya 1) Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan 2) Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan 3) Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat tinggi 4) Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras kepala 5) Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga 6) Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi 7) Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil. 3. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya.

15 1) Kata majemuk dapat dibedakan atas: 2) Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks). seperti: prasarana. prasejarah. tanadil 3) Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata. seperti: rumah sakit. kapal udara. meja belajar 4) Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal kata. seperti: maha-siswa, bumiputra. purbakala 5) Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan sederajat dengan morfem keduanya. seperti naik turun. besar kecil. pulang pergi, sanak saudar Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru. 1) Kata majemuk mempunyai ciri-ciri a. gabungan kata itu menimbulkan makna baru b. gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan c. gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain d. tidak dapat diganti salah satu unsurnya e. tidak dapat dipertukarkan letak unsur-unsurnya. 2) Sifat frase a. merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih b. merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Frase selalu terdapat dalam satu unsur klausa, yaitu S, P, O, Pel, Ket.

16 Latihan Pertemuan 3 dan 4 Tunjukan frase atau kata majemuk pada kalimat dibawah ini! 1. Buku baru itu dibeli ayah 2. Ibu memotong apel dengan pisau 3. Mahasiswa mempelajari mata kuliah sintaksis 4. Sinta sedang memilih barang di toko 5. Gelas kaca dipecahkan ade tadi pagi 6. Rina akan berangkat liburan 7. si cantik itu sangat ramah 8. manis sekali mangga ini 9. udara pagi yang dingin 10. Rina dibawa ke rumah sakit

17 Pertemuan ke 4 dan 5 Uraian Pokok Bahasan : klasifikasi Frase, Bentuk-bentuk Frase koordinatif Frase jenis frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsurunsurnya endosentris eksosentris frase verbal frase nomina atributif apositif direktif non direktif jenis frase ditinjau dari persamaan distribusi dengan kategori/golong an kata frase adjektiva frase pronomina frase numeralia frase preposisi frase konjungsi 1. Klasifikasi Frase Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Ramlan (1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan distribusi unsur unsurnya atas dua jenis, yakni frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. a. Frase Endosentris

18 Frase endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Dalam frasa endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat. Contoh: Sejumlah mahasiswa(s) di teras(p). Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya Sejumlah di teras (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, Sejumlah mahasiswa adalah frasa endosentris. Frase endosentris terbagi atas tiga jenis: (a) frase endosentris koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya : rumah pekarangan kakek nenek suami isteri (b) frase endosentris atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau, misalnya: buku baru sedang belajar belum mengajar` (c) Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan dan atau misalnya: Almin, anak Pak Darto sedang membaca,anak Pak Darto sedang belajar

19 Ahmad, - sedang belajar b. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya: di pasar ke sekolah dari kampong Frase eksosentris dibagi menjadi dua: Frase eksosentris direktif adalah frase yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki prilaku sintaksis yang sama dengan semua komponennya. 1) Frase eksosentris direktif ( Frase Preposisional). Umumnya berfungsi sebagai keterangan Tempat seperti di pasar, di rumah, pada dinding Asal arah seperti dari kampong, dari sekolah Asal bahan seperti (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras Tujuan arah seperti ke Lampung Menunjukan peralihan seperti kepada saya, (percaya) kepada Tuhan Perihal seperti tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya Tujuan seperti untukmu, buatku Sebab seperti karena, lantaran, sebab, gara-gara kamu Penjadian seperti oleh karena, untuk itu Kesertaan seperti denganmu, dengan ayah Cara seperti dengan baik, dengn senang hati Alat seperti dengan cangkul

20 Keberlangsungan seperti sejak kemarin, dari tadi, sampai besok, sampai nanti Penyamaan seperti selaras dengan, sesuai dengan, sejalan dengan Perbandingan seperti sebagai bandingan, seperti dia 2) Frase eksosentris nondirektif Aku bertanya kepada (si) terdakwa (Sang) kekasih rupanya sudah pergi Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival,frase, pronomina, frase numeralia (Depdikbud, 1988). (1) Frase verba adalah frasa yang unsur pusatnya (UP) berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata sedang untuk verba aktif, dan kata sudah untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata sangat, dan biasanya menduduki fungsi predikat. Contoh: Dia berlari. Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata sedang yang menunjukkan verba aktif. Contoh frasa verba yang merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa adalah sebagai berikut. Kapal laut itu sudah belabuh Bapak saya belum pergi.

