BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Sri Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Teori Kognitif Teori ini awal mula diambil oleh Anthony G. Greenwald pada tahun 1930an. Pendekatan Kognitif menekankan pada proses mental. Keputusan yang diterima diproses melalui pemilihan, perbandingan dan penyatuan dengan keputusan lainnya yang masih berlaku. Penggabungan keputusan ini kemudian akan diubah dan disusun kembali. Hasil pemikiran bergantung pada proses mental tersebut. Ahli-ahli psikologi kognitif menekankan bahwa kita bukanlah penerima rangsangan-rangsangan yang pasif, sebaliknya otak kita akan memproses secara aktif keputusan yang diterima dan menukarkan pengertian tersebut kepada bentuk atau kategori baru. Seseorang individu itu seharusnya memaksimalkan penggunaan akal mereka supaya mereka dapat menjadi individu yang berfikir aktif. Sebagai manusia yang telah dikaruniakan akal untuk berfikir, kita seharusnya dapat bertindak dengan sewajarnya apabila menerima sesuatu keputusan dan bersedia pula untuk bersikap tegar jika kita mendapatkan bahwa ide kita belum bisa diterima Teori-teori / model yang membahas tentang perubahan sikap ialah: 7
2 8 a. Model Respon Kognitif (Cognitive Respon Theory) Suatu teori yang coba menjelaskan bagaimana manusia memperoleh dan merubah sikap mereka apabila bertindak dalam keadaan tersudut. Teori ini memberi fokus kepada kenyataan bahwa penerima sesuatu keputusan buka sekedar memberi tindak lanjut terhadap keputusan yang diterima, tetapi juga menggerakkan pemikirannya terhadap keputusan tersebut. Apabila seseorang menerima suatu masalah, pemberi keputusan yang coba memberi pesan dalam suatu permasalahan, pasti keputusan tersebut akan dikaitkan dengan informasi yang tersedia saat ini. Hal itu menjadikan pemikiran seseorang untuk bertindak kritis terhadap keputusan tersebut. Kajian beliau adalah berkenaan dengan perubahan sikap. Perubahan sikap ini berhubung dengan pembelajaran, persepsi, fungsi dan konsistensi. b. Teori Perbedaan Kognitif (Cognitive Different Theory) Kognitif perbedaan adalah keadaan ketidakselarasan atau perbedaan dalam individu tersebut, bila individu tersebut merasa dirinya mempunyai ide atau tanggapan yang tidak sejalan dengan orang lain, maka akan muncul situasi perbedaan ini. Dalam situasi ini biasanya kita akan mencoba untuk mengubah pendapat mereka. Perbedaan ini mungkin terjadi karena diantara suatu sikap dengan sikap yang lainnya terdapat perbedaan atau sikap dengan tingkah laku. Misalnya, sesorang wanita menentang kebenaran (sikap). Dia
3 9 tidak suka para lelaki mengerjakan hal yang seharusnya dikerjakan oleh kaum wanita (sikap). Ini merupakan suatu perbedaan antara sikap dengan tingkah laku.contoh selanjutnya, seseorang ingin melakukan diet (sikap), tetapi setiap hari dia makan makanan yang memiliki tingkat kolesterol tinggi (tingkah laku). Disini, kita dapat lihat perbedaan antara sikap dan tingkah laku sesorang. Masalah seperti ini akan mendorong kita untuk bertindak sesuai kenyataan yang bertentangan dengan kepercayaan dan tingkah lakunya. c. Teori Perkembangan Kognitif (Cognitive Development Theory) Ahli psikologi Eropa telah lama mengenal secara pasti asas pembentukan mental dan hubungannya dengan perkembangan kognitif mannusia. Mereka menyarankan bahwa akal mempunyai peranan penting dalam aspek perkembangan yang dilalui oleh manusia. Piaget mengatakan tiap anak-anak mempunyai corak perkembangan yang berbeda. Dengan alasan itu, anak-anak yang dalam suatu proses mengasah kebolehan mereka saja tetapi juga mengasah kecepatan perkembangan kognitif mereka. Piaget berpendapat bahwa perkembangan iti berlaku dengan proses-proses dan proses lebih awal adalah mutlak bagi perkembangan prosesproses yang berikutnya karena proses awal itu acuan bagi perkembangan kecerdasan anak selanjutnya.
