Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN, PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), INFLASI DAN PENGANGGURAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA PADANG TAHUN Resti Herdyaningsih 1, Ansofino 2, Yosi Eka Putri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat restyherdyan18@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine 1) the effect of the government expenditure in the education sector on the welfare people. 2) the effect of the government expenditure in the health sector on the welfare people. 3) the effect of the local own revenue on the walfare people. 4) the effect of the inflation on the welfare people. 5) the effect of the unemployment on the welfare people. The type of research used in this study is associative research with the amount of secondary data 24 quarters for obtained from the Central Bureau of Statistic (BPS) Padang city. The analytical method used in Autoregression-Moving Average (ARMA). Research results show that : 1) government expenditure in the education sector effect 8 period before and 2 next period to welfare people and sector itself. 2) government expenditure in the health sector effect 4 period before and 4 next period to welfare people and sector itself. 3) local own revenue effect 1 period before and 8 next period to welfare people and sector itself. 4) inflation effect 8 period before and 11 next period to welfare people and sector itself. 5) unemployment effect 1 period before and 7 next period to welfare people and sector itself. Keywords : Government Expenditure In The Education Sector, Government Expenditure In The Health Sector, Local Own Revenue, Inflation, Unemployment PENDAHULUAN Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahan kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik. Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan, menanggulangi ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja. Salah satu indikator terpenting yang menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut pandangan The United Nations Development Programme (UNDP) merumuskan pembangunan manusia sebagai suatu proses perluasan pilihan manusia 1

2 dalam meningkatkan kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, penghasilan dan pekerjaan. Salah satu alat ukur atau indikator yang dapat dipakai untuk melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia yang mampu membawa pada kondisi keberhasilan pembangunan yaitu Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Baeti, 2013:87). Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Barat Tahun No. Tahun IPM , , , , , ,36 Sumber : Badan Pusat Statistik, Meningkatnya IPM di Kota Padang menandakan bahwa kesejahteraan masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini merupakan hal positif bagi Kota Padang dalam membentuk sumber daya yang unggul. Peningkatan IPM dikarenakan Kota Padang merupakan pusat ekonomi dan pendidikan serta akses layanan kesehatan yang terjangkau. Meningkatnya IPM di Kota Padang menandakan bahwa kesejahteraan masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini merupakan hal positif bagi Kota Padang dalam membentuk sumber daya yang unggul. Peningkatan IPM dikarenakan Kota Padang merupakan pusat ekonomi dan pendidikan serta akses layanan kesehatan yang terjangkau. Dengan demikian sekurangnya ada dua sektor yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehubungan dengan upaya memperluas kesempatan penduduknya untuk mencapai hidup layak yaitu pendidikan dan kesehatan. Dalam hal ini bisa terwujud melalui alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, dengan meningkatnya alokasi pengeluaran pemerintah di sektor publik tersebut maka akan meningkat pula produktivitas penduduk (Widodo dkk, 2011:26). 2

3 Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Kota Padang Tahun No. Tahun IPM Sektor Sektor PAD APBD Pendidikan Kesehatan (Milyar (Milyar % (Milyar (Milyar Rp) Rp) Rp) Rp) % ,81 116, ,02 512,41 49,27 66,01 6, ,15 149, ,23 68,17 5,4 31,27 2, ,00 189, ,99 60,71 4,1 29,36 1, ,23 238, ,48 51,89 1,5 22,47 0, ,83 315, ,52 88,58 4,7 84,57 4, ,36 370, ,36 89,86 4,6 83,18 4,27 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Terlihat pada tabel 2 bahwa pada tahun 2010 persentase pengeluaran pemerintah sektor pendidikan sebanyak 49,27 persen dari total APBD sebesar 1.040,02 milyar rupiah lebih besar dari pada yang ditentukan oleh Undang-Undang. Namun tahun persentase pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berada di bawah 20 persen. Penelitian Astri dkk (2013:99) menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap IPM, dimana setiap terjadi perubahan pada pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan maka akan diikuti oleh perubahan IPM. Dalam enam tahun terakhir persentase pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan berada di bawah 10 persen. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen dari APBD di luar gaji (Sanggelorang dkk, 2015:3). Pemerintah Kota Padang juga berusaha untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang diantaranya dengan 3