21 Ibu saya sedang mencuci (2) Frasa nomina, yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa: nomina sebenarnya contoh: pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan pronomina contoh: dia itu musuh saya nama contoh: Dian itu manis kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina contoh: dia rajin rajin itu menguntungkan anaknya dua ekor dua itu sedikit dia berlari berlari itu menyehatkan kata rajin pada kaliat pertama awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba. Contoh kalimat lainnya yang mengandung frasa nomina, misalnya: Kakek membeli tiga buah layang-layang. Amiruddin makan beberapa butir telur itik. Syarifuddin menjual tigapuluh kodi kayu besi (3) Frase ajektiva adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa, misalnya: Ibu bapakku sangat gembira

22 Baju itu sangat indah Mobil ferozamu baru sekali Frasa ajektiva UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat. Contoh: Rumahnya besar. Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan. Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata sedang atau sudah, tetapi bisa diberi kata sangat ). (4) Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya : Saya sendiri akan pergi ke pasar Kami sekalian akan bekunjung ke Tator Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator (5) Frase numeralia yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis menyatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain. Contoh: dua buah tiga ekor

23 lima biji dua puluh lima orang. Contoh lain frasa numeralia yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat, tetapi satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya: Tiga buah rumah sedang terbakar Lima ekor ayam sedang terbang Sepuluh bungkus kue akan dibeli (6)Frasa Preposisi yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh: Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras ke rumah teman dari sekolah untuk saya (7)Frasa Konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat. Contoh: Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P) Sejak kemarin dia terus diam(p) di situ. Ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi. 2. Bentuk-bentuk Frase Nominal

24 Frase nominal adalah frase modikatif yang terjadi pada nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk. Frase nominal biasa mengisi garta subjek, objek, maupun pelengkap dalam kalimat. Secara keseluruhan, dari artikel Mencari Karya Sastra yang Menguntungkan Perempuan?, penulis menemukan delapan puluh empat frase nominal. Penulis mengelompokkan bentuk-bentuk frase nominal yang ditemukan berdasarkan pola frase nominal menurut Harimurti Kridalaksana (1999), M. Ramlan (1986), dan Abdul Chaer (2006). Dari dua puluh pola frase nominal yang disebutkan Harimurti, hanya dua belas pola frase yang terdapat dalam data, yakni sebagai berikut a) N1 + (N2.Nn) tradisi lisan kebuntuan komunikasi daerah tujuan wisata simpanan kisah-kisah tandingn inspirasi dan referensi gerakan perempuan Dalam pola ini, semua unsur pembentuk frase nominal berupa nomina. Nomina yang dapat mengisi tiap-tiap bagian frase dalam pola ini dapat berupa nomina dasar, seperti pada frase tradisi lisan, atau pun berupa nomina turunan, seperti kata kebuntuan pada frase kebuntuan komunikasi dan pada setiap unsur frase simpanan kisah-kisah tandingan.

25 Komponen hulu frase juga dapat diisi dengan nomina yang berupa frase koordinatif, seperti pada frase inspirasi dan referensi gerakan perempuan yang hulunya inspirasi dan referensi. b) N1 + (N2.Nn)+Prep+N3+(N4 Nn) cerita-cerita dari ranah tradisi media rekayasa sosial ala tradisi Dalam pola ini, komponen-komponen frase nominal diisi oleh kategori nomina dan frase preposisional. Unsur yang berupa nomina adalah komponen hulu dari frasenya, sedangkan unsur yang berupa frase preposisional adalah komponen pewatasnya. Untuk komponen hulu, kategori nomina yang mengisinya dapat berupa kata nomina maupun frase nomina. cerita-cerita dari ranah tradisi media rekayasa sosial ala tradisi hulu pewatas hulu pewatas c) N1 + se-n2 (tidak ada FN dengan pola ini pada data) d) N + yang + V + Dem barang siapa yang tanpa sadar dilewati sang vagina ini Frase nominal dalam pola ini, di samping komponen pengisi hulu berupa kategori nomina, memiliki komponen pewatas yang diisi dengan kategori frase eksosentris

