DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DALAM...i. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM...ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...iii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DALAM...i. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM...ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...iii"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN SAMPUL DALAM...i HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM...ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...iii HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...viii HALAMAN DAFTAR ISI...ix ABSTRAK...xii ABSTRACT...xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis Landasan Teoritis...8 ix

2 1.8. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Pendekatan Bahan Hukum Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik Analisis...17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN PEGAWAI 19 NEGERI SIPIL WANITA BERDASARKAN PP NO. 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Tinjauan Umum Tentang Perkawinan Pengertian Perkawinan Syarat Sah Perkawinan Hak Dan Kedudukan Suami Istri Tinjauan Umum Tentang Perceraian Pengertian Perceraian Sumber Hukum Perceraian Akibat Hukum Perceraian Tinjauan Umum tentang Pegawai Negeri Sipil Pengertian Pegawai Negeri Sipil Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil...24 BAB III PENGATURAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI 36 SIPIL PASCA BERCERAI... x

3 3.1. Pengaturan Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Pria 36 Terhadap Istri Pasca Bercerai Perceraian Atas Kehendak Pegawai Negeri Sipil Pria Perceraian Atas Kehendak Istri Perceraian Atas Kehendak Bersama Suami-Istri Pembuktian Alasan Perceraian Pengaturan Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Pria Terhadap Istri Berstatus Pegawai Negeri Sipil Pasca Bercerai Pengaturan Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Wanita 43 Terhadap Suami Pasca Bercerai... BAB IV KEWAJIBAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL 46 TERHADAP ANAK PASCA TERJADI PERCERAIAN Kewajiban Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Hak-Hak Anak Pegawai Negeri Sipil Pengaturan Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Pria 51 Terhadap Anak Pasca Bercerai Kewajiban Pegawai Negeri Sipil Wanita Terhadap Anaknya...54 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran...57 DAFTAR PUSTAKA xi

4 ABSTRAK Skripsi ini akan membahas mengenai perceraian pegawai negari sipil wanita berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin perkawinan dan Perceraian Pegawai Negeri Sipil. Dalam peraturan pemerintah tersebut tidak mengatur tentang akibat hukum antara pegawai negeri sipil wanita dengan anak dan bekas suami pasca bercerai. Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan agar menjamin kepastian hukum terhadap permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, bahwa pegawai negeri sipil wanita tidak memiliki kewajiban pembagian gaji kepada bekas suami pasca bercerai dan mengenai perceraian atas kehendak bersama masih belum jelas rincian pengaturannya. Disisi lain, bagi pegawai negeri sipil pria wajib memberikan 1/3 bagian gaji untuk anak pasca bercerai, namun mengenai pembagian gaji pegawai negeri sipil wanita bagi anaknya pasca bercerai tidak diatur dengan tegas dalam PP No. 45 Tahun 1990, namun jika dilihat dari Undang-Undang Perkawinan seharusnya seorang PNS wanita bisa dibebankan kewajiban pembagian gaji terhadap anaknya pasca bercerai. Sehingga, perlu adanya pembaharuan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 guna menjamin kepastian hukum. Kata kunci : Pegawai Negeri Sipil Wanita, Perceraian, Kewajiban xii

5 ABSTRACT This thesis will describe the female civil servant divorce base on Goverment Regulation No. 45 of 1990 concerning marriage and divorce licenses of civil servant. This goverment regulation doesn t regulate the legal impact between female civil servant with her children and her ex husband after divorce. Thereby, this research did to guaranted rule of law to the problem. This research applies normative legal research method combined with statute approach and conseptual approach. The result from this reasearch is, that female civil servant don t have obligation of salary division to ex husband after divorce and the details regulate about divorce based on common will is not clear. On the other side, male civil servant have an obligation to give a third of the salary to his children after divorce, but salary division for female civil servant to her children after divorce is not be regulated in Goverment Regulation No. 45 of 1990, but based on marriage act, female civil servants sould be obliged to give salary division for her children after divorce. So that, need there must be update goverment regulation No. 45 of 1990 to ensure rule of law. Keyword : Female Civil Servants, Divorce, Obligation xiii

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa dan negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke-4 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan, sejahtera bisa dimulai dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan rumah tangga yang di awali dengan adanya suatu perkawinan. Hal tersebut bisa terjadi karena sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan, seorang perempuan dan seorang laki - laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup bersama. 1 Membentuk keluarga yang diawali dengan perkawinan merupakan kebutuhan setiap manusia yang memberikan banyak hasil penting. 2 Hasil penting tersebut salah satunya dapat berupa untuk meneruskan keturunannya, agar kehidupannya didunia dapat berkembang. Oleh sebab itu, perkawinan selalu terikat dengan perilaku umat manusia sepanjang zaman. Untuk menciptakan ketertiban dan keseimbangan dalam kehidupan umat manusia diperlukan aturan hukum yang 1 Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung, Bandung, h Ibrahim Amini, 1999, Principles of Marriage Family Ethics, terj. Alwiyah Abdurrahman, "Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami Istri", al-bayan, Bandung, h.17. 1

7 2 dapat menjadi sarana pengaturan penyelesaian kasus-kasus yang terikat dengan perkawinan. 3 Dalam suatu perkawinan tidak semua perkawinan berhasil mencapai tujuannya, hal ini disebabkan oleh banyaknya masalah yang muncul, seperti kondisi sosial, ekonomi, rendahnya kualitas pendidikan dll. Sehingga dalam kehidupan perkawinan terkadang terjadi ketidakharmonisan suami istri, sehingga keutuhan rumah tangga terancam runtuh dan sulit untuk dipertahankan. Keadaan demikian berakibat putusnya hubungan perkawinan yang biasa disebut perceraian. Apabila perkawinan putus atau terjadi perceraian, tidak begitu saja selesai urusannya, Akan tetapi ada akibat-akibat hukum yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai. Akibat hukum yang dapat timbul bisa berpengaruh terhadap suami, istri, dan anak. Dalam hal ini maka Secara umum mengenai perceraian diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, bagi orang yang beragama islam maka akan berlaku Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. 4 Khusus bagi Pegawai Negeri Sipil, disamping berlaku Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, maka juga berlaku Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 jo Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Sebagai contoh yang terjadi pada zaman sekarang ini yaitu seperti yang dilansir di tribunnews.com pada tanggal 22 Januari 2015, 5 bahwa di Kabupaten Klaten perceraian dikalangan Pegawai Negeri Sipil didominasi gugatan cerai oleh 3 Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Undang-Undang, Hukum Adat, Hukum Agama, Mandar Maju, Jakarta, h Ibid, h diakses pada 3 Maret 2016, pukul WITA.

8 3 perempuan. Dari catatan Badan Kepegawaian Daerah setempat, selama 2014 ada 18 pengajuan cerai, dimana 13 diantaranya diajukan oleh Pegawai Negeri Sipil wanita. Alasan yang sering diutarakan adalah perselisihan yang terus menerus, kesibukan kerja, kurang komunikasi, dugaan perselingkuhan, dan mungkin juga perbedaan gaji antara suami dan istri. Selain dari berita diatas, ada contoh lain mengenai akibat hukum perceraian yang dapat dilihat dari putusan Pengadilan Negeri Purwodadi Nomor 26/Pdt.G/2014/PN Pwd, Dalam putusan tersebut terdapat dua hal pokok yang perlu dicermati. pertama adalah masalah hak asuh anak agar jatuh kepada penggugat selaku suami, yang mana dalam putusan ini majelis hakim memenangkan pihak penggugat. Kedua adalah gugatan rekonvensi tentang pembagian gaji pegawai negeri sipil pria sebesar 1/3 bagian dari gajinya, yang mana disini majelis hakim yang seharusnya menurut Pasal 8 ayat (1) PP No. 45 Tahun 1990 tantang Izin Perkawinan dan Perceraian Pegawai Negeri Sipil mengabulkan permintaan tersebut, malah menolak gugatan tersebut. Melihat dari kasus ini maka ibu yang merupakan seorang pegawai negeri sipil tidak mempunyai atau dibebankan tanggung jawab untuk memelihara atau memberikan nafkah untuk anaknya. Padahal diketahui bahwa dalam perkara tersebut bapak sedang terlilit hutang pinjaman dibank dan sisa gajinya hanya cukup untuk makan dirinya dan anak yang hak asuhnya jatuh pada sang ayah. Hal tersebut bertentangan dengan politik hukum mengenai perkawinan yang telah dikonkritkan dalam Keputusan Badan Perencanaan Pembinaan Hukum Nasional tanggal 28 Mei 1962 yang menyebutkan bahwa diseluruh indonesia

