BAB I PENDAHULUAN. (International Financial Reporting Standard) membawa dampak yang sangat luas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (International Financial Reporting Standard) membawa dampak yang sangat luas"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan akuntansi di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, apalagi di era globalisasi saat ini. Penerapan IFRS (International Financial Reporting Standard) membawa dampak yang sangat luas terhadap pengembangan akuntansi di Indonesia, baik secara praktik maupun secara akademik. Sundem (dalam Nuraini, 2007) mengkhawatirkan akan ketidakjelasanpada industri akuntansi yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi akuntansi, hal ini dikarenakanbanyak perguruan tinggi tidak mampu membuat anak didiknya menguasai dengan baikpengetahuan dan keterampilan hidup. Kekhawatiran yang di ungkapkan Sundem (dalam Rachmi, 2010) disebabkan karena masih banyak program pendidikan yang berpusat pada kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual inidiukur dari nilai rapor dan indeks prestasi. Nilai rapor yang baik, indeks prestasi yang tinggi, atau sering juara kelas merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur ini tidaksalah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi sukses yaitu adanya Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual. Tingkat pemahaman seorang mahasiswa dalam memahami mata kuliah tidak hanya ditunjukkan dari nilai -nilai yang didapatkannya dalam mata kuliah tersebut, tetapi juga apabila mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep terkait. Mahasiswa dapat dikatakan menguasai atau memahami akuntansi bila ilmu 1

2 akuntansi yang telah diperolehnya dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat atau dapat dipraktekkan di dunia kerja menurut Budhiyanto dan Nugroho, (2004) Menurut Budhiyanto dan Nugroho (2004), Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah akuntansi dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya ditujukan dari nilai-nilai yang didapatkannya dalam mata kuliah tetapi juga apabila mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsepkonsep yang terkait. Kecerdasan Emosional (EQ) merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi (Goleman dalam Melandy dan Aziza, 2006). Dengan kemampuan ini maka mahasiswa akan mampu untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan sosial yang akan meningkatan kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi karena adanya proses belajar yang didasari oleh kesadaran mahasiswa itu sendiri. Sementara menurut pencipta istilah Kecerdasan Emosional Salovey dan Mayer (dalam Melan dy dan Aziza ; 2006) mendefinisikan Kecerdasan Emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. 2

3 Hasil survey yang dilakukan di Amerika serikat tentang Kecerdasan Emosional mengungkapkan bahwa lebih dari setengah pekerja kurang memiliki motivasi untuk terus belajar dan meningkatkan diri melalui pekerjaan mereka, dan hanya 19% dari pekerja Amerika yang melamar untuk pekerjaan tingkat pelaksana mempunyai disiplin diri cukup untuk bekerja (Goleman dalam Melandy dan Aziza, 2006). Kecerdasan Spritualis (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. (Zohar & Marshall, (2005) SQ dalam Wahab & Umiarso (2011 ) menyebutkan bahwa SQ mampu mengintegrasi kekuatan otak dan hati manusia dalam membangun karakter dan kepribadian yang tangguh berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Terkadang mahasiswa akuntasi yang mempunyai kemampuan spiritualis yang baik dapat berperan dalam mengerjakan suatu masalah dalam mata kuliah akuntansi. Tetapi penelitian yang dilakukan Ludigdo,dkk (2006) menyatakan bahwa kecerdasan piritual secara parsial tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Sebagai calon akuntan dimasa depan yang dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi pada bidang pekerjaannya, mahasiswa akuntansi tentunya tidak ingin ketinggalan dalam arus globalisasi dan selayaknya untuk terus memperdalam ilmunya. Pengetahuan dan penerimaan tentang rencana Indonesia untuk mengkonvergensi IFRS tentunya ditanggapi berbeda oleh para mahasiswa. 3

4 Dari hal tersebut peneliti ingin mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) dan Universitas Khatolik Soegijapranata (UNIKA) tentang standar akuntansi IFRS. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan mengambil judul Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap IFRS (Studi Empiris pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro dan Universitas Khatolik Soegijapranata Semarang ) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, Minat Belajar mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa terhadap standar akuntansi IFRS (Internasional Financial Reporting Standard) di perguruan tinggi swasta UDINUS dan UNIKA? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menganalisis pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, dan Minat Belajar terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akan standar akuntansi IFRS dan Menguji secara empiris apakah terdapat pemahaman mahasiswa terhadap standar akuntansi IFRS di UDINUS dan UNIKA. 4

5 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi dan bantuan kepada beberapa pihak. Beberapa manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wacana untuk mengembangkan studi akuntansi mengenai pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, dan Minat Belajar terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akan standar akuntansi IFRS b. Manfaat Teknis a) Bagi Praktisi Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan mengenai tingkat pemahaman standar akuntansi IFRS, sehingga secara tidak langsung memberikan semangat untuk belajar untuk memahami tentang IFRS. b) Bagi Akademis Diharapkan dapat memberikan andil bagi perguruan tinggi untuk memberikan system pengajaran yang memberikan pengaruh baik terhadap pentingnya pendidikan akuntansi sehingga dapat menghasilakan para lulusan yang handal, berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia kerja. c) Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dan dapat dijadikan perbandingan toeri-teori yang diperoleh selama dalam 5