26 nondirektif.dapat dikatakan bahwa frase barang siapa yang tanpa sadar dilewati sang vagina ini terbentuk dari dua frase, yakni frase barang siapa yang merupakan frase endosentris nominal dan frase yang tanpa sadar dilewati sang vagina ini yang merupakan frase eksosentris nondirektif. Pada pola ini, kategori yang mengikuti yang dalam komponen pewatasnya adalah kategori verba dan demonstrativa, seperti dalam contoh, bentuk verbanya adalah tanpa sadar dilewati dan demonstrativanya adalah ini. e) N + yang + V + -nya kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila judi karakter yang berlebihan hasratnya Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan komponen pewatas berupa frase eksosentris nondirektif. Kategori yang mengisi komponen pewatas setelah unsur yang adalah kategori verba yang diikuti dengan bentuk dengan klitik nya. Klitik nya pada unsur pewatas mengacu pada nomina yang mengisi komponen hulu frase. f) N1 + yang + N2 + -nya + F +Dem (tidak ada FN dengan pola ini pada data ) g) N + A pakem-pakem ketat tradisi feminim Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan ajektiva sebagai pewatas. Berdasarkan data, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina

27 dasar, seperti kata tradisi pada frase tradisi feminim dan dapat pula berupa nomina turunan, seperti kata pakem-pakem pada frase pakem-pakem ketat. h) N + A1 + A2 (tidak ada FN dengan pola ini dalam data) i) N + A1 + yang + A2 (tidak ada FN dengan pola ini dalam data) j) N + me- + dasar cara mencekalnya Penulis hanya menemukan satu contoh frase nominal dengan pola ini dari data. Sebagaimana frase nomina pada umumnya, komponen hulu pada frase ini diisi oleh kategori nomina. Untuk pewatas, frase ini diisi dengan kategori verba dengan prefiks me-. k) N + ber- + dasar kebebasan berinterpretasi cerita bertuah Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan verba dengan prefiks ber- sebagai pewatas. Berdasarkan data, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina dasar, seperti kata cerita pada frase cerita bertuah dan dapat pula berupa nomina turunan, seperti kata kebebasan pada frase kebebasan berinterpretasi. l) N + yang + [ V/A] + yang

28 kisah yang hilang wajah vagina yang tengah mekar negri yang super makmur negri yang tidak pernah tidur kekuasaan manusia yang tamak Cerita yang berisikan pendidikan seks improvisasi yang tak cuma untuk menjembatani hubungan antar individu namun juga dengan simpul dan elemen dalam struktur masyarakat kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila judi Pada pola ini, komponen hulu diisi oleh kategori nomina, baik nomina dasar maupun turunan, baik berupa kata maupun frase. Komponen pewatas pada pola ini adalah bentuk frase eksosentris nondirektif. Dalam pola ini, unsur di dalam pewatas dapat diperjelas lagi dengan frase eksosentris nondirektif juga. Seperti pada frase kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila judi. Pada frase tersebut, komponen hulu anak perempuan diperjelas dengan frase yang mengalahkan ayahnya, dan ayahnya yang merupakan unsur dalam komponen pewatas diperjelas lagi dengan frase yang gila judi. Selain termasuk dalam frase berpola ini, frase kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila judi juga dapat dimasukkan ke dalam kelompok frase berpola (e) menurut Harimurti. m) Num + N semua kevulgaran pikiran si tokoh berbagai situasi salah satu propinsi di Indonesia

29 Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan numeralia sebagai pewatas. Berdasarkan data, untuk yang dalam satuan kata, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina dasar, seperti kata situasi pada frase berbagai situasi dan dapat pula berupa nomina turunan, seperti kata penikmat pada frase seorang penikmat. Begitu pula pada kategori numeralia pada komponen pewatasnya. Kategori numeralia tersebut dapat berupa numeralia dasar seperti semua, numeralia turunan, seperti berbagai, atau pun berupa frase numeralia, seperti salah satu. n) Num + Ntakaran + N (tidak ada FN dengan pola ini pada data) 0) N1 + ber- + Ngugus/Ntakaran + N2 (tidak ada FN dengan pola ini pada data) p) N + Pron (tidak ada FN dengan pola ini pada data) q) N + Dem dugaan ini tradisi ini kisah I Tuwung Kemuning ini

