Lampiran 2 Kerusakan kawasan TNBBS akibat aktivitas ilegal masyarakat
|
|
- Harjanti Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 117
2 118 Lampiran 2 Kerusakan kawasan TNBBS akibat aktivitas ilegal masyarakat Sumber: dokumen TNBBS
3 119 Lampiran 3 Peta lokasi penelitian Pekon Kubu Perahu Pekon Sukaraja Sumber : Master Plan Penanganan Perambahan, BTNBBS, 2010
4 120 Lampiran 4 Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel Sub variabel Indikator Jumlah Butir Instrumen Nomor Butir Instrumen Karakteristik 1. Umur 1. Karakteristik demografi 1 1 Sosio 2. Pendidikan formal 2. Karakteristik pendidikan formal 1 2 demografi 3. Pelatihan 3. karakteristik pendidikan non formal 1 3 (x1) 4. Mata pencaharian 4. Karakteristik sosial ekonomi Pendapatan 5. Karakteristik sosial ekonomi 1 5 Interaksi dan akses terhadap sumber daya (x2) ndekatan Pemberdayaan (x3) 6. Luas kepemilikan 6. Karakteristik sosial ekonomi 1 6 lahan 7. Jumlah tanggungan 7. Karakteristik demografi 1 7 keluarga 8. Asal etnis 8. Karakteristik sosial budaya Keikutsertaan dalam 9. Karakteristik sosial (kelembagaan) 1 9 kelompok 10. Keterdedahan terhadap informasi 10. Karakteristik sosial (hubungan dengan informasi dan saluran informasi) Ketergantungan 11. Adanya interaksi dengan kawasan 1 11 terhadap kawasan 2. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan/program 3. Manfaat keberadaan TN yang dirasakan 4. Akses dalam kegiatan TNBBS 12. Peran aktif dan akses dalam kegiatan/program pemberdayaan Respon masyarakat terhadap TN Masyarakat dilibatkan dalam semua tahap dalam kegiatan (perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, evaluasi) 15. Akses dalam menyusun perencanaan 16. Akses dalam pelaksanaan 17. Akses dalam dalam pemanfaatan 18. Akses dalam kegiatan TNBBS 1. Kesepahaman 19. Adanya kegiatan sosialisasi atau informasi yang jelas untuk mencapai kesepahaman antara pihak-pihak yang relevan 20. Masyarakat memahami kegiatan MDK 2. Kelembagaan 21. Keberadaan dan kejelasan aturan baik tertulis maupun tidak tertulis 22. Keberadaan dan aktifitas organisasi eksternal yang mendukung kegiatan pemberdayaan 3. Fasilitator 23. Kualitas hubungan pendamping / penyuluh dengan masyarakat 24. Kemampuan melakukan mediasi, negosiasi, membangun konsensus 25. Kemampuan memberikan masukan, informasi positif dan terarah berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. 26. Kemampuan dalam berinteraksi dengan lembaga lain (menggunakan media, meningkatkan hubungan dan membangun jejaring kerja) 27. Kemampuan dalam berinteraksi dengan lembaga eksternal (menggunakan media, meningkatkan hubungan, membangun jejaring kerja) 28. Keterampilan teknis dan aplikatif yang dimiliki pendaming/ penyuluh
5 Lampiran 4 Kisi-kisi instrumen penelitian (lanjutan) Variabel Sub variabel Indikator Partisipasi Masyarakat (y1) Kemandirian (y2) Jumlah Butir Instrumen 121 Nomor Butir Instrumen 4. Pendampingan 29. Intensitas pendampingan memadai Kesesuaian atas apa yang ingin dicapai oleh instansi pendamping dari kegiatan pendampingan dengan harapan 31. Komunikasi/penyampaian informasi yang mendukung program pemberdayaan 32. Manfaat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan menemukan berbagai alternatif dalam menghadapi dan memecahkan masalah 33. Keseluruhan proses pembelajaran berjalan baik untuk mendukung tercapainya tujuan 5. Bentuk pemberdayaan 6. Jejaring kerja dan kemitraan 7. Monitoring dan evaluasi 1. Partisipasi dalam perencanaan 2. Partisipasi dalam pelaksanaan 3. Partisipasi dalam pemanfaatan 4. Partisipasi dalam evaluasi 1. Bidang ekologi Aspek kognitif (pengetahuan) Aspek afektif (persepsi dan Sikap) 34. Peningkatan kapasitas masyarakat sesuai keterampilan yang dibutuhkan 35. Pengembangan usaha produktif sesuai dengan potensi 36. Pengembangan usaha produktif didukung teknologi tepat guna 37. Pengembangan jaringan yang mendukung usaha produktif 38. Upaya penguatan kelembagaan berupa fasilitasi pembentukan kelompok, pembagian tugas dan aturan-aturan 39. Perbandingan bantuan fisik/material dengan bantuan lainnya 40. Adanya mitra yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat 41. Terdapat monitoring dan evaluasi yang menjamin pelaksanaan semua kegiatan dalam MDK secara terarah 42. Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan pemberdayaan 43. Peran serta masyarakat dalam melaksanakan pemberdayaan 44. Peran serta masyarakat dalam memanfaatkan hasil pemberdayaan 45. Peran serta masyarakat dalam menilai hasil kegiatan pemberdayaan 46. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang taman nasional 47. Tingkat engetahuan masyarakat terhadap fungsi taman nasional 48. Pengetahuan masyarakat dalam mengidentifikasi manfaat-manfaat kawasan. 49. Pengetahuan masyarakat mengenai akibat yang disebabkan oleh rusaknya kawasan hutan 50. Pengetahuan tentang aturan tindakan merusak hutan/kawasan 51. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lahan yang memperhatikan kaidah konservasi 52. Kesadaran akan perlunya menjaga kelestarian TN 53. Kesadaran tentang manfaat penting TN dari baik segi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya
6 122 Lampiran 4 Kisi-kisi instrumen penelitian (lanjutan) Variabel Sub variabel Indikator Aspek psikomotorik (kemanpuan, tindakan) 2. Bidang ekonomi Aspek kognitif (pengetahuan) Aspek afektif (persepsi dan sikap) 54. Kesadaran terhadap dampak negatif akibat merusak hutan/kawasan baik perambahan dan tindak ilegal lain 55. Kesadaran mematuhi peraturan di bidang konservasi 56. Kesadaran masyarakat tentang perlunya pengelolaan lahan yang memperhatikan kaidah konservasi 57. Mampu melakukan kegiatan yang mendukung pelestarian kawasan TN 58. Mampu memanfaatkan potensi TN secara bijaksana 59. Mampu mengurangi atau tidak berinteraksi dengan kawasan secara eksploitatif 60. Mampu mematuhi aturan-aturan 61. Mampu menerapkan pengelolaan sesuai kaidah konservasi sehingga tidak merusak lingkungan 62. Mengetahui cara meningkatkan pendapatan tanpa merusak kawasan 63. Mengetahui potensi ekonomi yang dimiliki untuk dikembangkan 64. Mengetahui cara mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki 65. Mengetahui sarana prasarana yang diperlukan bagi pengembangan usaha produktif 66. Mengetahui cara mendapat modal 67. Mengetahui teknologi tepat guna untuk diterapkan dalam pengembangan usaha 68. Mengetahui cara mengembangkan jaringan kerja dan pemasaran 69. Mengetahui cara meningkatkan mutu/daya saing 70. Kesadaran akan pentingnya meningkatkan pendapatan tanpa merusak hutan 71. Kesadaran terhadap pentingnya mengenali potensi ekonomi 72. Kesadaran terhadap pentingnya mencari cara untuk mengembangkan potensi 73. Kesadaran terhadap pentingnya mengupayakan sarana dan prasarana dalam pengembangan usaha 74. Kesadaran terhadap pentingnya mengupayakan modal dalam pengembangan usaha 75. Kesadaran untuk menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktifitas 76. Kesadaran untuk mengembangkan jaringan kerja dan pemasaran untuk meningkatkan produktifitas 77. Kesadaran untuk meningkatkan mutu/daya saing Jumlah Butir Instrumen Nomor Butir Instrumen
7 123 Lampiran 4 Kisi-kisi instrumen penelitian (lanjutan) Variabel Sub variabel Indikator Aspek psikomotorik (tindakan/ keterampilan) 3.Bidang sosial budaya Aspek kognitif (pengetahuan) Aspek afektif (persepsi dan sikap) 78. Mampu meningkatkan pendapatan tanpa merusak kawasan 79. Mampu mengenali potensi ekonomi yang dimiliki untuk dikembangkan 80. Mampu mengembangkan potensi ekonomi menjadi usaha produktif 81. Mampu mengupayakan ketersediaan sarana prasarana pengembangan usaha produktif 82. Mampu mengupayakan ketersediaan modal untuk pengembangan usaha produktif 83. Mampu menerapkan teknologi tepat guna untuk pengembangan usaha 84. Mampu mengembangkan jaringan kerja untuk pengembangan usaha 85. Mampu meningkatkan mutu/daya saing 86. Mengetahui pentingnya pengembangan kapasitas/kemampuan diri 87. Mengetahui adanya aturan-aturan berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat MDK 88. Mengetahui cara mengembangkan kerjasama kelompok dan kelembagaan 89. Mengetahui tentang beradaptasi terhadap perubahan lingkungan 90. Kesadaran akan pentingnya upaya mengembangkan kapasitas dirinya 91. Kesadaran akan pentingnya mematuhi aturan-aturan 92. Kesadaran akan pentingnya kelompok Jumlah Butir Instrumen Nomor Butir Instrumen Aspek psikomotorik (tindakan/ keterampilan) 93. Kesadaran akan pentingnya beradaptasi terhadap perubaahn lingkungan 94. Mampu melakukan upaya untuk pengembangan kapasitas diri 95. Mampu mematuhi aturan-aturan 96. Mampu bekerja dalam kelompok 97. Mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
8
9 125 Lampiran 6 Penataan zonasi di lokasi pemberdayaan masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) Sukaraja dan Kubu Perahu Sumber : BTNBBS, 2010
10 126 Lampiran 7 Batas pekon/desa lokasi pemberdayaan Model Desa Konservasi (MDK) dengan TNBBS Sumber: dokumentasi lapangan Jalan dan pal batas yang merupakan batas langsung antara kawasan taman nasional dengan Sukaraja Sumber: dokumentasi lapangan Jalan dan pal batas yang merupakan batas antara kawasan taman nasional dengan Kubu Perahu
11 Lampiran 8 Kegiatan pemberdayaan masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) di Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu 127 Kegiatan pemberdayaan masyarakat MDK di Pekon Sukaraja Kegiatan pemberdayaan masyarakat MDK di Kubu Perahu
