BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA"

Transkripsi

1 30 BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA A. Etika Dan Tata Cara Pemanduan Wisata Di Puro Mangkunegaran Surakarta 1. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro Mangkunegaran menurut M. Ng. Joko Pramodyo : Menurut M. Ng. Joko Pramodyo etika pemanduan wisata yang baik di Puro Mangkunegaran adalah mengacu pada dasar- dasar yang dicanangkan oleh pemerintah seperti Sapta Pesona atau sebutan dari tujuh unsur pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di Indonesia yang terdiri dari; aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan. Ditambah dengan etika yang berkaitan dengan adat tradisi yg bisa diharapkan bahwa tamu bisa terakomodir, terlayani dengan baik tanpa melanggar tatanan atau etika yang sudah ada sehingga menimbulkan sebuah kenangan yang baik dan menumbuhkan rasa keinginan untuk kembali berkunjung ke Puro Mangkunegaran (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 10 April 2016). a. Tips pemanduan wisatawan menurut Bapak Joko Pramodyo Ketika akan melakukan pemanduan, seorang pemandu wisata harus memperhatikan teknik pemanduan, yang pertama yaitu mempersiapkan diri sendiri mulai dari penampilan harus menarik, gerak tubuh, bahasa, gaya penyampaian harus menarik, menguasai materi yang akan disampaikan. 30

2 31 Gambar 17: Joko Pramodyo Selesai Pemanduan Sumber: Dokumentasi Pribadi Pemanduwisata juga harus mengetahui karakter tamu karena setiap tamu memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan darimana asal wisatawan. Di selasela dalam penyampaian informasi, supaya wisatawan tidak jemu Pak Joko menambahkan gurauan yang tanpa menyimpang dari informasi sehingga dapat membuat wisatawan kembali memperhatikan ketika wisatawan mulai bosan, contoh gurauan yang berkaiatan dengan informasi misalnya tentang Soko Guru yang dikemas dengan cerita yang menarik Yang konon katanya ketika kita bisa memeluk tiang Soko Guru maka doa yang dipanjatkan akan terkabulkan cerita tersebut sebenarnya hanya mitos supaya wisawawan tertarik untuk menyimak informasi. Selain itu, jokes yang biasanya dapat menarik wisatawan adalah berkaitan dengan benda koleksi yang ada di museum yaitu Badong, yang dalam pemanduan selalu disampaikan bahwa Badong adalah alat pelindung kelamin raja supaya tidak berbuat serong pada dasarnya cerita tersebut dibuat dan

3 32 dikemas supaya dapat menarik wisatawan, sebenarnya Badong adalah benda penemuan peninggalan pada jaman Hindu- Budha yang digunakan untuk meditasi (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016). b. Tips melayani tamu grup menurut Bapak Joko Pramodyo Setiap hari di Puro Mangkunegaran selalu didatangi wisatawan baik individu maupun kelompok.teknik yang digunakan dalam membawa tamu antara individu maupun grup tentu saja berbeda. Berikut tips menangani wisatawan berbentuk grup menurut Bapak Joko Pramodyo; pertama kali yang dilakukan sebagai pemanduwisata yaitu memberitahu terlebih dahulu kalau didalam Mangkunegaran terdapat beberapa area yang tidak boleh dikunjungi oleh wisatawan seperti Bale Peni. Kemudian wisatawan diberi pengarahan bahwa ketika berada di Dalem Ageng wisatawan dilarang untuk mendokumentasikan apapun yang ada di Dalem Ageng dan ketika memasuki area Pendopo Agung alas kaki harus dilepas dan memberitahukan supaya pengunjung tetap menjaga etika yang baik selama berada di area Mangkunegaran. Ketika harus membawa wisatawan dengan jumlah cukup banyak maka biasanya Pak Joko menggunakan TOA sebagai pengeras suara karena rata- rata tamu grup yang dibawa oleh Pak Joko adalah tamu domestik dan Pak Joko lebih dominan membawa wisatawan domestik. Untuk tetap menarik perhatian tamu grup yang dibawa oleh Bapak Joko biasanya beliau menyisipkan gurauan- gurauan yang berhubungan dengan informasi sehingga dapat membangkitkan minat wisatawan untuk terus menyimak informasi yang diberikan oleh Pak Joko (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