4 menjadikan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber keuangan daerah yang dapat diandalkan. Karena Kota Padang merupakan ibukota Provinsi tentunya fasilitas pelayanan umum, sarana, dan prasarana di Kota ini cukup lengkap dan juga banyak usaha perdagangan, jasa usaha dan industri, sehingga hal ini dapat menyebabkan penerimaan daerah. meningkatnya Menurut Setiawan dan Halim (2013:19) peningkatan pajak pemerintah akan mengurangi disposible income masyarakat sehingga akan menurunkan IPM yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya, masyarakat menginginkan biaya kebutuhan hidup yang stabil dari waktu ke waktu, serta menginginkan pendapatan yang meningkat dari waktu ke waktu atau secara makro terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi disertai stabilitas ekonomi yang mantap. Stabilitas ekonomi diperlukan agar dapat menjaga pendapatan masyarakat tersebut tidak tergerus oleh kenaikan harga (inflasi). Dengan begitu masyarakat akan menjadi lebih sejahtera (Boediono, 2010:16). Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia dan Inflasi Kota Padang Tahun No. Tahun IPM Inflasi (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) ,81 7,84 14, ,15 5,37 16, ,00 4,16 12, ,23 10,87 14, ,83 7,65 12, ,36 5,02 16,26 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang Tabel 3. menunjukkan perkembangan tingkat inflasi pada tahun di Kota Padang yang mengalami penurunan. Peningkatan yang tajam terlihat pada tahun 2013 sebesar 10,87. Inflasi di Kota Padang termasuk dalam kategori inflasi ringan, yaitu tingkat inflasi sampai dengan 10 persen atau 20 persen dalam satu tahun. Pada tahun 2015 inflasi Kota Padang turun menjadi 5,02 persen. Menurut BPS, Kota Padang menduduki posisi ke 18 di Sumatera dan ke 74 dari seluruh kota yang mengalami inflasi secara nasional. 4

5 Keterkaitan inflasi dengan tingkat kesejahteraan terjadi karena akan mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan transaksi pembelian barang-barang dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Ada dua sisi efek dari inflasi, dimana ada sebagian masyarakat mendapatkan keuntungan dari terjadinya inflasi dan ada juga masyarakat yang menderita karena inflasi tersebut (Zainuddin, 2015:46) Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), indikator kesejahteraan yang juga menunjukkan tingginya kesejahteraan di suatu negara atau daerah adalah indikator ketenagakerjaan yang tercermin pada turunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran di Kota Padang berada pada peringkat pertama di Sumatera Barat pada Tahun Dalam kurun waktu tahun tingkat pengangguran tertinggi terdapat pada tahun 2011 dan 2015, yakni sebesar 16,90 persen dan 16,26 persen. Ada dua kemungkinan penyebab berfluktuasinya tingkat pengangguran di Kota Padang, pertama karena adanya kebiasaan merantau dan kedua karena pertumbuhan ekonomi Kota Padang itu sendiri. Pengangguran yang semakin besar akan menjadi beban perekonomian daerah dan mengurangi kesejahteraan masyarakat (Sasana, 2009:51). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang Padang dengan jumlah data sebanyak 24 triwulan selama 6 tahun dari Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel kesejahteraan masyarakat sebagai variabel terikat (Y), pengeluaran pemerintah sektor pendidikan (X1), pengeluaran pemerintah sektor kesehatan (X2), pendapatan asli daerah (X3), inflasi (X4), dan pengangguran (X5). Teknik analisis data yang digunakan adalah Autoregression- Moving Average (ARMA). HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Uji Stationer untuk uji stationer diperoleh bahwa nilai probability untuk semua variabel nilainya lebih kecil dari tingkat 5