12 128 Lampiran 9 Uji beda Mann-Whitney karakteristik sosio-demografi kelompok responden Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu Nilai rata-rata (mean) karakteristik pada kelompok responden Karakteristik Sosio Demografi Kelompok responden N Mean Rank Umur 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Pendidikan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Pelatihan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Mata pencaharian 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Pendapatan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Luas lahan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Jumlah tanggungan keluarga 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Asal etnis 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Keikutsertaan dalam kelompok 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Keterdedahan informasi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Hipotesis dan keputusan uji beda Hypothesis Test Summary Null Hypothesis Test Sig. Decision 1 The distribution of Umur is the same across categories of Kelompok 2 The distribution of Pendidikan is the same across categories of Kelompok 3 The distribution of Pelatihan is the same across categories of Kelompok 4 The distribution of Mata pencaharian is the same across categories of Kelompok 5 The distribution of pendapatan is the same across categories of Kelompok 6 The distribution of luas lahan is the same across categories of Kelompok 7 The distribution of jumlah tanggungan keluarga is the same across categories of Kelompok 8 The distribution of asal etnis is the same across categories of Kelompok 9 The distribution of Keikutsertaan dalam kelompok is the same across categories of Kelompok 10 The distribution of Keterdedahan informasi is the same across categories of Kelompok Asymptotic significances are displayed. The significance level is Retain the.110 Retain the.596 Retain the.069 Retain the.204 Retain the.000 Reject the.566 Retain the.000 Reject the.001 Reject the.168 Retain the
13 Lampiran 10 Uji beda Mann-Whitney interaksi dan akses terhadap taman nasional kelompok responden pekon Sukaraja dan Kubu Perahu 129 Nilai rata-rata (mean) interaksi dan akses terhadap TNBBS pada kelompok responden No Interaksi dan akses terhadap TNBBS Kelompok responden N Mean Rank 1 Ketergantungan terhadap TNBBS 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Manfaat langsung TNBBS yang 1 Pekon Sukaraja dirasakan 2 Pekon Kubu Perahu Keterlibatan dalam kegiatan TNBBS 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Interaksi dan akses terhadap sumber 1 Pekon Sukaraja daya TNBBS 2 Pekon Kubu Perahu Hipotesis dan keputusan uji beda Hypothesis Test Summary Null Hypothesis Test Sig. Decision 1 The distribution of Tingkat Ketergantungan terhadap TNBBS is the same across categories of Kelompok Responden. 2 The distribution of keterlibatan dalam kegiatan TNBBS is the same across categories of Kelompok Responden. 3 The distribution of manfaat langsung TNBBS yang dirasakan is the same across categories of Kelompok Responden. 5 The distribution of Pemberian akses is the same across categories of Kelompok Responden. 5 The distribution of Interaksi dan akses is the same across categories of Kelompok_Responden. Asymptotic significances are displayed. The significance level is Reject the.036 Reject the.899 Retain the.062 Retain the.775 Retain the
14 130 Lampiran 11 Uji beda Mann-Whitney pendekatan pemberdayaan pada kelompok responden Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu Nilai rata-rata (mean) pendekatan pemberdayaan pada kelompok responden Pendekatan pemberdayaan Kelompok responden N Mean Rank Kesepahaman 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kelembagaan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Fasilitator 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Pendampingan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Bentuk kegiatan pemberdayaan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Jejaring kerja dan kemitraan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Pemberian akses 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Monitoring dan evaluasi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Pendekatan pemberdayaan 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Hipotesis dan keputusan uji beda Hypothesis Test Summary Null Hypothesis Test Sig. Decision 1 The distribution of Kesepahaman is the same across categories of Kelompok Responden. 2 The distribution of Kelembagaan is the same across categories of Kelompok Responden. 3 The distribution of Fasilitator is the same across categories of Kelompok Responden. 4 The distribution of Pendampingan is the same across categories of Kelompok Responden. 5 The distribution of Bentuk Pemberdayaan is the same across categories of Kelompok Responden. 6 The distribution of Kemitraan is the same across categories of Kelompok Responden. 7 The distribution of Monitoring Evaluasi is the same across categories of Kelompok Responden. 8 The distribution of pendekatan pemberdayaan is the same across categories of Kelompok Responden. Asymptotic significances are displayed. The significance level is Retain the.209 Retain the.002 Reject the.049 Reject the.948 Retain the.616 Retain the.053 Retain the.044 Reject the
15 131 Lampiran 12 Uji beda Mann-Whitney efektifitas pemberdayaan (partisipasi dan kemandirian) kelompok responden Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu Nilai rata-rata (mean) pendekatan pemberdayaan pada kelompok responden Efektifitas pemberdayaan Kelompok responden N Mean Rank Partisipasi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kognitif ekologi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Afektif Ekologi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Psikomotorik ekologi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kemandirian ekologi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kognitif ekonomi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Afektif ekonomi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Psikomotorik ekonomi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kemandirian ekonomi 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kognitif sosial-budaya 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Afektif sosial-budaya 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Psikomotorik sosial-budaya 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kemandirian sosial-budaya 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu Kemandirian 1 Pekon Sukaraja Pekon Kubu Perahu
16 132 Hipotesis dan keputusan uji beda Hypothesis Test Summary Null Hypothesis Test Sig. Decision 1 The distribution of partisipasi is the same across categories of kelompok 2 The distribution of kognitif ekologi is the same across categories of kelompok 3 The distribution of afektif ekologi is the same across categories of kelompok 4 The distribution of psikomotorik ekologi is the same across categories of kelompok 5 The distribution of kemandirian ekologi is the same across categories of kelompok 6 The distribution of kognitif ekonomi is the same across categories of kelompok 7 The distribution of afektif ekonomi is the same across categories of kelompok 8 The distribution of psikomotorik ekonomi is the same across categories of kelompok 9 The distribution of kemandirian ekonomi is the same across categories of kelompok 10 The distribution of kognitif sosbud is the same across categories of kelompok 11 The distribution of afektif sosbud is the same across categories of kelompok 12 The distribution of psikomotorik sosbud is the same across categories of kelompok_ 13 The distribution of kemandirian sosbud is the same across categories of kelompok 14 The distribution of total kemandirian is the same across categories of kelompok Asymptotic significances are displayed. The significance level is Reject the.421 Retain the.002 Reject the.018 Reject the.020 Reject the.297 Retain the.000 Reject the.858 Retain the.100 Retain the.520 Retain the.019 Reject the.511 Retain the.390 Retain the.423 Retain the
METODE PENELITIAN. Desain Penelitian
38 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan metode survai dengan tujuan mencari data dan fakta mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir
33 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Adanya fakta bahwa fungsi dan pengelolaan kawasan taman nasional sering dihadapkan pada dilema antara kepentingan konservasi dengan kepentingan masyarakat
Lebih terperinciRistianasari, Pudji Muljono, & Darwis S. Gani Pusat Penyuluhan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan
DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA KONSERVASI TERHADAP KEMANDIRIAN MASYARAKAT: KASUS DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN LAMPUNG ( Impact of Empowerment Program on Conservation Village Model toward
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
221 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat partisipasi petani sekitar hutan dalam mengelola hutan kemiri rakyat tergolong rendah dan bersifat parsial atau tidak ideal, di mana hanya dua tahapan partisipasi
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di sekitar hutan memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan keberadaan hutan disekitarnya, pemanfaatan hutan dan hasil hutan oleh masyarakat dilakukan
Lebih terperinciUPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN Oleh : Pudji Muljono Adanya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan disambut gembira oleh
Lebih terperinciLampiran 1 Peta lokasi penelitian. Lokasi Penelitian
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Lokasi Penelitian 69 Lampiran 11 Daftar variabel, indikator, parameter pengukuran dan kategori No. Variabel Sub variabel Indikator Parameter pengukuran Kategori 1. Partisipasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAH DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Tahun Anggaran 2015
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAH DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Tahun Anggaran 205 URUSAN PEMERINTAH : (202) Kehutanan ORGANISASI : (000) Dinas
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN, PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN, PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : ( 202 ) Kehutanan : ( 0100 ) Dinas Kehutanan Prov. Jatim Kode
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii. I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 5 Tujuan... 6 Manfaat...
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 5 Tujuan... 6 Manfaat... 6 II. III. IV. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis... 8 2.1.1. Pertanian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi hutan yang semakin kritis mendorong pemerintah membuat sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan pengelolaan hutan. Komitmen tersebut
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS):
EFEKTIFITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS): Kasus Model Desa Konservasi (MDK) di Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu, Lampung RISTIANASARI SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciVII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA
VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pentingnya kawasan hutan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tidak pernah dapat terelakkan. Hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam pola interaksi
Lebih terperinciG. Tindak Lanjut. Pendahuluan
G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat
Lebih terperinciBAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD Misi, Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun 2016 2021
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang disisihkan untuk masa depan
Lebih terperinciPARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI
PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN
Lebih terperinciPEDOMAN KRITERIA DAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN MAYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI
DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DIREKTORAT PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN DAN WISATA ALAM Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 7 Jalan.
Lebih terperinciKeputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PETA TRANSEK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KELOMPOK MODEL DESA KONSERVASI HUTAN CAGAR ALAM GUNUNG TANGKUBAN PERAHU
PENERAPAN METODE PETA TRANSEK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KELOMPOK MODEL DESA KONSERVASI HUTAN CAGAR ALAM GUNUNG TANGKUBAN PERAHU Djodi Djuniar 1, Achmad Hufad 1, dan Asep Saepudin 2
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera
No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian
83 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Partisipasi Masyarakat Kabupaten Simeulue Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove Pasca Tsunami. Oleh : Rasyid Assaf Dongoran /057004018 Mahasiswa Pasca Sarjana Pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciMEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT
MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT The conservation village is a conservation initiative that
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT
PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH
Lebih terperinciWALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS
22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk
Lebih terperinciBAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dirumuskan dalam dokumen RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dilaksanakan/diterapkan dalam rangka peningkatan produksi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sesuatu yang belum diketahui dengan jelas untuk dilaksanakan/diterapkan
Lebih terperinciBAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2014 1. Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi, Dinas Kean mempunyai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kesimpulan dari hasil penelitian berikut dengan beberapa rekomendasi yang
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian ini mengenai Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Kawasan Hutan Lindung Desa Manadalamekar, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang
Lebih terperinci3. Pembinaan, pengawasan dan supervisi penyelenggaraan pembentukan, pemekaran, penggabungan, dan penghapusan desa skala daerah.
U. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan 1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan 2. Penyelenggaraan pemerintahan desa 2. Administrasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan lindung register 39 Kota Agung Utara,
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan lindung register 39 Kota Agung Utara, Resort Datar Setuju, Gapoktan Bina Wana Jaya II, KPHL Batutegi, Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciRevitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari
Revitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah yang memiliki keanegaraman hayati yang tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan,
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN
RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN 2011-2015 No. Tujuan Sasaran Target Indikator Rp. (dlm jutaan) Target Indikator Rp. (dlm jutaan) Target Indikator Rp. (dlm jutaan) Target Indikator Rp. (dlm jutaan) Target
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinci1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan daerah. 2. Penyelenggaraan pemerintahan desa.
U. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan 2. Penyelenggaraan pemerintahan desa. 2. Administrasi Pemerintahan Desa 1. Koordinasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan
33 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan metode dengan informan, dan observasi. Data tentang karakteristik masyarakat lokal, tingkat,
Lebih terperinciPENGALAMAN MENDORONG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA OLEH BURUNG INDONESIA
PENGALAMAN MENDORONG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA OLEH BURUNG INDONESIA Inisiatif oleh Burung Indonesia 1. Fasilitasi Penataan Batas Partisipatif di TN Manupeu Tanadaru (Sumba,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir. kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam
28 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah adanya peningkatan kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam pembangunan,
Lebih terperinciLAMPIRAN I KUESIONER. Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian : Parthogi S S
LAMPIRAN 60 61 LAMPIRAN I KUESIONER Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian : KUESIONER Assalamualaikum wr.wb Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia,
Lebih terperinciPenetapan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan skala nasional.
- 579 - U. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan 1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan 2. Penetapan
Lebih terperinciPenetapan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan skala nasional.
- 437 - U. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan 1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan 2. Penetapan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciU. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
U. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan 1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan daerah skala 2. Penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,
Lebih terperinciPENGUMPULAN DATA KUALITATIF CRITC - LIPI
PENGUMPULAN DATA KUALITATIF CRITC - LIPI DATA KUALITATIF Pelaksanaan COREMAP II 1. Tingkat lokal : Lokasi COREMAP (desa, kelurahan) Lokasi-lokasi yang ada studi based-line 2. Tingkat Kabupaten Wakatobi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI
Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 20 TAHUN
SALINAN BUPATI TOLITOLI Menimbang Mengingat PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2014 KEPENDUDUKAN. Transmigrasi. Wilayah. Kawasan. Lokasi. Pemukiman. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497) PERATURAN
Lebih terperinciPERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN
PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN Ir. H. WAHYU WIDHI HERANATA, MP. KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Pengertian Konflik Kawasan Hutan atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Hutan Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang memiliki karakter unik sebagai resultante aksi dan interaksi dari berbagai faktor, baik alami maupun pengaruh
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai
Lebih terperinciGambar 4.18 Bentuk partisipasi pemuda Dusun Baros tahap pemanfaatan mangrove. 56 Gambar 4.19 Bentuk partisipasi pemuda Dusun Tegalrejo tahap
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 39 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-1 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TATA RUANG KOTA KOTA SURAKARTA
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.394/menhut-II/2004 TANGGAL : 18 Oktober 2005
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.394/menhut-II/2004 TANGGAL : 18 Oktober 2005 No. I RENCANA KEHUTANAN 1 Rencana Kehutanan - Penyusunan - Koordinasi Data dan informasi Data dan informasi
Lebih terperinciRESPON PETANI TERHADAP KEGIATAN MODEL DESA KONSERVASI (MDK) DI KAWASAN TAMAN BURU MASIGIT KAREUMBI
RESPON PETANI TERHADAP KEGIATAN MODEL DESA KONSERVASI (MDK) DI KAWASAN TAMAN BURU MASIGIT KAREUMBI (Studi Kasus Pada Kelompok MDK di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang) Oleh: Mulpiadi1,
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. masuk dalam pengelolaan TNGGP. Klaim dilakukan dengan cara alih status Batu
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Studi ini menyoroti persoalan klaim PMP terhadap kawasan Batu Karut yang masuk dalam pengelolaan TNGGP. Klaim dilakukan dengan cara alih status Batu Karut dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MALANG
No. Tujuan Sasaran Sasaran Kode RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MALANG 2011-2015 (Outcome) Capaian kinerja program kerangka penaan 1 Menjamin kepastian usaha dalam Peningkatan pemanfaatan Peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam berupa hutan merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai sangat strategis. Meskipun sumberdaya alam ini termasuk kategori potensi alam
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 43 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... KATA PENGANTAR... 1 PROFIL KELURAHAN... 3 A. ADMINISTRATIF... 3 1. Visi, Misi dan Strategi... 3 a. Visi Kelurahan Rancanumpang... 3 b. Misi...
Lebih terperinciNAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM
Lampiran I Pengumuman Nomor : Tanggal : NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM Tugas dan Fungsi : Melakukan Penyiapan koordinasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional
8 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa Taman nasional (National Park) adalah kawasan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.
Lebih terperinci