BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2009:1). Bahasa lisan atau ujaran yang dikirimkan secara lisan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2009:1). Bahasa lisan atau ujaran yang dikirimkan secara lisan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran tersebut (Wijana, 2009:1). Bahasa lisan atau ujaran yang dikirimkan secara lisan digunakan jika pembicara berhadapan langsung dengan lawan bicara dan relatif tidak ada rentang waktu yang panjang. Sementara itu, bahasa tulis atau ujaran yang dikirimkan secara tulisan digunakan jika penutur tidak berhadapan langsung dengan lawan bicara, dan lazimnya ada rentang waktu yang relatif lama dalam menyampaikan pesan. Namun, berkembangnya teknologi perekaman dan komunikasi menyebabkan waktu penyampaian pesan secara lisan menjadi lebih lama, sedangkan waktu penyampaian secara tertulis menjadi lebih cepat (Wijana, 2009:1-2). Saat berkomunikasi, manusia memproses satuan-satuan bahasa berupa bunyi, kata, frase dan klausa yang diperoleh dari lawan bicara ke dalam otak. Kemudian satuan-satuan tersebut disusun ke dalam struktur kalimat yang dapat dimengerti oleh lawan bicara. Proses pengolahan bahasa manusia merupakan salah satu aspek studi bahasa yang tidak hanya dilihat dari segi ilmu linguistik, tetapi juga dari segi ilmu psikologi. Bahasa dipengaruhi oleh pikiran, dan pikiran dipengaruhi oleh bahasa. 1

2 2 Gabungan dari psikologi dan linguistik disebut psikolinguistik. Harley (via Dardjowidjojo, 2003:7) berpendapat, bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa harus terlebih dahulu belajar memperoleh bahasa, baik bahasa pertama atau bahasa ibu, maupun bahasa kedua. Psikolinguistik tidak hanya berperan dalam pengajaran bahasa, tetapi juga dalam kepentingan belajar bahasa pertama, kedua, dan bahasa asing. (Pateda. 1991:21) Di Indonesia, masyarakat umumnya menguasai dua sampai tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional digunakan saat pengajaran di sekolah dan acara-acara resmi lainnya, sedangkan bahasa daerah biasanya digunakan saat berada di rumah dan di sekitar lingkungan yang penutur bahasa daerahnya masih sangat kuat. Bahasa asing dipelajari untuk keperluan praktis dan keperluan mengikuti perkembangan ilmu melalui buku-buku yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar (Pateda, 1991:98). Bahasa Inggris adalah bahasa asing utama yang dipelajari oleh orang-orang Indonesia, tetapi seiring dengan berkembangnya era globalisasi, menguasai dua bahasa asing atau lebih kini menjadi sebuah tuntutan. Selain bahasa Inggris, bahasa Mandarin, Jepang, Prancis, dan Korea adalah sebagian dari bahasa asing yang kini telah banyak dipelajari oleh orang-orang Indonesia. Untuk mengukur kemahiran bahasa asing, lembaga-lembaga pendidikan di dunia umumnya menerapkan tes kemahiran bahasa. Tes berasal dari bahasa Prancis kuno testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.

3 3 Namun menurut istilah, tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan tertentu (M. Chabib Thoha via Mustaqim, 2004: ). Jika TOEFL digunakan untuk mengukur kemahiran bahasa Inggris, TOPIK atau Test of Proficiency in Korean digunakan untuk mengukur kemahiran bahasa Korea. Sama halnya dengan tes kemahiran bahasa asing lain, soal-soal TOPIK juga menuntut seseorang menguasai keterampilan berbahasa, seperti menyimak, membaca, dan menulis, tidak terkecuali penguasaan kosakata dan tatabahasa. Dalam menghadapi tes, terdapat aspek-aspek yang mendukung peserta TOPIK. Selain itu, peserta TOPIK menggunakan serangkaian pola pikir untuk mengolah informasi bahasa di dalam otak saat menyelesaikan soal. Hubungan inilah yang akan ditelusuri dalam penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, berikut adalah rumusan dari pokok-pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini: 1. Apa saja aspek-aspek yang mendukung peserta TOPIK dalam menghadapi tes? 2. Apa saja hal-hal yang mendasari pola pikir peserta TOPIK dalam menyelesaikan soal, khususnya soal segmen pemahaman kosakata dan tatabahasa?