6 1.5. Sistematika Penulisan bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya. Serta dapat menjadi acuan bagi peneliti akuntansi dalam hal pendidikan akuntansi. Sistematika penulisan ini sesuai dengan yang ditetapkan oleh pihak fakultas, sehingga membantu agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Berisi teori dasar yang mendukung penulisan skripsi, penelitian terdahulu, kerangka konseptual, dan tahap-tahap penelitian. Bab III : Metodologi Penelitian Ada 4 point penting yang ada di bab 3, yaitu objek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bagian ini terdiri dari deskripsi data umum yang menggambarkan tentang pemahaman akuntansi IFRS dan 6

7 hasil penelitian yang diperoleh dari pengolahan data primer dengan mengunakkan SPSS Bab V : Penutup Pada bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil pengolahan data, keterbatasan penelitian dan memberikan saran pada objek penelitian. 7

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Menurut Kinney (1986). Teori (theory) adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proporsisi-proporsisi yang sistematis yang digunakan untuk yang menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta Teori Belajar Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bermunculan pula berbagai macam teori tentang belajar. Wasty (2006) dalam Rachmi (2010) mengelompokkan teori belajar menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikologi behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Para pengajar yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid atau siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa semua tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. 2. Teori Belajar Kognitif Teori ini muncul karena adanya ketidak puasan beberapa para ahli mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus response reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak 8

9 hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement melainkan didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam sebuah situasi dan memperoleh pemahaman untuk memecahkan sebuah masalah. 3. Teori Belajar Humanistik Teori ini lebih menekankan pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik dalam teori humanistik penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri sendiri sebagai manusi yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensipotensi yang ada pada diri sendiri Kecerdasan Emosional Dalam Kamus Bahasa Indonesia mendifinisikan emosi sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang cepat. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasny, suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi. Menurut Wibowo (2002) dalam Melandy dan Aziza (2006) Kecerdasan Emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga 9

10 memberikan dampak positif. Kecerdasan Emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagian dan kesejahteraan. Menurut Goleman (2003) dalam Hanum (2011 ), keccerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik didalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan ini saling berbeda dan saling melengkapi dangan kemampuan akdemik murni, yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Goleman (2003) dalam Hanum (2011), menyatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan mermiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta linkungannya. Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa Kecerdasan Emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapakan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari Meningkatkan Dan Mengembangkan Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional dapat dilatih, dikembangkan, dan ditingkatkan. Emosi bukanlah suatu karakter yang dimiliki/ tidak dimiliki. Kita dapat meningkatkan Kecerdasan Emosional dengan mempelajari dan melatih ketrampilan serta kemampuan yang menyusun Kecerdasan Emosional. 10

11 Goleman (2003) mempunyai cara untuk meningkatkan Kecerdasan Emosional kita dengan : a. Mengembangkan kesadaran diri yang tinggi Dengan kesadaran yang tinggi, kita dapat memonitor diri sendiri, mengamati tindakan dan mempengaruhinya demi kebaikan kita. b. Mengelola emosi Mengelola emosi berarti memahaminya lalu menggunakan pemahaman tersebut untuk menghadapi situasi secara produktif, bukannya menekan emosi dan menghilangkan informasi berharga yang disampaikan oleh emosi kepada kita. c. Memotivasi diri sendiri Motivasi adalah pencurahan tenaga pada suatu arah tertentu dan sebuah tujuan spesifik.di dalam konteks Kecerdasan Emosional, ini berarti menggunakan sistem emosional kita untuk memfasilitasi keseluruhan prosesdan menjaganya tetap berlangsung Komponen Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2003) dalam Hanum (2011), secara garis besar membagi dua Kecerdasan Emosional, yaitu kompetensi personal (pribadi) yang meliputi pengenalan diri (kesadaran diri), pengendalian diri (pengaturan diri), motivasi, dan kompetensi sosial yang terdiri atas empati dan ketrampilan sosial. Goleman (2003) dalam Hanum (2011) mengadapatsi lima hal yang mencangkup Kecerdasan Emosional dari model Salovey dan Mayer. Dalam penelitian ini, terdapat komponen Kecerdasan Emosional yang digunakan adalah : 11

12 a. Pengenalan diri Pengenalan diri adalah kemampuan merasakan emosi tepat pada waktunya dan kemampuan dalam memahami kecenderungan dalam situasi tersebut. Pengenalan diri menyertakan kemampuan seseorang menguasai reaksinya pada berbagai peristiwa, tantangan, bahkan orangorang tertentu (Bradberry dan Greaves, 2007). Dengan tidak mempunyai pengenalan diri, seseorang tidak memiliki informasi yang memadai untuk mengambil keputusan yang efektif. Goleman (2003) menyatakan bahwa pengenalan diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar Kecerdasan Emosional. Pengenalan diri merupakan ketrampilan dasar yang vital untuk ketiga kecakapan emosi : 1. Kesadaran emosi : mengetahui pengaruh emosi terhadap kinerja, dan mampu menggunakan nilai-nilai untuk memandu membuat keputusan. 2. Penilaian diri secara akurat : mengetahui kekuatan dan batasbatas diri sendiri. 3. Percaya diri : keyakinan tentang diri dan kemampuan diri. b. Pengendalian diri (mengelola emosi) Salovey dalam goleman (2003) menyatakan bahwa mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada pengedalian diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, 12