6 signifikan yang digunakan (α = 0,05) dan nilai DF > test critical values 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa data hasil penelitian ini sudah stationer, sehingga data hasil penelitian dapat dilanjutkan dengan menggunakan analisis Autoregression-Moving (ARMA). Average Uji Autoregression (AR) dan Moving Average (MA) 1. Hasil Uji pada Variabel Y (Kesejahteraan Masyarakat) untuk uji AR dan MA pada variabel Y diperoleh nilai koefisien AR(4) sebesar 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa variabel Kesejahteraan Masyarakat (Y) dipengaruhi oleh 4 periode sebelumnya terhadap kesejahteraan masyarakat itu sendiri, dan nilai koefisien MA(4) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan IPM berpengaruh pada 4 periode selanjutnya 2. Hasil Uji pada Variabel X1 (Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan) untuk uji AR dan MA pada variabel X1 diperoleh nilai koefisien AR(8) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan (X1) dipengaruhi oleh 8 periode sebelumnya terhadap sektor itu sendiri, dan nilai koefisien MA(2) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh 2 periode selanjutnya. 3. Hasil Uji pada Variabel X2 (Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan) untuk uji AR dan MA pada variabel X2 diperoleh nilai koefisien AR(4) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan (X1) dipengaruhi oleh 4 periode sebelumnya terhadap sektor itu sendiri, dan nilai koefisien MA(4) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh 4 periode selanjutnya. 4. Hasil Uji pada Variabel X3 (Pendapatan Asli Daerah) untuk uji AR dan MA pada variabel X3 diperoleh nilai koefisien AR(1) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa 6

7 Pendapatan Asli Daerah (X3) dipengaruhi oleh 1 periode sebelumnya terhadap PAD itu sendiri, dan nilai koefisien MA(8) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh pada 8 periode selanjutnya. 5. Hasil Uji pada Variabel X4 (Inflasi) untuk uji AR dan MA pada variabel X4 diperoleh nilai koefisien AR(8) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Inflasi (X4) dipengaruhi oleh 8 periode sebelumnya terhadap inflasi itu sendiri, dan nilai koefisien MA(11) 0,99983 dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh pada 11 periode selanjutnya. 6. Hasil Uji pada Variabel X5 (Pengangguran) untuk uji AR dan MA pada variabel X5 diperoleh nilai koefisien AR(1) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Pengangguran (X5) dipengaruhi oleh 1 periode sebelumnya terhadap pengangguran itu sendiri, dan nilai koefisien MA(7) 0, dengan nilai probability < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh pada 7 periode selanjutnya. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan (X1) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa nilai koefisien sebesar 0,831209, 1, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, dan nilai tstatistic sebesar 8,242912, 14,39186 dan 11,9747 > ttabel sebesar 1,73406, yang menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa 7

8 dirasakan setelah 2 periode atau 6 bulan selanjutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Brata (2002:121) menguji bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah daerah khususnya bidang pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan manusia dalam konteks regional (antar provinsi) di Indonesia. Variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan manusia. Semakin besar alokasi pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan semakin baik pula IPM dicapai. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan mencerminkan komitmen pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan. Semakin besar pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan maka semakin banyak masyarakat yang bisa bersekolah dan menikmati fasilitas yang layak. Dengan adanya pendidikan masyarakat bisa berfikir kreatif dan mampu mengikuti perubahan seperti penerapan teknologi dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan manusia. Pendidikan menjadi hal paling vital dan merupakan kunci bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan (X2) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa nilai koefisien sebesar 0, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan nilai t-statistic sebesar 19,82457 dan 23,62423 > ttabel sebesar 1,73406, yang menunjukkan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri berpengaruh 4 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 12 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 4 periode atau 12 bulan selanjutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suparno (2014:17) dengan judul pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, 8