4 4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan aspek-aspek pendukung peserta TOPIK dalam menghadapi tes. 2. Mendeskripsikan hal-hal yang mendasari pola pikir peserta TOPIK dalam menyelesaikan soal, khususnya soal segmen pemahaman kosakata dan tatabahasa. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Tema yang diangkat dalam penelitian ini cukup luas dan rumit. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian telah dibatasi agar lebih terarah. Objek penelitian difokuskan pada 10 orang responden yang terdiri atas mahasiswa, lulusan, dan pengajar program studi bahasa Korea Universitas Gadjah Mada yang telah lulus TOPIK minimal tingkat menengah. Hal ini dilakukan karena TOPIK tingkat menengah dianggap sebagai standar bagi orang asing untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Korea dengan baik. Dari 10 orang responden, 2 orang di antaranya sama sekali belum pernah pergi ke Korea. Para responden diberikan kuesioner yang terdiri atas 14 pertanyaan dan simulasi soal tes yang terdiri atas 10 soal pemahaman kosakata dan tatabahasa yang diambil dari soal-soal TOPIK tingkat menengah ke-22, 24, 26, 28, 30, dan 32. Alasan pemilihan segmen soal adalah karena pemahaman kosakata dan tatabahasa merupakan salah satu syarat dasar dari segala bentuk keterampilan berbahasa. Soal-soal tersebut merupakan soal tipe B yang dirancang khusus untuk pelaksanaan TOPIK di Korea Selatan dan negara-negara Asia.

5 5 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan proses-proses mental berbahasa yang berpengaruh terhadap peserta TOPIK dalam menghadapi tes, sekaligus memperkaya wawasan tentang bahasa Korea dan penerapan ilmu psikolinguistik. Sementara itu, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pembaca untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi TOPIK, khususnya mahasiswa dan mahasiswi program studi bahasa Korea dan masyarakat yang berminat mendalami bahasa Korea. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai tes kemahiran bahasa asing, khususnya TOPIK dan orang Indonesia sebagai pesertanya masih belum banyak dilakukan. Meski demikian, terdapat beberapa referensi penelitian yang menggabungkan bahasa dan manusia sebagai objek. Penelitian pertama adalah skripsi berjudul Students Difficulties in Understanding Word Form As Seen in TOEFL-Like Test Result tulisan Nita Wardani, lulusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tahun Fokus bahasan yang ada dalam skripsi tersebut adalah kesulitan yang dialami para peserta TOEFL-Like Test, yang merupakan mahasiswa angkatan 2006 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, dalam menganalisis bentuk kata dalam bahasa Inggris pada bagian structure and written expression. Penelitian tersebut ditinjau dari segi linguistik murni melalui lembar jawaban para peserta. Hanya saja alasan pemilihan jawaban merupakan dugaan dari penulis,

6 6 sehingga pengembangan analisis dari data eksternal masih berupa kemungkinankemungkinan. Kedua, terdapat skripsi serupa berjudul Error Analysis of the Parallel Structure on the Toefl-Like Test of New Students of Gadjah Mada University 2006 karya Prasetyo Hadi, lulusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tahun Perbedaannya terdapat pada objek formal yang dibahas, yakni kesalahan pada struktur kalimat majemuk. Ketiga adalah laporan penelitian berjudul Pengaruh Convergence pada Kemampuan Menyimak oleh Adi Sutrisno, Dosen Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada tahun Laporan tersebut mengemukakan besarnya pengaruh convergence, berupa percepatan berbicara, jeda dan redundancy terhadap kemampuan menyimak mahasiswa yang mengambil mata kuliah listening menyimak. Penulis lebih menitikberatkan unsur suprasegmental dalam bidang linguistik. Kemudian, analisis pengaruhnya terhadap manusia didapat dari perbandingan hasil penyimakan dari rekaman yang berisi penutur asli bahasa asing formal (non-convergence), dengan rekaman yang telah direkayasa dalam hal percepatan, jeda dan pengulangan, tanpa mengabaikan keluwesan komunikasi. Jika dibandingkan dengan ketiga referensi tersebut, skripsi ini lebih menitikberatkan proses-proses mental yang dialami peserta TOPIK dan hal-hal yang berpengaruh, mulai dari pembelajaran bahasa, tes dan pengolahan bahasa yang terjadi di dalam pemikiran para responden, sehingga dapat menghasilkan alasan dan jawaban yang beragam.

7 7 1.7 Landasan Teori Teori yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah teori yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa kedua dan pengolahan bahasa dalam ruang lingkup psikolinguistik. Menurut G. Kempen (via Mar at, 2005:3), psikolinguistik adalah studi mengenai sistem-sistem yang ada pada manusia sebagai pemakai bahasa, seperti menangkap ide-ide orang lain dan diekspresikan kembali melalui bahasa tulis maupun lisan versi dirinya sendiri. Keterkaitan antara manusia secara pribadi dengan bahasa juga pernah disinggung oleh Ferdinand de Saussure dalam dua aspek bahasa, yakni language dan parole. Language adalah sistem konvensi bahasa dalam masyarakat, sedangkan parole adalah penggunaan aktual konvensi bahasa oleh seorang individu (via Mar at, 2005:17). Semua anggota masyarakat tersebut menggunakan bahasa tertentu dan bertingkah laku sesuai aturan yang berlaku di antara masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, language adalah suatu masalah sosiologi, sedangkan parole adalah masalah psikologi (Mar at, 2005:12). Perihal menguasai bahasa kedua atau bahasa asing yang dimiliki seseorang, tentunya tidak terlepas dari cara dan proses pembelajaran yang dilalui untuk mencapai keahlian tersebut. Krashen & Terrell (Nababan 1992:87-88) mengemukakan sebuah teori yang disebut Acquisition vs Learning Hypothesis. Teori tersebut berbunyi: orang dewasa yang mempelajari bahasa kedua, dapat mencamkan dalam hati (internalize) aturan-aturan bahasa kedua melalui satu atau dua sistem yang berbeda, yaitu pemerolehan secara implisit di bawah alam sadar (acquisition atau pemerolehan) dan secara eksplisit di alam sadar (learning atau pembelajaran).

8 8 Teori tersebut menunjukan bahwa terdapat dua cara dalam mempelajari bahasa kedua atau asing, yakni pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Hanya saja perbedaan kedua cara tersebut adalah pemerolehan bahasa didapat seperti seorang anak penutur bahasa pertama, sedangkan pembelajaran didapat melalui pendidikan secara formal. Selain itu, pemerolehan bahasa kedua yang dilakukan secara formal, cenderung tidak menambah kemampuan berbahasa pelajar bahasa kedua tesebut, sedangkan pembelajaran bahasa kedua secara formal sangat membantu menambah kemampuan. Proses pembelajaran bahasa kedua bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, terdapat beberapa faktor yang mendukung proses pembelajaran. Dalam bukunya yang berjudul Psikolinguistik: Kajian Teoretik, Abdul Chaer menyebutkan lima faktor, yaitu motivasi, usia, penyajian formal, bahasa pertama dan lingkungan. 1) Faktor Motivasi Dalam pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang di dalam dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi lain (Chaer, 2003: 251). Motivasi terbagi atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri, seperti seorang murid yang menghadapi tes bahasa Inggris karena ia sendiri senang dengan bahasa Inggris. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik adalah motivasi melakukan

9 9 sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan atau hukuman, seperti belajar keras menghadapi tes untuk mendapat nilai yang baik (Santrock, 2007: 514). Menurut Gardner dan Lambert (1972: 3) dalam Chaer (2003: 251) motivasi yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa kedua mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi integratif dan fungsi instrumental. Motivasi berfungsi integratif kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari suatu bahasa karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota masyarakat bahasa tersebut. Sementara itu, motivasi berfungsi instrumental kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk memiliki kemauan mempelajari bahasa kedua itu karena tujuan yang bermanfaat atau karena dorongan ingin memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial pada lapisan atas masyarakat tersebut. 2) Faktor Usia Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis; tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan urutan (Chaer, 2003: 253). Dalam belajar bahasa kedua atau asing, Mar at (2005:95-96) menyebut bahwa masalah usia sangat penting peranannya dan terdapat beberapa keuntungan jika belajar bahasa asing sebelum menginjak usia 12 tahun. Keuntungan tersebut di antaranya adalah:

10 10 a) Setelah usia 10 tahun, sistem motorik akan mengalami kesulitan dalam mengadapsi diri pada bahasa kedua, terutama masalah pelafalan yang dipengaruhi logat bahasa pertama, karena sistem tersebut telah menyatu selama masa anak-anak. b) Perasaan tidak percaya diri karena takut berbuat salah pada anak-anak relatif tidak ada dibandingkan dengan orang tua atau remaja. c) Setelah usia 9/10 tahun otak akan mengalami kesukaran dalam belajar bahasa (Penfield & Robert via Mar at, 2005:96). Hal ini terbukti pada kasus pasien yang menderita aphasia sesudah usia 10 tahun dan harus belajar bahasa pertamanya lagi, akan mengalami kesulitan seolah-olah belajar bahasa asing. d) Waktu yang dipergunakan untuk belajar dan latihan-latihan lebih banyak. e) Fungsi kognitif untuk berpikir secara ilmiah, seperti mengobservasi data bahasa dan belajar tentang aturanaturannya yang berkembang pada usia tahun menyebabkan keseganan melakukan latihan-latihan. f) Sebelum usia 12 tahun, motivasi untuk belajar bahasa lebih besar. g) Situasi belajar pada saat kanak-kanak lebih menyenangkan daripada situasi belajar di kelas yang statis. Hal ini

11 11 dikarenakan adanya kesempatan untuk mengasosiasikan bunyi dengan situasi dan belajar mengombinasikan situasi dengan ilmu-ilmu linguistik dalam situasi yang informal seperti bermain. Pernyataan-pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Klein Identity Hyphotesis yang menyebut bahwa seseorang berumur lebih dari tahun, yang mempelajari bahasa kedua jarang ditemui orang yang memiliki lafal seperti native (Nababan, 1992: 86) 3) Faktor Penyajian Formal Penyajian formal yang dimaksud adalah cara pembelajaran bahasa yang dilakukan secara formal dan bersifat nonalamiah, seperti perkuliahan dan kursus, serta didukung oleh perangkat formal pembelajaran, seperti buku. 4) Faktor Bahasa Pertama Pada saat pembelajar menggunakan bahasa kedua terkadang secara sadar atau tidak telah mengalihkan unsur-unsur bahasa pertamanya sehingga menimbulkan interferensi, alih kode, campur kode, dan kekeliruan (error). Dengan demikin, menurut Banathy (via Chaer, 2003: 257) adalah sangat penting untuk mengetahui keadaan linguistik bahasa pertama agar dapat menentukan strategi pembelajaran bahasa kedua. Hal ini dikarenakan pembelajaran bahasa kedua adalah kegiatan men-transfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.

12 12 5) Faktor Lingkungan Lingkungan adalah salah satu faktor sosial seperti hal-hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar terkait bahasa kedua yang dipelajari. Sonnenfield (via Bonnes dan Secchiaroli, 1995: 112) menjelaskan bahwa salah satu dari empat konsep utama Environmental Personality Inventory adalah kontrol lingkungan. Semua faktor tersebut tentunya akan berdampak pada evaluasi hasil belajar sebagai tolak ukur penilaian yang terhubung dengan proses belajar. Evaluasi merupakan tahap yang digunakan untuk membandingkan dan mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk secara kualitatif dan kuantitatif (Suharsimi Arikunto via Mustaqim, 2004: 161). Alat yang digunakan untuk mengevaluasi antara lain non tes, seperti kuesioner, observasi, wawancara dan tes (Mustaqim, 2004: 170). Tes merupakan suatu kondisi untuk menilai pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa secara individu oleh manusia, tidak terlepas dari istilah kompetensi dan performansi. Noam Chomsky (via Mar at, 2005:18) menuturkan bahwa, kompetensi adalah kapasitas kreatif dari pemakai bahasa yang diperoleh melalui proses pemerolehan atau pembelajaran bahasa. Contoh dari kompetensi adalah pengetahuan tentang huruf, kosakata dan tatabahasa sekaligus budaya Korea yang dimiliki oleh seorang mahasiswa program studi Bahasa Korea. Sementara itu, performansi adalah penggunaan bahasa secara aktual, berupa aktivitas mendengarkan, berbicara, berpikir dan menulis. Menerjemahkan sebuah novel berbahasa Korea, berbicara dengan orang Korea, mendengarkan sebuah lagu

13 13 berbahasa Korea lalu melantunkannya kembali adalah beberapa contoh performansi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa program studi Bahasa Korea. Dardjowidjojo (2003:7) menyebutkan bahwa selain produksi, landasan biologis, dan pemerolehan bahasa, komprehensi adalah salah satu dari empat topik utama dalam studi psikolinguistik. Pada awal tahap komprehensi terdapat beberapa hal yang mendasari pola pikir manusia untuk mengolah suatu informasi bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua. Hal-hal tersebut adalah: (1). Leksikon Mental Leksikon mental adalah istilah yang memungkinkan seseorang mendapatkan kembali kata-kata yang diingat secara cepat (Booij, 2007:18). Leksikon mental berguna untuk memahami arti dari suatu makna yang ingin disampaikan seperti kamus. Hanya saja sifatnya abstrak dan terletak pada pikiran. Jika dibandingkan dengan kamus pada umumnya, leksikon mental memiliki jumlah kata yang lebih terbatas, tetapi lebih update dan tetap berkesinambungan dari masa lampau hingga kini. Kata-kata yang tersimpan juga dapat menunjang sejumlah hubungan antarkata. Selain itu, juga tersimpan informasi tentang banyaknya frekuensi kata yang telah ditemukan (Booij, 2007: ). Leksikon mental merupakan sumber dari segala proses pengolahan bahasa. Penggunaan leksikon mental dapat dilihat dari sesorang yang sedang mengamati sebuah kata lalu berusaha mengingat-ingat untuk mencari tahu maknanya.

14 14 (2). Intuisi Manusia menggunakan intuisi guna memberikan penilaian terhadap suatu ungkapan bahasa untuk menghindari ambiguitas dan memilih katakata yang tepat dalam suatu struktur bahasa dalam proses pengenalan kata atau word recognition (Garnham, 1985:42). Salah satu contohnya adalah pemakaian kata kawin yang lebih sesuai untuk merujuk pada hewanhewan yang sedang bereproduksi daripada kata nikah. Dalam hubungannya dengan penggunaan bahasa kedua, pengetahuan intuitif dalam bahasa ibu juga diperlukan guna memperkuat intuisi sebuah makna kata dalam bahasa asing. Hal tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dikembangkan sejak dini sejalan dengan pertumbuhannya guna memperkuat daya kognitif. (3). Persepsi Persepsi berarti tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu. Persepsi berfungsi sebagai informasi yang dapat dimanfaatkan saat mengenal kata (Garnham, 1985:43) dan biasa digunakan dalam kasus relasi antarkata pada kalimat tertulis. Misalnya membandingkan makna kata bisa saat dipadankan dengan kata ular yang berarti racun, dengan saat dipadankan dengan kata mati yang berarti dapat terjadi atau mungkin terjadi. (4). Kontekstual Selain persepsi yang berfungsi sebagai jenis informasi yang juga dapat dimanfaatkan saat mengenal kata (Garnham, 1985:43), terdapat juga

15 15 kontekstual yang berarti sesuatu yang berhubungan dengan situasi yang menjelaskan suatu kejadian atau konteks. Kontekstual muncul dalam wacana atau teks tertentu, iklan, kondisi yang sedang digambarkan dan pengetahuan tentang budaya. Salah satu contohnya adalah slogan iklan pariwisata Malaysia Truly Asia yang mengindikasi bahwa berbagai budaya dari negara-negara Asia dapat ditemukan saat berkunjung ke Malaysia. (5). Konseptual Dalam proses berbahasa, terdapat sistem yang digunakan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan lain-lain disebut konseptual. Sistem konseptual lebih mengenal jaringan atau ketergantungan antarkata yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kasus tertentu, di samping konsep atau rancangan kata yang dapat berdiri sendiri atau regenten (Mar at, 2005:37-38). Salah satu contohnya adalah kata wisma pada istilah tuna wisma. Selain wisma, ada kata lain yang merujuk pada arti tempat tinggal, yakni rumah dan griya. Namun, dalam bahasa Indonesia hanya terdapat konsep istilah tuna wisma yang berarti tidak memiliki tempat tinggal. Bukan tuna rumah, bukan juga tuna griya. (6). Prototipe Dalam memahami konteks kalimat atau wacana, terkadang keterbatasan makna sebuah kata juga memengaruhi seseorang. Sistem yang membatasi makna sebuah kata terhadap kelompok kata tertentu

16 16 lainnya disebut prototipe. Prototipe berarti model atau contoh baku. Sama halnya dengan konseptual, prototipe digunakan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Wittgenstein pada tahun 1953 (via Nababan 1992) pernah menyebutkan sebuah teori: Kebanyakan kata tidak dapat dibatasi atau didefinisikan dengan memberikan seperangkat persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota kelompok kata yang mewakili kata itu. Salah satu contoh dari penggunaan prototipe adalah kata pesawat yang kini lebih sering diartikan sebagai transportasi udara, padahal kata pesawat juga mengandung makna kata alat/perkakas seperti pada istilah pesawat telepon dan pesawat sederhana. 1.8 Metode Penelitian Guna menjawab semua rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas 3 tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan tahap penyajian data. Pada tahap ini, teknik cakap temu muka diterapkan terhadap 10 orang responden yang telah memenuhi syarat untuk mengisi kuesioner serta simulasi soal. Soal-soal tersebut diperoleh dengan cara mengunduh soft file-nya di website resmi TOPIK ( Setelah menyelesaikan kuesioner dan simulasi soal, para responden diwawancarai untuk mencari tahu alasan pemilihan jawaban dengan metode rekam catat. Pada tahap kedua, data-data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode padan yang terdiri atas teknik pilah unsur penentu dan teknik hubungbanding. Melalui teknik pilah unsur penentu, alat penentu yang digunakan dalam

17 17 penelitian ini adalah ortografis (bahasa tulis Korea pada soal-soal TOPIK), translasional (sampel soal-soal TOPIK yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia) dan pragmatis (para responden dan seorang native Korean untuk mengakuratkan data-data bahasa Korea). Kemudian, hasil dari analisis-analisis tersebut digabungkan melalui teknik hubung banding. Pada tahap ketiga, data-data analisis disajikan secara kuantitatif dan kualitatif, yang disertai beberapa grafik dan tabel agar mudah dipahami oleh pembaca. 1.9 Sistematika Penyajian Penjabaran hasil penelitian dalam skripsi ini yang disajikan dalam empat bab. Bab I berupa pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian serta sistematika penyajian. Bab II berupa analisis aspek pendukung peserta TOPIK. Bab III berupa analisis pola pikir peserta TOPIK dalam menyelesaikan soal, dan bab IV berupa simpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Muh. Jabir STAIN Datokarama Palu, Jl. Diponegoro 23 Palu e-mail:muh.jabir@ymail.com Abstrak Menurut para ahli linguistik, ada empat kemahiran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam profesi khususnya bidang pendidikan, misalnya sebagai : guru, dosen, guru bimbingan belajar, guru konseling dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa asing merupakan salah satu ilmu yang popular

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa asing merupakan salah satu ilmu yang popular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa asing merupakan salah satu ilmu yang popular dipelajari di seluruh dunia. Beberapa orang beranggapan bahwa dengan mempelajari bahasa suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FIB-UI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA KOREA

PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FIB-UI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA KOREA ISSN 246-9167 Usmi, 49-511 PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FIB-UI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA KOREA Usmi Universitas INHA-Korea, Universitas Indonesia usmijakarta@gmail.com,

Lebih terperinci

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA Firma Pradesta Amanah Firma.pradesta@gmail.com Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Periode tersebut terjadi sepanjang masa. Permulaan pemerolehan bahasa terjadi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh setiap manusia sejak lahir. Pada saat seorang anak dilahirkan, anak tersebut belum memiliki kemampuan untuk berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk mengungkapkan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah faktor yang kompleks

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil dari data penelitian yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu yang mencakup tiga hal utama, yaitu pemerolehan bahasa (language acquisition), pemahaman

Lebih terperinci

95. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

95. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 95. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu saja ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan tidak memerlukan usaha sama sekali dari pihak anak. Pendapat itu tentulah kurang tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya, berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Bahasa, ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pemelajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari 128 BAB V PENUTUP Pembahasan terakhir dalam tulisan ini mengenai simpulan dan saran. Bab ini terdiri atas dua subbab. Subbab pertama membahas mengenai simpulan dari temuan dan hasil analisis. Subbab kedua

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang sudah menjadi bahasa dunia. Namun peranan bahasa Indonesia. tetaplah sangat dibutuhkan, khususnya di dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang sudah menjadi bahasa dunia. Namun peranan bahasa Indonesia. tetaplah sangat dibutuhkan, khususnya di dunia pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Walaupun penggunaan bahasa Indonesia belum setara dengan bahasa Inggris yang sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi orang asing karena beragamnya budaya dan suku bangsa yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jihan Ade Daties, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jihan Ade Daties, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media memiliki peranan penting dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi dewasa ini, maka semakin beragam pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, kini di Indonesia disamping diajarkan bahasa Indonesia, juga diajarkan bahasa asing seperti bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dan juga tidak dapat dipisahkan. Bahasa memainkan peran yang sangat penting dalam hidup, walaupun lazimnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak dapat berjalan sempurna. daripada bahasa tulis. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak dapat berjalan sempurna. daripada bahasa tulis. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendekatan pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, pendekatan pembelajaran juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa asing, keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar meliputi 4 keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (listening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan yang dapat mengubah watak, perilaku, dan dapat mengubah seseorang dari yang tidak tahu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia hidup tidak akan lepas dari bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling mudah cara penyampaiannya. Untuk menyampaikan komunikasi, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa

22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa 22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang secara resmi dibuka pada akhir tahun 2015 perlu dipersiapkan dengan matang. Lalu lintas perekonomian termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang sangat beragam suku, adat istiadat, ras, agama, dan bahasa. Para pendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan mengenai adanya kesulitan pembelajaran dokkai dan interaksi sesama pembelajar selama pembelajaran, dan disebutkan pula hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Terhadap Objek Studi Penelitian English First (EF)

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Terhadap Objek Studi Penelitian English First (EF) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini belajar Bahasa Inggris bukan hanya suatu kewajiban, melainkan suatu kebutuhan yang tak bisa dihindari lagi. Kesadaran masyarakat akan perlunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah fenomena ilmiah, tetapi bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

20. Mata Pelajaran Bahasa Jerman Untuk Paket C Program Bahasa

20. Mata Pelajaran Bahasa Jerman Untuk Paket C Program Bahasa 20. Mata Pelajaran Bahasa Jerman Untuk Paket C Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis 1 1 keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu kompetensi yang dikaji dan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci