BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Perusahaan Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co (Kimia Farma, 2013). Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhineka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero) (Kimia Farma, 2013). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia) (Kimia Farma, 18

2 digilib.uns.ac.id ). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia (Kimia Farma, 2013). b. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran Dasar Perseroan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU AH Tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat khususnya di bidang industri kimia, farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut : 1. Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi, kontrasepsi, kosmetika, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman dan produk lainnya termasuk bidang

3 digilib.uns.ac.id 20 perkebunan dan pertambangan yang ada hubungan dengan produksi di atas (Kimia Farma, 2013). 2. Memproduksi pengemas dan bahan pengemas, mesin dan peralatan serta sarana pendukung lainnya, baik yang berkait dengan industri farmasi maupun industri lainnya (Kimia Farma,2013). 3. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan dan distribusi dari hasil produksi seperti di atas, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha Perseroan (Kimia Farma, 2013). 4. Berusahan di bidang jasa, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha Perseroan maupun jasa, upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan (Kimia Farma, 2013). 5. Melakukan usaha-usaha optimalisasi aset yang dimiliki Perseroab (Kimia Farma, 2013). 6. Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian dan pengembangan sejalan dengan maksud dan tujuan Perseroan, baik yang dilakukan sendiri maupun kerja sama dengan pihak lain (Kimia Farma, 2013).

4 digilib.uns.ac.id

5 digilib.uns.ac.id 22 e. Bidang dan Kegiatan Usaha Perseroan memiliki bidang usaha di bidang industri farmasi, yang didukung oleh manufaktur, research & development, pemasaran, distribusi, ritel, dan laboratorium klinik serta klinik kesehatan (Kimia Farma, 2013). Kegiatan usaha manufaktur ini dikelola oleh perusahaan induk yang memproduksi obat jadi pharma dan herbal, bahan baku Yodium dan Garam Yodium, Ferro Sulphate, Kina & Garam Kina serta Castor Oil dan Edible Oils. Terdapat 5 (lima) fasilitas produksi (Plant) yang tersebar di beberapa kota di Indonesia (Kimia Farma, 2013). f. Riset Dan Pengembangan Unit Research & Development melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan produk baru Perseroan, yang dilengkapi dengan laboratorium formulasi dan laboratorium analisis (skala laboratorium dan skala pilot), fasilitas ekstraksi dan kebun percobaan tanaman obat seluas 5 Ha di Banjaran, Bandung dan Ha di Bintang, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Unit Research & Development melakukan penelitian formulasi, baik untuk sediaan modern maupun herbal medicine, sintesa kimia sederhana dan pengembangan tanaman obat (Kimia Farma, 2013). Saat ini, Perseroan mengembangkan obat atau produk farmasi yang berbasis teknologi modern yaitu produk bioteknologi dan radiofarmasi. Di samping itu, Perseroan juga

6 digilib.uns.ac.id 23 mengembangkan produk obat yang berbahan dasar tumbuh-tumbuhan (herbal medicine) yang memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia sekaligus bermanfaat bagi masyarakat (Kimia Farma, 2013). Sejalan dengan perkembangan teknologi kedokteran di bidang terapi, Perseroan senantiasa mengantisipasi dan menyiapkan diri untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan merencanakan pengembangan bisnis dan produk ke depan, diantaranya bisnis rumah sakit, penelitian dan pengembangan sel punca, jasa penyimpanan sel punca, kultur jaringan, radiofarmasi, produk kimia seperti: yodium dan turunannya, ferro sulphate, minyak jarak dan turunannya serta ekspansi jaringan apotek di luar negeri (Kimia Farma, 2013). Upaya dan rencana pengembangan bisnis dan produk tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan value Perseroan serta tercapainya tujuan transformasi. B. Analisis Rasio Keuangan dan Pembahasan 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas yaitu rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang harus segera dipenuhi (Munawir, 2007). Jika perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya maka perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, commit sebaliknya to user jika perusahaan tidak dapat

7 digilib.uns.ac.id 24 memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya, berarti perusahaan terebut dalam keadaan likuid. Rasio Lancar 2011 = 1,263,029,723,926 = 2,75 459,694,310, = 1,505,798,399,164 = 2,80 537,184,235, = 1,810,614,614,537 = 2,43 746,123,148,554 Rasio Cepat 2011 = 1,263,029,723, ,068,713,230 = 1,76 459,694,310, = 1,505,798,399, ,417,299,657 = 1,82 537,184,235, = 1,810,614,614, ,909,360,172 = 1,57 746,123,148,554 Rasio Kas 2011 = 1,263,029,723, ,068,713, ,230,031,555 = 0,90 459,694,310, = 1,505,798,399, ,417,299, ,466,907,480 = 0,95 537,184,235, = 1,810,614,614, ,909,360, ,220,980,343 = 0,82 746,123,148,554