9 kesehatan, dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pembanguna ekonomi di provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) akan tetapi hanya pengeluaran pemerintah sektor kesehatan yang memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Kalimantan Timur, sedangkan pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur. Besarnya pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan merupakan gambaran untuk melihat tingkat kesehatan mayarakat. Tingkat kesehatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik untuk mencapai kesejahteraan. 3. Pengaruh Pengeluaran Pendapatan Asli Daerah (X3) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa nilai koefisien sebesar 1, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pendapatan asli daerah, dan nilai t-statistic sebesar 54,27632 dan 23,30376 > ttabel sebesar 1,73406 yang menunjukkan pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dan PAD itu sendiri berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dan PAD itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 8 periode atau 24 bulan selanjutnya. Jadi model yang tepat dalam mencari pengaruh variabel pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan dan PAD itu sendiri adalah model Autoregressive-Moving (ARMA). Average 9

10 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putra dan Ulupui (2015:875) meneliti bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa PAD secara konsisten mampu meningkatkan IPM, sedangkan DAU dan DAK tidak mampu meningkatkan IPM. Dengan adanya peningkatan PAD suatu daerah, maka IPM akan meningkat. Pendapatan asli daerah yang selalu meningkat setiap tahunnya berguna untuk melaksanakan pembangunan. Pengelolaan pendapatan asli daerah yang efektif dan efisien perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi daerah. Kontribusi dari yang dicapai daeri pendapatan asli daerah dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan tersebut disalurkan untuk membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Pengaruh Pengeluaran Inflasi (X4) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa nilai koefisien 0, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel inflasi, dan nilai t-statistic sebesar 10,66085 dan 29,89883 > ttabel sebesar 1,73406 yang menunjukkan inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan inflasi itu sendiri berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan inflasi itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 11 periode atau 33 bulan selanjutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin (2015:46) menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. Tingkat inflasi yang terjadi merupakan suatu indikator untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu daerah, sehingga pemerintah harus menjalankan kebijakan yang tepat dan mengawasi laju inflasi. Terjadinya inflasi akan 10

11 memberikan efek dua arah, yaitu efek mempersulit keadaan ekonomi masyarakat, dan disisi yang lain akan memberikan efek memperbaikai keadaan ekonomi sebagian masyarakat. 5. Pengaruh Pengangguran (X5) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) Kota Padang Berdasarkan hasil pengujian analisis Autoregression-Moving Average (ARMA) diketahui bahwa nilai koefisien sebesar 1, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengangguran, dan nilai t-statistic sebesar 33,76959 dan 18,38176 > ttabel sebesar 1,73406 yang menunjukkan pengangguran terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengangguran itu sendiri berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pengangguran terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengangguran itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 7 periode atau 21 bulan selanjutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Baeti (2013:90). Kondisi sosial ekonomi masyarakat ekonomi masyarakat juga dapat mempengaruhi IPM adalah pengangguran. Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia. Pengangguran menyebabkan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal sedangkan tujuan akhir dari pembangunan yaitu untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Jika tingkat pengangguran di suatu daerah tinggi maka akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi. KESIMPULAN yang telah dilakukan, bahwa model yang tepat dalam penelitian ini adalah model Autoregression-Moving Average (ARMA) dengan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa 11

12 dirasakan setelah 2 periode atau 6 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien sebesar 1, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, dan nilai tstatistic sebesar 14,39186 dan 11,9747 > ttabel sebesar 1,73406 artinya H0 ditolak dan Ha diterima. 2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan berpengaruh 4 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 12 bulan sebelumnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat dan sektor itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 4 periode atau 12 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien sebesar 0, dan - 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan nilai t-statistic sebesar 19,82457 dan 23,62423 > ttabel sebesar 1,73406 artinya H0 ditolak dan Ha diterima. 3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dan PAD itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 8 periode atau 24 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai nilai koefisien sebesar 1, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pendapatan asli daerah, dan nilai t-statistic sebesar 54,27632 dan 23,30376 > ttabel sebesar 1,73406 artinya H0 ditolak dan Ha diterima. 4. Inflasi berpengaruh 8 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 24 bulan sebelumnya pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan inflasi itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 11 periode atau 12