30 Frase nominal pada pola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan demonstrativa sebagai pewatas. Berdasarkan data, untuk yang dalam satuan kata, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina dasar, seperti kata tradisi pada frase tradisi ini dan dapat pula berupa nomina turunan, seperti kata dugaan pada frase dugaan ini. r) Adv1 + Adv2 + Num + N (tidak ada FN dengan pola ini pada data) s) Art + [N, A, ter-v] para penulis Indonesia sang Bapak Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan komponen pewatas berupa artikula. Berdasarkan pola, disebutkan bahwa komponen hulu dapat diisi oleh kategori nomina, ajektiva, atau verba dengan prefiks ter-, tetapi dalam data, penulis hanya menemukan frase dengan pola ini yang kategori hulunya adalah nomina. Dalam penjelasannya, Harimurti juga mengkategorikan frase-frase dengan artikula ke dalam kelompok frase eksosentris nondirektif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Harimurti terjadi pertumpangtindihan kategori untuk frase-frase yang berunsur artikula. t) Art + ter-v

31 (tidak ada FN dengan pola ini pada data) Berdasarkan pola-pola yang dibuat oleh Harimurti, penulis tidak dapat mengelompokkan beberapa frase nominal karena polanya berbeda. Frase-frase tersebut adalah misi tertentu, yang ingin disampaikan, yang berperan sebagai pengasuh anak, ruang interpretasi terbuka, dan bukan hanya sekadar cerita. Bagi penulis, pola yang dibuat oleh Harimurti sebenarnya dapat lebih disederhanakan. Terlalu banyak pola membuat klasifikasi frase menjadi lebih sulit. Seperti contohnya pada frase cara mencekalnya, cerita bertuah, dan ruang interpretasi terbuka. Frase cara mencekalnya termasuk dalam kelompok pola N + me- + dasar, frase cerita bertuah termasuk dalam pola N + ber- + dasar, sedangkan frase ruang interpretasi terbuka tidak dapat masuk dalam kelompok pola mana pun. Ketiga frase tersebut sebenarnya dapat dikelompokkan ke dalam satu pola agar lebih sederhana. Pewatas dari ketiga frase tersebut sama-sama merupakan verba, sehingga pola ketiga frase tersebut dapat saja dikatakan N + V. Hampir serupa dengan Harimurti Kridalaksana, M. Ramlan juga membuat pola frase nominal berdasarkan urutan unsur-unsur penyusunnya. Akan tetapi, berdasarkan jumlahnya, pola yang dibuat oleh M. Ramlan lebih sederhana. a) N + N tradisi lisan gerakan perempuan Indonesia tukang leaknya kecerdikan rakyat binatang

32 anak perempuannya pemujaan Saraswati media yang efektif Drupadi yang poliandri dugaan ini Tradisi ini perubahan tanda dan makna bali yang punya tradisi kesenian yang menjadikan tema Calon Arang tak hanya sebagai cerita improvisasi yang tak cuma untuk menjembatani hubungan antar individu namun juga dengan simpul dan elemen dalam struktur masyarakat Frase dengan pola ini merupakan frase yang paling banyak ditemukan. Kategori nomina mengisi komponen hulu dan pewatas frase ini, baik berupa kata atau frase, bentuk dasar atau turunan. Frase dengan demonstrativa seperti dugaan ini, oleh Ramlan dikategorikan dalam kelompok pola ini. Hal ini agak membingungkan karena ini bukan merupakan kategori nomina. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menganggap bentukbentuk demonstrativa sebagai nomina karena fungsinya yang memang dapat menggantikan nomina. Selain itu, frase nominal dengan komponen pewatas frase yang diawali dengan unsur yang juga termasuk ke dalam kelompok pola ini. Hal ini karena Ramlan mengkategorikan frase yang diawali dengan unsur yang ke dalam frase nominal. b) N + V cara mencekalnya kebebasan berinterpretasi

33 cerita bertuah misi tertentu Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan verba sebagai pewatas. Berdasarkan data, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina dasar, yaitu pada frase cara mencekalnya dan dapat pula berupa nomina turunan, yaitu pada frase kebebasan berinterpretasi. c) N + Num (Tidak ada frase dengan pola ini pada data) d) N + Ket (Tidak ada frase dengan pola ini pada data) e) N + FP cerita-cerita dari ranah tradisi media rekayasa sosial ala tradisi Frase nominal pada pola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan frase preposisional sebagai pewatas. f) Num + N semua kevulgaran pikiran si tokoh berbagai situasi semua ingatan salah satu propinsi di Indonesia

34 Frase berpola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan numeralia sebagai pewatas. Bentuk-bentuk nominal yang dapat mengisi komponen hulu dapat berupa kata, seperti pada frase berbagai situasi, atau frase, seperti pada frase semua kevulgaran piliran si tokoh. Untuk pewatasnya, kategori numeralia yang mengisi dapat berupa numeralia dasar, seperti semua, numeralia turunan, seperti berbagai, dan frase numeralia, seperti salah satu. g) Art + N para penulis Indonesia sang Bapak si anak Frase dengan pola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan komponen pewatas berupa artikula. h) Yang + N/V/Num /FP yang berperan sebagai pengasuh anak yang ingin disampaikan Frase nominal dengan pola ini diawali dengan unsur yang yang menjadi pewatas. Unsur-unsur setelahnya, apa pun kategorinya, baik nomina, verba, numeralia, maupun frase preposional merupakan komponen hulu frase. Dengan pola yang dibuat oleh M. Ramlan pun masih terdapat bentuk-bentuk frase nominal yang tidak dapat dikelompokkan. Frase-frase tersebut adalah bukan hanya sekedar cerita, pakem-pakem ketat dan tradisi feminim yang merupakan penggabungan nomina

35 dengan ajektiva atau berpola N + A. Walaupun demikian, frase yang tidak memiliki kelompok pola dalam pengelompokkan frase berdasarkan pola yang dibuat Harimurti, pada pengelompokkan Ramlan dapat dikelompokkan. Frase yang berperan sebagai pengasuh anak dan yang ingin disampaikan yang polanya tidak terdapat dalam pengelompokkan Hatimurti, dalam pengelompokkan Ramlan termasuk ke dalam pola Yang + V. Menurut teori Harimurti, frase-frase tersebut bukanlah termasuk frase endosentris, atau lebih khusus lagi frase nominal, melainkan frase eksosentris nondirektif. Untuk frase ruang interpretasi terbuka dan misi tertentu, pola yang tepat dalam pengelompokkan Ramlan adalah pola N + V. Bila Harimurti membedakan pola antara frase nominal dengan pewatas bentuk berimbuhan ber- dan me-, dan tidak mencantumkan pola untuk frase nominal berpewatas bentuk berimbuhan ter-, Ramlan mengelompokkan tiga bentuk tersebut ke dalam pola yang sama, yakni N + V. Penjelasan Harimurti yang mengatakan bahwa kelas kata yang mengisi bagian hulu dalam frase modikatif menjadi penentu kelas frase yang akan terbentuk tidak berlaku untuk frase yang berperan sebagai pengasuh anak dan yang ingin disampaikan. Frase tersebut masing-masing memiliki hulu berperan sebagai pengasuh anak dan ingin disampaikan yang merupakan verba dengan pewatas yang yang bertugas sebagai pembentuk nomina. Walaupun demikian, frase tersebut termasuk kategori frase nominal karena perlakuannya dalam klausa serupa dengan nomina. Sebagai nomina, dalam data frase tersebut mengisi gatra subjek.

36 Yang berperan sebagai pengasuh anak adalah sang Bapak S P O Bila Harimurti dan Ramlan membuat pola berdasarkan urutan kata atau frase penyusunnya, Abdul Chaer membuat pola berdasarkan urutan hulu dan pewatasnya. Hulu sebagai inti frase adalah unsur yang diterangkan, sedangkan pewatas sebagai penjelas adalah unsur yang menjelaskan hulu. Berdasarkan urutan hulu dan pewatas tersebut, terdapat dua pola frase nominal, yakni pola Diterangkan-Menerangkan (D-M) dan pola Menerangkan-Diterangkan (M-D). Pola D-M berarti pewatas didahului hulu dan pola M-D berarti kebalikannya. Sebagai contoh, frase cerita-cerita dari ranah tradisi dan berbagai situasi. Masingmasing frase tersebut secara berurutan berpola D-M dan M-D. Pada frase cerita-cerita dari ranah tradisi, unsur cerita-cerita diterangkan oleh unsur dari ranah tradisi, sedangkan pada frase berbagai situasi, unsur berbagai menerangkan unsur situasi. Berikut daftar frase nominal dalam atikel Mencari Karya Sastra yang Menguntungkan Perempuan? yang telah dikelompokkan berdasarkan pola Abdul Chaer. D-M - cerita-cerita dari ranah tradisi - dugaan ini - tradisi ini - tradisi lisan - dampak tradisi bertutur ini M-D - berbagai situasi - salah satu propinsi di Indonesia - semua ingatan - bukan hanya sekedar cerita