8 digilib.uns.ac.id 25 Tabel III.1 Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas Periode No Tahun Pertumbuhan (%) Rasio Rasio Rasio Lancar Cepat Kas Rasio Rasio Rasio Lancar Lancar Lancar ,75 1,76 0,90 0,32 0,15 0, ,80 1,82 0,95 0,05 0,06 0, ,43 1,57 0,82 (0,37) (0,25) (0,13) Sumber: Data Olahan 2015 Rasio lancar perusahaan menunjukkan besarnya kas yang dimiliki perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2011, rasio lancar perusahaan bernilai Rp 2,75 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh Rp 2,75 aset lancar. Di tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan aktiva lancar Rp 2,80 dan Rp 2,43 dari setiap Rp 1,- hutang yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,05 dan penurunan sebesar Rp 0,37 pada tahun 2013 yang disebabkan proporsi kenaikan hutang lancar lebih besar dari proporsi kenaikan aktiva lancar yang berasal dari piutang usaha. Rasio cepat perusahaan menunjukkan menggunakan aset-aset yang akan berubah menjadi kas dengan lebih cepat. Pada tahun 2011, rasio cepat perusahaan commit bernilai to Rp user 1,76 yang berarti bahwa setiap Rp

9 digilib.uns.ac.id 26 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp 1,76 aset lancar dikurangi persediaan. Di tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan aktiva lancar dikurangi persediaan Rp 1,82 dan Rp 1,57 dari setiap Rp 1,- hutang yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,06 dan penurunan sebesar Rp 0,25 pada tahun 2013.Penurunan ini dikarenakan jumlah hutang lancar perusahaan tahun 2013 lebih kecil dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah aktiva lancar selain persediaan yang digunakan untuk menjamin hutang lancar lebih besar. Rasio kas perusahaan menunjukkan menggunakan aset-aset yang akan berubah menjadi kas dengan lebih cepat. Pada tahun 2011, rasio kas perusahaan bernilai Rp 0,90 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp 0,90 aset lancar dikurangi persediaan dan piutang usaha. Di tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan aktiva lancar dikurangi persediaan dan piutang usaha Rp 0,95 dan Rp 0,82 dari setiap Rp 1,- hutang yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,05 dan penurunan sebesar Rp 0,13 pada tahun 2013 hal ini disebabkan oleh persentase perubahan hutang lancar lebih besar dari persentase perubahan kas, setara kas dan piutang.

10 digilib.uns.ac.id 27 Tabel III.2 Ringkasan Aktiva Lancar, Persediaan, Piutang dan Hutang Lancar Periode (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Aktiva Lancar Rp 1,263,029 Rp 1,505,798 Rp 1,810,614 Persediaan Rp 456,068 Rp 530,417 Rp 640,909 Piutang Usaha Rp 392,230 Rp 464,466 Rp 554,220 Hutang Lancar Rp 459,694 Rp 537,184 Rp 746,123 Keterangan Pertumbuhan Pertumbuhan % Rp % Rp Aktiva Lancar 8,77% Rp 242,769 9,19% Rp 304,816 Persediaan 7,54% Rp 74,349 9,43% Rp 110,492 Piutang Usaha 8,43% Rp 72,236 8,81% Rp 89,754 Hutang Lancar 7,77% Rp 77,490 16,28% Rp 208,939 Sumber: Data Diolah dari Ikhtisar Keuangan, Neraca dan Laporan Laba Rugi Kimia Farma 2015 Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rasio lancar di tahun 2012 karena adanya kenaikan aktiva lancar menjadi Rp 1,505,798 triliun atau meningkat 8,77% dari tahun sebelumnya. Hutang lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 7,77% atau meningkat sebesar Rp 77,490 triliun dari tahun sebelumnya.nilai rasio lancar pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh naiknya aktiva lancar sebesar 9,19% atau naik sebesar Rp 1,810,614 triliun dari tahun sebelumnya serta peningkatan hutang lancar sebesar 16,28% dari tahun sebelumnya.

11 digilib.uns.ac.id 28 Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rasio cepat di tahun 2012 karena adanya kenaikan aktiva lancar menjadi Rp 1,505,798 triliun atau meningkat 8,77% dari tahun sebelumnya. Persediaan juga meningkat sebesar 7,54% atau meningkat Rp 530,417 triliun dari tahun sebelumnya. Hutang lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 7,77% atau meningkat sebesar Rp 77,490 triliun dari tahun sebelumnya.nilai rasio cepat pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh naiknya aktiva lancar sebesar 9,19% atau naik sebesar Rp 1,810,614 triliun dari tahun sebelumnya serta peningkatan hutang lancar sebesar 16,28% dari tahun sebelumnya. Persediaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp 640,909 triliun atau 9,43% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rasio kas di tahun 2012 karena adanya kenaikan aktiva lancar menjadi Rp 1,505,798 triliun atau meningkat 8,77% dari tahun sebelumnya. Persediaan meningkat sebesar 7,54% atau meningkat Rp 530,417 triliun dari tahun sebelumnya. Piutang usaha meningkat sebesar 8,43% dari tahun sebelumnya serta hutang lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 7,77% atau meningkat sebesar Rp 77,490 triliun dari tahun sebelumnya.nilai rasio lancar pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh naiknya aktiva lancar sebesar 9,19% atau naik sebesar Rp 1,810,614 triliun dari tahun sebelumnya serta peningkatan hutang commit to lancar user sebesar 16,28% dari tahun