4 33 c. Tips melayani tamu lansia menurut Bapak Joko Paramodyo Berbicara tentang jenis- jenis wisatawan dilihat dari segi umur maka wisatawan terdiri dari anak- anak, remaja, dewasa, dan lansia. Penanganan setiap jenis wisatawan memiliki perbedaan dan disini akan dijelaskan sedikit tips dalam menangani wisatawan lansia menurut Bapak Joko Pramodyo; yang paling utama adalah sangat pelan- pelan baik ketika menjelaskan informasi maupun cara berjalan selama berada di area, kemudian sebagai pemanduwisata ketika membawa tamu lansia harus lebih sabar karena biasanya orang yang sudah berumur lansia akan lebih rewel seperti anak kecil selain itu karakter tamu lansia domestik biasanya sangat tertarik dengan cerita sejarah atau jaman- jaman dahulu yang berkaitan dengan mistik dan sangat menyukai benda- benda koleksi peninggalan, disitu sebagai pemanduwisata harus bisa mengembangkan cerita supaya dapat menarik minat wisatawan lansia untuk selalu menyimak (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016). d. Tips melayani tamu difabel menurut Bapak Joko Pramodyo Setiap manusia pasti memiliki rasa ingin bergembira dengan berbagai cara tak sedikit orang yang mencari rasa gembira dengan cara berwisata berkunjung ke tempat yang sebelumnya belum pernah dikunjungi, bukan hanya orang yang mempunyai fisik normal, namun kaum difabel yang memiliki fisik kurang sempurna juga memiliki rasa ingin berwisata. Selama menjadi pemanduwisata di Puro Mangkunegaran Bapak Joko pernah mendapati tamu dengan keadaan fisik yang kurang sempurna atau bisa juga disebut wisatawan difabel, namun tamu difabel yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran biasanya anggota fisik yang kurang sempurna berada di kaki.

5 34 Cara menangani tamu dengan keadaan seperti itu adalah dengan melihat kondisi tamu tersebut ketika tamu tersebut sanggup berdiri sendiri biasanya selama berjalan tamu tersebut dipapah, namun ketika melihat kondisi wisatawan yang sudah tidak memungkinkan untuk berdiri sendiri biasanya tetap menggunakan kursi roda yang diangkat menuju tempat- tempat yang jumlah anak tangganya tidak terlalu banyak, karena di Puro Mangkunegaran terdapat banyak anak tangga yang menghubungkan dari area satu dengan yang lain dan belum di desain untuk wisatawan difabel (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016). e. Karakterisik wisatawan domestik yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran: Wisatawan domestik yang berkunjung ke Mangkunegaran biasanya menyukai cerita mitos Lebih suka untuk berfoto atau mengambil gambar Puro Mangkunegaran Lebih banyak bertanya tentang hal- hal yang berkaitan dengan silsilah keluarga Mangkunegara dan sering menanyakan hubungan antara Mangkunegaran dengan Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta Sering bertanya tentang benda- benda koleksi Kurang fleksibel karena terkadang ketika wisatawan remaja terlalu banyak membawa benda yang berkaitan untuk dokumentasi seperti tongkat narsis (tongsis) (Wawancara dengan Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016).

6 35 2. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro Mangkunegaran menurut M. Ng. Purwanto, SH, S.ST. Par. Gambar 18: Pemanduan Oleh Purwanto Sumber: Dokumentasi Purwanto Menurut M. Ng. Purwanto, SH, S.ST. Par. Pemanduan wisata yang baik di Puro Mangkunegaran adalah mampu menempatkan diri bahwa beliau selain menjadi pemanduwisata beliau juga menjadi abdi dalem di Mangkunegaran sehingga harus mampu menjunjung tinggi etika atau tata krama budaya Jawa, dengan beretika seperti itu wisatawan juga akan mengenal bagaimana budaya Jawa ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ). a. Tips pemanduan wisatawan menurut Bapak Purwanto Dalam memandu wisatawan Belanda sebelumnya harus memperhatikan jenis kelamin wisatawan, usia wisatawan kira- kira tergolong dewasa, remaja, atau lansia, serta mendeteksi asal wisatawan tersebut dari Belanda bagian selatan atau utara melalui aksen bahasanya yang berbeda. Dengan mengetahui asal wisatawan