37 - gerakan perempuan Indonesia - sang vagina - kebuntuan komunikasi - dugaan lain - seorang penikmat - sang Bapak - inspirasi dan referensi gerakan perempuan - si anak - beban penterjemahan peristilahan - dugaan itu - media rekayasa sosial ala tradisi - daerah tujuan wisata - kisah Calon Arang - bali yang punya tradisi kesenian yang menjadikan tema Calon Arang tak hanya sebagai cerita - ranah tradisi Bali - yang ingin disampaikan - seorang lelaki - para penutur - suatu wilayah - yang berperan sebagai pengasuh anak - satu cerita - cara mencekalnya - cerita bertuah - pakem-pakem ketat Berdasarkan frase dengan pola yang dibuat Abdul Chaer yang penulis temukan dalam data, pewatas, atau unsur yang menerangkan, pada frase berpola D-M adalah berupa kategori nomina, verba, ajektiva, dan demonstrative. Adapaun komponen hulunya, semua

38 frase diisi oleh kategori nomina. Untuk frase berpola M-D, komponen pewatas dapat diisi oleh kategori numeralia, adverbia, arikula, dan konjungsi (yang), sedangkan komponen hulunya dapat berupa kategori nomina atau verba (bila pewatasnya yang). Latihan pertemuan Di bawah ini adalah frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya. Berilah tanda pada kelompok frase dibawah ini No Frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya Susi anak Pak Saleh, sangat pandai. Dia berlari di lapangan Matahari diufuk barat hampir terbenam Paman dan bibi suda lama tidak megunjungi kami. Kerbau, lembu, dan kambing adalah hewan piaraan Bajunya terbuat dari sutera Siapa yang harus pergi, saya atau Anda? Anak nakal itu dihukum gurunya. Si terdakwa di ganjar hukumun seumur hidup Sampai sekarang adik belum pulang Anak-anak itu akan memancing. Para mahasiswa mengerjakan tugas Frase endosentris Frase eksosentris Koordinatif Atributif Apositif Direk tif Non direktif

39 kelompok Cita-citanya tinggi sekali. Rumah besar itu sudah dijual. 2. Jelaskan pengertian frase endosentris koordinatif, frase endosentris apositif, frase endosentris atributif dan buatlah masing-masing 3 contoh! 3. Jelaskan pengertian frase eksosentris direktif dan frase eksosentris non direktif buatlah masing-masing 3 contoh! 4. Jenis frase ditinjau dari persamaan distribusi dengan kategori atau golongan kata. Berilah tanda pada kelompok frase dibawah ini No frase ditinjau dari persamaan distribusi dengan kategori kata Frase nominal Frase verbal Frase adjektival Frase pronomina Frase numeral Frase preposisi Frase konjungsi 1 Ani sangat bangga menggunakan produk dari dalam negeri 2 Ayahnya seorang guru 3 Murid-murid makan dan minum di kantin. 4 Pohon cemara itu meliuk-liuk terkena tiupan angin 5 Kami mendengar pidato presiden. Amir sedang membaca

40 6 Koran 7 8 Anak itu bodoh sekali. Saya sendiri akan pergi ke pasar 9 Kami akan bekunjung ke Tanah Toraja 10 Kamu semua akan pergi studi wisata 11 Mereka itu sangat malas belajar 12 Kami boleh menyanyi atau menari. 13 Anak itu bermain lompat tali karena sakit ayah tidak masuk kerja Bunga itu warnanya merah jambu. 16 Pohon kelapa itu tinggi sekali 17 Ibu membeli baju putih. 18 Didorong dengan keras Buku itu miliknya Lima atau enam orang bertopeng kegelapan pada gang itu.

41 21 Ibu membeli baju putih. 22 Didorong dengan keras Buku itu miliknya Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu. Rangkuman Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. frase dapat menduduki fungsi S, P, O, Pel, Ket. jenis frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya dibagi menjadi dua yaitu frase endosentris dan eksosentris. frase endosentris dibagi lagi menjadi tiga yaitu endosentris apositif, endosentris koordinatif, endosentris atributif sedangkan eksosentris dibagi menjadi dua yaitu eksosentris direktif dan eksosentris non direktif.jenis frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival, frase, pronomina, frase numeralia, frase konjungsi, frase preposisi.