13 kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Menurut Goleman (2003) pe ngendalian diri adalah mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri. Kecakapan emosi utama dalam pengendalian diri adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian diri 2. Dapat dipercaya 3. Kehati-hatian 4. Adaptabilitas 5. Inovasi c. Motivasi (Memotivasi diri sendiri) Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau dapat kepuasn dengan perbuatnnya ( Kreitner dan Kinicki, 2005) Sedangkan Goleman (2 003) menyatakan bahwa motivasi adalah kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran. Kecakapan emosi yang terdapat dalam motivasi adalah : 1. Dorongan prestasi 2. Komitmen 3. Inisiatif 4. Optimism 13

14 d. Empati (mengenali emosi orang lain) Goleman (1995) dalam Mu tadin (2002) berpendapat bahwa empati atau mengenal emosi prang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Menurut Goleman (2003) empati adalah kesadaran perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. Pada tingkat yang paling rendah, empati mempersyaratan kemampuan membaca emosi orang lain; pada tataran yang lebih tinggi, empati mengharuskan kita mengindra dan menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak diungkapkan lewat kata-kata. Kecakapan-kecakapan ini meliputi : 1. Memahami orang lain 2. Orientasi pelayanan 3. Mengembangkan orang lain 4. Mengatasi keragaman 5. Kesadaran politis e. Kemampuan sosial (Membina hubungan) Menurut Goleman (2003), kemampuan sosial merupakn aspek paling penting dalam emotional intelligence. Kemampuan sosial bisa diperoleh dengan banyak berlatih. Salah satu kunci kemampuan social adalah seberapa baik atau buruk seseorang mengungkapkan perasaan sendiri. Oleh sebab itu, untuk dapat menguasai kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain (kemampuan sosial) dibutuhkan 14

15 kematangan dua keterampilan emosional yang lain, yaitu pengendalian diri dan empati. Goleman (2003) menyatakan bahwa seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan kemampuan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan, seseorang akan mengalami kesulitana dalam pergaulan sosial. Kemampuan social intinnya adalah seni menanagni emosi orang lain, merupakan dasar bagi beberapa kecakapan, yaitu antara lain : 1. Pengaruh : menerapkan taktik persuasi secara efektif 2. Komunikasi 3. Manajemen konflik 4. Kepimimpinan 5. Katalisator perubahan 6. Membangun ikatan 7. Kolaborasi dan kooperasi 8. Kemampuan tim Kecerdasan Sepiritual Kecerdasan Spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun Zohar dan Marshall (2001) dalam Rachmi (2010) menegaskan bahwa Kecerdasan Spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ. 15

16 Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa Yunani yang berati kearifan (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) dalam Rachmi (2010) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan Spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki Kecerdasan Spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang Kecerdasan Spiritual menurut para ahli dalam Zohar dan Marshall (2001) dan Agustian (2001), dalam Rachmi (2010) adalah: a. Sinetar (2000) Sinetar (2000) mendefinisikan Kecerdasan Spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya. b. Khalil A. Khavari (2000) Khavari (2000) mendefinisikan Kecerdasan Spiritual sebagai fakultas dimensi non-material atau jiwa manusia. Lebih lanjut dijelaskan oleh Khavari (2000), Kecerdasan Spiritual sebagai intan yang belum terasah 16

17 dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. c. Zohar dan Marshall (2001) Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan Kecerdasan Spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. d. Ary Ginanjar Agustian (2001) Agustian (2001) mendefinisikan Kecerdasan Spiritual sebagai kemampuan untuk meberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki (Utama, 2010). Prinsip - prinsip Kecerdasan Spiritual menurut Agustian (2001), dalam Rachmi (2010) yaitu: 17

18 a) Prinsip Bintang Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Allah SWT. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk Allah dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya sendiri. b) Prinsip Malaikat (Kepercayaan) Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Allah untuk menjalankan segala perintah Allah SWT. c) Prinsip Kepemimpinan Prinsip kepemimpinan adalah prinsip berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang dihormati oleh semua orang. d) Prinsip Pembelajaran Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan menjadikan Al-Qur an sebagai pedoman dalam bertindak. e) Prinsip Masa Depan Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada hari akhir. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya hari 18

19 akhir dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan. f) Prinsip Keteraturan Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman kepada ketentuan Tuhan. Membuat semuanya serba teratur dengan menyusun rencana atau tujuansecara jelas.melaksanakan dengan disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena orang lain. Ciri-ciri orang yang memiliki Kecerdasan Spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) dalam Rachmi (2010), yaitu: a. Memiliki Kesadaran Diri Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya. b. Memiliki Visi Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. c. Bersikap Fleksibel Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas. d. Berpandangan Holistik Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi 19