7 36 tersebut biasanya Pak Purwanto bertanya misal apakah anda berasal dari Belanda Utara? biasanya wisatawan tersebut akan merasa surprised dan bertanya darimana Pak Pur mengetahui hal tersebut, dengan begitu wisatawan akan merasa nyaman karena mereka merasa akan dilayani oleh orang yang tepat. Disela- sela pemanduan tak jarang Pak Purwanto menyisipkan leluconlelucon yang dapat membuat wisatawan merasa lebih santai dan tidak tegang salah satu diantara beberapa lelucon yaitu yang berkaitan dengan benda koleksi seperti Badong untuk Ratu, dalam pemanduan dijelaskan bahwa Badong adalah alat protect Ratu supaya tidak berbuat serong ketika sedang ditinggal oleh Raja, Badong tersebut akan dikunci dan kuncinya akan dibawa oleh sang Raja. Biasanya Pak Pur memberi pertanyaan lelucon kepada tamunya seperti, Kalau Badong sang Ratu di kunci dan ternyata kuncinya hilang maka siapa yang akan mendapatkan keuntungan? kalau seperti itu biasanya wisatawan akan menerkanerka kalau semua akan mendapat masalah dan tidak ada yang untung, namun Pak Pur menjawab kalau yang akan mendapat keuntungan adalah tukang kunci, dengan begitu biasanya wisatawan akan tertawa dan merasa lebih ingin menyimak informasi-informasi yang disampaikan oleh Pak Pur ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ). b. Tips melayani tamu grup menurut Bapak Purwanto Untuk menangani tamu grup khususnya Belanda biasanya dilihat terlebih dahulu jumlah pax yang dibawa karena jumlah pax menunjukan jumlah tas plastik yang harus dibawa, pemanduwisata juga harus menyesuaikan posisi dimana beliau berbicara apakah harus ditengah, disamping kanan, kiri yang suaranya dapat didengar oleh wisatawan. Pak Pur biasanya tidak menggunakan pengeras suara

8 37 ketika sedang membawa tamu grup dari Belanda namun volume suara akan lebih dinaikkan supaya dapat didengar oleh banyak wisatawan karena di Dalem Ageng suasananya juga harus terjaga tidak boleh berisik ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ). c. Tips melayani tamu lansia menurut Bapak Purwanto Dalam melayani tamu lansia harus memiliki penanganan khusus namun juga harus menyesuaikan apakah tamu tersebut masih kuat dan berenergi atau sudah lemah. Berkaitan dengan penanganan wisatawan lansia yang sudah lemah dan membutuhkan bantuan maka sebagai pemandu wisata harus lebih helpful, cara berbicara harus lebih pelan supaya para lansia dapat menyimak perlahan, dan cara berjalan yang lebih pelan dari biasanya karena wisatawan yang sudah lansia biasanya akan berjalan lebih lambat serta membantu tamu ketika menaiki atau menuruni anak tangga yang ada supaya wisatawan tidak jatuh atau terpeleset ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ). d. Tips melayani tamu difabel menurut Bapak Purwanto Selain wisatawan lansia, wisatawan difabel juga harus dilayani secara khusus karena tamu difabel merupakan tamu yang spesial. Untuk menangani tamu difabel menurut Pak Purwanto adalah dengan cara melihat dahulu kekurangan tamu tersebut dibagian apa, misalkan tangannya kurang sempurna maka tidak akan menjadi masalah ketika melakukan pemanduan, tetapi jika kaki wisatawan yang kurang sempurna dan diharuskan memakai kursi roda maka biasanya Pak Pur akan membawa tamu tersebut lewat jalur belakang yaitu di Bale Warni ke museum baru menuju ke Pendopo. Untuk tamu yang keadaannya tuna netra biasanya Pak Pur membantu untuk memegang benda yang sedang dijelaskan dan

9 38 benda yang dapat dijangkau contohnya ketika sedang menyampaikan informasi tentang Gamelan maka Pak Pur akan membantu wisatawan tersebut untuk meraba Gamelan, namun untuk benda- benda yang berada di dalam museum yang dilindungi oleh kaca maka Pak Pur cukup menjelaskan saja tentang benda tersebut ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ). e. Karakteristik wisatawan Belanda yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran: Sangat menyukai bentuk bangunan Puro Mangkunegaran Sangat tertarik dengan kebudayaan yang ada di Mangkunegaran seperti tarian, gamelan Tertarik dengan cerita- cerita yang berhubungan dengan negaranya, seperti koleksi pemberian dari Raja Belanda kepada Mangkunegara Sangat menyukai cerita sejarah yang berkaitan dengan negara asalnya ( Wawancara dengan Purwanto tanggal 12 April 2016 ). 3. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro Mangkunegaran menurut Nyi Ng. Endang Widiastuti, A.Md. Menurut Nyi Ng. Endang Widiastuti, A.Md. pemanduan wisata yang baik di Puro Mangkunegaran adalah dengan tetap mematuhi norma yang ada di Mangkunegaran contohnya seperti cara berpakaian yang menunjukkan bahwa beliau seorang pemandu wisata di Mangkunegaran, tingkah laku yang mencerminkan seorang abdi dalem di istana yaitu lebih sopan. Ketika akan melakukan pemanduan beliau memberitahu kepada wisatawan aturan- aturan yang ada di Mangkunegaran mana yang diperbolehkan, dan mana yang dilarang (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

10 39 a. Tips pemanduan wisatawan menurut Ibu Endang Widiastuti Dalam memandu wisatawan khususnya dari Negara Jepang Ibu Endang biasanya memiliki cara sendiri untuk menarik wisatawan selama beliau melakukan pemanduan, seperti biasanya beliau memperagakan menari, mengajari wisatawan sedikit gerakan pada tarian, serta berpenampilan yang menarik dan selalu memakai batik karena orang Jepang sangat menyukai batik. Biasanya wisatawan Jepang yang berkunjung ke Mangkunegaran adalah berasal dari travel maka jumlah waktu untuk berkunjung ke Mangkunegaran sangat terbatas sehingga untuk menyampaikan informasi yang lebih mendetail lumayan sulit Gambar 19: Pemanduan Oleh Endang Widiastuti Sumber: Dokumentasi Pribadi karena waktu yang terbatas berhubungan dengan hal tersebut karakter wisatawan Jepang memang sangat disiplin terutama untuk masalah waktu (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016).

11 40 b. Tips melayani tamu grup menurut Ibu Endang Widiyastuti Untuk menangani wisatawan dari Jepang menurut Ibu Endang tidak terlalu rumit karena pada dasarnya tamu dari Jepang yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran kurang tertarik dengan cerita tentang sejarah Mangkunegaran karena mereka cenderung lebih suka untuk mendokumentasikan apa yang dilihat. Biasanya wisatawan Jepang akan lebih tertarik jika guide menceritakan tentang koleksi yang berhubungan dengan negara asal wisatawan seperti Samurai. Kembali lagi kepada jumlah waktu yang digunakan untuk berkunjung di Mangkunegaran sangat terbatas maka Ibu Endang tidak memberikan informasi secara maksimal kepada wisatawan dan lebih memberi kesempatan kepada wisatawan untuk mendokumentasikan (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016). c. Tips melayani tamu lansia dan difabel menurut Ibu Endang Widiastuti Selama menjadi pemanduwisata di Puro Mangkunegaran Ibu Endang belum pernah menjumpai wisatawan Jepang yang sudah lansia dan difabel karena ratarata pengunjung dari Jepang adalah dewasa dan masih sehat (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016). d. Karakteristik wisatawan Jepang yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran: Sebagian besar tamu Jepang yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran adalah grup, dan sangat takut terpisah dengan rombongan grupnya Sangat disiplin waktu, sehingga ketika pihak travel mengatakan berkunjung di Mangkunegaran hanya satu jam maka pemanduwisata Puro mangkunegaran juga harus menyesuaikan dan tidak boleh molor Sangat menyukai hal yang unik dan bisa difoto

