PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN IONIK DENGAN PENDEKATAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL ILMIAH

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN IONIK DENGAN PENDEKATAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL ILMIAH OLEH: ENI MAYASARI NIM F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012

2 PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN IONIK DENGAN PENDEKATAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA ENI MAYASARI NIM F Pembimbing I Pembimbing II Dra. Eny Enawaty, M. Si. NIP Erlina, S.Pd., M.Pd. NIP Dekan FKIP UNTAN Ketua Jurusan P.MIPA FKIP UNTAN Dr. Aswandi NIP Dr. H. M. Rif at Hamdy, M.Pd. NIP

3 PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN IONIK DENGAN PENDEKATAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Eni Mayasari, Eny Enawaty, Erlina Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN mayasari_eni@yahoo.co.id Abstrak: Judul penelitian ini adalah Pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA se-kota Pontianak. Bentuk penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian ini adalah 36 siswa kelas XI IPA dari SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, dan SMAN 9 Pontianak. Data prestasi belajar siswa dianalisis menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi terhadap prestasi belajar siswa baik siswa di SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, dan SMAN 9 Pontianak dengan nilai sig. masingmasing 0,002; 0,002; dan 0,009 pada tingkat signifikasi yang ditetapkan α = 0,05. Kata kunci: buku ajar, multirepresentasi, ikatan ionik, prestasi belajar. Abstract: The title of this research is "The effect of using the ionic bond textbook with multiple-representation approach on students achievement". The aims of this research is to know the effect of using the ionic bond textbook with multiplerepresentation approach on students achievement at XI st IPA in Pontianak. The forms of this research is a pre-experimental design with design One-Group Pretest-Posttest Design. The sample were 36 students of XI st IPA in SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, and SMAN 9 Pontianak. Student achievement data were analyzed using nonparametric statistic Wilcoxon-Test. The analysis result showed the effect of using the textbook about ionic bonds with multiple representation approach on student achievement both students of SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, and SMAN 9 Pontianak with significance score respectively 0.002, 0.002, and level of significance set at α = Keywords: textbook, multiple-representaition, ionic bond, learning achievement. K imia merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit bagi kebanyakan siswa menengah. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan karakteristik dari ilmu kimia itu sendiri. Ilmu kimia merupakan ilmu yang berkenaan dengan karakterisasi, komposisi dan transformasi materi (Mortimer dalam Ashadi, 2009). Salah satu karakteristik ilmu kimia adalah sebagian besar konsepnya yang bersifat abstrak (Middlecamp dan Kean, 1985; Sastrawijaya, 1988). Ben-Zvi et al., 1987, 1988; Johnstone, 1991, 1993; Nakhleh, 1992; Gabel,

4 1998, 1999; Treagust dan Chittleborough, 2001 (dalam Chandrasegaran, et al., 2007) menyimpulkan bahwa kekompleksan dan keabstrakan ilmu kimia menjadikan kimia sebagai pelajaran yang sulit untuk dipelajari oleh siswa sekolah menengah. Berdasarkan karakteristik ilmu kimia, Johnstone (dalam Treagust, et al., 2003) mengklasifikasikan representasi kimia dalam level representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolik (Sunyono, 2010). Sejalan dengan hal tersebut, para peneliti dan pendidik dalam bidang kimia telah menyepakati tiga level representasi kimia yaitu level makroskopik, mikroskopik dan simbolik (Gabel, Samuel, dan Hunn, 1987; Gabel, 1998 dalam Wu, et al., 2000). Segala sesuatu gejala kimia yang disadari atau teramati panca indra merupakan fenomena pada level representasi makroskopik (Effendy, 2010). Proses kimia yang teramati secara makroskopik dapat dijelaskan berdasarkan sifat, bentuk, perubahan, dan interaksi dari partikel-partikel mikroskopik seperti molekul, atom atau elektron. Representasi mikroskopik kimia merujuk pada sifat dasar, perubahan dan gerakan molekul-molekul yang digunakan untuk menjelaskan sifat dari senyawa atau fenomena alam (Wu, et al., 2000). Representasi kimia pada level simbolik meliputi gambar, aljabar, model fisik dan bentuk komputational seperti rumus kimia, persamaan reaksi, grafik, mekanisme reaksi dan lain-lain (Antonoglou, et al., 2007). Ikatan ionik merupakan salah satu materi kimia yang syarat akan simbolsimbol, struktur dan proses kimia sehingga dalam memahami konsepnya perlu penggambaran ketiga level multirepresentasi. Abraham, et al., 1992, 1994 dan Nakhleh, 1992 (dalam Sirhan, 2007) menyatakan bahwa konsep-konsep kimia seperti larutan, partikel materi dan ikatan kimia (salah satunya ikatan ionik) merupakan dasar untuk mempelajari kimia. Sirhan (2007) mengatakan bahwa tanpa memahami pengetahuan dasar tersebut, materi seperti laju reaksi, asam dan basa, elektrokimia, kesetimbangan kimia, dan kimia larutan menjadi sukar dipahami. Oleh sebab itu, kemampuan dalam merepresentasikan konsep ikatan ionik sangat diperlukan untuk untuk mempelajari konsep-konsep kimia selanjutnya seperti materi reaksi redoks, larutan elektrolit dan nonelektrolit. Untuk dapat memahami suatu konsep kimia dengan utuh maka harus mengenal konsep tersebut baik dari tingkat makroskopik, simbolik, maupun mikroskopiknya. Ketiga level multirepresentasi harus terintegrasi secara proposional dalam pembelajaran karena aspek representasi makroskopik, simbolik dan mikroskopik mengandung informasi konsep-konsep yang tidak dapat dipisahkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya siswa mengalami kesulitan dalam ilmu kimia akibat ketidakmampuan memvisualisasikan struktur dan proses pada level mikroskopik dan tidak mampu menghubungkannya dengan level representasi kimia yang lain (Devetak, 2004; Chittleborough & Tregust, 2007; Orgill, MaryKay & Sutherland, 2008 dalam Farida, 2010). Satu diantara penyebab ketidakmampuan siswa memvisualisasikan dan menghubungkan ketiga level multirepresentasi adalah cara mengajar guru yang cenderung menjelaskan konsep kimia mengikuti penjelasan yang tertera dalam buku ajar kimia. Permasalahan yang terjadi adalah buku ajar yang selama ini