13 33 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien 0, dan 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel inflasi, dan nilai t- statistic sebesar 10,66085 dan 29,89883 > ttabel sebesar 1,73406 artinya H0 ditolak dan Ha diterima. 5. Pengangguran berpengaruh 1 periode sebelumnya yang mana dalam satu periode terdiri dari 3 bulan/triwulan. Jadi dalam 3 bulan sebelumnya pengaruh pengangguran terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengangguran itu sendiri dapat dirasakan. Dampaknya bisa dirasakan setelah 7 periode atau 21 bulan selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien sebesar 1, dan - 0, dengan nilai probability < 0,05 pada variabel pengangguran, dan nilai t-statistic sebesar 33,76959 dan 18,38176 > ttabel sebesar 1,73406 artinya H0 ditolak dan Ha diterima. DAFTAR PUSTAKA Ansofino, Jolianis, Yolamalinda, & Arfilindo, H. (2016). Buku Ajar Ekonometrika. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Astri, M., Nikensari, S. I., & Kuncara, H. (2013). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis, 1(1), Baeti, N. (2013). Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun Economics Development Analysis Journal, 2(3), Boediono. (2010). Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 2 Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Brata, A. G. (2002). Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Regional di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 7(2), Hia, Y. D. (2013). Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Menanggulangi Pengangguran. JURNAL ECONOMICA, 1(2), Ndakularak, E., Setiawina, N. D., & Djayastra, I. K. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan 13

14 Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Putra, P. G. M., & Ulupui, I. G. K. A. (2015). Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, ntuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udaya, 3, Ramayani, C. (2013). Pengaruh Investasi Pemerintah, Investasi Swasta, Inflasi, Eksport, Tenaga Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. ECONOMICA, 1(2), Sanggelorang, S. M. M., Rumate, V. A., & Siwu, F. D. J. (2015). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(02), Sarkoro, H., & Zulfikar. (2016). Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 1(1), Sasana, H. (2009). Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dalam Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi (JBE), 16(1), Setiawan, M. B., & Halim, A. (2013). Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Jurnal Economia, 9(1), Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Widodo, A., Waridin, & K, J. M. (2011). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 1(1), Retrieved from merintah-daerah/provinsi-jawatengah/profil-daerah Woryandari, Wijayanti, A., & Chimsatu, Y. (2016). Analisis Efektifitas Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. JURNAL ECONOMICA, 4(1), Zainuddin. (2015). Analisis Dampak Inflasi, PDRB dan Perkembangan Upah Minimm Regional Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Masyarakat di Provinsi Aceh. Jurnal Manajemen Dan Akuntansi, 1(1),

PENGARUH KONSUMSI, INVESTASI, TABUNGAN, PENGELUARAN PEMERINTAH, TENAGA KERJA DAN PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG ABSTRACT

PENGARUH KONSUMSI, INVESTASI, TABUNGAN, PENGELUARAN PEMERINTAH, TENAGA KERJA DAN PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG ABSTRACT PENGARUH KONSUMSI, INVESTASI, TABUNGAN, PENGELUARAN PEMERINTAH, TENAGA KERJA DAN PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG Shinta Saputri, Ansofino, Citra Ramayani Program Studi Pendidikan EkonomiSTKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah objek utama dalam perabadan dunia. Dalam skala internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam pembangunan dan peradaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) dalam Sadono Sukirno (2000) bahwa peranan atau campur tangan pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) dalam Sadono Sukirno (2000) bahwa peranan atau campur tangan pemerintah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) Pemerintah berperan di dalam menyediakan kebutuhan akan barang dan jasa publik yang tak dapat disediakan sektor swasta. Menurut