12 41 Menyukai batik (Wawancara dengan Endang Widiastuti tanggal 12 April 2016). 4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemanduan Wisata Di Puro Mangkunegaran Surakarta: Di Puro Mangkunegaran terdapat langkah- langkah yang biasa dilakukan oleh pramuwisata ketika akan, sedang, dan setelah melakukan pemanduan. Setelah wisatawan melakukan pendaftaran dan pembayaran di front office pemandu wisata yang bertugas membawa wisatawan tersebut menyiapkan tas plastik dengan jumlah yang sesuai dengan wisatawan yang dibawa guna meletakkan alas kaki karena ketika mulai memasuki Pendopo Agung alas kaki harus dilepas dan diperbolehkan dipakai lagi ketika keluar dari Balewarni menuju ke Pracimoyoso. Langkah berikutnya yaitu pramuwisata melakukan greeting, introduction dan menjelaskan bahwa beliau adalah guide yang akan memandu wisatawan selama berada di Puro Mangkunegaran. Kemudian pramuwisata melakukan pemanduan dengan cara memberi penjelasan informasi yang wisatawan butuhkan, memberi jawaban yang mudah dipahami atas pertanyaan yang wisatawan berikan. Setelah melakukan pemanduan pramuwisata melakukan penutupan tak lupa untuk mengucapkan terima kasih atas kunjungan wisatawan, dan apabila wisatawan memberikan tip maka seorang pemanduwisata harus menerima berapapun nominal yang diberikan karena dengan menerima pemberian tersebut wisatawan akan merasa senang dan dihargai, tak lupa untuk tetap mengucapkan terimakasih (Sumber: Wawancara tanggal 12 April 2016).

13 42 B. Upaya Yang Dilakukan Pramuwisata Puro Mangkunegaran Surakarta Untuk Meningkatkan Pelayanan Adapun upaya yang dilakukan pramuwisata Puro Mangkunegaran Surakarta untuk meningkatkan pelayanan yaitu dengan cara mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata, Kementrian Pendidikan dan Budaya, Museum Ronggowarsito, Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, dan Badan Pemeliharaan Cagar Budaya. 1. Pelatihan yang Diikuti Pramuwisata Puro Mangkunegaran Surakarta a. Pelatihan etos kerja, pelatihan ini diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, profesionalisme serta memperhatikan kode etik profesi pramuwisata. b. Pelatihan pengelolaan museum, pelatihan ini diselenggaran untuk memberi wawasan tentang bagaimana cara memanajemen dan menata museum. Pramuwisata Puro Mangkunegaran mengikuti pelatihan tersebut karena pramuwisata di Puro Mangkunegaran juga berperan dalam pemeliharaan museum yang ada di Puro Mangkunegaran Surakarta. c. Pelatihan Sarana Prasarana, pelatihan ini diselenggarakan bertujuan untuk memberi wawasan tentang sarana dan prasarana yang ada disebuah obyek wisata. d. Pelatihan Tosan Aji, pelatihan ini adalah pelatihan yang berhubungan dengan konservasi. Tujuan diselenggarakan pelatihan ini untuk memberi pengarahan kepada pramuwisata agar melestarikan senjata peninggalan jaman kuno,