42 BAB II KLAUSA A. Pendahuluan 1. Deskripsi isi Pada bab ini membahas Pengertian Klausa, jenis klausa dibagi menjadi lima jenis. klasifikasi klausa berdasarkan struktur intern dibagi menjadi dua yaitu klausa lengkap, klausa tidak lengkap, jenis klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi dibagi menjadi dua yaitu klausa positif dan klausa negatif, jenis klausa berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P dibagi menjadi 6 klausa nomina, klausa verba, klausa adjektiva, klausa numeral, klausa preposisi, klausa pronominal, jenis klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dibagi menjadi dua klausa bebas dan klausa terikat jenis klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat dibagi menjadi duan klausa atasan dan klausa bawahan. Pada bab ini juga dibahas cara menganalisis klausa. menganalisis klausa dibagi menjadi tiga cara yaitu analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, analisis klausa berdasarkan kategori kata, analisis klausa berdasarkan makna unsur-unsurnya 2. Kompetensi dasar Mampu memahami, menguasai serta menganalisis klausa 3. Indikator Mahasiswa mampu memahami, menguasai serta menganalisis materi klausa mengklasifikasikannya kedalam lima jenis 4. Tujuan Pembelajaran

43 Mahasiswa dapat memahami, menguasai, menganalisis dan mengklasifikasikan materi klausa B. Uraian Materi Pertemuan 5 dan 6 Uraian Pokok Bahasan : Pengertian klausa dan jenis-jenis klausa Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima dasar itu adalah: a. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S sedangkan P sebagai inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya adalah : a. Klausa Lengkap Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi 1) Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. contoh: Rani belajar di rumah Kondisinya sudah baik 2) Klausa inverse yaitu klausa yang P-nya mendahului S. contoh: Sudah baik kondisinya b. Klausa tidak lengkap Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan

44 2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan: a. Klausa positif Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh : Paman berlibur ke Bali b. Klausa negatif Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh: Paman tidak berlibur ke Bali Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara semantic belum tentu menegatifkan P. dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantic menegatifkan P. tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. kalau yang dimaksudkan Dia tidak mengambil sesuatu apapun kata negasi itu menegatifkan O. misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok 3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi : a. Klausa Nomina Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa

45 Nomina. Contoh : a) Dia seorang dokter b) pidato presiden kami dengarkan c) Ani membeli buku bahasa Indonesia. d) Ia menyaksikan ombak memutih. e) Ayah membeli kerbau dua ekor. f) Ayah Amir adalah seorang guru sekolah dasar g) Udara pagi ini sangat segardonesia b. Klausa verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Frasa verbal (FV) adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya verba dan modifikatornya (pewatasnya) berupa partikel modal, partikel ingkar, frasa adverbial, atau adverbial Contoh; a) dia membantu para korban banjir b) Andi datang bersama teman kelasnya c) Untuk ke Jakarta, kita harus naik kereta api dari Jogjakarta d) Anto bekerja sebagai salesman di perusahaan itu e) Pesawat itu akan mendarat. f) Pemuda itu sering merayu. g) Ani sudah makan. c. Klausa adjektiva Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh;

46 a) adiknya sangat gemuk b) hotel itu sudah tua c) Buku itu terlalu banyak. d) Gedung baru itu sangat megah. e) Bunga itu sangat indah. f) Ani menyanyi dengan gembira. d. Klausa Numeralia Klausa numerelia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numerelia. Contoh; mahasiswanya Sembilan orang a. Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya. b. Andi memiliki lima orang saudara c. Hewan qurban kali ini berjumlah 50 ekor d. Kakak kelima andi bernama Isra e. Kedua bersaudara itu sangat akur f. Aku telah memberinya kesempatan kedua, tapi dia selalu menyia-nyiakannya g. Ksempatan hanya datang sekali dalam hidup e. Klausa preposisional Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja f. Klausa Pronomina Klausa Pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk Pronomina Contoh;

47 a) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah b) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya c) Buku harian itu milik Hendra d) Ia menggunakan seragam sekolah yang bersih kesekolah e) Itu salah satu contoh yang baik untu ditiru f) Bukan itu yang saya mau, tapi yang ini g) Seragam sekolahnya itu dia beli dipasar 4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas a. Klausa bebas Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat. Contoh; anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin b. Klausa terikat Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: panggilan, salam, judul, motto, pepatah dan kalimat telegram. 5. klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat

48 a. Klausa atasan Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari klausa yang lain Contoh: ketika paman datang, kami sedang belajar. b. Klausa bawahan Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa Contoh : dia mengira bahwa hari ini akan hujan

49 berdasarkan struktur intern berdasarkan ada tidaknya unsur negasi klausa lengkap klausa tidak lengkap klausa positif klausa negatif klausa nominal klausa verbal klasifikasi klausa berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P klausa adjektival klausa numeral klausa preposisi klausa pronomina berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat klausa bebas klausa terikat klausa atasan klausa bawahan

50 Latihan pertemuan coba Anda kemukakan jenis-jenis klausa kemudian berikan contohnya? Pertemuan ke 7 Uraian pokok bahasan : Analisis Klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya berdasarkan fungsi unsur-unsurnya analisis klausa berdasarkan kategori atau frase yang menjadi unsurnya berdasarkan makna unsur-unsurnya 1. Analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.

51 a. S dan P Budi(S) Tidak berlari-lari(p) Badannya(S) sangat lemah(p) P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dari golongan kata verbal intransitive, dan mungkin juga terdiri dari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P. Contoh Panitia(S) akan menyelenggarakan(p) pentas seni b. O dan Pel P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dari golongan kata verbal intrasitif, dan mungkin pula terdiri dari golongan-golongan kata yang lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Misalnya : Contoh : Pemerintah akan menyelenggarakan pentas seni Klausa pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni terdiri dari tiga unsure funsional, ialah pemerintah sebagai S, unsure akan menyelenggarakan sebagai P, dan unsur pesta seni sebagai O, yang di sini merupakan O1. O1 selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu sendiri dari kata verbal transitif. Maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif. Apabila dipasifkan, kata atau frase yang menduduki fungsi O1 selalu menduduki fungsi S. Misalnya apabila klausa dalam kalimat tersebut dipasifkan, akan menjadi : Pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah. Pesta seni yang dalam klausa (1) menduduki fungsi O1, dalam klausa kalimat (1.1) menduduki fungsi S.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

BBM 6. Sintaksis Bahasa Indonesia. Dra. Novi Resmini, M.Pd. Pendahuluan

BBM 6. Sintaksis Bahasa Indonesia. Dra. Novi Resmini, M.Pd. Pendahuluan BBM 6 Sintaksis Bahasa Indonesia Dra. Novi Resmini, M.Pd. Pendahuluan Istilah sintaksis berasal dari syntaxis (Belanda), yaitu bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana,

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

FRASA. 1. Pebgertian Frasa

FRASA. 1. Pebgertian Frasa FRASA 1. Pebgertian Frasa Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi

Lebih terperinci

Penulisan Huruf Kapital

Penulisan Huruf Kapital Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengajaran bahasa tidak dapat Iepas sama.sekali daripada pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Kaum Brahma di India beberapa abad sebelum Masehi mendapat pelajaran"

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Struktur dan Ciri Bahasa Teks Fabel dalam Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Tahun 2015 oleh Anitah Karisma Zaki 2015.

Lebih terperinci

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations 2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS Latifah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung Latifahtif357@gmail.com Abstrak Sintaksis

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah. 1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN BERJUTA RASANYA KARYA TERE LIYE:KAJIAN SINTAKSIS

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN BERJUTA RASANYA KARYA TERE LIYE:KAJIAN SINTAKSIS FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN BERJUTA RASANYA KARYA TERE LIYE:KAJIAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak 1 Nama Binatang Sebagai Komponen Pem Kompositum Oleh Shaila Yulisar Balafif Abstrak Penelitian ini berjudul Nama Binatang sebagai Komponen Pem Kompositum: Kajian Morfologi dan Semantik. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BENTUK KATA DAN MAKNA

BENTUK KATA DAN MAKNA BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal

Lebih terperinci

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako 1 STRUKTUR FRASE VERBA BAHASA KAILI DIALEK RAI Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako S.musrifa@yahoo.co.id ABSTRAK Kata Kunci: Struktur Frase Verba Bahasa Kaili Dialek Rai Penelitian ini berjudul Struktur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci