PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FIB-UI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA KOREA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FIB-UI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA KOREA"

Transkripsi

1 ISSN Usmi, PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FIB-UI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA KOREA Usmi Universitas INHA-Korea, Universitas Indonesia ABSTRAK Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan persepsi dan harapan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB-UI terhadap pembelajaran bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kuantitatif dengan menggunakan teknik survei, yakni berupa penyebaran angket untuk memperoleh data yang diperlukan dari responden. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 2 orang, terdiri atas 55 mahasiswa tahun pertama; 53 mahasiswa tahun kedua; 55 mahasiswa tahun ketiga; dan 37 mahasiswa tahun keempat. Pembahasan hasil penelitian dibagi menjadi 1 bagian, yakni: pembahasan (1) bahasa pertama yang dikuasai responden; (2) pengalaman mempelajari bahasa asing; (3) persepsi terhadap pentingnya penguasaan bahasa Korea di Indonesia; (4) persepsi terhadap kemahiran bahasa yang dianggap paling sulit; (5) persepsi terhadap bahasa pengantar di kelas kemahiran berbahasa; (6) metode pembelajaran di kelas berbicara dan menyimak; (7) fokus pembelajaran di kelas membaca dan menulis; (8) persepsi terhadap pengajaran tata bahasa dan bahasa pengantarnya; (9) kesempatan mahasiswa berlatih bahasa Korea diluar dan didalam kelas; (1) persepsi terhadap ketersediaan buku di lingkungan belajar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi penelitian dan pengembangan pembelajaran bahasa Korea, khususnya di Universitas Indonesia. Kata kunci: persepsi, harapan, bahasa Korea, pembelajar Korea, pembelajaran 1. PENDAHULUAN Pembelajar bahasa asing akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk belajar lebih giat apabila mereka melihat lingkungan belajar dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar secara lebih positif. Oleh karena itu, kajian tentang persepsi pembelajar terhadap pembelajaran bahasa asing (PBA) telah menjadi perhatian para pendidik dan peneliti. Sejumlah penelitian mengenai persepsi pembelajar terhadap PBA telah dilakukan dan telah memberikan banyak informasi berharga bagi para pendidik dan peneliti (Miller, 1992; Tsukamoto, 211; Alseweed, 212; Alkaff, 213). Akan tetapi, fokus utama dari sebagian besar penelitian tersebut adalah pembelajaran bahasa Inggris (BIng) sebagai bahasa kedua/asing. Penelitian yang difokuskan pada PBA lain masih sangat sulit ditelusuri. Terutama, penelitian mengenai persepsi pembelajar Indonesia terhadap pembelajaran bahasa Korea (PBK) di Indonesia masih belum ada. Oleh karena itu,!49

2 ISSN Usmi, sebagai langkah awal melalui penulisan makalah sederhana ini, penulis mencoba memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian dan PBK, khususnya di lingkungan Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan kajian awal untuk meneliti pembelajaran bahasa di Indonesia. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan harapan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB-UI terhadap PBK. 2. LANDASAN TEORI Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran pelbagai aspek dan gejala di lingkungan sekitarnya. Persepsi memiliki pengertian yang cukup luas. Beberapa ahli telah mendefinisikan persepsi secara beragam meskipun pada prinsipnya memiliki pemahaman makna yang sama. Atas dasar pengertian yang diberikan oleh beberapa ahli, persepsi merupakan suatu proses menafsirkan atau menginterpretasikan sesuatu yang tidak hanya melibatkan rangsangan panca indera tetapi juga rangsangan pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata (Denver, 199; Sugihartono dkk, 28; Jalaludin, 27). Mahasiswa memiliki persepsi atau pendapat tertentu yang didasari pada pengalaman terdahulu dan harapan mereka di masa depan. Pengalaman dan harapan mereka sudah pasti menjadi acuan bagaimana mereka melihat cara mereka belajar dan cara dosen mengajar. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Yorio (1989: 33), sebagai berikut:.two issues that are clear: 1) Students have definite, strong opinion; 2) Students opinions are based on previous and current experiences and clearly have a bearing on the way in which they see their learning and our teaching. Lebih lanjut, persepsi atau pendapat mahasiswa terhadap proses pembelajaran bahasa dipengaruhi oleh kemampuan bahasa yang mereka pelajari dan latar belakang bahasa yang mereka kuasai (Yorio, 1986).!491

3 ISSN Usmi, METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kuantitatif yang menggunakan teknik survei. Teknik survei digunakan untuk memperoleh data dari responden dengan menggunakan kuesioner (Nazir, 29). Analisis data penelitian menyangkut persepsi dan harapan mahasiswa terhadap PBK diukur dengan menggunakan persentase (%). Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi bahasa dan kebudayaan Korea FIB-UI Kuesioner Penelitian Pengumpulan data penelitian dilakukan pada 28 september - 3 oktober 215. Komposisi pertanyaan kuesioner disusun dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pada pertanyaan tertutup, responden diminta menjawab pertanyaan dengan memilih dari sejumlah alternatif, sedangkan pada pertanyaan terbuka responden diminta untuk memberikan alasan mereka atas persepsi/pendapat tertentu yang berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya (Sulistyo, 21) Responden Penelitian Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 2 orang yang terbagi menjadi 4 kelompok: 37 orang mahasiswa tahun keempat, 55 orang mahasiswa tahun ketiga, 53 orang mahasiswa tahun kedua, dan 55 orang mahasiswa tahun pertama. Keempat kelompok selanjutnya akan disebut responden 215, responden 213, responden 214, dan responden 214 (sesuai dengan tahun angkatan). Berikut ini adalah gambaran lengkap responden penelitian:!492