14 43 karena benda peninggalan adalah hal yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. e. Pelatihan pemasaran, pelatihan ini bertujuan memberi wawasan tentang pemasaran obyek wisata, seperti; strategi pemasaran, promosi obyek wisata, promosi produk wisata, dan lain- lain (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 22 Juli 2016). C. Kendala Yang Dihadapi Pramuwisata Di Puro Mangkunegaran Surakarta Setiap pekerjaan pasti mempunyai kendala, baik sebelum maupun ketika sedang dalam melakukan pekerjaan. Ketika menjadi pemanduwisata kendala adalah suatu hal yang sudah biasa dihadapi ketika sedang melakuan pemanduan. Berikut kendala yang dihadapi pramuwisata di Puro Mangkunegaran Surakarta: 1. Complaint Wisatawan Berdasarkan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Puro Mangkunegaran Surakarta belum memenuhi standar Internasional sehingga banyak wisatawan yang mengeluh. Contoh fasilitas yang belum memenuhi standar Internasional yaitu toilet, serta kebersihan lantai yang kurang terjaga karena terbatasnya cleaning service untuk membersihkan lingkungan Mangkunegaran secara keseluruhan, selain berkaitan dengan kebersihan ada pula kelemahan dari Puro Mangkunegaran yaitu tidak ada akses jalan untuk wisatawan difabel, jadi hampir setiap area itu dihubungkan dengan beberapa anak tangga. Solusi untuk meminimalisir complaint dari wisatawan yaitu dengan cara meningkatkan fasilitas yang sesuai dengan standar Internasional, menjaga

15 44 Gambar 20: Toilet Pengunjung Puro Mangkunegaran Surakarta Sumber: Dokumentasi Pribadi kebersihan lingkungan Mangkunegaran dengan cara menambah cleaning service, dan menambahkan akses jalan untuk wisatawan difabel (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016) 2. Etika Wisatawan yang Sulit Dikendalikan Wisatawan yang merasa sudah membayar sehingga menyamakan situasi dan kondisi Puro Mangkunegaran sama dengan tempat wisata yang lain, padahal siapapun yang berkunjung di Puro Mangkunegaran harus menjaga etika dan sopan santun, karena Puro Mangkunegaran masih digunakan untuk tinggal Sri Paduka Mangkunegara, selain etika wisatawan yang kurang dijaga ketika berkunjung adapula wisatawan yang tidak mau menggunakan jasa pemandu padahal aturan bagi wisatawan yang berkunjung diwajibkan menggunakan jasa pemanduan. Solusi untuk kendala tersebut yaitu memberitahu terlebih dahulu saat memulai pemanduan untuk menjaga etika dan mengingatkan kembali ketika wisatawan mulai tidak kondusif lagi. Solusi untuk wisatawan yang tidak mau

16 45 menggunakan jasa pemanduan yaitu dengan cara memberitahu wisatawan bahwa untuk bisa masuk kedalam museum maka wisatawan harus ditemani oleh pemanduwisata Puro Mangkunegaran (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016). 3. Guide Bahasa Asing yang Terbatas Puro Mangkunegaran adalah salah satu wisata budaya dan sejarah yang menjadi daya tarik wisatawan baik domestik maupun asing, maka dari itu peran pramuwisata sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai Puro Mangkunegaran. Mayoritas wisatawan asing yang berkunjung ke Puro Mangkunegaran berasal dari Negara Belanda, Perancis, Inggris, Jerman, Cina, dan Malaysia. Tantangan yang harus dihadapi oleh pramuwisata di Puro Mangkunegaran ketika melayani wisatawan dari Negara Perancis, Cina, atau Jerman yang tidak bisa berbahasa Inggris, karena Pramuwisata di Puro Mangkunegaran yang menguasai bahasa asing selain Bahasa Inggris hanya dua orang, yaitu Purwanto sebagai guide berbahasa Belanda dan Endang Widiastuti sebagai guide berbahasa Jepang. Solusi untuk menangani kendala terbatasnya guide berbahasa asing dengan cara perekrutan pramuwisata Puro Mangkunegaran khusus bahasa asing selain Bahasa Inggris, atau dengan cara mengkursuskan bahasa asing pramuwisata Puro Mangkunegaran yang semula hanya mampu berbahasa Inggris (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016). 4. Kurangnya Kesejahteraan Pramuwisata Puro Mangkunegaran Pramuwisata di Puro Mangkunegaran adalah abdi dalem pariwisata yang bekerja memandu wisatawan sekaligus menjaga benda koleksi museum