12 digilib.uns.ac.id 29 sebelumnya. Persediaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp 640,909 triliun atau 9,43% dari tahun sebelumnya serta peningkatan piutang usaha 8,81% atau meningkat Rp 554,220 triliun. Pada tahun 2012 peningkatan aktiva lancar yang signifikan didorong oleh meningkatnya kas dan setara kas. Kenaikan kas dan setara kas ini merupakan dampak dari kenaikan laba perusahaan dan insentifnya kegiatan penagihan serta pencairan piutang usaha oleh Perseroan. Peningkatan aktiva lancar dari tahun sebelumnya juga dikarenakan oleh kenaikan piutang usaha yang disebabkan oleh meningkatnya piutang pihak ketiga dan piutang ekspor sebagai konsekuensi adanya peningkatan penjualan pada kedua tipe pelanggan tersebut. Peningkatan piutang lain-lain yang berasal dari piutang yang timbul atas biaya dalam rangka kerja sama untuk kegiatan distribusi obat, biaya kirim, dan biaya impor bahan baku obat untuk pihak ketiga (Kimia Farma, 2012). Biaya tersebut akan ditagih kepada pihak ketiga/mitra kerja sama sesuai dengan pola kerja sama yang telah disepakati. Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan aktiva lancar tidak jauh berbeda dari tahun Hanya pada tahun 2013 harga bahan baku mengalami kenaikan. Kenaikan ini juga disebabkan oleh naiknya nilai tukar rupiah, serta penurunan harga obat Generik Berlogo (ogb) berdampak pada penjualan. harga ogb ditetapkan oleh Pemerintah

13 digilib.uns.ac.id 30 sementara itu penyesuaian harga tidak disesuaikan setiap ada kenaikan harga bahan baku (Kimia Farma, 2013). Pada tahun 2012, hutang lancar meningkat dibandingkan tahun sebelumnya ini disebabkan terdapat kenaikan pada utang usaha, utang usaha pihak berelasi, utang usaha pihak ketiga, utang lain-lain, biaya masih harus dibayar. Resiko perubahan nilai valuta asing akan berdampak terhadap keberlangsungan pemenuhan kewajiban atas penyelesaian pembayaran barang atau bahan impor yang dilakukan oleh Perseroan (Kimia Farma, 2012). Penyebab resiko tersebut adalah terjadinya krisis global. Resiko ini ditangani dengan melakukan analisis resiko pasar yang sesuai selera Perseroan, menjaga tingkat likuiditas baik dengan membentuk cadangan dana dalam mata uang asing secara cermat dan atau mengupayakan pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif (Kimia Farma, 2013). Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas dilihat dari ketiga rasio di atas, maka pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui bahwa tingkat likuiditas PT Kimia Farma tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah baik (likuid). Rasio likuiditas menunjukkan baik (likuid) dikarenakan likuiditasnya diatas 1, sehingga kalau masih dibawa 1 hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan bukan berarti tidak sehat hanya membutuhkan waktu yang lama untuk melunasi hutang lancarnya.perseroan menjaga tingkat likuiditas baik dengan membentuk cadangan dana dalam mata uang asing secara cermat

14 digilib.uns.ac.id 31 dan/atau mengupayakan pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif. Rata-rata rasio likuiditas perusahaan periode masih tertinggal dari rata-rata kompetitor sejenis yaitu perusahaan farmasi (seperti PT Kalbe Farma, dll) namun perusahaan mulai memperbaikinya. Hal tersebut tampak dari meningkatnya tingkat likuiditas perusahaan pada tahun Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau mengukur ringkat efisiensi pemanfaatan sumber daya pers (Munawir, 2007). Hasil dari pengukuran rasio ini untuk melihat kondisi keuangan perusahaan periode ini apakah mampu atau tidak untuk memenuhi target yang ditentukan. Penggunaan rasio ini dengan cara membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva satu periode. Rasio Perputaran Piutang 2011 = 3,481,166,441,259 = 8,88% 392,230,031, = 3,734,241,101,309 = 8,04% 464,466,907, = 4,348,073,988,385 = 7,85% 554,220,980,343

15 digilib.uns.ac.id 32 Rasio Perputaran Persediaan 2011 = 2,443,150,487,283 = 5,36% 456,068,713, = 2,559,074,130,367 = 4,82% 530,417,299, = 3,055,921,946,994 = 4,77% 640,909,360,172 Rasio Perputaran Total Aset 2011 = 3,481,166,441,259 = 1,94% 1,794,242,423, = 3,734,241,101,309 = 1,80% 2,076,347,580, = 4,348,073,988,385 = 1,76% 2,471,939,548,890 Tabel III.3 Hasil Perhitungan Rasio Aktivitas Periode No Tahun Rasio Perputaran Piutang Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio Perputaran Piutang Pertumbuhan (%) Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva ,88% 5,36% 1,94% 0,24% (0,54%) 0,02% ,04% 4,82% 1,80% (0,84%) (0,54%) (0,14%) ,85% 4,77% 1,76% (0,19%) (0,05%) (0,04%) Sumber: Data Olahan 2015