4 !! ISSN Usmi, % 91.5% Perempuan Laki-laki Gambar 1. Responden menurut Jenis Kelamin 27.5% 18.5% 26.5% 27.5% Responden 212 Responden 213 Responden 214 Responden 215 Gambar 2. Responden menurut Angkatan 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini hasil penelitian dan pembahasan akan dipaparkan. Seperti dikemukakan di atas, komposisi pertanyaan kuesioner disusun dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Agar pembahasan lebih sistematis, hasil penelitian akan dibahas per bagian. Berikut ini adalah hasil penelitian dan pembahasannya Bahasa Pertama Responden 9.5% 4.5% 86.% Bahasa Indonesia Bahasa daerah lainnya Bahasa Indonesia dan bahasa daerah/lainnya Gambar 3. Bahasa Pertama (Ibu) yang Dikuasai oleh Responden!493

5 ! ISSN Usmi, Gambar 3 menggambarkan jawaban responden mengenai bahasa pertama yang dikuasai. Dari total responden (2 orang), 86% responden menyatakan bahasa Indonesia (BInd), 9,5% menyatakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dan hanya 4,5% menyatakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang dikuasai. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa pertama yang dikuasai oleh mayoritas mahasiswa prodi Korea FIB-UI adalah BInd Pengalaman Mempelajari Bahasa Asing Lain Gambar 5. Pengalaman Mempelajari Bahasa Asing lain Pernah Tidak Pernah Gambar 5 menggambarkan jawaban responden mengenai pengalaman mempelajari bahasa asing (BA) lain sebelum mempelajari bahasa Korea (BK). 98% responden menyatakan pernah mempelajari BA lain, dan hanya 2% menyatakan tidak pernah. Berkaitan dengan bagian ini, berikut ini adalah jawaban responden mengenai BA lain yang pernah dipelajari. 4% responden menyatakan bahasa Inggris (Bing), 22% responden menyatakan bahasa Jepang (BJep), 13% responden menyatakan bahasa Jerman (BJer), 1% responden menyatakan bahasa Arab (BAr), 9% responden menyatakan bahasa Mandarin (BMan), dan 6% responden menyatakan bahasa Perancis (BPer) sebagai bahasa asing lain yang pernah dipelajari. Adapun jawaban responden pada pertanyaan apakah BK atau BA lainnya yang lebih sulit dipelajari. Dari total responden (2 orang), 68% responden menyatakan BA lain, dan hanya 32% menyatakan BK yang lebih sulit dipelajari. Alasan jawaban responden dapat dibagi menjadi empat kelompok. Pertama,!494

6 ! ISSN Usmi, sebagian besar responden yang pernah mempelajari bahasa Inggris menyatakan bahwa BK lebih sulit daripada Bing karena BK merupakan bahasa berkarakter dan tata bahasa (TTB) Korea yang sangat berbeda dengan TTB Indonesia sehingga sulit dipelajari. Kedua, responden yang menyatakan pernah mempelajari BJep menganggap bahwa BJep lebih sulit daripada BK karena memiliki dua macam karakter, yakni hiragana dan katagana. Ketiga, responden yang pernah mempelajari Bman berpendapat Bman lebih sulit daripada BK karena Bman memiliki lima intonasi, sedangkan BK tidak. Keempat, responden yang pernah mempelajari bahasa Eropa, seperti BJer dan BPer, mengganggap bahasa eropa lebih sulit daripada BK karena dalam TTB bahasa Eropa setiap benda bergender Pentingnya Penguasaan Bahasa Korea di Indonesia Gambar 6. Penguasaan Bahasa Korea di Indonesia Sangat penting Penting Cukup penting Tidak penting Sangat tidak penting Gambar 6 menunjukkan persepsi responden menurut angkatan terhadap penguasaan BK di Indonesia. Berbeda dengan tiga angkatan di bawahnya, 57% responden 212 menyatakan sangat penting dan 4% menyatakan penting, sementara hanya 3% menyatakan cukup penting. Selanjutnya, 18% responden 213, 28% responden 214, dan 43% responden 215 menyatakan sangat penting; 69% responden 213, 7% responden 214, dan 57% responden 215 menyatakan penting, sementara 13% responden 213, 2% responden 214 dan 4% responden 215 menyatakan cukup penting. Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa prodi Korea berpersepsi penguasaan BK di Indonesia penting.!495

7 ISSN Usmi, Alasan responden (dari total responden) terhadap persepsi di atas dapat dikelompokkan menjadi empat. Alasan pertama, berhubungan dengan dunia pekerjaan, 5% responden menyatakan penguasaan BK sangat penting karena dianggap dapat menunjang karir mereka untuk bekerja/mendapatkan pekerjaan di masa depan. Alasan kedua, 31% responden menyatakan penguasaan BK sangat penting karena mereka belajar di jurusan BK. Lebih lanjut, hanya 3% dari total jumlah responden menyatakan penguasaan BK penting karena mereka ingin melanjutkan studi S2 di Korea. Jawaban responden seperti untuk menghadapi globalisasi, memahami kebudayaan Korea, dan lainnya, dimasukan ke dalam kelompok alasan lain sebanyak 16% Kemahiran Bahasa Korea yang Dianggap Paling Sulit Berbicara Menyimak Membaca Menulis Gambar 7. Persepsi terhadap Kemahiran Bahasa Korea yang Dianggap Paling Sulit Gambar 7 menggambarkan persepsi responden terhadap kemahiran BK yang dianggap paling sulit. Gambaran di atas menunjukkan adanya perbedaan persepsi responden menurut angkatan terhadap kemahiran BK yang dianggap paling sulit. 51% responden 212 menyatakan kemahiran menulis paling sulit (persentase kemahiran lain: menyimak 19%, berbicara 16% dan membaca 14%). Berbeda dengan responden 212, 44% responden 213 menyatakan kemahiran berbicara paling sulit (persentase kemahiran lain: menyimak 29%, menulis 25% dan membaca 2%). Senada dengan responden 213, sebagian besar responden 214 (51%) juga berpersepsi kemahiran berbicara paling sulit (persentase!496