4 10 2. Pemahaman Akuntansi Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat pengambil keputusan. Akuntansi merupakan bahasa bisnis. Semakin baik anda memahami bahasa tersebut, akan semakin baik keputusan anda, dan semakin baik anda dapat mengelola keuangan anda.(warren CS, 2005). American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut (Soemarso, 2000). Definsi ini mengandung beberapa pengertian, yaitu: 1. Akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi. 2. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan beguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersankutan. Suwardjono (1991) menyatakan akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan yang luas dan komplek. Cara termudah untuk menjelaskan pengertian akuntansi dapat dimulai dengan mendefinisikannya. Akan tetapi, pendekatan semacam ini mengandung
5 11 kelemahan. Kesalahan dalam pendefinisian akuntansi dapat menyebabkan kesalahan pemahaman arti sebenarnya akuntansi. Akuntansi sering diartikan terlalu sempit sebagai proses pencatatan yang bersifat teknis dan prosedural dan bukan sebagi perangkat pengetahun yang melibatkan penalaran dalam menciptakan prinsip, prosedur, teknis, dan metode tertentu. Paham dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi. Dalam hal ini, pemahaman akuntansi akan diukur dengan menggunakan nilai mata kuliah akuntansi yaitu pengantar akuntansi 1, pengantar akuntansi 2, akuntansi menengah 1, akuntansi menengah 2, akuntansi keuangan lanjutan 1, akuntansi keuangan lanjutan 2, auditing 1, auditing 2, dan teori akuntansi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi secara umum. Definisi Akuntansi menurut American Accounting Association dalam Amsi Amalia Lutfi (2007) adalah suatu proses pengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penelitian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
6 12 Pendidikan yang tinggi yang harus mengacu pada program Link dan Match. Link dan Match disini berarti keterkaitan antara produktifitas baik mencakup kuantitas, kualitas, kualifikasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan pembangunan, dunia industri, masyarakat maupun individu lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun, pada kenyataannya pasar kerja dan dunia kerja, tidak hanya membutuhkan lulusan perguruan tinggi yang sudah memiliki penguasaan akan ilmu pengetahuan, namun dibutuhkan juga keterampilan atau praktek langsung dari pengetahuan tersebut. Pendidikan akuntansi setidaknya harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk mulai dan mengembangkan keanekaragaman karier professional dalam bidang akuntansi hal ini dinyatakan oleh The Institute Of Chartered accountrans Of Australia (ICAA) (1993), Ward, 1996) dan juga Accounting Education Comission (AECC) yang dibentuk di Amerika Serikat untuk menindaklanjuti pernyataan The Bredford Comitee. Oleh karena itu, menurut penelitian Eka Indah Trisniwati dan Sri Suryaningsum tidak hanya diperlukan pengetahuan bisnis dan akuntansi saja, tetapi juga penguasaan keterampilan intelektual, interpersonal, dan komunikasi serta orientasi professional. Pemahaman dalam Teori Kognitif Dalam kategori kognitif pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan
7 13 kosa kata) kedalam angka dan juga dapat menafsirkan sesuatu melalui kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan, analisis dari berbagai akibat penyebab suatu gejala. 3. Kecerdasan Emosional Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2002) mendefinisikan Emosi sebagai luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat serta keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kecintaan. Goleman menganggap emosi berujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi (Sri Suryaningsum, 2004). Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah) dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses dibidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya itu saja. Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ) seperti bakat, ketajaman sosial, hubungan sosial, kematangan emosi dan lain-lain
8 14 yang harus dikembangkan juga. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan emosional (EQ) (Melandy dan Aziza, 2006). Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hamphisire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas itu antara lain adalah: empati (kepedulian), mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat (Nuraini, n.d). Goleman mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Temuan Cherniss dalam Trisniwati dan Suryanigrum (2003) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Temuan David Weschler (1958) dalam Trisniwatti dan Suryaningsum (2003) mendefinisikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan seseorang untuk bertindak bertujuan, untuk berpikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
9 15 Konsep Teori Multiple Intelegences Telah banyak bermunculan para ahli psikologi yang mengembangkan teori-teori kecerdasan dengan berbagai dimensinya, mulai dari teori kecerdasannya Alfred Binet tahin 1904 yang beranggapan kecerdasan itu dpat diukur secara objektif dan dapat dinyatakan dalam suatu angka atau nilai IQ atau kecerdasan intelektual. Karena kecerdasan intelektual dipercaya sebagai sumber keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam belajar atau pendidikan, sehingga sering disebut sebagai era intelligence yang diartikan sebagai kognitif. Namun tidak hanya sampai disitu penelitian tentang kecerdasan itu berlangsung, karena fakta menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak menjamin keberhasilan seseorang. Sekitar tahun 1920 berkembanglah teori kecerdasan emosional, faktor emosi dikemukakan oleh david Wechsle pada tahun 1946, beliau membicarakan apa yang disebutnya sebagai kemampuan afektif dan konatif, yang pada dasarnya adalah kecerdasan emosional dan sosial yang menurutnya amat penting dalam memberikan gambaran secara menyeluruh. 4. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk
10 16 membangun IQ dan EQ. Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa Yunani yang berati kearifan (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Prinsip- prinsip kecerdasan spiritual menurut Agustian (2004), yaitu: a. Prinsip Bintang Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Allah SWT. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk Allah dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya sendiri. b. Prinsip Malaikat (Kepercayaan) Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik
11 17 sesuai dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Allah untuk menjalankan segala perintah Allah SWT. c. Prinsip Kepemimpinan Prinsip kepemimpinan adalah prinsip berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang dihormati oleh semua orang. d. Prinsip Pembelajaran Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan menjadikan Al-Qur an sebagai pedoman dalam bertindak. e. Prinsip Masa Depan Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada hari akhir. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya hari akhir dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan. f. Prinsip Keteraturan
12 18 Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman kepada ketentuan Tuhan. Membuat semuanya serba teratur dengan menyusun rencana atau tujuan 5. Perilaku Belajar Menurut Suwardjono (2004), Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri. Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi logis dari proses tersebut. (Suwardjono : 2004). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memilki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Terdapat beberapa ciri-ciri belajar (Baharuddin dan Wahyuni, 2007), yaitu: 1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa, hasil dari belajar hanya dapat diamati
13 19 dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak terampil menjadi terampil. 2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. 3) Perubahan perilaku yang bersifat potensial. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi tidak segera nampak pada saat proses belajar sedang terjadi, tetapi akan nampak dilain kesempatan. 4) Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil latihan atau pengalaman. Ini berarti bahwa, pengalaman atau latihan dapat memberi kekuatan. Kekuatan itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri dari, kebiasaan-kebiasan: a. Mengikuti pelajaran, Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan penjelasan dosen, membuat catatan, dan keaktifan di kelas.
14 20 b. Membaca buku, Kebiasaan membaca buku merupakan merupakan ketrampilan membaca yang paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan membaca harus di budidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat bertambah dan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari suatu pelajaran. c. Kunjungan Keperpustakaan Kunjungan ke perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan agar dapat menambah wawasan dan pemahman terhadap pelajaran. Walaupun pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana-mana, namun tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang lengkap adalah perpustakaan. d. Menghadapi ujian. Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa dilakukan mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu dapat dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal mengikuti pelajaran, siswa tersebut mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, siswa harus menyiapkan diri dengan belajar secara teratur, penuh disiplin, dan konsentrasi pada masa yang cukup jauh sebelum ujian dimulai. Untuk meningkatkan kebiasaan belajar, sebaiknya lebih dulu menggariskan berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar,
15 21 seberapa baik berkonsentrasi dan bagaimana sikap dan metode yang digunakan dalam belajar. Teori Belajar Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bermunculan pula berbagai macam teori tentang belajar. Wasty (2006) mengelompokkan teori belajar menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikologi behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Para pengajar yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid atau siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa semua tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. 2. Teori Belajar Kognitif Teori ini muncul karena adanya ketidak puasan beberapa para ahli mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus response reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement melainkan didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi
16 22 belajar, seseorang terlibat langsung dalam sebuah situasi dan memperoleh pemahaman untuk memecahkan sebuah masalah. 3. Teori Belajar Humanistik Teori ini lebih menekankan pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik dalam teori humanistik penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masingmasing individu untuk mengenal diri sendiri sebagai manusi yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri sendiri. B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis. Penelitian terdahulu mengenai kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
17 23 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1 Hanifah & Syukriy Abdullah (2001) 2 Sri Suryaningsum & Eka Indah Trisniawati (2003) 3 Sri Suryaningsum,Su cahyo Heriningsih & Afifah Afuwah (2004) 4 Melandy dan Aziza (2006) Judul Penelitian Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi Hasil Penelitian Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial hanya faktor kunjungan keperpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian yang signifikan. Tetapi secara simultan perilaku belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi Tingkat Kecerdasan emosional mahasiswa junior dan mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi berbeda secara signifikan, namun perbedaan itu lebih dipengaruhi oleh faktor usia semata Terlihat adanya perbedaan tingkat pengenalan diri dan motivasi antara mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah, sedangkan untuk variabel pengendalian diri, empati, dan keterampilan sosial tidak terdapat perbedaan