20 dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya. e. Melakukan Perubahan Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan status quo dan juga menjadi orang yang bebas merdeka. f. Sumber Inspirasi Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain dan memiliki gagasan-gagasan yang segar. g. Refleksi Diri Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok Perilaku Belajar Suwardjono (2004), dalam Rachmi (2010) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri. Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi logis dari proses tersebut. 20

21 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memilki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Ada beberapa pendapat tentang belajar menurut para ahli (Sobur, 2003) dalam Rachmi (2010): 1. Crow dan Crow (1958) Menurut Crow dan Crow (1958), belajar adalah memperoleh kebiasaan - kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Belajar, dalam pandangan Crow dan Crow (1958), menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku. Belajar dapat memuaskan minat individu utntuk mencapai tujuan. 2. Laurine (1958) Menurut Laurine (1958), belajar adalah modifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan proses, kegiatan, dan bukan hasil atau tujuan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa belajar bukan hanya mengingat dan bukan hanya penguasaaan hasil latihan, melainkan perubahan perilaku. 3. C.T. Morgan (1961) Menurut Morgan (1961), belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perubahan tingkah laku dapat diamati pada perkembangan seseorang sejak bayi hingga dewasa. 4. Good dan Boophy (1977) Menurut Good dan Boophy (1977), belajar adalah suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses tersebut terjadi dalam diri seseorang 21

22 yang sedang mengalami belajar. Jadi menurut pandangan Good dan Boophy (1977), belajar bukanlah suatu tingkah laku yang tampak, tetapi yang paling utama adalah proses yang terjadi secara internal pada individu dalam usaha memperoleh hubungan baru. 5. Hintzman (1978) Menurut Hintzman (1978), belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengalaman hidup sehari-hari, dalam bentuk apapun, sangat mungkin untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, samapi batas tertentu, pengalaman hidup juga mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan. 6. Hillgard dan Bower (1975) Hilgard dan Bower (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi tertentu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan atau pengaruh obat) Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya, untuk memperoleh tingkah laku yang lebih baik secara keseluruhan akibat interaksinya dengan 22

23 lingkungannya. Terdapat beberapa ciri-ciri belajar (Baharuddin dan Wahyuni, 2007) dalam Rachmi (2010), yaitu: 1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku ( change behavior). Ini berarti bahwa, hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak terampil menjadi terampil. 2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. 3. Perubahan perilaku yang bersifat potensial. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi tidak segera nampak pada saat proses belajar sedang terjadi, tetapi akan nampak dilain kesempatan. 4. Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil latihan atau pengalaman. Ini berarti bahwa, pengalaman atau latihan dapat memberi kekuatan. Kekuatan itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. Belajar merupakan kegiatan yang di pengaruhi oleh berbagai macam faktor. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori (Baharuddin dan Wahyuni, 2007) dalam Rachmi (2010), yaitu: 1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi proses belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi: 23

24 a. Faktor fisiologis, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. b. Faktor psikologis, yaitu keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat. 2) Faktor eksogen atau eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari sekeliling individu yang dapat mempengaruhi nproses belajar individu. Faktor eksternal ini meliputi: a) Lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan sosial sekolah, masyarakat, dan keluarga. b) Lingkungan non-sosial yang terdiri dari lingkungan alamiah, instrumental, dan faktor materi pelajaran yang diajarkan ke siswa. Dalam proses belajar diperlukan Perilaku Belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan, dimana dengan Perilaku Belajar tersebut tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi akademik dapat ditingkatkan. Perilaku Belajar sering juga disebut kebiasaan belajar yaitu merupakan proses belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau spontan. Perilaku ini yang akan mempengaruhi prestasi belajar (Hanifah dan Syukriy,2001). Menurut Suwardjono (2004) dalam Rachmi (2010) Perilaku Belajar yang baik terdiri dari: 1. Kebiasaan Mengikuti Pelajaran Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang 24

25 mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan penjelasan dosen, membuat catatan, dan keaktifan di kelas. 2. Kebiasaan Membaca Buku Kebiasaan membaca buku merupakan merupakan ketrampilan membaca yang paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan membaca harus di budidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat bertambah dan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari suatu pelajaran. 3. Kunjungan ke Perpustakaan Kunjungan ke perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan agar dapat menambah wawasan dan pemahman terhadap pelajaran. Walaupun pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana-mana, namun tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang lengkap adalah perpustakaan. 4. Kebiasaan Menghadapi Ujian Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa dilakukan mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu dapat dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal mengikuti pelajaran, siswa tersebut mempersiapkan dengan sebaikbaiknya. Oleh karena itu, siswa harus menyiapkan diri dengan belajar 25

26 secara teratur, penuh disiplin, dan konsentrasi pada masa yang cukup jauh sebelum ujian dimulai Minat Belajar Minat menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti perhatian atau kesukaan pada suatu objek. Sementara Walgito dalam Widaningrum (2008) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan ketika seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikan labih lanjut mengenai hal tersebut. Berikut beberapa definisi mengenai minat : a. Skinner (dalam Muhlasin; 2006) mengemukakan bahwa minat merupakan motif yang menunjukan arah perhatian individu terhadap objek yang menarik, yaitu objek yang menyenangkan. b. Asher, Tiffin, dan Knight (dalam Bunga Bangsaku, 2008) mengartikan minat sebagai sikap atau kondisi psikologis yang ditandai dengan pemusataan perhatian terhadap masalah-masalah atau aktivitas tertentu atau sebagai kecenderungan untuk memahami suatu pengalaman dan akan selalu diulang. c. Chaplin memberikan definisi minat sebagai suatu pernyataan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau obyek itu berharga atau berarti bagi individu. d. Crow dan Crow (dalam bintang bangsaku, 2008) mengemukakan minat atau interest adalah merupakan kekuatan individu yang menyebabkan individu memberikan perhatian pada orang, benda atau aktivitas. 3 faktor yang mendasari timbulnya minat adalah : 26

27 1) Faktor dorongan dalam; dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya untuk dorongan makan, menimbulkan minat untuk mencari makanan. 2) Faktor motivasi sosial; faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya minat pada studi karena ingin mendapatkan penghargaan dari orang tuanya. 3) Faktor emosional; minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor ini selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan obyeknya minatnya. Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorng terhadap kegiatan yang bersangkutan. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan individu terhadap suatu hal dan individu tersebut merasa senang berkecimpung didalamnya. Apabila seseorang telah memiliki minat terhadap sesuatu maka ia akan memberikan perhatian dan perlakuan khusus terhadap hal tersebut. Sehingga ia akan terus belajar dan berusaha untuk memiliki dan memahami hal tersebut. 27

28 Pemahaman IFRS Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Berarti dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai pemahaman akan standar akuntansi adalah orang yang pandai, paham dan mengerti benar tentang standar akuntansi. Hal ini diperjalas oleh (S udijono 1996) bahwa pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan diingatkan. Menurut Nuraini (2007) menyatakan pemahaman akuntansi merupakansuatu kemampuan seseorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi.tingkat pemahaman akuntansi ini dapat diukur dari nilai mata kuliah akuntansiyang meliputi nilai pengantar akuntansi, nilai akuntansi keuangan menengah,akuntansi keuangan lanjutan, auditing, dan teori akuntansi. Pemahaman akuntansi berarti kemampuan untuk mengukur, mengklasifikasikan (membedakan), dan mengikhtisarkan (menyajikan) unsur- unsur laporan keuangan. Maka pemahaman IFRS merupakan suatu kemampuan sesorang untuk mengukur, mengklasifikasi (membedakan ) dan mengikhtisarkan penyajian unsur unsur laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam IFRS. Menurut Suwardjono (1999 ) dalam Hanum (2011) tujuan pemahaman akuntansi adalah memahamkan pengetahuan akuntansi tanpa menimbulkan kekeliruan tentang arti akuntansi, menanamkan sikap positifterhadap pengetahuan akuntansi yang cukup luas lingkupnya khususnya untukmereka yang tidak mengambil jurusan akuntansi, memotivasi agar pengetahuanakuntansi dimanfaatkan dalam praktik bisnis 28

29 atau organisasi lainnya yang keberhasilannya sebenarnya ditentukan oleh informasi keuangan. Kesimpulan tersebut menunjukan bahwa pemahaman mengandung arti yang sangat komplek dan lebih mendalam dari pengetahuan. Dalam pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksudkan secara mendalam, atau hanya sekedar mengetahui tanpa bias menangkap arti atau makna dari suatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak bisa hanya menghapal sesuatu yang diperlajari, akan tetapi mempunyai kemampuan untuk menangkap arti dari sesuatu yang dapat diperlajari juga mampu memberikan konsep dari pelajaran tersebut Standar Akuntansi Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi ini akan terus menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat. Belkaoui (2006) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku sebagai berikut: 1. Dapat menyajikan informasi tentang informasi keuangan, prestasi, dan kegiatan perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang lazim diharapkan mempunyai sifat yang jelas, konsisten, terpercaya dan dapat diperbandingkan. 29

30 2. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan hati hati, independen, dan dapat mengapdikan keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntansi setelah melalui pemeriksaan akuntan. 3. Memberikan data base kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan peraturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi dan tujuan tujuan makro lainnya. 4. Dapat menarik parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi. Semakin banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan semakin bergairah untuk berdebat, berpolemik dan melakukan penelitian. Standart akuntansi yang berkualitas sangat penting untuk mengembangkan kualitas struktur pelaporan keuangan global. Standar akuntansi yang berkualitas terdiri dari prinsip-prinsip komprehensif yang netral, konsisten, sebanding,relevan dan dapat di andalkan yang berguna bagi investor, kreditur dan pihak lainnya untuk membuat keputusa alokasi modal. 30

31 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai analisis tingkat pemahaman mahasiswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO PENELITI DAN TAHUN JUDUL PENELITIAN 1 Filia Rachmi (2010) Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta) 2 Diana Nugraheni dan Ardiani Ika Sulistyawati (2012) Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman IFRS (Studi empiris pada mahasiswa program studi S1 akuntansi perguruan tinggi di kota semarang yang ter akreditasi A) HASIL PENELITIAN 1. Kecerdasan emosional yang terdiri dari pengendalian diri, pengenalan diri, empati, motivasi dan ketrampilan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 2. Kecerdasan Spiritual yang terdiri dari prinsip ketuhanan, kepercayaan yang teguh, berjiwa kepemimpinan, berjiwa pembelajar, berorientasi masa depan, prinsip keteraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 3. Perilaku belajar yang terdiri dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, kebiasaan menghadapi ujian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahamamn akuntansi. Ada pengaruh signifikan kecerdasan intelektual, ketersedaian sarana pendidikan, perilaku belajar dan kepercayaan diri terhadap minat, ssemakin tinggi kecerdasan intelektual seorang mahasiswa semakin meningkatkan minst mahasiswa dalam memahami IFRS, semakin lengkap ketersediaan sarana pendidikan semakin meningkatkan minat mahasiswa dalam memahami IFRS semakin baik perilaku belajar semakin meningkatkan minat mahasiswa dalami memahami IFRS, semakin meningkat kepercayaan diri maahsiswa diikuti peningkatan minatnya dalam memahami IFRS. 31

32 3 Reza Panangian (2012) Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Pendidikan Tinggi Akuntansi 4 Shieva Hanum (2011) Pengaruh Atribut Kecerdasan Emosional Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi Stie Perbanas Surabaya 5 Winda Rossita Sari (2008) Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Airlangga Dan Stie Perbanas Surabaya Penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan spiritual berpengaruh ketika seorang mahasiswa dihadapi dengan kondisi dan situasi apapun dalam memahami pembelajaran akuntansi. Karena kedua kecerdasan ini merupakan pelengkap dari kecerdasan intelektual yang menjadikan seseorang menjalani roda kehidupan lebih bermakna dan bermanfaat pada orang-orang disekitar mereka. Namun, kedua kecerdasan itu dikembalikan lagi kepada seorang individu. Apakah dia bisa memanfaatkan kecerdasan itu dengan baik atau tidak. 1. Berdasarkan keseluruhan, atribut kecerdasan emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 2. Berdasarkan masing-masing atribut, atribut kecerdasan emosional yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan atribut keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Atribut perilaku belajar yaitu Kebiasaan Mengikuti Pelajaran berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan Kebiasaan Membaca Buku, Kunjungan Ke Perpustakaan, dan Kebiasaan Menghadapi Ujian tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi 1.Berdasarkan uji simultan (uji F),variabel pengenalan diri (X 1 ) pengendalian diri (X2),motivasi (X3),empati(X4),dan keterampilan sosial (X 5 ) berpengaruh signifikan tingkat pemahaman akuntansi. 2.Berdasarkan uji parsial (uji t),variabel pengenalan diri (X 1 ), pengendalian diri (X2),motivasi (X3),dan empati (X 4 ),berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan variabel keterampilan sosial (X 5 ) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 32

33 2.3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, perilaku belajar, dan Minat Belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Selain itu ingin mengetahui kesiapan mahasiswa akuntansi dalam menghadapi konvergensi IFRS di Indonesia tahun 2012 penelitian ini juga meneliti apakah ada pengaruh antara kompetensi mahasiswa dan kurikulum akuntansi terhadap konvergensi IFRS di Indonesia tahun Pemahaman merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang mampu memahami arti atau konsep dan situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam permasalah ini ia tidak hanya secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, menyajikan, mengatur, mempersiapkan, mempresentasikan, menjelaskan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil keputusan yang tepat. Dari kerangka pemikiran mengemukakan bahwa pemahaman mahasiswa akan dapat dijadikan faktor dalam menghadapi konvergensi IFRS di Indonesia tahun Dilihat dari sampel yang digunakan yaitu mahasiswa S1 akuntansi Universitas Dian Nuswantoro dan Universitas Khatolik Soegijapranata, diharapkan memiliki kompetensi yang berkaitan dengan IFRS misalnya, pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang IFRS. Berdasarkan faktor tersebut diatas diperoleh hipotesis penelitian. 33

34 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Perilaku Belajar Tingkat Pemahaman Standar Akuntansi IFRS Minat Belajar 2.4. Hipotesis Penelitian Sekaran, (2009) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat di uji. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan ringkasan hipotesis untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap standar akuntansi IFRS adalah sebagai berikut : Kecerdasan Emosional dan Tingkat Pemahaman Akuntansi IFRS Menurut Goleman ( 2003) dalam Rachmi (2010) menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional yang baik cenderung lebih kuat dalam menghadapi tantangan, berani menggali sesuatu yang baru dan berani mengambil resiko. Karena orang tersebut telah mampu 34

35 mengendalikan diri memotivasi dirinya sendiri dan mengenal dirinya dengan baik. Seseorang dengan tingkat Kecerdasan Emosional yang tinggi akan dapat lebih mudah menerima dan memahami sesuatu yang baru yang ia pelajari dibandingkan dengan seseorang yang tingkat Kecerdasan Emosionalnya lebih rendah. Kecerdasan Emosional yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri sendiri, mengendalikan diri, berempati, dan kemampuan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Rachmi (2010). Dengan uraian tersebut diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai IFRS Kecerdasan Spiritual dan Tingkat Pemahaman Akuntansi IFRS Menurut Zohar dan Marshall, (2001), dalam Rachmi (2010) Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakana dibandingkan dengan yang lain. SQ dalam Wahab & Umiarso (2011:59) menyebutkan bahwa SQ mampu mengintegrasi kekuatan otak dan hati manusia dalam membangun karakter dan kepribadian yang tangguh berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Terkadang mahasiswa akuntasi yang mempunyai kemampuan spiritualis yang 35

36 baik dapat berperan dalam mengerjakan suatu masalah dalam mata kuliah akuntansi pernyataan ini didukung oleh Reza (2011) bahwa Kecerdasan Spiritual berpengaruh ketika seorang mahasiswa dihadapi dengan kondisi dan situasi apapun dalam memahami pembelajaran akuntansi. Maka dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H2 : Kecerdasan Spiritual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai IFRS Perilaku Belajar dan Tingkat Pemahaman Akuntansi IFRS Djaali (2001) dalam Hanum (2011) mendefinisikan perilaku sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat, misalnya semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya kebutuhan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Menurut Suwardjono (1991) dalam Marita et al (2008) belajar adalah kegiatan individual, kegiatan yang dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu. Hanifah dan Syukri (2001) dalam Marita et al (2008) mengemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan Perilaku Belajar yang positif, yaitu kebiasaan mengikuti. Oleh karena itu, dengan Perilaku Belajar yang baik akan mengarah pada pemahaman terhadap pelajaran yang maksimal. Sebaliknya, dampak dari Perilaku Belajar belajar yg jelek akan mengarah pada pemahaman terhadap pelajaran yang kurang maksimal. Hal ini di dukung oleh penelitian Hanum (2011) bahwa Perilaku Belaja r yaitu 36

37 kebiasaan mengikuti pelajarn berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Maka dari uraian diatas dapat ditari hipotesis sebagai berikut: H3 : Perilaku Belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai IFRS Minat Belajar dan Tingkat Pemahaman Akuntansi IFRS Minat menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti perhatian atau kesukaan pada suatu objek. Sementara Walgito dalam Widaningrum, dkk, (2010) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan ketika seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikan labih lanjut mengenai hal tersebut. Dalam kaitannya dengan IFRS apabila seseorang kecerdasan intelektual, ketersedaian sarana pendidikan, perilaku belajar dan kepercayaan diri terhadap minat, semakin tinggi kecerdasan intelektual seorang mahasiswa semakin meningkatkan minat mahasiswa dalam memahami IFRS,. Hal ini dikarenakan ia merasa tertarik dan merasa senang ketika mempelajarinya. Semakin lengkap ketersediaan sarana pendidikan semakin meningkatkan minat mahasiswa dalam memahami IFRS semakin baik perilaku belajar semakin meningkatkan minat mahasiswa dalam memahami IFRS ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Ardiani dan Nugraheni (2012). Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Minat Belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai IFRS 37

38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari Dalam penelitian ini terdapat dua (2) variabel yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen yaitu tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. Dan variabel independen berdasarkan landasan teori dan perumusan hipotesis yang ada maka yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah : a. Kecerdasan Emosional (EQ) yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial. b. Kecerdasan Spiritual (SQ) yang terdiri dari prinsip ketuhanan, kepercayaan yang teguh, berjiwa kepemimpinan, berjiwa pembelajar, berorientasi masa depan dan prinsip keteraturan. c. Perilaku Belajar yang terdiri dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian. d. Minat Belajar yang terdiri dari keinginan setelah melihat, kebutuhan yang diinginkan. 38

TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP IFRS

TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP IFRS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP IFRS (Studi Empiris pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro dan Universitas Khatolik Soegijapranata Semarang ) Oleh: Kurniawan NIM: B12.2009.01376 Email : awan_ghos@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intelligent Quotient 2.1.1.1 Pengertian Intelligent Quotient Dalam memahami akuntansi adanya intelligent quotient merupakan hal yang penting juga untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Teori Kognitif Teori ini awal mula diambil oleh Anthony G. Greenwald pada tahun 1930an. Pendekatan Kognitif menekankan pada proses mental. Keputusan yang diterima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kecerdasan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), mengartikan bahwa kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk mempunyai kepandaian atau kecerdasan otak saja agar dapat memperoleh pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab itu perguruan tinggi khususnya akuntansi dituntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian sebelumnya Penelitian Trisnawati dkk (2003) menemukan kecerdasan emosional secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan globalisasi di dunia pendidikan ini sedikit banyak telah mempengaruhi sistem pendidikan akuntansi pada Perguruan Tinggi. Pendidikan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk meningkatkan derajatnya sebagai manusia. Pendidikan terdiri dari berbagai jenjang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan yang dimiliki. Kecerdasan tersebut terdiri dari kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta) SKRIPSI

dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta) SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Gajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan sangat menuntut profesionalisme dari masing-masing individu dalam bekerja. Seseorang

Lebih terperinci

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 512 TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS MAHASISWA AKUNTANSI PADA UNIVERSITAS SWASTA DI LAMONGAN) *( Abdul Ghofur Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi

Lebih terperinci

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta) PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DALAM SISTEM PENDIDIKAN TINGGI AKUNTANSI (Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komputerisasi sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam. mengembangkan ilmu pengetahuannya. Namun, teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. komputerisasi sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam. mengembangkan ilmu pengetahuannya. Namun, teknologi yang semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia globalisasi sekarang ini telah membawa pengaruh yang besar dalam sistem pendidikan akuntansi. Banyaknya teknologi yang berkembang sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia agar mampu mengimbangi kemajuan zaman yang sangat pesat, Pendidikan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang formal maupun informal bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter tiap mahasiswa guna mencerdaskan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, kecerdasan emosional menjadi bahan pembicaraan yang semakin hangat diperbincangkan. Dalam berbagai teori, kecerdasan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangat pesat sehingga pendidikan juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin pesat, hal ini mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat mengambil keputusan dalam hal strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Etika dan Perilaku Etis Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya adalah adat istiadat kebiasaan yang baik. Etika bisa di artikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam mengembangkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam mengembangkan ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia globalisasi sekarang ini telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan akuntansi. Banyaknya tekhnologi yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI 0 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Survei di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik adalah pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mentransfer atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mentransfer atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mentransfer atau mengalihkan nilai-nilai, pandangan hidup, visi, misi, kepercayaan, kebudayaan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena kebanyakan mahasiswa berharap memiliki titel kesarjanaan dan bercita-cita memperoleh pekerjaan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN J u n a l E K B I S / V o l. X V I /No.2 E d i s i S e p t e m b e r 2 0 1 6 809 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN *(Sutri Handayani Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pembelajaran dewasa ini di perguruan tinggi lebih banyak mengarah pada aspek kognitif (ketrampilan teknis) dan kurang memperhatikan aspek nonteknis mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan keija (As'ad, 1991:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap perusahaan atau organisasi, karena sukses tidaknya sebuah perusahaan tergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, khususnya di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, khususnya di perguruan tinggi akuntansi, karena ilmu akuntansi sangat berperan penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. Sumber daya manusia menjadi penting karena beberapa alasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Menurut (Keraf, 1998 dalam Hutahahean dan Hasnawati, 2015) ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. a. Etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang mampu bersaing di dunia kerja (Mawardi, 2011). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang mampu bersaing di dunia kerja (Mawardi, 2011). Pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan diperguruan tinggi ditunjuk untuk mendidik mahasiswa agar memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya untuk memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya untuk memperkenalkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan akuntansi harus menghasilkan akuntan yang profesional sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan jasa akuntansi pada abad mendatang. Pendidikan akuntansi

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. Betapa pentingnya pendidikan sehingga siapapun tidak dapat lepas dari proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di. Indonesia pada tahun MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di. Indonesia pada tahun MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di Indonesia pada tahun 2015. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Pada tahun 1990 psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire pertama kali melontarkan istilah kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber-

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber- BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber- Intellectual Quotient (IQ) tinggi dengan memanfaatkan seleksi awal berupa tes kecerdasan intelejensi.

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient ) Resensi Buku Judul : SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan Penulis : Danah Zohar dan Ian Marshall Penerjemah : Rahmani Astuti, Ahmad Najib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang lulusan program studi S1 Akuntansi bisa melanjutkan estafet

BAB I PENDAHULUAN. seorang lulusan program studi S1 Akuntansi bisa melanjutkan estafet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya perkembangan lembaga keuangan, perbankan, sektor pemerintahan dan swasta, membuat prospek kerja lulusan program studi S1 Akuntansi menjadi sangat luas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan. yang mempunyai arti antara sesama manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan. yang mempunyai arti antara sesama manusia. 7 A. Landasan Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi adalah tingkat keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia

BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia 32 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1 (2003) menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas vital dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam belajar. Apabila bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI TESIS Oleh : ANTON FAJAR HIDAYAT Q 100 040 087 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa perubahan yang luas dan mendasar dalam semua aspek masyarakat. Perubahan yang berlangsung cepat menyeluruh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Kecerdasan Emosional Pada umumnya kecerdasan seseorang hanya diukur berdasalkan kecerdasan akal saja. Kecerdasan akal ini sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi titik perhatian para ahli, baik dibidang ilmu pendidikan itu sendiri maupun bidang disiplin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, oleh karena itu dibutuhkan tenaga - tenaga kerja yang terampil dan profesional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pembelajaran Menurut Dimyati Mahmud, bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Adapun Winkel menyatakan sebagai semua aktivitas

Lebih terperinci