8 ISSN Usmi, kemahiran lain: menyimak 34% dan menulis 15%). Berbeda dengan ketiga angkatan di atasnya, sebagian besar responden 215 (51%) berpersepsi kemahiran menyimak paling sulit (persentase kemahiran lain: berbicara 24%, menulis 2% dan membaca 5%). Berdasarkan gambaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan persepsi tiap angkatan terhadap kemahiran bahasa. Mahasiswa tahun keempat menilai kemahiran menulis paling sulit, mahasiswa tahun kedua dan ketiga menilai kemahiran berbicara paling sulit, sementara mahasiswa tahun pertama menilai kemahiran menyimak paling sulit di antara kemahiran bahasa lainnya. Alasan responden terhadap persepsi di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, alasan responden yang berpersepsi kemahiran menulis paling sulit, kedua alasan responden yang berpersepsi kemahiran berbicara paling sulit, dan terakhir alasan responden yang berpersepsi kemahiran menyimak paling sulit. Berdasarkan alasan responden yang berpersepsi kemahiran menulis paling sulit, dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor yang menjadi penyebab kegiatan menulit paling sulit. Ketiga faktor tersebut adalah keterbatasan penguasaan kosakata, keterbatasan penguasaan unsur TTB dan keterbatasan kemampuan mengembangkan ide/pokok pikiran secara tertulis. Sebagian besar mahasiswa menyadari bahwa kemampuan menulis membutuhkan keakuratan dalam memilih kosakata dan unsur TTB yang tepat. Kemudian, berdasarkan alasan responden yang berpersepsi kemahiran berbicara paling sulit, dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor yang menjadi alasan kesulitan yang dialami responden dalam kegiatan berbicara. Faktor kurangnya rasa percaya diri' menjadi alasan utama mengapa kemahiran berbicara sulit. Dua faktor lainnya, adalah keterbatasan penguasaan kosakata dan unsur TTB. Lebih lanjut, berdasarkan alasan responden yang berpersepsi kemahiran menyimak paling sulit, dapat disimpulkan ada empat alasan, yakni tidak mampu berkonsentrasi dengan baik dalam proses menyimak, tidak mampu mengikuti bahasa lisan bertempo cepat, kurangnya kemampuan mengenali/ memahami kosakata yang didengar dan tidak mampu memahami keseluruhan informasi yang disampaikan.!497

9 ! ISSN Usmi, Bahasa Pengantar di Kelas Kemahiran Berbahasa Gambar 8 di bawah ini menunjukkan gambaran persepsi responden terhadap penggunaan BK sebagai bahasa pengantar di semua kelas kemahiran berbahasa. Dari perhitungan rata-rata persentase total responden (RPTR), 76% responden menyatakan tidak setuju, sementara hanya 24% menyatakan setuju Gambar 8. Bahasa Korea sebagai Bahasa Pengantar di Kelas Kemahiran Berbahasa Setuju Tidak setuju Ragu-ragu Jawaban responden menurut angkatan adalah sebagai berikut: 56% responden 212 menyatakan tidak setuju, 41% menyatakan setuju; 69% responden 213 menyatakan tidak setuju dan 31% menyatakan setuju; 74% responden 214 menyatakan tidak setuju dan 26% menyatakan setuju; 93% responden 215 menyatakan tidak setuju dan hanya 7 % setuju. Bila mengamati selisih persentase responden yang menyatakan setuju dan tidak setuju menurut angkatan (selisih persentase responden 212 adalah 15, selisih persentase responden 213 adalah 28, selisih persentase responden 214 adalah 48 dan selisih persentase responden 215 adalah 86), terlihat semakin rendah angkatan, semakin tinggi persentase yang menyatakan tidak setuju. Hal ini bisa jadi mengindikasikan bahwa semakin rendah kemampuan berbahasa mahasiswa, semakin tinggi menyatakan tidak setuju. Sebaliknya, semakin tinggi kemampuan berbahasa mahasiswa, semakin rendah yang menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, ada kecenderungan semakin tinggi kemampuan mahasiswa, mereka semakin setuju apabila BK digunakan sebagai bahasa pengantar di seluruh kelas kemahiran berbahasa.!498

10 !! ISSN Usmi, Bicara Simak Baca Tulis Gambar 9. Kelas Kemahiran Bahasa yang paling tepat menggunakan Bahasa Korea sebagai Bahasa Pengantar Selanjutnya, gambar 9 menunjukkan gambaran persepsi responden terhadap kelas kemahiran bahasa yang paling tepat menggunakan BK sebagai bahasa pengantar. Pada pertanyaan ini, responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban. Total jawaban yang diterima pada bagian ini sebanyak 334 (1%). Dari total jawaban responden, 48% responden menyatakan BK paling tepat digunakan di kelas kemahiran berbicara (16 rang), 26% responden menyatakan di kelas menulis (88 orang), 17% responden menyatakan di kelas membaca (57 orang), sementara hanya 9% responden menyatakan di kelas menyimak (29 orang) Metode Pembelajaran di Kelas Berbicara dan Menyimak Gambar 1. Metode Pembelajaran di Kelas Berbicara Hafal Dialog Diskusi/Debat Presentasi Main Peran Gambar 1 menunjukkan gambaran harapan responden terhadap metode pembelajaran yang diterapkan di kelas berbicara. Dari perhitungan RPTR, 47% responden menyatakan metode bermain peran paling tepat diterapkan di kelas!499

11 ISSN Usmi, berbicara, sementara 27% responden menyatakan metode diskusi/debat, 16% responden menyatakan metode hafal dialog dan hanya 1% responden menyatakan metode presentasi. Namun, jika diamati lebih dalam, selisih persentase responden 212 yang menjawab bermain peran (46%) dan diskusi/debat (35%) tidak jauh berbeda, sementara jawaban responden 213 yang menyatakan metode bermain peran dan diskusi/debat sama (masing-masing 36%). Ini bisa jadi mengindikasikan bahwa mahasiswa angkatan tahun ketiga dan keempat cenderung berharap agar metode pembelajaran yang diterapkan di kelas berbicara adalah bermain peran dan diskusi/berdebat, dibandingkan dua metode lainnya. Lebih lanjut, selisih persentase jawaban responden 214 yang menjawab bermain peran (57%) terbilang cukup jauh dibandingkan dengan ketiga metode lainnya (diskusi/debat 21%, hafal dialog 17% dan presentasi 5%). Begitu pula dengan selisih persentase jawaban responden 215, yang menjawab bermain peran (49%) juga terbilang cukup jauh dibandingkan dengan ketiga metode lainnya (hafal dialog 26%, diskusi/debat 16%, dan presentasi 9%). Ini bisa jadi mengindikasikan bahwa mahasiswa angkatan tahun pertama dan kedua cenderung berharap agar metode pembelajaran yang diterapkan di kelas berbicara adalah metode bermain peran. Berikut ini adalah gambaran (gambar 11) harapan responden terhadap metode pembelajaran yang diterapkan di kelas menyimak Pengajar memperdengarkan materi menyimak lalu menjelaskan isinya. Pengajar memperdengarkan materi menyimak lalu mahasiswa menjelaskan isinya. Mahasiswa diberi kesempatan memahami daftar pertanyaan sebelum dosen memperdengarkan materi simak. Gambar 11. Metode Pembelajaran di Kelas Menyimak!5

12 ISSN Usmi, Dari perhitungan RPTR, 42% responden memilih metode mahasiswa diberi kesempatan memahami daftar pertanyaan sebelum dosen memperdengarkan materi menyimak, 38% memilih metode pengajar memperdengarkan materi menyimak lalu mahasiswa menjelaskan isinya, dan 2% memilih metode pengajar memperdengarkan materi menyimak lalu menjelaskan isinya. Akan tetapi, jika diamati secara saksama, terdapat perbedaan persepsi responden menurut angkatan. Angkatan yang lebih tinggi, yakni responden 212 (68%) dan 213, (45%) cenderung memilih metode pengajar memperdengarkan materi menyimak lalu mahasiswa menjelaskan isinya, sedangkan angkatan yang lebih rendah, yakni 214 (62%) dan 215 (4%), cenderung memilih metode mahasiswa diberi kesempatan memahami pertanyaan sebelum dosen memperdengarkan materi menyimak. Yang menarik, responden 215 yang memilih pengajar mendengarkan materi menyimak lalu menjelaskan isinya terbilang cukup tinggi (36%). Hal ini bisa jadi karena mereka masih di tahun pertama dan memiliki keterbatasan memahami materi menyimak, sehingga mereka cenderung mengandalkan pengajar untuk menjelaskan isinya Fokus Pembelajaran di Kelas Membaca dan Menulis Gambar 12 di bawah ini menunjukkan gambaran harapan responden terhadap fokus pembelajaran yang diutamakan di kelas membaca. Dari perhitungan RPTR, 47% responden menyatakan teknik membaca, seperti membaca cepat, mencari ide pokok, menebak kata dalam konteks dan teknik membaca lainnya. 28% responden menyatakan kosakata, 14% responden menyatakan tata bahasa, sementara 12% responden menyatakan naskah/isi teks bacaan menjadi fokus pembelajaran yang harus diutamakan di kelas membaca.!51

13 !! ISSN Usmi, Naskah/isi teks bacaan Tata Bahasa Kosakata Teknik Membaca (spt. membaca cepat, mencari ide pokok, menebak kata dalam konteks dsb.) Gambar 12. Fokus pembelajaran yang Diutamakan di Kelas Membaca Namun, dari gambaran di atas terlihat jelas adanya perbedaan pendapat berdasarkan jawaban menurut angkatan. Angkatan yang lebih tinggi, responden 212, 213 dan 214, rata-rata berharap pembelajaran kemahiran membaca harus mengutamakan pembelajaran/ pelatihan teknik membaca, sedangkan angkatan yang lebih rendah, responden 215, berharap kelas membaca lebih difokuskan pada pembelajaran kosakata. Selanjutnya, berikut ini adalah harapan responden terhadap fokus pembelajaran yang diutamakan di kelas menulis Isi/tema karangan Tata Bahasa Kosakata Teknik Menulis (spt. menulis memo, surat, berita, laporan dsb.) Gambar 13. Fokus pembelajaran yang Diutamakan di Kelas Menulis Gambar 13 menunjukkan gambaran harapan responden terhadap fokus pembelajaran yang diutamakan di kelas menulis. Dari perhitungan RPTR, 51%!52

14 ISSN Usmi, responden menyatakan tata bahasa. 33%% responden menyatakan teknik menulis, 14% responden menyatakan isi/tema karangan, sementara 2% responden menyatakan kosakata menjadi fokus pembelajaran yang harus diutamakan di kelas menulis. Meskipun demikian, jika diamati secara teliti, selisih persentase jawaban responden 212 yang menjawab teknik menulis (46%) dan tata bahasa (43%) tidak jauh berbeda, begitu pula dengan selisih jawaban responden 213 yang menjawab tata bahasa (49%) dan teknik menulis (43%). Ini bisa jadi mengindikasikan bahwa mahasiswa angkatan tahun ketiga dan keempat cenderung berharap fokus pembelajaran di kelas menulis adalah teknik menulis dan pembelajaran penggunaan unsur TTB secara tertulis. Sementara, selisih persentase jawaban responden 214 yang menjawab tata bahasa (45%) terbilang cukup jauh dibandingkan dengan ketiga materi lainnya (teknik menulis 28%, isi/ tema karangan 25% dan kosakata 2%). Begitu pula dengan selisih persentase jawaban responden 215, yang menjawab tata bahasa (62%) juga terbilang cukup jauh dibandingkan dengan ketiga materi lainnya (teknik menulis 2%, isi/tema karangan 14%, dan kosakata 4%). Ini bisa jadi mengindikasikan bahwa mahasiswa angkatan tahun pertama dan kedua cenderung berharap agar fokus pembelajaran di kelas menulis adalah pembelajaran penggunaan unsur TTB secara tertulis Pengajaran Tata Bahasa dan Bahasa Pengantar Ya, perlu. Tidak perlu. Tidak tahu/ragu-ragu Gambar 14. Pengajaran Tata Bahasa Terpisah dari Pembelajaran Keterampilan Berbahasa!53

15 ! ISSN Usmi, Gambar 14 menunjukkan gambaran persepsi responden mengenai pengajaran TTB yang diajarkan secara terpisah dari pembelajaran kemahiran berbahasa. Dari perhitungan RPTR, 84% responden menyatakan perlu, 8% responden menyatakan tidak perlu, sementara 8% responden menyatakan tidak tahu/ragu-ragu. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden berharap atau menginginkan agar pengajaran TTB Korea diajarkan terpisah dari pembelajaran kemahiran berbahasa Bahasa Korea Bahasa Indonesia Gambar 15. Persepsi terhadap Bahasa Pengantar di Kelas Tata Bahasa Gambar 15 menggambarkan persepsi responden mengenai bahasa pengantar yang sebaiknya digunakan di kelas tata bahasa. 78% responden menyatakan BInd, sementara 22% menyatakan BK sebaiknya digunakan sebagai bahasa pengantar di kelas TTB Sangat Sulit Sulit Mudah Sangat Mudah Gambar 16. Persepsi terhadap Tingkat Kesulitan Tata Bahasa Korea Lebih lanjut, gambar 16 menggambarkan persepsi responden terhadap tingkat kesulitan memahami unsur TTB Korea. Dari rata-rata persentase total!54

16 !! ISSN Usmi, responden, 6% responden menyatakan sangat sulit, 77% responden menyatakan sulit, 16% responden menyatakan mudah dan 1% responden menyatakan sangat mudah memahami unsur TTB Korea Kesempatan Menggunakan Bahasa Korea di dalam dan di luar Kelas Sangat sering Sering Kadang-kadang Jarang Sangat Jarang Gambar 17. Kesempatan Berbahasa Korea di dalam Kelas Kemahiran Berbahasa Gambar 17 menunjukkan gambaran kesempatan responden berbahasa Korea di dalam kelas kemahiran berbahasa. Berdasarkan perhitungan RPTR, 54% responden menyatakan kadang-kadang. 31% responden menyatakan sering, 8% responden menyatakan jarang, 5% responden menyatakan sangat jarang, dan hanya 2% responden menyatakan sangat sering. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa kadang-kadang menggunakan BK di dalam kelas Gambar 18. Kesempatan Berbahasa Korea di Luar Kelas Sangat sering Sering Kadang-kadang Jarang Sangat Jarang Gambar 18 menunjukkan gambaran kesempatan responden berbahasa Korea di luar kelas. Berdasarkan perhitungan rata-rata persentase total responden,!55

17 !! ISSN Usmi, % responden menyatakan kadang-kadang. 15% responden menyatakan sering, 18% responden menyatakan jarang, 6% responden menyatakan sangat jarang, dan hanya 2% responden menyatakan sangat sering. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa kadang-kadang menggunakan BK di luar kelas Gambar 19. Kesempatan Melatih Kemampuan Berbahasa Korea di Lingkungan Belajar Sangat banyak Banyak Kurang Sangat kurang Tidak tahu Gambar 19 menunjukkan gambaran kesempatan responden dalam melatih kemampuan BK di lingkungan belajar. Berdasarkan perhitungan RPTR, 47% responden menyatakan kurang. 4% responden menyatakan cukup, 8% responden menyatakan sangat kurang, 4% responden menyatakan sangat cukup, dan hanya 1% responden menyatakan tidak tahu. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesempatan mahasiswa berlatih kemampuan BK di lingkungan belajar masih kurang Dosen Teman Jurusan Teman Korea Gambar 2. Mitra/Teman Berkomunikasi dalam Bahasa Korea!56

18 ! ISSN Usmi, Gambar 2 menggambarkan dengan siapa responden biasa berkomunikasi dalam BK. Berdasarkan perhitungan rata-rata persentase total responden, 76% responden lebih sering berbahasa Korea dengan teman jurusannya, 25% dengan teman Korea, dan hanya 24% dengan dosen. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa lebih sering berbahasa Korea dengan teman sejurusannya Kesediaan Buku Penunjang Belajar Bahasa Korea di Lingkungan Belajar Gambar 21. Kesediaan Buku Penunjang Belajar Bahasa Korea di Lingkungan Belajar Gambar 21 menggambarkan persepsi responden terhadap kesediaan buku penunjang belajar BK di lingkungan belajar. Berdasarkan perhitungan RPTR, 52% responden menyatakan kesediaan buku penunjang belajar BK di lingkungan belajar cukup, 36% responden menyatakan kurang, 8% responden menyatakan banyak, dan 4% responden menyatakan sangat kurang. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesediaan buku penunjang belajar bahasa Korea di lingkungan belajar FIB-UI cukup. Banyak Cukup Kurang Sangat kurang Berdasarkan rata-rata persentase jawab responden kesediaan buku penunjang di lingkungan belajar FIB-UI dinyatakan cukup. Akan tetapi, apabila diamati secara saksama, selisih persentase jawaban responden per angkatan tidak terlalu jauh berbeda, khususnya responden 213 dan 215. Selisih persentase jawaban responden 213 yang menyatakan cukup (49%) dan sangat kurang (42%) hanya 7, sedangkan selisih persentase jawaban responden 215 sama (masing-!57

19 ISSN Usmi, masing 4%). Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan buku penunjang yang dibutuhkan oleh mahasiswa menurut angkatan bisa jadi berbeda. Oleh karena itu, pada bagian ini pendapat responden mengenai buku penunjang apa yang paling dibutuhkan tetapi masih belum tersedia juga ditanya. Jawaban responden per angkatan sangat bervariasi, akan tetapi jawaban mereka dapat dikelompokkan menjadi 6 macam buku, yakni buku tata bahasa lengkap yang menjelaskan pola pemakaian dan penggunaannya dalam bahasa Indonesia, kamus, buku latihan mengerjakan soal TOPIK (Test of Proficiency in Korean), buku kemahiran berbahasa, buku bacaan (seperti cerpen, dongeng, novel), dan buku lainnya, seperti buku sejarah, budaya, sastra dan linguistik Korea. Berikut ini adalah gambaran buku yang dibutuhkan oleh responden per angkatan tata bahasa Kamus Topik Buku bacaan Buku Kemahiran bahasa Lainnya Tidak tahu Gambar 22. Buku Penunjang yang Dibutuhkan Responden Per Angkatan Berdasarkan jawaban responden 212, responden yang membutuhkan buku TTB sebanyak 54%, buku latihan TOPIK 2%, kamus lengkap dan buku kemahiran bahasa masing-masing 8%, buku bacaan Korea dan buku lainnya masing-masing 5%. Berbeda dengan responden 212, sebagian besar responden 213 menyatakan lebih membutuhkan buku latihan topik (31%) daripada buku TTB Korea (25%). Kebutuhan buku bacaan Korea 14%, buku kemahiran bahasa 9%, kamus dan buku lainnya masing-masing 4%, dan yang tidak menjawab 13%. Sementara, berdasarkan jawaban responden 214, persentase responden yang membutuhkan buku TTB dan buku kemahiran bahasa sama, masing-masing 28%.!58

20 ISSN Usmi, Persentase responden yang membutuhkan kamus dan buku lainnya sama, masingmasing 11%. Begitu pula, persentase responden yang membutuhkan buku TOPIK dan buku bacaan korea sama, masing-masing 6%, sementara yang tidak menjawab 1%. Lebih lanjut, berdasarkan jawaban responden 215, 44% responden membutuhkan kamus, 22% responden membutuhkan buku TTB, 13% responden buku lainnya (seperti buku sejarah, budaya atau sastra), 3% responden membutuhkan buku bacaan Korea, dan 18% responden tidak menjawab. 5. SIMPULAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan harapan mahasiswa program studi bahasa dan kebudayaan Korea FIB-UI. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, sebagian besar mahasiswa berpersepsi bahwa penguasaan BK penting di Indonesia karena dipercaya dapat menunjang karir/pekerjaan mereka di masa depan. Kedua, persepsi terhadap kemahiran BK yang dianggap paling sulit berbeda menurut angkatan. Ketiga, sebagian besar mahasiswa tidak menyetujui apabila seluruh kelas kemahiran berbahasa menggunakan BK sebagai bahasa pengantar. BK paling tepat digunakan sebagai bahasa pengantar di kelas berbicara. Keempat, metode pembelajaran di kelas berbicara yang paling dimintai oleh sebagian besar mahasiswa adalah bermain peran. Akan tetapi, mahasiswa tahun keempat dan ketiga juga menginginkan agar metode diskusi/debat diterapkan di kelas berbicara. Kelima, metode pembelajaran di kelas menyimak yang paling diminati oleh mahasiswa tahun pertama dan kedua adalah mahasiswa diberi kesempatan memahami daftar pertanyaan sebelum dosen memperdengarkan materi menyimak, sedangkan metode yang paling diminati oleh mahasiswa tahun ketiga dan keempat adalah pengajar memperdengarkan materi menyimak, lalu mahasiswa men-jelaskan isinya dalam bahasa Korea. Keenam, fokus pembelajaran yang paling diminati di kelas membaca adalah teknik membaca, sementara di kelas menulis adalah TTB. Ketujuh, sebagian besar mahasiswa berpersepsi bahwa pengajaran TTB harus diajarkan secara terpisah dari kemahiran!59

21 ISSN Usmi, berbahasa, dan bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Kedelapan, kesempatan mahasiswa melatih kemampuan BK di lingkungan belajar kurang. Mereka umumnya hanya menggunakan BK di kelas atau saat bersama teman sejurusan. Dan terakhir, buku penunjang belajar BK yang sangat dibutuhkan adalah TTB lengkap, buku latihan TOPIK dan kamus lengkap. DAFTAR ACUAN Alkaff, A.A. (213). Students Attitudes and Perceptions towards Learning English. Arab World English Journal, 4(2) images/allissues/ Volume 4 /Volume4Number2June213/8.pdf, diakses 16 Desember 215. Alseweed, M.A. (212). University Students Perceptions of the Influence of Native and Non-native Teachers. English Language Teaching, 5(12), org/ journal/index.php/elt/article/view/21446, diakses 15 Desember 215. Denver, J. (199). Kamus Psikologi. Diterjemahkan oleh Nancy. Jakarta: Binja Aksara. Flowerdew, J. and Miller, L. (1992) Student perceptions, problems and strategies in second language lecture comprehension. Regional English Language Centre Journal, 23(2), Diakses tanggal 15 Desember 215. Jalaludin, Rakhmat. (27). Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Sugihartono, dkk. 27. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sulistyo. (21). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku. Tsukamoto, M. (211). Students Perception of Teachers language use in EFL Classroom. Journal of Osaka Johakuin University, wilmina.ac.jp/ojc/edu/kiyo_211/kiyo_8_pdf/d211_8.pdf, diakses 2 Desember 215.!51

22 ISSN Usmi, Yorio, C. (1986). Consumerism in second language learning and teaching. Canadian Modern Language Review, 42(3), Yorio, C. (1989). The Other Side of the Looking Glass. Journal of Basic Writing, Vol. 8, No diakses 2 Maret 215.!511

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :27-38 PERSEPSI GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) PENYELENGGARA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk mengungkapkan kembali

Lebih terperinci

BAB 5. Simpulan dan Saran

BAB 5. Simpulan dan Saran BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Strategi reading guide merupakan salah satu strategi belajar yang termasuk dalam metode active learning dalam rangka meningkatkan kemampuan pembaca dalam memahami

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah fenomena ilmiah, tetapi bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi mempelajari bahasa pertamanya dari ibunya atau lingkungan keluarganya, kemudian dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DATA. 3.1 Perkembangan Peminatan Broadcasting Sastra China Universitas Bina. Nusantara Sejarah Universitas Bina Nusantara

BAB 3 ANALISA DATA. 3.1 Perkembangan Peminatan Broadcasting Sastra China Universitas Bina. Nusantara Sejarah Universitas Bina Nusantara BAB 3 ANALISA DATA 3.1 Perkembangan Peminatan Broadcasting Sastra China Universitas Bina Nusantara 3.1.1 Sejarah Universitas Bina Nusantara Awal dibukanya Universitas Bina Nusantara adalah lembaga pendidikan

Lebih terperinci

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Pengantar Kurikulum merupakan cerminan dari filosofi, keyakinan, dan cita-cita suatu bangsa. Melalui dokumen tersebut, seseorang dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa,

Lebih terperinci

Pengembangan Dan Keefektifan Multimedia Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) TIM UPI

Pengembangan Dan Keefektifan Multimedia Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) TIM UPI Pengembangan Dan Keefektifan Multimedia Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) TIM UPI Tahap I (2005) Pemetaan kondisi pembelajaran bahasa Inggris di SLTP Pengembangan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGGUNAAN MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN Amalia Sofie Yuana Pembimbing I: Edy Hidayat, S.Pd., M. Hum. Pembimbing II: Dudy Syafruddin,

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu manusia perlu melakukan interaksi, kerja sama, komunikasi dan menjalin kontak sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas. Selain bahasa Jerman dipelajari juga bahasa Inggris, bahasa Jepang dan

Lebih terperinci

JUDUL Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri (Studi Deskriptif di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung)

JUDUL Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri (Studi Deskriptif di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) JUDUL Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri (Studi Deskriptif di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran akurat tentang proses

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa

Bab 1. Pendahuluan. dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang memiliki daya tarik yang besar bagi orang asing untuk dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa yang mengambil jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

PENGEMBANGAN DAN KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP) Hibah Penelitian Tim Pascasarjana HPTP Tahap III, 2007 PENGEMBANGAN DAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP) Prof. Dr. Nenden Sri Lengkanawati, M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam pengajaran bahasa Jerman, pembelajar

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis kini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis kini semakin banyak dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Melihat

Lebih terperinci

SIKAP DAN PREFERENSI KEPALA SEKOLAH SMA SE JAWA TENGAH TERHADAP BAHASA ASING PILIHAN

SIKAP DAN PREFERENSI KEPALA SEKOLAH SMA SE JAWA TENGAH TERHADAP BAHASA ASING PILIHAN SIKAP DAN PREFERENSI KEPALA SEKOLAH SMA SE JAWA TENGAH TERHADAP BAHASA ASING PILIHAN Dwi Astuti Universitas Negeri Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) sikap Kepala Sekolah SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Bahasa, ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pemelajar

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :163-174 PERSEPSI SISWA CIBI TERHADAP FAKTOR LINGKUNGAN SEKOLAH YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA PRANCIS

PENGGUNAAN TEKNIK SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA PRANCIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Prancis merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia selain bahasa Inggris. Bahasa Prancis di Indonesia menjadi suatu hal yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempelajari suatu bahasa, penguasaan kosakata mempunyai peranan yang sangat penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO KATA BERGAMBAR SISWA KELAS V SD

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO KATA BERGAMBAR SISWA KELAS V SD UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO KATA BERGAMBAR SISWA KELAS V SD Puji Mar Atul Khasanah 1, Chamdani 2, Tri Saptuti Susiani 3 PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang. penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang. penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah

BAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia, dari sekitar 6.912 bahasa yang dituturkan oleh seluruh manusia di dunia, hanya beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA E-mail: yunialk@yahoo.com Kautsar, Silvia Dwi Yunial Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

Oleh Warniatul Ulfah ABSTRAK

Oleh Warniatul Ulfah ABSTRAK Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Babalan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Warniatul Ulfah 2101111022 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) merupakan salah satu bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia yang memegang peranan penting untuk

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Oleh karena itu menulis merupakan salah satu standar kompetensi dalam pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar bangsa, sebagai anggota masyarakat bahasa. Selain bahasa ibu, bahasa asing

BAB I PENDAHULUAN. antar bangsa, sebagai anggota masyarakat bahasa. Selain bahasa ibu, bahasa asing 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu perasaan, peran, maupun pendapat yang dalam prakteknya dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Kemampuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasikan diri, alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan merupakan penunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Sri Mahidar Kanjun SD Negeri 054931 Batu Melenggang, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine the improvement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia menuntut seseorang untuk memiliki kemampuan lebih khususnya dalam bidang komunikasi. Dalam bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya terus meningkat. Menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:5-6), Sebagaimana dilaporkan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat berkomunikasi. Namun bahasa di dunia sangatlah banyak.

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id, titiek.suyatmi@pbsi.uad.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat kompleks. Banyak orang menemui kesulitan dalam menguasai keterampilan menulis.

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XII SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XII SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XII SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SUSI MARYANA NIM 090388201329 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan diri baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat untuk mencapai tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat untuk mencapai tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bahasa asing merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memperlancar terbentuknya suatu komunikasi internasional. Bahasa asing merupakan alat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Salah satu standar pendidikan tersebut

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77 IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 3 SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh: Lorentya Yulianti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global sekarang ini bahasa asing sangat dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Pencapaian dari penelitian ini adalah untuk menelaah unsur-unsur dan makna yang terdapat pada penggunaan hojodoushi iku dan kuru dalam kalimat bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Jerman meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu Hörfertigkeit (menyimak), Sprechfertigkeit (berbicara), Lesefertigkeit (membaca) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengubah tingkah laku dan pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak mampu menjadi mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan maksud atau sesuatu hal yang diinginkan. Komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari suatu bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi dengan manusia. Untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang tidak terlepas dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu masalah dapat dipecahkan secara lebih efisien dan efektif apabila pemecahannya menggunakan sebuah metode dan metodologi yang tepat Pengertian metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing seseorang harus membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Jerman, terdapat empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni keterampilan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai daya tarik sendiri bagi orang asing. Salah satu daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang datang ke

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA DAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA ARAB

PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA DAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA ARAB PERSEPSI DAN HARAPAN MAHASISWA DAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA ARAB Zukhaira dan Singgih Kuswardono Universitas Negeri Semarang E-mail: zukhaira_unnes@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan proses pembelajaran kosakata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan proses pembelajaran kosakata BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan proses pembelajaran kosakata bahasa Prancis menggunakan media anagram dan analisis data-data yang telah diperoleh dari prates,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SMP MUHAMMADIYAH SANDEN TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

PERSEPSI SISWA SMP MUHAMMADIYAH SANDEN TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Persepsi Siswa SMP Muhammadiyah Sanden.. (A.Ridwan Fauzi.) 1 PERSEPSI SISWA SMP MUHAMMADIYAH SANDEN TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh : Adek Ridwan Fauzi, Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method)

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) A. Sejarahnya Adalah sulit menentukan secara pasti sejarah lahirnya metode ini. Hal ini disebabkan metode ini ada di sebagian besar negara-negara

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JPBSI 5 (2) (2016) Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN BERMAIN PERAN UNTUK SISWA SMP Lenny Sisiliya Rahmawati Suseno Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang secara resmi dibuka pada akhir tahun 2015 perlu dipersiapkan dengan matang. Lalu lintas perekonomian termasuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW inamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR ERITA PENEK MELALUI METOE JIGSAW S Negeri Kasimpar Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

EJOURNAL. diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) SRI TULARSIH NIM

EJOURNAL. diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) SRI TULARSIH NIM KORELASI KEBIASAAN MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAHIRAN MENULIS TEKS NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 EJOURNAL diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika di Jepang juga terdapat bahasa daerah atau dialek. Pada awalnya penulis. yang sedang penulis pelajari di dalam perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. jika di Jepang juga terdapat bahasa daerah atau dialek. Pada awalnya penulis. yang sedang penulis pelajari di dalam perkuliahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika penulis belajar bahasa Jepang di tahun pertama memasuki jurusan Sastra Jepang, dapat dikatakan bahwa pengetahuan penulis terhadap bahasa Jepang adalah nol besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

ABSTRAK. by Desty Yusniarti. S. A, Sumadi, Dedy Miswar ABSTRACK

ABSTRAK. by Desty Yusniarti. S. A, Sumadi, Dedy Miswar ABSTRACK ABSTRAK HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI MAN 1 BANDAR LAMPUNG by Desty Yusniarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan mengenai adanya kesulitan pembelajaran dokkai dan interaksi sesama pembelajar selama pembelajaran, dan disebutkan pula hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di sekolah adalah penguasaan keterampilan berbicara dengan lancar dan berterima.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA Perdinansi Surbakti SMP Negeri 1 Meranti, kab. Asahan Abstract: This study aims to improve students' speech abilities by applying

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu dari empat kompetensi dasar berbahasa, melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak adalah masa paling tepat dan ideal untuk memperoleh bahasa asing karena pada

Lebih terperinci

INOVASI PEMBELAJARAN SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN DI SMA. Ryan Nuansa Dirga Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang

INOVASI PEMBELAJARAN SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN DI SMA. Ryan Nuansa Dirga Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang INOVASI PEMBELAJARAN SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN DI SMA Ryan Nuansa Dirga Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Abstract: This paper describes innovation of lietarure teaching in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai perusahaan asing di Indonesia, maka kemampuan berbahasa asing pun menjadi hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data sampai pada tahap. pengambilan kesimpulannya (Sutedi, 2009: 53).

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data sampai pada tahap. pengambilan kesimpulannya (Sutedi, 2009: 53). 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Secara umum Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang selalu ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang selalu ada di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan SMA. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi terpenting sekaligus merupakan salah satu keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi orang asing karena beragamnya budaya dan suku bangsa yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran seseorang tidak

Lebih terperinci