9 4 berlaku satu sistem kekeluargaan, yaitu sistem hukum Parental, yang diatur dengan undang-undang, dengan menyesuaikan sistem hukum lain yang terdapat dalam hukum adat kepada sistem parental. Sistem parental tersebut bertujuan menghapus tingkat-tingkat kemasyarakatan, sehingga diantara suami istri tidak ada lagi perbedaan martabat. 6 Dengan kata lain antara suami istri terjadi keseimbangan terhadap kewajiban dalam berkeluarga. Meskipun dulu dalam sejarah pembentukan UU Perkawinan sebenarnya ingin melindungi hak-hak perempuan karena dalam praktek perkawinan yang buruk didalam masyarakat maka perempuanlah yang banyak menjadi korban. 7 Namun jika Melihat dari kasus-kasus tersebut dan sudah terlalu lama PP No. 45 Tahun 1990 belum diperbaharui, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan baru, terutama mengenai kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai negeri sipil pasca bercerai. Maka berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan judul : PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL WANITA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL 6 Taufiqurrohman Syahuri, 2015, Legislasi Hukum Perkawinan Indonesia: Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi, Kencana Prenada media Group, jakarta, h Ibid, h. 1-5.

10 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaturan pembagian gaji pegawai negeri sipil pasca bercerai? 2. Bagaiamana kewajiban pembagian gaji pegawai negeri sipil terhadap anak pasca terjadi perceraian? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Untuk membatasi agar permasalahan yang dibahas tidak mencakup bidang yang terlalu luas, maka dipandanag perlu untuk menentukan batas-batas pembahasannya. Oleh karena itu penulis hanya melakukan penelitian mencakup masalah pengaturan pembagian gaji pegawai negeri sipil pasca bercerai dan kewajiban pembagian gaji pegawai negeri sipil terhadap anak pasca terjadi perceraian 1.4. Orisinalitas Penelitian. Penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Perceraian Pegawai Negeri Sipil Wanita Berdasarkan PP No. 45 Tahun 1990, yang sejauh ini belum dilakukan oleh orang lain dalam penelitian hukum, sehingga orisinalitas penelitian ini dapat penulis pertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Pertama : Penulis menemukan penelitian untuk skripsi di Universitas Hasanuddin, Makasar, tahun 2012, atas nama Mariani dengan judul Pembagian Gaji Pada Perceraian Pegawai Negeri Sipil 8 8 Mariani, 2012, Pembagian Gaji Pada Perceraian Pegawai Negeri Sipil, diakses dari ce=1, pada tanggal 1 November 2015.

11 6 Perbandingan : Mariani : Dalam penulisan Mariani membahas mengenai istri yang menggugat cerai suami yang pegawai negeri sipil tapi tidak mendapatkan sebagian gaji dari suaminya, selain itu mariani juga membahas mengenai cara pemenuhan hak istri yang memnggugat cerai pada suami yang pegawai negeri sipil. Penulis : Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada kewajiban pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil terhadap anak pasca terjadi perceraian dan pengaturan pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil pasca terjadinya perceraian baik PNS pria ataupun PNS wanita. Kedua : Penulis menemukan penelitian untuk skripsi di Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta, Tahun 2009, atas nama Yuliani Khilyatus Shoimah, yang berjudul Pelaksanaan Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Sebagai Akibat Perceraian(Studi Terhadap Beberapa Putusan Pengadilan Agama Wates 9 Perbandingan : Yuliani : Dalam penulisan Yuliani membahas mengenai ketentuan pembagian gaji setelah perceraian menurut PP No.10 tahun 1983 jo PP No 45tahun 1990 dalam kaitannya dengan kewajiban biaya kehidupan anak dan bekas istri setelah perceraian diterapkan dalam putusan pengadilan. 9 Yulianti Khilyatus shoimah, 2009, Pelaksanaan Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Sebagai Akibat Perceraian(Studi Terhadap Beberapa Putusan Pengadilan Agama Wates), diakses dari GAJI-PEGAWAI-NEGERI-SIPIL.pdf, pada tanggal 1 November 2015.

12 7 Penulis : Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada kewajiban pembagian gaji pegawai negeri sipil terhadap anak pasca terjadi perceraian dan pengaturan pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil pasca perceraian baik PNS pria ataupun PNS wanita Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tujuan Umum a. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis. b. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang penelitian. c. Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan guna perkembangan ilmu hukum kedepannya Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaturan pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil pasca bercerai. 2. Untuk mengetahui kewajiban pembagian gaji pegawai negeri sipil terhadap anak pasca terjadi perceraian.

13 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai masukan bagi pengembangan Ilmu Hukum khususnya pada bidang Hukum Administrasi Negara dan Hukum Kepegawaian bagi pendidikan hukum sehingga nantinya dapat merumuskan pemikiran yang bersifat teoritis dalam hal pembuatan peraturan tentang kepegawaian Manfaat Praktis Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini yaitu diharapkan menjadi sumbangan hukum positif, terutama dibidang Hukum Pemerintahan dan dapat menjadi acuan bagi aparatur pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan untuk mewujudkan keadilan dibidang kepegawaian Landasan Teoritis Sebagai landasan dalam upaya pembahasan penelitian ini maka penulis menggunakan teori-teori, konsep-konsep, asas-asas dan pendapat sarjana sebagai dasar untuk menjawab permasalahan yang dipaparkan dalam penelitian ini. Adapun landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Konsep Negara Hukum Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat 3 disebutkan Negara Indonesia adalah Negara Hukum, ini artinya bahwa mekanisme kehidupan perorangan, masyarakat dan Negara

14 9 diatur oleh hukum (baik itu hukum tertulis maupun tidak tertulis) dan wajib mematuhi hukum tersebut. Konsep negara hukum dianggap sebagai konsep universal, pada implementasi memiliki karakter yang beragam hal ini disebabkan karena falsafah bangsa, ideoligi negara dan lain-lain. 10 Dalam sistem hukum eropa kontinental (civil law) negara hukum dikenal dengan istilah rechtsstaat, negara hukum menurut eropa kontinental ini harus memenuhi empat syarat seperti yang dikatakan Freidrich Julius Stahl dalam bukunya Ridwan HR adalah : a. Perlindungan Hak Asasi Manusia; b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; c. Pemerintahan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan; d. Peradilan administrasi negara. 11 Sedangkan dalam Negara yang menganut paham Rule of Law, terdapat tiga unsur fundamental sesuai pendapat A.V. Dicey, yakni: a. Supremasi aturan hukum; b. Kedudukan yang sama dalam hukum, ini berlaku bagi seluruh warga Negara tanpa terkecuali; c. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang maupun keputusan-keputusan pengadilan Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h Ibid, h Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, dari UUD1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002, Kencana, Jakarta, h.28.

15 10 Sedangkan menurut Jimly, terdapat 12 pilar utama yang menyangga Negara hukum, yaitu: a. Supremasi hukum; b. Persaman dalam hukum; c. Asas legalitas; d. Pembatasan kekuasaan; e. Organ-organ penunjang independen; f. Peradilan bebas dan tidak memihak; g. Peradilan Tata Usaha Negara; h. Mahkamah Konstitusi; i. Perlindungan hak asasi manusia; j. Bersifat demokratis; k. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bersama; l. Transparansi dan kontrol sosial. 13 Dari konsep negara hukum tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa setiap tindakan perorangan, masyarakat dan pemerintah diatur oleh hukum guna terjaminnya hak asasi manusia. Pemerintah dalam hal ini tidak terkecuali pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta organ-organ yang menjalankannya yang salah satunya adalah Pegawai Negeri Sipil. 13 Jimly Asshiddiqie, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Cetakan pertama, Mahkamah Konstitusi RI dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Univeritas Indonesia, Jakarta, h

16 11 Oleh karena itu, konsep negara hukum menjadi penting dalam penelitian ini karena diperlukan sebagai patokan dalam menentukan peraturan yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. b. Asas kepastian hukum. Asas kepastian merupakan asas yang menjamin adanya keteraturan. 14 Asas kepastian hukum merupakan asas yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan atau peraturan tertulis. 15 Berdasarkan penjelasan Pasal 2 Huruf A UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, bahwa Asas kepastian hukum adalah dalam setiap penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN, mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan.. Sehingga tidak diperlukan lagi penafsiran ataupun pengambilan kebijakan dalam memutuskan suatu permasalahan. Asas kepastian hukum diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai dasar berpikir bagi penulis bahwa setiap permasalahan seharusnya diatur oleh suatu aturan hukum. Sehingga tidak diperlukan lagi penafsiran maupun pengambilan kebijakan. c. Asas keadilan Menurut Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn keadilan tidak dipandang sama arti dengan persamarataan. Keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama Mochtar Khusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama Ruang LingkupBerlakunya Hukum,Buku I, Alumni, Bandung,h L.J. Van Apeldoorn, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h

17 12 Sedangkan menurut aristoteles, 17 keadilan dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya (pembagian menurut haknya masing-masing). Disini menganut kesebandingan bukan persamaan. 2. Keadilan komulatif, yaitu keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan. Keadilan komulatif lebih menguasai hubungan antara perseorangan khusus, sedangkan keadilan distributif lebih menguasi hubungan antara masyarakat khususnya negara dengan perseorangan khusus. 18 Penelitian ini menggunakan asas keadilan distributif sebagai tolak ukur kesebandingan kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil wanita maupun laki-laki dalam memenuhi tugasnya sebagai orang tua. d. Konsep Pegawai Negeri Sipil. Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan bahwa yang dimaksud sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Dalam hal pemerintahan berdasarkan Pasal 2 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU No.8 Tahuun 1974 tentang pokok-pokok 16 C.S.T. Kansil, 1986, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h Ibid. 18 Ibid. h. 43.

18 13 Kepegawaian maka Pegawai Negeri Sipil terdiri atas Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Selanjutnya, Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan ditempatkan pada instansi pemerintah yang terbagi atas instansi pusat dan instansi daerah. Bagi PNS Pusat tentunya akan ditempatkan pada Instansi Pusat dan PNS Daerah akan ditempatkan pada Instansi Daerah. Kemudian mengenai gaji dan tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan gaji PNS yang bekerja pada pemerintah daerah dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah. Konsep ini perlu dimasukkan karena nantinya akan digunakan untuk mengetahui dasar-dasar mengenai Pegawai negeri sipil dalam tinjauan umum. e. Asas Nondiskriminatif. Berdasarkan penjelasan Pasal 2 Huruf A UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Asas ini menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan Menajemen ASN, KASN tidak membedakan perlakuan berdasarkan jender, suku, agama, ras, dan golongan. Sehingga nanti dapat dipakai acuan dalam penulisan ini supaya terjadi kesebandingan dalam perlakuan dan penilaian bagi setiap golongan Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan penulis untuk memperoleh bahan hukum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

19 Jenis Penelitian Penelitian tentang Perceraian Pegawai Negeri Sipil Wanita Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990, merupakan jenis penelitian hukum normatif. Menurut Morris L Cohen dan Kent C Olson legal research is an essential component of legal practice. It is the process of finding the law governs an activity and materials that explain or analyze that law 19 (penelitian hukum merupakan bagian terpenting dari praktek hukum. Penelitian hukum digunakan dalam proses penemuan hukum dalam hal mengatur dan menerangkan isi hukum). Dalam penelitian ini mengkaji tentang kosongnya norma hukum yang ada, sehingga dapat dipakai acuan dalam penemuan hukum baru tentang tidak adanya aturan tentang pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil wanita pasca perceraian dan kewajibannya dalam penghidupan terhadap anaknya Jenis Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan, yaitu : a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), Penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dan menelaah sejauh mana peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai bidang itu mempunyai hubungan fungsional secara konsisten, serta bertujuan agar dapat mengetahui kelemahan pada bidang-bidang kepegawaian. 19 Morris L Cohen, Kent C Olson, 2000, Legal Research In a Nutshell, Seventh Edition, West Group,ST.Paul,Minnessota, h. 1.

20 15 b. Pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan ini dilakukan manakala belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi, yang ditemukan merupakan makna yang bersifat umum dan tentunya tidak tepat untuk membangun argumentasi hukum 20. Dengan demikian perlu mengkaji pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang dipakai sebagai landasan pengertian dan pelaksanaan yang berkaitan dengan kepegawaian Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat seperti norma dan kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi dan yurisprudensi. 21 penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak UU No. 43 tahun 1999 (yang selanjutnya disebut UU No. 43 tahun 1999) tentang Perubahan atas UU RI No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169). UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; 20 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h Amirudin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h

21 16 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; PP No. 10 Tahun 1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah oleh PP No. 45 Th 1990; Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil; Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam; yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung: tgl No. 906 K/Sip/1973 dalam Perkara: Ny. Gerdiana Adriana Latumahina Joostens lawan Dick Latuhamina. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang meliputi buku teks, risalah, komentar pernyataan, dan majalah yang menjelaskan dan memaparkan hukum kepada praktisi ilmuan dan mahasiswa. 22 Dalam penelitian ini penulis menggunakan buku, makalah, hasil penelitian bidang hukum, dan internet yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. 22 Morris L. Cohen, 1995, Sinopsis Penelitian Ilmu Hukum, terjemahan Ibrahim R., PT. Grafindo Persada, Jakarta, h. 3.

22 17 c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti : kamus hukum, ensiklopedia Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan sistem kartu (card system). Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji berpendapat bahwa kartu yang perlu dipersiapkan ada dua yaitu 24 : a. Kartu kutipan yang digunakan untuk mencatat atau mengutip sumber bahan bacaan tersebut diperoleh (nama pengarang/penulis, judul buku atau artikel, impesum, halaman dan sebagainya) b. Kartu bibliografi dipergunakan untuk mencatat sumber bahan bacaan yang dipergunakan. Kartu ini sangat penting dan berguna pada waktu peneliti menyusun daftar kepustakaan sebagai bagian penutup dari laporan penelitian. Dalam penelitian ini bahan hukum primer dicatat dalam kartu kutipan mengenai substansi yang terkait dengan masalah yang dibahas. Selanjutnya dalam kartu kutipan atas bahan hukum sekunder dicatat mengenai pendapat para ahli yang dibahas beserta komentar atas pendapatnya. Selanjutnya bahan hukum sekunder yang diperoleh melalui study kepustakaan digunakan sebagai pendukung hasil penelitian. 23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h ibid, h. 53.

23 Teknik Analisis Bahan hukum yang diperoleh terkait dengan permasalahan yang dibahas selanjutnya dianalisis melalui langkah-langkah deskripsi, sistematisasi, evaluasi dan argumentasi. Pendeskripsian atau penggambaran yang dilakukan untuk menentukan isu dan makna dari suatu bahan hukum yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Pada tahap ini dilakukan pemaparan serta penentuan terhadap makna dari hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah kepegawaian. Setelah bahan hukum dapat diidentifikasi dengan jelas maka kemudian dilakukan sistematisasi, pada tahap sistematisasi ini akan dilakukan pemaparan berbagai pendapat hukum dan hubungan hierarki antara aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan koherensi antara berbagai aturan hukum dengan pendapat hukum dari para sarjana yang berhubungan agat dapat dipahami dengan baik. Bahan hukum yang sudah tersistematisasi, baik yang berasal dari pendapat sarjana maupun peraturan perundang-undangan, selanjutnya dilakukan evaluasi dan diberikan pendapat atau argumentasi yang disesuaikan terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

KEWAJIBAN PNS PRIA TERHADAP ANAK TIRI PASCA BERCERAI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990

KEWAJIBAN PNS PRIA TERHADAP ANAK TIRI PASCA BERCERAI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 KEWAJIBAN PNS PRIA TERHADAP ANAK TIRI PASCA BERCERAI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 Oleh: Dien Zaelani Ni Luh Putu Astariyani Bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh : Komang Agus Giri Amerta Cokorde Dalem Dahana Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan

Lebih terperinci

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM Oleh Candraditya Indrabajra Aziiz A.A Gede Ngurah Dirksen Ida Bagus Putra Atmadja

Lebih terperinci

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan berpasang-pasangan. Maka dengan berpasangan itulah manusia mengembangbiakan banyak laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum dan untuk mewujudkan kehidupan tata negara yang adil bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini dijelaskan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada pasal 1 ayat (3) (amandemen ke-3) yang berbunyi Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Sifat, Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Hal yang cukup penting dalam penelitian hukum sebagai suatu kegiatan ilmiah adalah proses analisa yang meliputi

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar No. 50/ Pdt./ 2011/ PT.Dps) Oleh : Ni Nyoman Trisna Febri Jayanti I Nyoman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 64 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Peter Mahmud, Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah Negara hukum, dimana setiap orang dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa penerapan peraturan dalam

Lebih terperinci

Dwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK

Dwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK KAJIAN YURIDIS PASAL 43 AYAT 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN SETELAH ADANYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP KEDUDUKAN ANAK DI LUAR NIKAH Dwi Astuti S Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 Oleh Akbar Bram Mahaputra I Gusti Ngurah Wairocana Ni Gusti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil I. PEMOHON Ricky Elviandi Afrizal RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan tanggung jawab. Sesuai

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974 KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas

Lebih terperinci

1 Pasal 105 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 2 Salinan Putusan nomor 0791/ Pdt.G/2014/PA.Kab.Mlg, h. 4.

1 Pasal 105 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 2 Salinan Putusan nomor 0791/ Pdt.G/2014/PA.Kab.Mlg, h. 4. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya apabila hubungan perkawinan antara suami dan istri telah terputus karena perceraian, maka akan ada beberapa hukum yang berlaku sesudahnya. Salah satu di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH Oleh : Made Aprina Wulantika Dewi Nyoman A. Martana Program Kekhususan : Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract : The problem raised is about

Lebih terperinci

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 Oleh: Putu Santhi Kartikasari Ibrahim R. Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan hukum menjadi pedoman/landasan oleh pemerintah dalam menjalankan pemerintahan negara. Makna

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu penelitian hukum dengan mengkaji bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Hukum pidana tidak hanya bertujuan untuk memberikan pidana atau nestapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945). Terdapat tiga prinsip dasar negara hukum yaitu: supremasi hukum, persamaan dihadapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadilan dan kepastian hukum tentulah menjadi dua harapan dari diberlakukannya hukum. Masyarakat yang kepentingannya tercemar akan merasa keadilannya terusik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus I. PEMOHON Dahlan Pido II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak dan kepemilikan atas tanah yang pelaksanaannya memiliki aturan dan persyaratan serta prosedur tersendiri.

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017 PROSES PERIZINAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 1 Oleh : Branley Carlos 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja

Lebih terperinci

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Menurut Mac Iver, negara

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Menurut Mac Iver, negara BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Menurut Mac Iver, negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban masyarakat dalam suatu wilayah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUUXIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya UndangUndang Aparatur Sipil Negara I. PEMOHON Rochmadi Sularsono II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil UndangUndang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan masalah atau jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani kehidupan sebagai suami-isteri hanya dapat dilakukan dalam sebuah ikatan perkawinan. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, arah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Setiap manusia dalam hidup bermasyarakat tidak pernah terlepas dari hubungan satu sama lain dalam berbagai hal maupun aspek. Manusia senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan empat badan Peradilan yang ada di Indonesia. Masing-masing badan

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Fakultas Hukum Oleh: MONA

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap I. PEMOHON Rochmadi Sularsono, Psi., adalah Pegawai Negeri Sipil yang juga merupakan anggota Forum Perjuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis BAB III METODE PENELITIAN berikut: Metode penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau memiliki persamaan dengan penelitian doktrinal (doctrinal research).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C amandemen ketiga Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C amandemen ketiga Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah panjang mengenai pengujian produk legislasi oleh sebuah lembaga peradilan (judicial review) akan terus berkembang. Bermula dari Amerika (1803) dalam perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang melangsungkan perkawinan pasti berharap bahwa perkawinan yang mereka lakukan hanyalah satu kali untuk selamanya dengan ridho Tuhan, langgeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan haruslah hidup bersama dengan manusia lainnya. Proses tersebut dikenal dengan istilah bermasyarakat, dalam

Lebih terperinci

BAB SATU PENDAHULUAN

BAB SATU PENDAHULUAN 1 BAB SATU PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam negara hukum, pembentukan undang-undang merupakan suatu bagian penting yang mendapat perhatian serius. Undang-undang dalam negara hukum berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, dari sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu kenyataan atas keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan betina begitu pula tumbuhtumbuhan dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang dialami dua insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari karunia Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai suatu kumpulan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang termaktub dalam UUD NRI 1945, yang bertujuan menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Gagasan

Lebih terperinci

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 Oleh : Indah Permatasari 1 ABSTRACT The local government is given authority by the constitution to establish local regulations.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian adalah putusnya suatu perkawinan yang sah didepan pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam Pasal 38 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus I. PEMOHON Dahlan Pido II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Adjeng Sugiharti

ABSTRAK. Adjeng Sugiharti ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN STATUS ANAK DILUAR KAWIN DALAM SISTEM HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA DAN KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MEMBERIKAN STATUS KEPADA ANAK LUAR KAWIN (KASUS MACHICA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum. 1 Maka dari itu semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum. 1 Maka dari itu semua aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, yang bukan negara

Lebih terperinci

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN oleh Bellana Saraswati I Dewa Nyoman Sekar Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat di suatu negara. Keluarga yang baik, harmonis, penuh cinta kasih, akan dapat memberi pengaruh yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang ditetapkan oleh Presiden dalam keadaan genting dan memaksa. Dalam hal kegentingan tersebut, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan itu sendiri merupakan hak setiap warga Negara yang wajib dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) hasil amandemen ketiga menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Jimly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016 KEDUDUKAN ANAK AKIBAT BATALNYA PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN DARAH MENURUT HUKUM POSITIF 1 Oleh: Afrince A. Fure 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum

Lebih terperinci

BAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN

BAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN 52 BAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN Perkawinan dibawah tangan banyak sekali mendatangkan kerugian daripada kebaikan terutama terhadap

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK Muhammad Heriawan heriyawan67@gmail.com Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako Abstract Penelitian

Lebih terperinci

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK Oleh : I G N Agung Widhya Sastra Ida Bagus Putra Atmadja A. A. Sagung Wiratni Darmadi Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu keluarga terbentuk karena adanya perkawinan para pihak yaitu suami-istri dan menginginkan agar perkawinan tersebut membawa suatu kebahagiaan dan dapat

Lebih terperinci

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan terhadap pegawai negeri sipil yang diduga terlibat tindak pidana korupsi berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 (studi kasus dugaan tindak

Lebih terperinci

PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA

PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA Sanny Budi Kusuma I Gusti Ngurah Wairocana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdata maupun putusan yang bersifat erga omnes seperti putusan Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. perdata maupun putusan yang bersifat erga omnes seperti putusan Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim memiliki posisi sentral dalam pengadilan. Jabatan hakim adalah jabatan berkaitan dengan hukum dan keadilan yang harus ditegakkan. 1 Putusan hakim dalam suatu perkara

Lebih terperinci

(Law in Books) atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau. terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan

(Law in Books) atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau. terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Hukum Normatif.Penelitian hukum normatif bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian ini sering kali hukum dikonsepsikan

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA Angga Setiawan P.U Ari Widido Bayu Gilang Purnomo Arsyadani Hasan Binabar Sungging L Dini Putri P K2510009 K2510011 K2510019 K2111007 K2511011 K2511017 N E G A R

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di Pengadilan Agama Palangka Raya dimulai sejak penerimaan judul

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR)

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR) HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR) Oleh : I Made Wiyasa I Ketut Artadi I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun 1945. Hal ini berarti bahwa dalam penyelenggaraan Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di

BAB I PENDAHULUAN. Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di pengadilan yang mempunyai peran lebih apabila dibandingkan dengan jaksa, pengacara, dan panitera. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan, manusia pun tak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Aristoteles, seorang filsuf

Lebih terperinci

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI Oleh : Putu Mas Ayu Cendana Wangi Sagung Putri M.E. Purwani Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah norma atau peraturan mengikat bagi sebagian atau seluruh masyarakat yang harus dipatuhi untuk mewujudkan suatu tatanan kemasyarakatan. Indonesia

Lebih terperinci