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian 205 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis atas data yang telah ditabulasi berkaitan dengan dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU

ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU Oleh : Rahmita Handayani Pembimbing : Hainim Kadir dan Taryono Faculty of Economics

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PENDAPATAN, TINGKAT INFLSI, TINGKAT INVESTASI, KONSUMSI TERHADAP TABUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN PESISISR SELATAN TAHUN

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PENDAPATAN, TINGKAT INFLSI, TINGKAT INVESTASI, KONSUMSI TERHADAP TABUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN PESISISR SELATAN TAHUN PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PENDAPATAN, TINGKAT INFLSI, TINGKAT INVESTASI, KONSUMSI TERHADAP TABUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN PESISISR SELATAN TAHUN 2005-2015 Fitriana, Ansofino, Yolamalinda Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan mendasar paradigma pengelolaan keuangan daerah terjadi sejak diterapkan otonomi daerah pada tahun 2001. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human Development Report tahun 1996 tentang Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki kedudukan dan peranan yang sangat krusial. Berbagai macam teori maupun kebijakan ekonomi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional (daerah). Menurut Todaro (dalam Yunitasari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang telah merasakan dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah menyebabkan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA Pengalihan kewenangan pemerintah pusat ke daerah yang membawa konsekuensi derasnya alokasi anggaran transfer ke daerah kepada pemerintah daerah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara berkembang yang seperti tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat pengangguran yang tinggi,jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia dianggap sebagai titik sentral dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan dikendalikan oleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar dimasyarakat

Lebih terperinci

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal pada Indeks Pembangunan Manusia dengan Dana Alokasi Umum sebagai Variabel Pemoderasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Putu Milan Pradnyantari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (a process of enlarging the choice of people). Indeks Pembangunan Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. (a process of enlarging the choice of people). Indeks Pembangunan Manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UNDP (United Nations Development Programme) mendefinisikan Indeks Pembangunan manusia sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging the choice

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (Tannia Octasari) 495 PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2009-2013 THE EFFECT OF ECONOMIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Otonomi daerah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999 (direvisi Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas antara fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menghadapi berbagai fenomena pembangunan di tingkat daerah, nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan sejalan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan tantangan tersendiri bagi setiap daerah baik provinsi maupun kota dan kabupaten untuk menunjukkan kemandiriannya. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa sentralisasi pemerintahan telah berakhir diganti dengan otonomi daerah. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004, setiap daerah diberi kewenangan yang luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Baiq Kisnawati 1), Irianto 2) 1,2) Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi politik yang dilancarkan pada tahun 1988 telah berhasil menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan dengan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Keuangan Daerah dan APBD Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORITIS 2.1.1 Alokasi Anggaran Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaaat lebih dari satu tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penentu maju tidaknya suatu bangsa, bagaimana tingkat pendidikan suatu generasi akan sangat menentukan untuk kemajuan suatu bangsa kedepannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

3. KERANGKA PEMIKIRAN

3. KERANGKA PEMIKIRAN 3. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran Penelitian Pemerintah pusat memberikan wewenang yang besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola pemerintahannya sendiri dalam wadah negara kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat-Daerah, Dalam UU tersebut perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 5 (3) (2016) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj DETERMINAN KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH ERA OTONOMI DAERAH

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PASAMAN JURNAL OLEH : GUSPA YENI

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PASAMAN JURNAL OLEH : GUSPA YENI ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PASAMAN JURNAL OLEH : GUSPA YENI 10090147 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam setiap aktivitas pemerintahan daerah, bahkan rancangan pembangunan disetiap daerah

Lebih terperinci

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur (Influence Human Development Index (HDI) and Total Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen et al (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah dalam mengelola potensi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : ANISA NUR HAYATI B

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : ANISA NUR HAYATI B PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN BELANJA PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah sangat erat kaitannya dengan otonomi daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem pemerintahan di Indonesia bersifat

Lebih terperinci