5 digunakan dalam pembelajaran memuat ketiga level multirepresentasi secara tidak proporsional sehingga multirepresentasi menjadi tidak terintegrasi secara proporsional dalam pembelajaran. Gabel (1999) menemukan bahwa salah satu penyebab kesulitan siswa dalam mengembangkan pemahaman kimia dikarenakan guru tidak mengintegrasikan tiga level multirepresentasi (makroskopik, simbolik dan mikroskopik) dalam pengajarannya melainkan menyampaikan salah satu representasi tanpa menyoroti hubungan dalam ketiga level representasi tersebut (Chandrasegaran, et al., 2007). Oleh sebab itu, agar guru mengintergrasikan ketiga level multirepresentasi secara proporsional dalam proses pembelajaran maka diperlukan buku ajar yang memuat representasi makroskopik, simbolik, dan mikroskopik secara proporsional pula. Buku ajar adalah kumpulan bahan atau materi ajar yang akan menjadi panduan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa buku ajar merupakan penentu signifikan terhadap hasil belajar siswa (Supriadi, 1997; Heyneman, Farrel & Sepulveda-Stuarto, 1981; World Bank, 1995 dalam Supriadi, 2001). Supriadi (dalam Herman, 2002) menyimpulkan bahwa buku ajar berkontribusi sekitar 75% terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran. Hinton dan Nakhleh (1999) menyebutkan bahwa gambar merupakan salah satu cara mengkomunikasikan level multirepresentasi tersebut, selanjutnya makna gambar tersebut dideskripsikan dengan menggunakan bahasa tulisan atau lisan. Dengan mengintegrasikan gambar-gambar dan bahasa tulisan yang memuat ketiga level multirepresentasi dalam buku ajar maka ketiga level multirepresentasi tersebut dapat tersampaikan dalam proses pembelajaran. Mencermati fakta yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dalam mempelajari ikatan ionik. METODE Bentuk penelitian yang digunakan adalah Pre-experimental Design dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Teknik pengumpulan data menggunakan tes prestasi belajar yang berbentuk esai. Tes diberikan kepada siswa sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) proses pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA se-kota Pontianak. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel tersebut terdiri dari 12 siswa XI IPA SMAN 3 Pontianak, 12 siswa XI IPA SMAN 4 Pontianak, dan 12 siswa XI IPA SMAN 9 Pontianak. Masing-masing siswa dari tiap sekolah terdiri dari 4 orang siswa berkemampuan tinggi, 4 orang siswa berkemampuan sedang dan 4 orang siswa yang berkemampuan rendah. Sebelum tes diberikan kepada siswa, instrumen tes tersebut terlebih dahulu divalidasi dan diujicobakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dan reliabilitasnya. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang ditetapkan berdasarkan penilaian dan pertimbangan dari