16 digilib.uns.ac.id 33 Rasio di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang sebesar 8,88 kali atau dibulatkan 9 kali atau mampu menagih piutangnya sebanyak 9 kali dalam setahun. Pada tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menagih piutangnya sebesar 8,04 kali dan 7,85 kali dalam setahun. Terjadi penurunan di tahun 2012 sebesar 0,84 kali dan 0,19 kali pada tahun 2013 yang disebabkan oleh proporsi kenaikan piutang usaha lebih besar dari proporsi kenaikan penjualan. Rasio di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan di tahun 2011 sebesar 5,36 kali atau dibulatkan 5 kali atau barang dagangan rata-rata baru dapat terjual setelah tersimpan dalam gudang selama 73 hari (365 : 5). Pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 4,82 kali dan 4,77 kali tingkat perputaran persediaan. Pada tahun 2012 perputaran persediaan mengalami penurunan sebesar 0,54 dan 0,05 kali pda tahun 2013 yang disebabkan oleh proporsi kenaikan persediaan lebih besar dari proporsi kenaikan harga pokok penjualan. Rasio di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran total aktiva pada tahun 2011 sebesar 1,94 kali yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- total aktiva dapat menghasilkan Rp 1,94 penjualan netto. Pada tahun 2012 dan 2013 mampu menghasilkan penjualan netto sebesar Rp 1,80 dan Rp 1,76 dari setiap Rp 1,- total aktiva. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp 0,14 dan Rp 0,04 pada tahun 2013 yang disebabkan oleh proporsi kenaikan total aktiva yang

17 digilib.uns.ac.id 34 berasal dari piutang usaha lebih besar dari proporsi kenaikan penjualan. Tabel III.4 Ringkasan Penjualan, Piutang Usaha, Persediaan, HPP dan Total Aktiva Periode (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Penjualan Rp 3,481,166 Rp 3,734,241 Rp 4,348,073 Piutang Usaha Rp 392,230 Rp 464,466 Rp 554,220 Persediaan Rp 456,068 Rp 530,417 Rp 640,909 HPP Rp 2,443,150 Rp 2,559,074 Rp 3,055,921 Total Aktiva Rp 1,794,242 Rp 2,076,347 Rp 2,471,939 Pertumbuhan Pertumbuhan Keterangan 2013 % Rp % Rp Penjualan 3,51% Rp 253,075 7,59% Rp 613,832 Piutang Usaha 8,43% Rp 72,236 8,81% Rp 89,754 Persediaan 7,54% Rp 74,349 9,43% Rp 110,492 HPP 2,32% Rp 115,924 8,85% Rp 496,847 Total Aktiva 7,29% Rp 282,105 8,70% Rp 395,592 Sumber: Data Diolah dari Ikhtisar Keuangan, Neraca dan Laporan Laba Rugi Kimia Farma 2015 Berdasarkan tabel di atas, penurunan rasio perputaran piutang di tahun 2012 karena adanya kenaikan penjualan menjadi Rp 3,734,241 triliun atau meningkat 3,51% dari tahun sebelumnya. Peningkatan piutang commit usaha to di user tahun 2012 lebih baik dari tahun

18 digilib.uns.ac.id 35 sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 8,43% dari tahun sebelumnya. Nilai rasio perputaran piutang pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh naiknya penjualan menjadi Rp 4,348,073 triliun atau meningkat sebesar 7,59%. Serta ada peningkatan piutang usaha sebesar Rp 554,220 triliun atau sebesar 8,81% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel di atas, penurunan rasio perputaran persediaan di tahun 2012 karena adanya kenaikan persediaan menjadi Rp 530,417 triliun atau meningkat 7,54% dari tahun sebelumnya. Peningkatan harga pokok penjualan di tahun 2012 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 2,32% atau meningkat sebesar Rp 2,559,074 triliun. Beban pokok penjualan terhadap penjualan bersih menunjukkan penurunan sebesar 0,54%. Efisiensi pada beban pokok penjualan ini cukup signifikan jika dikaitkan dengan penjualan bersih. Penurunan rasio perputaran persediaan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh meningkatnya persediaan menjadi Rp 640,909 triliun atau meningkat 9,43% dari tahun sebelumnya. Peningkatan harga pokok penjualan di tahun 2013 sebesar Rp 3,055,921 triliun atau meningkat sebesar 8,85% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel diatas, penurunan rasio perputaran total asset ditahun 2012 karena adanya kenaikan penjualan menjadi Rp 3,734,241 triliun atau meningkat 3,51% dari tahun sebelumnya.

19 digilib.uns.ac.id 36 Peningkatan total aktiva sebesar Rp 2,076,347 triliun atau meningkat 7,29% tahun 2012 lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 rasio perputaran total asset meningkat karena dipengaruhi oleh naiknya penjualan bersih sebesar Rp 4,348,073 triliun atau meningkat 7,59% dari tahun sebelumnya serta ada peningkatan total asset sebesar 8,70% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 peningkatan penjualan yang signifikan didorong oleh meningkatnya penjualan obat generik dan obat nongenerik, dengan peningkatan yang lebih tinggi pada obat non-generik sehingga portofolio produk dapat memberikan margin yang lebih tinggi. Peningkatan tersebut merupakan kontribusi dari peningkatan penjualan di semua segmen usaha yaitu produksi, distribusi dan ritel. Penjualan lokal meningkat yaitu dari penjualan kepada pihak ketiga serta penjualan ekspor garam kina juga meningkat tajam (Kimia Farma, 2012). Penurunan harga Obat Generik Berlogo (OGB) cukup berdampak kepada penjualan karena harga OGB ditetapkan oleh Pemerintah. Demikian pula jika terjadi kenaikan harga bahan baku OGB akan berpengaruh kepada penjualan, karena penyesuaian harga jual OGB oleh pemerintah tidak dilakukan setiap ada kenaikan harga bahan baku (Kimia Farma, 2012). Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan penjualan tidak jauh berbeda dari tahun Hanya pada tahun 2013 peningkatan penjualan didukung sepenuhnya oleh kinerja anak perusahaan yang

20 digilib.uns.ac.id 37 memberikan kontribusi positif bagi Perseroan. Pada tahun 2013 usaha Perseroan di bidang ritel semakin berkembang dan tetap menjadi pemimpin pasar di sektor ini (Kimia Farma, 2013). Kegiatan usaha Perseroan di bidang ritel ini dikelola melalui anak perusahaan yaitu PT Kimia Farma apotek dengan penjualan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan piutang usaha selama 3 (tiga) tahun karena terjadi kenaikan penjualan. dari sisi tipe pelanggan, meningkatnya piutang tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya piutang pihak ketiga dan piutang ekspor sebagai konsekuensi adanya peningkatan penjualan pada kedua tipe pelanggan tersebut. Peningkatan piutang lain-lain yang berasal dari piutang yang timbul atas biaya dalam rangka kerja sama untuk kegiatan distribusi obat, biaya kirim, dan biaya impor bahan baku obat untuk pihak ketiga (Kimia Farma, 2012). Biaya tersebut akan ditagih kepada pihak ketiga/mitra kerja sama sesuai dengan pola kerja sama yang telah disepakat. Pada tahun 2012 persediaan mengalami peningkatan yang signifikan didorong oleh meningkatnya persediaan obat jadi, kosmetik dan alat kontrasepsi, alat kesehatan, bahan baku dan bahan pembantu serta barang dalam proses. Penyisihan persediaan using cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian dari persediaan using(kimia Farma, 2012). Persediaan juga digunakan sebagai jaminan atas utang bank pada PT Mandiri Persero Tbk.

21 digilib.uns.ac.id 38 Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan persediaan tidak jauh berbeda dengan tahun Hanya pada tahun 2013 peningkatan persediaan obat jadi, dan alat kesehatan, bahan baku dan bahan pembantu sebagai penyedia Jasa Layanan Distribusi, Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) menyalurkan aneka produk dari Perseroan,produk dari keagenan lainnya, serta produk-produk nonkeagenan KFTD mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan regular ke apotek, rumah sakit, toko obat, supermarket, restoran dan cafe (Kimia Farma, 2013). Peningkatan harga pokok penjualan selama 3 (tiga) tahun karena peningkatan pembelian barang jadi. Peningkatan HPP yang tinggi akan berdampak terhadap penentuan harga produk dan pada akhirnya akam mempengaruhi daya beli konsumen, dan/atau setidaknya, pengurangan permintaan terhadap produk. Penyebab resiko HPP tinggi adalah persaingan sektor farmasi yang semakin ketat dan belum diterapkannya sistem pembelian/ pengadaan bahan baku atau bahan kemas dengan sistem kontrak jangka panjang (Kimia Farma, 2013). Resiko ini ditangani dengan membentuk daftar sumber bahan baku dan bahan kemas yang optimal guna mendapatkan harga yang kompetitif, menguntungkan, dan menekan biaya inklaring (bongkar muat) barang impor, serta memperkuat proses pemantauan berkala diinternal pengadaan (Kimia Farma, 2013). Perseroan secara berkelanjutan melaksanakan commit to program user cost reduction, antara lain

22 digilib.uns.ac.id 39 berupa perbaikan supply chain management dengan dibangunnya distribution center di beberapa kota besar sehingga biaya distribusi lebih terkendali serta efisiensi pengadaan bahan baku dan kemasan dalam upaya mengendalikan harga pokok penjualan (Kimia Farma, 2013). Peningkatan aktiva selama 3 (tiga) tahun karena meningkatnya aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Pada tahun 2012 Entitas melakukan akuisisi Entitas anak PT Sinkona Indonesia Lestari yang mengakibatkan penambahan dalam nilai aset termasuk nilai perolehan aset dan akumulasi penyusutan aset PT SIL sehingga dalam kolom penambahan aset dan kolom penambahan penyusutan bukan murni investasi dan beban penyusutan tahun 2012 (Kimia Farma, 2012). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 mengalami pelambatan dibandingkan tahun Bank Indonesia menilai bahwa perlambatan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebijakan stabilisasi yang dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih sehat dan seimbang (Kimia Farma, 2013). Berdasarkan sektoral, pertumbuhan melambat terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian karena pertumbuhan produksi minyak lebih rendah akibat adanya gangguan produksi di beberapa lapangan migas (Kimia Farma, 2013). Perekonomian perusahaan melemah dikarenakan menurunnya kinerja transaksi berjalan dan pelemahan commit nilai to tukar. user Sementara itu, sektor pengolahan

23 digilib.uns.ac.id 40 dan bangunan juga melambat akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong BI untuk mengetatkan kebijakan moneter (Kimia Farma, 2013). Bank Indonesia sejak bulan Juni 2013 sampai November 2013 telah menaikkan bunga acuan sebanyak 150bps menjadi 7,5%. Selain untuk meredam rupiah kenaikan bunga acuan tersebut dilakukan untuk mengatasi defisit neraca berjalan dan untuk mengerem laju pertumbuhan kredit untuk mencegah overheating perekonomian rupiah mengalami depresasi cukup signifikan selama tahun 2013 (Kimia Farma, 2013). Berdasarkan hasil analisis rasio aktivitas dilihat dari ketiga rasio di atas, maka pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui bahwa tingkat aktivitas perusahaan 2011, 2012 dan 2013 adalah cukup efektif untuk meningkatkan laba perusahaan. Rata-rata industri untuk menagih piutang perusahaan di bawah rata-rata industri retail, ini menunjukkan kemampuan Kimia Farma untuk menagih piutangnya lebih baik/cepat. Rata-rata untuk perputaran persediaan Kimia Farma di atas rata-rata industri retail, ini menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan efektif menghasilkan laba.

24 digilib.uns.ac.id Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh (Munawir, 2007). Rasio Net Profit Margin 2011 = 171,765,487,458 = 4,93% 3,481,166,441, = 205,133,316,635 = 5,49% 3,734,241,101, = 214,549,154,260 = 4,93% 4,348,073,988,385 Return On Aset (ROA) 2011 = 171,765,487,458 = 9,57% 1,794,242,423, = 205,133,316,635 = 9,88% 2,076,347,580, = 214,549,154,260 = 8,68% 2,471,939,548,890 Return On Equity (ROE) 2011 = 171,765,487,458 = 3,71% 598,979,620, = 205,133,316,635 = 4,38% 555,400,000, = 214,549,154,260 = 3,34% 555,400,000,000

25 digilib.uns.ac.id 42 Tabel III.5 Hasil Perhitungan Rasio Profitabilitas Periode No Tahun NPM ROA ROE Pertumbuhan (%) NPM ROA ROE ,93% 9,57% 13,71% 0,57% 1,20% 1,26% ,49% 9,88% 14,38% 0,56% 0,31% 0,67% ,93% 8,68% 13,34% (0,56%) (1,20%) (1,04%) Sumber: Data Olahan 2015 Rasio net profit margin menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Pada tahun 2011, rasio net profit margin bernilai Rp 4,93 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- penjualan bersih mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 4,93. Di tahun 2012 dan 2013 perusahaan mampu menghasilkan laba bersih Rp 5,49 dan Rp 4,93 dari setiap Rp 1,- penjualan bersih yang dihasilkan perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,56 dan penurunan di tahun 2013 sebesar Rp 0,56 yang disebabkan proporsi kenaikan penjualan lebih besar dari proporsi kenaikan laba bersih yang berasal dari penjualan. Rasio ROA ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio di atas menunjukkan setiap Rp1,- total aktiva bersih mampu menghasilkan laba bersih Rp 9,57 pada tahun Di tahun 2012 dan 2013 perusahaan commit mampu to mengahasilkan user laba Rp 9,88 dan Rp

26 digilib.uns.ac.id 43 8,68 dari setiap Rp 1,- aktiva yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,31 dan penurunan sebesar Rp 1,20 pada tahun 2013 yang disebabkan proporsi kenaikan total aset yang berasal dari piutang usaha lebih besar dari proporsi kenaikan laba bersih yang berasal dari penjualan. Rasio ROE ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham. Rasio di atas menunjukkan setiap Rp1,- modal saham mampu menghasilkan laba bersih Rp 13,71 pada tahun Di tahun 2012 dan 2013 perusahaan mampu mengahasilkan laba Rp 14,38 dan Rp 13,34 dari setiap Rp 1,- modal saham yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,67 dan penurunan sebesar Rp 1,04 pada tahun 2013 yang disebabkan proporsi kenaikan modal saham lebih besar dari proporsi kenaikan laba bersih yang berasal dari penjualan.

27 digilib.uns.ac.id 44 Tabel III.6 Ringkasan Laba Bersih, Penjualan, Total Aset dan Modal Saham Periode (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Laba Bersih Rp 171,765 Rp 205,133 Rp 214,549 Penjualan Rp 3,481,166 Rp 3,734,241 Rp 4,348,073 Total Aset Rp 1,794,242 Rp 2,076,347 Rp 2,471,939 Modal Saham Rp 598,979 Rp 555,400 Rp 555,400 Pertumbuhan Pertumbuhan Keterangan 2013 % Rp % Rp Laba Bersih 8,85% Rp 33,368 2,24% Rp 9,416 Penjualan 3,51% Rp 253,075 7,59% Rp 613,832 Total Aset 7,29% Rp 282,105 8,70% Rp 395,592 Modal Saham (3,78%) (Rp 43,579) 0,00% Rp - Sumber: Data Diolah dari Ikhtisar Keuangan, Neraca dan Laporan Laba Rugi Kimia Farma 2015 Berdasarkan tabel di atas, peningkatan NPM di tahun 2012 karena adanya kenaikan laba menjadi Rp 205,133 triliun atau meningkat 8,85% dari tahun sebelumnya. Perolehan penjualan di tahun 2012 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 3,51% atau meningkat sebesar Rp 3,734,241 triliun dari tahun sebelumnya. Nilai NPM pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh peningkatan laba sebesar Rp 214,549 triliun atau meningkat 2,24% dari tahun

28 digilib.uns.ac.id 45 sebelumnya serta peningkatan penjualan sebesar Rp 4,348,073 triliun atau meningkat 7,59% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel di atas, peningkatan ROA di tahun 2012 karena adanya kenaikan laba menjadi Rp 205,133 triliun atau meningkat 8,85% dari tahun sebelumnya. Perolehan total aset di tahun 2012 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 7,29% atau meningkat sebesar Rp 282,105triliun dari tahun sebelumnya. Nilai ROA pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh peningkatan laba sebesar Rp 214,549 triliun atau meningkat 2,24% dari tahun sebelumnya serta peningkatan total aset sebesar Rp 395,592triliun atau meningkat 8,70% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel di atas, peningkatan ROE di tahun 2012 karena adanya kenaikan laba menjadi Rp 205,133 triliun atau meningkat 8,85% dari tahun sebelumnya. Perolehan modal saham di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,78% atau menurun sebesar Rp 43,579triliun dari tahun sebelumnya. Nilai ROE pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh peningkatan laba sebesar Rp 214,549 triliun atau meningkat 2,24% dari tahun sebelumnya serta tidak ada peningkatan modal saham dari tahun sebelumnya.

29 digilib.uns.ac.id 46 Pada tahun 2012 pertumbuhan laba bersih signifikan didorong oleh meningkatnya pendapatan bunga yang berasal dari pinjaman yang diberikan, peningkatan penjualan serta efisiensi beban pokok penjualan, meningkatnya pendapatan operasional lainnya terutama dari pendapatan provisi dan komisi, keuntungan penjualan surat-surat berharga serta pendapatan bukan operasional bersih. Di tahun 2012 pertumbuhan kredit lebih tinggi dari pertumbuhan simpanan dana pihak ketiga sehingga pendapatan bunga dari pinjaman lebih bersar dari beban bunga untuk simpanan dana pihak ketiga (Kimia Farma, 2012). Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan laba bersih tidak jauh berbeda dengan tahun Hanya pada tahun 2013 pendapatan diterima dimuka mengalami peningkatan. Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh peningkatan sewa gedung dan bangunan. Selain itu, beban usaha, beban penghasilan pajak dan beban lainnya mengalami penurunan di tahun Hal ini dikarenakan adanya penerapan kebijakan tingkat suku bunga (Kimia Farma, 2013). Peningkatan penjualan selama 3 (tiga) tahun karena meningkatnya penjualan di semua segmen usaha yaitu produksi, distribusi dan ritel. Penurunan harga Obat Generik Berlogo (OGB) ini cukup berdampak kepada harga OBG yang diterapkan oleh Pemerintah (Kimia Farma, 2013). Peningkatan pada tahun 2013 didukung sepenuhnya oleh kinerja anak perusahaan yang

30 digilib.uns.ac.id 47 berkontribusi positif bagi Perseroan.Peningkatan penjualan juga di dukung oleh meningkatnya penjualan lokal dan penjualan ekspor. Penjualan lokal meliputi penjualan kepada pihak ketiga dan penjualan pihak-pihak yang berelasi. Sedangkan penjualan ekspor meliputi garam kina, yodium dan derivat serta obat dan alat kesehatan. Peningkatan aktiva selama 3 (tiga) tahun karena meningkatnya semua aktiva termasuk aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Peningkatan aktiva lancar ini didukung meningkatnya kas dan setara kas, piutang usaha yang disebabkan oleh meningkatnya piutang pihak ketiga dan piutang ekspor. Uang muka pembelian barang dagangan lain-lain perusahaan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan aktiva juga di dorong oleh meningkatnya persediaan obat jadi, kosmetik dan alat kontrasepsi, alat kesehatan, bahan baku serta bahan pembantu (Kimia Farma, 2013). Modal saham pada perusahaan setiap tahunnya tidak mengalami perubahan. Dalam perusahaan farmasi milik Negara, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. berminat melakukan penawaran saham baru (right issue) guna memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan pada tahun depan (Bisnis.com). Pada saat ini, saham perusahaan yang dimiliki oleh investor publik baru mencapai 10% dan sebagian besar saham lainnya dengan porsi 90% dimiliki oleh Negara. Dengan porsi kepemilikan publik sebesar 10%, ini menandakan saham perseroan tidak likuid (Kimia Farma, 2013). Selain right issue, perusahaan juga

31 digilib.uns.ac.id 48 mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi pada tahun depan guna memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis rasio profitabilitas dilihat dari ketiga rasio di atas menunjukkan cukup efektif. Rata-rata industri untuk net profit marginmasih sangat rendah karena setiap penjualan hanya dapat menghasilkan 5% laba operasi. Rata-rata industri untuk ROE Kimia Farma masih di bawah rata-rata industri retail, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan modal sendiri kurang baik, namum perusahaan sudah mulai memperbaikinya dengan meningkatnya laba bersih setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu pertumbuhan terus-menerus (going

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu pertumbuhan terus-menerus (going 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat, dengan banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang saling bermunculan, menyebabkan persaingan diantara pelaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Sesuai dengan judul penelitian skripsi ini, maka data yang dipergunakan adalah laporan keuangan yang dapat menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. Pharmaceutische Handel Svereneging J. Van Gorkom & Co. (Jakarta), N.V.

BAB II PROFIL PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. Pharmaceutische Handel Svereneging J. Van Gorkom & Co. (Jakarta), N.V. BAB II PROFIL PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK A. Sejarah Ringkas PT Kimia Farma (Persero) Tbk Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persediaan adalah pos aset lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. persediaan adalah pos aset lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persediaan merupakan salah satu pos aset yang cukup penting karena persediaan adalah pos aset lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan dagang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri farmasi merupakan industri yang secara ketat diatur dengan pertimbangan perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan dalam melakukan kegiatannya pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama suatu perusahaan adalah mencapai laba yang maksimal serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan persaingan diantara para pelaku usaha juga semakin kompetitif. Persaingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan  Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu bagian dari Perusahaan Manufaktur yang ada di Indonesia. Industri Barang Konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan mendistribusikan obat, terutama dalam hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era persaingan industri manufaktur yang berkembang bebas saat ini, perusahaan diharapkan mampu menghasilkan produk bermutu bagi konsumen untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis rasio keuangan PT Gudang Garam Tbk tahun 2012-2014 pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk tahun 2012-2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan perusahaan sejenis untuk terus mengembangkan skala usahanya. Dalam menghadapi persaingan ini perusahaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti bahan dan tenaga kerja yang dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. A. Tinjauan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4 di dunia. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1. Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1.1. Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Kimia Farma adalah perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis rasio keuangan yang telah dibahas pada bab analisis dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan pada umumnya dalam melakukan kegiatan operasional memiliki tujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN Analisis rasio keuangan perusahaan daerah aneka karya Kabupaten Boyolali tahun 1998 2000 Yulaika Dyah Iswandari F 3300040 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin meningkat. Semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen. Dalam berkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat yang sejahtera. Pembangunan mempunyai sifat yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 ( Revisi 2009 ) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis

BAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang berkembang semakin pesat merupakan harapan setiap bangsa di dunia. Indonesia merupakan negara berkembang yang juga mengharapkan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang penelitian Berbagai macam sektor yang menggerakkan roda perekonomian, salah satunya adalah sektor properti. Investasi dalam bentuk properti masih menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan dan berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan harus bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global yang telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Salah satu sektor industri yang terkena dampak krisis global adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia setiap tahun semakin menjadi-jadi, dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri farmasi dimana kegiatan utamanya menyediakan produk dan jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan yang pesat menjadikan iklim persaingan dalam dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada pemegang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang dilakukan penulis pada bab IV, hasil penelitian pada PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang diambil oleh para manajer dari tiap bagian fungsional suatu perusahaan tersebut. Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Indonesia Trading Company (Persero) dikenal diluar negeri sebagai ITC yang menjadi singkatan dari Indonesia Trading Company, yang satusatunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, manajemen cash holding menjadi perhatian beberapa peneliti. Cash holding merupakan rasio kas dan setara kas dibagi dengan aktiva bersih.

Lebih terperinci

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, July 2014, 45-54 p-issn: 2337-7887 Article History Received May, 2014 Accepted June, 2014 Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan perusahaannya mampu bertahan dan tumbuh dalam berbagai kondisi. Terutama dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin memasuki era globalisasi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin memasuki era globalisasi ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat yang semakin memasuki era globalisasi ini, begitu banyak perusahaan dengan berbagai aktivitas dan bidang usaha yang berbeda membuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Rentabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rentabilitas Tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangMasalah Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Sebuah perusahaan yang didirikan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT KF adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis 1. Sumber Daya Perusahaan a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan Sumber daya perusahaan merupakan alat yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuannya (Amirullah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi global yang telah mengakibatkan para investor

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi global yang telah mengakibatkan para investor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis ekonomi global yang telah mengakibatkan para investor baik itu dari dalam maupun dari luar negeri lebih berhatis-hati dalam menginvestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Masalah perekonomian selalu menjadi faktor yang penting untuk mendorong kemajuan suatu negara. Perusahaan akan selalu menghadapi hambatan-hambatan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Tujuan utama perusahaan ialah untuk memperoleh laba guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa

Lebih terperinci

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75 1. Likuiditas Perusahaan 2009 2010 2011 2012 Rasio Lancar 2.35 2.43 2.75 2.8 Rasio Cepat 1.5 1.6 1.76 1.82 Periode penagihan rata-rata 34.15 42.26 41.13 45.4 Perputaran piutang usaha 10.69 8.64 8.88 8.04

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 Tabel 4.1 PT KALBE FARMA, Tbk LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA TAHUN 2006-2007 Dalam Rupiah (Rp) 31 Desember Perubahan Modal Kerja 2006 2007

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini banyak perusahaan yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang manufaktur atau non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dagang, jasa, maupun industri mempunyai dana dan membutuhkan modal kerja, karena itulah masalah modal kerja sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar LAPORAN PERS Untuk Segera Didistribusikan Laba Bersih Kuartal 1 2018 AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar Jakarta, 1 Mei 2018 PT Aneka Gas Industri, Tbk (Stock Code:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 22 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2012:5) laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin tingginya tingkat persaingan bisnis di Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa mungkin mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada untuk senantiasa meningkatkan efisiensinya. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, investasi dalam pasar modal pun turut mengalami perkembangan. Keberadaan pasar modal memiliki peran penting bagi

Lebih terperinci