17 46 Mangkunegaran. Status abdi dalem di sebuah Kerajaan adalah orang yang mengabdi kepada Raja tanpa mengharapkan gaji melainkan akan merasa puas jika bisa mengabdi dan hanya berkah yang diharapkan. Mengingat status abdi dalem adalah suatu pekerjaan yang gajinya tidak cukup untuk menutup kebutuhan hidup, maka pramuwisata di Puro Mangkunegaran kurang sejahtera. Solusi dari kendala tersebut yaitu dengan cara memberikan tarif pemanduan kepada wisatawan sesuai dengan kemampuan bahasa asing yang dimiliki, dengan begitu pramuwisata Puro Mangkunegaran akan lebih sejahtera (Sumber: Wawancara kepada Joko Pramodyo tanggal 12 April 2016)

UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dapat mengakses informasi tentang destinasi wisata yang ingin dikunjungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dapat mengakses informasi tentang destinasi wisata yang ingin dikunjungi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini industri pariwisata di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Banyak tempat wisata yang baru disertai dengan tumbuhnya fasilitas penunjang seperti;

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PURO MANGKUNEGARAN DAN PROFIL PRAMUWISATA PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PURO MANGKUNEGARAN DAN PROFIL PRAMUWISATA PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA 12 BAB II GAMBARAN UMUM PURO MANGKUNEGARAN DAN PROFIL PRAMUWISATA PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA A. Gambaran Umum Puro Mangkunegaran Surakarta Gambar 2: Puro Mangkunegaran Surakarta Puro Mangkunegaran Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Potret Pengelolaan Pariwisata di Obyek Wisata Jembatan Akar, Studi Terhadap Pelaku Obyek Wisata Jembatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makam Kotagede atau sering disebut juga dengan Sargede adalah sebuah makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisis hasil penelitian dan pengolahan data, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu : Sebagai suatu bentuk struktur dari kegiatan pariwisata, desa

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BUDAYA DI PURO MANGKUNEGARAN

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BUDAYA DI PURO MANGKUNEGARAN STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BUDAYA DI PURO MANGKUNEGARAN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Progam Studi DIII Usaha Perjalanan Wisata DHIYAND

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya para orang tua siswa sangat setuju dengan peran guru dalam menyisipkan pendidikan nilai, etika, moral dan sopan santun, tentunya orang tua siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari. Shopping Center di jalan Panembahan Senopati Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari. Shopping Center di jalan Panembahan Senopati Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman Pintar adalah tempat wisata berbasis pengetahuan dan sains yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional dengan bangunan

Lebih terperinci

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan alam dan budaya Indonesia memberikan sumbangan yang sangat besar khususnya pendapatan dari bidang kepariwisataan. Kepariwisataan di Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Oleh: Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum Dra. Emy Wuryani, M.Hum Disampaikan dalam Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat (IbM) Bekerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB PADA ABDI DALEM. (Studi Kasus di Astana Mangadeg Matesih Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB PADA ABDI DALEM. (Studi Kasus di Astana Mangadeg Matesih Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB PADA ABDI DALEM (Studi Kasus di Astana Mangadeg Matesih Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-I Progam Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kode 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN.

BAB V PEMBAHASAN. BAB V PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kesenjangan (gap) kualitas pelayanan Keraton Kasepuhan serta mengetahui cara perbaikan kualitas pelayanan yang sesuai dengan keinginan

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal

Kecakapan Antar Personal Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan

Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan Foto di samping menjelaskan aktifitas si peneliti melakukan wawancara langsung dengan Salah satu informan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN. membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rekreasi berasal dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. data tentang penerapan human relations dalam meningkatkan kepuasan kerja

BAB III PENYAJIAN DATA. data tentang penerapan human relations dalam meningkatkan kepuasan kerja BAB III PENYAJIAN DATA Penyajian data berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis di Museum Sang Nila Utama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang penerapan human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG BAB IV PELAKSANAAN MAGANG A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan Dinas pariwisata dan kebudayaan Yogyakarta beralamatkan di Jalan Suroto kota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan tempat pelaksanaan