18 24 5 Hersan Ananto (2008) 6. FILIA RACHMI (2010) 7. Zulmi Fadhillah Akbar (2012) Pengaruh Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dan Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Sumber : berbagai sumber jurnal pemahaman akuntansi Hasil penelitiannya adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi, khususnya pada aspek ketuhanan, kepercayaan, kepemimpinan, jiwa pembelajar, orientasi masa depan, dan keteraturan. Hasil penelitiannya Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Belajar Berpengaruh signifikan terhdap tingkat pemahaman akuntansi Berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Untuk pengembangan hipotesis, kerangka pemikiran teoritis ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
19 25 Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman akuntansi. Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran KECERDASAN EMOSIONAL (X1) KECERDASAN SPIRITUAL (X2) TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Y) PERILAKU BELAJAR (X3) D. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan Penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Menurut Goleman Kecerdasan Emosional memiliki peran lebih dari 80% dalam mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan professional. Sedangkan, Menurut Suwardjono (1990) untuk menjadi seorang lulusan akuntansi yang
20 26 berkualitas diperlukan waktu yang panjang dan usaha yang keras serta dukungan dari pihak lain yang akan mempengaruhi pengalaman hidup lulusan tersebut tentunya kita juga jangan melupakan bahwa pengukuran prestasi akademik juga sama pentingnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai mahasiswa dalam belajar. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesisnya sebagai berikut : Ha1: Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi. 2. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakana dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2001). Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Kecerdasan spiritual yang baik dapat dilihat dari ketuhanan, kepercayaan, kepemimpinan, pembelajaran dan keteraturan. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat belajar karena mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki rasa ingin
21 27 tahu yang tinggi, sehingga memiliki motivasi untuk selalu belajar dan memiliki kreativias yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, mahasiswa dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan kurang termotivasi dalam belajar yang terjadi adalah melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga pemahaman dalam akuntansi menjadi kurang. Maka dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Ha2: Kecerdasan spiritual (prinsip ketuhanan, kepercayaan yang teguh, berjiwa kepemimpinan, berjiwa pembelajar, berorientasi masa depan, prinsip keteraturan) berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi. 3. Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan seterusnya, untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih baik secara keseluruhan akibat interaksinya dengan lingkungannya. Rampengan (dalam hanifah dan syukriy, 2001) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar diperlukan perilaku belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan, dimana dengan perilaku belajar tersebut tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi akademik dapat di tingkatkan. Hal-hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik dapat dilihat dari
22 28 kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapai ujian (Marita dkk, 2008). Oleh karena itu, dengan perilaku belajar yang baik dan benar akan mengarah pada pemahaman terhadap pelajaran yang maksimal. Sebaliknya, dampak dari perilaku belajar yang jelek dan buruk akan mengarah pada pemahaman terhadap pelajaran yang kurang maksimal. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesisnya sebagai berikut: Ha3: Perilaku Belajar berpengaruh positif terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kecerdasan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), mengartikan bahwa kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intelligent Quotient 2.1.1.1 Pengertian Intelligent Quotient Dalam memahami akuntansi adanya intelligent quotient merupakan hal yang penting juga untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian sebelumnya Penelitian Trisnawati dkk (2003) menemukan kecerdasan emosional secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia agar mampu mengimbangi kemajuan zaman yang sangat pesat, Pendidikan akuntansi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk meningkatkan derajatnya sebagai manusia. Pendidikan terdiri dari berbagai jenjang, salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG Bagas Nuvrianto ( bagas_ndd@yahoo.com ) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di. Indonesia pada tahun MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di Indonesia pada tahun 2015. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi
Lebih terperincidan Universitas Gajah Mada Yogyakarta) SKRIPSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Gajah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap perusahaan atau organisasi, karena sukses tidaknya sebuah perusahaan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk mempunyai kepandaian atau kecerdasan otak saja agar dapat memperoleh pekerjaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI Nurdiansyah Junifar nurdiansyahjunifar@gmail.com Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (International Financial Reporting Standard) membawa dampak yang sangat luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan akuntansi di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, apalagi di era globalisasi saat ini. Penerapan IFRS (International
Lebih terperinciDiajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI (Survey pada FE Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan yang dimiliki. Kecerdasan tersebut terdiri dari kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
0 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Survei di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Gajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat diberikan beberapa kesimpulan
57 BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel perilaku belajar memilki pengaruh negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciInterpersonal Communication Skill
Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya
Lebih terperinci(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DALAM SISTEM PENDIDIKAN TINGGI AKUNTANSI (Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan sangat menuntut profesionalisme dari masing-masing individu dalam bekerja. Seseorang
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Atribusi (attribution theory) Menurut Robbins dan Judge (2008), teori hubungan atau teori atribusi (attribution theory)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat umum mengenal intelligence sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan problem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia globalisasi sekarang ini telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan akuntansi. Banyaknya tekhnologi yang berkembang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinci*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan
J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 512 TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS MAHASISWA AKUNTANSI PADA UNIVERSITAS SWASTA DI LAMONGAN) *( Abdul Ghofur Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
Lebih terperinciKecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )
Resensi Buku Judul : SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan Penulis : Danah Zohar dan Ian Marshall Penerjemah : Rahmani Astuti, Ahmad Najib
Lebih terperinciPENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI
PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan
Lebih terperinciPENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena kebanyakan mahasiswa berharap memiliki titel kesarjanaan dan bercita-cita memperoleh pekerjaan
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERILAKU BELAJAR DAN BUDAYA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PERILAKU BELAJAR DAN BUDAYA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Muhammadyah Surakarta) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) Naskah Publikasi Oleh : RAHMAD SETYAWAN F 100 070 035 FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut
Lebih terperinciTEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN
TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pembelajaran Menurut Dimyati Mahmud, bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Adapun Winkel menyatakan sebagai semua aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah kunci peradaban dalam suatu negara terutama bagi negara Indonesia, karena mahasiswa adalah tiang penerus bangsa yang akan datang. Namun di zaman sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam
Lebih terperinciBentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan
Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K
KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didik menguasai dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996) mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi
Lebih terperinciARIS RAHMAD F
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Jember)
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Jember) SKRIPSI Oleh : ADITYA PRIMA NUGRAHA NIM. 080810391060
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciTINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP IFRS
TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP IFRS (Studi Empiris pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro dan Universitas Khatolik Soegijapranata Semarang ) Oleh: Kurniawan NIM: B12.2009.01376 Email : awan_ghos@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didiknya menguasai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didiknya menguasai dengan baik pengetahun dan keterampilan hidup. Prakasa (1996) mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,
Lebih terperinciadalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinci2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung melalui tahaptahap berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan mengolah data keuangan (input) untuk menghasilkan informasi keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntansi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengeluaran dan pemasukan keuangan dan secara umum akuntansi adalah suatu proses dalam kegiatan mengolah data keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal saja,padahal yang diperlukan sebenarnya bagaimana mengembangkan kecerdasan hati seperti ketangguhan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Menurut (Keraf, 1998 dalam Hutahahean dan Hasnawati, 2015) ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. a. Etika
Lebih terperinci3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi
Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi 1 Kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan prioritas utama bagi bangsa indonesia karena pendidikan dapat meningkatkan mutu dan pengembangan kecerdasan dari individu tersebut. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada saat sekarang ini tergolong sangat buruk yang mengakibatkan rendahnya kinerja institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat manusia sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciINTEGRASI PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI DAN STRES KULIAH
INTEGRASI PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI DAN STRES KULIAH Asriani Junaid Nur Wahyuni Universitas Muslim Indonesia Jl. Urip Sumoharjo Km. 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Karakteristik kognitif siswa dipengaruhi oleh perhatian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertib, teratur, dan efisien dapat menghasilkan sesuatu yang mampu mempercepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan
Lebih terperinci