6 validator. Setelah instrumen tes dinyatakan valid, kemudian diujicobakan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (single-test-single-trial method). Nilai reliabilitas tes diperoleh sebesar 0,650 (kategori tinggi) sehingga tes layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Analisis tes prestasi belajar terdiri dari uji prasyarat awal dan uji hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Awal 1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan statistik Shapiro-Wilk Test menggunakan program SPSS 17.0 for windows. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan Levene s Statistic Test menggunakan program SPSS 17.0 for windows. 2. Uji Hipotesis Data tes prestasi belajar siswa yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dilakukan analisis non-parametrik yaitu uji Wilcoxon dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows. Selanjutnya untuk menentukan signifikansi perbedaan prestasi belajar siswa sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) mengadakan pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi maka dilakukan langkah-langkah berikut: 1) Menetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatif H 0 = Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan sebelum dan sesudah pemmbelajaran dengan menggunakan buku ajar dengan pendekatan multirepresentasi. H 1 = Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan sebelum dan sesudah pemmbelajaran dengan menggunakan buku ajar dengan pendekatan multirepresentasi. 2) Menurut (Sarwono, 2006) pedoman pengambilan keputusan untuk menentukan signifikansi adalah sebagai berikut: (1) Jika probabilitas (Asymptotic significance) < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima (terdapat perbedaan yang signifikan). (2) Jika probabilitas (Asymptotic significance) > 0,05 maka H 0 diterima dan H 1 ditolak (perbedaan tidak signifikan). HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui terdapat tidaknya pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi maka data hasil tes prestasi belajar dianalisis yang mana terditi dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Data pre-test dan post-test siswa dari SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak dan SMAN 9 Pontianak dilakukan uji normalitas (Shapiro-Wilk

7 Test) dengan berbantuan program SPSS 17.0 for windows. Ringkasan hasil uji normalitas data pre-test dan post-test disajikan dalam TABEL 1. TABEL 1. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Nama Sekolah Data Tes Sig. SMAN 3 Pontianak Pre-test 0,013 Post-test 0,014 SMAN 4 Pontianak Pre-test 0,134 Post-test 0,177 SMAN 9 Pontianak Pre-test 0,146 Post-test 0,133 Berdasarkan hasil perhitungan Shapiro-Wilk test dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows, terlihat bahwa nilai probabilitas (bilangan sig) data pre-test dan post-test SMAN 3 Pontianak kurang dari 0,05 yang berarti bahwa data pre-test dan post-test siswa SMA N 3 Pontianak memiliki variansi yang terdistribusi secara tidak normal. Sedangkan nilai probabilitas (bilangan sig) data pre-test dan post-test SMAN 4 Pontianak dan SMAN 9 Pontianak lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test siswa SMAN 4 Pontianak dan SMAN 9 Pontianak memiliki variansi yang terdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas terhadap data pre-test dan post-test siswa pada SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak dan SMAN 9 Pontianak dilakukan dengan menggunakan Levene s Test dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows. Ringkasan hasil uji homogenitas data pre-test dan post-test disajikan dalam TABEL 2. TABEL 2. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Pre-test dan Post-test Data Tes Test Levene s Statistic Sig. Pre-test 4,690 0,016 Post-test 4,459 0,019 Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa nilai probabilitas (bilangan sig) data pre-test dan post-test kurang dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test memiliki variansi yang tidak homogen. Oleh karena data pre-test dan post-test pada SMAN 3 Pontianak memiliki memiliki variansi yang terdistribusi secara tidak normal dan data pre-test dan post-test pada SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak dan SMAN 9 Pontianak memiliki variansi yang tidak homogen maka pengujian untuk membuktikan hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu uji Wilcoxon. Analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon digunakan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi terhadap prestasi belajar siswa. Uji Wilcoxon merupakn prosedur yang digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data yang saling berhubungan, apakah berbeda atau tidak (Wahyono, 2006).

8 Hasil analisis uji Wilcoxon terhadap prestasi belajar siswa SMAN 3 Potianak, SMAN 4 Pontianak, dan SMAN 9 Pontianak disajikan dalam TABEL 3. TABEL 3. Ringkasan Hasil Analisis Uji Wilcoxon Terhadap Prestasi Belajar Siswa Nama Sekolah Mean Asymp. Sig. Pre-test Post-test (2-tailed) SMAN 3 Pontianak SMAN 4 Pontianak SMAN 9 Pontianak Perbandingan Mean Perbandingan mean antara pre-test dan post-test menunjukkan perbandingan rata-rata prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi. Dari data pada TABEL 3 terlihat bahwa mean post-test lebih tinggi daripada mean pre-test baik pada SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, maupun SMAN 9 Pontianak dengan selisih berturut-turut 33,66; 12,5; dan 11. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dengan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi baik di SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, maupun SMAN 9 Pontianak. 2. Asymp. Sig. (2-tailed) Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon terhadap nilai pre-test dan posttest SMAN 3 Pontianak diperoleh harga probabilitas (Asymp. Sig.) berturutturut sebesar 0,002. Pada tingkat signifikan yang ditetapkan α = 0,05 diperoleh 0,002 < 0,05 sehingga H 0 diolak dan H 1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi pada siswa SMAN 3 Pontianak. Berdasarkan hasil perhitungan uji Wilcoxon terhadap nilai pre-test dan post-test SMA N 4 Pontianak diperoleh harga probabilitas (Asymp. Sig.) sebesar 0,002. Pada tingkat signifikan yang ditetapkan α = 0,05 diperoleh 0,002 < 0,05 sehingga H 0 diolak dan H 1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi pada siswa SMAN 4 Pontianak. Berdasarkan hasil perhitungan uji Wilcoxon terhadap nilai pre-test dan post-test SMA N 9 Pontianak diperoleh harga probabilitas (Asymp. Sig.) sebesar 0,009. Pada tingkat signifikan yang ditetapkan α = 0,05 diperoleh 0,009 < 0,05 sehingga H 0 diolak dan H 1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang signifikan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi pada siswa SMAN 9 Pontianak. Berdasarkan analisis non-parametrik uji wilcoxon dapat disimpulkan bahwa di ketiga sekolah, terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan buku ajar ikatan ionik

9 dengan pendekatan multirepresentasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi terhadap prestasi belajar siswa. Buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hinton dan Nakleh (1999) serta Sunyono (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan multirepresentasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa. Dengan meningkatnya pemahaman konseptual siswa maka prestasi belajarnya juga akan meningkat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar ikatan ionik dengan pendekatan multirepresentasi baik siswa di SMAN 3 Pontianak, SMAN 4 Pontianak, dan SMAN 9 Pontianak dengan nilai sig. masing-masing 0,002; 0,002; dan 0,009 pada tingkat signifikasi yang ditetapkan α = 0,05. DAFTAR RUJUKAN Antonoglou, L. D., Charistos, N. D. & Sigalas, M. P., Design of Molecular Visualization Educational Software. Dalam Scott, Thomas B. & James I. Livingstone (Editor). Leading-Edge Educational Technology. New York: Nova Science Publishers, hal Ashadi Kesulitan Belajar Kimia Bagi Siswa Sekolah Menengah. Pidato disampaikan pada pengukuhan Guru Besar FKIP UNS pada tanggal 20 Agustus (online). ( dikunjungi 13 Januari 2012). Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F. & Mocerino M., The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and Practice. Vol. 8 (3): Effendy A-Level Chemistry For Senior High School Students Volume IA. Malang: Bayumedia Publishing. Farida, Ida The Importance Of Development Of Representational Competence In Chemical Problem Solving Using Interactive Multimedia. Jurnal Internasional Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Prodi IPA-UPI. (online). ( dikunjungi 15 Januari 2012). Herman, Tatang Proposal Penelitian Pengembangan Buku Ajar Matematika SMU Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Bandung: FPMIPA UPI.

10 Hinton, Michael E. & Nakhleh, M. B., Students Microscopic, Macroscopic, and Symbolic Representations of Chemical Reactions. The Chemical Educator. Vol. 4 (5): Middlecamp, C, & Kean, E Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: PT. Gramedia. Sarwono, Jonathan Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13.Bandung:Penerbit Andi. Sastrawijaya, T Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti PPLPTK. Sirhan, Ghassan Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education. Vol. 4, Issue 2. Sunyono Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Kinetika Kimia Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Makalah Untuk Tugas Individu Mata Kuliah Inovasi dan Problematika Pendidikan Sains Program Studi S-3. (online). ( dikunjungi 31 Januari 2012). Supriadi, Dedi Anatomi Buku Sekolah di Indonesia Problematika Penilaian, Penyebran, dan Penggunaan Buku Pelajaran, Buku Bacaan, dan Buku Sumber. Yogyakarta: Adi Cita. Wahyono, Teguh Jam Belajar Komputer Analisis Data Statistik dengan SPSS 14. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Wu, Hsin-kai, Krajcik, J. S. & Soloway, E., Promoting Conceptual Understanding of Chemical Representations: Students Use of a Visualization Tool in the Classroom. Paper presented at the annual meeting of the National Association of Research in Science Teaching. New Orleans, LA.