Lebih terperinci

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG A. Rinto DWi Atmojo (Staf Pengajar Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak A. RINTO DWI ATMOJO: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu industri yang berkembang sangat pesat dan mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo adalah kota yang memiliki dua kerajaan, yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keraton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 06-0 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Uraian Indikator Sasaran 06 07 08 09 00 0 Kebijakan Program ) Meningkatkan Meningkatnya kunjungan Jumlah kunjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata

BAB I PENDAHULUAN. Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor penentu suksesnya sebuah perjalanan wisata adalah Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata tidak akan lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari Kabupaten Cilacap. Kota Cilacap memiliki morfologi berupa dataran rendah. Secara administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional)

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) L 1 LAMPIRAN Transkrip Wawancara A. Pertanyaan Dan Jawaban Dua Direktur Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) Pertanyaan untuk dua direktur : 1. Bagaimana gaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Surakarta dan lebih tepatnya di lingkup Keraton Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi alam, seni dan budaya. Potensi-potensi itu tentu harus dikembangkan agar dapat membawa dampak positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibu Kota Jawa Tengah memiliki daya tarik wisata yang sekarang ini meluncurkan slogan Ayo Wisata ke Semarang yang mulai berani mempromosikan diri

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA SOLO VILLAGE BIKE DI PT. MANDIRA TOUR AND TRAVEL SURAKARTA

BAB III STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA SOLO VILLAGE BIKE DI PT. MANDIRA TOUR AND TRAVEL SURAKARTA BAB III STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA SOLO VILLAGE BIKE DI PT. MANDIRA TOUR AND TRAVEL SURAKARTA A. Paket Wisata yang dimiliki PT. Mandira Tour and Travel Biro Perjalanan Wisata Mandira Tour and Travelmemiliki

Lebih terperinci

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS A. Potensi Sumber Daya Pengembangan Wisata di Desa Kampung Baru Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa pramuwisata merupakan salah satu komponen penting sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan termasuk kebutuhan utama. Tapi sekarang wisata menjadi suatu kebutuhan, setiap orang perlu berwisata

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER Senin, 5 September 2016

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER Senin, 5 September 2016 BUPATI KEBUMEN SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum wr. wb. Senin, 5 September 2016 Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yth. Wakil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa pramuwisata merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi, Peranan, dan Fungsi Customer Service Bank. ditawarkan. Yang lebih penting adalah pelayanan dari tiap-tiap bagian.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi, Peranan, dan Fungsi Customer Service Bank. ditawarkan. Yang lebih penting adalah pelayanan dari tiap-tiap bagian. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi, Peranan, dan Fungsi Customer Service Bank 2.1.1 Pengertian Customer Service Bank selalu memberikan produk-produk yang menarik bagi nasabahnya. Dan juga sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi pengembangan ekonomi dan sosial budaya karena kepariwisataan mendorong terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Restoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. wilayah Kabupaten Malang. Kota Malang memiliki luas Km². Penduduk

BAB 1. Pendahuluan. wilayah Kabupaten Malang. Kota Malang memiliki luas Km². Penduduk BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Malang merupakan wilayah terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Malang sendiri terbagi menjadi dua wilayah yaitu Kota Malang dan Kabupaten Seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU 1. Latar Belakang Sebagai modal dasar untuk mengembangkan kepariwisataannya yaitu alam dan budaya tersebut meliputi alam dengan segala isi dan bentuknya baik berupa

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur menyimpan beragam potensi wisata. Potensi itu bukan hanya wisata air terjun, kuliner maupun wisata pantai. Salah satu kabupaten yang memiliki kekayaan alam,

Lebih terperinci

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi proyek Indonesia termasuk negara yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah. Sementara di sisi lain sering terdengar prestasi siswa-siswi indonesia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain menjadi kota pelajar dan kota gudeg Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak daya tarik wisata

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto

JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL Oleh Toni Herwanto PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA BAB I Pasal 1 Ketentuan Umum (1) Tata tertib kehidupan kampus bagi dosen adalah ketentuan yang mengatur hak dan

Lebih terperinci